Professional Documents
Culture Documents
Abstract: The moment children were born into the world, they were in a vulnerable condition. A
complete basic child immunization is needed as a preventive measure to protect them from a threat,
such as transmission of deadly disease is required. A mother, who was the closest figure to the children
in everyday life, was considered as an important subject that would actively to complete the basic
immunization to their children. To determine the act of giving immunization, a mother would be affected
by several factors, such as an external influence. To understand the external influence that could affect
the mother’s action, Health Belief Model (HBM) theory can be used, where the external influence was
called cues to action. This study was conducted to determine the influence of cues to action on the
mother to complete basic child immunization to their children. The research was executed by a cross
sectional study with quantitative approach. The subject were consisted from 40 mothers as the research
respondents with the following condition; having children between age 1 to 2 years old. The subject
had been selected from a number of population that had been determined by simple random sampling
method. The instrument used in this study was a questionnaire and conducted via interview. Based on
the results from the interview, it could be found that both complete and incomplete condition in terms of
completeness of immunization are 50:50. The test was followed by Chi-square methods for comparing the
conditions of completeness of immunization with cues to action variable. The results was cues to action
variable had a significant relationship to the completeness of child immunization with a significance
value of 0.002 (p < 0.05). It could be concluded that cues to action had an effect on mothers so that they
were more willing to complete immunization on their child.
Keywords: complete basic child immunization, mother, cues to action, health belief model
Abstrak: Anak-anak sejak pertama kali dilahirkan ke dunia telah berada dalam kondisi yang
rentan terhadap penyakit, sehingga perlu dilakukan pemberian imunisasi secara lengkap sebagai
tindakan preventif untuk melindungi anak dari ancaman penularan penyakit yang berbahaya. Ibu
adalah sosok utama yang dekat dengan anak dalam kehidupan sehari-hari, secara otomatis menjadi
subjek penting yang akan aktif untuk melakukan pemberian imunisasi lengkap pada anak-anak
mereka. Dalam menentukan tindakan untuk melakukan pemberian imunisasi seorang ibu akan
mendapatkan pengaruh dari berbagai macam hal, termasuk pengaruh yang bersifat eksternal. Untuk
dapat mengetahui pengaruh eksternal yang dapat mempengaruhi tindakan ibu, pendekatan teori
Health Belief Model (HBM) digunakan. Petunjuk untuk bertindak (cues to action) adalah salah
satu pengaruh eksternal dalam teori HBM. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
petunjuk untuk bertindak pada ibu terhadap kelengkapan imunisasi pada anak. Penelitian dilaksanakan
dengan rancangan cross sectional dengan metode pendekatan kuantitatif. Sampel terdiri dari 40
orang ibu dengan kriteria memiliki anak usia 1 sampai 2 tahun yang bersedia menjadi responden
penelitian. Subjek telah dipilih dari populasi yang telah ditentukan dengan metode simple random
sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dilakukan dengan
metode wawancara. Berdasarkan hasil dari wawancara ditemukan kondisi tentang kelengkapan
imunisasi yang lengkap dan tidak lengkap adalah sebesar 50–50%. Pengujian kemudian dilanjutkan
dengan metode Chi-square untuk membandingkan kondisi kelengkapan imunisasi dengan variabel
petunjuk untuk bertindak. Hasil yang diperoleh adalah variabel petunjuk untuk bertindak memiliki
hubungan yang signifikan terhadap kelengkapan imunisasi anak dengan nilai signifikansi sebesar 0,002
(p < 0,05). Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa petunjuk untuk bertindak memberikan
46
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 47
pengaruh signifikan bagi para ibu sehingga mereka lebih bersedia untuk melakukan imunisasi secara
lengkap pada anak mereka.
Kata kunci: imunisasi dasar anak lengkap, ibu, petunjuk untuk bertindak, health belief model
3. Orang yang tidak memberikan respon Ada banyak faktor yang bisa membuat
adekuat dari imunisasi (karena faktor anak tidak mendapatkan imunisasi secara
usia, misalnya orang lanjut usia). (CDC, lengkap. Faktor yang mempengaruhi
2012) lengkap atau tidak seorang anak untuk
mendapatkan imunisasi di antara lain dapat
Di Indonesia sejak tahun 1977 telah dipengaruhi oleh faktor dari ibu (diantaranya
diterapkan Program Pengembangan pengetahuan, motif, pengalaman dan
Imunisasi (PPI) yang berbasis pada pekerjaan sang ibu) dukungan keluarga,
Expanded Program on Immunization (EPI) adanya fasilitas kesehatan, lingkungan
yang pertama kali dicanangkan oleh WHO sekitar, sikap, tenaga kesehatan, pendapatan
pada tahun 1974. Program tersebut berisi dan pendidikan. (Suparyanto, 2011)
tentang kegiatan imunisasi rutin sebagai Dari penelitian yang telah dilakukan
langkah perlindungan anak dari beberapa oleh peneliti lain juga ditemukan pendapat
jenis penyakit. Jenis vaksin yang termasuk mengenai faktor yang memiliki hubungan
dalam PPI antara lain BCG, DPT, Hepatitis terhadap kelengkapan imunisasi pada
B, Campak dan Polio (Djauzi dan Rambe, anak. Ningrum (2008) mengungkapkan
2013). Kejadian penyebaran penyakit bahwa tingkat pendidikan orang tua dan
yang dapat dicegah dengan imunisasi jarak rumah untuk mengakses puskesmas
(PD3I) di Indonesia sesungguhnya dapat pemberi imunisasi tidak memberikan
dicegah dengan pemberian imunisasi dasar pengaruh pada kelengkapan imunisasi anak.
secara lengkap. Imunisasi lengkap terdiri Telah dijelaskan juga oleh peneliti yang
dari pemberian imunisasi BCG, Polio, sama bahwa pengetahuan serta motivasi
DPT dan Campak. Pemberian jenis-jenis ibu memberikan pengaruh positif pada
imunisasi lengkap dilakukan secara tepat, kelengkapan imunisasi anak.
yang dimaksud tepat yakni sesuai dengan Kelengkapan imunisasi dasar sendiri
dosis dan jadwal serta intensitas pemberian lebih dilihat pada lengkap atau tidak
imunisasi. suatu pemberian imunisasi dasar dan
Gambar 1 merupakan hasil pelaporan ketepatannya. Seperti diatur dalam Peraturan
capaian imunisasi dasar lengkap di Indonesia Menteri Kesehatan No. 12 Tahun 2017
dalam angka persentase statistik. Hasil tentang Penyelenggaraan Imunisasi pasal
tersebut menggambarkan kondisi pencapaian 6 ayat 1 menyatakan bahwa imunisasi
tiap jenis imunisasi dalam imunisasi dasar dasar hanya diberikan pada anak sebelum
lengkap, di mana angka capaian melebihi berusia 1 (satu) tahun. Pada pasal 6 ayat
50% untuk semua jenis imunisasi. Menurut 2 juga dinyatakan jenis imunisasi apa saja
laporan data statistik sejumlah 53,8% dari yang wajib diberikan dalam imunisasi
jumlah anak di Indonesia telah mendapatkan dasar, diantaranya BCG, DPT, Hepatitis B,
imunisasi dasar secara lengkap. (Riskesdas, Campak dan Polio.
2010) Indonesia memiliki jadwal khusus
untuk menjadi panduan kapan imunisasi
diberikan, khususnya bagi Lima Imunisasi
dasar Lengkap (LIL). Untuk dosis vaksin
BCG diberikan 1 kali, mulai dari sesaat
setelah lahir sampai usia 2 bulan 29 hari.
Untuk dosis vaksin DPT diberikan 3 kali,
pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Untuk dosis
vaksin HB diberikan 4 kali, sesaat setelah
lahir, lalu 2, 3, dan 4 bulan. Dosis Polio
diberikan 4 kali, sesaat setelah lahir sampai
usia 1 bulan 29 hari, lalu 2, 3, dan 4 bulan.
Sumber: Data Riskesdas (2010) Dosis Campak diberikan sekali pada usia
9 bulan. (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Gambar 1. Hasil Capaian Imunisasi di 2017)
Indonesia.
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 49
Pada beberapa kondisi imunisasi DPT Hochbaum, Rosenstock dan Kegels yang
dan HB sering dikombinasikan bersama bekerja pada U.S. Public Health Services
menjadi DPT-HB karena intensitas pada tahun 1950an.
pemberian sama. Adapun kombinasi
sebenarnya dinamakan Vaksin Pentavalen
(Pentavalent vaccine) yang terdiri dari DPT-
HB-Hib (ditambahkan untuk mencegah
transmisi penyakit yang diakibatkan
Haemophilus influenzae tipe b. Namun yang
termasuk dalam LIL sendiri sampai saat ini
hanya DPT-HB.
Sumber: Glanz dkk (2002)
Untuk mengetahui perilaku seorang
ibu agar mau melakukan imunisasi anak Gambar 2. Kerangka Berpikir Teori
secara lengkap dapat dilakukan dengan HBM.
melakukan analisis berdasarkan pendekatan
teori psikologi untuk dapat menerangkan
HBM memiliki beberapa bagian dalam
bagaimana suatu perilaku kesehatan
model teorinya, yang terdiri dari modifying
dilakukan oleh seseorang. Ketika berbicara
factors, individual beliefs dan action.
tentang perilaku maka tidak akan terlepas
Konsep teori tersebut memaparkan tentang
tentang apa saja yang mampu mempengaruhi
modifying factors (karakteristik demografi),
suatu perilaku untuk dapat terjadi. Terdapat
perceived susceptibility (kerentanan yang
beberapa ahli yang mengungkap teori-teori
dirasakan), perceived seriousness (keparahan
perubahan perilaku. Lawrence Green dalam
yang dirasakan), perceived benefits (manfaat
Notoatmojo (2012) memaparkan tentang
yang dirasakan) dan perceived barriers
pembagian faktor perubahan perilaku dalam
(batasan/hambatan yang dirasakan). Terdapat
tiga jenis, yaitu:
juga dua konsep yang ditambahkan, pertama
1. Faktor predisposisi (predisposing factors) adalah cues to action, merupakan jembatan
merupakan faktor yang telah dimiliki untuk merangsang perilaku muncul secara
oleh individu, terdiri dari pengetahuan, nyata dan yang kedua adalah self-efficacy.
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, dan Self-efficacy membahas tentang keyakinan
sebagainya. seseorang untuk mampu melakukan suatu
2. Faktor pendukung (enabling factors) perilaku dengan sukses. Konsep self-efficacy
merupakan faktor yang mendukung baru ditambahkan pada tahun 1988 oleh
seseorang untuk melakukan sesuatu dan Rosenstock. Oleh karena itu aplikasi teori
berwujud fisik, terdiri dari fasilitas atau HBM dapat digunakan untuk menganalisis
sarana-prasarana. perilaku seseorang.
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) Penelitian kali ini dilakukan untuk
merupakan faktor pendorong dari luar melihat apakah faktor petunjuk untuk
yang berasal dari sikap dan perilaku bertindak atau cues to action dapat
kelompok referensi di masyarakat. mempengaruhi ibu terkait dengan
kelengkapan imunisasi pada anaknya.
Selain teori Green terdapat juga salah Konsep cues to action atau petunjuk untuk
satu teori spesifik yaitu Health Belief bertindak yang dimaksud adalah tentang hal-
Model (HBM). Health Belief Model adalah hal yang berasal dari luar individu (dalam
suatu model teori psikologi yang bertujuan hal ini adalah ibu) yang mampu menjadi
untuk menjelaskan tentang seseorang petunjuk untuk melakukan sesuatu dan
dalam berperilaku sehat. Teori ini memiliki menimbulkan dorongan untuk bertindak.
fokus pada sikap dan kepercayaan yang Contohnya seperti antara lain dukungan dari
dimiliki oleh individu dalam berperilaku, keluarga, pengalaman, keberadaan informasi
serta faktor-faktor lain yang memberikan kesehatan di fasilitas kesehatan, penyuluhan
pengaruh didalamnya. Pertama kali dan pesan dari media massa.
dikemukakan oleh seorang psikolog sosial,
50 Jurnal Promkes, Vol. 6, No. 1 Juli 2018: 47–58
Selain dari hasil Tabel 2 dari penelitian dimaksudkan sebagai pemicu atau trigger
dilakukan juga pendataan tentang lengkap untuk melakukan suatu tindakan, dalam hal
dan tidak lengkap status imunisasi dari ini melakukan imunisasi secara lengkap.
keseluruhan responden penelitian. Hasil dari Pada Tabel 4 terlihat bahwa mayoritas
pendataan lebih lanjut untuk status imunisasi responden dengan besar persentase 85%
terdapat pada Tabel 3. merasakan bahwa dorongan terbanyak
Lengkap tidaknya imunisasi yang diberikan oleh bidan/kader, disusul dengan
diberikan dilihat dari pemberian imunisasi media elektronik (80%) dan keluarga
yang dilakukan. Apabila salah satu imunisasi (67,5%).
tidak dilakukan maka status imunisasi Bidan/kader adalah figur aktif dalam
seorang anak akan dinyatakan tidak lengkap. kegiatan kesehatan yang dekat langsung
Pada Tabel 3 berisi hasil tentang kondisi dengan ibu karena kader juga hidup di
status kelengkapan imunisasi, sebesar 50% sekitar masyarakat. Sesuai dengan perannya
ibu memiliki anak dengan kondisi imunisasi dalam masyarakat, bidan/kader tentu akan
dasar yang lengkap dan 50% lainnya aktif untuk memberikan informasi dan
adalah ibu yang memiliki anak dengan mengajak masyarakat untuk berperilaku
kondisi imunisasi dasar yang tidak lengkap. hidup sehat. Dalam imunisasi juga tidak
Berdasarkan pada kondisi tersebut dapat berbeda jauh, sebagai sosok yang sangat
ditarik kesimpulan bahwa perbandingan aktif untuk mengajak dan memberikan
kondisi kelengkapan imunisasi dalam semangat pada ibu-ibu untuk selalu tepat
penelitian ini adalah 1 banding 1. waktu melakukan imunisasi pada anak-
anak mereka. Melihat pada hasil dari Tabel
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan 4, tidak dipungkiri bahwa sosok bidan/
Kelengkapan Imunisasi kader ternyata memiliki peranan yang
paling besar sebagai salah satu sumber
Kelengkapan Frekuensi %
petunjuk untuk bertindak bagi seorang
Tidak Lengkap 20 50
Lengkap 20 50 ibu untuk mau melakukan imunisasi pada
Total 40 100 anak mereka (85% responden). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa memang kader
Setelah mengetahui kondisi dari sebagai salah satu sumber petunjuk untuk
kelengkapan imunisasi maka berikutnya bertindak sangat dirasakan keberadaannya
yang perlu diketahui adalah tentang oleh mayoritas responden.
pengaruh faktor petunjuk untuk bertindak
(cues to action) dengan pendekatan teori Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Health Belief Model (HBM). Melalui Sumber Petunjuk Untuk Bertindak
instrument kuesioner peneliti telah (Cues to Action)
menentukan apa saja sumber petunjuk Frekuensi %
untuk bertindak yang bisa menjadi pemicu Sumber
Iya Tidak Iya Tidak
dan memberi pengaruh untuk seorang ibu Keluarga 27 13 67,5 32,5
agar mau melakukan imunisasi. Hasil dapat Total 40 100
dilihat dalam Tabel 4. Tetangga/ 23 17 57,5 42,5
Tabel 4 berisi tentang asal dari faktor kenalan
Total 40 100
petunjuk untuk bertindak yang dapat
Bidan/kader 34 6 85,0 15,0
mempengaruhi seorang ibu. Sumber-
Total 40 100
sumber tersebut yang bersifat eksternal Pengalaman 19 21 47,5 52,5
dibagi menjadi beberapa, antara lain Total 40 100
keluarga, tetangga atau kenalan, bidan/ Media cetak 15 25 37,5 62,5
kader setempat, pengalaman, media cetak Total 40 100
dan media elektronik. Sumber-sumber Media 32 8 80,0 20,0
tersebut bisa berisi beragam informasi, elektronik
ajakan atau bahkan dukungan, yang Total 40 100
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 53
Selain itu sumber-sumber lain juga diatas kertas, seperti koran, pamflet, poster,
masih menunjukkan adanya sumber brosur dan sejenisnya. Tidak sedikit memang
dorongan lain seperti berasal dari tetangga/ informasi seputar kesehatan diberikan lewat
kenalan, media cetak maupun pengalaman. media cetak, namun jika melihat situasi yang
Selain ikatan keluarga, tetangga atau sudah maju dan mudahnya akses informasi
kenalan yang notabene juga ada di sekitar secara digital membuat lebih banyak yang
lingkungan ibu juga dapat dikatakan sebagai merespons bahwa media elektronik lebih
sumber petunjuk untuk bertindak. Tetangga diperhatikan daripada media cetak.
atau kenalan menempati posisi keempat
pada Tabel 4. Sebanyak 57,5% responden Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
mengatakan bahwa tetangga atau kenalan Petunjuk untuk Bertindak
juga menjadi sumber dari petunjuk untuk
Petunjuk untuk Frekuensi %
bertindak. Secara peranan tidak memiliki Bertindak
perbedaan jauh dengan keluarga hanya saja Tidak Terdorong 14 35
dengan ikatan hubungan yang kurang dekat Terdorong 26 65
mampu dibedakan dengan keluarga. Total 40 100
Sumber petunjuk untuk bertindak
yang menempati urutan kelima adalah Setelah melihat sumber-sumber dari
pengalaman. Dari Tabel 4 sebesar 47,5% petunjuk untuk bertindak, kini perlu dilihat
responden mengatakan sumber petunjuk seberapa besar responden merasakan
untuk bertindak berasa dari pengalaman. dorongan yang diperoleh dari faktor tersebut.
Pengalaman disini menyangkut tentang Perhitungan dilakukan dan memperoleh
apa yang sudah pernah dilakukan oleh hasil seperti pada Tabel 5. Telah ditunjukkan
seseorang yang kemudian menjadikan hal bahwa sebesar 65% responden (26 orang)
tersebut sebagai pedoman yang dianggap mengaku merasakan adanya dorongan
baik untuk bisa dilakukan pada kesempatan dan 35% (14 orang) lainnya tidak/belum
berikutnya. Rata-rata dari ibu-ibu yang merasakan adanya dorongan.
menjadi responden memang telah memiliki Berdasarkan dari Tabel 5 tentang
anak lebih dari satu mengakui pengalaman distribusi responden dapat ditarik
yang mereka miliki terkait imunisasi pada kesimpulan bahwa sebagian besar ibu
anak sebelumnya yang bagus, mendorong merasakan adanya dorongan dari petunjuk
mereka untuk kemudian mau memberikan untuk bertindak dalam memicu seorang ibu
imunisasi secara lengkap pada anak mereka untuk mau melakukan imunisasi. Untuk
yang lebih muda. Selain dari pengalaman itu dapat dilakukan analisis lanjutan agar
pribadi tidak sedikit juga yang mengatakan mampu melihat adanya hubungan atau tidak
berdasarkan sumber pengalaman dari orang secara lebih jelas terkait dengan imunisasi,
lain. Sedikit mirip seperti informasi yang perlu dilakukan pengujian hubungan. Dua
diperoleh dari sumber kenalan, namun faktor yang akan dikaitkan adalah tentang
yang ditinjau dalam hal ini adalah tentang petunjuk untuk bertindak dan kelengkapan
pengalaman yang walaupun bukan didapat imunisasi. Hasil dari pengujian tersebut
langsung dari yang dilakukan secara pribadi, terdapat dalam Tabel 6 berikut.
namun yang bersumber dari orang lain. Tabel 6 adalah hasil dari pengujian
Untuk media cetak hampir mirip statistik antara kelengkapan imunisasi
dengan peran media elektronik sebagai dengan faktor petunjuk untuk bertindak.
sarana penyampaian informasi, dalam hal ini Dapat ditarik informasi dari tabel tersebut
terkait dengan informasi seputar imunisasi. bahwa ada kecenderungan imunisasi
Pada Tabel 4 posisi media cetak sebagai lengkap terjadi sebesar 60% pada golongan
sumber petunjuk untuk bertindak menempati yang merasa tidak terdorong, sedangkan
posisi keenam atau terakhir dengan respons kecenderungan imunisasi tidak lengkap
sebesar 37,5% responden. Perbedaan media sebesar 90% pada golongan yang terdorong
cetak dengan media elektronik terletak untuk melakukan imunisasi melalui beberapa
pada bentuknya, di mana media cetak lebih sumber petunjuk untuk bertindak.
cenderung pada sarana fisik yang dicetak
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 55
penyuluhan kesehatan dan promosi yang Informasi kesehatan yang benar perlu
tepat seperti penyediaan pamflet atau media disebarkan lewat cara yang benar dan
promosi sebagai salah satu sarana yang bisa sesuai aturan, sehingga mampu diterima
tetap dilakukan. Informasi kesehatan yang oleh masyarakat dengan baik. Kontrol dari
selalu update perlu diperhatikan agar dapat isi tentu dapat diatur sesuai dengan aturan
membantu ibu untuk lebih paham akan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
pentingnya imunisasi dan mencegah adanya (dalam hal ini khususnya oleh Kementerian
kesalahan dalam menerima informasi. Kesehatan). Seperti maraknya iklan layanan
Fokus lain terdapat juga dari media kesehatan di TV maupun informasi di media
elektronik sebagai sumber petunjuk sosial seputar imunisasi, harapannya dengan
untuk bertindak terbesar kedua setelah banyaknya sarana yang bisa digunakan
bidan dan kader. Media elektronik yang sebagai pembuat iklan dan media pemuat
dimaksud sebagai media komunisasi iklan juga lebih bisa mengembangkan
mencakup tentang segala jenis informasi ide kreatif sehingga mampu memperkuat
seputar imunisasi yang dimuat lewat media cara penyampaian informasi agar pesan
elektronik (salah satunya TV, siaran radio kesehatan bisa disampaikan dengan baik,
atau bahkan lewat media sosial internet) dan mampu meningkatkan kesadaran
lewat berbagai cara, terutama yang lewat dari target yang ditujukan. Untuk pemuat
iklan. Maraknya iklan kesehatan (terutama iklan khususnya, diharapkan juga lebih
imunisasi) yang ditayangkan atau disebarkan berhati-hati menyebarkan informasi yang
lewat media elektronik ternyata juga mampu kurang tepat karena dikhawatirkan mampu
menjadi pemicu untuk ibu mau bertindak. menimbulkan kesalahpahaman akibat
Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmojo informasi yang salah (hoax).
(2012), bahwa adanya media untuk promosi Fokus yang diperhatikan berikutnya
kesehatan dapat memberikan manfaat. tentang petunjuk untuk bertindak yang
Salah satunya dengan adanya media akan bersumber dari keluarga. Sebagai seorang
mempermudah penerimaan informasi oleh ibu yang memiliki keluarga yang selalu
sasaran. Notoatmojo mengungkapkan juga bersinggungan setiap hari dianggap mampu
bahwa informasi baru akan diterima oleh menjadi sumber pemicu untuk bertindak.
seseorang lewat indra dan yang lebih besar Keseharian dalam hubungan yang dekat
sumbernya adalah yang ditangkap langsung dengan keluarga mampu membuat ibu
oleh mata. Dari sini dapat disimpulkan mau melakukan imunisasi, terutama jika
bahwa keberadaan media informasi yang mendapatkan dukungan moral dan perasaan
bisa dilihat oleh mata akan lebih efektif dan untuk menguatkan ibu. Semangat yang bisa
dengan bantuan visual yang bagus tentu terbentuk dan perasaan positif lain dapat
akan dapat diterima secara lebih baik karena menggerakkan ibu untuk kemudian mau
isi yang menarik. melakukan imunisasi secara lengkap.
Selain itu juga karena diimbangi dengan Terkait dengan petunjuk untuk bertindak
perkembangan zaman yang semakin modern agar ibu serta orang di sekelilingnya
dengan akses informasi yang tak lagi (terutama keluarga) menjadi lebih peduli
sulit untuk dijangkau. Ibu tak lagi merasa tentang hal-hal seputar imunisasi yang sudah
kesulitan untuk memperoleh informasi tersebar banyak informasinya. Peran dari
di luar yang diperoleh lewat sosialisasi keluarga (utamanya suami dan ibu/mertua)
langsung oleh kader saat kegiatan Posyandu, bisa menjadi tempat berbagi keluh kesah
sehingga tidak menjadi hambatan, membuat seorang ibu, dan diharapkan mampu menjadi
seorang ibu menjadi memiliki dorongan salah satu cara untuk menyemangati bagi
untuk mau melakukan imunisasi. ibu. Bekal yang terpenting adalah adanya
Di Indonesia, persebaran informasi komunikasi untuk membangun pemahaman
sangat deras arusnya dan perlu adanya bersama terkait imunisasi demi kesehatan
kontrol dari pihak yang memiliki wewenang anak, sehingga akan timbul perasaan positif
untuk menghindari adanya informasi yang yang mampu memicu ibu untuk mau
tidak tepat diterima oleh masyarakat, melakukan tindakan imunisasi. Harapannya
terutama pada informasi kesehatan. adalah ibu akan mendapatkan semangat dan
Lintang Pratiwi Utviaputri, Faktor Pengaruh Petunjuk untuk… 57
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2017. Nurwulandari, I. 2014. Hubungan Penggunaan
Jadwal Imunisasi Anak Umur 0–18 Media Elektronik dengan Nyeri Kepala
tahun. pada Remaja di Surakarta. Skripsi.
Kiftiyah. 2014. Hubungan Peran Kader Surakarta: Universitas Muhammadiyah.
dengan Cakupan Program Imunisasi Suparyanto. 2011. Konsep Kelengkapan
Campak pada Balita. Jurnal Keperawatan Imunisasi.
& Kebidanan Stikes Dian Husada Susanti, L.W., Handoko, N.P. 2013.
Mojokerto (hlm. 43–47). Hubungan Peran Kader Posyandu
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar
2012. Profil Kesehatan Indonesia 2012. di Desa Kwarasan, Sukoharjo. Jurnal
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Keperawatan Akademi Keperawatan
Indonesia. Tujuhbelas Karanganyar Surakarta
Ningrum, Endah Prasetya dan Sulastri. Vol. 1, No. 1.
2008. Faktor-Faktor yang Memengaruhi WHO. 2013. Global Imunization Data.
Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Bayi United Nations.
di Puskesmas Banyudono Kabupaten WHO. 2013. Reduce Child Mortality. United
Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan ISSN Nations.
1979–2697 Vol. 1 No. 1. 7–12. Yachya, M. 2008. Faktor yang Memengaruhi
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan Keikutsertaan Ibu dalam pelaksanaan
dan Perilaku Kesehatan (hlm. 18–19, 58– Imunisasi dengan Penerapan Health
59, 131–143). Jakarta: Rineka Cipta. Belief Model di Wilayah Kerja Puskesmas
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Samarinda. Skripsi. Surabaya: Universitas
Kesehatan (hlm. 130). Jakarta: Rineka Airlangga.
Cipta.