You are on page 1of 24

Vol. 3 No.

1 Juni 2019 39

TINJAUAN HUKUM LINGKUNGAN TERHADAP PERLINDUNGAN


DAN PENGELOLAAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Asram A.T.Jadda
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Parepare KM 6 Kota Parepare
Kode Pos91113, Telpon: 0421-22757/Fax 0421-2554 Sulawesi-selatan Indonesia
Email: Asram_77@yahoo.co.id/081230293103

Abstract:This research discusses the protection and management of biodiversity in


environmental law perspective. Indonesia has a large biodiversity which needs to be managed
and protected. Indonesia has enacted laws and regulations on biodiversity, but they are still
weakly and less effectively implemented. Furthermore, it is a fact that regulations stipulated
by the government or certain sectors do not still accommodate interests of all parties. Legal
issues examined here is whether Act No. 32 of 2009 on the Protection and Management of the
Environment has protected biodiversity in Indonesia and how is the implementation of
policies in protecting biodiversity during this time. The research results show that Act No. 32
of 2009 on the Protection and Management of the Environment has protected the biodiversity
in Indonesia. Implementation of policies about the protection and management of biodiversity
during this time can be viewed from the relationship of policy between the government and
the regional government, such as the authority and institutions to manage and protect the
environment, including instruments to manage biodiversity.
Keywords: Environmental Law, Protection, Management, Biodiversity.
Abstrak: Penelitian ini membahas tentang tinjauan hukum lingkungan terhadap perlindungan
dan pengelolaan keanekaragaman hayati. Hal ini dilatarbelakangi oleh bahwa potensi
keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia memerlukan pengelolaan serta perlindungan.
Selama ini Indonesia telah memiliki berbagai peraturan perundang undangan berkaitan
dengan keanekaragaman hayati, namun implementasinya masih lemah dan kurang efektif.
Selain itu, terdapat pula peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah pusat atau sektor tertentu
yang tidak menampung kepentingan semua pihak. Isu hukum yang dikaji berupa apakah
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup sudah dapat melindungi keaenekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia dan
implementasi kebijakan dalam perlindungan dan pengelolaan keanekaragaman hayati selama
ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah dapat melindungi keaenekaragaman
hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Implementasi kebijakan dalam perlindungan dan
pengelolaan keanekaragaman hayati selama ini dapat dilihat dari hubungan kebijakan yang
terjadi di daerah dan pusat, seperti kewenangan dalam pengelolaan lingkungan hidup serta
kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup yang terdiri dari instansi-instansi sektoral,
propinsi dan kabupaten termasuk instrumen dalam pengelolaan keanekaragaman hayati.
Kata Kunci: Hukum Lingkungan, Perlindungan, Pengelolaan, Keanekaragaman Hayati.
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 40

LATAR BELAKANG keseluruhan makhluk hidup terdapat di


Indonesia.
Negara Indonesia mempunyai
potensi sumber daya alam yang besar, Indonesia juga merupakan salah
mulai dari laut, udara, dan daratan cukup satu dari 12 (dua belas) Pusat
besar menempati peringkat kedua dunia Keanekaragaman Hayati karena
setelah Brasil, terdiri atas 17.508 pulau merupakan kawasan terluas di Pusat
yang memiliki keanekaragaman hayati Indomalaya. Di Indonesia terdapat ±
yang cukup tinggi untuk dapat 28.000 jenis tumbuh-tumbuhan dan
dimanfaatkan secara lestari dan sebesar diantaranya terdapat 400 jenis buah-
besarnya bagi kesejahteraan rakyat. buahan yang dapat dimakan dan sangat
Keanekaragaman hayati yang dimiliki bermanfaat sebagai sumber keragaman
mempunyai peranan penting dalam genetik bagi program pemuliaan. Misalnya
mendukung peningkatan sumber devisa pisang, durian, salak dan rambutan
non migas1. Di Indonesia keanekaragaman merupakan buah asli Indonesia. Indonesia
hayati merupakan modal bagi memiliki 7500 jenis tumbuhan obat yang
pembangunan. Empat puluh juta orang merupakan 10% tumbuhan obat yang ada
Indonesia menggantungkan hidup-nya di dunia. Namun demikian, baru 940
langsung pada keanekaragaman hayati. spesies tanaman yang telah diidentifikasi
Masyarakat menggunakan lebih dari 6000 dan lebih dari 6000 spesies tanaman bunga,
spesies tanaman dan hewani untuk baik yang liar maupun dipelihara telah
kehidupan sehari hari. Bagi negara sendiri dimanfaatkan untuk keperluan bahan
keanekaragaman hayati meng-hasilkan makanan, pakaian, dan obat-obatan.
2
devisa yang cukup besar . Sebagai negara Temulawak yang berkhasiat sebagai
kepulauan yang mem-punyai luas 1,3% hepatoprotektor, purwoceng, cabe jawa
dari luas permukaan bumi, Sekitar 17% sebagai afrodiasiak, adalah tanaman asli
1
Moch. Toha, Impian dan Tantangan Manusia
Indonesia. Dari sebanyak 5.131.100
Indonesia dalam Mewujudkan Hutan dan keanekaragaman hayati di dunia, 15,3%
Kebun Lestari sebagai Anugerah dan
Amanah Tuhan Yang Maha Esa, nya terdapat di Indonesia dang yang telah
Konsepsi Pemanfaatan Sumber Daya
Hutan Sebesarbesarnya untuk kita gunakan adalah rata-rata kurang dari
Kemakmuran Rakyat, (Jakarta:
Departemen Kehutanan dan Perkebunan) 5% dari potensi yang kita miliki.
hlm. 124
2
Hyronimus Rhiti, Kompleksitas Permasalahan Di samping itu, nilai perdagangan
Lingkungan Hidup, (Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya Yogyakarta) hlm. tanaman obat dan produk berasal dari
35
tumbuhan termasuk suplemen, pada tahun
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 41

2000 mencapai 43 milyar USD, meningkat Perlindungan menjadi penting


menjadi 60 milyar USD tahun 2002. Tahun mengingat banyaknya pelanggaran
2010 diprediksi lebih dari 200 milyar USD terhadap keanekaragaman hayati yang juga
dan tahun 2050 menjadi 5 trilyun. Menurut melibatkan pengetahuan tradisional
WHO, 80% penduduk dunia bergantung masyarakat adat/masyarakat tradisional,
kepada obat herbal, bahkan 25% dari obat- merupakan salah satu alasan dan
obatan modern yang dipasarkan di dunia pertimbangan mengapa keanekaragaman
berasal dari tumbuhan. Sekitar 74% dari hayati perlu mendapatkan suatu
121 jenis bahan aktif obat yang digunakan perlindungan. Benturan kepentingan antara
dalam pengembangan obat modern di negara-negara berkembang dengan negara-
dunia seperti digitoksin, reserpin, negara maju, tersebut menjadi salah satu
tubocucorin, ephedrin, vincristin, penyebab terjadinya pelanggaran.
vinblastin dari tumbuhan obat di wilayah Keanekaragaman hayati telah muncul
tropis3. menjadi masalah hukum baru, ketika
banyak dimanfaatkan oleh pihak yang
Mengingat potensi tersebut diatas
tidak bertanggung jawab, disatu sisi
maka diperlukan perencanaan strategis
pemerintah sedang giat-giatnya mendorong
jangka panjang dan jangka pendek dalam
kesadaran hukum atas HKI. Di sisi lain
rangka pemanfaatan sumber daya alam
banya terjadinya biopiracy terhadap
hayati khususnya jenis jenis yang memiliki
terutama pada Keanekaragaman hayati
nilai ekonomi tinggi perlu diperhatikan dan
khususnya tanaman obat yang dilakukan
diprioritaskan. Perencanaan strategis dalam
oleh negara maju.
rangka pemanfaatan jenis jenis komersial
tersebut diperlukan untuk mengantisipasi Biopiracy mulai dikenal seiring
atau mengakomodasi ketentuan ketentuan perkembangan perusahaan farmasi, yang
nasional dan konvensi-konvensi kebanyakan terdapat di negara-negara
internasional lainnya yang berkaitan maju merupakan pelopor bagi
pengelolaan dan pelestarian serta pengembangan industri obat modern, yang
perlindungan mengenai sumber daya alam berasal dari ekstrak obat dengan
khususnya keanekaragaman hayati. memanfaatkan sumber daya hayati serta
pengetahuan lokal masyarakat tertentu.
Oleh karena itu, untuk memenuhi

3
kebutuhan tersebut, mereka melakukan
(http://www.menlh.go.id/hari-
keanekaragamanhayati-22-Mei-2013), diakses 5 eksplorasi secara besar-besaran ke negara-
juni 2019
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 42

negara berkembang seperti India, melindungi keaenekaragaman hayati yang


Thailand, Brasil, Indonesia yang memiliki dimiliki oleh Indonesia; dan bagaimana
sumber daya hayati (Genetic Resources) implementasi kebijakan dalam
yang sangat besar, untuk diambil dan perlindungan dan pengelolaan
diteliti tumbuhan obatnya yang dipandang keanekaragaman hayati selama ini.
bernilai tinggi. Hal ini sejalan dengan
METODE PENULISAN
perkembangan yang sangat pesat di
bidang biologi modern, terutama dalam Penelitian ini adalah penelitian
hal bioprospeksi. Diperkirakan akan hukum untuk mencari pemecahan isu
semakin banyak sampel/ spesimen flora hukum (rumusan masalah), dimana tipe
dan fauna yang akan dibawa ke luar yang digunakan adalah penelitian hukum
Indonesia dan diduga tidak hanya normatif. Jenis penelitian yang digunakan
digunakan untuk keperluan penelitian, dalam menjawab permasalahan dalam
namun ada kemungkinan untuk tujuan penelitian ini adalah tipe pendekatan
komersial. Pelarian atau “pencurian” yuridis. Pendekatan yuridis ini mengacu
plasma nutfah Indonesia ke luar negeri kepada norma-norma hukum yang terdapat
sebenarnya bukan hal yang baru karena dalam peraturan perundangundangan dan
telah sering terjadi. Salah satu buktinya juga melihat sinkronisasi peraturan dengan
adalah adanya pendaftaran paten oleh peraturan lainnya secara hirarkhi.
pihak asing yang secara jelas
Penelitian ini menggunakan
menggunakan plasma nutfah asli
pendekatan peraturan perundang-
Indonesia. Sebagai contoh, dari hasil
undangan (statute approach) yaitu
penelusuran paten di Database Paten Eropa
pendekatan yang dilakukan dengan
diperoleh data bahwa ada 41 paten Jepang
mengamati peraturan perundang-undangan
di bidang farmasi, kosmetika dan makanan
yang berkaitan dengan isu hukum yang
yang menggunakan bahan dari Indonesia
diteliti. Bahan hukum yang digunakan
dan sebagian diduga berasal dari
meliputi: bahan hukum primer, yaitu
keanekaragaman hayati Indonesia.
peraturan perundang-undangan yang
Berdasarkan latar belakang berkaitan dengan hukum lingkungan
tersebut, tulisan ini bertujuan mengkaji khususnya terkait dengan perlindungan dan
apakah Undang-Undang Nomor 32 Tahun pengelolaan keanekaragaman hayati
2009 tentang Perlindungan dan termasuk konvensi-konvensi internasional
Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah dan nasional; bahan hukum sekunder yang
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 43

merupakan bahan hukum yang menunjang dipandang bermanfaat untuk menjawab


meliputi doktrin buku-buku teks (termasuk masalah yang diangkat yakni apakah
tesis dan disertasi hukum), kamus-kamus undang-undang lingkungan sudah cukup
hukum, jurnal-jurnal hukum, dan makalah- untuk melindungi keaenekaragaman hayati
makalah seminar yang dipakai untuk yang dimiliki oleh Indonesia dan apakah
membahas pokok permasalahan. ada peraturan perundang-undangan yang
lain dapat juga dipakai dalam pengelolaan
Bahan hukum primer maupun
dan perlindungan sumber daya alam
sekunder dikumpulkan dan diinventarisasi
khususnya keanekaragaman hayati.
berdasarkan topik permasalahan dengan
menggunakan sistem klasifikasi disusun PEMBAHASAN
berdasarkan pokok masalah dalam
Istilah hukum lingkungan
penelitian ini. Metode pengumpulan data
merupakan terjemahan dari beberapa
dalam penelitian ini dilakukan dengan
istilah, yaitu "Environmental Law" dalam
mengumpulkan, mengkaji dan mengolah
Bahasa Inggris, "Millieeurecht" dalam
secara sistematis bahan-bahan kepustakaan
Bahasa Belanda, "Lenvironnement" dalam
serta dokumen-dokumen yang berkaitan.
Bahasa Prancis, "Umweltrecht" dalam
Prosedur pengolahan bahan-bahan Bahasa Jerman4, Pengertian hukum
hukum melalui studi kepustakaan dengan lingkungan dibedakan menjadi dua yakni
menggunakan sistem kartu yaitu pengertian hukum lingkungan Modern dan
menginventarisasi peraturan pengertian hukum lingkungan klasik.
perundangundangan, buku-buku teks, Hukum lingkungan modern membicarakan
kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, ketentuan dan norma-norma guna
dan makalah hasil seminar untuk mengatur perbuatan manusia dengan
memperoleh bahan hukum yang sesuai tujuan untuk melindungi lingkungan dari
dengan rumusan masalah yang akan kerusakan dan kemerosotan mutunya demi
dibahas. Kemudian disusun secara menjamin kelestarianya, agar dapat
sistematis berdasarkan pokok bahasan langsung secara terus-menerus digunakan
dalam penelitian dan diidentifikasikan oleh generasi sekarang maupun
untuk digunakan sebagai bahan analisis. generasigenerasi mendatang. Karena
Berdasarkan rumusan masalah, hasil hukum lingkungan modern berorientasi
penelitian dianalisis dan dibahas untuk kepada lingkungan, sifat & wataknya juga
selanjutnya ditarik suatu kesimpulan dan
4
dilengkapi dengan saran-saran yang St. Munadjat Danusaputro, 1981, hal. 34 dan 105).
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 44

mengikuti sifat dan watak dari lingkungan lagi dengan Undang-Undang Nomor 32
sendiri, serta dengan demikian lebih Tahun 2009, yang dalam ketentuan termuat
banyak yang berguru pada ekologi. pada Pasal 125, disebutkan pada saat
Dengan orientasi kepada lingkungan ini, UndangUndang ini mulai berlaku,
kemudian hukum lingkungan modern UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997
memiliki sifat utuh mnyeluruh tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(komprehensif integral), artinya selalu (Lembaran Negara Republik Indonesia
berada dalam dinamika dengan sifat & Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
wataknya yang luwes. Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3699) dicabut dan dinyatakan tidak
Sebaliknya hukum lingkungan
berlaku.
klasik bersifat sektoral dan sukar berubah.
Hukum lingkungan klasik berorientasi Dalam ketentuan Umum yang
kepada penggunaan lingkungan atau use- terdapat pada Pasal 1 yang dimaksud
oriented law. Hukum lingkungan klasik dengan lingkungan hidup adalah kesatuan
menetapkan ketentuan dan normanorma ruang dengan semua benda, daya,
guna menjamin penggunaan dan keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
eksploitasi sumber-sumber daya manusia dan perilakunya, yang
lingkungan dengan berbagai akal dan mempengaruhi alam itu sendiri,
kepandaian manusia guna mencapai hasil kelangsungan perikehidupan, dan
semaksimal mungkin dan dalam jangka kesejahteraan manusia serta makhluk
5
waktu yang sesingkat-singkatnya . hidup lain. Perkembangan hukum
lingkungan dipengaruhi oleh hukum
Pengertian hukum lingkungan juga
keperdataan dan hukum administrasi, maka
termuat dalam ketentuan Pasal 1 Ayat (1)
hukum lingkungan yang menggandung
UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan
nilai-nilai, tidak terlepas pula dari nilai
Pokok-Pokok Lingkungan Hidup yang
nilai moral yang dianut oleh masyarakat
telah diperbarui dengan Undang-Undang
setempatdalam bentuk hukum adat atau
No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
kebiasaan6.
Lingkungan Hidup, kemudian diperbaharui
Pasal 1 Angka (2) UndangUndang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
5
Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan dalam
Sistem Kebijaksanaan Pembangunan tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, (Bandung: Penerbit
PT Refika Aditama, 2008) hlm. 10
6
Supriadi, 2010, hal. 170.
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 45

Lingkungan Hidup mendefinisikan di dunia dengan jumlah penduduk yang


perlindungan dan pengelolaan lingkungan besar.
hidup sebagai upaya sistematis dan terpadu
1. Perlindungan dan Pengelolaan
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
Lingkungan Hidup terhadap
lingkunga hidup dan mencegah terjadinya
Keanekaragaman Hayati dalam
pencemaran dan/ atau kerusakan
Undang-Undang Lingkungan Hidup
lingkungan hidup yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, Banyaknya faktor dan
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan pertimbangan perlunya perlindungan dan
hukum. pengelolaan keanekaragaman hayati
menyebabkan semua pihak harus berusaha
Dalam Penjelasan juga dinyatakan
mengatasi serta pemberian perlindungan
pertama, Undang-Undang Dasar Negara
yang optimal baik melalui legislasi
Republik Indonesia Tahun 1945
maupun regulasi. Dalam rangka untuk
menyatakan bahwa lingkungan hidup yang
mencapai tujuan tersebut perangkat
baik dan sehat merupakan hak asasi dan
peraturan perundang-undangan (hukum
hak konstitusional bagi setiap warga
lingkungan) sebagai salah satu sarananya.
negara Indonesia. Oleh karena itu, negara,
Sering terjadinya pelanggaran terhadap
pemerintah, dan seluruh pemangku
keanekaragaman hayati merupakan salah
kepentingan berkewajiban untuk
satu alasan dan pertimbangan mengapa
melakukan perlindungan dan pengelolaan
keanekaragaman hayati perlu mendapatkan
lingkungan hidup dalam pelaksanaan
suatu perlindungan.
pembangunan berkelanjutan agar
lingkungan hidup Indonesia dapat tetap Benturan kepentingan antara
menjadi sumber dan penunjang hidup bagi negara-negara berkembang dengan
rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain. negaranegara maju, tersebut menjadi salah
Kedua, Negara Kesatuan Republik satu penyebab terjadinya pelanggaran.
Indonesia terletak pada posisi silang antara Pemberian perlindungan bagi
dua benua dan dua samudera dengan iklim keanekaragaman hayati menjadi penting
tropis dan cuaca serta musim yang ketika dihadapkan pada potensi
menghasilkan kondisi alam yang tinggi keanekaragaman hayati itu sendiri yang
nilainya. Di samping itu, Indonesia dapat dipakai modal pembangunan
mempunyai garis pantai terpanjang kedua ekonomi suatu bangsa. Di samping itu,
adanya pergeseran dan perubahan konsep
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 46

dari kimiawi kepada natural yang dikenal dengan spesimennya, yang kemudian
dengan back to nature semakin mendorong menghasilkan produk obat baru dan
bahwa kekayaan keanekaragaman hayati dipatenkan untuk kepentingan komersial7
bangsa perlu mendapatkan suatu Untuk mengatasi hal tersebut perlindungan
perlindungan yang maksimal terhadap juga diberikan dalam konteks Undang-
eksploarasi yang dilakukan oleh suatu Undang lingkungan.
industri farmasi.
Pengaturan Perlindungan dan
Perusahaan farmasi yang Pengelolaan Keanekaragaman hayati
kebanyakan terdapat di negara-negara dilindungi oleh Undang-Undang Nomor
maju merupakan pelopor bagi 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
pengembangan industri obat modern, yang Pengelolaan Lingkungan
berasal dari ekstrak obat dengan Hidup(selanjutnya disebut UUPPL).
memanfaatkan sumber daya hayati serta Dalam pertimbangannya disebutkan bahwa
pengetahuan lokal masyarakat tertentu. lingkungan hidup yang baik dan sehat
Oleh karena itu, untuk memenuhi merupakan hak asasi setiap warga negara
kebutuhan tersebut, mereka melakukan Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam
eksplorasi secara agresif ke negara-negara Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara
berkembang seperti India, Thailand, Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa
Brasil, Indonesia yang memiliki sumber pembangunan ekonomi nasional
daya hayati (Genetic Resources) yang diselenggarakan berdasarkan prinsip
sangat besar, untuk diambil dan diteliti pembangunan berkelanjutan dan
tumbuhan obatnya yang dipandang berwawasan lingkungan; bahwa semangat
bernilai tinggi. Indonesia sebagai negara otonomi daerah dalam penyelenggaraan
yang mempunyai kekayaan sumber daya pemerintahan Negara Kesatuan Republik
hayati yang besar ditambah luasnya Indonesia telah membawa perubahan
pengetahuan masyarakat adat/lokal tentang hubungan dan kewenangan antara
penggunaan tumbuhan berkhasiat obat, pemerintah dan pemerintah daerah,
juga merupakan salah satu target dari termasuk di bidang perlindungan dan
negaranegara maju terutama perusahaan- pengelolaan lingkungan hidup; bahwa
perusahaan farmasi besarnya untuk daerah kualitas lingkungan hidup yang semakin
eksplorasi bahan baku alam/tumbuhan menurun telah mengancam kelangsungan
obat. Hasil dari eksplorasi tersebut dibawa perikehidupan manusia dan makhluk hidup
ke negaranya dan tidak jarang bersama 7
Ibid, 2010, hal. 170.
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 47

lainnya sehingga perlu dilakukan negara8 (. Pembangunan ekonomi sendiri


perlindungan dan pengelolaan lingkungan diselenggarakan berdasarkan prinsip
hidup yang sungguh sungguh dan pembangunan berkelanjutan dan
konsisten oleh semua pemangku berwawasan lingkungan. Dalam Pasal 1
kepentingan; bahwa pemanasan global Angka 3 UUPPL disebutkan bahwa
yang semakin meningkat mengakibatkan pembangunan berkelanjutan adalah upaya
perubahan iklim sehingga memperparah sadar dan terencana yang memadukan
penurunan kualitas lingkungan hidup aspek lingkungan hidup, sosial, dan
karena itu perlu dilakukan perlindungan ekonomi ke dalam strategi pembangunan
dan pengelolaan lingkungan hidup; bahwa untuk menjamin keutuhan lingkungan
agar lebih menjamin kepastian hokum dan hidup serta keselamatan, kemampuan,
memberikan perlindungan terhadap hak kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
setiap orang untuk mendapatkan masa kini dan generasi masa depan.
lingkungan hidup yang baik dan sehat
Pembangunan berkelanjutan” atau
sebagai bagian dari perlindungan terhadap
“suistainable development” sebenarnya
keseluruhan ekosistem, perlu dilakukan
bukanlah suatu hal yang baru baik dilihat
pembaruan terhadap Undang- Undang
secara global maupun nasional.
Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pembangunan berkelanjutan merupakan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lihat
suatu proses pembangunan yang
Menimbang dalam UU No. 32 Tahun
mengoptimalkan manfaat dari sumber daya
2009 tentang Perlindungan dan
alam sumber daya manusia, dengan
Pengelolaan Lingkungan Hidup).
menyerasikan sumber alam dengan
Dari pertimbangan di atas dapat manusia dalam pembangunan. Namun
dikatakan bahwa perlindungan terhadap dalam pelaksanaannya masih belum
keanekaragaman hayati merupakan salah dipahami dengan baik dan oleh karenanya
satu bentuk modal pembangunan ekonomi. menunjukkan banyak kerancuan pada
Kekayaan keanekaragaman hayati ini tingkat kebijakan dan pengaturan dan
tergolong yang dapat diperbaharui mempunyai banyak gejala pada tatanan
(Renewable Resources), sehingga dapat implementasi atau pelaksanaanya. Sebagai
dimanfaatkan dan dikembangkan secara sebuah konsep, pembangunan yang
terus menerus sebagai salah satu
8
http://elon3005.wordpress.com/keanekaragaman-
komponen aset pembangunan suatu
hayati dalam perkembangan-hukum
lingkunganinternasional/ Andreas Pramudianto,
Diakses 15 Agustus 2014 jam 12.00)
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 48

berkelanjutan mengandung pengertian keserasian ekologis, demi kelangsungan


sebagai pembangunan yang hidup manusia, secara khusus resolusi
“memperhatikan” dan Sidang Umum PBB No. 2657 (XXV)
“mempertimbangkan” dimensi lingkungan, Tahun 1970 menugaskan kepada Panitia
dalam pelaksanaannya sudah menjadi topik Persiapan untuk mencurahkan perhatian
pembicaraan dalam konferensi Stockholm kepada usaha “melindungi dan
(UN Conference on the Human mengembangkan kepentingan-kepentingan
Environment) tahun 1972 yang negara yang sedang berkembang” dengan
menganjurkan agar pembangunan menyesuaikan dan memperpadukan secara
dilaksanakan dengan memperhatikan serasi kebijakan nasional di bidang
faktor lingkungan9 Menurut Sundari lingkungan hidup dengan rencana
Rangkuti, Konferensi Stocholm membahas Pembangunan Nasional, berikut skala
masalah lingkungan serta jalan keluarnya, prioritasnya.
agar pembangunan dapat terlaksana
Amanat inilah yang kemudian
dengan memperhitungkan daya dukung
dikembangkan dan menjadi hasil dari
lingkungan (eco-development)10.
Konferensi Stocholm yang dapat dianggap
Dilaksanakannya konferensi tersebut
sebagai dasar-dasar atau cikal bakal konsep
adalah sejalan dengan keinginan dari PBB
“Pembangunan Berkelanjutan”. Pengaruh
untuk menanggulangi dan memperbaiki
Konferensi Stocholm ini terhadap gerakan
kerusakan lingkungan yang terjadi.
kesadaran lingkungan tercermin dari
Bertepatan dengan perkembangan dan peningkatan perhatian
diumumkannya “Strategi Pembangunan terhadap masalah lingkungan dan
Internasional” bagi “Dasawarsa terbentuknya perundangundangan nasional
Pembangunan Dunia ke–2 “(The Second di bidang lingkungan hidup, termasuk di
UN Development Decade) yang dimulai Indonesia11.
pada tanggal 1 Juni 1970, Sidang Umum
Pembangunan berkelanjutan
PBB menyerukan untuk meningkatkan
merupakan suatu proses pembangunan
usaha dan tindakan nasional serta
yang mengoptimalkan pengelolaan,
Internasional guna menanggulangi “proses
manfaat dari sumber daya alam hayati,
pemerosotan kualitas lingkungan hidup”
sumber daya manusia, dengan
agar dapat diselamatkan keseimbangan dan
9 11
Soerjani, 1977: 66, yang diunduh dari robinilmu Silalahi, 1992:20 yang diambil oleh
lingkungan dan limnologi.blogspot.com). www.blagshot, pembangunan berlanjutan dalalm
10
Rangkuit,op.cit.hlm 27 kelestarian SDA).
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 49

menyerasikan sumber alam hayati dalam didasarkan kepada ketentuan-ketentuan


pembangunan. Sumber Daya Alam Hayati peraturan perundang-undangan dan/atau
adalah unsur hayati di alam terdiri dari persyaratan lingkungan. Oleh karenanya
sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan dapat dikatakan, bahwa ada terjadinya
sumber daya hewan (satwa) yang bersama kesimpangsiuran antara das sollen dan das
unsure non hayati disekitarnya secara sein dalam praktik penegakan hukum
keseluruhan membentuk ekosistem. lingkungan, sehingga untuk memahami
substansi dari penegakan hukum terdapat
Sebagai salah satu ruang lingkup
beberapa masalah, antara lain13:
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup dalam Undang-undang Nomor 32 1. Apakah peraturan perundangundangan
Tahun 2009 untuk mewujudkan dalam perlindungan dan pengelolaan
pencapaian pembangunan berkelanjutan lingkungan hidup di Indonesia sudah
yang berwawasan lingkungan adalah diatur secara maksimal.
“penegakan hukum”, dikenal juga dengan 2. Sejauhmana sinkronisasi peraturan
istilah “penerapan hukum” dan dalam perundang-undangan perlindungan
bahasa Belanda “rechtstoepassing, dan pengelolaan lingkungan hidup
rechtshandhaving, bahasan Inggris, “law dalam hubungannya dengan
enforcement, application, role of law”. penegakan hukum lingkungan.
Terdapat beberapa batasan tentang 3. Sejauhmana peranan dan keefektivan
pengertian penegakan hukum, antara instrumen pengelolaan lingkungan
12
lain :( Penegakan hukum adalah hidup yang telah ditetapkan dalam
“kewajiban dari seluruh masyarakat dan Undang-undang No. 32 Tahun 2009
untuk ini pemahaman tentang hak dan dapat mengatasi pencemaran dan/atau
kewajiban menjadi syarat mutlak. perusakan lingkungan hidup dan
Masyarakat bukan penonton bagaimana sebagai sarana penegakan hukum
hukum ditegakkan, akan tetapi masyarakat lingkungan.
aktif berperan dalam penegakan hukum. 4. Bagaimana realisasi dan kebijakan
Penegakan hukum lingkungan adalah Pemerintah serta peranserta
sebagai suatu tindakan dan/atau proses masyarakat yang telah dilakukan
paksaan untuk mentaati hukum yang dalam penegakan hukum lingkungan.

12 13
http://profsyamsularifin.wordpress.com/2011/ http://profsyamsularifin.wordpress.com/2011/
12/26/perundang-undangan-perlindungan- 12/26/perundang-undangan-perlindungan-
danpengelolaan-lingkungan-hidup/diakses tanggal danpengelolaan-lingkungan-hidup/diakses tanggal
18 Agustus 2014.. 18 Agustus 2014.
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 50

5. Sejauhmana peran (aktor) para aparat bumi, Indonesia memiliki keanekaragaman


penegak hukum yang terkait dalam hayati dan Sumber Daya Genetik (SGD)
pelaksanaan peraturan yang besar. Sekitar 17% keseluruhan
perundangundangan perlindungan dan makhluk hidup terdapat di Indonesia.
pengelolaan lingkungan hidup sebagai
Dalam UUPPL perlindungan dan
upaya penegakan hokum.
pengelolaan menjadi satu kesatuan, hal ini
6. Bagaimana realisasi dan kebijaksanaan
tampak sebagaimana diatur dalam Pasal 1
pemerintah dalam hal ini para aparat
Angka 2 Perlindungan dan pengelolaan
yang terkait dalam penyelesaian
lingkungan hidup adalah upaya sistematis
kasus-kasus lingkungan sebagai
dan terpadu yang dilakukan untuk
kelembagaan yang melakukan upaya
melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
penegakan hukum lingkungan, baik
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
berdasarkan ketentuan Undangundang
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
No. 32 Tahun 2009 maupun Undang-
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
undang yang terkait.
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan
7. Upaya-upaya yang telah dilakukan
hukum.
Pemerintah untuk penegakan hukum
lingkungan yang bersifat refresif Konservasi sumber daya alam
dalam mewujudkan pembangunan merupakan upaya pemeliharaan
berwawasan lingkungan. lingkungan hidup hal ini diatur dalam Bab
2. Implementasi Hukum dalam VI Pemeliharaan Pasal 57 (1).
Perlindungan dan Pengelolaan Pemeliharaan lingkungan hidup dilakukan
terhadap Keanekaragaman Hayati melalui upaya: a. konservasi sumber daya
dalam Kontek Hukum Lingkungan alam; b. pencadangan sumber. Ayat 2
menyebutkan, konservasi sumber daya
Pentingnya pengelolaan dan
alam meliputi kegiatan: a. perlindungan
perlindungan keanekaragaman hayati
sumber daya alam; b. pengawetan sumber
mengingat Indonesia dikenal sebagai
daya alam; dan c. pemanfaatan secara
megadiversity country, mempunyai potensi
lestari sumber daya alam. Sedangkan Ayat
sumber daya alam yang besar, mulai dari
3 menyebutkan bahwa pencadangan
laut, udara, dan daratan cukup besar
sumber daya alam merupakan sumber daya
menempati peringkat kedua dunia setelah
alam yang tidak dapat dikelola dalam
Brasil, Sebagai negara kepulauan yang
jangka waktu tertentu, kemudian dalam
mempunyai luas 1,3% dari luas permukaan
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 51

ayat 5 mengenai konservasi dan bersangkutan dalam jangka panjang


pencadangan sumber daya alam serta tidak dapat menjalankan usahanya
pelestarian fungsi atmosfer sebagaimana dengan baik. Oleh karena itu,
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan tanggung jawab sosial harus
Peraturan Pemerintah. diperhatikan.
3) Prinsip pengelolaan sumber daya
Pengelolaan Sumber Daya Alam
alam; ini harus diselenggarakan
harus berdasarkan 4 prinsip yang sama
meminimalkan dampak negatif
pentingnya:14
terhadap lingkungan. Pada

1) Prinsip ekonomi; membantu dasarnya semua kegiatan manusia

melestarikan alam karena dengan mempunyai dampak pada


memanfaatkan sesedikit mungkin lingkungan tetapi dengan

input bisa menghasilkan output yg menggunakan manajemen yng baik

sebesarbesarnya. Dalam kegiatan dan tanggungjawab dengan dunia

bisnis, keuntungan adalah wajar sekitarnya maka dampak tersebut

karena dapat membayar pajak, dapat diminimalkan.

memberikan kesejahteraan 4) Pembangunan harus dapat

karyawan maupun memberikan dijalankan secara berkelanjutan,

kontribusi bagi masy sekitar dengan tetap mengetengahkan

2) Tanggung jawab social; suatu unsur pembangunan ekonomi.

kegiatan usaha baik industri atau Tanpa pembangunan ekonomi

pengelolaan SDA harus dijalankan maka jangka panjang pendek

sedemikian rupa sehingga negara kita tidak akan keluar dari

masyarakat dapat manfaat sebesar- krisis ekonomi.

besarnya selain menerima usaha


Paradigma baru pembangunan dan
yang bersangkutan. Segala
pengelolaan SDA disampaikan oleh wakil
pemenuhan persyaratan formal
masyarakat madani dan akademisi15.
maupun legal tidak akan berarti jika
Permasalahan yang pertama adalah perlu
masyarakat sekitar menolak
pembangunan, dan yang kedua adalah
kehadiran industri yang
lingkungan/SDA yang lestari apakah
bersangkutan dan hal yg demikian
keduanya bertentangan atau tidak.
tentu akan membuat industri yang
Pembanguan harus dilakukan untuk

14 15
(Noke Kiroyan, 2000, hal. 46). Ibid
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 52

meningkatkan kesejahteraan masyarakat memproduksi atau menghasilkan


dan kesejahteraan itu tersimpul dalam barang/output sebanyak mungkin dengan
pendapatan yang diperoleh dari hasil menggunakan SDA, dan memanfaatkan
peningkatan pendapatan yang diperoleh SDA sekecil mungkin termasuk
dari hasil produksi sehingga dimungkinkan limbahnya. Bagaimana kita dapat
peningkatan komsumsi. Di lain pihak, meningkatkan pendapatan perunit
lingkungan harus tetap utuh dan lestari. (persatuan) SDA sehingga added valuenya
Jadi titik temu keduanya adalah SDA. juga meningkat. 4. Paradigma kelompok
Produksi dan konsumsi yang bertumpu ketiga harus diubah, yaitu pergeseran dari
pada SDA. Lingkungan memuat SDA itu, human mind capital (modal pikiran
maka persoalannya bagaimana manusia) kepada natural capital (modal
meningkatkan pembangunan dan alami). Hutan adalah modal alami, maka
mengelola SDA, tetapi tetap memelihara yang harus kita investasikan adalah jangan
lingkungan yang lestari. terlalu banyak bikin mesin gergaji yang
kemampuan hutannya akan habis karena
Strategi dan langkah yang diambil
gergaji tersebut, tetapi bagaimana
adalah sebagai berikut: 1. Pembangunan
membuat kawasan hutan yang semakin
ekonomi adalah subsistem dari suatu
banyak yang teruntuhkan. Agar hasil alam
ekosistem, jadi harus menempatkan
yang diperoleh dapat berlanjut maka perlu
pembangunan ekonomi dalam ruang
adanya pembagian antara human mind
lingkup ekosistem. 2. Pemenuhan
capital dengan natural capital, sehingga
kesejahteraan manusia menyangkut
logika pemikiran pembangunan dapat
kegiatan untuk
disertai gerak investasi pada peningkatan
menggunakan/memanfaatkan SDA dibagi
natural capital tersebut.
dengan jumlah penduduk. Supaya ada
distribusi pendapatan yang fair, adil dan Pengelolaan dan Perlindungan
merata maka setiap penduduk dapat Sumber Daya Alam Khususnya
menikmati resources yang sama Keanekaragaman Hayati dalam Peraturan
dibandigkan dengan penduduk yang lain. Perundang-undangan yang lain dapat kita
3. Pengelolaan SDA ditujukan untuk telusuri sebagai berikut :
meningkatkan hasil pembanguanan yang
Pertama, Ketentuan undang-
dilakukan melalui penggunaan teknologi
undang pokok agraria tersebut, dapat
yang ramah lingkungan Diterapkan azas
dikatakan bahwa pembuat UU sedikit
eko efisiensi, dalam pengertian bagaimana
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 53

menyadari tentang urgensi daripada hakikatnya adalah bagian integral dari


pengelolaan lingkungan hidup dan sumber pembangunan nasional yang berkelanjutan
sumber daya alam oleh negara jauh sebagai pengamalan Pancasila. Di samping
sebelum Konferensi Stockholm tentang itu, unsur-unsur sumber daya alam hayati
lingkungan hidup manusia tahun 1972, dan ekosistemnya pada dasarnya saling
Stockholm Declaration On The Human tergantung antara satu dengan yang lainnya
Environment 1972. Keduanya mempunyai dan saling mempengaruhi sehingga
kesamaan subjek yang hendak dicapai, kerusakan dan kepunahan salah satu unsur
yaitu samasama memuat pikiran-pikiran akan berakibat terganggunya ekosistem.
pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup Untuk menjaga agar pemanfaatan sumber
manusia serta penggunaan dan penggalian daya alam hayati dapat berlangsung
sumber sumber daya alam yang bijaksana dengan cara sebaik-baiknya, maka
untuk kemanfaatan dan kemajuan diperlukan langkah-langkah konservasi
kemanusiaan, sebagaimn dinyatakan dalam sehingga sumber daya alam hayati dan
16
preamble declaration Stockholm sub 7 . ekosistemnya selalu terpelihara dan
mampu mewujudkan keseimbangan serta
Kedua, Undang-Undang Nomor 5
melekat dengan pembangunan itu sendiri.
Ttahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Undang-Undang ini bertujuan untuk
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
melestarikan sumber daya alam hayati dan
(Lembaran Negara RI Tahun 1990 Nomor
keseimbangan ekosistemnya guna
49, Tambahan Lembaran Negara Republik
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia Nomor 3419) Pasal 7 berbunyi
dan mutu kehidupan manusia. Tujuan ini
bahwa perlindungan sistem penyangga
hendak diwujudkan melalui Perlindungan
kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya
sistem penyangga kehidupan, pengawetan
proses ekologis yang menunjang
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
kelangsungan kehidupan untuk
dan pemanfaatan sumber daya alam hayati
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan ekosistemnya secara lestari. Tujuan
dan mutu kehidupan manusia serta dalam
tersebut menjadi tanggung jawab dan
menimbang bahwa pembangunan sumber
kewajiban pemerintah dan masyarakat17.
daya alam hayati dan ekosistemnya pada
Ketiga,Undang-Undang Nomor 12
16
E.Ruchijat, Pengelolaan dan Pendayagunaan Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Sumber Alam dan Lingkungan Hidup
bagi Kesejahteraan Manusia, (Bina
Tanaman (Lembaran Negara RI Tahun
Cipta. 1980) hlm.12
17
Tommy H. Purwaka, 1997, hal.22
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 54

1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran hutan merupakan kekayaan yang dikuasai
Negara Republik Indonesia Nomor 3478), negara, dimanfaatkan secara optimal, serta
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 dijaga kelestarianya untuk kemakmuran
tentang Karantina Hewan, Ikan dan rakyat; dan hutan sebagai penentu sistem
Tumbuhan (Lembaran Negara RI Tahun penyangga kehidupan dan sumber
1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran kemakmuran rakyat dijaga secara
Negara Republik Indonesia Nomor 3482), bijaksana, terbuka, profesional serta
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 bertanggung jawab. Implementasi dari
tentang Pengesahan United Nations Pasal 22 adalah PP No. 6 Tahun 2007
Convention on Biological Diversity tentang Tata Hutan dan Penyusunan
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Rencana Pengelolaan Hutan Pasal 78 dan
mengenai Keanekaragaman Hayati) Pasal 80. Selain itu, Undang-Undang
(Lembaran Negara RI Tahun 1994 Nomor Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
41, Tambahan Lembaran Negara Republik Daya Air menyatakan bahwa sumber daya
Indonesia Nomor 3556), dan Undang- air dikelola berdasarkan asas kelestarian,
Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang keseimbangan, kemanfaatan umum,
Pangan (Lembaran Negara RI Tahun 1996 keterpaduan dan keserasian, keadilan,
Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara kemandirian, serta transparansi dan
Republik Indonesia Nomor 3656) juga akuntabilitas. Pasal 3 Sumber daya air
mnegatur hal yang sama. dikelola secara menyeluruh, terpadu dan
berwawasan lingkungan hidup dengan
Keempat, Undang-Undang Nomor
tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-
(Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor
besar kemakmuran rakyat. Di dalam Pasal
167, Tambahan Lembaran Negara
4 disebutkan bahwa sumber daya air
Republik Indonesia Nomor 3888) Pasal 1
mempunyai fungsi sosial, lingkungan
Angka 2 menyatakan bahwa hutan adalah
hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
dan diwujudkan secara selaras. Pasal 45 (4)
lahan berisi sumber daya alam hayati yang
menyatakan bahwa pengusahaan sumber
didominasi pepohonan dalam persekutuan
daya air diselenggarakan dengan
alam lingkungannya, yang satu dengan
memperhatikan fungsi sosial dan
lainnya tidak dapat dipisahkan.
kelestarian lingkungan hidup, yaitu: a.
Pengelolaan diatur dalam Pasal 21 sampai
bahwa sumber daya air merupakan karunia
dengan Pasal 45 yang menegaskan bahwa
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 55

Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan orang mengetahuinya, memerintahkan


manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan pengundangan Undang-undang ini dengan
bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala penempatannya dalam Lembaran Negara
bidang; dan b. bahwa dalam menghadapi Republik Indonesia. Lampirannya adalah
ketidakseimbangan antara ketersediaan air Article 1 Objective yang berbunyi: “In
yang cenderung menurun dan kebutuhan accordance with the precautionary
air yang semakin meningkat, sumber daya approach contained in Principle 15 of the
air wajib dikelola dengan memperhatikan Rio Declaration on Environmentand
fungsi sosial, lingkungan hidup dan Development, the objective of this Protocol
ekonomi secara selaras. is to contribute to ensuring an adequate
level of protection in thefield of the safe
Kelima, Undang-Undang Nomor 21
transfer, handling and use of living
Tahun 2004 tentang Pengesahan
modified organisms resulting from modern
Cartagena Protocol on Biosafety to the
biotechnology thatmay have adverse
Convention on Biological Diversity
effects on the conservation and sustainable
(Protokol Cartagena tentang Keamanan
use of biological diversity, taking also
Hayati atas Konvensi tentang
intoaccount risks to human health, and
Keanekaragaman Hayati) (Lembaran
specifically focusing on transboundary
Negara RI Tahun 2004 Nomor 88,
movements”. Article 2 General Provisions
Tambahan Lembaran Negara Republik
berbunyi: “Each Party shall take
Indonesia Nomor 4414) memuat hal-hal
necessary and appropriate legal,
sebagai berikut: Pasal 1 mengesahkan
administrative and other measures to
Cartagena Protocol on Biosafety to the
implementits obligations under this
Convention on Biological Diversity
Protocol”. Dalam pertimbangan undang-
(Protokol Cartagena tentang Keamanan
undang tersebut dijelaskan bahwa
Hayati atas Konvensi tentang
Indonesia merupakan salah satu negara
Keanekaragaman Hayati), yang salinan
yang memiliki keanekaragaman hayati
naskah aslinya dalambahasa Inggris dan
sangat kaya yangperlu dikelola untuk
terjemahannya dalam bahasa Indonesia
melaksanakan pembangunan berkelanjutan
sebagaimana terlampir merupakan bagian
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
yang tidak terpisahkan dengan
umum; bahwa Indonesia telah
Undangundang ini. Pasal 2 menyatakan
mengesahkan Konvensi Keanekaragaman
bahwa undang-undang ini mulai berlaku
Hayati (United Nations Convention on
pada tanggal diundangkan. Agar setiap
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 56

Biological Diversity) dengan barang dan jasa hasil tanaman tersebut,


UndangUndang Nomor 5 Tahun 1994 dengan bantuan ilmu pengetahuan dan
tentang Pengesahan United Nations teknologi, permodalan dan managemen
Convention on Biological Diversity untuk mewujudkan kesejahteraan bagi
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
mengenai Keanekaragaman Hayati) yang Perkebunan sebagai salah satu bentuk
mengamanatkan ditetapkannya suatu pengelolaan sumber daya alam yang perlu
Protokol tentang Keamanan Hayati; dan dilakukan secara terencana, terbuka,
bahwa pesatnya perkembangan ilmu terpadu, profesional dan bertanggung
pengetahuan dan teknologi telah jawab. Perkebunan mempunyai peranan
mendorong peningkatan penelitiandan yang penting dan strategis dalam
pengembangan bioteknologi yang mampu pembangunan nasional, terutama dalam
menghasilkan organisme hasil modifikasi meningkatkan kemakmuran dan
genetik yang dimanfaatkan di bidang kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa
pangan, pertanian, kehutanan, farmasi dan negara, serta optimalisasi pengolahan
industri; bahwa organisme hasil modifikasi sumber daya alam secara
genetik mengandung risiko yang berkelanjutan18(Baca Penjelasan Umum
menimbulkan dampak merugikan terhadap UU No. 18 Tahun 2004).
lingkungan dan kesehatan manusia
Ketujuh, Di samping itu, Undang-
sehingga untuk menjamin tingkat
Undang Nomor 4 Tahun 2006 tentang
keamanan hayati perludiatur pemindahan,
Pengesahan International Treaty on Plant
penanganan, dan pemanfaatannya.
Genetic Resources for Food and
Keenam, Berkaitan dengan Agriculture (Perjanjian mengenai Sumber
perkebunan, Undang-Undang Nomor 18 Daya Genetik Tanaman Untuk Pangan dan
Tahun 2004 tentang Perkebunan Pertanian) (Lembaran Negara RI Tahun
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 2006 Nomor 23, Tambahan Lembaran
85, Tambahan Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia Nomor 4612)
Indonesia Nomor 4411) Pasal 1, Pasal 2 di dalam pertimbangannya dijelaskan
Pasal 3 menjelaskan bahwa perkebunan bahwa Indonesia merupakan negara yang
adalah segala kegiatan yang mengusahakan sangat kaya akan keanekaragaman hayati
tanaman tertentu pada tanah dan atau sehingga perlu dilestarikan dan
media tumbuh lainnya dalam ekosistem dimanfaatkan untuk melaksanakan
yang sesuai, mengolah dan memasarkan 18
UU No. 18 Tahun 2004
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 57

pembangunan berkelanjutan dalam rangka sumber daya alam, karena semata mata
meningkatkan kesejahteraan seluruh dipergunakan sebagai perangkat hukum
rakyat. (legal instrument) untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi (law as a tool for
Kedelapan, Undang-Undang
economic growth development) melalui
Nomor 27 Tahun 2007 tentang
peningkatan pendapatan dan devisa negara
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
(state revenue oriented). Kedua, Orientasi
Pulau Kecil (Lembaran Negara RI Tahun
pengelolaan sumber daya alam lebih
2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran
berpihak pada pemodalpemodal besar
Negara Republik Indonesia Nomor 4739)
(capital oriented), sehingga mengabaikan
Pasal 6 Ayat (3), (4) dan (5) menjelaskan
kepentingan dan dan akses atas sumber
bahwa dengan merujuk kepada peraturan
daya alam serta mematikan potensi potensi
yang lebih tinggi, Pemerintah Daerah dapat
perekonomian masyarakat local.
menyusun suatu tata ruang lautan di mana
keanearagaman hayati termasuk Keempat, Ideologi penguasaan dan
didalamnya. pemanfaatan sumber daya alam berpusat
pada negara (state- based resource control
Peraturan perundang-undangan
and management), sehingga pengelolaan
yang berkaitan dengan sumber daya alam,
sumber daya alam bercorak sentralistik.
seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Kelima, Implementasi pengelolaan yang
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
dilakukan pemerintah bersifat sektoral,
Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor
sehingga sumber daya alam tidak dilihat
11 Tahun 1967 tentang Pertambangan,
sebagai sistem proposional mengenai
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974
perlindungan hak-hak asasi manusia
tentang Pengairan, Undang-Undang
(HAM) dalam penguasaan, pemanfaatan
Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan,
dan pengelolaan sumber daya alam. Dan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999
keenam, Undang-Undang tersebut tidak
tentang Kehutanan, pada dasarnya
mengatur secara tegas dan komprehensif.
memiliki karakteristik dan kelemahan
substansial sebagai berikut: Dalam kaitannya dengan sumber
daya alam, setelah diterbitkannya Undang-
Pertama, Undang-undang tersebut
Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
berorentasi pada eksploitasi (useoriented)
Penanaman Modal Asing, karakter
sehingga mengabaikan kepentingan
kebijakan pengelolaan sumber daya alam
konservasi dan berkelanjutan fungsi
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 58

dan lingkungan hidup di Indonesia masih tentang Konservasi Sumber Daya Alam
sangat eksploitatif. Karakter ini juga Hayati dan Ekosistemnya. Di dalam
diperparah dengan pola pengelolaan SDA peraturan perundang-undangan tersebut
yang sentralistik dengan pendekatan kawasan hutan terbagi ke dalam beberapa
penyeragaman. Kelemahan lain adalah status, yaitu: hutan negara dan hutan hak.
kebijakan dan peraturan perundang- Hutan secara fungsi juga terbagi ke dalam
undangan pengelolaan dan konservasi fungsi lindung, fungsi produksi dan fungsi
SDA selama ini masih kentalnya orientasi konservasi.
sektoral. Setiap instansi sektoral atau
Kawasan konservasi di Indonesia
sektor hanya memikirkan bidang tugas dan
terbagi ke dalam Kawasan Suaka Alam
kepentingannya tanpa melihat adanya
dan Kawasan Pelestarian Alam. Kawasan
peluang koordinasi, komunikasi atau
ini di bawah kewenangan Direktorat
bahkan kerjasama bagi terwujudnya
Jenderal Perlindungan Hutan dan
pengelolaan SDA yang lebih efisien,
Konservasi Alam Kementerian Kehutanan.
efektif dan berkelanjutan. Dengan kata
Di tingkat lokasi kawasan, Balai Taman
lain, masih kuatnya egosektoral telah
Nasional menjadi lembaga yang bertugas
menghambat terjalinnya koordinasi dan
mengurus Taman Nasional. Untuk
kerjasama dalam pengelolaan SDA secara
mengamankan kawasan konservasi seperti
berkelanjutan. Akibat lanjut dari
Taman Nasional dilakukan oleh Polisi
kecenderungan tersebut adalah terkotak-
Kehutanan dan PPNS Kehutanan. Di sisi
kotaknya wilayah SDA berdasarkan batas-
pemerintahan daerah pada tahun 2004
batas administratif dan kepentingan politik
urusan pemerintahan yang didelegasikan
dan ekonomi. Obyek yang sama bisa
kepada pemerintah daerah kembali
menjadi lahan eksploitasi dan pertarungan
mengalami perubahan seiring dengan
kepentingan berbagai sektor. Akhirnya,
digantinya Undang-undang No. 22 Tahun
munculah degradasi lingkungan hidup dan
1999 tentang Pemerintahan Daerah
penegasian konservasi sumber daya alam
menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang
hayati secara signikan. Hingga saat ini
Pemerintahan Daerah dengan Peraturan
pengelolaan kawasan hutan di Indonesia
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
mengacu pada peraturan
Pembagian Urusan Pemerintahan antara
perundangundangan di bidang kehutanan,
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
yaitu UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Kabupaten/Kota. Beberapa hal
Kehutanan dan UU No. 5 tahun 1990
tentang konservasi yang sebelumnya
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 59

termasuk ke dalam kategori kewenangan komprehensif. Undang-undang ini cukup


bidang lain yang menjadi kewenangan dapat dijadikan dasar untuk memberikan
pemerintah pusat/nasional, dalam perlindungan terhadap keberadaan sumber
perubahan undang-undang otonomi daerah daya hayati atau keanekaragaman hayati.
ini tidak secara spesifik disebutkan. Dalam Namun demikian, masih diperlukan
undang-undang otonomi daerah yang baru pemberian petunjuk teknis yakni peraturan
masih menyebutkan secara jelas urusan pelaksanaan yang mengatur bagaimana
pemerintahan yang menjadi urusan perlindungan diterapkan dalam lapangan
Pemerintah meliputi: politik luar negeri, serta elemen serta pihak pihak mana yang
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dapat diajak kerjasama dalam memberi-
dan skala nasional agama. kan perlindungan tersebut sebagaimana
telah diadakan konferensi terkait
Dalam ketentuan berikutnya di
pengelolaan dan perlindungannya.
pasal yang sama pemerintah pusat masih
Undang-undang yang lain bisa dipakai
memiliki kompetensi untuk melakukan
untuk memberikan perlindungan, serta
pengurusan selain urusan yang sudah
pengelolaan dan konservasi SDA,
disebutkan secara tertulis dalam
walaupun mereka dibentuk unttuk
undangundang otonomi daerah, sepanjang
melindungi egosektoral masing masing
urusan tersebut diatur dalam undang-
sesuai tujuan undang undang tersebut
undang. Untuk menjalankan kewenangan
dibentuk.
tersebut pemerintah dapat
menyelenggarakan sendiri, atau Kedua, Perlindungan dan
melimpahkan kepada Gubernur selaku pengelolaan keanekaragaman hayati dalam
wakil pemerintah, atau menugaskan hukum lingkungan dan peraturan
kepada pemerintah daerah dan/atau perundang-undangan lainnya sudah di
pemerintahan desa berdasarkan asas tugas implementasikan oleh pemerintah dan
perbantuan. stakeholder dalam menjaga keanekaragam
hayati di indonesia. Dengan demikian,
KESIMPULAN
harus ada undang-undang yang lebih
Pertama, Undang-Undang Nomor memberikan perlindungan tersendiri, kalau
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan perlu adanya sui generis dalam rangka
Pengelolaan Lingkungan Hidup sudah pemberian perlindungan yang optimal
melindungi keaenekaragaman hayati dengan pelibatkan pemangku kepentingan
indonesia, namun belum optimal dan serta stakeholder itu sendiri.
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 60

DAFTAR PUSTAKA Rhiti, Hyronimus, Kompleksitas


Permasalahan Lingkungan Hidup,
Danusaputra, Munadjat, 1981, Hukum
Yogyakarta: Universitas Atma
Lingkungan Buku I: Umum,
Jaya Yogyakarta.
Bandung: Binacipta.
Ruchijat, E., 1980, Pengelolaan dan
Erwin, Muhamad, 2008., Hukum
Pendayagunaan Sumber Alam dan
Lingkungan dalam Sistem
Lingkungan Hidup bagi
Kebijaksanaan Pembangunan
Kesejahteraan Manusia, Bina
Lingkungan Hidup, Bandung:
Cipta.
Penerbit PT Refika Aditama.
Suhartini, “Peran Konservasi
Indrawan, Mochamad, dkk., 2007, Biologi
Keanekaragaman Hayati dalam
Konvservasi, Jakarta: Yayasan
Menunjang Pembangunan yang
Obor Indonesia.
Berkelanjutan”, Prosiding

Pamulardi, Bambang, 1999, Hukum Seminar Nasional Penelitian,

Kehutanan dan Pembangunan Pendidikan dan Penerapan MIPA,

Bidang Kehutanan, Jakarta: PT Fakultas MIPA, Universitas

Raja Grafindo Persada. Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009.

Purwaka, Tommy H., 1997, Laporan Akhir Steward, Richard B. and James E. Krier,

Analisis dan Evaluasi Hukum 1978, Eviromental Law and


Tentang Konservasi Sumber Daya Policy, The Bobbs-Merrill

Alam Hayati Dan Ekosistemnya Campany Inc.

Dalam Rencana Umum Tata


Tim Penyusun, 2003, Kamus Besar Bahasa
Ruang, Badan Pembinaan Hukum
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Nasional, Jakarta: Departemen
Kehakiman RI. Toha M. B., Moch., Impian dan Tantangan
Manusia Indonesia dalam
Rangkuti, Siti Sundari, 2005, Hukum
Mewujudkan Hutan dan Kebun
Lingkungan dan Kebijaksanaan
Lestari sebagai Anugerah dan
Lingkungan Nasional, Edisi
Amanah Tuhan Yang Maha Esa,
Ketiga, Surabaya: Airlangga
Konsepsi Pemanfaatan Sumber
University Press.
Daya Hutan Sebesarbesarnya
untuk Kemakmuran Rakyat,
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 61

Jakarta: Departemen Kehutanan Diversity (Protokol Cartagena


dan Perkebunan. tentang Keamanan Hayati atas
Konvensi tentang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Keanekaragaman Hayati)
tentang Perlindungan dan
(Lembaran Negara RI Tahun 2004
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Nomor 88, Tambahan Lembaran
(Lembaran Negara RI Tahun 2009
Negara Republik Indonesia
Nomor 140, Tambahan Lembaran
Nomor 4414)
Negara Republik Indonesia
Nomor 5059). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004
tentang Perkebunan (Lembaran
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
Negara RI Tahun 2004 Nomor
tentang Pengelolaan Wilayah
85, Tambahan Lembaran Negara
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Republik Indonesia Nomor 4411)
(Lembaran Negara RI Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
Negara Republik Indonesia tentang Perjanjian Internasional
Nomor 4739). (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006
185, Tambahan Lembaran Negara
tentang Pengesahan International
Republik Indonesia Nomor 4012).
Treaty on Plant Genetic
Resources for Food and Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999
Agriculture (Perjanjian mengenai tentang Hubungan Luar Negeri
Sumber Daya Genetik Tanaman (Lembaran Negara Republik
Untuk Pangan dan Pertanian) Indonesia Tahun 1999 Nomor156,
(Lembaran Negara RI Tahun 2006 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 23, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3882)
Negara Republik Indonesia
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1996
Nomor 4612)
tentang Pangan (Lembaran
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 Negara RI Tahun 1996 Nomor
tentang Pengesahan Cartagena 99, Tambahan Lembaran Negara
Protocol on Biosafety to the Republik Indonesia Nomor 3656)
Convention on Biological
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 62

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 Negara Republik Indonesia


tentang Pengesahan Konvensi Nomor 3419)
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990
mengenai Keanekaragaman
tentang Pariwisata
Hayati (United Nations
Convention on Biological Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983
Diversity, (Lembaran Negara tentang Zona Ekonomi Eksklusif
Republik Indonesia Tahun 1994 Indonesia
Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

Nomor 3556). tentang Undang-undang Pokok


Agraria (Lembaran Negara RI
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 Tahun 1960 Nomor 104,
tentang Sistem Budidaya Tambahan Lembaran Negara
Tanaman (Lembaran Negara RI Republik Indonesia Nomor 3419)
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
http://www.menlh.go.id/
Lembaran Negara Republik
http://id.wikipedia.org
Indonesia Nomor 3478)
http://www.hukumsumberhukum.com
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 http://suplirahimdm99.blogspot.com
tentang Karantina Hewan, Ikan http://www.menlh.go.id/
dan Tumbuhan (Lembaran Negara http://profsyamsularifin.wordpress.com
RI Tahun 1992 Nomor 56, http://wordpress.com
Tambahan Lembaran Negara http://www.menlh.go.id/hari-
Republik Indonesia Nomor 3482) keanekaragamanhayati-22-Mei-2013

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 http://elon3005.wordpress.com/keanekarag


tentang Konservasi Sumber Daya aman-hayati dalam perkembangan-hukum
Alam Hayati dan Ekosistemnya lingkunganinternasional/ Andreas
(Lembaran Negara RI Tahun 1990 Pramudianto, Diakses 15 Agustus 2014
Nomor 49, Tambahan Lembaran jam 12.00)

You might also like