You are on page 1of 14

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN HONJE HUTAN Etlingera hemisphaerica

(Blume) R.M.Sm TERHADAP KADAR GLUKOSA DAN KADAR MALONDIALDEHID


Mus musculus SWISS WEBSTER YANG TERPAPAR MERKURI KLORIDA (HgCL2)

Aceng Ruyani¹,Sylvia Riannisa Putri²,Annisa Putri Ramadhanti³

³program studi kedokteran fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas bengkulu

Abstract: The Effect Of Etlingera Hemisphaerica (Blume) R.M.Sm Leaf Extract


Against Glucose Levels And The Levels Of Malondialdehyde (MDA) Of Mus
Musculus Swiss Webster Exposed By Mercury Chloride (Hgcl2).
Background : HgCl2 compounds will trigger the formation of free radicals that can cause
damage to β cells of pancreas that produce insulin involve hyperglycemia of the body.
Excessive free radicals also cause damage to structures formed by lipids, that is
malondialdehyde (MDA) as a result of oxidative stress. Etlingera hemisphaerica contains
flavonoids that can restore organ damage because of heavy metal toxicity HgCl2.
Purpose : Analyzed how the effect of E. Hemisphaerica leaf extract on the recovery of
glucose and MDA levels in M. musculus which had been exposed to HgCl2. Methode:
This study was an analytical study of experimental that divided into four groups: P0
(control), P1 (5 mg of HgCl2/kg body weight (BW), P2 (HgCl2 + 0.2 mg of
Imunos®/gBW), P3 (HgCl2 + 0.39 mg of E.Hemisphaerica extract/g BW) with 9
repetitions. Blood glucose level were assessed using glucometer and MDA level with
TBARS (Thiobarbituric Acid Reactive Subtance). The data obtained was be analyzed using
One Way Anova test followed by Duncan post hoc test. Results: The average calculation
of glucose levels were increased in (P1) 151.11 mg/dL, but decreased in (P2) 119.00
mg/dL and (P3) 121.00 mg/dL. The MDA levels showed increase in (P1) 0.99 mg/dL, but
decreased in (P2) 0.49 mg/dL and (P3) 0.48 mg/dL. It means that the levels were
increased significantly after administration of HgCl2 (P1) and decreased after
administration Imunos® (P2) and extract of E. hemisphaerica (P3). The result of ANOVA
test for glucose levels with p value = 0.004 (p <0.05) and MDA with p value = 0.001 (p
<0.05), that means there was significant difference from each treatment group.
Conclusion: Leaf extract E. hemisphaerica provide significant effect on recovery of
glucose levels and MDA levels in M. musculus that exposed by HgCl2.
Keyword : Etlingera hemisphaerica, Mercury chloride, Blood glucose, MDA

Abstrak : Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Honje Hutan Etlingera


hemisphaerica (Blume) R.M.Sm terhadap Kadar Glukosa dan Kadar
Malondialdehid (MDA) Mus musculus Swiss Webster yang Terpapar Merkuri
Klorida (HgCl2)
Latar Belakang: Senyawa HgCl2 akan memicu pembentukan radikal bebas yang dapat
menyebabkan kerusakan pada sel-sel β pankreas penghasil insulin sehingga tubuh
mengalami hiperglikemia. Radikal bebas yang berlebihan juga menyebabkan kerusakan
struktur yang dibentuk oleh lipid yaitu malondialdehid (MDA) akibat stres oksidatif. Honje
hutan (Etlingera hemisphaerica) memiliki kandungan flavonoid yang dapat memulihkan
kerusakan organ akibat toksisitas logam berat HgCl2. Metode: Penelitian ini merupakan
studi analitik eksperimental dengan 4 kelompok yaitu P0 (Kontrol), P1(Perlakuan HgCl2 5
mg/kg berat badan (BB) ), P2 (Perlakuan HgCl2+ Imunos® 0,2 mg/g BB), P3 (Perlakuan
HgCl2+ ekstrak E. hemisphaerica 0,39 mg/g BB) dan 9 kali pengulangan. Data kadar
glukosa darah dinilai dengan menggunakan glukometer dan data kadar MDA
menggunakan uji TBARS (Thiobarbituric Acid Reactive Subtance). Data yang didapat
akan dianalisis menggunakan uji one way Anova yang dilanjutkan dengan uji post hoc
Duncan. Hasil Penelitian: Hasil perhitungan rata-rata kadar glukosa adanya
peningkatan pada (P1) 151,11 mg/dL, namun terjadi penurunan pada (P2) 119,00 mg/dL
dan (P3) 121,00 mg/dL, dan kadar MDA menunjukkan peningkatan pada (P1) 0,99
mg/dL, namun terjadi penurunan pada (P2) 0,49 mg/dL dan (P3) 0,48 mg/dL. Hal ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar yang signifikan setelah pemberian HgCl2
(P1) dan terjadi penurunan kadar setelah pemberian Imunos® (P2) dan ekstrak daun E.
hemisphaerica (P3). Uji ANOVA kadar glukosa didapatkan nilai p= 0,004 (p< 0,05) dan
kadar MDA didapatkan nilai p= 0,001 (p< 0,05) yang berarti terdapat perbedaan nyata
dari setiap kelompok perlakuan. Simpulan: Ekstrak daun E. hemisphaerica memberikan
pengaruh yang bermakna terhadap pemulihan kadar glukosa dan kadar MDA pada M.
musculus yang terpapar HgCl2.
Keyword : Etlingera hemisphaerica, Merkuri klorida, Glukosa darah, MDA

PENDAHULUAN Penelitian yang telah dilakukan


oleh Rozi (2012) tentang hematologi
Salah satu tanaman obat yang darah menyatakan bahwa ekstrak daun
masih banyak digunakan oleh orang- E. hemisphaerica berpotensi dalam
orang di daerah Bengkulu adalah honje menurunkan kadar gula darah. Penelitian
hutan (Etlingera hemisphaerica) atau oleh Ruyani et al. (2014) menyatakan
dikenal juga dengan sebutan bahwa ekstrak daun E. hemisphaerica
kecombrang. Tanaman ini biasanya berpotensi menurunkan kadar gula darah
digunakan untuk penyakit yang sebesar 36,2% dan kadar trigliserida
berhubungan dengan kulit, seperti sebesar 21,19% pada mencit yang
penyakit campak. Selain sebagai obat mengalami hiperglikemia dan
masyarakat masih banyak menggunakan hipertrigliserida, tetapi belum ada yang
tanaman ini untuk diolah menjadi sayur melakukan penelitian tentang pengaruh
atau bumbu makanan. Etlingera ekstrak daun E. hemisphaerica terhadap
hemisphaerica merupakan tanaman yang kadar malondialdehid (MDA) ataupun
di dalamnya terkandung alkaloid, stres oksidatif lainnya.
flavonoid, polifenol, steroid, saponin, dan
minyak atsiri (Naufalin et al., 2005). Malondialdehid merupakan suatu
Berdasarkan hasil penelitian Jackie struktur yang dibentuk oleh lipid di
(2011) diketahui bahwa tanaman E. dalam tubuh manusia yang akan rusak
hemisphaerica mengandung senyawa jika tubuh terpapar oleh radikal bebas
polifenol dan flavonoid sehingga (Durak,2010). Peroksidasi lipid ini terjadi
tanaman ini menjadi tanaman obat yang pada membran ketika radikal bebas
mujarab untuk memulihkan kerusakan bereaksi dengan polyunsaturated fatty
organ tubuh yang ditimbulkan akibat acid (PUFA). Reaksi tersebut terjadi
toksisitas logam berat merkuri. secara berantai dan pada bagian akhir
Penelitian lain menyebutkan bahwa dari reaksi tersebut akan terbentuk
kandungan antioksidan dari daun E. hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen
hemisphaerica lebih tinggi dibandingkan peroksida ini dapat menyebabkan
dengan bunga dan rimpang (Chan et al., dekomposisi beberapa produk aldehid
2011). yang bersifat toksik terhadap sel, salah
Merkuri klorida (HgCl2) yang satunya MDA (Putri, 2011). Radikal
dapat memicu pembentukan radikal bebas yang semakin lama semakin
bebas memiliki efek yang sangat menumpuk akan mengalahkan jumlah
berbahaya bagi tubuh. Adanya radikal antioksidan di dalam tubuh sehingga
bebas dapat menyebabkan kerusakan tubuh akan mengalami stres oksidatif
yang berdampak pada fungsi fisiologis (Durak, 2010). Radikal bebas dapat
tubuh. Kerusakan sel-sel beta pankreas merusak dan mengubah fungsi
penghasil insulin merupakan salah satu biomembran dan dapat menyebabkan
akibat dari paparan merkuri yang kerusakan patologis yang lebih parah
berlebihan. Kerusakan ini dapat (Gutteridge, 1993). Salah satu faktor
menyebabkan tubuh mengalami yang dapat meningkatkan radikal bebas
hiperglikemia. Rusaknya sel beta bagi tubuh adalah merkuri. Paparan
pankreas akan menyebabkan jumlah merkuri yang berlebihan dapat
insulin berkurang bahkan tidak ada. Hal menyebabkan terhambatnya fungsi
tersebut menyebabkan glukosa tidak enzim yang akan mengganggu proses
dapat masuk ke dalam sel dan metabolisme organ-organ dalam tubuh,
menumpuk dalam darah sehingga salah satunya adalah organ hati
menyebabkan kondisi hiperglikemia (Darmono, 1995). Jika fungsi hati
(Szkudelski, 2001). sebagai detoksifikasi terhambat akibat
terpapar merkuri terus menerus enzim- mencegah kerusakan sel, mencegah
enzim yang berperan dalam detoksifikasi kanker, mencegah penyakit
akan menjadi jenuh sehingga terjadilah kardiovaskular, membantu melindungi
penurunan aktivitas metabolisme di tubuh dari efek beracun logam berat dan
dalam hati. Karena ketidakefektifan zat berbahaya lainnya (Fairweather et
proses detoksifikasi tersebut, efek toksik al., 2011; Escott, 2008). Selain
pada berbagai organel dalam sel hati selenium, flavonoid juga memiliki efek
seperti kongesti, nekrosis, edema, serta antioksidan. Flavonoid merupakan salah
hemoragik akan muncul (Ressang, satu kandungan yang terdapat pada
1984). tanaman E. hemisphaerica. Karena
dugaan tersebut penulis melakukan
Sebagai penatalaksanaan dari penelitian lebih lanjut mengenai
kasus toksisitas merkuri, selenium yang pengaruh pemberian ekstrak E.
mengandung selenoprotein menjadi hemisphaerica terhadap kadar glukosa
salah satu antioksidan yang disarankan dan kadar malondialdehid plasma mencit
untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan yang terpapar HgClz.
karena selenium membantu dalam

Metode : dalam E. hemisphaerica tidak rusak.


Penelitian ini merupakan Daun yang telah dikeringkan kemudian
penelitian dengan metode eksperimental ditimbang sebanyak 400 g, lalu
dengan 4 perlakuan. Mus musculus diletakkan di dalam botol kaca dan
dikelompokkan menjadi 4 kelompok dimaserasi dengan etanol 96% sebanyak
yaitu kontrol (P0), perlakuan (P1) yang 8 L atau hingga daun terendam.
diberi HgCl2, perlakuan (P2) yang diberi Maserasi dilakukan selama 7 hari dan
HgCl2 dan Imunos, dan perlakuan (P3) setiap hari harus diguncang agar merata.
yang diberi HgCl2 dan ekstrak E. Setelah dimaserasi selama 7 hari,
hemisphaerica. Masing-masing kelompok dilakukan tahap penyaringan dan akan
perlakuan dilakukan dengan 9 kali didapatkan filtrat berwarna hijau tua.
pengulangan.Kegiatan penelitian ini Filtrat kemudian dipekatkan dengan
dilakukan di Gedung Basic Science penguapan menggunakan rotary
Fakultas Matematika dan Ilmu evaporator dan penangas listrik hingga
Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas diperoleh ekstrak kental daun E.
Bengkulu dan Sumber Belajar Ilmu Hemisphaerica.
Hayati (SBIH). Penelitian ini berlangsung
selama 5 bulan 3 minggu (23 minggu), Persiapan hewan uji
dari awal bulan September sampai Hewan uji dilakukan inbreeding
dengan pertengahan bulan Februari keturunan pertama dari indukan. Hewan
2016. tersebut dipelihara di dalam kandang.
Subjek yang digunakan Mus Kandang terdiri dari 4 kelompok yang
musculus galur Swiss Webster inbred dibagi menjadi 1 kelompok kontrol, dan
jantan,Usia 2-3 bulan,Berat badan 20-40 3 kelompok perlakuan. Masing-masing
g, Belum pernah menerima kandang dimasukkan 9 ekor M.
perlakuan/bahan kimia dengan cara musculus untuk setiap
apapun,dan Kondisi sehat dan gerakan kelompok,selanjutnya dilakukan adaptasi
aktif. selama 1 minggu. Selama adaptasi, M.
musculus dipelihara dalam kandang
Prosedure penelitian : secara individu pada kondisi lingkungan
Pembuatan Ekstrak Etlingera yang homogen dan diberi pakan berupa
hemisphaerica pelet dan air minum secara ad libitum,
Bagian daun E. hemisphaerica kemudian M. musculus tersebut
yang digunakan adalah daun yang ditimbang dan dikelompokkan secara
berada di pangkal batang, setelah daun acak menjadi kelompok kontrol dan
diambil selanjutnya daun dicuci bersih kelompok perlakuan. Pengelompokan M.
dan kemudian dipotong kecil-kecil. musculus sebagai berikut: P0 = Kontrol
Berikutnya daun dikeringkan dengan (tidak mendapat perlakuan). P1 =
cara diangin-anginkan di atas kertas Pemberian HgCl2 dengan dosis 5 mg/kg
selama 2 minggu di dalam ruangan yang BB. P2 = Pemberian HgCl2 dengan dosis
tidak terpapar cahaya matahari agar 5 mg/kg BB + Imunos® dengan dosis
senyawa flavonoid yang terkandung di 0,2 mg/g BB. P3 = Pemberian HgCl2
dengan dosis 5 mg/kg BB + ekstrak E. itu dilakukan sentrifugasi dengan
hemisphaerica dengan dosis 0,39 mg/kg kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
BB. Cairan plasma yang telah terpisah dari
jaringan hati kemudian dipindahkan ke
Konversi dosis dalam tabung reaksi untuk selanjutnya
Dosis HgCl2 yang digunakan pada dilakukan pemeriksaan kadar MDA
penelitian ini sebesar 5 mg/kgBB yang menggunakan uji TBARS
dapat menyebabkan kerusakan oksidatif
di hati. Pemeriksaan Thiobarbituric Acid
Reactive Subtance (TBARS)
Pemberian perlakuan Untuk pemeriksaan kadar MDA
Sebelum diberi perlakuan M. dilakukan dengan mengambil organ hati
musculus dipuasakan terlebih dahulu kemudian diuji dengan menggunakan uji
beberapa jam sebelum perlakuan dan thiobarbituric acid reactive subtance
dipastikan mencit dalam keadaan sehat. (TBARS)
Untuk pemberian ekstrak daun E.
hemisphaerica digunakan pelarut minyak Pemeriksaan Glukosa
wijen yang diberikan dengan metode Sebelum dipakai glukometer
gavage melalui oral, pemberian HgCl2 dilakukan penyesuaian kode yang tertera
digunakan pelarut akuades lalu pada kemasan strip glukosa. Setelah
dilakukan penyuntikan intraperitoneal darah diteteskan pada strip, tunggu ± 5
sedangkan untuk Imunos dilarutkan detik untuk menunggu hasil pembacaan
dengan akuades lalu diberikan dengan nilai konsentrasi glukosa darah oleh
metode gavage. Untuk menentukan glukometer. Nilai yang tertera pada
dosis yang digunakan pada saat glukometer merupakan nilai konsentrasi
penyuntikan dilakukan terlebih dahulu glukosa darah mencit dengan satuan
penimbangan berat badan menggunakan mg/dL.
timbangan analitik pada setiap mencit
yang akan diberi perlakuan. Analisis Data
Data yang didapat dari
Pengambilan data pengukuran kadar glukosa darah dan
Pengukuran kadar glukosa darah kadar MDA pada M. musculus kemudian
dan kadar malondialdehid plasma diukur akan dianalisis dengan menggunakan uji
pada hari ke-7 setelah pemberian statistik one way analysis of varians
perlakuan. (ANOVA) untuk melihat perbedaan yang
Proses Homogenasi Jaringan Hati muncul di setiap kelompok. Jika
Mus musculus yang telah diberi ditemukan perbedaan nyata antara
perlakuan dibedah dan dipisahkan setiap kelompok akan dilakukan
hatinya. Untuk pemeriksaan kadar MDA, pemeriksaan lanjutan dengan uji post
hati M. musculus ditimbang kemudian hoc Duncan. Jika variabel tidak
dilarutkan dengan larutan KCl dingin terdistribusi normal atau variasi tetap
1,5% dengan perbandingan 1:10 hingga tidak sama setelah transformasi data
didapatkan sampel jaringan yang maka dilakukan uji nonparametrik
homogen (Bukan et al., 2003). Setelah Kruskal-Wallis.

Hasil

Seleksi Subjek
Total M. musculus yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 50 ekor. Dari 50
ekor tersebut 14 ekor tidak dapat digunakan sebagai subjek penelitian dikarenakan
sebagian mati setelah proses gavage dilakukan. Tiga puluh enam ekor lainnya memenuhi
syarat dan tidak ada yang masuk ke dalam kriteria eksklusi, sehingga dapat digunakan
sebagai subjek penelitian
Berat badan M. musculus pada penelitian ini diukur sebelum dan setelah
perlakuan. Dari seluruh sampel, data berat badan sebelum perlakuan diambil sebanyak
36 ekor, sedangkan data setelah perlakuan terdapat 21 ekor yang berat badannya tidak
tercatat sehingga hanya terkumpul 15 ekor data berat badan 42
setelah perlakuan. Rata-rata berat badan M. musculus yang digunakan pada penelitian
ini dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Rata-rata Berat Badan M. musculus sebelum Perlakuan.
Kelompok n x ±SD (mg/dL)
Sebelum
Perlakuan
P0 9 34,333 + 4, 974
P1 9 35,777 + 4,763
P2 9 31,444 + 6,635
P3 9 34, 667 + 5,93
N 36

Kadar Glukosa
Setelah M. musculus diberikan perlakuan selama tujuh hari, kemudian dilakukan
pemeriksaan kadar glukosa darah pada M. musculus. Darah yang digunakan berasal dari
darah pada ekor M. musculus. Glukosa darah yang diukur adalah glukosa darah sewaktu.
Hasil pengukuran kadar glukosa darah sewaktu dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rata-rata Pengukuran Kadar Glukosa Darah Sewaktu M. musculus yang telah
Diinduksi HgCl2 dan yang Telah Diberi Ekstrak Daun E. hemisphaerica.
No Kelompok n Rentang Rerata
Kadar x ±SD
Glukosa (mg/dL)
Darah
(mg/dL)
1 P0 (Kontrol) 9 77-149 121,22 ±
19,823a
2 P1 (HgCl2) 9 111-174 151,11 ±
18,031b
3 P2 (HgCl2 + 9 86-149 119,00 ±
Imunos®) 22,085a
4 P3 (HgCl2 + 9 78-147 121,00 ±
ekstrak E. 19,506a
hemisphaeri
ca)

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan P3 yang diberi
ekstrak E. hemisphaerica diperoleh penurunan kadar glukosa darah yang signifikan jika
dibandingkan dengan kelompok P1 yang diberikan HgCl2 saja, tetapi tidak memiliki
makna berbeda jika dibandingkan dengan kelompok P0 sebagai kontrol dan P2 yang
diberikan Imunos.

Kadar Malondialdehid (MDA)


Setelah pengukuran kadar glukosa darah, M. musculus dibedah lalu diambil
hatinya kemudian dilakukan pemeriksaan kadar MDA. Hasil pengukuran kadar MDA dapat
dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rata-rata Pengukuran Kadar MDA M. musculus yang Telah Diinduksi HgCl2 dan
yang Telah Diberi Ekstrak Daun E. hemisphaerica.
No Kelompok n Rentang Rerata
Kadar MDA x ±SD
(mol/L) (mol/L)
1 P0 (Kontrol) 9 0,20-1,03 0,48 ±
0,291a
2 P1 (HgCl2) 9 0,68-1,45 1,00 ±
0,288b
3 P2 (HgCl2 + 9 0,20-1,00 0,50 ±
Imunos®) 0,283a
4 P3 (HgCl2 + 9 0,21-1,02 0,48 ±
ekstrak E. 0,282a
hemisphaeri
ca)
Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa pada kelompok perlakuan P3 yang diberi
ekstrak E. hemisphaerica diperoleh penurunan kadar MDA yang signifikan jika
dibandingkan dengan kelompok P1 yang diberikan HgCl2 saja, tetapi tidak memiliki
makna berbeda jika dibandingkan dengan kelompok P0 sebagai kontrol dan P2 yang
diberikan Imunos.

PEMBAHASAN malondialdehid (MDA) akibat dari


peningkatan ROS di dalam tubuh
Karakteristik Subjek Penelitian (Syahputra, 2009). Selain kerusakan
Mus musculus yang digunakan pada organ hati, sel ß pankreas akan
pada penelitian ini berkisar antara 20-40 mengalami kerusakan akibat stres
g. Semua M. musculus yang digunakan oksidatif yang ditimbulkan dari paparan
berjenis kelamin jantan dan dalam HgCl2 (Chen et al., 2006). Senyawa
keadaan sehat. Setelah dilakukan HgCl2 akan menurunkan fungsi sekresi
perlakuan pada setiap kelompok insulin dan menurunkan fungsi sel HIT-T
perlakuan didapatkan perbedaan berat 15 pada sel ß pankreas yang akan
badan pada M. musculus dari sesudah meningkatkan pembentukan reactive
dan sebelum perlakuan. oxygen species (ROS) di dalamnya.
Kadar Glukosa Ketika terjadi ROS, HgCl2 menaikkan
Glukosa merupakan produk proses pengikatan sub-G1 hypodiploid
utama yang terbentuk dari hidrolisis dan annexin-V di dalam sel HIT-T15
karbohidrat kompleks di peredaran darah yang menunjukkan bahwa HgCl2
(Campbell, 2004). Pada Tabel 4.2 dapat memiliki kemampuan untuk menginduksi
dilihat adanya perbedaan kadar glukosa proses apoptosis. Senyawa ROS juga
darah pada kelompok perlakuan P1 menyebabkan peningkatan pembentukan
dengan rata-rata 151,11 mg/dL, P1 TNFα yang menyebabkan resistensi
mengalami peningkatan jika insulin melalui penurunan autofosforilasi
dibandingkan dengan P0 dengan rata- reseptor insulin, perubahan reseptor
rata 121,22 mg/dL, dan mengalami insulin, dan penurunan GLUT 4
penurunan kadar glukosa setelah (Widowati, 2008). Akibat lain yang
diberikan E. hemisphaerica pada ditimbulkan adalah gangguan pada
kelompok perlakuan P3 dengan rata-rata potensial membran mitokondria,
121,00 mg/dL. Dapat dilihat bahwa E. meningkatkan pelepasan sitokrom c
hemisphaerica dapat mengembalikan mitokondria, dan menyebabkan aktivasi
kadar glukosa mendekati ke kadar P0 poli(ADP-ribosa) polimerase (PARP). Sel
sebagai kontrol. Selain itu juga terjadi HIT-T15 juga menyebabkan adenosin
penurunan pada kelompok perlakuan P2 trifosfat (ATP) intraseluler menipis dan
dengan rata-rata 119,00 mg/dL yang meningkatkan pelepasan lactate
diberikan Imunos. dehydrogenase (LDH) (Chen et al.,
Peningkatan kadar glukosa terjadi 2010). Hal inilah yang menyebabkan
pada kelompok perlakuan P1 yang hanya disfungsi dari sel ß pankreas.
diberikan HgCl2 saja. Senyawa HgCl2 Berdasarkan penelitian Chen et
merupakan logam berbahaya yang dapat al. (2010) didapatkan bahwa paparan
menimbulkan efek yang buruk bagi senyawa merkuri menyebabkan
tubuh (Alfian, 2006). Keracunan HgCl2 kerusakan pada pulau pankreas yang
dapat menyebabkan masalah pada disebabkan oleh gangguan pada proses
berbagai macam organ tubuh salah kematian sel di dalam tubuh atau dikenal
satunya hati (Syahputra, 2009). Pada dengan istilah apoptosis. Penelitian lain
organ hati akan terjadi pembentukan yang dilakukan Chen et al. (2012)
kompleks antara HgCl2 dengan glutation didapatkan bahwa terdapat peningkatan
hati yang akan disekresikan dalam kadar glukosa darah yang signifikan dan
bentuk kompleks merkuri-glutation atau terjadi penurunan kadar insulin pada M.
merkuri-sistein, sehingga akan musculus yang diinjeksi HgCl2. Hal ini
menyebabkan gangguan pada fungsi disebabkan terjadinya apoptosis sel ß
metabolisme hati yang berakibat pada pankreas lebih awal akibat dari paparan
peningkatan kadar glukosa darah dan HgCl2, dan membran vesikel pecah
terjadi peningkatan kadar
sehingga menyebabkan pengeluaran (Nijveldt et al., 2001; Kumalaningsih,
insulin yang berlebihan. 2007; Kirk dan Othmer, 1993).
Berbeda dengan kelompok Flavonoid juga dapat
perlakuan P1, pada kelompok perlakuan menghambat kerja enzim α-glukosidase
P2 dan P3 terjadi penurunan kadar (Hogan, 2010). Enzim ini memiliki
glukosa darah setelah diberi perlakuan peranan penting terhadap pembentukan
Imunos dan ekstrak E. hemisphaerica. glukosa di usus halus. Jika aktivitas
Imunos merupakan suplemen yang enzim α-glukosidase berlebihan dapat
dapat merangsang sistem kekebalan memicu timbulnya penyakit diabetes
tubuh. Kandungan yang terdapat di melitus tipe 2 dikarenakan jumlah
dalamnya adalah selenium, ekstrak hormon insulin yang dihasilkan oleh
Echinacea, zinc picolinate, dan ascorbic kelenjar pankreas tidak mampu
acid (Pramudianto, 2013). Selenium mengimbangi kadar glukosa darah di
memiliki efek sebagai antioksidan yang dalam tubuh. Flavonoid akan bekerja
dapat membantu melindungi tubuh dari sebagai penghambat dari kerja enzim α
efek beracun logam berat dan zat glukosidase sehingga mencegah
berbahaya lainnya (Fairweather et al., terjadinya kondisi hiperglikemik di dalam
2011). Selenium juga mampu tubuh (Chiasson, 2004).
menurunkan kadar glukosa darah Selain memiliki senyawa
dengan memperkuat fosforilasi Akt dan flavonoid ekstrak daun E. hemisphaerica
PI3 kinase sebagai protein yang terlibat juga mengandung senyawa aktif lain
dalam proses pensinyalan insulin (Hwang yaitu tanin. Tanin memiliki sifat sebagai
et al., 2007). Selain itu, berdasarkan uji antioksidan serta sering dimanfaatkan
fitokimia yang dilakukan oleh Widiya sebagai adsorbent logam berat sebagai
(2015), Imunos memiliki kandungan chelating ion logam dan diketahui juga
flavonoid dan tanin, sedangkan pada berpotensi sebagai pengikat HgCl2
ekstrak E. hemisphaerica memiliki (Hoonga, 2009; Ruyani et al., 2014).
kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, Kekurangan dari kandungan zat ini
tanin, dan terpenoid. Flavonoid pada adalah apabila berlebihan dapat
tanaman ini bersifat sebagai antioksidan, meracuni hati (Robinson, 1995)
selain itu flavonoid memiliki senyawa Analisis lanjutan untuk melihat
kuersetin yang berfungsi untuk perbandingan kadar glukosa darah yang
menurunkan kadar glukosa darah diberi HgCl2, Imunos dan ekstrak E.
dengan cara menjaga sel β pankreas hemisphaerica dianalisis dengan
tetap bekerja secara normal (Gregory, menggunakan one way Anova diperoleh
2011). Secara in vitro, kuersetin nilai p = 0,004 (p< 0,05) yang berarti
berpotensi sebagai inhibitor transpor terdapat perbedaan nyata dari setiap
glukosa oleh intestinal glucose kelompok perlakuan. Pada uji lanjutan
transporter GLUT2 dan GLUT5 yang Duncan juga dapat dilihat hasil yang
bertanggung jawab pada absorbsi didapatkan pada kelompok P3 yang
glukosa di dalam usus halus (Gastelu, diberikan ekstrak E. hemisphaerica
2004). Mekanisme kerja flavonoid memiliki hasil yang berbeda bermakna
sebagai antioksidan terjadi melalui dua jika dibandingkan dengan kelompok P1
jalur yaitu dengan meredam radikal yang diinduksi HgCl2, tetapi kelompok
bebas secara langsung dengan cara perlakuan P3 tidak berbeda bermakna
menyumbangkan atom hidrogennya jika dibandingkan dengan kelompok P0
kepada molekul radikal bebas tanpa sebagai kontrol dan kelompok P2 yang
terganggu fungsinya serta memutus diberikan Imunos. Berdasarkan hasil
reaksi berantai dari radikal bebas, dan tersebut dapat disimpulkan bahwa
melalui peran dalam chelating ion logam ekstrak daun E. hemisphaerica memiliki
dimana atom pendonor elektron potensi sebagai alternatif terapi yang
membentuk ikatan koordinat dengan digunakan pada kasus toksisitas HgCl2,
sebuah atom logam tunggal. Atom akan tetapi masih perlu dilakukan
pendonor yang utama sebagai chelating penelitian lebih lanjut dengan
agent adalah N, O, S dan P. Setelah menggunakan dosis E. hemisphaerica
terbentuk ikatan koordinat, masing- yang lebih kecil.
masing atom pendonor akan membentuk
sebuah cincin yang berisi atom tunggal
Kadar MDA (Haliwell, 2006), sehingga pada
Mus musculus dibedah lalu perlakuan P1 terjadi peningkatan kadar
diambil hatinya dan dilakukan MDA pada M. musculus. Berdasarkan
penimbangan berat hati menggunakan penelitian Chen et al. (2012) terjadi
timbangan analitik, kemudian dilakukan peningkatan kadar MDA pada mencit
pemeriksaan kadar MDA. Stres oksidatif yang terpapar HgCl2. Hal ini disebabkan
adalah suatu keadaan karena produksi ROS di dalam tubuh
ketidakseimbangan jumlah radikal bebas meningkat.
yang lebih banyak jika dibandingkan Berbeda dengan kelompok
dengan jumlah antioksidan di dalam perlakuan P1, pada kelompok perlakuan
tubuh (Haliwell, 2006). Akibat dari stres P2 dan P3 terjadi penurunan kadar MDA
oksidatif ini akan berdampak pada setelah diberi perlakuan Imunos dan
kerusakan lipid yang pada akhirnya akan ekstrak E. hemisphaerica. Kandungan
menyebabkan gangguan pada produksi selenium yang terdapat pada Imunos
malondialdehid sebagai hasil akhir memiliki efek antioksidan yang dapat
peroksidasi lipid (Yoshikawa dan Naito, membantu melindungi tubuh dari efek
2002). Pada Tabel 4.3 dapat dilihat beracun logam berat selain itu selenium
adanya perbedaan kadar MDA pada juga berfungsi mengaktifkan enzim
kelompok perlakuan P1 dengan rata-rata glutation peroksidase, enzim ini sangat
1,00 mol/L, P1 mengalami peningkatan penting untuk menetralisir radikal-
jika dibandingkan dengan P0 dengan radikal bebas yang dapat menyebabkan
rata-rata 0,48 mol/L, dan mengalami stres oksidatif (Fairweather et al., 2011;
penurunan kadar MDA setelah diberikan Atmosukarto dan Rahmawati, 2003).
E. hemisphaerica pada kelompok Imunos juga memiliki kandungan asam
perlakuan P3 dengan rata-rata 0,48 askorbat yang dapat menurunkan kadar
mol/L dan diberikan Imunos pada MDA yang sebelumnya meningkat akibat
kelompok perlakuan P2 dengan rata-rata terpapar radikal bebas (Trijono, 2012).
0,50 mol/L. Dapat dilihat bahwa E. Kandungan echinacea dan zinc picolinate
hemisphaerica dapat mengembalikan yang terdapat di dalam Imunos belum
kadar MDA mendekati ke kadar P0 diketahui pengaruhnya terhadap
sebagai kontrol. pemulihan kadar MDA yang terpapar
Akibat paparan dari HgCl2 terjadi HgCl2, sedangkan pada ekstrak E.
peningkatan pada kadar MDA yang dapat hemisphaerica terdapat kandungan
dilihat pada perlakuan P1. Merkuri flavonoid, tanin, dan alkaloid yang
klorida (HgCl2) merupakan salah satu bersifat sebagai antioksidan, sehingga
faktor yang dapat meningkatkan radikal memberikan perlindungan terhadap
bebas di dalam tubuh (Darmono, 1995). serangan radikal bebas (Lenny, 2006;
Radikal bebas inilah yang nantinya akan Sudirman, 2011). Aktivitas antioksidan
menyebabkan proses peroksidasi lipid pada flavonoid dikarenakan senyawa ini
(Favier, 1995). Peroksidasi lipid adalah merupakan senyawa fenol yaitu senyawa
kerusakan oksidatif asam lemak tak dengan gugus –OH yang terikat pada
jenuh rantai panjang (polyunsaturated karbon cincin aromatik. Karena termasuk
fatty acid) yang akan menghasilkan dalam senyawa fenol, flavonoid
senyawa malondialdehid. Target utama mempunyai kemampuan untuk
peroksidasi lipid oleh ROS adalah asam menyumbangkan atom hidrogen (H),
lemak tak jenuh majemuk (PUFA) dalam dan mempengaruhi radikal bebas di
membran lipid. Peroksidasi lipid akan dalam tubuh menjadi stabil (Sudirman,
terus membentuk reaksi berantai yang 2011).
terus berkelanjutan sampai radikal bebas Pendonoran atom hidrogen (H)
ini dihilangkan oleh radikal bebas dan dari gugus hidroksil kepada ROS akan
oleh sistem antioksidan tubuh (Retno, merubah bentuk flavonoid menjadi
2012). Hal inilah yang mendasari MDA fenoksil flavonoid (FIO). Proses tersebut
dapat digunakan sebagai indeks dapat digambarkan dengan reaksi (FI –
pengukuran aktivitas radikal bebas OH + R -> FIO + RH) (Aulanni’am et al.,
dalam tubuh (Haliwell, 1999). Karena 2012). Selanjutnya FIO yang terbentuk
produksi radikal bebas yang berlebihan akan diserang kembali oleh ROS
dalam tubuh dan kandungan antioksidan sehingga membentuk FIO yang kedua
menjadi lebih sedikit menyebabkan dan serangan ROS akan direspon oleh
tubuh mengalami stres oksidatif FIO dengan menyeimbangkannya
melalui mekanisme delokalisasi elektron Duncan juga dapat dilihat hasil yang
sehingga menghasilkan senyawa yang didapatkan pada kelompok P3 yang
stabil (Sofia, 2013). Adanya respons diberikan ekstrak E. hemisphaerica
delokalisasi elektron yang muncul memiliki hasil yang berbeda bermakna
merupakan akibat ikatan rangkap jika dibandingkan dengan kelompok P1
terkonjungasi yang dimiliki oleh FIO. yang diinduksi HgCl2, tetapi kelompok
Mekanisme tersebut menyebabkan perlakuan P3 tidak berbeda bermakna
penurunan kadar ROS yang berimbas jika dibandingkan dengan kelompok P0
pada penurunan stres oksidatif dan sebagai kontrol dan kelompok P2 yang
turunnya kadar MDA. diberikan Imunos®. Berdasarkan hal
Senyawa alkaloid bertindak tersebut dapat disimpulkan bahwa
sebagai penangkap radikal bebas dan ekstrak daun E. hemisphaerica memiliki
dapat mencegah terjadinya peroksidasi potensi sebagai alternatif terapi yang
lipid pada hepatik mikrosomal (Dinara et digunakan pada kasus toksisitas HgCl2,
al., 2007). Berdasarkan penelitian Alli akan tetapi masih perlu dilakukan
dan Adanlawo (2014) senyawa saponin penelitian lebih lanjut dengan
dapat menurunkan stres oksidatif pada menggunakan dosis E. hemisphaerica
tikus yang diinduksi aloksan, saponin yang lebih kecil.
bertindak sebagai antioksidan dan Berdasarkan hasil analisis data
memiliki kemampuan dalam menangkap pada penelitian ini dapat disimpulkan
radikal bebas. bahwa paparan HgCl2 dapat
Analisis lanjutan untuk melihat meningkatkan kadar glukosa darah dan
perbandingan kadar MDA yang diberi kadar MDA darah. Setelah diberikan
HgCl2, Imunos dan ekstrak E. ekstrak E. hemisphaerica terjadi
hemisphaerica dianalisis dengan penurunan yang signifikan dari kadar
menggunakan one way Anova diperoleh glukosa darah dan kadar MDA darah.
nilai p = 0,001 (p< 0,05) yang berarti Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis
terdapat perbedaan nyata dari setiap kerja pada penelitian ini dapat diterima.
kelompok perlakuan. Pada uji lanjutan

Simpulan Daftar pustaka


Paparan merkuri klorida (HgCl2) 1. Aguilar FUR, Charrondiere B,
menyebabkan peningkatan kadar Dusemund P, Galtier J, Gilbert DM,
glukosa darah dan kadar Gott S, Grilli R (2009). Chromium
malondialdehid(MDA) pada M.
picolinate, zinc picolinate and zinc
musculus. Pemberian ekstrak daun honje
picolinate dehydrate added for
hutan (Etlingera hemisphaerica)
berpengaruh terhadap pemulihan kadar nutritional purposes in food
glukosa darah M. musculus yang telah supplements. The EFSA Journal,
terpapar HgCl2 dimana terjadi 1113:1-41
penurunan kadar glukosa yang http://www.efsa.europa.eu/de/efsaj
mendekati normal. Pemberian ekstrak ournal/pub/1113 Diakses 18
E. hemisphaerica berpengaruh terhadap
September 2015.
pemulihan kadar MDA M. musculus yang
telah terpapar HgCl2 dimana terjadi 2. Agustien R (2013). Efek
penurunan kadar MDA yang mendekati hiperglikemia postprandial terhadap
normal. kemampuan memori jangka pendek
pada pasien diabetes melitus tipe 2
Saran di Puskesmas Cipondoh Tangerang.
Perlu dilakukan penelitian Fakultas Ilmu Keperawatan Program
lanjutan mengenai pengaruh ekstrak Studi Magister keperawatan
daun E. hemisphaerica terhadap kadar
Kekhususan Keperawatan Medical
glukosa darah dan kadar MDA pada M.
Bedah. Skripsi.
musculus yang terpapar merkuri pada
fase kronik. 3. Ahmad R, Tripathi AK, Tripathi P,
Singh S, Singh R, dan Singh RK
(2008). Malondialdehyde and protein
carbonyl as biomarkers for oxidative
stress and disease progression in
patients with chronic myeloid chorogenic acid from leaves of
leukemia. India: Departements of Etlingera elatior (Zingiberaceae).
Biochemistry and Medicine, Pharmacognosy Res, 3(3):178–84.
C.S.M.Medical University, Lucknow, 14. Chen YW, Huang CF, Tsai KS, Yang
22:525−528. RS, Yen CC, Yang CY, Lin-Shiau SY,
4. Alfian Z (2006). Merkuri antara Liu SH (2006). Methylmercury
manfaat dan efek penggunaannya induces pancreatic β-cell apoptosis
bagi kesehatan manusia dan and dysfunction. Chem Res Toxicol,
lingkungannya. Medan: Universitas 19:1080–85.
Sumatera Utara Repository. Tesis. 15. Chen YW, Huang CF, Yang CY, Yen
5. Alli SYR dan Adanlawo IG (2004). In CC, Tsai KS, Liu SH (2010).
Vitro and In Vivo antioxidant activity Inorganic mercury causes pancreatic
of saponin extracted from the root ff β-cell death via the oxidative stress-
garcinia kola (bitter kola) on alloxan- induced apoptotic and necrotic
induced diabetic rats. J Pharm pathways. Toxicol Appl Pharmacol,
Pharm Sci, 3(7):8–26. 243:323–31.
6. Atmosukarto K, Rahmawati M 16. Chiasson JL, Josse RG, Gomis R,
(2003). Mencegah penyakit Hanefeld M, Karasik A, Laakso M
degeneratif dengan makanan. (2004). Acarbose for the prevention
Majalah Cermin Dunia Kedokteran. of type 2 diabetes, hypertension and
Jakarta: PT Kalbe Farma, pp 41–47. cardiovascular disease in subjects
7. Aulanni’am A, Rosdiana, Rahmah NL with impaired glucose tolerance:
(2012). The potency of Sargassum facts and interpretations concerning
duplicatum bory extract on the critical analysis of the STOP-
inflammatory bowel disease therapy NIDDM Trial data.
in Rattus norvegicus. Life Sci, 6: Diabetologia,47:969–75. Coffee
144–154. CJ(1998). Integrated medical
8. Bartram T (2001). Bartram’s sciences. 1st edition. Jakarta: EGC.
encyclopedia of herbal medicine: 17. Dacus J, Schulz K, Averill A, Sibai B
New York; Marlowe. (1989). Comparison of Capillary
9. Bukan N, Sancak B, Yavuz O, Koca Accu-Chek Blood Glucose Values to
C, Tutkun F, Ozcelikay AT dan Altan Laboratory Values: Am J Perinatol,
N (2003). Lipid peroxidation and 6(3):334–6.
scavenging enzyme levels in the 18. Dalle-Donne I, Rossi R, Colombo R,
liver of streptozotocin-induced Giustarini D, Milzani A
diabetic rats. Indian J Biochem (2006).Biomarkers of Oxidative
Biophys, 447-450. Damage in Human Disease. Clin
10. Burger I, Burger BV, Albrecht CF, Chem, 52: 601–23. Darmono
Spicies HSC, Sandor P (1998). (1995). Logam dalam sistem biologi
Triterpenoid saponin from Bacium makhluk hidup. Jakarta: Universitas
gradivlona Var. Obovatum Indonesia.
Phytochemistry. Pp 2087-2089. 19. Dinara JM, Marc FR, Jane MB, Joa
11. Campbell NA (2004). Biologi jilid 3. APAH, Jenifer S (2007). Antioxidant
Edisi 5. Jakarta: Erlangga. properties of β-carboline alkaloids
12. Chan EW, Lim YY, Omar M (2007). are related to their antimutagenic
Antioxidant and antibacterial activity and antigenotoxic activities.
of leaves of Etlingera species Mutagenesis, 22(4):293-302.
(Zingiberaceae) in Peninsular 20. Djauhariya E, Hernani (2004).
Malaysia. Food Chem, 104(4): 1586- Gulma berkhasiat obat. Jakarta:
1593. Penebar Swadaya, pp 3. Durak D,
13. Chan EW, Lim YY, Tan Sp (2011). Kalender S, Uzun FG, Demir F,
Standardised herbal extract of Kalender Y (2010). Mercury chloride
induced oxidative stress in human 29. Guyton AC, Hall JE (2007). Buku
erythrocytes and the effect of ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11.
vitamin C dan E in vitro. Afr J Jakarta: EGC. Gregory T (2011).
Biotechnol, 9(4):488-495. Hypoglycemia low blood sugar in
21. Escott SS (2008). Nutrition and people without diabetes.
diagnosis related care. 6th ed. http://www.healthlinkbc.ca/kb/conte
Philadelphia, Pa: Lippincott Williams nt/mini/rt1050html- Diakses
& Wilkins. Source: Oktober 2015. Gregory S, Kelly ND
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus (2011). Quercetin. AMR,16(2):172-
/ency/article/002414.htm - Diakses 94.
18 September 2015. 30. Grober U (2012). Mikronutrien
22. Fairweather T, Susan J, Bao Y, penyelarasan metabolik,
Broadley MR, Collings R, Ford D, pencegahan dan terapi. Jakarta:
Hesketh JE, Hurst R (2011). EGC.
Selenium in human health and 31. Habsah M, Lajis NH, Sukari MA,
disease. School of Medicine, Health YapYH, Kikuzaki H, Nakatani N, Ali
Policy and Practice. University of AM (2005). Antitumour-Promoting
East Anglia: United Kingdom. and Cytotoxic Constituentss of
23. Fardiaz D, Fardiaz S, Winarno FG Etlingera Elatior. Malays J Med Sci,
(1980). Pengantar teknologi pangan. 12(1):6-12.
Jakarta: Gramedia. Farnsworth NR 32. Halliwell B, Gutteridge JMC (1999).
(1966). Biological and phytochemical Free Radical in Biology and Medicine.
screening of plants. J Pharm Sci, 3rd Edition. Oxford: Oxford
55:225–36. University Press. Halliwell B (2006).
24. Favier AE (1995). Analysis of free Reactive Spesies and Antioxidants:
radicals in biological systems. Redox Biology is a Fudamental
Birkhauser Voulagh Basel: Theme of Aerobic Life. Plant Physiol,
Switzerland, p-102. 141:312–22.
25. Foster S, Tyler V (2000). Honest 33. Harborne JB (1987). Metode
herbal. New York: Haworth Herbal fitokimia: Penuntun cara modern
Press. menganalisis tumbuhan. Edisi 2.
26. Fox JG, Barthold SW, Davisson MT, Bandung: ITB. Hardjoeno H (2003).
Newcomer CE, Quimby FW, Smith SL Interpretasi Hasil Tes Laboratorium
(2007). The mouse in biomedical Diagnostik. Jakarta: EGC.
research. 2nd Edition. San Diego, 34. Hartono T (2009). Saponin.
CA: Academic Press. Ganong WF http://www.farmasi.dikti.net -
(2008). Buku ajar fisiologi Diakses 15 September 2015.
kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC. 35. Hidayat SS, Hutapea JR (1991).
27. Gaglia W, Hi CS, Howell SL (1985). Inventaris tanaman obat Indonesia.
Effects on flavonoids on insulin Edisi 1. Badan Penelitian dan
secretin & 4SCa2 Handling in rat Pengembangan Departemen
islet of Langerhans. J Endocrinol, Kesehatan Republik Indonesia.
107:18. 36. Holy T,Guo Z(2005). Ultrasonic of
28. Gastelu D (2004). All about male mice. PLOS Biol, 3(12): e386
bioflavonoids. 37. Hoonga YB, Paridaha MT, Luqmanb
http:/www.supplementfacts.com- CA, Kohc MP, Lohd YF (2009).
Diakses Januari 2016. Gutteridge JM Fortification of sulfited tannin from
(1993). Free radicals in disease the bark of Acacia mangium with
processes: a compilation of cause phenol-formaldehyde for use as
and consequence. Free Radic Res plywood adhesive, Industrial. Crops
Commun, 19:141–58. Products, 30:416–21.
38. Horsted BP, Magos L, Holmstrup P, 46. Kim NO (1989).Zat-zat toksik yang
Arenholt BD (1999). Tambalan secara alamiah ada pada tumbuhan
amalgam berbahaya untuk nabati. Jakarta: Cermin Dunia
kesehatan. Jakarta: EGC. Kedokteran, No. 58.
39. Hunt JR, Gallagher SK, Johnson LK, 47. King JC dan Keen CL (2005). Zinc
Lykken GI (2004). Effect of zinc dalam modern nutrition in health
supplementation on immune and and disease. 10th ed. (Shils M,
inflamatory responses in pediatric Olson J.A., Shike M., eds). Lea&
patient with Shigellosis. Am J Clin Febiger, Malvern.
Nutr, 79:444–50. 48. Kirk dan Othmer (1993).
40. Hwang EI, Lee YM, Lee SM, Yeo WH, Encyclopedia of chemical technology.
Moon JS, Kang Th, Park KD, Kim SU Edisi 5. Canada: Wiley Interscience.
(2007). Inhibition of chitin synthase Konig D, Berg A (2002). Exercise
2 and antifungal activity of lignans and oxidative stress: is there a need
from the stem bark of Lindera foradditional antioxidant.
erythrocarpa. Planta Med, Osterreichisches J Fur Sportmedizin,
73(7):679-82. 3:6–15.
41. Iswara A (2009). Pengaruh 49. Kumalaningsih S (2006).
pemberian antioksidan vitamin C Antioksidan alami, penangkal radikal
dan E terhadap kualitas spermatozoa bebas, sumber, manfaat, cara
tikus putih terpapar allethrin. penyajian dan pengolahan.
Jurusan Biologi Universitas Negeri Surabaya: Trubus Agrisarana. pp:6–
Semarang. Skripsi. 10.
42. Jackie T, Nagaraja H, Srikumar C 50. Lenny S (2006). Senyawa
(2011). Antioxidant effects of flavonoida, fenipropanoida, dan
Etlingera elatior flower extract alkaloida. Medan: Universitas
against lead acetate induced Sumatera Utara.
perturbations in free radical 51. Magos L, Webb M (1980). The
scavenging enzymes and lipid interactions of selenium with
peroxidation in rats. BMC Res Notes. cadmium and mercury. CRC. Crit
http://www.biomedcentral.com/175 Rev Toxicol, 8:1-42.
6-0500/4/67 - Diakses 21 januari 52. Makkar HPS, Shiddurajju P, Becker K
2015. (2007). Plant secondary metabolites.
43. Jatmiko S, Siti F, Titi S (2007). New Jersey: Human Press.
Stabilitas asam askorbat dalam 53. Manual Accu-Check Advantage II
kombinasi dengan seng sulfat. (2006).
Jurnal Kesehatan Masyarakat 54. Matsushita H, Mio T, Haruko O
Indonesia, 4(2): 67-71. (2002). Porcine pancreatic α-
44. Jusman SA (2001). Bawang prei amylase shows binding activity
(Allium fistulosum Linn) dan toward N-linked oligosaccharides of
metabolism: Penghambat Kenaikan glycoproteins. J Biol Chem, 4680–
Kandungan Peroksida Lipid Hati 86.
karena Radikal Bebas pada Tikus 55. Naidu KA (2003). Vitamin C in
yang diratembagani CCl4. Majalah human health and disease is still a
Kedokteran Indonesia, 45(10):588– mystery. An overview.
91. http://www.nutritionj.com/content/2
45. Kevin C, Kregel HJ, Zhang (2006). /1/7- Diakses 18 September 2015.
An integrated view of oxidative 56. Naufalin R, Jenie BSL, Kusnandar F,
stress in aging: basic mechanisms, Sudarwamto M, Rukmini H (2005).
functional effects, and pathological Kajian sifat antimikroba ekstrak
considerations. Am J Physiol Regul bunga kecombrang terhadap
Integr Comp Physiol, 292(1):18–36. berbagai mikroba patogen dan
perusak pangan. Jurnal Teknologi 66. Ruyani A, Sudaryono A, Fahrur RZ,
dan Industri Pangan, 16(2):119–25. Samitra D, Gresinta E (2014).
57. Newman, Weinman R, West, Mc Potential assesment of leaf ethanolic
Manus,Ali (2004). Checklist of ekstrak honje (Etlingera
Zingiberaceae of Malesia. United hemisphaerica) in regulating glucose
States Departmen of Agriculture, and tryglicerides on mice (Mus
Agriculture Research Service, musculus). Bengkulu. Int J Sci, 3(1):
Beltsville Area Germplasm. 69-76.
http://www.ars-grin.gov/cgi- 67. Schwiebert R (2007). The
bin/npgs/gtml/taxon.pl?409479#ref laboratory mouse. Singapore: NUS
- Diakses 19 november 2014. 68. Seidemann J (2005). World spice
58. Nijveldt RJ (2001). Flavonoid: A plants economic usage botany,
review of probable mechanism of taxonomy. New York: Springer.
action and potential applications. Am 69. Sirait M (2007). Penuntun fitokimia
J Clin Nutr, 74:418–25. dalam farmasi. Bandung: Penerbit
59. Oktora L (2006). Pemanfaatan Obat ITB.
Tradisional dengan Pertimbangan 70. Slatter DA, Bolton CH, Bailey AJ
Manfaat dan Keamanannya (2000). The importance of lipid-
http://journal.ui.ac.id/index.php/mik derived malondialdehyde in diabetes
/issue/view/211. diakses pada 19 melitus. Diabetologia, 43(5):7–550.
Mei 2016. 71. Sofia V, Aulanni’an, Mahdi C (2013).
60. Palar H (2004). Pencemaran dan Studi pemberian ekstrak rumput laut
toksikologi logam berat. Jakarta: coklat (Sargassum prismaticum)
Rineka cipta. Pramudianto A. Evaria terhadap kadar malondialdehida dan
(ed) (2013). MIMS Indonesia gambaran histologi jaringan ginjal
Petunjuk Konsultasi. Edisi 12. pada tikus (Rattus norvegicus)
Jakarta: BIP. diabetes melitus tipe 1. Kimia
61. Putri DR (2011). Efek antioksidan Student Journal, 1(1):119–125.
fraksi larut etil asetat ekstrak etanol 72. Sudirman S, Nurhjanah AA (2011).
daun jambu biji pada kelinci yang Aktivitas antioksidan dan komponen
dibebani glukosa. bioaktif kangkung air (Ipomoea
http://www.etd.eprints.ums.ac.id./6 aquatica forsk.). Bogor: Departemen
090/I/KI00050059.pdf. – Diakses Teknologi Hasil Perairan Institut
Januari 2016. Pertanian Bogor. Skripsi.
62. Ressang AA (1984). Patologi khusus 73. Sukmono JK (2009). Mengatasi
veteriner. Edisi 2. Bali: NV. Aneka Penyakit dengan Terapi
63. Retno T (2012). Pengaruh Herbal. Jakarta: Agromedia pustaka.
pemberian isoflavon terhadap Toksikologi Senyawa Logam.
peroksidasi lipid pada hati tikus Jakarta: Universitas Indonesia Press.
normal. Indonesia Medicus 74. Syahputra A (2009). Merkuri
Veterinus, 1(4):483–91. anorganik. http://www.chem-
64. Robinson T (1995). Kandungan istry.org/materi kimia/kimia
organik tumbuhan tinggi. Edisi 4. anorganik/khelasi-
Bandung: ITB Press. merkuri/merkurianorganik/ - Diakses
65. Rozi ZF (2012). Uji potensi ekstrak Januari 2016.
daun honje Etlingera hemisphaerica 75. Syamsuhidayat SS (1991).
terhadap kadar gula darah Mus Inventarisasi tanaman obat
musculus serta implementasinya Indonesia. Departemen Kesehatan
sebagai Modul pembelajaran RI: Badan Penelitian dan
metabolisme karbohidrat. Bengkulu: Pengembangan, Jakarta.
Universitas Bengkulu. Tesis. 76. Szkudelski T (2001). The mechanism
of aloxan and streptozotosin action
in β cell of pancrease. J pencegahan dan penanggulangan
Physiol,50:536–46. pencemaran. Yogyakarta: Penerbit
77. Trijono S (2012). Pemberian Andi.
ekstrak kelopak bunga rosela 81. Weisberg SP, Leibel R, Tortoriello
menurunkan malonaldehida pada DV (2008). Dietary curcumin
tikus yang diberi minyak jelantah. significantly improves obesity-
Denpasar: Universitas Udayana. associated inflammation and
Tesis. diabetes in mouse models of
78. Valko M, Rhodes CJ, Moncol J, diabesity. Endocrinol, 149:3549–58.
Izakovic M, Mazur M (2006). Free 82. Yasa IWPS, Suastika K, Djelantik
radicals, metals and antioxidants in AAGS, Astawa INM (2007).
oxidative stress-induced cancer. Hubungan positif antara ulkus kaki
Chem Biol Interact, 160:1–40. diabetik dengan presentase sel
79. Widiya M (2015). Profil protein otak bermarkah CD 4+ pembawa
mencit (Mus musculus) pada induksi malondialdehid.
merkuri klorida (HgCl2) melalui http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/s
pemberian ekstrak daun honje utirta_yasa_pdf.pdf. – Diakses
(Etlingera hemisphaerica) sebagai Oktober 2015.
modul pembelajaran sistem saraf. 83. Yoshikawa T, Naito Y (2002). What
Bengkulu: Universitas Bengkulu. is oxidative stress ? Japan Med
Tesis. Assoc J, 45(7):271–76.
80. Widowati W, Sastiono A, Jusuf R
(2008). Efek toksik logam

You might also like