You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN KONSUMSI MIE INSTAN DENGAN


STATUS GIZI PADA BALITA USIA 24 – 59 BULAN DI
DESA JAMUS KECAMATAN MRANGGEN
KABUPATEN DEMAK, INDONESIA TAHUN 2015

Bulan Putri Intan Raissa Cindy*), Ir. Suyatno**), dr. Siti Fatimah P.**)
*)Mahasiswa Peminatan Gizi FKM UNDIP
**)Dosen Bagian Gizi FKM UNDIP
e-mail : bulan.cindy@yahoo.co.id

ABSTRACT
Developments in information technology and the industry provides direct and
indirect effects in the form of a change in lifestyle, which like fast food. Fast food
like instan noodlefor food most beloved by all kinds of people. One pack of instan
noodles containing high protein and carbohydrates, but low in energy, fat, fiber,
and vitamins. Instan noodle consumption is often given to the toddler. Toddlers
who eat instant noodles too often will affect the nutritional status. This study aims
to determine the relationship of instant noodles consumption with nutritional
status of infants 24-59 months in the village Jamus Subdistict Mranggen Regency
of Demak in 2015. This type of research is explanatory research and cross
sectional approach. The population is all children aged 24-59 months in the
village Jamus totaling 50 people. Number of samples 44 people by using
purposive sampling that the sample is selected according to criteria of research
so as to represent the characteristics of the population. Data were collected by
questionnaires, then tested for normality using the Test Kolmogorov Smirrnov
significance of less than 0.05 results obtained distribution data is not normal.
Researchers used a statistical test of Rank Spearman Test (r) because the data
is not on normal distribution with the meaning rate was 95% (ρ <0.05). The
results showed have correlation of the energy sufficiency with nutrition status (p =
0.000), and there is have correlation sufficiency of protein with nutritional status
(p = 0.045). Not have correlation on % contribution energy and protein of instant
noodle with nutrition status. This study recommends that more health workers to
increase education about the need to adopt a balanced message by providing
nutritious foods, as well as for the public to pay more attention to daily food
consumption day by providing extra food just right so adequate intake is
balanced and has a normal nutritional status.

Keywords : Consumption ofInstant Noodles, NutritionStatus, Toddler


Bibliography : 50 (1988 - 2015)

PENDAHULUAN cepat saji yang paling diminati salah


Perkembangan teknologi informasi satunya adalah mie instan. Berdasarkan
dan industri memberikan efek langsung penelitian yang telah dilakukan,
dan tidak langsung dalam bentuk pergeseran pola konsumsi ini
perubahan gaya hidup, yaitu orang yang dimungkinkan karena mie dapat diproses
menyukai makanan cepat saji.1 Makanan dengan mudah, disajikan dengan praktis

29
dan dapat memenuhi selera sebagian balita terkena obesitas, gizi kurang6.
besar masyarakat, baik orang dewasa Berdasarkan data posyandu di desa
maupun anak – anak.2 Jamus, sebanyak 10% balita mengalami
Konsumsi mie instan di Indonesia gizi buruk dan obesitas. Ditemukan
mencapai 75 bungkus/ kapita/ tahun. Hal sebanyak 2% balita tersebut
ini diperkuat dengan data dari Riskesdas,3 mengkonsumsi mie instan dalam waktu
yaitu 6 dari 10 orang di Indonesia yang sering.
konsumsi mie instan lebih dari 1 kali Gizi pada balita pun harusnya menjadi
dalam sehari. Hal ini tentunya akan perhatian utama karena gizi dapat
berpengaruh besar terhadap status gizi. mendukung pertumbuhan dan
Namun, hanya sedikit data yang tesedia perkembangan balita agar dapat lebih
terkait hubungan dengan status gizi optimal. Periode umur satu sampai lima
konsumen mie instan di negara Indonesia. tahun merupakan masa kritis karena pada
Seperti negara Korea tingkat Konsumsi masa ini terjadi pertumbuhan dan
mie instan selalu meningkat, sehingga perkembangan yang sangat pesat. Pada
beberapa peneliti di Korea tertarik untuk periode kehidupan ini, sel-sel otak tumbuh
mengidentifikasi hubungan antara dengan cepat, sehingga saat berumur dua
konsumsi mie instan dengan status gizi.4 tahun pertumbuhan sel-sel otak sudah
Mie instan merupakan bentuk pangan mencapai 80%. Masa ini menjadi masa
berbahan terigu yang paling diminati oleh yang kritis bagi perkembangan otak untuk
anak-anak.Karena, mie instan memiliki dapat meningkatkan kecerdasan otak.
rasa yang gurih, tekstur yang lembut, dan Status gizi buruk pada balita sendiri dapat
warna yang mencolok sehingga balita menimbulkan pengaruh yang sangat
tertarik untuk mengkonsumsinya.Tidak menghambat pertumbuhan fisik, mental
hanya itu, mie instan juga sering dijadikan maupun kemampuan berpikir yang pada
solusi untuk mengatasi balita yang sulit akhirnya akan menurunkan produktivitas
makan.5 Berdasarkan studi pendahuluan kerja. Balita hidup penderita gizi yang
yang telah dilakukan di Desa Jamus.dari buruk atau kurang dapat mengalami
10 orang tua balita sebanyak 8 orang tua penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10
memberikan konsumsi mie instan kurang persen. Keadaan ini memberikan petunjuk
lebih 3-4 kali dalam seminggu baik bahwa pada hakikarnya gizi yang buruk
dengan makanan tambahan maupun atau kurang akan berdampak pada
tidak. Alasan konsumsinya pun bermacam menurunnya kualitas sumber daya
macam, sifat mie yang enak, praktis dan manusia. Selain itu, penyakit rawan yang
mengenyangkan. Padahal, jika pemberian dapat di derita balita gizi buruk adalah
mie instan dibiasakan terhadap anak usia diabetes (kencing manis) dan penyakit
dini, mereka akan merasa ketagihan dan jantung koroner. Dampak paling buruk
pada akhirnya hanya mau mengkonsumsi yang diterima adalah kematian pada umur
mie instan saja.5 yang sangat dini.
Mie Instan sering dikritik sebagai Tingginya angka gizi buruk tidak
makan yang tidak sehat.Satu porsi tunggal terlepas dari beberapa faktor penyebab.
mie Instan biasanya hanya mengandung Penyebab tidak langsung terjadinya
karbohidrat dan protein tinggi namun masalah gizi buruk adalah kemiskinan,
rendah energi,serat, vitamin, dan ketersedaiaan makanan yang kurang,
mineral.Pada Balita dalam sehari sakit yang berulang, kurang keperawatan
seharusnya hanya mengkonsumsi mie dan kebersihan serta kebiasaan atau pola
instan 1 bungkus dalam seminggu. asuh orang tua dalam praktik pemberian
Namun hal ini bertolak belakang dengan makan yang kurang tepat. Selainitu,
kenyataan di masyarakat. Tidak hanya itu, gangguan fisiologis juga dapat
balita pun biasanya membutuhkan energi menyebabkan masalah gizi pada balita.
dan protein sebesar 550-1600kkal dan 12- Anak usia diatas satu tahun mulai
35gram sehari, namun mie instan tidak mendapatkan makanan seperti orang
memenuhi keebutuhan tersebut. Hal ini dewasa, contohnya mie instan. Kadang-
tentu akan berpengaruh terhadap status kadang anak akan mendapat hambatan
gizi balita, karena akan menyebabkan makanan dalam mengunyah dan menelan

30
makanan sehingga kemungkinan dan akan berpengaruh terhadap terjadinya
makanan langsung ditelan dan dapat gizi buruk.
menyebabkan gangguan
pencernaan.Masalah gizi yang terjadi Metode Penelitian
bukan hanya karena faktor dari anak itu Penelitian menggunakan jenis
sendiri tetapi dari faktor pengolah penelitian kuantitatif explanatory reserach,
makanan . dengan menggunakan pendekatan cross
Desa Jamus Kecamatan Mranggen sectional. Populasi dalam penelitian ini
adalah wilayah perkampungan petani di adalah 50 balita di Desa Jamus. Cara
Kabupaten Demak dimana sebagian pengambilan sampel menggunkan teknik
besar warga desanya mengandalkan purposive sampling. Jumlah sampel
hidupnya dari sawah. Dalam studi sebesar 44 orang.
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti Data primer dalam penelitian ini
daerah ini memiliki sebagian besar diperoleh dari quesioner dan pengukuran
masyarakat di desa tersebut mempunyai langsung dengan responden. Data primer
mata pencaharian sebagai pegawai dalam penelitian ini meliputi identitas
swasta, petani, buruh, dan ibu rumah responden, recall 2 x 24 jam konsumsi
tangga. Dilihat dari lingkungan sekitar gizi, Data sekunder dalam penelitian ini
dapat dilihat akses yang yang cukup meliputi gambaran umum lokasi
mudah dalam memperoleh makanan penelitian, buku, jurnal dan data-data yang
banyak sekali warung yang menjual diakses melalui media internet.
makanan-makanan instan disekitar. Uji normalitas dalam penelitian ini
Sebagian besar warga Jamus memiliki dengan menggunakan Kolomogorof
status pendidikan yang rendah yaitu tamat Smirnof. Ujihubungan dengan uji Rank
SD/ SMP yang masih rendah dalam segi Spearman Test.
pendidikan. Selain berdasar status
pendidikan sebagian warga desa jamus Hasil dan Pembahasan
bekerja sebagai pegawai swasta. Pada
akhirnya menyebabkan kesibukan yang Konsumsi Mie Instan pada Balita di
sangat padat dan tingkat pengetahuan Desa Jamus Kecamatan Mranggen
yang rendah, sehingga pada akhirnya Kabupaten Demak
balita hanya diberikan makanan yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cepat saji seperti mie instan yang konsumsi mie instan di pedesaan masih
mengandung nilai gizi rendah. Jika dikatakan sering yaitu lebih dari 2 x dalam
dikaitkan dengan praktik pemberian seminggu, dan kebanyakan
makanan bergizi, para orang tua lebih mengkonsumsi mie goreng (tabel 1, tabel
sering menyajikan makanan instan yang 2)
sesuai selera dan sesuai pendapatan
keluarga, tidak mengacu pada pedoman Tabel 1.Frekuensi Konsumsi Mie Instan
gizi seimbang. Beberapa ibu dalam survey pada Balira
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti Frekuensi Makan N Persentase
mengatakan bahwa ibu memasak mie (%)
instan dengan menyesuaikan keinginan Jarang 10 22,3
anak, kesibukan orang tua yang tidak (≤ 2x sehari)
sempat memasak, dan ekonomi keluarga. Sering 34 77,3
Hal ini tentu mempengaruhi pertumbuhan (>2x sehari)
dan perkembangan balita. Sementara itu, Total 44 100,0
peran pemberian makanan yang bergizi
terhadap status gizi sangat penting.
Dalam kerangka UNICEF, ekonomi, Bentuk Persentase
N
pendidikan, pengetahuan, pendapatan Konsumsi (%)
serta pola asuh gizi yang tidak memadai
Mie Goreng 35 79,5
merupakan penyebab tidak langsung
asupan konsumsi mie instan meningkat Mie Rebus 5 11,4

Mie Pop 3 6,8


31
Mie Kremez 1 2,3

Jumlah 44 100,0
Tabel 2. Bentuk Konsumsi Mie Instan Mengkonsumsi makanan yang berprotein
pada Balita tinggi tentu akan berpengaruh juga
terhadap kecukupan energinya.
Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Persentase kecukupan gizi tersebut
pada Balita di Desa Jamus menunjukkan pola asuh ibu dalam
Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian makanan di daerah penelitian
bahwakecukupan gizi energi dan protein sudah baik. Namun harus tetap
pada balita menunjukkan kategori baik dikembangkan agar balita tidak hanya
dengan rata-rata kecukupan energi mengkonsumsi mie instan saja, namun
sebesar 1299,7 kalori dan 36,1 gram dengan sumber makanan lain yang
kecukupan protein (Tabel 4). mengandung protein tinggi namun
harganya terjangkau. Disinilah peran ibu
Tabel 3. Kecukupan Energi dan Protein harus kreatif dalam mengolah makanan
Balita agar tercukupinya kebutuhan gizi baita
meskipuun balita lebih menyukai mie
Laki-Laki Perempuan instan.

Energi Kal % Kal % Persen Kontribusi Energi dan Protein


Mie Instan pada balita
Min. 1092,3 4,00 1054,4 3,67 Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kontribusi energi dan protein mie
Max. 1701,0 6,23 1684,0 5,86
pada balita menunjukkan kategori baik
4,7 dengan rata-rata kecukupan energi
Mean 1229,7 4,76 1357,9 sebesar 5,79 kalori dan 36,1 gram
3
kecukupan protein (Tabel 5)
Protein Kal % Kal %
Tabel 5. Persen Kontribusi Energi dan
Min. 22,3 2,75 11 1,41 Protein Mie Instan
Laki-Laki Perempuan
Max. 57,5 7,10 49,6 6,38
Energi %E % %E %
Mean 38,6 4,76 36,1 4,64
Min. 4,68 3,85 3,46 2,91
Tabel 4. Persentase Tingkat Kecukupan Max. 6,93 5,7 6,81 5,73
Gizi Energi dan Protein Balita
Tingkat Energi Protein Mean 5,79 4,76 5,66 4,77
Kecukupan N % N %
Gizi Protein %P % %P %
Baik 29 65,9 40 90,9
Min. 3,94 2,99 3,86 2,95
Kurang 15 34,1 4 9,1
Total 44 100,0 44 100,0 Max. 7,74 5,89 7,6 5,81

Terpenuhinya kecukupan gizi energi dan Mean 6,25 4,76 6,22 4,76
protein tersebuh dikarenakan konsumsi
mie instan sudah tepat karena ditambah
dengan makanan pendamping yang Tabel 6. Perbedaan kesegaran jasmani
memenuhi kriteria yaitu lauk pauk seperti
telur, tahu, tempe, sayur-syuran, dan pada posisi tosser dan smasher
buah-buahan. Pada wilayah penelitian ini Tingkat Energi Protein
yang sering dikonsumsikan adalah telur, %Kontribusi N % N %
tahu atau tempe karena mudah didapat Mie Instan
dan harganya murah. Makanan bergizi Baik 28 63,6 22 50
tersebut menjadi makanan pendamping Kurang 16 36,4 22 50
konsumsi mie instan balita.
Total 44 100,0 44 100,0

32
Hasil analisis menggunakan aplikasi zat-zat makanan yang cukup pula ke
nutrisurvey dan SPSS menunjukkan dalam tubuhnya.
tingkat kontribusi energi mie instan pada Konsumsi pangan yang tidak
balita sebanyak 63,6% dan tingkat cukup energi biasanya juga kurang dalam
kontribusi protein mie instan sebanyak satu atau lebih zat gizi esensial lainnya.
50% menunjukkan kategori baik. Rata-rata Konsumsi energi yang kurang tentu akan
kontribusi energi mie instan adalah menyebabkan kurang gizi sehingga untuk
sebesar 5,79 kalori untuk laki-laki dan menjamin pertumbuhan dan kesehatan
5,66 kalori untuk perempuan, sedangkan balita maka perlu asupan gizi yang cukup
rata-rata kontribusi protein mie instan untuk membenahi kecukupan energinya.
adalah 6,25 gram untuk laki-laki dan 6,22 Makanan yang dimakan balita yang
gram untuk perempuan. Dilihat dari data menjadi responden dalam penelitian ini
tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata kebanyakan memakan protein yang sudah
kontribusi kedua zat gizi yang berasal dari cukup bagus namun tidak diimbangi
mie instan tersebut dapat dikatakan relatif dengan makanan makanan pernunjang
sama. Angka yang diperoleh menunjukkan yang lainnya seperti karbohidrat, lemak
peran serta atau sumbangan energi da sehingga jumlah kecukupan energi baik
protein mie instan dalam pemenuhan namun berpengaruh terhadap status
kecukupan energi dan protein harian pada gizinya.
balita dapat dikatakan sudah cukup besar Hal ini berbeda dengan penelitian
(>50%). Oleh karena itu dalam sebelumnya yang dilakukan oleh Evan
mengkonsumsi mie instan sebaiknya Regar dan Rini Sekartini yang
menambah bahan makanan lain sehingga menyatakan bahwa tidak ditemukannya
kebutuhan energi dan protein tiap individu hubungan kecukupan energi dengan
dapat terpenuhi. Mengingat mie instan status gizi.
merupakan makanan yang Uji statistik menggunakan Rank
mengenyangkan dan dapat memberikan Spearman diperoleh nilai koefisien nilai
rasa puas baik yang mengkonsumsinya. ρ=0,045 (ρ<0,05), yang menyatakan ada
hubungan kecukupan protein dengan
Hubungan Kecukupan Energi dan status gizi balita, dengan nilai koefisien
Protein dengan Status Gizi korelasi 0,303. Hasil penilitian ini ternyata
Uji statistik menggunakan Rank menerima hipotesis yang menyatakan
Spearman diperoleh nilai koefisien nilai bahwa ada hubungan kecukupan protein
ρ=0,0001 (ρ<0,05), yang menyatakan ada dengan status gizi balita.
hubungan kecukupan energi dengan Protein adalah bagian dari sel
status gizi balita, dengan nilai koefisien hidup dan merupakan bagian terbesar
korelasi 0,544. Hasil penilitian ini ternyata sesudah air. Semua enzim, berbagai
menerima hipotesis yang menyatakan hormon, pengangkut zat-zat gizi dan
bahwa ada hubungan kecukupan energi darah, dan sebagainya merupakan
dengan status gizi balita. protein. Fungsi utama protein ialah
Energi merupakan asupan utama membangun serta memelihara jaringan
yang sangat penting diperlukan oleh tubuh. Fungsi lain ialah sebagai pembentu
tubuh. Kebutuhan energi yang tidak ikatan-ikatan esensial tubuh, seperti
tercukupi dapat menyebabkan protein, hormon, enzim dan antibodi, mengatur
vitamin, dan mineral tidak dapat keseimbangan air dan mengangkut zat-zat
digunakan secara aktiff. Energi pun dapat gizi. Protein juga merupakan sumber
diartikan sebagai suatu kapasitas untuk energi yang ekivalen dengan karbohidrat.
melakukan suatu pekerjaan. Jumlah Jika tubuh dalam kondisi kekurangan zat
energi yang dibutuhkan seseorang sumber energi yaitu karbohidrat dan
tergantung pada usia, jenis kelamin, berat lemak, maka tubuh akan menggunakan
badan, dn bentuk tubuh. Energi dalam protein untuk membentuk energi dan
tubuh manusia timbul dikarenakan adanya mengalahkan fungsi utamanya sebagai
pembakaran karbohidrat, protein, dan zat pembangun. Pada balita kondisi ini
lemak. Dengan demikian agar tercukupi berdampak gangguan pada pertumbuhan.
kebutuhan energinya diperlukan intake

33
Makanan yang dimakan balita diimbangi dengan makanan pendamping
yang menjadi responden dalam penelitian lainnya.
ini kebanyakan mengandung protein Hasil penelitian ini sejalan dengan
tinggi, itu sudah baik. Namun itu pola penelitian sebelumnya yakni tidak terdapat
makan yang tidak seimbang karena hanya hubungan persen kontribusi energi mie
memakan makanan kaya akan protein. instan dengan status gizi. Namun peneliti
Kecukupan protein dapat terpenuhi namun sebelumnya menduga hubungan ini
belum tentu status gizinya baik pula memiliki kecenderungan dengan semakin
karena asupan makanan yang tidak meningkatnya konsumsi mie instan , maka
seimbang akan membantu memelihara kontribusi energi mie instan juga akan
status gizi yang kurang pula. Hal ini dapat meningkat.52
dihindari dengan pola asuh gizi yang baik Uji statistik menggunakan Rank
dengan cara asupan gizi balita selalu Spearman diperoleh nilai koefisien nilai
diperhatikan sehingga akan meningkatkan ρ=0,727 (ρ>0,05), yang menyatakan tidak
nilai angka kecukupan protein, sebaliknya ada hubungan persen kontribusi protein
dengan pola asuh gizi yang kurang baik mie instan dengan status gizi balita. Hasil
maka nilai kecukupan proteinnya akan penilitian ini ternyata tidak menerima
berkurang karena kebutuhan gizi balita hipotesis yang menyatakan bahwa ada
tidak dicukupi secara optimal. hubungan persen kontribusi protein mie
Hasil penelitian ini sejalan dengan instan dengan status gizi balita.
penelitian sebelumya yang menyatakan Protein adalah bagian dari sel
bahwa kecukupan protein berhubungan hidup dan merupakan bagian terbesar
dengan status gizi balita.51. sesudah air. Semua enzim, berbagai
hormon, pengangkut zat-zat gizi dan
Hubungan Kontribusi Energi dan darah, dan sebagainya merupakan
Protein Mie Instan dengan Status Gizi protein. Fungsi utama protein ialah
Balita membangun serta memelihara jaringan
Uji statistik menggunakan Rank tubuh. Fungsi lain ialah sebagai pembentu
Spearman diperoleh nilai koefisien nilai ikatan-ikatan esensial tubuh, seperti
ρ=0,426 (ρ>0,05), yang menyatakan tidak hormon, enzim dan antibodi, mengatur
ada hubungan persen kontribusi energi keseimbangan air dan mengangkut zat-zat
mie instan dengan status gizi balita. Hasil gizi. Protein juga merupakan sumber
penilitian ini ternyata tidak menerima energi yang ekivalen dengan karbohidrat.
hipotesis yang menyatakan bahwa ada Jika tubuh dalam kondisi kekurangan zat
hubungan persen kontribusi energi mie sumber energi yaitu karbohidrat dan
instan dengan status gizi balita. lemak, maka tubuh akan menggunakan
Energi diartikan sebagai suatu protein untuk membentuk energi dan
kapasitas untuk melakukan suatu mengalahkan fungsi utamanya sebagai
pekerjaan. Jumlah energi yang dibutuhkan zat pembangun. Pada balita kondisi ini
seseorang tergantung pada usia, jenis berdampak gangguan pada pertumbuhan.
kelamin, berat badan dan bentuk tubuh. Hanya saja, satu bungkus mie instan
Energi dalam tubuh manusia timbul hanya memiliki kontribusi protein yang
dikarenakan adanya pembakaran sedikit yaitu 13% atau 8 gram. Maka tidak
karbohidrat, protein dan lemak. Dengan terlalu berpengaruh besar terhadap status
demikian agar dapat tercukupi kebutuhan gizi balita
energinya diperlukan intake zat-zat Hasil penelitian ini sejalan dengan
makanan yang cukup pula ke dalam penelitian sebelumnya yakni tidak terdapat
tubuhnya. Satu bungkus mie instan sendiri hubungan persen kontribusi protein mie
hanya menyumbang 380kalori apabila instan dengan status gizi. Namun peneliti
dikonsumsi tidak dengan makanan sebelumnya menduga hubungan ini
tambahan lain maka energi ini sangatlah memiliki kecenderungan dengan semakin
kurang untuk memenuhi kebutuhan energi meningkatnya konsumsi mie instan , maka
sehari-hari. Agar tingkat konsumsi energi kontribusi protein mie instan juga akan
meningkat konsumsi mie instan harus meningkat.5

34
Kesimpulan status gizi kurang dan gizi buruk dapat
1. Konsumsi mie instan balita dalam diturunkan.
kategori sering yaitu >2x / minggu dan 2. Sebaiknya diadakan penyebaran
terbanyak dalam bentuk mie instan informasi tentang “Pesan Gizi
goreng. Seimbang” terbaru dan informasi
2. Rerata Kecukupan gizi energi berjenis mengenai piring makanku sehingga
kelamin laki-laki 1299,7 kalori. menambah pemahaman tentang
Sedangkan pada balita perempuan pentingnya mengonsumsi makanan
sebesar 1357,9 kalori. Rerata yang bergizi dan berperilaku hidup
Kecukupan gizi protein pada balita bersih dan sehat dari pihak desa yang
laki-laki sebesar 38,6 gram, bisa bekerja sama dengan dinas-dinas
sedangkan untuk balita berjenis terkait.
kelamin perempuan sebesar 36,1 3. Melaksanakan penyuluhan tentang
gram. Berdasarkan hal tersebut dapat pola konsumsi makanan yang baik
diketahui tingkat kecukupan gizi energi agar dapat meningkatkan kesadaran
dan protein keduanya memiliki gizi dan sebagai bahan perimbangan
kategori yang baik. dalam penelitianmakanan yang dapat
3. Rerata Kontribusi Energi Mie Instan memenuhi kebutuhan akan zat gizi.
pada balita berjenis kelamin laki-laki 4. Sebaiknya Masyarakat di Desa lebih
5,79% sedangkan pada balita memperhatikan makanan yang
perempuan sebesar 5,66%. Dan untuk dikonsumsinya setiap hari dan juga
kontribusi protein mie instan pada harus memberikan makanan yang
balita laki-laki sebesar 6,25%, cukup,bergizi, dan beranekaragam
sedangkan untuk balita berjenis sehingga tingkat status gizi balita
kelamin perempuan dengan rata-rata masuk dalam kategori normal.
sebesar 6,22%. Berdasarkan hal 5. Sebaiknya ibu balita
tersebut dapat diketahui bahwa pesen meberikanmakanan tambahan yang
kontribusi energi dan protein mie mengandung sumber protein, mineral,
instan keduanya memiliki kategori vitamin, dan serat yang imbang
yang baik. sehingga asupannya tercukupi secara
4. Ada hubungan kecukupan energi dan seimbang.
protein balita dengan status gizi balita 6. Sebaiknya dalam mengkonsumsi mie
di Desa Jamus, (nilai p = 0,0001 ; ߩ = instan menambahkan telur dan
0,544) untuk kecukupan energi balita berbagai sayuran seperti wortel,
dengan status gizi, (nilai p = 0,045 ; ߩ tomat, sawi, mentimun dan lain-lain
= 0,303) untuk kecukupan protein sehingga beberapa kandungan zat gizi
balita dengan status gizi balita. yang hanya sedikit terdapat dalam mie
5. Tidak ada hubungan kontribusi energi instan dapat terpenuhi.
dan protein Mie Instan status gizi 7. Pengembangan topik-topik lain
balita di Desa Jamus, (nilai p = 0,426 ; dengan menggunakan variabel-
ߩ = -0,123) untuk persen kontribusi variabel selain dalam penelitian ini.
energi mie instan bdengan status gizi
balita, (nilai p = -0,054 ; ߩ = -0,054) Daftar Pustaka
untuk persen kontribusi protein mie 1. Sudarma, M. Sosiologi untuk
instan dengan status gizi balita. kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
2008
2. Kurnianingsih, S. Hubungan konsumsi
Saran mie instan dengan tingkat kecukupan
1. Disarankan kepada Pemerintah gizi dan status gizi pada Remaja Studi
daerah, instansi kesehatan baik Dinas kasus di SMA Negeri 2 Nganjuk.
Kesehatan mapupun Puskesmas, Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan
dapat mengambil langkah langkah Masyarakat Universitas Airlangga.
strategis dalam penanganan status 2007
gizi anak balita sehingga prevalensi 3. Riskesdas Tahun 2013 Depkes RI,
Jakarta, 2013

35
4. Djajadi. Konsumsi mie instan di Republik Indonesia Nomor :
Indonesia capai 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
75bungkus/kapita/tahun. Retrieved Standar Antropometri Penilaian Status
Oktober 5, 2015 from http://45- Gizi Anak. Jakarta : Kemenkes RI
konsumsi-mie-instan-di-indonesia- Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan
capai-75. 2012 Ibu dan Anak. 2011.
5. Badan Penelitian Dan Pembangunan 15. Bustan, M.N. Epidemiologi Penyakit
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.
“Riskesdas Tahun 2009”, Depkes RI, 2007
Jakarta, 2009. 16. UNICEF. Faktor yang erat kaitannya
6. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. dengan Perubahan Status Kesehatan
Jakarta: Penerbit PT Gramedia dan Gizi Penduduk. Jakarta. 1998
Pustaka Utama. 2006 17. Kartasapoetra, G., Drs, dan Marsetyo,
7. Supariasa. Pengukuran Antropometri. Drs, Med. Ilmu Gizi: Korelasi Gizi,
Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 2002 Kesehatan dan Produktivitas Kerja.
8. Lee, JW, Lee, YH. “Frequency of Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 2008
Instant Noodle (Ramyeon) Intake and 18. Worhtington, Bonnie. S., dkk. Nutrition
Food Value Recognition, and their Throughout The Life Cycle. Fourth
Relationship to Blood Lipid Levels of Edition with 92 illustrations. McGraw
Male Adolescents in Rural Area”. Hill. 2000
Korean Journal of Community Nutrition 19. Arisman, M.B. Gizi Dalam Daur
(2003), 8(4), 485-494. Kehidupan. Penerbit Buku
www.koreamed.com (Diunduh pada Kedoketeran, EGC. Jakarta. 2005
tanggal 7 Oktober 2015). 2011 20. Departemen Gizi Dan Kesehatan
9. Kim, et al. “A Comparison of Food and Masyarakat FKM UI. Gizi Dan
Nutritient Intakes Between Instan Kesehatan Masyarakat. PT Raja
Noodle Consumers and Non Grafindo Perkasa. Jakarta. 2007
Consumer among Korean Children 21. Angga, Faktor-Faktor Yang
and Adolescents”. Korean Journal of Mempengaruhi Kebiasaan Konsumsi
Nutrition Desember 2009 ; 42(8);723- Mi Instan Pada Balita Di Keluarahan
731. (Diunduh pada tanggal 5 Oktober Pasir Putih Kecamatan Sawangan
2015), dari Depok Tahun 2011, Skripsi Sarjana
http://www.koreamed.org/SearchBasic (Jakarta: Fakultas Kesehatan
.php?RID=0124KJN%2F2009.42.8.72 Masyarakat Universitas Indonesia,
3DT=1&QY=%22Korean+J+Nutr%22+ 2011).
[JTI]++AND+2009+[DP 22. Suhardjo. Berbagi cara pendidikan
Y]+AND+Dec+[DPM]. 2009 gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008
10. Suhardjo, Berbagi cara pendidikan 23. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2003 Indonesia Nomor 75 Tahun 2013
11. Depkes, RI. Klasifikasi Status Gizi tentang Angka Kecukupan Gizi.
Anak Bawah Lima Tahun (BALITA) Jakarta : Menteri Kesehatan Republik
Keputusan Menteri Kesehatan RI Indonesia. 2013.
Nomor : 920/ Menkes/ SK/ VIII/ 2005. 24. Berg, A., & Robert J. M. (1985). Faktor
Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi (Achmad Djaeni Sediaoetama,
Kesehatan Masyarakat. 2005. penerjemah). Jakarta : P.T Bharatara
12. Hardinsyah. “Retview Faktor Karya Aksara.
Determinan Keragaman Konsumsi 25. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi
Pangan”, Journal Gizi dan Pangan, .Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Juli 2007 2(2) : 55-74. 2007 Utama. 2005
13. Wignjosoebroto. S. “Pola Makan Mie 26. Angka Kecukupan Gizi (AKG). Tabel
Instan: Studi Antropologi Gizi Pada Angka Kecukupan Gizi 2013 bagi
Mahasiswa”. Surabaya : FSIP UNAIR. Orang Indonesia. Tersedia
2011 dalam:http://gizi.depkes.go.id [Diakses
14. Kementerian Kesehatan. Buku Surat tanggal 15 Oktober 2015] . 2013
Keputusan Menteri Kesehatan

36
27. Kementerian Kesehatan Indonesia, Consumers and Non- Instan Noodles
Kebutuhan Gizi Balita, Jakarta : Consumers in Korean Adult. Nutrition
Kementerian Kesehatan RI . 2010 Research and Practice (Nutr Res
28. Sandjaja. dkk. Kamus Gizi. Jakarta. Parct); 2011.
PT Kompas Media Nusantara . 2009
29. Almatsier, S. Prinsip Dasar Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 39. Laksmiwati, H. Kontribusi Mie Instan
2005 Perilaku Konsumsi Mie Instan pada
30. Astawan, M. Membuat mie dan bihun. Mahasiswa FKM Undana Kupang
jakarta: Cetakan 12. 2008 Terhadap Kecukupan
31. Chung, et al. “Noodle Consumption Hubungannya dengan Remaja.
Patterns of American Consumerd : Skripsi. Fakultas Kesehatan Surabaya:
NHANES 2001-2002”. Nutrition Masyarakat Universitas Airlangga.
Research and Practice 2010;4(3):243- 2006
251. Diunduh pada tanggal 5 Oktober 40. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
2015 , dari Jakarta: Penerbit PT Gramedia
http://210.101.116.28/W_kiss61/1h302 Pustaka Utama. 2006
387_pv.pdf. 2010 41. Kenney RA et al. Human Susceptibility
32. Khomsam, A. Teknik Pengukuran to oral Monosodium L- glutamate. Am
Pengetahuan Gizi. Bohor : Deprtemen J din Nutrit (Feb) 1972, 25, pp 140-6.
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya 42. Dewi, S. Kecukupan Energi Dan
Keluarga Fakultas Pertanian IPB.2010 Protein Serta Sumbangan Energi Dan
33. Ratnasari, D.K et al. Description Of Protein Makanan Jajanan Pada Anak
Habit Consuming Instan Noodles In SD Negeri NO. 060822 Kecamatan
Children Age 7-12 Years Old. AJCN Medan Area Tahun 2010. Medan :
http://ejournal- Fakultas Kesehatan Masyarakat
s1.undip.ac.id/index.php/jnc (Di unduh Universitas Sumatera Utara; 2010.
pada tanggal 08 Oktober 2015). 2012 43. Supariasa, IDN., dkk. Penilaian Status
34. Sediaoetama. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rakyat.
2010 Jakarta. 2002
35. Martianto, D., & Mewa.A. “Analisis 44. Nursalam. Metode penelitian ilmu
Perubahan Konsumsi dan Pola keperawatan. 3th ed. Jakarta; Salemba
Konsumsi Pangan Masyarakat dalam Medika, 2013
Dekade Terakhir”. Jakarta : Prosiding 45. Azwar, S. Metode Penelitian.
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2012.
VIII. 2004 46. Sastroasmoro, dkk. Dasar-dasar
36. Khomsan, Ali. Teknik Pengukuran Metodologi Penelitian. 4th ed. Jakarta :
Pengetahuan Gizi. Bogor : Sagung Seto, 2011.
Departemen Gizi Masyarakat dan 47. William L, Wilkins. Modern Nutrition in
Sumberdaya Keluarga Fakultas Health and Diseases. 10th ede. USA: A
Pertanian Institut Pertanian Bogor. WOLTERS Kluwer Company, 2006
2000 48. Sarwono, J. Metode Penelitian
37. Yoon, Jii-Sook dan Lee, Nan- Keantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Jo.Dietary patterns of obese high Graha Ilmu 2006
school girls: snack sonsumption and 49. Alimul, A. Riset Keperawatan Dan
energy intake. Nutrition Research and Penelitian Ilmiah.Jakarta: Salemba
Practice (Nutr Res Pract) Medika, 2010.
2010;4(5):433-437. 2010 50. Budiarto, E, Biostatiska Untuk
38. Park J, Le S, Jang AY, Chung HR and Kedokteran dan Kesehatan
Kim J. A Comparison of Food and Masyarakat. Jakarta: EGC, 2002.
Nutrient Intake Betwen Instan Noodles

37

You might also like