Professional Documents
Culture Documents
1 Juni 2019 39
Asram A.T.Jadda
Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Parepare KM 6 Kota Parepare
Kode Pos91113, Telpon: 0421-22757/Fax 0421-2554 Sulawesi-selatan Indonesia
Email: Asram_77@yahoo.co.id/081230293103
3
kebutuhan tersebut, mereka melakukan
(http://www.menlh.go.id/hari-
keanekaragamanhayati-22-Mei-2013), diakses 5 eksplorasi secara besar-besaran ke negara-
juni 2019
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 42
mengikuti sifat dan watak dari lingkungan lagi dengan Undang-Undang Nomor 32
sendiri, serta dengan demikian lebih Tahun 2009, yang dalam ketentuan termuat
banyak yang berguru pada ekologi. pada Pasal 125, disebutkan pada saat
Dengan orientasi kepada lingkungan ini, UndangUndang ini mulai berlaku,
kemudian hukum lingkungan modern UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997
memiliki sifat utuh mnyeluruh tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(komprehensif integral), artinya selalu (Lembaran Negara Republik Indonesia
berada dalam dinamika dengan sifat & Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
wataknya yang luwes. Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3699) dicabut dan dinyatakan tidak
Sebaliknya hukum lingkungan
berlaku.
klasik bersifat sektoral dan sukar berubah.
Hukum lingkungan klasik berorientasi Dalam ketentuan Umum yang
kepada penggunaan lingkungan atau use- terdapat pada Pasal 1 yang dimaksud
oriented law. Hukum lingkungan klasik dengan lingkungan hidup adalah kesatuan
menetapkan ketentuan dan normanorma ruang dengan semua benda, daya,
guna menjamin penggunaan dan keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
eksploitasi sumber-sumber daya manusia dan perilakunya, yang
lingkungan dengan berbagai akal dan mempengaruhi alam itu sendiri,
kepandaian manusia guna mencapai hasil kelangsungan perikehidupan, dan
semaksimal mungkin dan dalam jangka kesejahteraan manusia serta makhluk
5
waktu yang sesingkat-singkatnya . hidup lain. Perkembangan hukum
lingkungan dipengaruhi oleh hukum
Pengertian hukum lingkungan juga
keperdataan dan hukum administrasi, maka
termuat dalam ketentuan Pasal 1 Ayat (1)
hukum lingkungan yang menggandung
UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan
nilai-nilai, tidak terlepas pula dari nilai
Pokok-Pokok Lingkungan Hidup yang
nilai moral yang dianut oleh masyarakat
telah diperbarui dengan Undang-Undang
setempatdalam bentuk hukum adat atau
No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
kebiasaan6.
Lingkungan Hidup, kemudian diperbaharui
Pasal 1 Angka (2) UndangUndang
Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009
5
Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan dalam
Sistem Kebijaksanaan Pembangunan tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, (Bandung: Penerbit
PT Refika Aditama, 2008) hlm. 10
6
Supriadi, 2010, hal. 170.
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 45
dari kimiawi kepada natural yang dikenal dengan spesimennya, yang kemudian
dengan back to nature semakin mendorong menghasilkan produk obat baru dan
bahwa kekayaan keanekaragaman hayati dipatenkan untuk kepentingan komersial7
bangsa perlu mendapatkan suatu Untuk mengatasi hal tersebut perlindungan
perlindungan yang maksimal terhadap juga diberikan dalam konteks Undang-
eksploarasi yang dilakukan oleh suatu Undang lingkungan.
industri farmasi.
Pengaturan Perlindungan dan
Perusahaan farmasi yang Pengelolaan Keanekaragaman hayati
kebanyakan terdapat di negara-negara dilindungi oleh Undang-Undang Nomor
maju merupakan pelopor bagi 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
pengembangan industri obat modern, yang Pengelolaan Lingkungan
berasal dari ekstrak obat dengan Hidup(selanjutnya disebut UUPPL).
memanfaatkan sumber daya hayati serta Dalam pertimbangannya disebutkan bahwa
pengetahuan lokal masyarakat tertentu. lingkungan hidup yang baik dan sehat
Oleh karena itu, untuk memenuhi merupakan hak asasi setiap warga negara
kebutuhan tersebut, mereka melakukan Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam
eksplorasi secara agresif ke negara-negara Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara
berkembang seperti India, Thailand, Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa
Brasil, Indonesia yang memiliki sumber pembangunan ekonomi nasional
daya hayati (Genetic Resources) yang diselenggarakan berdasarkan prinsip
sangat besar, untuk diambil dan diteliti pembangunan berkelanjutan dan
tumbuhan obatnya yang dipandang berwawasan lingkungan; bahwa semangat
bernilai tinggi. Indonesia sebagai negara otonomi daerah dalam penyelenggaraan
yang mempunyai kekayaan sumber daya pemerintahan Negara Kesatuan Republik
hayati yang besar ditambah luasnya Indonesia telah membawa perubahan
pengetahuan masyarakat adat/lokal tentang hubungan dan kewenangan antara
penggunaan tumbuhan berkhasiat obat, pemerintah dan pemerintah daerah,
juga merupakan salah satu target dari termasuk di bidang perlindungan dan
negaranegara maju terutama perusahaan- pengelolaan lingkungan hidup; bahwa
perusahaan farmasi besarnya untuk daerah kualitas lingkungan hidup yang semakin
eksplorasi bahan baku alam/tumbuhan menurun telah mengancam kelangsungan
obat. Hasil dari eksplorasi tersebut dibawa perikehidupan manusia dan makhluk hidup
ke negaranya dan tidak jarang bersama 7
Ibid, 2010, hal. 170.
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 47
12 13
http://profsyamsularifin.wordpress.com/2011/ http://profsyamsularifin.wordpress.com/2011/
12/26/perundang-undangan-perlindungan- 12/26/perundang-undangan-perlindungan-
danpengelolaan-lingkungan-hidup/diakses tanggal danpengelolaan-lingkungan-hidup/diakses tanggal
18 Agustus 2014.. 18 Agustus 2014.
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 50
14 15
(Noke Kiroyan, 2000, hal. 46). Ibid
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 52
1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran hutan merupakan kekayaan yang dikuasai
Negara Republik Indonesia Nomor 3478), negara, dimanfaatkan secara optimal, serta
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 dijaga kelestarianya untuk kemakmuran
tentang Karantina Hewan, Ikan dan rakyat; dan hutan sebagai penentu sistem
Tumbuhan (Lembaran Negara RI Tahun penyangga kehidupan dan sumber
1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran kemakmuran rakyat dijaga secara
Negara Republik Indonesia Nomor 3482), bijaksana, terbuka, profesional serta
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 bertanggung jawab. Implementasi dari
tentang Pengesahan United Nations Pasal 22 adalah PP No. 6 Tahun 2007
Convention on Biological Diversity tentang Tata Hutan dan Penyusunan
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Rencana Pengelolaan Hutan Pasal 78 dan
mengenai Keanekaragaman Hayati) Pasal 80. Selain itu, Undang-Undang
(Lembaran Negara RI Tahun 1994 Nomor Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
41, Tambahan Lembaran Negara Republik Daya Air menyatakan bahwa sumber daya
Indonesia Nomor 3556), dan Undang- air dikelola berdasarkan asas kelestarian,
Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang keseimbangan, kemanfaatan umum,
Pangan (Lembaran Negara RI Tahun 1996 keterpaduan dan keserasian, keadilan,
Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara kemandirian, serta transparansi dan
Republik Indonesia Nomor 3656) juga akuntabilitas. Pasal 3 Sumber daya air
mnegatur hal yang sama. dikelola secara menyeluruh, terpadu dan
berwawasan lingkungan hidup dengan
Keempat, Undang-Undang Nomor
tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-
(Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor
besar kemakmuran rakyat. Di dalam Pasal
167, Tambahan Lembaran Negara
4 disebutkan bahwa sumber daya air
Republik Indonesia Nomor 3888) Pasal 1
mempunyai fungsi sosial, lingkungan
Angka 2 menyatakan bahwa hutan adalah
hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
dan diwujudkan secara selaras. Pasal 45 (4)
lahan berisi sumber daya alam hayati yang
menyatakan bahwa pengusahaan sumber
didominasi pepohonan dalam persekutuan
daya air diselenggarakan dengan
alam lingkungannya, yang satu dengan
memperhatikan fungsi sosial dan
lainnya tidak dapat dipisahkan.
kelestarian lingkungan hidup, yaitu: a.
Pengelolaan diatur dalam Pasal 21 sampai
bahwa sumber daya air merupakan karunia
dengan Pasal 45 yang menegaskan bahwa
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 55
pembangunan berkelanjutan dalam rangka sumber daya alam, karena semata mata
meningkatkan kesejahteraan seluruh dipergunakan sebagai perangkat hukum
rakyat. (legal instrument) untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi (law as a tool for
Kedelapan, Undang-Undang
economic growth development) melalui
Nomor 27 Tahun 2007 tentang
peningkatan pendapatan dan devisa negara
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
(state revenue oriented). Kedua, Orientasi
Pulau Kecil (Lembaran Negara RI Tahun
pengelolaan sumber daya alam lebih
2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran
berpihak pada pemodalpemodal besar
Negara Republik Indonesia Nomor 4739)
(capital oriented), sehingga mengabaikan
Pasal 6 Ayat (3), (4) dan (5) menjelaskan
kepentingan dan dan akses atas sumber
bahwa dengan merujuk kepada peraturan
daya alam serta mematikan potensi potensi
yang lebih tinggi, Pemerintah Daerah dapat
perekonomian masyarakat local.
menyusun suatu tata ruang lautan di mana
keanearagaman hayati termasuk Keempat, Ideologi penguasaan dan
didalamnya. pemanfaatan sumber daya alam berpusat
pada negara (state- based resource control
Peraturan perundang-undangan
and management), sehingga pengelolaan
yang berkaitan dengan sumber daya alam,
sumber daya alam bercorak sentralistik.
seperti Undang-Undang Nomor 5 Tahun
Kelima, Implementasi pengelolaan yang
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
dilakukan pemerintah bersifat sektoral,
Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor
sehingga sumber daya alam tidak dilihat
11 Tahun 1967 tentang Pertambangan,
sebagai sistem proposional mengenai
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974
perlindungan hak-hak asasi manusia
tentang Pengairan, Undang-Undang
(HAM) dalam penguasaan, pemanfaatan
Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan,
dan pengelolaan sumber daya alam. Dan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999
keenam, Undang-Undang tersebut tidak
tentang Kehutanan, pada dasarnya
mengatur secara tegas dan komprehensif.
memiliki karakteristik dan kelemahan
substansial sebagai berikut: Dalam kaitannya dengan sumber
daya alam, setelah diterbitkannya Undang-
Pertama, Undang-undang tersebut
Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang
berorentasi pada eksploitasi (useoriented)
Penanaman Modal Asing, karakter
sehingga mengabaikan kepentingan
kebijakan pengelolaan sumber daya alam
konservasi dan berkelanjutan fungsi
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 58
dan lingkungan hidup di Indonesia masih tentang Konservasi Sumber Daya Alam
sangat eksploitatif. Karakter ini juga Hayati dan Ekosistemnya. Di dalam
diperparah dengan pola pengelolaan SDA peraturan perundang-undangan tersebut
yang sentralistik dengan pendekatan kawasan hutan terbagi ke dalam beberapa
penyeragaman. Kelemahan lain adalah status, yaitu: hutan negara dan hutan hak.
kebijakan dan peraturan perundang- Hutan secara fungsi juga terbagi ke dalam
undangan pengelolaan dan konservasi fungsi lindung, fungsi produksi dan fungsi
SDA selama ini masih kentalnya orientasi konservasi.
sektoral. Setiap instansi sektoral atau
Kawasan konservasi di Indonesia
sektor hanya memikirkan bidang tugas dan
terbagi ke dalam Kawasan Suaka Alam
kepentingannya tanpa melihat adanya
dan Kawasan Pelestarian Alam. Kawasan
peluang koordinasi, komunikasi atau
ini di bawah kewenangan Direktorat
bahkan kerjasama bagi terwujudnya
Jenderal Perlindungan Hutan dan
pengelolaan SDA yang lebih efisien,
Konservasi Alam Kementerian Kehutanan.
efektif dan berkelanjutan. Dengan kata
Di tingkat lokasi kawasan, Balai Taman
lain, masih kuatnya egosektoral telah
Nasional menjadi lembaga yang bertugas
menghambat terjalinnya koordinasi dan
mengurus Taman Nasional. Untuk
kerjasama dalam pengelolaan SDA secara
mengamankan kawasan konservasi seperti
berkelanjutan. Akibat lanjut dari
Taman Nasional dilakukan oleh Polisi
kecenderungan tersebut adalah terkotak-
Kehutanan dan PPNS Kehutanan. Di sisi
kotaknya wilayah SDA berdasarkan batas-
pemerintahan daerah pada tahun 2004
batas administratif dan kepentingan politik
urusan pemerintahan yang didelegasikan
dan ekonomi. Obyek yang sama bisa
kepada pemerintah daerah kembali
menjadi lahan eksploitasi dan pertarungan
mengalami perubahan seiring dengan
kepentingan berbagai sektor. Akhirnya,
digantinya Undang-undang No. 22 Tahun
munculah degradasi lingkungan hidup dan
1999 tentang Pemerintahan Daerah
penegasian konservasi sumber daya alam
menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang
hayati secara signikan. Hingga saat ini
Pemerintahan Daerah dengan Peraturan
pengelolaan kawasan hutan di Indonesia
Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang
mengacu pada peraturan
Pembagian Urusan Pemerintahan antara
perundangundangan di bidang kehutanan,
Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
yaitu UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Kabupaten/Kota. Beberapa hal
Kehutanan dan UU No. 5 tahun 1990
tentang konservasi yang sebelumnya
Vol. 3 No. 1 Juni 2019 59
Purwaka, Tommy H., 1997, Laporan Akhir Steward, Richard B. and James E. Krier,