You are on page 1of 13

FAKTOR PENGARUH PETUNJUK UNTUK BERTINDAK TERHADAP

KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS


KENJERAN SURABAYA

CUES TO ACTION EFFECT TO COMPLETE CHILD IMMUNIZATION IN


PUSKESMAS KENJERAN SURABAYA

Lintang Pratiwi Utviaputri


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya
Email: lintang.pratiwi31@gmail.com

Abstract: The moment children were born into the world, they were in a vulnerable condition. A
complete basic child immunization is needed as a preventive measure to protect them from a threat,
such as transmission of deadly disease is required. A mother, who was the closest figure to the children
in everyday life, was considered as an important subject that would actively to complete the basic
immunization to their children. To determine the act of giving immunization, a mother would be affected
by several factors, such as an external influence. To understand the external influence that could affect
the mother’s action, Health Belief Model (HBM) theory can be used, where the external influence was
called cues to action. This study was conducted to determine the influence of cues to action on the
mother to complete basic child immunization to their children. The research was executed by a cross
sectional study with quantitative approach. The subject were consisted from 40 mothers as the research
respondents with the following condition; having children between age 1 to 2 years old. The subject
had been selected from a number of population that had been determined by simple random sampling
method. The instrument used in this study was a questionnaire and conducted via interview. Based on
the results from the interview, it could be found that both complete and incomplete condition in terms of
completeness of immunization are 50:50. The test was followed by Chi-square methods for comparing the
conditions of completeness of immunization with cues to action variable. The results was cues to action
variable had a significant relationship to the completeness of child immunization with a significance
value of 0.002 (p < 0.05). It could be concluded that cues to action had an effect on mothers so that they
were more willing to complete immunization on their child.

Keywords: complete basic child immunization, mother, cues to action, health belief model

Abstrak: Anak-anak sejak pertama kali dilahirkan ke dunia telah berada dalam kondisi yang
rentan terhadap penyakit, sehingga perlu dilakukan pemberian imunisasi secara lengkap sebagai
tindakan preventif untuk melindungi anak dari ancaman penularan penyakit yang berbahaya. Ibu
adalah sosok utama yang dekat dengan anak dalam kehidupan sehari-hari, secara otomatis menjadi
subjek penting yang akan aktif untuk melakukan pemberian imunisasi lengkap pada anak-anak
mereka. Dalam menentukan tindakan untuk melakukan pemberian imunisasi seorang ibu akan
mendapatkan pengaruh dari berbagai macam hal, termasuk pengaruh yang bersifat eksternal. Untuk
dapat mengetahui pengaruh eksternal yang dapat mempengaruhi tindakan ibu, pendekatan teori
Health Belief Model (HBM) digunakan. Petunjuk untuk bertindak (cues to action) adalah salah
satu pengaruh eksternal dalam teori HBM. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
petunjuk untuk bertindak pada ibu terhadap kelengkapan imunisasi pada anak. Penelitian dilaksanakan
dengan rancangan cross sectional dengan metode pendekatan kuantitatif. Sampel terdiri dari 40
orang ibu dengan kriteria memiliki anak usia 1 sampai 2 tahun yang bersedia menjadi responden
penelitian. Subjek telah dipilih dari populasi yang telah ditentukan dengan metode simple random
sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dilakukan dengan
metode wawancara. Berdasarkan hasil dari wawancara ditemukan kondisi tentang kelengkapan
imunisasi yang lengkap dan tidak lengkap adalah sebesar 50–50%. Pengujian kemudian dilanjutkan
dengan metode Chi-square untuk membandingkan kondisi kelengkapan imunisasi dengan variabel
petunjuk untuk bertindak. Hasil yang diperoleh adalah variabel petunjuk untuk bertindak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kelengkapan imunisasi anak dengan nilai signifikansi sebesar 0,002
(p < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa petunjuk untuk bertindak memberikan

46
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 47

pengaruh signifikan bagi para ibu sehingga mereka lebih bersedia untuk melakukan imunisasi secara
lengkap pada anak mereka.

Kata kunci: imunisasi dasar anak lengkap, ibu, petunjuk untuk bertindak, health belief model

PENDAHULUAN akhirnya dapat memperoleh kekebalan


Anak-anak sejak lahir telah berada terhadap paparan suatu penyakit sementara
dalam kondisi rentan terhadap penularan vaksinasi adalah suatu injeksi antigen yang
penyakit. Hal itu disebabkan oleh kondisi dipaparkan dari organisme yang sudah
sistem kekebalan tubuh yang belum dilemahkan efeknya untuk membantu sistem
sempurna, memudahkan bibit penyakit kekebalan tubuh membentuk imunitas
menyerang tubuh dan dapat berakibat terhadap paparan tersebut. (Hadinegoro,
fatal hingga kematian. Hal tersebut dapat 2011)
menimbulkan kekhawatiran karena anak- Imunisasi dikenal sebagai metode
anak merupakan generasi penerus bangsa pencegahan penyakit yang dinilai efektif
untuk menyambut masa depan. Kepedulian mencegah penyebaran penyakit menular
terhadap kelangsungan hidup anak pada bayi dan anak. Menurut estimasi
ditunjukkan oleh United Nations dalam WHO pada tahun 2012 sekitar 83%
Millenium Development Goals (MDGs) dan (sekitar 111 juta) anak di seluruh dunia
Sustainable Development Goals (SDGs) telah mendapatkan imunisasi. Namun
sejak tahun 2015 menggantikan MGDs. dibandingkan dengan anak yang telah
Tujuan tersebut terwujud karena kondisi menerima imunisasi ternyata masih terdapat
nyata yang sedang terjadi di seluruh dunia. sebesar 22,6 juta anak di tahun 2012 yang
Menurut data statistik sampai pada tahun tidak menerima imunisasi. Berdasarkan
2012 jumlah anak di bawah usia 5 tahun dari sumber data yang sama, sekitar 70%
yang meninggal dunia telah mencapai angka dari jumlah anak-anak yang tidak menerima
6,6 juta dengan penyebab utama akibat imunisasi tersebut berasal dari sepuluh
terserang penyakit menular yang dapat negara berikut: Republik Kongo, Ethiopia,
dicegah. (WHO, 2013) India, Irak, Nigeria, Pakistan, Filipina,
Kejadian terjangkitnya penyakit Uganda, Afrika Selatan dan Indonesia.
menular pada anak sebenarnya bisa (WHO, 2013)
dicegah dengan tindakan yang bersifat Dalam dunia kesehatan imunisasi
pencegahan (preventive). Hal tersebut adalah salah satu kunci upaya preventif
dikarenakan banyak sekali faktor yang untuk meningkatkan kekebalan seseorang.
dapat menimbulkan anak terserang penyakit Kekebalan tersebut dapat dibentuk untuk
dengan mudah, salah satunya adalah sistem mencegah seseorang terjangkit suatu
kekebalan tubuh yang kurang baik. Oleh penyakit. Jika ditinjau dari segi efektivitas
kondisi tersebut maka tindakan pencegahan akan lebih efektif jika suatu penyakit dapat
sangat perlu dilakukan. Banyak program dicegah daripada menangani penyakit yang
preventif yang dapat dilaksanakan terutama terlanjut diderita. Oleh karena itu imunisasi
dalam bidang kesehatan. Tindakan preventif bersifat penting dan dinilai memberikan
dalam bidang kesehatan untuk anak terdapat manfaat yang baik karena efek ditimbulkan
pada suatu program pencegahan penyakit memberikan tindakan protektif. Manfaat
menular melalui pemberian vaksin kekebalan dari imunisasi sendiri berdampak pada:
tubuh yaitu imunisasi. (Hadinegoro, 2011) 1. Bayi dan anak-anak yang imunitasnya
Imunisasi merupakan suatu proses bagi belum sempurna karena faktor fisiologi
manusia atau hewan menjadi terlindungi dan usia,
dari suatu penyakit (CDC, 2012). Secara 2. Individu yang tidak mampu mendapatkan
terminologi imunisasi dan vaksinasi adalah imunisasi karena masalah kesehatan
dua hal yang berbeda. Imunisasi lebih (misalnya bayi/anak-anak penderita
condong pada proses di mana seseorang leukemia) dan terhindar karena tidak ada
sumber penular,
48 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 47–58

3. Orang yang tidak memberikan respon Ada banyak faktor yang bisa membuat
adekuat dari imunisasi (karena faktor anak tidak mendapatkan imunisasi secara
usia, misalnya orang lanjut usia). (CDC, lengkap. Faktor yang mempengaruhi
2012) lengkap atau tidak seorang anak untuk
mendapatkan imunisasi di antara lain dapat
Di Indonesia sejak tahun 1977 telah dipengaruhi oleh faktor dari ibu (diantaranya
diterapkan Program Pengembangan pengetahuan, motif, pengalaman dan
Imunisasi (PPI) yang berbasis pada pekerjaan sang ibu) dukungan keluarga,
Expanded Program on Immunization (EPI) adanya fasilitas kesehatan, lingkungan
yang pertama kali dicanangkan oleh WHO sekitar, sikap, tenaga kesehatan, pendapatan
pada tahun 1974. Program tersebut berisi dan pendidikan. (Suparyanto, 2011)
tentang kegiatan imunisasi rutin sebagai Dari penelitian yang telah dilakukan
langkah perlindungan anak dari beberapa oleh peneliti lain juga ditemukan pendapat
jenis penyakit. Jenis vaksin yang termasuk mengenai faktor yang memiliki hubungan
dalam PPI antara lain BCG, DPT, Hepatitis terhadap kelengkapan imunisasi pada
B, Campak dan Polio (Djauzi dan Rambe, anak. Ningrum (2008) mengungkapkan
2013). Kejadian penyebaran penyakit bahwa tingkat pendidikan orang tua dan
yang dapat dicegah dengan imunisasi jarak rumah untuk mengakses puskesmas
(PD3I) di Indonesia sesungguhnya dapat pemberi imunisasi tidak memberikan
dicegah dengan pemberian imunisasi dasar pengaruh pada kelengkapan imunisasi anak.
secara lengkap. Imunisasi lengkap terdiri Telah dijelaskan juga oleh peneliti yang
dari pemberian imunisasi BCG, Polio, sama bahwa pengetahuan serta motivasi
DPT dan Campak. Pemberian jenis-jenis ibu memberikan pengaruh positif pada
imunisasi lengkap dilakukan secara tepat, kelengkapan imunisasi anak.
yang dimaksud tepat yakni sesuai dengan Kelengkapan imunisasi dasar sendiri
dosis dan jadwal serta intensitas pemberian lebih dilihat pada lengkap atau tidak
imunisasi. suatu pemberian imunisasi dasar dan
Gambar 1 merupakan hasil pelaporan ketepatannya. Seperti diatur dalam Peraturan
capaian imunisasi dasar lengkap di Indonesia Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2017
dalam angka persentase statistik. Hasil tentang Penyelenggaraan Imunisasi pasal
tersebut menggambarkan kondisi pencapaian 6 ayat 1 menyatakan bahwa imunisasi
tiap jenis imunisasi dalam imunisasi dasar dasar hanya diberikan pada anak sebelum
lengkap, di mana angka capaian melebihi berusia 1 (satu) tahun. Pada pasal 6 ayat
50% untuk semua jenis imunisasi. Menurut 2 juga dinyatakan jenis imunisasi apa saja
laporan data statistik sejumlah 53,8% dari yang wajib diberikan dalam imunisasi
jumlah anak di Indonesia telah mendapatkan dasar, diantaranya BCG, DPT, Hepatitis B,
imunisasi dasar secara lengkap. (Riskesdas, Campak dan Polio.
2010) Indonesia memiliki jadwal khusus
untuk menjadi panduan kapan imunisasi
diberikan, khususnya bagi Lima Imunisasi
dasar Lengkap (LIL). Untuk dosis vaksin
BCG diberikan 1 kali, mulai dari sesaat
setelah lahir sampai usia 2 bulan 29 hari.
Untuk dosis vaksin DPT diberikan 3 kali,
pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Untuk dosis
vaksin HB diberikan 4 kali, sesaat setelah
lahir, lalu 2, 3, dan 4 bulan. Dosis Polio
diberikan 4 kali, sesaat setelah lahir sampai
usia 1 bulan 29 hari, lalu 2, 3, dan 4 bulan.
Sumber: Data Riskesdas (2010) Dosis Campak diberikan sekali pada usia
9 bulan. (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Gambar 1. Hasil Capaian Imunisasi di 2017)
Indonesia.
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 49

Pada beberapa kondisi imunisasi DPT Hochbaum, Rosenstock dan Kegels yang
dan HB sering dikombinasikan bersama bekerja pada U.S. Public Health Services
menjadi DPT-HB karena intensitas pada tahun 1950an.
pemberian sama. Adapun kombinasi
sebenarnya dinamakan Vaksin Pentavalen
(Pentavalent vaccine) yang terdiri dari DPT-
HB-Hib (ditambahkan untuk mencegah
transmisi penyakit yang diakibatkan
Haemophilus influenzae tipe b. Namun yang
termasuk dalam LIL sendiri sampai saat ini
hanya DPT-HB.
Sumber: Glanz dkk (2002)
Untuk mengetahui perilaku seorang
ibu agar mau melakukan imunisasi anak Gambar 2. Kerangka Berpikir Teori
secara lengkap dapat dilakukan dengan HBM.
melakukan analisis berdasarkan pendekatan
teori psikologi untuk dapat menerangkan
HBM memiliki beberapa bagian dalam
bagaimana suatu perilaku kesehatan
model teorinya, yang terdiri dari modifying
dilakukan oleh seseorang. Ketika berbicara
factors, individual beliefs dan action.
tentang perilaku maka tidak akan terlepas
Konsep teori tersebut memaparkan tentang
tentang apa saja yang mampu mempengaruhi
modifying factors (karakteristik demografi),
suatu perilaku untuk dapat terjadi. Terdapat
perceived susceptibility (kerentanan yang
beberapa ahli yang mengungkap teori-teori
dirasakan), perceived seriousness (keparahan
perubahan perilaku. Lawrence Green dalam
yang dirasakan), perceived benefits (manfaat
Notoatmojo (2012) memaparkan tentang
yang dirasakan) dan perceived barriers
pembagian faktor perubahan perilaku dalam
(batasan/hambatan yang dirasakan). Terdapat
tiga jenis, yaitu:
juga dua konsep yang ditambahkan, pertama
1. Faktor predisposisi (predisposing factors) adalah cues to action, merupakan jembatan
merupakan faktor yang telah dimiliki untuk merangsang perilaku muncul secara
oleh individu, terdiri dari pengetahuan, nyata dan yang kedua adalah self-efficacy.
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan Self-efficacy membahas tentang keyakinan
sebagainya. seseorang untuk mampu melakukan suatu
2. Faktor pendukung (enabling factors) perilaku dengan sukses. Konsep self-efficacy
merupakan faktor yang mendukung baru ditambahkan pada tahun 1988 oleh
seseorang untuk melakukan sesuatu dan Rosenstock. Oleh karena itu aplikasi teori
berwujud fisik, terdiri dari fasilitas atau HBM dapat digunakan untuk menganalisis
sarana-prasarana. perilaku seseorang.
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) Penelitian kali ini dilakukan untuk
merupakan faktor pendorong dari luar melihat apakah faktor petunjuk untuk
yang berasal dari sikap dan perilaku bertindak atau cues to action dapat
kelompok referensi di masyarakat. mempengaruhi ibu terkait dengan
kelengkapan imunisasi pada anaknya.
Selain teori Green terdapat juga salah Konsep cues to action atau petunjuk untuk
satu teori spesifik yaitu Health Belief bertindak yang dimaksud adalah tentang hal-
Model (HBM). Health Belief Model adalah hal yang berasal dari luar individu (dalam
suatu model teori psikologi yang bertujuan hal ini adalah ibu) yang mampu menjadi
untuk menjelaskan tentang seseorang petunjuk untuk melakukan sesuatu dan
dalam berperilaku sehat. Teori ini memiliki menimbulkan dorongan untuk bertindak.
fokus pada sikap dan kepercayaan yang Contohnya seperti antara lain dukungan dari
dimiliki oleh individu dalam berperilaku, keluarga, pengalaman, keberadaan informasi
serta faktor-faktor lain yang memberikan kesehatan di fasilitas kesehatan, penyuluhan
pengaruh didalamnya. Pertama kali dan pesan dari media massa.
dikemukakan oleh seorang psikolog sosial,
50 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 47–58

METODE d. Tidak bersedia menjadi responden


Pada penelitian ini rancangan penelitian walaupun memenuhi
penelitian yang digunakan adalah analitik kriteria inklusi.
dengan pendekatan studi cross sectional
untuk dapat mengidentifikasi pengaruh Variabel yang diteliti dalam penelitian
faktor petunjuk untuk bertindak atau cues ini adalah variabel petunjuk untuk bertindak
to action pada ibu terkait kelengkapan dan kelengkapan imunisasi. Adapun variabel
imunisasi anak. Penelitian dilakukan di petunjuk untuk bertindak sebagai variabel
wilayah kerja Puskesmas Kenjeran di Kota bebas dan variabel kelengkapan imunisasi
Surabaya, dengan populasi penelitian yang sebagai variabel terikat. Dari kedua variabel
meliputi ibu dengan anak berusia 1 sampai tersebut akan dicari datanya untuk dapat
dengan 2 tahun. Berdasarkan dari jumlah dianalisis apakah ada hubungan antara
populasi ibu yang memiliki kriteria yang variabel tersebut.
diinginkan dilakukan pengambilan sampel Teknik pengumpulan data dalam
menggunakan metode simple random penelitian ini didapatkan dari dua sumber,
sampling. Untuk jumlah populasi adalah yaitu data primer dan sekunder. Data primer
sebanyak 62 orang. Setelah dilakukan proses diperoleh dengan melakukan kunjungan ke
pengambilan sampel ditemukan bahwa pada rumah responden untuk mendapatkan data
penelitian kali ini besar sampel penelitian lewat kuesioner. Data sekunder diperoleh
yang terpilih adalah sebanyak 40 orang dari data laporan yang dimiliki oleh Dinas
ibu. Kesehatan dan puskesmas.
Cara penentuan sampel akan Teknik analisis data dalam penelitian
dilaksanakan dengan mengikuti kriteria yang ini dilakukan untuk dapat menguji hasil
diinginkan oleh peneliti. Dalam penelitian dari data sehingga mampu memunculkan
ini sampel dapat diterima bila memenuhi kesimpulan dalam penelitian. Pada
kriteria sebagai berikut: penelitian ini data berbentuk kuantitatif
sehingga dibutuhkan metode pengujian
1. Kriteria Inklusi untuk data kuantitatif dengan metode Chi-
Kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang square. Analisis tersebut digunakan untuk
perlu dipenuhi sebagai syarat untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
menjadi sampel (Notoatmodjo, 2012). dengan variabel terikat.
Kriteria inklusi pada penelitian ini
adalah:
a. Ibu dengan anak usia 1–2 tahun HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Anak sudah pernah diimunisasi Karakteristik responden pada penelitian
c. Nama ibu tercatat dalam data ini ditinjau dari variabel karakteristik ibu
puskesmas sebagai peserta imunisasi yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan,
d. Memiliki KMS atau Buku KIA status pekerjaan dan pendapatan keluarga.
e. Bersedia menjadi responden Dalam penelitian yang telah dilakukan
penelitian. responden yang turut serta terdiri dari 40
2. Kriteria Eksklusi ibu dengan kriteria yang telah terpenuhi.
Kriteria eksklusi merupakan ciri-ciri yang Berdasarkan dari keseluruhan
tidak boleh ada dan tidak boleh menjadi responden tersebut kemudian dibagi menjadi
sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria dua kelompok rentang usia yang telah
eksklusi pada penelitian ini adalah: ditentukan oleh peneliti sesuai dalam definisi
a. Ibu dengan anak usia kurang dari 1 operasional penelitian. Pertimbangan peneliti
tahun yang digunakan sebagai definisi operasional
b. Ibu dengan anak usia lebih dari 2 adalah dengan membagi responden ke
tahun dalam dua kelompok yang dilihat pada usia
c. Nama ibu tidak tercatat dalam data termuda dan usia tertua dari para ibu, lalu
puskesmas sebagai peserta imunisasi melihat nilai tengah dari jumlah seluruh
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 51

Tabel 1. K a r a k t e r i s t i k R e s p o n d e n 85% ternyata tidak bekerja, atau menjadi


Berdasarkan Usia, Pendidikan, sepenuhnya ibu rumah tangga dengan
Status Pekerjaan dan Pendapatan berada di rumah. Sedangkan 15% lainnya
Keluarga memiliki pekerjaan sehingga harus membagi
waktu antara pekerjaan dengan kegiatan di
Karakteristik Frekuensi %
Usia rumah.
Ibu Usia Muda (18–28 21 52,5 Karakteristik terakhir adalah
tahun) pendapatan keluarga. Dari Tabel 1 dapat
Ibu Usia Tua (> 28 tahun) 19 47,5 ditarik kesimpulan bahwa sebesar 17,5%
Total 40 100 responden merupakan ibu yang berasal
Pendidikan dari keluarga dengan pendapatan setiap
SD 10 25
bulannya setara dan/atau lebih dari UMR
SMP 11 27,5
(>= Rp. 2.200.000). Sementara mayoritas
SMA 15 37,5
Perguruan Tinggi 4 10
82,5% berasal dari keluarga dengan
Total 40 100 pendapatan per bulan dengan nominal di
Status Pekerjaan bawah UMR (Rp. 2.200.000).
Tidak Bekerja 34 85 Untuk melihat status kelengkapan
Bekerja 6 15 imunisasi perlu dilakukan pendataan tentang
Total 40 100 hasil dari imunisasi yang telah diberikan.
Pendapatan Keluarga Tabel 2 merupakan distribusi dari imunisasi
Di bawah UMR 33 82,5
yang telah didapatkan anak-anak dari setiap
(< Rp 2.200.000)
UMR 7 17,5
ibu yang menjadi responden. Informasi
(>= Rp. 2.200.000) yang dapat diperoleh dari Tabel 2 adalah
Total 40 100 tidak semua responden melakukan setiap
jenis imunisasi. Terdapat 97,5% responden
telah melakukan imunisasi HB 0, BCG,
responden. Berdasarkan dari 40 orang DPT-HB 1, Polio 1 dan Polio 2. Sebesar
responden didapatkan hasil bahwa ibu usia 92,5% responden telah melakukan imunisasi
termuda adalah 18 tahun dan usia ibu tertua DPT-HB 2, DPT-HB 3, Polio 3 dan Polio 4.
adalah 41 tahun. Nilai tengah dari data Sedangkan untuk imunisasi Campak, hasil
responden adalah 27,5 tahun yang kemudian distribusi cukup seimbang dengan 52,5%
dibulatkan keatas menjadi usia 28. Sehingga telah melakukan imunisasi Campak dan
kelompok responden terbagi menjadi dua, 47,5% responden tidak melakukan imunisasi
dengan kategori pertama ibu dengan usia Campak.
18–28 tahun yang berjumlah sebanyak
52,5% dan yang kedua ibu usia lebih dari
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
28 tahun sebanyak 47,5%. Informasi lebih
Jenis Vaksin
lengkap mengenai karakteristik responden
terdapat pada Tabel 1. Jenis
Frekuensi %
Karakteristik lain dari responden yang Tidak Ya Tidak Ya
terdapat dalam Tabel 1 selain usia ibu adalah HB0 1 39 2,5 97,5
Total 40 100
pendidikan, status bekerja dan pendapatan
BCG 1 39 2,5 97,5
keluarga. Untuk karakteristik pendidikan
Total 40 100
dapat diperoleh informasi bahwa ibu dengan DPT-HB 1 1 39 2,5 97,5
pendidikan terakhir di bangku SMA adalah DPT-HB 2 3 37 7,5 92,5
yang terbanyak dengan persentase sebesar DPT-HB 3 3 37 7,5 92,5
37,5% dan yang paling sedikit sebesar 10% Total 40 100
adalah ibu berpendidikan terakhir lulusan Polio 1 1 39 2,5 97,5
perguruan tinggi. Untuk jenjang pendidikan Polio 2 1 39 2,5 97,5
lulusan SD dan SMP masing-masing sebesar Polio 3 3 37 7,5 92,5
25% dan 27%. Polio 4 3 37 7,5 92,5
Total 40 100
Untuk karakteristik responden
Campak 19 21 47,5 52,5
berdasarkan status pekerjaan, diketahui Total 40 100
bahwa mayoritas dari responden sebesar
52 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 47–58

Selain dari hasil Tabel 2 dari penelitian dimaksudkan sebagai pemicu atau trigger
dilakukan juga pendataan tentang lengkap untuk melakukan suatu tindakan, dalam hal
dan tidak lengkap status imunisasi dari ini melakukan imunisasi secara lengkap.
keseluruhan responden penelitian. Hasil dari Pada Tabel 4 terlihat bahwa mayoritas
pendataan lebih lanjut untuk status imunisasi responden dengan besar persentase 85%
terdapat pada Tabel 3. merasakan bahwa dorongan terbanyak
Lengkap tidaknya imunisasi yang diberikan oleh bidan/kader, disusul dengan
diberikan dilihat dari pemberian imunisasi media elektronik (80%) dan keluarga
yang dilakukan. Apabila salah satu imunisasi (67,5%).
tidak dilakukan maka status imunisasi Bidan/kader adalah figur aktif dalam
seorang anak akan dinyatakan tidak lengkap. kegiatan kesehatan yang dekat langsung
Pada Tabel 3 berisi hasil tentang kondisi dengan ibu karena kader juga hidup di
status kelengkapan imunisasi, sebesar 50% sekitar masyarakat. Sesuai dengan perannya
ibu memiliki anak dengan kondisi imunisasi dalam masyarakat, bidan/kader tentu akan
dasar yang lengkap dan 50% lainnya aktif untuk memberikan informasi dan
adalah ibu yang memiliki anak dengan mengajak masyarakat untuk berperilaku
kondisi imunisasi dasar yang tidak lengkap. hidup sehat. Dalam imunisasi juga tidak
Berdasarkan pada kondisi tersebut dapat berbeda jauh, sebagai sosok yang sangat
ditarik kesimpulan bahwa perbandingan aktif untuk mengajak dan memberikan
kondisi kelengkapan imunisasi dalam semangat pada ibu-ibu untuk selalu tepat
penelitian ini adalah 1 banding 1. waktu melakukan imunisasi pada anak-
anak mereka. Melihat pada hasil dari Tabel
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan 4, tidak dipungkiri bahwa sosok bidan/
Kelengkapan Imunisasi kader ternyata memiliki peranan yang
paling besar sebagai salah satu sumber
Kelengkapan Frekuensi %
petunjuk untuk bertindak bagi seorang
Tidak Lengkap 20 50
Lengkap 20 50 ibu untuk mau melakukan imunisasi pada
Total 40 100 anak mereka (85% responden). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa memang kader
Setelah mengetahui kondisi dari sebagai salah satu sumber petunjuk untuk
kelengkapan imunisasi maka berikutnya bertindak sangat dirasakan keberadaannya
yang perlu diketahui adalah tentang oleh mayoritas responden.
pengaruh faktor petunjuk untuk bertindak
(cues to action) dengan pendekatan teori Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Health Belief Model (HBM). Melalui Sumber Petunjuk Untuk Bertindak
instrument kuesioner peneliti telah (Cues to Action)
menentukan apa saja sumber petunjuk Frekuensi %
untuk bertindak yang bisa menjadi pemicu Sumber
Iya Tidak Iya Tidak
dan memberi pengaruh untuk seorang ibu Keluarga 27 13 67,5 32,5
agar mau melakukan imunisasi. Hasil dapat Total 40 100
dilihat dalam Tabel 4. Tetangga/ 23 17 57,5 42,5
Tabel 4 berisi tentang asal dari faktor kenalan
Total 40 100
petunjuk untuk bertindak yang dapat
Bidan/kader 34 6 85,0 15,0
mempengaruhi seorang ibu. Sumber-
Total 40 100
sumber tersebut yang bersifat eksternal Pengalaman 19 21 47,5 52,5
dibagi menjadi beberapa, antara lain Total 40 100
keluarga, tetangga atau kenalan, bidan/ Media cetak 15 25 37,5 62,5
kader setempat, pengalaman, media cetak Total 40 100
dan media elektronik. Sumber-sumber Media 32 8 80,0 20,0
tersebut bisa berisi beragam informasi, elektronik
ajakan atau bahkan dukungan, yang Total 40 100
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 53

Anggapan tersebut sejalan seperti memuat informasi kesehatan, khususnya


pada penelitian yang dilakukan oleh tentang imunisasi. Beberapa jawaban yang
Kiftiyah (2014), tentang peran kader ditanyakan oleh peneliti dijawab oleh
terhadap cakupan Imunisasi Campak. responden seperti terkait iklan layanan
Hasil menunjukkan bahwa pada responden masyarakat tentang ajakan untuk melakukan
yang menjawab peran kader baik ternyata imunisasi yang dibuat oleh Departemen
diikuti dengan hasil cakupan Imunisasi Kesehatan Republik Indonesia, contoh lain
Campak 100% dilakukan oleh 19 orang adalah jawaban yang diungkapkan oleh
responden. Sebaliknya pada responden responden seperti menggunakan smartphone
yang menjawab peran kader kurang ternyata untuk mengakses artikel kesehatan di
cakupan Imunisasi Campak juga kurang internet. Hal tersebut menunjukkan bukti
bagus dilakukan oleh 29 responden. Peneliti bahwa sebagai salah satu sumber petunjuk
tersebut juga melakukan uji hubungan untuk bertindak, media elektronik ternyata
dengan metode Mann-Whitney dengan hasil memiliki andil yang cukup besar.
yang diperoleh p = 0,000 sehingga p < 0,05 Keluarga sebagai salah satu sumber
menunjukkan ada hubungan antara peran petunjuk untuk bertindak dapat dikatakan
kader dengan cakupan Imunisasi Campak. memiliki relasi terdekat dengan ibu.
Hasil berikutnya tentang sumber Fakta tersebut tentu dianggap memiliki
petunjuk untuk bertindak yang juga peran besar dalam memicu tindakan
dianggap kuat oleh masyarakat adalah ibu dalam pemberian imunisasi secara
media elektronik. Mengutip pada pemaparan lengkap. Definisi keluarga sendiri menurut
Noor dalam penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI dalam Ali (2010),
Nurwulandari (2014), media elektronik bahwa keluarga adalah suatu unit terkecil
(electronic media) didefinisikan sebagai dari masyarakat, di mana didalamnya terdiri
suatu media komunikasi melalui alat dari kepala keluarga beserta beberapa orang
elektronik atau menggunakan tenaga anggota keluarga yang berkumpul serta
elektromekanik (electromechanical energy). tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
Media komunikasi yang termasuk dalam dalam keadaan saling bergantung. Umumnya
media elektronik contohnya adalah televisi, hubungan dalam keluarga bersifat hubungan
radio, handphone maupun komputer darah, namun tidak jarang ada hubungan
yang dapat mengakses jaringan internet. yang tidak sedarah, seperti pengadopsian
Seiring dengan perkembangan teknologi anggota keluarga. Dalam keluarga umumnya
yang semakin maju, media elektronik terdapat laki-laki sebagai keluarga dan
dinilai mampu berkembang menjadi sarana juga ayah, ibu dan anak. Tidak sedikit pula
penyampaian informasi yang efektif dan terdapat orang tua dari ayah dan/atau ibu
efisien. Perkembangan teknologi tersebut (kakek dan nenek) maupun saudara.
tentu dapat mendorong masyarakat Sebagai suatu komunitas kecil namun
untuk ikut beradaptasi, sehingga dapat dekat dengan ibu harapannya keluarga tentu
mengembangkan pola pikir masyarakat memiliki peranan untuk mempengaruhi ibu
secara lebih baik dengan menggunakan dalam melakukan imunisasi. Seperti pada
media elektronik sebagai sarana mengakses penelitian yang dilakukan oleh Hermayanti
informasi, termasuk informasi tentang (2016) pengaruh tersebut berupa dorongan
kesehatan. yang diberikan oleh anggota keluarga,
Pada hasil Tabel 4 terlihat bahwa seperti dari suami/ayah, ibu/ibu mertua/
media elektronik sebagai media komunikasi nenek, saudara, dll. Jika melihat pada hasil
begitu dianggap besar keberadaannya dalam Tabel 4, diketahui keluarga berada
oleh responden (80%). Hal tersebut pada posisi ketiga terbanyak diungkapkan
menyimpulkan bahwa mayoritas masyarakat oleh responden sebagai sumber petunjuk
memiliki media elektronik yang bisa untuk bertindak (67,5% responden). Hal
diakses secara aktif. Hasil tersebut juga tersebut menunjukkan bahwa keluarga
menunjukkan bahwa ketika dikaitkan seputar dianggap berperan penting sehingga dapat
informasi kesehatan, responden menyadari menjadi sumber dari petunjuk untuk
bahwa media elektronik tersebut juga bertindak bagi ibu.
54 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 47–58

Selain itu sumber-sumber lain juga diatas kertas, seperti koran, pamflet, poster,
masih menunjukkan adanya sumber brosur dan sejenisnya. Tidak sedikit memang
dorongan lain seperti berasal dari tetangga/ informasi seputar kesehatan diberikan lewat
kenalan, media cetak maupun pengalaman. media cetak, namun jika melihat situasi yang
Selain ikatan keluarga, tetangga atau sudah maju dan mudahnya akses informasi
kenalan yang notabene juga ada di sekitar secara digital membuat lebih banyak yang
lingkungan ibu juga dapat dikatakan sebagai merespons bahwa media elektronik lebih
sumber petunjuk untuk bertindak. Tetangga diperhatikan daripada media cetak.
atau kenalan menempati posisi keempat
pada Tabel 4. Sebanyak 57,5% responden Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
mengatakan bahwa tetangga atau kenalan Petunjuk untuk Bertindak
juga menjadi sumber dari petunjuk untuk
Petunjuk untuk Frekuensi %
bertindak. Secara peranan tidak memiliki Bertindak
perbedaan jauh dengan keluarga hanya saja Tidak Terdorong 14 35
dengan ikatan hubungan yang kurang dekat Terdorong 26 65
mampu dibedakan dengan keluarga. Total 40 100
Sumber petunjuk untuk bertindak
yang menempati urutan kelima adalah Setelah melihat sumber-sumber dari
pengalaman. Dari Tabel 4 sebesar 47,5% petunjuk untuk bertindak, kini perlu dilihat
responden mengatakan sumber petunjuk seberapa besar responden merasakan
untuk bertindak berasa dari pengalaman. dorongan yang diperoleh dari faktor tersebut.
Pengalaman disini menyangkut tentang Perhitungan dilakukan dan memperoleh
apa yang sudah pernah dilakukan oleh hasil seperti pada Tabel 5. Telah ditunjukkan
seseorang yang kemudian menjadikan hal bahwa sebesar 65% responden (26 orang)
tersebut sebagai pedoman yang dianggap mengaku merasakan adanya dorongan
baik untuk bisa dilakukan pada kesempatan dan 35% (14 orang) lainnya tidak/belum
berikutnya. Rata-rata dari ibu-ibu yang merasakan adanya dorongan.
menjadi responden memang telah memiliki Berdasarkan dari Tabel 5 tentang
anak lebih dari satu mengakui pengalaman distribusi responden dapat ditarik
yang mereka miliki terkait imunisasi pada kesimpulan bahwa sebagian besar ibu
anak sebelumnya yang bagus, mendorong merasakan adanya dorongan dari petunjuk
mereka untuk kemudian mau memberikan untuk bertindak dalam memicu seorang ibu
imunisasi secara lengkap pada anak mereka untuk mau melakukan imunisasi. Untuk
yang lebih muda. Selain dari pengalaman itu dapat dilakukan analisis lanjutan agar
pribadi tidak sedikit juga yang mengatakan mampu melihat adanya hubungan atau tidak
berdasarkan sumber pengalaman dari orang secara lebih jelas terkait dengan imunisasi,
lain. Sedikit mirip seperti informasi yang perlu dilakukan pengujian hubungan. Dua
diperoleh dari sumber kenalan, namun faktor yang akan dikaitkan adalah tentang
yang ditinjau dalam hal ini adalah tentang petunjuk untuk bertindak dan kelengkapan
pengalaman yang walaupun bukan didapat imunisasi. Hasil dari pengujian tersebut
langsung dari yang dilakukan secara pribadi, terdapat dalam Tabel 6 berikut.
namun yang bersumber dari orang lain. Tabel 6 adalah hasil dari pengujian
Untuk media cetak hampir mirip statistik antara kelengkapan imunisasi
dengan peran media elektronik sebagai dengan faktor petunjuk untuk bertindak.
sarana penyampaian informasi, dalam hal ini Dapat ditarik informasi dari tabel tersebut
terkait dengan informasi seputar imunisasi. bahwa ada kecenderungan imunisasi
Pada Tabel 4 posisi media cetak sebagai lengkap terjadi sebesar 60% pada golongan
sumber petunjuk untuk bertindak menempati yang merasa tidak terdorong, sedangkan
posisi keenam atau terakhir dengan respons kecenderungan imunisasi tidak lengkap
sebesar 37,5% responden. Perbedaan media sebesar 90% pada golongan yang terdorong
cetak dengan media elektronik terletak untuk melakukan imunisasi melalui beberapa
pada bentuknya, di mana media cetak lebih sumber petunjuk untuk bertindak.
cenderung pada sarana fisik yang dicetak
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 55

Tabel 6. Hubungan Petunjuk untuk anak serta melakukan kelengkapan


Bertindak (Cues to Action) dengan imunisasi yang dipantau setiap lewat KMS
Kelengkapan Imunisasi yang dimiliki oleh ibu. Namun dengan
kader yang tergolong aktif ternyata angka
Kelengkapan
Faktor
Imunisasi
Nilai cakupan imunisasi belum sepenuhnya
Petunjuk Tidak lengkap (50%) memunculkan pertanyaan
Lengkap P
untuk Lengkap Value mengapa hal tersebut bisa terjadi. Peneliti
(Sig.)
Bertindak n % n % berasumsi apabila sekalipun ibu sudah
Tidak 2 10 12 60 memiliki pengetahuan baik dan bahkan
Terdorong 0,002 0,524 sikap yang positif terkait imunisasi,
Terdorong 18 90 8 40
didukung dengan adanya dorongan yang
Total 20 100 20 100
menjadi penguat untuk dapat memicu
tindakan (melakukan imunisasi), namun
Hasil uji statistik pada Tabel 6
kemungkinan untuk tidak datang imunisasi
m e n g g u n a k a n m e t o d e c h i - s q u a re
pada saat hari pemberian bisa saja terjadi.
menunjukkan hasil p sebesar 0,002, nilai
Hal tersebut didapatkan dengan fakta
tersebut < α (0,05) sehingga secara statistik
yang ditemukan di lapangan, seperti saat
dinyatakan ada hubungan. Kuat hubungan
imunisasi dilangsungkan ternyata anak
didapat sebesar 0,524 yang artinya ada
yang diimunisasikan sedang sakit sehingga
hubungan sedang antara faktor pendorong
tidak bisa dilakukan imunisasi, dan hal lain
dengan kelengkapan imunisasi. Hasil
yang mungkin terjadi adalah bila pada hari
pengujian secara statistik ini juga didukung
imunisasi berlangsung terjadi hal mendadak
oleh hasil penelitian oleh peneliti lain seperti
yang membuat sang ibu mengurungkan niat
yang dilakukan oleh Yachya (2008), dengan
untuk pergi, seperti ketika ada salah seorang
p = 0,012 yang menunjukkan ada hubungan
ibu yang merupakan istri nelayan, tidak
antara faktor pendorong terhadap status
datang imunisasi karena pada hari tersebut
kelengkapan imunisasi.
suaminya pulang membawa tangkapan ikan
Temuan di lapangan menunjukkan
banyak dan ibu tersebut harus membantu
bahwa responden mayoritas merasakan
sehingga menyita waktunya untuk pergi.
dorongan yang diberikan oleh lingkungan
Peranan kader yang besar pada
untuk melakukan imunisasi serta
penelitian kali ini memiliki hasil yang
melengkapinya. Berdasarkan hasil uji
sama dengan penelitian yang dilakukan
penelitian juga didapatkan hasil bahwa
oleh Susanti (2013). Hasil penelitian
petunjuk untuk bertindak menjadi pemicu
yang dilakukan oleh peneliti tersebut
bagi seorang ibu untuk mau melakukan
menyebutkan bahwa ada hubungan yang
imunisasi pada anaknya. Sebagian besar
signifikan antara peran kader dengan
ibu yang menjadi responden mengaku jika
kelengkapan imunisasi (p = 0,000).
mereka merasakan dorongan dari pihak lain
Keberadaan kader yang bersikap baik dan
dalam melakukan imunisasi, sebagian besar
dekat dengan lingkungan dapat membantu
berasal dari bidan atau kader, disusul dari
ibu untuk lebih mampu menyadari dorongan
keluarga dan beragam sumber lain seperti
yang diberikan lewat tindakan yang
media elektronik. Ajakan-ajakan tersebut
dilakukan oleh kader. Pemberian penyuluhan
seperti menjadi penyemangat bagi ibu untuk
kesehatan yang telah dilakukan sudah baik,
mau melakukan imunisasi.
namun akan lebih baik jika disertai dengan
Fokus bidan dan kader sebagai sumber
pendekatan dapat membangun kesadaran ibu
petunjuk untuk bertindak yang dirasakan
perlahan-lahan sehingga mampu memicu
paling besar dikarenakan oleh kunjungan
kesadaran untuk mau melakukan imunisasi
bulanan posyandu yang masih dipelopori
pada anaknya. Peran pihak Puskesmas juga
oleh bidan maupun kader yang proaktif,
tak luput sebagai lembaga kesehatan, seperti
sehingga ibu-ibu merasakan lebih banyak
melakukan kerja sama bersama kader,
dorongan yang diperoleh dari ajakan dan
merangkul keberadaan kader yang bekerja
penyuluhan yang diberikan baik dari bidan
sukarela, sebagai perpanjangan tangan untuk
maupun kader untuk mengimunisasikan
mampu mencapai masyarakat. Pemberian
56 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 47–58

penyuluhan kesehatan dan promosi yang Informasi kesehatan yang benar perlu
tepat seperti penyediaan pamflet atau media disebarkan lewat cara yang benar dan
promosi sebagai salah satu sarana yang bisa sesuai aturan, sehingga mampu diterima
tetap dilakukan. Informasi kesehatan yang oleh masyarakat dengan baik. Kontrol dari
selalu update perlu diperhatikan agar dapat isi tentu dapat diatur sesuai dengan aturan
membantu ibu untuk lebih paham akan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
pentingnya imunisasi dan mencegah adanya (dalam hal ini khususnya oleh Kementerian
kesalahan dalam menerima informasi. Kesehatan). Seperti maraknya iklan layanan
Fokus lain terdapat juga dari media kesehatan di TV maupun informasi di media
elektronik sebagai sumber petunjuk sosial seputar imunisasi, harapannya dengan
untuk bertindak terbesar kedua setelah banyaknya sarana yang bisa digunakan
bidan dan kader. Media elektronik yang sebagai pembuat iklan dan media pemuat
dimaksud sebagai media komunisasi iklan juga lebih bisa mengembangkan
mencakup tentang segala jenis informasi ide kreatif sehingga mampu memperkuat
seputar imunisasi yang dimuat lewat media cara penyampaian informasi agar pesan
elektronik (salah satunya TV, siaran radio kesehatan bisa disampaikan dengan baik,
atau bahkan lewat media sosial internet) dan mampu meningkatkan kesadaran
lewat berbagai cara, terutama yang lewat dari target yang ditujukan. Untuk pemuat
iklan. Maraknya iklan kesehatan (terutama iklan khususnya, diharapkan juga lebih
imunisasi) yang ditayangkan atau disebarkan berhati-hati menyebarkan informasi yang
lewat media elektronik ternyata juga mampu kurang tepat karena dikhawatirkan mampu
menjadi pemicu untuk ibu mau bertindak. menimbulkan kesalahpahaman akibat
Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmojo informasi yang salah (hoax).
(2012), bahwa adanya media untuk promosi Fokus yang diperhatikan berikutnya
kesehatan dapat memberikan manfaat. tentang petunjuk untuk bertindak yang
Salah satunya dengan adanya media akan bersumber dari keluarga. Sebagai seorang
mempermudah penerimaan informasi oleh ibu yang memiliki keluarga yang selalu
sasaran. Notoatmojo mengungkapkan juga bersinggungan setiap hari dianggap mampu
bahwa informasi baru akan diterima oleh menjadi sumber pemicu untuk bertindak.
seseorang lewat indra dan yang lebih besar Keseharian dalam hubungan yang dekat
sumbernya adalah yang ditangkap langsung dengan keluarga mampu membuat ibu
oleh mata. Dari sini dapat disimpulkan mau melakukan imunisasi, terutama jika
bahwa keberadaan media informasi yang mendapatkan dukungan moral dan perasaan
bisa dilihat oleh mata akan lebih efektif dan untuk menguatkan ibu. Semangat yang bisa
dengan bantuan visual yang bagus tentu terbentuk dan perasaan positif lain dapat
akan dapat diterima secara lebih baik karena menggerakkan ibu untuk kemudian mau
isi yang menarik. melakukan imunisasi secara lengkap.
Selain itu juga karena diimbangi dengan Terkait dengan petunjuk untuk bertindak
perkembangan zaman yang semakin modern agar ibu serta orang di sekelilingnya
dengan akses informasi yang tak lagi (terutama keluarga) menjadi lebih peduli
sulit untuk dijangkau. Ibu tak lagi merasa tentang hal-hal seputar imunisasi yang sudah
kesulitan untuk memperoleh informasi tersebar banyak informasinya. Peran dari
di luar yang diperoleh lewat sosialisasi keluarga (utamanya suami dan ibu/mertua)
langsung oleh kader saat kegiatan Posyandu, bisa menjadi tempat berbagi keluh kesah
sehingga tidak menjadi hambatan, membuat seorang ibu, dan diharapkan mampu menjadi
seorang ibu menjadi memiliki dorongan salah satu cara untuk menyemangati bagi
untuk mau melakukan imunisasi. ibu. Bekal yang terpenting adalah adanya
Di Indonesia, persebaran informasi komunikasi untuk membangun pemahaman
sangat deras arusnya dan perlu adanya bersama terkait imunisasi demi kesehatan
kontrol dari pihak yang memiliki wewenang anak, sehingga akan timbul perasaan positif
untuk menghindari adanya informasi yang yang mampu memicu ibu untuk mau
tidak tepat diterima oleh masyarakat, melakukan tindakan imunisasi. Harapannya
terutama pada informasi kesehatan. adalah ibu akan mendapatkan semangat dan
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 57

dukungan mengenai pentingnya kesehatan promosi kesehatan dan keluarga. Petunjuk


anak, serta mampu memicu tindakan untuk untuk bertindak memiliki hubungan dengan
melakukan imunisasi secara lengkap. status kelengkapan imunisasi anak, yang
Berdasarkan kondisi yang ditemukan terlihat lewat hasil pengujian dengan
di lapangan tersebut, maka terlihat bahwa metode statistik dan melihat hasil temuan
petunjuk untuk bertindak ternyata lebih di lapangan.
memicu seorang ibu untuk mau melakukan Penelitian ini tentu masih jauh
imunisasi serta melakukan kelengkapan dari sempurna, terlebih karena peneliti
imunisasi. Oleh sebab itu akan lebih baik merasakan adanya kekurangan. Keberadaan
jika faktor tersebut tetap dipertahankan faktor petunjuk untuk bertindak pasti dan
keberadaannya dan lebih baik jika bisa selalu ada, responden pun merasakan
diperkuat sehingga efeknya untuk mampu keberadaan faktor tersebut namun efek yang
terasa langsung pada ibu. Tidak ada kendala dirasakan langsung yang tidak diteliti begitu
khusus terkait dengan petunjuk untuk mendalam oleh peneliti menjadi kekurangan
bertindak terlebih karena faktor tersebut yang mungkin bisa diperbaiki dalam
keberadaan pasti ada. Hanya saja saat penelitian sejenis berikutnya. Oleh karena
penelitian berlangsung peneliti sempat itu diharapkan untuk penelitian berikutnya
menemukan kesulitan untuk berkomunikasi tentang imunisasi yang dikaitkan dengan
dengan salah seorang responden yang kurang petunjuk untuk bertindak dapat menggali
memiliki pengetahuan dan sulit diajak secara lebih dengan pendalaman teori
berkomunikasi sehingga membutuhkan Health Belief Model dan mendapatkan hasil
waktu lebih lama untuk mengumpulkan data yang lebih baik.
dan informasi dari responden tersebut.
Harapan dari efek yang ditimbulkan
DAFTAR PUSTAKA
dari keberadaan petunjuk untuk bertindak
yang disadari oleh ibu akan mampu Ali, Z. 2006. Pengantar Keperawatan
membentuk perasaan positif yang Keluarga. Jakarta: EGC.
bersifat mendukung untuk ibu. Harapan Badan Penelitian dan Pengembangan
lain juga agar secara tak langsung dapat Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar
mempengaruhi faktor keputusan ibu untuk 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan
mau melakukan tindakan secara nyata, Republik Indonesia.
dalam hal ini yang terutama, adalah tindakan Centers for Disease Control and Prevention.
untuk mau melakukan imunisasi serta 2012. Immunization: The Basics. Atlanta,
melengkapinya demi kesehatan anak. USA.
Djauzi, S., dan Rambe, D.S. 2013. Imunisasi:
Sejarah dan Masa Depan. Cermin Dunia
SIMPULAN
Kedokteran. CDK 205: 40–6 tahun
Responden terdiri dari ibu-ibu memiliki 2013.
anak yang sudah melakukan imunisasi Glanz, K., Rimer, Barbara.K. & Lewis,
memiliki status kelengkapan imunisasi yang F.M. 2002. Health Behavior and Health
berbeda-beda. Status kelengkapan untuk Education: Theory, Research, and
ibu dengan anak yang sudah diimunisasi Practice. San Fransisco: Wiley & Sons.
lengkap dengan yang diimunisasi tidak Hadinegoro, S.R.S. 2011. The Value of
lengkap jumlahnya seimbang. Vaccination. Pedoman Imunisasi di
Cues to action atau petunjuk untuk Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
bertindak sebagai faktor yang diteliti Dokter Anak Indonesia.
bersifat eksternal, memiliki peranan untuk Hermayanti, Yulidasari, F., Pujianti, N. 2016.
mendorong ibu melakukan imunisasi. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Sumber dari petunjuk untuk bertindak yang Ibu dan Dukungan Keluarga.
lebih banyak memberikan peran berasal Dengan Kelengkapan Pemberian Imunisasi
dari bidan atau kader, disusul dengan media Dasar Pada Baduta. Jurnal Publikasi
elektronik sebagai media penyampaian iklan Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 3
No. 2, (hlm. 50–64).
58 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 47–58

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2017. Nurwulandari, I. 2014. Hubungan Penggunaan
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0–18 Media Elektronik dengan Nyeri Kepala
tahun. pada Remaja di Surakarta. Skripsi.
Kiftiyah. 2014. Hubungan Peran Kader Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
dengan Cakupan Program Imunisasi Suparyanto. 2011. Konsep Kelengkapan
Campak pada Balita. Jurnal Keperawatan Imunisasi.
& Kebidanan Stikes Dian Husada Susanti, L.W., Handoko, N.P. 2013.
Mojokerto (hlm. 43–47). Hubungan Peran Kader Posyandu
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar
2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. di Desa Kwarasan, Sukoharjo. Jurnal
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Keperawatan Akademi Keperawatan
Indonesia. Tujuhbelas Karanganyar Surakarta
Ningrum, Endah Prasetya dan Sulastri. Vol. 1, No. 1.
2008. Faktor-Faktor yang Memengaruhi WHO. 2013. Global Imunization Data.
Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi United Nations.
di Puskesmas Banyudono Kabupaten WHO. 2013. Reduce Child Mortality. United
Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan ISSN Nations.
1979–2697 Vol. 1 No. 1. 7–12. Yachya, M. 2008. Faktor yang Memengaruhi
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Keikutsertaan Ibu dalam pelaksanaan
dan Perilaku Kesehatan (hlm. 18–19, 58– Imunisasi dengan Penerapan Health
59, 131–143). Jakarta: Rineka Cipta. Belief Model di Wilayah Kerja Puskesmas
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Samarinda. Skripsi. Surabaya: Universitas
Kesehatan (hlm. 130). Jakarta: Rineka Airlangga.
Cipta.

You might also like