You are on page 1of 5

Pengaruh Sistem Pembayaran Non Tunai Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia

Made Angga Juliartha1 dan Meliliyani Siringoringo2


1
Mahasiswa Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman
2
Dosen Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman

Abstract
Economic growth is a development goal to be achieved by every country. The existence of
economic growth is an indication of the success of a country's economic development. Therefore,
every developed and developing country always tries to spur economic growth. Increased
circulation of ATM / debit cards, credit cards, and rising inflation rates have positive and negative
effects on economic growth, therefore this study aims to determine (1) the effect of ATM / debit
cards on Indonesia's economic growth; (2) the effect of credit cards on Indonesia's economic
growth; (3) the effect of inflation on Indonesia's economic growth; (4) the influence of ATM / debit
cards, credit cards, and inflation on Indonesia's economic growth; The data of this study are
secondary data obtained directly from the Central Statistics Agency and Bank Indonesia for the
period 2009-2018. The analytical method used is multiple linear regression analysis. In this study
using R software as an estimation tool. The results showed that first, ATM / debit cards had a
negative and significant effect on Indonesia's economic growth with a significance value of 0.0000
which was smaller than the 5% significance level. This means that the higher the circulation of
debit cards, the lower economic growth of Indonesia. Second, credit cards have a positive effect
on Indonesia's economic growth and significantly on Indonesia's economic growth with a
significance value of 0.0000 which is smaller than the 5% significance level. This means that the
higher the circulation of credit cards, the growth of the Indonesian economy will increase. Third
Inflation has a negative effect on Indonesia's economic growth and significantly on Indonesia's
economic growth with a significance value of 0.0107 which is smaller than the 5% significance
level. This means that the higher the inflation rate, the lower economic growth in Indonesia. The
four ATM / debit cards, credit cards and inflation have a significant effect on Indonesia's
economic growth.
Keywords: Economic Growth, Debit Cards, Credit Cards, and Inflation

Pendahuluan ukuran kemajuan pembangunan. Indikator


Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan tersebut adalah tingkat pertumbuhan (growth
pembangunan yang ingin dicapai oleh setiap rate), tingkat penciptaan kesempatan kerja
negara. Nilai pertumbuhan ekonomi merupakan (Employment) dan kestabilan harga (Price
indikasi keberhasilan perkembangan ekonomi Stability).
suatu negara. Oleh karena itu setiap negara maju Pertumbuhan ekonomi dari beberapa tahun
maupun negara yang sedang berkembang, selalu tersebut mengalami naik turun dan salah satu
berusaha untuk memacu pertumbuhan ekonomi. yang mempengaruhinya adalah permintaan
Istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk aggregate. Permintaan aggregate sendiri
menggambarkan terjadinya kemajuan atau dipengaruhi oleh harga sesuai dengan hukum
perkembangan ekonomi dalam suatu negara. permintaan dimana,jika harga,naik maka
Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan, permintaan turun. Menurut teori keynesian, yang
jika produk barang dan jasanya meningkat atau dipelopori oleh J.M Keynes, Keynes menyatakan
dengan kata lain terjadi perkembangan GNP bahwa dalam jangka pendek output nasional dan
potensial suatu negara. Pertumbuhan ekonomi kesempatan kerja terutama ditentukan oleh
harus mencermikan pertumbuhan output per permintaan aggregate. Kaum Keynesian yakin
kapita. Dengan-pertumbuhan perkapita, berarti bahwa kebijakan moneter maupun kebijakan
terjadi pertumbuhan upah riil dan meningkatnya fiscal harus digunakan untuk mengatasi
standar hidup. Hal ini sama seperti pengertian pengangguran dan menurunkan laju inflasi.
pertumbuhan ekonomi menurut Sukirno yang Konsep-konsep Keynesian menunjukkan bahwa
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi peranan pemerintah sangat besar dalam
merupakan perkembangan kegiatan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.
perekomomian yang menyebabkan barang yang Seiring dengan perkembangan teknologi
diproduksikan dalami masyarakat,meningkat yang tumbuh pesat, transformasi sistem
Dalam mencapai pembangunan ekonomi, pembayaran pun juga semakin berkembang. Salah
ada tiga indikator makro yang dijadikan sebagai satunya adalah sistem pembayaran dengan kartu
elektronik atau yang sering disebut dengan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
Electronic Payment System. Perkembangan sistem berkesinambungan.
pembayaran didorong oleh semakin besarnya Inflasi merupakan kejadian ekonomi yang
volume transaksi yang dilakukan oleh sering terjadi meskipun kita,tidak
masyarakat, peningkatan resiko, kompleksitas pernah,menghendaki. Milton Friedman
transaksi, dan perkembangan teknologi itu sendiri. mengatakan inflasi ada dimana saja dan selalu
Sistem pembayaran tunai ini berkembang dari merupakan fenomena moneter yang
commodity money sampai fiat money, sedangkan mencerminkan adanya pertumbuhan moneter
sistem pembayaran non tunai berkembang dari yang berlebihan dan tidak stabil. Inflasi terjadi
yang berbasis warkat (cek, bilyet giro, nota debet ketika tingkat harga umum naik dan kenaikan
dan sebagainya) sampai kepada yang berbasis harga ini bias berdampak buruk pada kegiatan
elektronik (kartu elektronik maupun electronic produksi karena ketika biaya produksi naik
money). Mengingat sistem pembayaran ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada
merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan yang kurang mendorong produk
dunia perekonomian, baik dari sektor nasional, investasi produktif berkurang dan
perdagangan maupun transaksi-transaksi kegiatan ekonomi menurun. Investasi lebih
pembayaran yang terjadi di sektor-sektor lainnya. cenderung pada pembelian tanah, rumah dan
Sistem pembayaran dan pola bertransaksi bangunan. Jika produksi barang menurun hal
ekonomi terus mengalami perubahan. Kemajuan tersebut akan berpengaruh pada pertumbuhan
teknologi dalam sistem pembayaran menggeser ekonomi. Meskipun inflasi memberikan dampak
peranan uang tunai (currency) sebagai alat buruk pada pertumbuhan ekonomi bukan berarti
pembayaran non tunai yang lebih efisien dan inflasi itu harus diturunkan sampai nol persen.
ekonomis. Apabila laju inflasi nol persen ini juga tidak
Kartu elektronik ini dibuat dengan tujuan memacu terjadinya pertumbuhan ekonomi, tetapi
untuk kemudahan masyarakat dalam bertransaksi. akan menimbulkan stagnasi. Kebijakan akan
Jika dulu sebelum munculnya sistem pembayaran sangat berarti bagi kegiatan ekonomi, apabila bisa
elektronik, maka ketika bertransaksipun kita harus menjaga laju inflasi berada di tingkat yang sangat
bertemu dengan pihak yang kita ajak untuk rendah. Idealnya, laju inflasi agar bisa
bertransaksi, setelah kemunculan elektronic meningkatkan kegiatan ekonomi adalah sekitar di
payment system ini kita mampu menghemat bawah 5%.
biaya, maupun mendapatan kepraktisan dan Menurut Murni inflasi yang tinggi
kemudahan dalam bertransaksi. Dalam hal ini tingkatannya tidak akan menggalakkan
perbankan berlomba-lomba dalam berinovasi perkembangan ekonomi suatu negara. Ketika
dalam sistem pembayaran elektronik, yaitu inflasi naik maka akan menurunkan pertumbuhan
diantaranya kartu debet, kartu ATM, kartu kredit, ekonomi. Namun dalam penelitian awal pada
smart card, e-money dan lainnya. tahun 2009 inflasi turun dan pertumbuhan
Kartu ATM dan kartu debet memiliki ekonomi juga turun. Pada tahun 2010 inflasi naik
definisi yang hampir sama yaitu alat pembayaran dan pertumbuhan ekonomi juga naik. Tahun 2011
dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan inflasi turun dan pertumbuhan ekonomi juga
untuk melakukan penarikan tunai dan atau turun. Sehingga permasalahan dalam penelitian
pemindahan dana dimana kewajiban pemegang ini adalah apakah ada pengaruh inflasi terhadap
kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
secara langsung simpanan pemegang kartu pada Oleh karena itu, maka penelitian tentang
bank atau lembaga selain bank yang mendapat pengaruh sistem pembayaran non tunai dan inflasi
untuk menghimpun dana. terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Menurut Warjiyo, peran sistem menarik untuk dilakukan.
pembayaran non tunai akan semakin besar dan
vital bagi perkembangan perekonomian suatu Regresi Linear Berganda
negara, khususnya dengan semakin dominannya Regresi mempunyai banyak kegunaan,
peran sistem pembayaran bernilai besar seperti menentukan apakah ada hubungan antara
dibandingkan sistem pembayaran bernilai kecil. Y dan X, dan memikirkan bagaimana bentuk
Keamanan dan efisiensi sistem ini tidak hanya hubungan tersebut, serta memikirkan alasan
mendukung pihak yang dilayaninya secara terjadinya hubungan itu. Memperkirakan nilai Y
langsung, tetapi juga sistem keuangan nasional berdasarkan nilai X juga salah satu tujuan
secara keseluruhan digunakannya analisis regresi (Tiro, 2000)
Dalam teori pertumbuhan endogen, peran Regresi linear berganda adalah regresi di
investasi dalam modal fisik dan modal manusia mana variabel terikatnya (Y)
turut menentukan pertumbuhan ekonomi jangka dihubungkan/dijelaskan lebih dari satu variabel
panjang. Tabungan dan investasi dapat bebas ( ) namun masih
menunjukkan diagram hubungan yang linear.
Penambahan variabel bebas ini diharapkan dapat Inflasi
lebih menjelaskan karakteristik hubungan yang Para ekonom mendefinisikan inflasi secara
ada, walaupun masih saja ada variabel yang berbeda-beda namun mempunyai inti yang sama
terabaikan (Hasan, 2002). yaitu kenaikan harga-harga yang cenderung naik
secara terus menerus. Inflasi merupakan
Pemilihan Model Terbaik kecenderungan meningkatnya tingkat harga
Dalam pembentukan suatu model kita secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga
menghadapi dua hal yang saling bertolak dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
belakang. Untuk tujuan prediksi semakin banyak sebagai inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut
peubah bebas yang berpengaruh terhadap respon meluas kepada (mengakibatkan kenaikan)
, masuk ke dalam model semakin baik prediksi sebagian besar dari harga barang-barang lain.
̂, namun tidak berarti bahwa semua peubah Kenaikan harga-harga disebabkan oleh faktor-
bebas yang masuk ke dalam model adalah yang faktor musiman (misalnya menjelang peringatan
terbaik. Di sisi lain, untuk tujuan pengendalian hari-hari besar), atau yang terjadi sekali saja (dan
ataupun pemantauan suatu sistem, semakin sedikit tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut
peubah bebas dalam model maka semakin baik inflasi (Kalalo, 2016).
model tersebut (Sembiring, 1995). Metode Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini
Asumsi Regresi Linear Berganda adalah data Laju Pertumbuhan Penduduk, Laju
Dalam penggunaan regresi, terdapat Jumlah Kartu ATM , Laju Jumlah Kartu Kredit
beberapa asumsi dasar yang dapat menghasilkan dan Laju Inflasi di Indonesia Tahun 2009 hingga
estimator linear tidak bias yang terbaik dari model 2018, Data diperoleh dari website resmi Badan
regresi yang dieroleh dari metode kuadrat terkecil Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur.
biasa. Dengan terpenuhinya asumsi tersebut, Pembahasan
maka hasil yang diperoleh dapat lebih akurat dan Analisis Statistika Deskriptif
mendekati atau sama dengan kenyataan (Hasan, Tabel 1. Hasil Analisis Statistika Deskriptif
2002).
Asumsi-asumsi dasar itu dikenal sebagai Variabel Minimum Maksimum Rata-rata
asumsi klasik, yaitu sebagai berikut Y 4.5 6.81 5.46
1. Homoskedastisitas -1.63 2.87 1.13
2. Nonautokorelasi 0.19 1.44 0.76
3. Nonmultikolinearitas 2.78 8.38 4.77
4. Distribusi kesalahan (error) adalah normal
atau normalitas residual
Berdasarkan hasil analisis statistika
5. Nilai rata-rata kesalahan (error) populasi
deskriptif dari Tabel 1 dapat diketahui
pada model stokastiknya sama dengan nol
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2009
6. Variabel bebasnya mempunyai nilai yang
hingga 2018 paling tinggi sebesar 6.81 % dan
konstan pada setiap kali percobaan yang
paling rendah sebesar 4.5 %. Laju jumlah kartu
dilakukan secara berulang-ulang (variabel
ATM di Indonesia tahun 2009 hingga 2018 paling
nonstokastik)
tinggi sebesar 2.87 % dan paling sedikit sebesar -
(Hasan, 2002).
1.63 %. Laju jumlah kartu kredit di Indonesia
tahun 2009 hingga 2018 paling tinggi sebesar
Pertumbuhan Ekonomi 1.44 % dan paling sedikit sebesar 0.19 %. Laju
Pertumbuhan ekonomi adalah
inflasi di Indonesia tahun 2009 sampai 2018
perkembangan kegiatan dalam perekonomian
paling tinggi sebesar 8.38 dan paling rendah
yang menyebabkan barang dan jasa yang
sebesar 2.78.
diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan
Rata-rata Pertumbuhan ekonomi di
kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah
Indonesia tahun 2009 hingga 2018 sebesar5.46 %.
pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai
Rata-rata Laju jumlah kartu ATM di Indonesia
masalah makro ekonomi dalam jangka panjang.
tahun 2009 hingga 2018 sebesar1.13. Rata-rata
Perkembangan kemampuan memproduksi barang
Laju jumlah kartu kredit di Indonesia tahun 2009
dan jasa akibat pertambahan faktor-faktor
hingga 2018 sebesar 0.76 %. Rata-rata Laju
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh
inflasi di Indonesia tahun 2009 sampai 2018
pertambahan produksi barang dan jasa yang sama
sebesar 4.77%
besarnya. Pertambahan potensi memproduksi
seringkali lebih besar dari pertambahan produksi
Model Awal Regresi Linear Berganda dengan
yang sebenarnya. Dengan demikian,
Variabel Bebas dan
perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari
Model awal regresi linear berganda pada
potensinya (Sadono, 1994).
penelitian ini sebesar sebagai berikut :
dimana : Nilai Konstanta 0= 4.5081 menyatakan
bahwa besarnya variabel Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi (%)
tanpa dipengaruhi oleh variabel prediktor adalah
Konstanta
sebesar 4.508. Koefisien regresi 2 sebesar 1.247
Parameter regresi untuk
menyatakan bahwa setiap peningkatan 1 persen
variabel
pada variabel Jumlah kartukredit beredar maka
Jumlah Kartu ATM (%)
akan meningkatkan variabel TPT sebesar 1.247
Jumlah Kartu Kredit Beredar persen.
(%)
Inflasi (%) Uji Parsial dengan Variabel Bebas
Error Pengujian signifikansi secara parsial
menggunakan uji T menunjukkan dengan daerah
Estimasi Parameter dengan Variabel Bebas kritis menolak H0 jika p-value < dari α (alpha) =
dan 0.05. Berdasarkan hasil perhitungan
̂ menggunakan software R didapatak tabel berikut :

Variabel P-value
Uji Simultan dengan Variabel Bebas 0.007
dan
Pengujian signifikansi secara serentak Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
(simultan) menggunakan uji F menunjukkan X2 berpengaruh terhadap variabel Y, dan variabel
dengan daerah kritis menolak H0 jika p-value < X3 tidak berpengaruh terhadap variabel Y.
dari α (alpha) = 0.05. Berdasarkan hasil
perhitungan menggunakan software R yang terlah Pengujian Normalitas Residual
dilakukan dapat ditunjukkan bahwa p-value Pengujian normalitas residual
=0.043 < α (alpha) = 0.05. Variabel dan menggunakan uji shapiro-wilk dengan bantuan
secara bersama-sama berpengaruh terhadap software R didapatkan hasil p-value = 0.111 yang
variabel Y. menandakan bahwa nilai tersebut lebih besar dari
nilai taraf signifikansi = 0,05; sehingga dapat
Uji Parsial dengan Variabel Bebas dan dikatakan gagal menolak H0, yang berarti residual
data berasal dari populasi yang berdistribusi
Pengujian signifikansi secara parsial normal.
menggunakan uji T menunjukkan dengan daerah
kritis menolak H0 jika p-value < dari α (alpha) = Pengujian Multikolieritas
0.05. Berdasarkan hasil perhitungan Pendeteksian heteroskedastisitas
menggunakan software R didapatak tabel berikut : menggunakan uji Breusch-Pagan dengan bantuan
software R didapat hasil p-value = 0.626 yang
Variabel P-value menandakan bahwa hasil tersebut lebih besar
0.369 dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi =
0.036 0,05; sehingga dapat dikatakan gagal menolak
H0, yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas
0.425
pada model regresi.
Maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Pengujian Autokorelasi
tidak berpengaruh terhadap variabel Y, Pendeteksian autokorelasi menggunakan
variabel berpengaruh terhadap variabel Y, dan uji Durbin-Watson dengan bantuan software R
variabel tidak berpengaruh terhadap variabel didapat hasil p-value = 0.9776 yang menandakan
Y. hasil tersebut lebih besar dibandingkan dengan
nilai taraf signifikansi = 0,05 sehingga dapat
Pemilihan Model Terbaik dikatakan bahwa gagal menolak H0, yang berarti
Pada penelitian ini, penentuan model tidak terjadi autokorelasi pada model regresi.
terbaik dilakukan dengan menggunakan metode
stepwise. Dengan software R didapat kesimpulan Kesimpulan
bahwa variabel yang berpengaruh terhadap Dapat disimpulkan bahwa, setelah
variabel Y hanya variabel . Maka dilakukan uji melakukan pemilihan model terbaik, variabel
parsial kembali dilakukan. yang mempengaruhi Pertumbuhan Penduduk
adalah Laju Jumlah Kartu Kredit.
Estimasi Parameter dengan Variabel Bebas
dan
̂
Daftar Pustaka Sadono, Sukirno. 1994. Pengantar Ekonomi
Hasan, Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi Makro. PT. Raja Grasindo Perseda.
Statistika 2 (Statistik Inferensif). Jakarta: Jakarta.
PT Bumi Aksara Kalalo, et al. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang
Sembiring, R K. (1995). Analisis Regresi. Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia
Bandung: ITB Periode 2000-2014. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisiensi. Vol. 16, No 1.

You might also like