Professional Documents
Culture Documents
Greening Indonesia
18 March 2015 kategoriJurnal
Penulis: Achmad Solikhin
Dibaca: 18 Kali
Indonesia is one of the largest emmitters of green house gases due to being of a generator of
deforestation and forest degradation. Besides the cause; industry, power, and transport sectors dominate
Indonesia’s energy-related carbon dioxide emissions. Mostly fossil fuel energy nonrenewable energy
resources - is a second contributor of the emitting which will surrender green house gases notably CO2.
Fossil fuel energy is threatened with volatility of fuel price and scarcity so that the alternatives are by
reducing the consumption and acquiring renewable bioenergy sources.
One of the exceptional renewable materials on producing bioenergy is biomass. Biomass is abundant,
recycable, biodegradable and inexhaustible lignocellulose materials obtained from plants of agriculture,
pasture and forestry. In addition, it can be acquired from municipal wastes in the form of organic
wastes from the kitchen. Despite of materials based starch and sugar; it is the major sources of
bioenergy due to the capabilities. Bioenergy Consult reported that Indonesia produces 146.7 million
tons of biomass per year, equivalent to about 470 GJ/y. It can be converted to produce some added-
value such as bioetanol, biofuel, biopellet, biobricket without combusting directly. Some studies reveal
that 150 Mt of biomass residues produced peryear can be converted into the electricity generation
potential with about 50 GW or equivalent to roughly 470 GJ/year.
The development of bionergy based biomass is the best accelerator to achive Clean Development
Mechanism (CDM) initiated by UNFCCC in accordance with the goal of Indonesia within mitigating
climate change by reducing greenhouse gas emissions by 26 percent by 2020. Investing bioenergy
based biomass should be applicable, affordable and sustainable for being infiltrated at each sector of
Indonesians’ industry, power and energy releasing GHGs. The investment will encourage Indonesia to
greening these sectors firstly. After greening these sectors, the further highlighting is Green Indonesia
in which it should pertain all sectors of human livings.
The implementation of the bioenergy can be committed at houshold level in form of bioenergy– based
small industries. The housholders can gain the abundance of biomass from their houses or
surroundings. Afterwards, biomass could be converted into kinds of bionergy. Technology should be
integrated so that government and companies could collaborate with housholders. However, Indonesia
government should support financially and non-financially the programme to ensure the sustainability
and affordability of the bioenergy.
A mission to be Green Indonesia through providing bioenergy based biomass is by reviewing three
pillars of Sustainable Development Goals, namely economics, social and the environment. Global
meaning of the implementation should counterbalance economic growth, social development and
ecological maintenace, without making impartial the three. In the view of economic growth, the stock
of bioenergy could increase income of multi-stakeholders, getting involved. Socially, the establishment
of bioenergy industries based biomass will open avenue for unemployments to work. In the view of
ecological benefits, it will reduce GHGs and accelerate CDM
Mangrove sendiri memiliki beberapa fungsi yang berguna baik dirasakan oleh manusia (sosial)
maupun alam dan lingkungan hidup itu sendiri. Fungsi mangrove dapat di kategorikan menjadi tiga,
yaitu fungsi biologis/ekologis, fungsi fisik dan fungsi sosial ekonomis.
Fungsi ekologis ialah fungsi dimana hutan mangrove sebagai sebuah ekosistem terdiri dari komponen
biotik dan abiotik.Adanya hutan mangrove memiliki nilai penting bagi kehidupan flora dan fauna yang
hidup di daerah sekitar pantai.
Kedua, fungsi fisik ialah hutan mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari
gelombang besar, angin kencang dan badai pada fungsi ini bisa di lihat bahwa mangrove bisa menjadi
salah satu cara dalam mitigasi bencana pada area pesisir pantai. Sedangkan, menurut kusmana dkk
(2003) fungsi fisik ini di bagi menjadi 5 fungsi pokok keberadaan hautan mangrove yaitu pertama
menjaga garis pantai dan tebing sungai dan erosi / abrasi agar tetap stabil, kedua, mempercepat
perluasan lahan, ketiga mengendalikan intrusi air laut, keempat melindungi daerah di belakang hutan
mangrove dari hempasan gelombang dan angin kencang dan kelima mengelolah limbah organik.
Ketiga, Fungsi sosial ekonomi ini ialah hutan mangrove dapat dimanfaatkan oleh masyrakat untuk di
gunakan sebgai alat pertambahan ekonominya namun pengelolaanya harus tetap memperhatikan
kelestarianya. Adanya hutan mangrove dapat pula menciptakan lapangan perkerjaan baru bagi
masyarakat sekitar hutan mangrove.contohnya saja pembangunan lokasi ekowisata mangrove bahkan
buah yang di hasilkan oleh mangrove dapat di jadikan olahan makanan yaitu selai buah dan sirup buah
mangrove.
Selain memiliki fungsi yang disebutkan diatas, mangrove juga memiliki manfaat untuk kehidupan
manusia.Manfaat hutan mangrove dapat dilihat dari kegunaan yang dapat di berikan bagi kehidupan
manusia. Ekosistem hutan mangrove secara keseluruan dapat di manfaatkan sebagai lahan tambak ,
lahan pertanian dan kolam garam hal ini juga terjadi pula di lahan mangrove beberapa daerah di
indonesia dan yang kedua sebagai lahan pariwisata yang berarti potensi yang dimiliki oleh mangrove
menawarkan keindahan alamnya. Bentuk wisata yang dapat di jadikan produk untuk menarik
wisatawan yang berkunjung ke wisata hutan mangrove adalah memancing, berperahu, pengamatan
satwa, lintas alam mangrove, pengamatan matahari terbit dan terbenam. Selain itu manfaat yang
diberikan hutan mangrove dapat di lihat dari aspek fauna dan floranya contohnya pemanfaatan pohon
untuk kayu bakar dan adanya fauna laut yang hidup di sekitar mangrove.
Adanya semua hal positif tentang mangrove tentu pemerintah dan masyarakat harus bergotong royong
untuk melestarikan kawasan mangrove di Indonesia apalagi Indonesia yang merupakan negara
kepulauan tentu memiliki bentang pesisir pantai yang panjang.
Kebanyakan orang berpikir RTH hanya untuk mencegah pemanasan global dan sebagai media
penyerapan air untuk mencegah banjir.Namun pada kenyataannya RTH yang ditumbuhi tumbuh-
tumbuhan yang dibuat manusia yang menyerupai hutan alam memberi asumsi memungkinkan
terbentuknya ekosistem yang baik untuk di perkotaan.Tumbuhan bisa digunakan sebagai tempat
beraktivitas dari hewan-hewan dan tak jarang menjadikan RTH sebagai rumah. Tumbuhan seperti
pohon beringin yang ada di RTH berperan sebagai produsen dalam ekosistem tersebut sehingga dapat
menciptakan ruang hidup bagi hewan tak terkecuali untuk hewan kelas Aves.Di hutan kota kita bisa
menemukan flora dan fauna yang indah, untuk jenis burung saja, hasil pengamatan teman-teman
Jakarta Bird Walk di hutan kota Menteng bisa ditemukan 18 jenis burung seperti burung Pycnonotus
goiavier, Pygnonotus aurigaster, dan Streptopelia chinensis. Burung-burung di RTH juga bisa
digunakan sebagai bioindikator terhadap suatu kawasan.
Selain sebagai bioindikator, burung di RTH digunakan sebagai sarana hiburan alam.Hiburan alam yang
dimaksud adalah menikmati suara burung yang merdu yang bermain di dahan tumbuhan yang ada di
RTH, selain itu warna dan keindahan bentuk tubuh burung juga menjadi hiburan yang tak kalah
menyenangkan. So,, jaga ruang terbuka hijau kita, untuk kita dan alam kita…. Salam BW/
Kehati/nan_parinters
Savanna yang sering dikunjungi adalah Savanna Bekol yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2
maupun roda 4 selama 45 menit dari pintu masuk Taman Nasional. Di tengah savanna ini terdapat
wisma yang diperuntukan bagi para wisatawan maupun peneliti yang sedang melakukan penelitian.
Ada 1 hal yang menarik perhatian ketika sampai di savanna ini, yaitu kumpulan tengkorak Banteng
Jawa yang tersusun rapi di depan Wisma Bekol.
Tengkorak Banteng Jawa yang dikumpulkan dari berbagai tempat di Baluran
Bicara mengenai keanekaragaman hayati, Savanna Bekol ini tentu tidak kalah dengan ekosistem
lainnya. Di Savanna Bekol ini terdapat banyak sekali satwa liar yang akan sangat disayangkan jika
dilewatkan. Diantaranya macan tutul jawa (Panthera pardus), merak jawa (Pavo munticus), monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis), hingga yang paling banyak populasinya rusa timor (Rusa
timorensis), dan kerbau liar (Bubalus bubalis).
Kumpulan rusa timor yang sedang duduk santai menikmati senja Baluran
Rusa timor sedang terlihat waspada
Kawanan rusa timor bersama dengan kerbau liar
Pemandangan Savanna Bekol yang eksotis menjadikan Taman Nasional Baluran sebagai salah satu
destinasi wisata yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.Tidak perlu lagi jauh-jauh ke Afrika hanya
untuk menikmati pemandangan savanna karena Indonesia juga punya savanna yang tidak kalah bagus
jika dibandingkan, di mana lagi kalau bukan di Taman Nasional Baluran. Selamat liburan! Nikmati
petualangan serunya dan kembali dengan segudang cerita yang pastinya bakal bikin ngiri orang lain.