Professional Documents
Culture Documents
Proposal Skripsi Perlindungan Hukum Terhadap Satwa Liar Di Indonesia
Proposal Skripsi Perlindungan Hukum Terhadap Satwa Liar Di Indonesia
SKRIPSI
Oleh :
1
PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP SATWA LIAR DI INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
2
PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP SATWA LIAR DI INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
3
TERHADAP SATWA LIAR DI INDONESIA
OLEH:
TELAH DIPERTAHANKAN
DI DEPAN DEWAN PENGUJI PADA TANGGAL 17 JULI 2019
DAN DINYATAKAN TELAH MEMENUHI PERSYARATAN
4
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : MUHAMMAD ADI NUGROHO
NPM : 15300161
Alamat : SEMOLOWARU ELOK V/11
No Telp (HP) : 081249813383
BAB I
PENDAHULUAN
5
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan satwa liar
tertinggi di dunia, akan tetapi Indonesia juga memiliki daftar terpanjang tentang
satwa liar yang terancam punah. Kerusakan habitat dan eksploitasi berlebihan
menjadi penyebab utama terancam punahnya satwa liar atau satwa langka
Indonesia yang di sebut sebagai hewan lindung. Kondisi ini semakin diperburuk
liar atau satwa langka dan habitatnya. Satwa langka yang di sebut juga satwa
lindung telah sulit di temui di habitat aslinya karena populasinya hampir punah,
Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dimana menentukan pula kategori atau kawasan
suaka alam dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang
Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dan
penting adalah perlindungan terhadap jenis satwa liar. 2 Terdapatnya jenis endemik
1
https://www.wwf.or.id/?62182/Buku-Pelestarian-Satwa-Untuk-Keseimbangan-Ekosistem,
7Mei 2019
2
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 21 (2) Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Dan Ekosistemnya
6
dalam satu kawasan konservasi ataupun kawasan lainnya bisa menjadi indikator
bahwa perlindungan dan pengelolaan kawasan tersebut berjalan dengan baik dan
hayati. Diperkirakan sebanyak 300.000 jenis satwa liar atau sekitar 17% satwa di
dunia terdapat di Indonesia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas daratan
dunia. Indonesia nomer satu dalam hal kekayaan mamalia (515 jenis) dan menjadi
habitat lebih dari 1539 jenis burung. Sebanyak 45% ikan di dunia, hidup di
Indonesia. Indonesia juga menjadi habitat bagi satwa-satwa endemik atau satwa
yang hanya ditemukan di Indonesia saja. Jumlah mamalia endemik Indonesia ada
259 jenis, kemudian burung 384 jenis dan ampibi 173 jenis yang dilindungi telah
Endangered Species of Wild Fauna and Flora (“CITES”) tahun 1973 dan dalam
Daftar Merah Spesies yang Terancam Punah (Red List of Threatened Species)
Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan alam yang dapat
lebih sejahtera. 4
Keanekaragaman satwa di Indonesia disebabkan karena wilayah yang luas
dan ekosistem yang beragam. Karena hal tersebut, wilayah Indonesia memiliki
berbagai jenis satwa khas atau endemik yang hanya terdapat di Indonesia.
3
IUCN, 2019 The IUCN Red List of Threatened Species, https://www.iucnredlist.org/,.
4
A Fatchan, 2013, Georafi Tumbuhan dan Hewan, Yogyakarta, h. 244
7
Faktor utama yang mengancam punahnya satwa liar tersebut adalah
Kini perdagangan satwa liar menjadi ancaman serius bagi kelestarian satwa liar di
Indonesia. Lebih dari 95% satwa yang dijual di pasar adalah hasil tangkapan dari
alam, bukan hasil penangkaran. Berbagai jenis satwa dilindungi dan terancam
punah masih diperdagangkan secara bebas di Indonesia. Sebanyak 40% satwa liar
pengangkutan yang tidak memadai, kandang sempit dan makanan yang tidak
penegakan hukum tentang konservasi sumber daya alam hayati dan juga masih
lemahnya kesadaran masyarakat akan satwa. Pengetahuan yang kurang dan niai
ekonomis yang tinggi terhadap satwa dilindungi tersebut juga menjadi penyebab
masih maraknya perdagangan liar hingga saat ini. Perbuatan tersebut sangat
merugikan bagi Negara dan telah melanggar ketentuan yang telah ditetapkan
telah melanggar ketentuan yang ada pada Undang–Undang No. 5 Tahun 1990
tentang konservasi sumber daya alam hayati dan juga masih lemahnya kesadaran
masyarakat akan satwa. 6 Pengetahuan yang kurang dan niai ekonomis yang tinggi
5
Rosek Nursahid, 2010. Islam Peduli Terhadap Satwa, Pro Fauna: Malang, h.1.
6
Pasal 21 Ayat 2 Undang-undang No.5 Tahun 1990
8
perdagangan liar hingga saat ini. Perbuatan tersebut sangat merugikan bagi
Negara dan telah melanggar ketentuan yang telah ditetapkan Negara. Perdagangan
ketentuan yang ada pada Undang–Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
hidup;
b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa
lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian
endemisme yang tinggi Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki
7
Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
9
keanekaragaman hayati tertinggi yang dilengkapi dengan keunikan tersendiri,
satwa dunia. Hal ini tentu saja merupakan peluang yang besar bagi Indonesia
diatur dalam Pasal 21 Ayat (2) huruf a dan huruf b Jo Pasal 40 Ayat (2) UU RI No.
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
baik yang dimiliki masyarakat maupun yang tidak dapat dimiliki oleh masyarakat,
dikarenakan satwa langka tersebut sudah hampir punah, habitat aslinya sudah
jarang ditemui. Sumber daya alam merupakan karunia dari Allah SWT yang harus
dikelola dengan bijak sana, sebab sumber daya alam memiliki keterbatasan
penggunaannya. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di lingkungan
alam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup
manusia agar lebih sejahtera. Sumber daya alam berdasarkan jenisnya dapat
dibedakan menjadi dua yaitu, sumber daya alam hayati atau biotik, dan sumber
8
Slamet Khoiri, 2019 Satwa Liar Indonesia, diakses di
https://www.profauna.net/id/penyadartahuan/ islam-peduli-satwa#.XPtu5r5S_IU,
9
Pasal 21 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
10
Perdagangan satwa secara liar merupakan perdagangan satwa yang
masih gemar memperjual belikan satwa dilindungi seacara liar baik memperjual
belikannya dalam keadaan hidup untuk dipelihara, maupun dalam bentuk hewan
yang sudah diawetkan. Perdagangan satwa secara liar tersebut masih banyak di
dilakukan oleh oknum tertentu untuk memanfaatkan organ tubuh satwa sebagai
bahan obat tradisional. Satwa liar dikelompokan dalam dua golongan yaitu satwa
dilindungi dan tidak dilindungi. Satwa yang dilindungi tidak boleh diperjual
Cara Penetapan Jumlah Satwa Buru, di antaranya yaitu jenis satwa Owa, Kukang,
Nuri Kepala Hitam, Orang Utan, Siamang, Kakatua, Beruang, Harimau, Jalak
dilindungi karena di alam telah sulit ditemukan, sehingga jika tetap diburu untuk
di perjual belikan dikhawatirkan satwa tersebut akan punah dari alam. 10 Dalam
beberapa jenis, dari yang tertinggi yaitu kategori terancam punah hingga kategori
10
Widada. Sri Mulyati,Hiroshi Kobayashi,2009, Sekilas Tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati Dan Ekosistemnya, Jakarta: Perlindungan Hukum Dan Konservasi Alam, h. 26
11
Indonesia, Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Pengesahan Amandemen 1979
atas Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And Flora, 1973,
Keppres No. 1 Tahun 1987, LN Tahun 1987 Nomor 5.
11
Allah SWT yang harus dikelola dengan bijaksana, sebab sumber daya alam
kehutanan yang menjadi pemeran penting dalam hal melindungi kehidupan satwa
yang di buru masyarakat, karena pada dasarnya satwa juga berhak mendapatkan
perlindungan dari negara. Dari penjelasan diatas dapat tanyakan bagaimana Peran
Pemerintah dalam mengawasi perdagangan satwa secara ilegal yang sampai saat
ini masih terus terjadi, kemudian bagaimana sebenarnya penegakan hukum yang
12
Supriadi, 2009 Hukum Lingkungan Indonesia, cet. ke-2 Jakarta, h. 95.
12
B. Rumusan Masalah
perundang-undangan di Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
13
itu pengacara atau notaris, juga penegak hukum yang bergerak
E. Kerangka Konseptual
1. Tinjuauan umum tentang Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan
pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban,
lisan maupun yang tertulis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
perlindungan hukum sebagai suatu gambaran tersendiri dari fungsi hukum itu
13
Soerjono Soekanto, 2010 Pengantar Penelitian Hukum,UI Press. Jakarta, , h 133.
14
Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 hasil amandemen
14
dengan peraturan Perndang-Undangan, Salah satu peraturan peraturan Perundang-
mengatur mengenai pembangunan nasional. Salah satu bagian integral dari dari
kehidupan manusia, Oleh karena itu perlu dikelola dan di manfaatkan secara
lestari, selaras, serasi dan seimbang bagi kesejahteraan masyarakat untuk masa
tiga pandangan mengenai pentingnya penegakan hukum bagi sumber daya alam
dari alam semesta, Dan hanya manusia yang memiliki nilai, sementara alam dan
segalanya sekedar alat bagi pemuasan Kepentingan dan kebutuhan hidup manusia,
kehidupan tidak hanya berpusat pada manusia tetapi berpusat kepada seluruh
15
padahal sudah sangat jelas lumba-lumba adalah satwa yang dilindungi terlampir
pada PP No.7 Tahun 1997 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
Namun dalam praktiknya, Hukum tidak selalu berjalan sesuai apa yang
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya ini dikarenakan kedua hal tersebut
memiliki hak, Menurutnya adalah tidak bijaksana apabila korporasi, negara, anak
yang masih dalam kandungan, anak dibawah umur, kota atau universitas yang
tidak dapat berbicara layaknya manusia diberi hak hukum sedangkan sungai dan
hutan yang juga tidak bisa berbicara tidak diberi hak hukum. 18
Satwa merupakan bagian dari sumber daya alam yang tidak ternilai harganya
maka dari itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Satwa pun memiliki hak
hukum, yaitu berupa hak untuk hidup, hak untuk hidup bebas, hak untuk bebas
dari penyiksaan. Satwa sebagai mahluk hidup juga memiliki hak untuk
memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik secara langsung atau tidak
secara tegas dan dijalankan secara nyata melalui penegakan hukum. Tidak
17
Jimly Ashidique, 2019 Penegakan Hukum, http://www.solusihukum.com/artikel/
artikel49.hp,
18
Christoperd D. Stone, 2019 “Should Trees Have Standing? Law, Morality and The
Environment”,
16
terdapat pembenaran bagi manusia untuk memperbudak atau memanfaatkan
diantaranya;
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konsevasi Sumber
Kesehatan hewan.
3. Peraturan pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis
dan kesejahteraannya.
19
Christoperd D. Stone, 2019 “Should Trees Have Standing? Law, Morality and The
Environment”,
17
Penegakan hukum melalui hukum pidana merupakan suatu tindakan
yang akan memberikan sanksi atau hukuman kepada setiap orang atau
lebih keras dari pada sansi hukum yang lain, Hukum pidana dapat
pemberian pidana, masalah pemberian pidana ini terbagi menjadi dua arti,
yakni : 20 Dalam arti umum dan dalam arti konkrit. Di dalam arti umum,
dalam arti konkrit dijelaskan bahwa yang menyangkut berbagai badan atau
18
tersebut bertugas untuk merealisasikan aturan pidana tersebut dengan
satwa tersebut menjadi suatu bentuk dari tindakan pidana. Menurut Vos
dilakukan oleh orang yang bersalah, dan orang itu dianggap bertanggung
adalah badan usaha milik swasta atau bisa juga disebut korporasi.
kesejahteraan satwa.
2. Tinjuauan umum tentang Penegakan Hukum
21
Utrecht, 2012, Hukum Pidana I Rangkaian Sari Kuliah, Jilid 2 PT. Penerbit
Universitas, Bandung, h. 251
19
Penegakan hukum disebut dalam bahasa Inggris law enforcement.
berkaitan dengan hukum pidana akan tetapi lebih luas dari itu. Termasuk
terdapat tiga komponen yang harus diperhatikan yaitu struktur, kultur dan
ialah: 25
22
Andi Hamzah.2009.Penegakan Hukum Lingkungan.Sinar Grafika.Jakarta.h 48
23
Ibid, h. 49
24
Soerjono Soekanto. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum.Rajawali. Jakarta.h. 3
25
Ibid.h. 59
20
a. Struktur (Structure), struktur merupaka kerangka atau rangkanya,
bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberi batasan terhadap
kesluruahan, di Indonesia komponen struktur ini dapat diartikan antara
lain institusi-institusi penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan,
dan pengadilan.
b. Subtansi (Substance), substansi merupakan aturan atau norma dan pola
nyata manusia yang berada dalam sistem tersebut termasuk produk
yang dihasilkan, atau dapat dikatan sebagai suatu bentuk peraturan-
peraturan yang dibuat oleh institusi-institusi yang berwenang dengan
berangkat dari adanya perilaku manusia sehingga, hal ini dapat
dikatakan sebagai sebuah hukum hidup, bukans ekedar aturan yang
ada.
c. Kultur Hukum, kultur hukum merupakan sikap manusia terhadap
hukum dan sistem hukum- kepercayaa, nilai, pemikiran serta
harapanya, artinya adalah berkaitan dengan bentuk kekuatan sosial
yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau
disalahgunakan.
penegakan hukum itu dapat terlaksana dengan baik. Namun, dari ketiga
26
Ibid. h 8
27
Ibid, h,9
21
Keseluruhan dari komponen dan faktor yang mempengaruhinya
28
M Khozim, 2009. Sistem Hukum Prespektif Ilmu Social (the legal system a social
science perspective).Nusa Media.Bandung. h. 16
29
Salim HS. 2013. Dasar–Dasar Hukum Kehutanan (Edisi Revisi) Cet. 5. Sinar
Grafika.Jakarta. h.147
30
Muladi dan Barda Nawawi Arif, 2009. Teori-teori dan Kebijakan Pidana.PT
Alumni. Bandung. h 144
22
Selain usaha-usaha penggunaan hukum pidana dalam pemberian
sanksi yang lebih memiliki nilai represif juga terhadap kejahatan dapat
tindakan aktif yang dilakukan pihak yang berwajib agar suatu tindak
kegiatan patrol dan pengawasan lainnya secara berlanjut oleh polisi dan
31
Ibid h 159
32
Siti Sundari Rangkuti. 2010. Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan
Lingkungan Nasional. Airlangga Press.Surabaya. h. 214
33
M. Daud Silalahi.2012. Hukum Lingkungan Dalam Sistem penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia. Alumni Bandung. h 215
23
Berdasarkan Pasal 27 Ayat (4) Peraturan Pemerintah No 7 Tahun
yang dilindungi tanpa izin, kedua pelatihan penegakan hokum bagi aparat-
aparat penegak hukum di balai konservasi sumber daya alam dan yang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat ditaati oleh
24
akhirnya dapat mendukung upaya Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
25
F. Metode Penelitian
Tipe penelitian ini adalah Penelitian normatif. yaitu meneliti berbagai
hukum untuk menganalisis tentang perlindungan hukum terhadap satwa liar. Tipe
dapat dibedakan menjadi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan
mengatur dan berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Sedangkan bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang digunakan untuk
34
Peter Mahmud Marzuki, 2010 Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, , h. 22
35
Ibid, 26
26
catatan resmi. Karena itu mengikat permasalahan yang akan dikaji
bahan hukum tersebut lalu dilakukan pengelolahan serta analisa, dan hasilnya
dilandasi dari norma-norma, asas-asas hukum serta nilai-nilai yang sudah diakui,
bab dibagi atas beberapa bagian sub bab. Urutan bab-bab tersebut tersusun secara
36
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2009 Pengantar Metode Penelitian Hukum (Edisi
Revisi), Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 32
27
sistematik dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Urutan singkat bab-bab dan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini sebagai awal penulisan, berisi Pendahuluan. Dalam bab ini
UNDANGAN DI INDONESIA
28
BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU TINDAKAN
LIAR
satwa liar.
BAB IV PENUTUP
DAFTAR BACAAN
A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
29
Keputusan Presiden Republik Indonesia 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan
Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) of Wild
Fauna and Flora
B. BUKU
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2009, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Edisi
Revisi), Jakarta: Raja Grafindo Persada
Andi Hamzah, 2009, Penegakan Hukum Lingkungan.Sinar, Grafika, Jakarta.
A. Sonny Keraf, 2010, Etika Lingkungan Hidup, Buku Kompas, Jakarta.
E.Utrecht, 2012, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I Jilid 2, PT. Penerbit
Universitas, Bandung
Farid, Zainal Abidin, 2010, Hukum Pidana, Alumni, Bandung
Fuat Usfa dan Tongat. 2010. Pengantar Hukum Pidana, Malang : UMM Press
Lamintang, 2009, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Cetakan Ke-3. PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
M. Daud Silalahi, 2012, Hukum Lingkungan Dalam Sistem penegakan
Hukum Lingkungan Indonesia, Alumni Bandung.
M Khozim, 2009, Sistem Hukum Prespektif Ilmu Social (The Legal System a
Social Science Perspective), Nusa Media, Bandung.
Moeljatno, 2010, Asas-asas Hukum Pidana, Cetakan Ke-7. PT. Rineka Cipta,
Jakarta
Muladi dan Barda Nawawi Arif. 2009, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, PT
Alumni, Bandung.
Pro Fauna, 2010, Islam Peduli Terhadap Satwa, Malang: Pro Fauna.
30
Roni Wiyanto, 2012, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia.Mandar Maju,
Bandung
Ronny Hanitijo Soemitro, 2009, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta
Salim HS, 2013, Dasar–Dasar Hukum Kehutanan (Edisi Revisi) Cetakan ke 5.
Sinar Grafika, Jakarta.
Siti Sundari Rangkuti, 2010, Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan
Lingkungan Nasional. Airlangga Press, Surabaya.
Sodikin. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta : Djambatan
Soeryono Soekanto.2010. Pengantar Penelitian Hukum, Rajawali, Jakarta
Sudarto, 2009, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung
Supriadi, 2009, Hukum Lingkungan Indonesia cet. ke-2 ,Jakarta.
Widada, Sri Mulyati, Hirosi Kobayashi, 2009, Sekilas Tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Jakarta: Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam.
31
32