You are on page 1of 7

DIVERSIFIKASI ARTHROPODA PADA AGROEKOSISTEM

Diversification of Arthropodes in Agroecosystems


Aisyah Nurul Hikmah1, Retno Ariny Savari Putri1, dan Shavira Putri Noviaranti2
1)
Program Studi Agroteknologi 2)Program Studi Agribisnis
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember,Jl. Kalimantan 37 Jember
* e-mail: retnoariny08@gmail.com

ABSTRACT

Arthropoda is a phylum with members of the largest species in the kingdom of Animalia (animals). Arthropods have an important role
in the ecosystem, including playing a role in the process of fertilizing the soil, helping the process of decomposition of organic materials, acting as
organisms that help in the process of cleaning the environment, and acting as bio-indicators of metal pollution detection. The purpose of this
practicum is to find out the diversification of Arthropods in various ecosystems, namely the palm oil ecosystem, the rice ecosystem, the dragon fruit
ecosystem, and the coffee ecosystem. This practice is carried out at the Agroteknopark Jubung on Saturday, November 10, 2018. There are 4 (four)
methods used in the Arthropoda fishing practice, Direct Sweeping, which use an insect net or sweep net. Yellow Trap is using a yellow trap with glue.
Pitfall Trap is done by placing a plastic cup containing alcohol which is put into the soil with a depth of 10 cm or up to the height of the plastic cup to
the ground surface, with the aim that insects that pass through the soil can enter into the plastic cup, the last is Berlese method the principle of this
method is to treat the increase in temperature or heat given to the soil sample that has been taken. The results obtained from this practicum show that
the highest similarity index exists between oil palm ecosystems with sugarcane ecosystems which is equal to 46%, while the lowest similitude index is
between the rice ecosystem and the palm oil ecosystem which is equal to 0%.
s
Keywords: Arthropoda, Oil Palm

ABSTRAK
Arthropoda adalah filum dengan anggota spesies terbesar dalam kerajaan Animalia (hewan). Arthropoda memiliki peranan penting
dalam ekosistem, diantaranya berperan dalam proses menyuburkan tanah, membantu proses dekomposisi bahan material organik, berperan sebagai
organisme yang membantu dalam proses pembersihan lingkungan, dan berperan sebagai bioindikator pendeteksi pencemaran logam. Tujuan
praktikum ini dilakukan untuk mengetahui diversifikasi Arthropoda pada berbagai ekosistem, yaitu ekosistem kelapa sawit, ekosistem padi, ekosistem
buah naga, dan ekosistem kopi. Praktikum kali ini dilakukan di Agroteknopark Jubung pada hari Sabtu, 10 November 2018. Terdapat 4 (empat)
metode yang digunakan dalam praktikum penangkapan Arthropoda yaitu Direct Sweeping yang menggunakan alat berupa jaring serangga atau
sweep net. Yellow Trap yaitu menggunakan perangkap warna kuning dengan diberi perekat lem. Pitfall Trap dilakukan dengan cara meletakkan cup
plastik berisi alkohol yang dimasukkan ke dalam tanah dengan kedalaman 10 cm atau hingga tinggi cup plastik rata dengan permukaan tanah,
dengan tujuan agar serangga yang melewati tanah tersebut dapat masuk ke dalam cup plastik, yang terkhir yaitu metode Berlese, prinsip dari
metode ini yaitu dengan perlakuan peningkatan suhu atau panas yang diberikan pada sempel tanah yang telah diambil. Hasil yang didapat dari
kegiatan praktikum ini menunjukkan bahwa indeks similaritas paling tinggi terdapat antara ekosistem kelapa sawit dengan ekosistem tebu yaitu
sebesar 46%. Sedangkan indeks similatritas terendah terdapat antara ekosistem padi dan ekosistem kelapa sawit yaitu sebesar 0%.

Kata Kunci: Arthropoda, kelapa sawit

1
2
PENDAHULUAN warna kuning yang diberi lem perekat. Pitfall Trap yang
dilakukan dengan cara memasukkan cup plastik ke dalam
Arthropoda merupakan filum yang memiliki anggota tanah dengan ketinggian setara dengan permukaan tanah, dan
spesies paling besar dalam kerajaan Animalia. Arthropoda yang terakhir yaitu ekstraksi dengan metode Berlese yang
memiliki Jenis-jenis yang sangat banyak. Banyak dari jenis pada prinsip kerjanya memberi perlakuan peningkatan suhu
Arthropoda yang telah dikenal dalam kehidupan sehari-hari, dengan menggunakan lampu.
karena manusia banyak berinteraksi dengan Arthropoda. Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui
Hubungan interaksi antara Arthropoda dengan lingkungan diversifikasi Arthropoda pada beberapa ekosistem diantaranya
sekitarnya termasuk manusia menimbulkan berbagai masalah yaitu ekosistem kelapa sawit, ekosistem padi, ekosistem buah
dalam realitanya. Hubungan antara Arthropoda dan naga, dan ekosistem kopi.
lingkungan harus dijaga keseimbangannya pada ekosistem
pertanian, misalnya dengan penerapan pertanian berbasis BAHAN DAN METODE
organik (Leksono, 2017).
Menurut Haneda dkk. (2017), Arthropoda tanah yang Penelitian dengan judul “Diversifikasi
hidup di atas permukaan tanah memiliki peran penting dalam Arthropoda” dilaksanakan di Kebun Agrotechnopark Jubung,
proses dekomposisi serasah serta sisa-sisa bahan organik. laboraturium agrotechnologi Fakultas Pertanian Universitas
Arthropoda merupakan suatu komponen penting dalam sebuah Jember. Waktu penelitian dimulai Santu,10 November – 14
ekosistem. Banyaknya peranan penting yang dimiliki November 2018 pukul 10.00 – 12.00 WIB.
Arthropoda merupakan bagian dari mata rantai pada jaring-
jaring makanan terutama pada ekosistem darat. Peran Bahan dan Alat
Arthropoda dalam menstabilkan ekosistem tidak lepas dari Bahan
bantuan tanaman sebagai habitat yang tepat untuk Arthropoda Bahan yang digunakan dalam penelitian ini untuk
(Gardarin et al., 2018). Arthropoda dalam perannya di menangkap Arthropoda yakni alcohol, dan sampel tanah
ekosistem dapat berperan sebagai polinator, dekomposer, ekosistem sawit,
ataupun predator. Hal tersebut lah yang menyebabkan proses Alat
dekomposisi bahan organik dalam ekosistem dapat berjalan Alat yang digunakan untuk menangkap Arthropoda
dengan baik. Suatu ekosistem akan memiliki perbedaan jenis yaitu untuk metode sweepnet menggunakan jaring. barles trap
Arthropoda pada pola penanaman yang berbeda (Hayata dkk., menggunakan botol air mineral ukuran 1.5 liter, isolatip
2018). bening, karet gelang, bohlam lampu, dan kasa. Pitfall trap
Kegiatan yang dilakukan manusia dalam mengelola lahan menggunakan gelas air mineral, sekop dan pelepah pisang
pertaniannya terkadang dapat menyebabkan keanekaragaman untuk melindungi jebakan dari kotoran atau air hujan. Yellow
jenis Arthropoda yang bermanfaat bagi pertanian mengalami trap menggunakan map plastik warna kuning ukuran 10 cm x
penurunan, antara lain perusakan kawasan perhutanan dan 10 cm, tali rafia, gunting, dan lem tikus.
penggunaan pupuk kimia yang melebihi ambang batas
keamanan. Apabila hal ini dibiarkan secara terus-menerus Pelaksanaan Penelitian
maka akan menyebabkan terganggunya keseimbangan Penyajian data
ekosistem, maka dari itu perluasan kawasan hijau dalam areal Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif
hutan maupun permukiman harus dilakukan untuk menjaga dengan metode percobaan :
keanekaragaman Arthropoda. (Leonard et al., 2018) A. Sweepnet
Penggunaan pupuk yang dalam batas aman atau 1. Menyiapkan sweep net(yang telah disediakan
menggunakan pupuk organik (pupuk kandang atau pupuk lab.) oleh masing- masing kelompok
kompos) maka akan mengakibatkan pertambahan pada 2. Mengayunkan sweep net secara diagonal
keanekaragaman Arthropoda. Hal tersebut dikarenakan pada lahan pertanaman untuk mengambil
Arthropoda mendapat asupan makanan dari tempat tumbuhnya contoh serangganya sebanyak kurang lebih 40
tanaman (Pamungkas., 2016). kali
Kelapa sawit yang memiliki nama ilmiah Elaeis 3. Mengumpulkan serangga yang diperoleh
guineensis merupakan tanaman yang memiliki akar serabut 4. Mengidentifikasi hasil pengumpulan serangga
namun dapat tumbuh tinggi tegak, dengan rata-rata tinggi yang di dapat
mencapai 24 meter. Perkembangbiakan kelapa sawit yaitu B. Yellow Trap
dengan cara generatif. Embrio dari buah kelapa sawit yang 1. Menyediakan map plastik warna kuning untuk
matang akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan masing-masing kelompok
calon akar (radikula). Kelapa sawit menjadi salah satu 2. Memotong map warna kuning sehingga
tanaman unggulan dalam komoditas perkebunan. Hasil yang berukuran 10 cm x10 cm
dapat diperoleh dari komoditas kelapa sawit antara lain 3. Melapisi map warna kuning dengan plastik
minyak kelapa sawit. Pengolahan minyak kelapa sawit 4. Melaburi dengan perekat atau lem
menghasilkan limbah yang dapat mencemari ekosistem, untuk 5. Menggantungkan map menggunakan tali rafia
mengatasi hal tersebut limbah produksi minyak kelapa sawit pada batang tanaman sampel
dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan biogas (Ng., 2017) 6. Menunggu sampai 24 jam
Minyak kelapa sawit memiliki harga yang cukup tinggi di 7. Mengamati serangga yang di peroleh
pasaran. Kelapa sawit dengan kualitas yang baik juga dapat 8. Mengidentifikasi serangga yang diperoleh
dimanfaatkan untuk hasil lainnya, selain diproduksi untuk C. Pitfall Trap
mengkasilkan minyak, tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk 1. Menyediakan cup plastik berukuran 125 ml
industri makanan, industri kosmetik, dan industri farmasi. (dengan membuang penutupnya) oleh masing-
Faktor penting yang berpengaruh terhadap kualitas kelapa masing kelompok
sawit salah satunya adalah ketersediaan unsur hara dan air 2. Membuat lubang sedalam sekitar 10-15 cm di
dalam media tanam (Ariyanti dkk., 2018). di tanah dekat pertanaman sampel tanaman
Cara menangkap Arthropoda pada ekosistem sawit dapat yang akan diambil conohnya serangganya
dilakukan dengan 4 (empat) metode yaitu Direct Sweeping 3. Mengisi cup plasttik dengan menggunakan air
yang dilakukan dengan menggunakan sweep net (jaring yang telah dicampur deterjen atau dengan
serangga). Yellow Trap dengan menggunakan perangkap menggunakan alkohol sekitar 50 ml

3
4. Meletakkan cup plastik pada lubang yang
telah disediakan sampai sejajar dengan tanah
disekitarnya
5. Memberi penutup dengan menggunakan
karton atau plastik apabila diperlukan untuk
menghindari air hujan
6. Mengamati setelah 24 jam
7. Mengidentifikasi hasil arthropoda yang
diperoleh terperangka.

D. Berlese Trap
1. Menganmbil bahan kompos atau seresah pada
pertanaman yang telah ditentukan sebanyak
250 gram pada kedalaman 1-10 cm, oleh
masing masing kelompok
2. Mempersiapkan peralatan metode corong
berlese Pada metode sweepnet hewan yang banyak
3. Memasukkan tanah kedalam saringan C tertangkap adalah kupu-kupu. Ini menandakan bahwa kupu-
4. Menuangkan cairan secukupnya (alcohol, air, kupu mendominasi pada ekosistem sawit.
dan sebagainya) kedalam wadah D
5. Menyalakan lambu B dan mendiamkannya 2. Metode Yellow Ttep
sampai 24 jam
6. Serangga dan binatang lainnya jatuh ke cawan
D
7. Mengamati serangga yang jatuh ke dalam
wadah D menggunakan mikroskop
8. Menentukan jenis serangga yang di dapat
(memfoto serangga menggunakan kamera)
Keterangan:
A = Statif atau penyangga
B = Lampu penerangan
C = Wadah tanah lengkap dengan saringan
D = cawan atau wadah tempat cairan

HASIL

1. Metode Sweepnet

Pada metode yellow trap antropoda yang banyak


tertanggap yaitu jenis lalat buah dan ngengat

Artropologi yang banyak ditemukan


menggunakan metode sweepnet yaitu kupu kupu dan
walang sangit.

Pada metode Yellow Trap hewan yang banyak


tertangkap adalah ngengat dengan jumlah 2 dibandingkan
tawon dan kumbang badak yang hanya tertangkap 1.

4
3. Metode Pitfall Trap

Keterangan:

Pada metode pitfall trap hewan yang banyak 1. Sawit dan Buah Naga 1
ditemukan di setiap ekosistem adalah semut hitam. 2. Sawit dan Buah Naga 2
3. Sawit dan padi
4. Sawit dan tebu
5. Buah Naga 1 dan Padi
6. Buah Naga 1 dan Buah Naga 2
7. Tebu dan Buah Naga 1
8. Tebu dan Buah Naga 2
9. Padi dan Buah Naga 2
10. Padi dan Tebu

Dari grafik diatas dapat dilihat kesamaan spesies


tertinggi pada habitat ekosistem buah naga 1dan buah
naga 2. Habitat terrendah ditempati oleh ekosistem sawit
dan padi.

Pada metode ini hanya semut hitam yang


terjebak masuk pada perangkap sebanyak 2 .

4. Metode Berlese

Pada uji keberadaan arthropoda menggunakan


mikroskop pada metode ini tidak di temukan arthropoda Keterangan:
apapun.  Indeks Kesamaan < 50 % = Kesamaan spesies
dalam suatu habitat rendah

 Indeks Kesamaan > 50 % = Kesamaan spesies


dalam suatu habitat Tinggi

Ekosistem sawit sendiri kesamaan paling tinggi


adalah dengan ekosistem tebu dan terendah dengan
Indeks Persamaan keberadaan arthropoda ekosistem padi. Semua hasil kesamaan ekosistem sawit
pada setiap ekosistem berada pada indeks kesamaan suatu habitat yang rendah.

5
PEMBAHASAN buah naga 1 dan buah naga 2 adalah 59%. Indeks kesamaan
Ekosistem sawit merupakan ekosistem yang tersebut dapat diperoleh kesamaan spesies habitat tinggi.
digunakan untuk praktikum sebagai tempat menangkap dan Perbandingan dari ekosistem tempat menangkap
mengumpulkan arthropoda. Pengumpulan arthropoda arthropoda, di lahan buah naga 1 dan dengan lahan padi cukup
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Metode jauh selisih arthropoda yang diperoleh. Arthropoda tersebut
yang digunakan yakni dengan menggunakan, metode sweep memiliki indeks kesamaan 25%, atau termasuk kesamaan
net, metode yellow trap, metode pitfall trap, dan metode spesies habitat rendah. Pada ekosistem buah naga dengan
berlese. Keempat metode tersebut dilakukan agar arthropoda sawit, dapat diperoleh indeks kesamaan 12,5%. Indeks
terjebak dan dapat di tangkap yang kemudian dilakukan kesamaan tersebut tergolong kedalam kesamaan spesies
pengamatan terhadapnya. habitat rendah. Perbandingan ekosistem buah naga 1 dengan
Metode yang digunakan untuk menangkap tebu memiliki indeks kesamaan yakni 35% dengan kesamaan
arthropoda yang pertama, adalah metode dengan sweep net spesies habitat rendah. Jumlah arthropoda yang diperoleh dari
metode ini digunakan untuk menangkap arthropoda yang kedua ekosistem tersebut adalah sama.
berada di udara atau terbang bebas di udara. Melalui metode Indeks kesamaan pada perbandingan ekosistem buah
ini, arthropoda yang tertangkap sebanyak 2 jenis arthropoda, naga 2 dan padi diperoleh 31% dengan kesamaan spesies
yakni 3 buah kupu-kupu dan 1 tawon laba-laba. Kupu-kupu habitat rendah. Jumlah arthropoda yang didapatkan pada
yang ditangkap pada ekosistem sawit merupakan spesies ekosistem buah naga 2 sebanyak 9 jenis arthropoda dan pada
Melantis idea. Kupu-kupu tersebut merupakan arthropoda ekosistem padi sebanyak 7 jenis arthropoda. Perbandingan
yang termasuk kedalam pollinator (Haneda dkk., 2017). pada ekosistem buah naga 2 dan sawit memiliki indeks
Tawon laba-laba yang tertangkap merupakan spesies tawon kesamaan 15% dengan kesamaan spesies habitat rendah.
Dipogon subintermelius, yang juga merupakan arthropoda Pada ekosistem buah naga 2 dengan tebu memiliki
pollinator. Arthropoda tersebut ditemukan di areal perkebunan indeks kesamaan 57% dengan kesamaan spesies habitat tinggi.
sawit. Arthropoda yang ditemukan bersarang dan berada di Pada ekosistem tersebut juga terdapat arthropoda yang
sekeliling dari pohon sawit. berjumlah 9 jenis arthropoda pada ekosistem buah naga 2 dan
Metode yellow trap digunakan pula untuk 12 jenis arthopoda pada ekosistem buah naga. Perbandingan
menangkap arthropoda yang terbang bebas di sekitar selanjutnya, yakni pada ekosistem padi dengan sawit. Pada
ekosistem sawit. Yellow trap dipasang di pohon sawit dengan kedua ekosistem tersebut terdapat 7 jenis arthropoda pada
digantung mengunakan tali rafia pada dahan pohon. Yellow ekosistem padi, dan 10 jenis arthropoda pada ekosistem sawit.
trap tersebut dibiarkan selama 24 jam, agar dapat menangkap Sehingga indeks kesamaan yang diperoleh 0% dengan
arthropoda yang ada di udara. Hasil yang diperoleh yakni ada kesamaan spesies habitat rendah.
tiga jenis arthropoda.. Arthropoda yang berhasil tertangkap Indeks kesamaan yang diperoleh dari ekosistem padi
adalah, 2 buah ngengat dengan spesies Cycnia tenera yang dengan tebu yang dibandingkan akan memperoleh 46%
termasuk kedalam pollinator. Tawon juga menempel pada dengan kesamaan spesies habitat rendah. Pada ekosistem
yellow trap, namun hanya ada satu tawon saja dengan spesies tersebut juga menangkap beberapa jenis arthropoda.
Acroricnus seductor yang menempel. Tawon tersebut Arthropoda yang diperoleh dari ekosistem padi sebanyak 7
merupakan sebuah pollinator. Arthropoda lain yang berhasil jenis dan pada ekosistem tebu sebanyak 12 jenis arthropoda.
tertangkap adalah arthropoda kumbang badak dengan spesies Perbandingan selanjutnya, yakni perbandingan dari ekosistem
Oryctes rhinoceros. Kumbang badak ini berperan sebagai sawit dengan tebu. Perbandingan kedua ekosistem ini, berhasil
arthropoda omnivora. Arthropoda yang ditangkap akan mendapatkan hasil indeks kesamaan 46% dengan kesamaan
meningkatkan populasi arthropoda tertentu, atau dapat spesies habitat rendah. Arthropoda yang diperoleh dari
mendominasi arthropoda lainnya. Metode ini menggunakan ekosistem sawit sebanyak 10 jenis, sedangkan dari ekosistem
map berwarna kuning karena sebagian arthropoda ada yang tebu sebanyak 12 jenis arthropoda.
sangat trtarik dengan warna kuning seperti, lalat buah, Arthropoda jenis kupu-kupu, belalang, dan ngengat
ngengat, wereng dan lain lain. (Haneda dkk., 2017). merupakan jenis Arthropoda yang mendominasi diberbagai
Pitfall trap merupakan metode yang juga digunakan ekosistem, yang tertangkap melalui 4 metode yang digunakan.
untuk menangkap arthropoda terrestrial atau dapat disebut Perbandingan ini dapat dihitung dengan cara sebagai berikut
dengan arthropoda yang berada di permukaan tanah. Pada Indek Persamaan = 2C/A+B
metode ini, mendapatkan arthropoda semut hitam dengan A= jumlah spesies pada agroekosistem 1
spesies Formica yessensis. Arthropoda semut hitam ini B= jumlah spesies pada agroekosistem 2
ditemukan sebanyak 2 ekor. Semut hitam termasuk kedalam C= jumlah spesies yang sama pada agroekosistem 1 dan 2
arthropoda jenis omnivora. Arthropoda yang terdapat
dipermukaan tanah , seperti contohnya semut dapat
berdampak langsung pada kesuburan tanah. Arthropoda yang
ada dipermukaan tanah sangat penting dalam proses KESIMPULAN
dekomposisi tanah dan juga bahan-bahan organik
ainnya(Hayata dkk., 2018). 1. Jenis Arthropoda didominasi oleh omnivora dan pollinator
Ekstraksi dengan menggunakan metode berlese diberbagai ekosistem disetiap meto
dilakukan agar dapat menangkap arthropoda didalam tanah. de yang dilakukan.
Penggunaan metode berlese dengan sampel tanah yang sudah 2. Indeks kesamaan keseluruhan didominasi oleh indeks
diambil dari ekosistem sawit tersebut. Pada praktikum yang kesamaan rendah karena tidak banyak arthropoda yang
dilakukan menggunakan berlese, tidak ditemukan arthropoda ditemukan sama pada setiap ekosistem.
didalam tanah, sehingga tidak menemukan arthropoda apapun. 3. Indeks kesamaan tertinggi dari semua ekosistem adalah
Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan tanah yang digunakan ekosistem buah naga 1 dan buah naga 2 sebesar 59%
sebagai sampel memang tidak terdapat Arthropoda. namun, untuk ekosistem sawit indeks kesamaan tertinggi
Total arthropoda yang terdapat pada berbagai tempat berada pada persamaan indeks dengan ekosistem tebu
ekosistem dapat dikatakan cukup banyak. Melihat yaitu sebesar 46%.
perbandingan ekosistem buah naga 1 dan dengan buah naga 2,
dapat dilihat melalui indeks kesamaannya. Indeks kesamaan DAFTAR PUSTAKA
yang didapatkan dari perbandingan arthropoda pada ekosistem

6
Ariyanti, M., I. R. Dewi., Y. Maxiselly, dan Y. A. Chandra.
2018. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis
Guineensis Jacq.) dengan Komposisi Media Tanam
dan Interval Penyiraman yang Berbeda. Kelapa
Sawit, 26(1): 11-22.

Gardarin, A., M. Plantegenest., A. Bischoff, dan M. V.


Morison. 2018. Understanding Plant Arthropod
Interactions in Multitrophic Communities to
Improve Conservation Biological Control: Useful
Traits and Metrics. Pest Science, 91:943–955.

Haneda, N. F., C. Wibowo, dan M. Hasbi. 2017. Peranan


Arthropodaa Di Ekosistem Ekoton Dan Kelapa
Sawit. Silvikultur Tropika, 8(2): 116-122.

Hayata., Y. Nengsih, dan H. A. Harahap. 2018. Keragaman Jenis


Serangga Hama Kelapa Sawit Sistem Penanaman Sisipan
dan Tumbang Total di Desa Panca Mulia Kecamatan
Sungai Bahar Tengah Kabupaten Muaro Jambi. Media
Pertanian, 3(1): 39-46

Leksono, A. S. 2017. Ekologi Arthropoda. Malang: UB Press.

Leonard, R. J., C. McArthur, dan D. F. Hochuli. 2018. Habitat


Complexity does not Affect Arthropod Community
Composition in Roadside Greenspaces. Urban
forestry & Urban Greening, 30: 108-114.

Ng, Isabelle. 2017. The Impacts of Logging and Palm Oil on


Aquatic Ecosystems and Freshwater Sources in
Southeast Asia. Science, Economics, and Policy,
1(3): 1-7.

Pamungkas, S. H. 2016. Pengaruh Jenis Pupuk terhadap


Keragaman dan Kepadatan Artropoda Tanah pada
Lahan Tomat (Lycopersicum esculentum). Biologi,
5(5): 52-60.

You might also like