You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

GAMBARAN PENOLAKAN MASYARAKAT TERHADAP IMUNISASI


DASAR LENGKAP BAGI BALITA
(Studi di Kelurahan Sendangmulyo, Kecamatan Tembalang, Kota
Semarang)

Pratiwi Sulistiyani, Zahroh Shaluhiyah, Kusyogo Cahyo


Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
Email: psulistiyani@gmail.com

ABSTRACT

The coverage of basic immunization in Semarang City has met the target, yet
there are still PD3I cases found such as 2 cases of diphtheria with 1 person died,
224 cases of measles and 8 cases of Acute Flaccid Paralysis (AFP). There are
people in society who are reluctant to give immunizations because of the
assumption that illegal immunization is still happening, despite statement from
MUI Fatwa that immunization is permissible. The purpose of this study was to
analyze the image of community refusals of complete basic immunization on
children under five. The type of this research is qualitative research with
ethnography study method. Data collection was done by in-depth interview and
literature study, which the subjects were mothers who did not provide complete
basic immunization in Sendangmulyo Village. The results showed that the reason
why the subjects did not provide complete basic immunization to their children is
due to misconception of immunization information they obtained. They got
information from uncredible source that stated immunization is haram. The
subjects were divided into 3 religious groups, namely Ahli Sunah Salafi, Nahdlatul
Ulama (NU), and Jamaah Tabligh. These religious groups did not have a major
effect on basic immunization practices by subject. Subjects’ belief in full basic
immunization is influenced by the subjects and others’ experiences regarding
immunization practices and myths. Research showed there was lack of support
from parents, husbands, friends, cadres, and ustadz in basic immunization
practices. Thus, information about the right immunization information that can be
accessed easily by the public is urgently needed, as well as the need for health
education on preventive effort of infectious diseases by Public Health Offices.

Keywords : refusal conception, basic immunization, haram

PENDAHULUAN
Imunisasi adalah suatu upaya ringan. Imunisasi merupakan
untuk menimbulkan atau program yang diselenggarakan
meningkatkan kekebalan seseorang pemerintah untuk memberantas atau
secara aktif terhadap suatu penyakit, menekan penyakit yang dapat
sehingga bila suatu saat terpapar dicegah dengan imunisasi (PD3I).
dengan penyakit tersebut tidak akan Anak yang telah diberi imunisasi
sakit atau hanya mengalami sakit dapat terlindungi dari berbagai

1081
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

penyakit berbahaya yang termasuk puskesmas salah satunya


dalam PD3I yaitu TBC, Difteri, Puskesmas
Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Kedungmundu.Puskesmas
Campak, Polio, radang selaput otak, Kedungmundu termasuk dalam
dan radang paru-paru.(1) puskesmas yang cakupan imunisasi
Pencapaian hasil Imunisasi dasar lengkapnya belum memenuhi
dasar lengkap di Kota Semarang target. Pada tahun 2015 Puskesmas
mulai tahun 2008 sudah mencapai Kedungmundu hanya mencapai
target minimal yaitu 95%. Di Kota 87,55 % dari jumlah bayi yang
Semarang Jumlah bayi yang wajib seharusnya diimunisasi sebanyak
mendapat imunisasi pada tahun 1.995 jiwa. Puskesmas
2015 sebanyak 25.769 jiwa. kedungmundu membawahi 7 (tujuh)
Cakupan imunisasi dasar kelurahan yaitu Kedungmundu,
lengkapnya yaitu DPT-HB-Hib3 Tandang, Jangli, Sendangguwo,
100%, Polio 4 99,96%, dan campak Sambiroto, Mangunharjo, dan
101,79%. Meskipun sudah Sendangmulyo.(2)
melampaui target yang diharuskan, Pro dan kontra tentang
cakupan imunisasi dasar lengkap di imunisasi terus bergulir dari tahun ke
Kota Semarang mengalami tahun. Pada tahun 2016, MUI
penurunan dari tahun 2013 dan mengeluarkan Fatwa MUI No.4
2014, terutama pada imunisasi DPT- Tahun 2016 tentang Imunisasi.
HB-Hib3 dan Polio 4. Tahun 2013 Dalam fatwa tersebut dijelaskan
cakupan imunisasi DPT-HB-Hib3 bahwa Imunisasi pada dasarnya
121,3%%, Polio 4 120%, dan dibolehkan (mubah) sebagai bentuk
campak 121,9%. Sedangkan tahun ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan
2014 cakupan imunisasi DPT-HB- tubuh (imunitas) dan mencegah
Hib3 103%%, Polio 4 106%, dan terjadinya suatu penyakit tertentu.
campak 101,3%.(2) Imunisasi dengan vaksin yang
Walaupun sudah memenuhi haram dan/atau najis tidak
target, namun berdasarkan Profil dibolehkan kecuali: digunakan pada
Kesehatan Tahun 2015 di Kota kondisi al-dlarurat atau al-hajat;
Semarang ditemukan 2 penderita belum ditemukan bahan vaksin yang
kasus difteri dengan 1 orang halal dan suci; dan adanya
meninggal dunia. Pada tahun 2015, keterangan tenaga medis yang
kasus campak sebanyak 224 kasus, kompeten dan dipercaya bahwa
meningkat dari tahun 2013 dan tidak ada vaksin yang halal.(3)
2014. Kasus Campak yang Namun, walaupun MUI sudah
ditemukan merupakan kasus menyatakan bahwa hukum imunisasi
Campak klinis (belum dengan adalah dibolehkan (mubah), masih
pemeriksaan laboratorium). Hasil ada masyarakat yang enggan untuk
surveilans Acute Flaccid Paralysis ( melakukan imunisasi.
AFP ) di Kota Semarang dari tahun Berdasarkan studi
2008 sampai tahun 2014 selalu pendahuluan yang telah dilakukan
ditemukan kasus AFP. Hal ini peneliti, Kelurahan Sendangmulyo
disebabkan karena surveilans aktif secara umum keluarga yang
yang sudah berjalan cukup baik. memiliki balita telah mendapatkan
Kasus AFP di tahun 2015 sebanyak imunisasi baik dilayanan kesehatan
8 kasus.Kasus AFP dikota atau melalui posyandu. Namun disisi
Semarang pada tahun 2015 berada lain, terdapat pula masyarakat yang
di beberapa wilayah kerja tidak memberikan imunisasi kepada

1082
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

anaknya. Terdapat berbagai faktor Pengumpulan data dilakukan


penyebab masyarakat tidak dengan wawancara mendalam
memberikan imunisasi kepada anak, dengan subjek penelitian.
utamanya ialah adanya anggapan Wawancara mendalam juga
bahwa vaksin yang digunakan untuk dilakukan pada subjek triangulasi
imunisasi haram karena untuk uji validitas. Adapun subjek
mengandung babi sehingga haram triangulasi dalam penelitian ini yaitu
untuk digunakan. Beberapa upaya tokoh agama serta kader posyandu
telah dilakukan oleh petugas di Kelurahan Sendangmulyo. Peneliti
kesehatan baik dari puskesmas menggunakan teori gabungan antara
maupun dinas kesehatan, salah theory of reason action dan social
satunya penyuluhan kepada cognitive theory.
masyarakat yang enggan untuk
memberikan imunisasi kepada HASIL PENELITIAN
anaknya. Namun masih saja 1. Sikap subjek penelitian
terdapat masyarakat yang menolak terhadap imunisasi dasar
imunisasi. lengkap
Oleh karena itu peneliti tertarik Lebih dari setengah jumlah
untuk menganalisis gambaran subjek tidak memberikan
penolakan terhadap imunisasi dasar imunisasi dasar secara lengkap
lengkap yang dilakukan oleh pada anaknya.Sebanyak 11
masyarakat kepada balitanya. subjek penelitian tidak
memberikan imunisasi dasar
METODE PENELITIAN secara lengkap pada anaknya.
Jenis penelitian ini adalah Sedangkan 7 subjek penelitian
penelitian kualitatif dengan metode sama sekali tidak memberikan
studi etnografi. Penelitian dilakukan imunisasi dasar pada anaknya.
di Kelurahan Sendangmulyo, Rata-rata imunisasi dasar yang
Kecamatan Tembalang, Kota pernah diberikan adalah
Semarang. Pengambilan subjek imunisasi hepatitis 0 yang
dalam penelitian ini dilakukan diberikan saat anak baru lahir.
dengan menggunakan cara atau Ketidaklengkapan
metode purposive sampling. Subjek pemberian imunisasi dasar oleh
dalam penelitian ini adalah ibu yang subjek penelitian dikarenakan
menolak imunisasi dasar lengkap beberapa alasan. Setengah dari
bagi anak yang berjumlah 24 orang jumlah subjek penelitian tidak
dengan kriteria inklusi: (1) Ibu yang memberikan imunisasi karena
memiliki balita, yang tidak mau kesalahpahaman mereka
dan/atau belum memberikan terhadap informasi tentang
imunisasi dasar lengkap kepada imunisasi yang diperolehnya.
anak, berdasarkan keterangan dari “...emang gimana ya mbak,soalnya kan udah
Kader Posyandu di Kelurahan ragu gitu lho, udah denger-denger info imunisasi
Sendangmulyo; (2) Berdomisili di itu, akhirnya karena ragu jadi ya udah gak usah
Kelurahan Sendangmulyo; (3) wae. Misalkan ada bahannya apa, terus efek
sampingnya apa, gitu kan jadi takut, mending
Bersedia untuk diwawancarai dan gak usah deh. kadang katanya habis diimunisasi
menjadi (ditunjukkan dengan surat malah sakit, terus kalau bahannya denger-
ketersediaan Subjek Penelitian yang dengerMereka menyatakan
dari bahan masih najis gitu
yang gak halalatau
ditandatangani oleh Subjek kan jadi
ragu ragu...” (SP5,
dengan 30th)
kehalalan vaksin
Penelitian); (4) Mampu yang diduga mengandung babi,
berkomunikasi dengan baik. imunisasi merupakan program

1083
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

yahudi, imunisasi merupakan penyakit, namun mereka ragu


program WHO untuk negara dengan manfaat tersebut. Hal
berkembang, imunisasi tidak ada tersebut dikarenakan
dalam islam, dan ingin mengikuti pengalaman dari subjek maupun
cara hidup Rasulullah. Sumber orang lain tentang anak yang
informasi tentang imunisasi tetap sakit meskipun telah
haram paling banyak adalah dari diimunisasi.
artikel yang penulisnya tidak “...kaya jaga kekebalan tubuh, tapi saya pernah
jelas. Sumber lainnya adalah denger juga katanya memang itu menjaga
ulama, ustadz, teman, bahkan kekebalan tubuh tapi nanti malah ngurangi
dokter. kecerdasan anak, kata temen gitu, kan kadang
sharing sama temen...” (SP5, 30th)
Meskipun tidak memberikan Jenis penyakit yang paling
imunisasi secara lengkap kepada
anak, subjek penelitian tidak banyak diketahui subjek
merasa khawatir akan risiko anak penelitian adalah penyakit polio
tertular penyakit. Dalam upaya dan campak. Begitu pula dengan
pencegahan penyakit, subjek jenis imunisasi yang paling
penelitian lebih memilih alternatif banyak diketahui, yaitu imunisasi
lain seperti adalah memberikan campak dan polio.
obat herbal pada anak seperti Hampir semua subjek
madu, jeli gammat, zaitun, penelitian (16 orang) menyatakan
habbatusauda, kismis, dan sari efek samping dari imunisasi
kurma. Selain itu ada pula yang adalah sakit panas. Sedangkan 2
meyakini dengan menempatkan orang lainnya (SP17, SP18) tidak
potongan brambang atau bawang mengetahui efek samping
merah di sudut ruangan dapat imunisasi karena kurang
membantu mencegah penyakit. memperhatikan dan tidak
“...jadi brambang ternyata bisa menyerap virus. memberikan imunisasi pada
Brambang kita potong-potong terus kita taruh di anaknya.
sudut-sudut ruangan, ternyata efektif sekali...”
(SP15, 42th) “...kalau setahu saya dari bidan biasanya anak
Banyak subjek penelitian panas, katanya dikasih paracetamol gitu aja...”
yang tidak rutin mengikuti (SP1, 29th)
posyandu karena malas, repot, 3. Religiusitas
lupa, tidak ada yang Terdapat 2 pandangan
mengantarkan, ada kegiatan lain, berbeda terhadap imunisasi dari
dan lingkungan yang tidak akur. segi agama. Sebanyak 8 orang
Menurut mereka tidak masalah subjek penelitian menyatakan
tidak mrngikuti posyandu karena bahwa imunisasi boleh dilakukan.
kegiatan yang dilakukan hanya Subjek penelitian yang
nimbang atau ukur berat badan, menyatakan bahwa imunisasi
jadi dapat dilakukan ditempat lain. dalam agama boleh dilakukan,
beranggapan bahwa agama tidak
2. Pengetahuan mengharamkan imunisasi karena
Berdasarkan hasil imunisasi merupakan program
wawancara diketahui bahwa pemerintah yang sifatnya baik
semua subjek penelitian karena untuk kesehatan
mengetahui tentang manfaat rakyatnya, maka sebagai warga
imunisasi adalah untuk negara yang baik, harus taat
meningkatkan kekebalan tubuh kepada pemerintah.
sehingga dapat mencegah

1084
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Sedangkan 10 orang subjek secara lengkap bahkan ada yang


penelitian yang lain percaya tdak sama sekali memberikan
bahwa imunisasi haram karena imunisasi pada anaknya.
masih meragukan kehalalan dari
bahan pembuat imunisasi, 5. Keyakinan subjek penelitian
sehingga mereka meninggalkan Keyakinan subjek penelitian
imunisasi. dipengaruhi oleh pengalaman
“…ya vaksinnya itu kan mbak, bahan-bahannya tentang imunisasi baik dari subjek
gitu katanya ada yang dari babi. Kan Allah tidak sendiri maupun orang lain, serta
menciptaan obat dari yang haram…” (SP6, 45th) mitos tentang imunisasi.
Padangan bahwa imunisasi Berdasarkan hasil penelitian
adalah haram dikarenakan diketahui bahwa 6 orang subjek
kesalahpahaman terhadap penelitian menyatakan
informasi yag didapatkan. Dalam pengalaman dirinya setelah
Fatwa MUI nomor 4 tahun 2016 imunisasi yaitu anak menjadi
telah dijelaskan bahwa hokum panas dan rewel, biduran.
imunisasi adalah mubah (boleh). Sebanyak 5 orang menyatakan
Namun hampir semua subjek anak menjadi lebih sering sakit
penelitian tidak tahu tentang dibandingkan anak lain yang tidak
fatwa tersebut. diimunisasi. Sedangkan subjek
penelitian lainnya tidak memiliki
4. Keikutsertaan dalam kegiatan pengalaman sendiri.
keagamaan
“...Anak yang pertama DPT itu panas, nangis,
Subjek penelitian terbagi rewel jadi habis itu gak tak imunisasi...” (SP7,
dalam tiga kelompok keagamaan 31th)
yaitu Ahli Sunah Salafi (13 Subjek penelitian juga
orang), Jamaah Tabligh (2 masih percaya terhadap mitos
orang), NU (2 orang). Sedangkan imunisasi. Diantaranya
satu subjek tidak termasuk dalam menyebutkan imunisasi dapat
suatu kelompok keagamaan. membuat anak cacat mental,
Kegiatan yang rutin dilakukan lumpuh, campak, sering sakit,
adalah ta’lim atau pengajian. serta autis bahkan meninggal.
Namun dalam pengajian tersebut
tidak pernah dibahas tentang 6. Keyakinan lingkungan sekitar
kesehatan secara khusus, begitu subjek penelitian
pula dengan imunisasi. Kurang adanya dukungan
yang dberikan orang tua, suami,
“...gak ada ya mbak kayaknya, mungkin kalau
dari pertanyaan ya, kalau khusus gitu kayaknya teman, kader dan ustadz kepada
belum pernah dengar...” (SP6, 45th) subjek penelitian untuk
Topik tentang imunisasi memberikan imunisasi dasar
hanya pernah dibahas melalui pada anaknya membuat subjek
pertanyaan dari jamaah dalam penelitian enggan memberikan
pengajian. Hal ini berarti tidak imunisasi dasar secara lengkap.
ada pengaruh yang besar antara Hanya ada sedikit (6 dari 18
keikutsertaan dalam kelompok orang) subjek penelitian yang
keagamaan terhadap sikap mengaku mendapatkan
imunisasi, karena baik subjek dukungan dari orang tua.
yang termasuk dalam kelompok Dukungan dari suami pun kurang,
keagamaan maupun yang tidak karena hanya ada 2 subjek
tidak memberikan imunisasi penelitian yang mengaku

1085
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

suaminya menganjurkan untuk Soedjatmiko, SpA(K), MSI, Hanya


memberikan imunisasi dasar. sebagian kecil dari vaksin yang
Begitu pula dengan teman, pernah bersinggungan dengan
banyak subjek (11 orang) yang tripsin pada proses
menyatakan bahwa temannya pengembangan maupun
juga tidak memberikan imunisasi pembuatannya seperti vaksin
dasar pada anak. polio dan meningitis. Pada vaksin
Lebih dari sebagian subjek meningitis, pada proses
penelitian (13 orang) tidak penyemaian induk bibit vaksin
mendapat informasi tentang tertentu 15 – 20 tahun lalu, ketika
imunisasi dari kader kesehatan. panen bibit vaksin tersebut
Lebih dari setengah subjek bersinggungan dengan tripsin
penelitian menyatakan ustadz pankreas babi untuk melepaskan
mengharamkan imunisasi, induk vaksin dari persemaiannya.
diantaranya memberikan Tetapi kemudian induk bibit
keterangan bahwa menurut vaksin tersebut dicuci dan
ustadz kadungan dalam imunisasi dibersihkan total, sehingga pada
masih diragukan kehalalannya, vaksin yang disuntikkan tidak
dan memasukkan sesuatu yang mengandung tripsin babi. Atas
asing dalam tubuh kemudian dasar itu maka Majelis Ulama
menimbulkan reaksi yang negatif Indonesia berpendapat vaksin itu
maka disebut menzolimi diri. boleh dipakai, selama belum ada
penggantinya.(4)
7. Larangan dari lingkungan Informasi yang didapatkan
masyarakat untuk subjek penelitian tentang
memeberikan imunisasi dasar imunisasi merupakan isu yang
kepada anak disebarkan puluhan tahun lalu
Diketahui bahwa 16 orang subjek oleh orang-orang yang ternyata
penlitian menyatakan bahwa tidak bukan ahli vaksin. Sebagai
ada larangan untuk memberikan contoh, Dr. Bernard Greenberg
imunisasi pada anak. Hanya ada adalah seorang biostatistika
2 orang subjek yang mendapat tahun 1950, Dr. William Hay
larangan dari suami. merupakan seorang kolumnis,
dan Neil Z. Miller adalah seorang
psikolog dan jurnalis. Sebagian
“...bapaknya gak ngijinin, saya gak berani...”
(SP3, 38th) besar dari ilmuwan bekerja pada
era tahun 1950-1960, sehingga
sumber datanya juga sangat
PEMBAHASAN kuno.(14)
1. Sikap subjek penelitian Subjek penelitian lebih
terhadap imunisasi dasar memilih obat herba sebagai
lengkap alternatif untuk menggantikan
Penolakan terhadap imunisasi. Berdasarkan
imunisasi dasar lengkap penuturan yang disampaikan oleh
dikarenakan kesalahpahaman Hashim dari Badan LPOM MUI,
terhadap informasi tentang dalam Seminar Kontroversi
imunisasi yang mereka dapatkan. Seputar Imunisasi, mengatakan
Menurut subjek penelitian vaksin bahwa kolostrum dalam ASI
yang digunakan haram karena memang mengandung antibodi,
mengandung babi. Menurut dr. tapi bukan antigen yang mampu

1086
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menstimulasi produksi antibodi. dari penyakit. Namun mereka


Harus tetap dibantu dengan menyatakan dirinya ragu dengan
vaksin penyakit tertentu. Hal yang manfaat imunisasi berdasarkan
sama juga ditambahkan oleh pengalaman dari subjek maupun
Piprim, seorang dokter spesialis orang lain tentang anak yang
anak dan ahli vaksinasi tetap sakit meskipun telah
Indonesia, bahwa sari kurma, diimunisasi.
madu, pisang, bekam, Sesuai dengan penelitian
habbatussaudah, dan tahnik tidak yang dilakukan oleh Nugraha
dapat menggantikan upaya (2012) bahwa pengetahuan ibu
imunisasi sama sekali, karena tentang imunisasi juga
didalamnya tidak mengandung dipengaruhi oleh pengalaman
antigen seperti yang terdapat dalam mengimunisasikan
dalam vaksin. Karena tidak anaknya. Ibu yang mempunyai
mengandung antigen tersebut, jumlah anak lebih dari satu dan
maka tidak bisa merangsang selalu melakukan imunisasi tanpa
kekebalan spesifik untuk mendapatkan efek samping yang
menghadapi penyakit ganas berarti pasca setelah memberikan
seperti polio, difteri, pertusis, imunisasi, maka hal tersebut
tetanus, hepatitis B, dan lain- akan dilakukan kembali pada
lain.(5) anak berikutnya.(5)
Dari segi keaktifan subjek
penelitian dalam mengikuti 3. Religiuitas
posyandu, hasil penelitian Masih terdapat subjek yang
menunjukkan bahwa lebih dari beranggapan bahwa imunisasi
sebagian subjek penelitian tidak haram. Majelis Ulama Indonesia
rutin mengikuti posyandu (MUI) telah menjelaskan dalam
dengan alasan antara lain Fatwa MUI No.4 Tahun 2016
malas, repot, lupa, tidak ada Imunisasi, bahwa imunisasi pada
yang mengantarkan, ada dasarnya dibolehkan (mubah)
kegiatan lain, dan lingkungan sebagai bentuk ikhtiar untuk
yang tidak akur. Dalam mewujudkan kekebalan tubuh
penelitian terdahulu yang (imunitas) dan mencegah
dilakukan oleh Nugraha (2012), terjadinya suatu penyakit tertentu.
posyandu sangat Enzim tripsin dari pankreas babi
memperngaruhi tingkat dibutuhkan dalam proses
pengetahuan ibu tentang pembuatan vaksin untuk
imunisasi melalui informasi yang menumbuhkan bibit beberapa
diberkan oleh kader kesehatan vaksin. Hingga saat ini belum
maupun orang lain. Semakin ditemukan pengganti bahan
banyak informasi yang diperoleh pembuatan tripsin tersebut.(3)
maka semakin tinggi tingkat
pengetahuan ibu tentang 4. Keikutsertaan subjek penelitian
imunisasi.(6) dalam kegiatan keagamaan
Kelompok keagamaan
2. Pengetahuan merupakan suatu organisasi
Manfaat imunisasi yang sosial. Dalam penelitian ini
diketahui oleh subjek penelitian ditemuka 3 kelompok yaitu Ahli
adalah untuk menjaga kekebalan sunah salafi, NU, dan Jamaah
tubuh anak sehingga terhindar tabligh. Penelitian terdahulu yang

1087
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

dilakukan oleh Abdul (2014), kegagalan vaksin campak primer


menjelaskan secara umum yaitu tidak terbentuk antibodi
kelompok salafi dan jamaah yang cukup setelah vaksinasi
tabligh memiliki ciri khas yang atau kegagalan sekunder yaitu
sama yaitu memakai jubah dan antibodi rendah setelah vaksinasi
celana congklang, serta beberapa tahun.(9) Penelitian lain
memelihara jenggot dan yang dilakukan oleh Kaunang
mencukur kumis. Pada kelompok (2016), menyatakan bahwa aspek
jamaah tabligh sangat kognitif pada perkembangan bayi
menekankan dakwah yang yang mendapatkan imunisasi
dilakukan disebut dengan kuruj dasar lengkap memberi hasil
(keluar untuk dakwah). .(7) yang baik dibandingkan dengan
bayi yang tidak mendapat
5. Keyakinan subjek penelitian imunisasi dasar secara
Pengalaman yang lengkap.(10)
diungkapkan merupakan
pengalaman yang bersifat negatif 6. Keyakinan lingkungan sekitar
yang termasuk dalam mitos subjek penelitian
imunisasi. Subjek penelitian Dukungan yang diberikan
menyebutkan bahwa anak tetap orang tua kurang. Bahkan orang
sehat walaupun tidak diimunisasi, tua tidak merasa khawatir akan
setelah anak diimunisasi anak risiko anak tertular penyakit.
menjadi sakit, panas, terkena Dalam penelitian yang dilakukan
campak, lumpuh, cacat mental, oleh Fitriyanti (2010), bahwa
autis, bahkan meninggal. pengaruh keluarga terhadap
Penelitian pernah dilakukan pembentukan sikap sangat besar
oleh Rahmawati (2014) karena keluarga merupakan
menyatakan banyak faktor yang orang yang paling dekat dengan
dapat memberikan pengaruh anggota keluarga yang lain. Jika
salah satu pengaruhnya yaitu sikap keluarga kurang begitu
kepercayaan yang dianut atau merespon dan bersikap tidak
dipercaya oleh orang tua ataupun menghiraukan pelaksanaan
pengalaman buruk yang pernah kegiatan imunisasi, maka
dilami oleh orang tua sehingga pelaksanaan imunisasi tidak akan
hal ini dapat mempengaruhi dilakukan oleh ibu bayi, karena
orang tua untuk memberikan tidak ada dukungan dari keluarga
imunisasi pada anaknya.(8) selama ini.(11)
Subjek penelitian juga Subjek yang mendapat
berpendapat bahwa baik anak dukungan dari suami maupun
yang diimunisasi maupun tidak, yang tidak dukungan,
dapat terkena penyakit campak. kelengkapan imunisasi tetap tidak
Penelitian terdahulu yang terpenuhi, bahkan tidak
dilakukan oleh Lestari (2009), memberikan imunisasi sama
menyatakan bahwa kemungkinan sekali. Hal ini tidak sesuai dengan
penyebab penyakit campak pada penelitian terdahulu yang
anak yang sudah mendapatkan dilakukan oleh Efendi (2010),
imunisasi campak adalah bahwa pada ibu yang kurang
cakupan vaksinasi yang rendah mendapat dukungan dari suami
dan berkurangnya kekebalan lebih banyak yang tidak patuh.
pada anak yang lebih tua, Sedangkan pada ibu yang

1088
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

mendapat dukungan dari suami, tidak patuh dalam


patuh dalam memberikan mengimunisasikan bayinya
imunisasi kepada anak.(12) sangat tinggi.(14)
Subjek penelitian
menyatakan banyak teman yang 7. Larangan dari lingkungan
menolak imunisasi dan diketahui masyarakat untuk
bahwa teman tersebut adalah memeberikan imunisasi dasar
teman dengan aliran agama yang kepada anak
sama, sehingga memiliki Secara umum tidak ada
pemahaman yang sama. larangan untuk memberikan
Penelitian terdahulu yang imunisasi. Hanya ada 2 orang
dilakukan oleh Sugiarti (2014) subjek penelitian yang mendapat
menunjukkan ada hubungan yang larangan dari suami. Peneltian
signifikan antara isyarat untuk yang dilakukan oleh Ritonga
bertindak dengan kepatuhan ibu (2014)ditemukan ibu yang tidak
dalam pemberian imunisasi dasar memberikan imunisasi karena
pada balita. Dukungan adanya larangan dari keluarga
lingkungan yang berasal dari terutama dari suami karena anak
teman, tetangga, dan petugas masih terlalu kecil untuk
profesional kesehatan sangat diimunisasi sehigga tidak ada
mempengaruhi perilaku dukungan informasional terhadap
kepatuhan ibu dalam pemberian kepatuhan ibu melaksanakan
imunisasi dasar pada balita.(13) imunisasi dasar pada anak.(15)
Hanya sebagian kecil
subjek penelitian yang mendapat KESIMPULAN
informasi tentang imunisasi dari 1. Penyebab subjek penelitian tidak
kader, selebihnya tidak pernah. memberikan imunisasi dasar
Informasi diperoleh pada saat secara lengkap kepada anaknya
arisan dan saat imunisasi adalah karena kesalahpahaman
nasional (PIN). Lebih dari terhadap informasi tentang
setengah subjek penelitian imunisasi yang mereka dapatkan.
menyatakan ustadz 2. Pengetahuan subjek penelitian
mengharamkan imunisasi. Kader tentang manfaat imunisasi sudah
dan ustadz memiliki pengaruh baik, namun manfaaat tersebut
penting terhadap sikap subjek kurang dirasakan oleh subjek.
penelitian. Penelitianterdahulu 3. Terdapat 2 pandangan berbeda
yang dilakukan oleh Ashar mengenai imunisasi dari segi
(2013), bahwa tokoh agama agama.
menjadi panutan masyarakat 4. Kegiatan keagamaan tidak
dalam berperilaku dengan memberi pengaruh yang besar
pendekatan spiritual. Kader dalam pemberian imunisasi dasar
kesehatan berperan menjadi oleh subjek.
penyambung info dari petugas 5. Keyakinan subjek penelitian
kesehatan atau menyediakan terhadap imunisasi dasar lengkap
sarana dan prasarana untuk dipengaruhi oleh pengalaman
mendukung program imunisasi. subjek dan orang lain tentang
Namun baik tokoh agama imunisasi serta mitos imunisasi.
maupun kader kesehatan kurang 6. Kurang adanya dukungan dari
mendukung kegiatan imunisasi lingkungan untuk imunisasi, baik
pada bayi. Akibatnya ibu yang dari orang tua, suami, teman,

1089
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kader dan ustadz. Sehingga tidak pendidikan karakter.


ada dorongan untuk imunisasi. Purworkerto. 2014
7. Tidakada larangan untuk 8. Rahmawati, A.I. Faktor yang
memberikan imunisasi dasar Mempengaruhi Kelegkapan
lengkap. Imunisasi Dasar di Kelurahan
8. Krembangan.Jurnal Berkala
DAFTAR PUSTAKA Epidemioogi. Vol 2 Nomor 1.
1. Kementerian Kesehatan RI. Surabaya, UniversitasAirlangga.
Profil Kesehatan Indonesia 2014
Tahun 2015. Jakarta: 9. Lestari, C.S. Whinie, dkk.
Kementerian Kesehatan RI. Dampak Status Imunisasi Anak
2016 Balita Di Indonesia terhadap
2. Dinas Kesehatan Kota Kejadian Penyakit. Artikel.
Semarang. Profil Kesehatan Media penelitian dan
Kota Semarang 2015. Dinkes pengembangan kesehatan.
Kota Semarang. 2016 Volume XIX. 2019
3. Majelis Ulama Indonesia. Fatwa 10. Kaunang, Melisa C., dkk.
MUI No.4 Tahun 2016 Hubungan Pemberian Imunisasi
tentangImunisasi. Komisi Fatwa Dasar dengan Tumbuh
Majelis Ulama Indonesia. 2016 Kembang Pada Bayi (0-1
4. Bahraen, R. Fatwa Para Ulama, Tahun) Di Puskesmas Kembes
Ustadz, dan Ahli Medis Tentang Kecamatan Tombulu Kabupaten
Bolehnya Imunisasi. Artikel Minahasa. Jurnal keperawatan.
Muslim. Diakses pada tanggal Volume 4 Nomor 1. 2016
14 Agustus 2017. 11. Fitriyanti, Ismet. Analisis Faktor-
https://muslim.or.id/19708- Faktor yang Berhubungan
fatwa-para-ulama-ustadz-dan- dengan Imunisasi Dasar
ahli-medis-tentang-bolehnya- Lengkap pada Balita di Desa
imunisasi.html. (online) Botubarani Kecamatan Kabila
5. Anonim. Seminar Kontroversi Bone Kabupaten Bone Bolango.
Seputar Imunisasi. 2013. Skripsi. Jurusan keperawatan
(Diakses pada tanggal 1 Juli Universitas Negeri Gorontalo.
2017) 2010
http://mommiesdaily.com/2012/0 12. Efendi, R., dkk. Hubungan
6/01/serunya-seminar- Tingkat Pengetahuan Ibu dan
kontroversi-seputar-imunisasi/ Dukungan Suami dengan
(online) Kepatuhan Ibu dalam
6. Nugraha, Wahid A. M., dkk. Memberikan Imunisasi Dasar.
Hubungan Antara Pengetahuan Jurnal. Denpasar. 2010
Ibu tentang Imunisasi Dasar 13. Sugiarti. Faktor-Faktor yang
dengan Motivasi Ibu untuk Mempengaruhi Kepatuhan Ibu
Memberikan Imunisasi Kepada dalam Pemberian Imunisasi
Bayi di Puskesmas Bawen Dasar. Jurnal. Surabaya. 2014
Kecamatan Bawen. Jurnal. 14. Ashar, F. Rekomendasi Upaya
Semarang. 2012 Peningkatan Kepatuhan
7. Rohman, A. Karakter Kelompok Imunisasi dengan Pendekatan
Aliran Islam dalam Merespon Interaction Model Of Client
Islamic Social Networking di Health Behavior (IMCHB. Jurnal
Kabupaten Banyumas. Jurnal Administrasi Kebijakan
Kesehatan. Surabaya. 2013

1090
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

15. Ritonga, Mella R.S., dkk. Sidamanik Kabupaten


Hubungan antara Dukungan Simalungun Tahun 2014. Jurnal.
Keluarga t3erhadap Kepatuhan Sumatera Utara. 2014
Ibu Melaksanakan Imunisasi
Dasar Pada Anak Di Desa
Tigabolon Kecamatan

1091

You might also like