You are on page 1of 9

Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.

2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG REAKSI KEJADIAN


IKUTAN PASCA IMUNISASI DPT DENGAN TINDAKAN
PEMBERIAN IMUNISASI DPT

Rani Kawati Damanik1, Rinco Siregar2, Yessie Rosmaria Simbolon3


Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia, Medan, Indonesia
Email: rani140387@gmail.com

ABSTRACT

Increasing immunization coverage is one way to reduce mortality in infants, especially


in infectious diseases. A long with increasing immunization coverage, can’t be separated
from parental anxiety about reactions caused after the baby is immunized. The purpose of
this study was to determine the relationship of maternal knowledge about Adverse Events
Following Immunization (KIPI) with giving DPT immunization in the Work Area of the
health center UPT Matiti Medan in 2019. This study used descriptive research design
with cross-sectional approach with a population of 369 respondents and the results
obtained are 79 samples in the sampling using accidental sampling technique. The
research instrument used a standardized questionnaire and the data obtained were
analyzed by the Spearman rank test. The results of this study the majority of
knowledgeable enough are 34 respondents (43.0%), and the majority of immunization is
not given are 41 respondents (51.9%), then there is a strong relationship between
mother's knowledge about the KIPI reaction with DPT immunization with p values of
0.000 (<0.05) and the value of r = 0.577. The conclusion in this study is that there is a
relationship between mother's knowledge about post-immunization (KIPI) follow-up
reactions with DPT immunization, expected to mothers who have babies after knowing
about the KIPI immunization reaction to always bring their babies to immunization in
order to get immunity and avoid disease Diphtheria, Pertussis and Tetanus.

Keywords: immunization, knowledge of mother, reaction

PENDAHULUAN waktu bersamaan. Ketiga penyakit


World Health Organizatoin (WHO) tersebut dikenal dengan penyakit yang
mulai menetapkan program imunisasi dapat dicegah dengan imunisasi DPT
sebagai upaya global dengan Expanded (Lisnawati, 2011). Selain memiliki
Program on Immunization (EPI), yang manfaat, imunisasi DPT ini juga
diresolusikan oleh World Health menimbulkan efek samping dalam
Assembly (WHA). Imunisasi Diftery pelaksanaanya. Dalam dunia kesehatan,
Pertussis Tetanus (DPT) merupakan fenomena ini dikenal dengan istilah
suatu pemberian toksoid Difteri, Adverse Event atau lebih di kenal
Pertusis, Tetanus, dan toksoid tetanus dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
yang bertujuan untuk menimbulkan (KIPI) (Proverawati & Andhini, 2010).
kekebalan aktif terhadap penyakit Menurut Kementrian Kesehatan RI,
difteri, pertussis, dan tetanus dalam (2018) prensentase imunisasi menurut

93
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

jenisnya yang tertinggi sampai terendah mencari informasi melalui media cetak
adalah untuk BCG (86,9%), Campak maupun media informasi (Yuviska,
(77,3%), Polio-4 (67,6%), dan yang Kurniasari, & Oktiana, 2015). Adapun
terendah DPT-HB3 (61,3%). Kasus efek sampingnya itu, jika kurangnya
Difter, Pertusis, Tetanus (DPT) pada pengetahuan ibu tentang KIPI maka
tahun 2017 sebanyak 954 kasus dengan masyarakat selalu bersikap menolak
jumlah kasus meninggal sebanyak 44 untuk memberikan imunisasi berikutnya.
kasus, sehingga DPT di indonesia pada Anak tersebut akan rentan terhadap
tahun 2017 yaitu sebesar 4,61%. Dari penyakit yang dapat dicegah dengan
jumlah tersebut, kasus tertinggi di Jawa imunisasi, sehingga dapat
Timur dengan 331 kasus dan jawa barat mengakibatkan kecacatan atau kematian
yaitu sebanyak 167 kasus. (Ranuh et al., 2017).
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi Angka Kejadian Ikutan Pasca
(KIPI) disebabkan oleh vaksin yang di Imunisasi (KIPI) yang paling serius
salah gunakan dalam pemberian vaksin. pada anak adalah reaksi anafilaktoid.
KIPI pada umumnya menimbulkan Angka kejadian reaksi anfilaktoid pada
respon negatif masyarakat terhadap DPT diperkirakan 2 dalam 100.000
kegiatan imunisasi dasar karena dosis, tetapi yang benar-benar reaksi
ketakutan terhadap dampak yang anafilaktik hanya 1-3 kasus diantara 1
ditimbulkan. Respon negatif itu muncul juta dosis. Anak yang lebih besar dan
karena ketidaktahuan masyarakat dalam orang dewasa yang banyak mengalami
menangani KIPI. Oleh karena itu sinkope, segera atau lambat. Episode
pengetahuan KIPI dapat membantu hipotonik-hiporesponsif juga tidak
pelaksanaa yang diwajibkan oleh jarang terjadi, secar umum dapat terjadi
Pengkajian dan Penangulangan (PP) 4-24 jam setelah imunisai kasus KIPI
agar dapat diterima oleh masyarakat polio berat dapat terjadi pada 1 per 2,4
khususnya orang tua (Yudi, 2017). jam juta dosi vaksin (CDC Vaccine
Kurangnya pengetahuan orang tua Information Statement 2000), sedangkan
tentang reaksi KIPI adalah karena kasus KIPI hepatitis B pada anak dapat
kurang intensifnya sosialisasi informasi berupa deman ringan sampai sedang
kegiatan imunitas dari petugas kesehatan terjadi 1/14 dosis vaksin, dan dewasa
kepada ibu, dan yang kedua ibu juga 1/100 dosis vaksin. Kasus KIPI campak
kurang aktif mencari informasi tentang berupa demam terjadi pada 1/6 dosis,
kegiatan imunitas baik bertanya kepada ruam kulit ringan 1/20 dosis, kejang
petugas kesehatan maupun berinisiatif yang disebabkan demam 1/3000 dosis,

94
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

dan reaksi alergi serius1/1.000.000 dosis Penelitian ini dilaksanakan di


(Proverawati & Andhini, 2010). wilayah kerja Puskesmas Matiti. Waktu
Survei pendahuluan yang peneliti pelaksanaan dilakukan pada Desember
lakukan adalah DPT-1 sejumlah 53 bayi, 2020 sampai February 2021.
DPT-2 sejumlah 42 bayi dan DPT-3 Populasi adalah ibu yang mempunyai
sejumlah 21. Jadi total cakupan bayi umur 1-12 bulan dengan jumlah
imunisasi DPT di Wilayah Kerja Matiti populasi 369 orang. Teknik
Kabupaten Humbang Hasundutan pengambilan sampel dalam penelitian
sebanyak 106 bayi dari keseluruhan bayi ini menggunakan teknik random
yaitu 369 bayi. Dilakukan wawancara sampling, yaitu mengambil sampel
pada ibu yang tidak membawa anaknya secara acak yaitu 79 orang.
imunisasi DPT mengatakan takut Analisa univariat digunakan untuk
anaknya sakit setelah di imunisasi mendeskripsikan data pengetahuan ibu
seperti pada saat imunisasi pertama. tentang reaksi KIPI dan tindakan
Kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi DPT. Alat
reaksi yang timbul serta penanganannya pengumpulan data digunakan kuisioner
membuat ibu merasa takut akan reaksi untuk mengukur pengetahuan ibu
dan kemungkinan ibu tidak membawa tentang KIPI. Jumlah kuesioner 20
anaknya untuk imunisasi selanjutnya. pertanyaan. Kuesioner ini diadopsi dari
Berdasarkan uraian di atas penulis penelitian terdahulu (Polit, D. F., &
tertarik melakukan suatu penelitian Beck, 2012), dengan uji validitas dan
yang bertujuan untuk mengetahui rehabilitas dengan croanbach’s alfa
apakah ada hubungan pengetahuan ibu 0,732. Alat untuk mengukur pemberian
tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca imunisasi DPT digunakan KMS anak.
Imunisasi (KIPI) dengan pemberian Data disajikan dalam tabel distribusi
imunisasi DPT di Wilayah Kerja Matiti, frekuensi. Untuk mengetahui hubungan
Kabupaten Humbang Hasundutan.. pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI
dengan pemberian imunisasi DPT maka
METODE
digunakan statistik Spearman Rank Test,
Desain penelitian adalah descriptife
dengan CI 95% dan Alpha: 0.05, apabila
korelasi dengan pendekatan Cross
hasilnya didapat < 0,05 maka berarti Ho
sectional yang bertujuan untuk
ditolak atau Ha diterima.
mengetahui hubungan pengetahuan ibu
tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) dengan pemberian
Imunisasi DPT.

95
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden berdasarkan


Hasil jenis kelamin dan pendidikan disajikan
Karakteristik Responden dalam Tabel di bawah ini:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden
Karakteristik f %
Umur
1. 20-30 Tahun 59 74,7
2. 31-44 Tahun 20 25,3
Total 79 100
Pendidikan
1. SMP 41 51,9
2. SMA 32 40,5
3. Perguruan Tinggi 6 7,6
Total 79 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat Analisa Univariat


bahwa mayoritas responden barusia 20- Distribusi frekuensi berdasarkan
30 tahun sebanyak 59 responden pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI,
(74,7%) dan pendidikan SMP sebanyak dapat terlihat pada tabel sebagai berikut:
41 responden (51,9%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI)
Pengetahuan Ibu f %
Kurang 30 38,0
Cukup 34 43,0
Baik 15 19,0
Total 79 100

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui mayoritas ibu berpengetahuan


dilihat bahwa dari 79 responden cukup sebanyak 34 responden (43,0%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemberian Imunisasi DPT


Pemberian Imunisasi f %
Diberikan 38 48,1
Tidak Diberikan 41 51,9
Total 79 100

Berdasarkan Tabel 3 di atas bahwa Analisa Bivariat


mayoritas perawat yang menyebabkan Analisa data bivariat yang digunakan
tidak terjadi infeksi saluran kemih untuk mengetahui hubungan antara
sebanyak 40 orang (89%) dan minoritas variabel dan dapat dilihat sebagai
terjadi infeksi 5 orang (11%). berikut:

96
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

Tabel 4. Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
dengan Pemberian Imunisasi DPT
Pemberian Imunisasi
Pengetahuan Jumlah p r
Diberikan Tidak Diberikan
Ibu
f % f % f %
Kurang 9 11,4 21 26,5 30 38,0
Cukup 17 21,5 17 21,5 34 43,0 0.000 0.577
Baik 15 18,9 0 0,0 15 19,0
Total 41 52,0 38 48,0 79 100

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat Pembahasan


bahwa hubungan pengetahuan ibu Analisa Univariat
tetntang reaksi Kejadian Ikutan Pasca 1. Pengetahuan Ibu Tentang Reaksi
Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi (KIPI) dengan pemberian
Imunisasi (KIPI)
imunisasi DPT dapat diketahui
Berdasarkan hasil penelitian yang
mayoritas ibu berpengetahuan cukup
telah dilakukan mayoritas pengetahuan
sebanyak 34 responden (43,0%), dimana
ibu tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca
diberikan imunisasi sebanyak 17
Imunisasi (KIPI) dengan mayoritas ibu
responden (21,5%), dan tidak diberikan
berpengetahuan cukup sebanyak 34
17 responden (21,5%).
responden (43%), disini masih banyak
Setelah uji Corelasi Spearman dapat
ibu–ibu yang belum mengetahui atau
dilihat bahwa nilai korelasi kofisien (r =
jawaban yang salah yaitu tentang
0.577) dan nilai signifikan p-value =
penanganan KIPI, dan tempat
0.000 dengan a=0.05 dengan arah
penyuntikan imunisasi DPT.
hubungan positif dengan tingkat
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan
kekuatan hubungan yang kuat artinya
ini terjadi setelah orang melakukan
semakin cukupnya pengetahuan maka
penginderaan terhadap suatu objek
semakin tidak inginnya ibu membawa
tertentu. Pengetahuan yang baik ini
anaknya imunisasi, dan menunjukkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
bahwa ada hubungan yang signifikan
pendidikan, pekerjaan dan umur
antara hubungan pengetahuan ibu
(Notoatmodjo, 2012).
tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca
Faktor yang pertama adalah umur,
Imunisasi (KIPI) dengan pemberian
umur merupakan factor yang
imunisasi.
mempengaruhi tingkat pengetahuan
yaitu, semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Hasil penelitian umur

97
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

responden mayoritas 20-30 tahun yang terjadi setelah penyuntikan


sebanyak 59 responden (74.7%). Umur imunisasi.
ini menunjukkan umur yang sudah 2. Pemberian Imunisasi
dewasa, mampu menerima informasi Berdasarkan data hasil penelitian
dengan baik dan lebih matang dalam dilihat bahwa mayoritas pemberian
bekerja dan berfikir. imunisasi DPT yaitu tidak diberikan
Pendidikan yang kurang akan sebanyak 41 responden (51.9%).
menghambat perkembangan sikap Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
seseorang terhadap nilai-nilai yang bahwa mayoritas responden tidak
diperkenalkan, rata-rata tingkat membawakan bayinya imunisasi DPT
pendidikan adalah SMP yaitu 41 yaitu karena banyak ibu-ibu yang tidak
responden (50.9%), jika dilakukan mengetahui tentang pentingnya
kajian lebih dalam terhadap jawaban imunisasi.
responden mengenai isi kuesioner Pemberian imunisasi DPT pada bayi
didapatkan yaitu pertanyaan tentang adalah upaya untuk memberikan
penanganan KIPI, lokasi penyuntikan kekebalan tubuh terhadap penyakit
imunisasi DPT dan ciri keberhasilan Difteri, Pertusis dan Tetanus sehingga
imunisasi DPT. tubuh dapat menhasilkan zat antibody
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa yang pada saatnya nanti digunakan
mayoritas responden berpengetahuan tubuh untuk melawan kuman bibit
kurang tentang reaksi KIPI disebabkan ketiga penyakit tersebut (Ranuh et al.,
karena salah satunya yaitu pendidikan 2017).
dan sumber informasi sehingga banyak Pemberian imunisasi DPT akan
ibu-ibu yang tidak membawa bayinya memberikan efek samping ringan dan
untuk diberikan imunisasi. berat. Efek ringan akan terjadi
Menurut asumsi peneliti, masih pembengkakan dan nyeri pada tempat
terdapat ibu-ibu yang belum mengetahui penyuntikan dan demam. Sedangkan
reaksi KIPI dari imunisasi DPT dan efek berat bayi akan terjadi kejang,
penanganan setelah terjadinya KIPI ensefalopati dan shock. Pada anak yang
sehinggan banyak ibu-ibu yang tidak demam, memiliki penyakit atau kelainan
membawa bayinya untuk diimunisasi saraf baik yang berupa keturunan atau
yaitu kurangnya pengetahuan sehingga bukan, dan mudah kejang.
banyak ibu-ibu yang menyebabkan tidak Hasil penelitian terdapat hubungan
tahu tentang reaksi KIPI imunisasi DPT yang bermakna antara usia ibu, tingkat
pendidikan ibu, status pekerjaan ibu,

98
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, bahwa ada hubungan yang signifikan
kepercayaan ibu dan dukungan keluarga antara hubungan pengetahuan ibu
dengan kepatuhan ibu dalam pemberian tentang Reaksi Kejadian Ikutan Pasca
imunisasi difteri pada balita (Muklati & Imunisasi (KIPI) dengan pemberian
Rokhaidah, 2020). Berdasarkan analisis imunisasi.
diketahui tingkat pengetahuan, Hal ini sejalan dengan penelitian
pekerjaan, kepercayaan dan dukungan Tarigan dan Manik (2021), adanya
keluarga memiliki hubungan yang hubungan yang bermakna antara
bermakna dengan pemberian imunisasi pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan
dasar di posyandu (Chandra, 2017). keluarga, jarak rumah ketempat
Menurut asumsi peneliti, masih pelayanan kesehatan dan peran petugas
terdapat ibu-ibu yang tidak pelayanan kesehatan dengan
membawakan bayinya untuk imunisasi ketidaktercapaian program imunisasi
DPT karena kurangnya pengetahuan ibu DPT. Penelitian Ayumar dan Kasma,
tentang pentingnya pemberian imunisasi (2016) menyatakan ada hubungan
DPT karena imunisasi DPT dapat pengetahuan ibu dengan pemberian
mencegah bibit penyakit Difteri, imunisasi dasar lengkap pada bayi.
Pertusis, Tetanus yang dapat menyerang Menurut asumsi peneliti pengetahuan
tubuh bayi, maka diperlukan suatu ibu tentang reaksi KIPI dengan
informasi yang akan disampaikan pemberian imunisasi DPT pada bayi
kepada ibu-ibu agar membawa bayinya dimana semakin tinggi pengetahuan ibu
untuk imunisasi DPT. maka semakin banyak ibu-ibu yang
membawa anaknya bayinya imunisasi
Analisa Bivariat
DPT, dan semakin rendah pengetahuan
Hasil penelitian memperlihatkan dari
ibu semakin sedikit ibu-ibu yang
79 responden bahwa mayoritas
membawa bayinya untuk imunisasi.
pengetahuan ibu adalah cukup yaitu
Berdasarkan hasil penelitian yang
sebanyak 34 responden (43.0%).
dilakukan ternyata masih banyak ibu-ibu
Mayoritas pemberian imunisasi tidak
yang berpengetahuan kurang sehingga
diberikan yaitu sebanyak 41 responden
banyak ibu yang tidak membawa
(51,9%).
bayinya untuk imunisasi DPT yaitu
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
banyak ibu yang tidak mengetahui
Colerasi Spearman dapat dilihat bahwa
tentang reaksi KIPI pada imunisasi DPT,
semakin cukupnya pengetahuan maka
hal ini disebabkan karena pengetahuan
semakin tidak inginnya ibu membawa
ibu yang kurang tentang reaksi KIPI
anaknya imunisasi, dan menunjukkan

99
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

DPT pada bayi, yaitu seperti demam dan tubuh dan terhindar dari penyakit
kemerahan pada bekas suntikan yaitu Difteri, Pertusis dan Tetanus.
imunisasi, dan cara penanganannya, 2. Bagi Tenaga Kesehatan
masyarakat khususnya bagi ibu yang Peneliti menyarankan agar tenaga
memiliki bayi mengerti tentang tujuan kesehatan memberitahukan penting
diberikannya imunisasi DPT yaitu nya pemberian imunisasi dan
karena imunisasi dapat 3 bibit penyakit diwajibkan untuk penberian
seperti Difteri, Pertusis, Tetanus yang imunisasi.
dapat dicegah dengan imunisasi. 3. Bagi Kepala UPT Puskesmas
Matiti
KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti menyarankan kepada UPT
Kesimpulan Puskesmas untuk mengadakan
Pengetahuan ibu tentang reaksi KIPI penyuluhan kurang lebih sebulan
mayoritas kategori cukup. Pemberian sekali terkait reaksi reaksi Kejadian
imunisasi DPT mayoritas kategori tidak Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dan
diberikan. pentingnya pemberian imunisasi
Terdapat hubungan yang kuat dan yaitu untuk meningkatkan
berkolerasi positif antar pengetahuan ibu pengetahuan ibu tentang reaksi
tentang reaksi Kejadian Ikutan Pasca Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Imunisasi (KIPI) dengan pemberian (KIPI).
imunisasi DPT dengan nilai p-value 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
=0.000 (p<0.05) dan nilai r =0.577 Penelitian ini bisa digunakan dam
artinya terdapat hubungan yang kuat pemberian masukan dan sebagai
dan kolerasi positif antara hubungan sumber informasi serta referensi
pengetahuan ibu tentang reaksi Kejadian dalam pendidikan. Dan pada peneliti
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) dengan selanjutkan bisa menambahkan factor
pemberian imunisasi DPT. pekerjaan pada pemberian imunisasi.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagi Ibu yang Memiliki Anak 0-12
Bulan Ayumar, A., & Kasma, A. Y. (2016).
Peneliti menyarankan kepada ibu-ibu Hubungan pengetahuan ibu dengan
pemberian imunisasi dasar lengkap
yang memiliki bayi untuk
pada bayi di Puskesmas Kabaena
meningkatkan pengetahuan dan Kabupaten Bombana Kendari.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
pembawa bayinya untuk imunisasi
Makassar.
DPT agar mendapatkan kekebalan Chandra. (2017). Hubungan tingkat
pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan

100
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 4, No.2, Juli 2021
ISSN 2614-4719

dan dukungan keluarga dengan Selatan Bandar Lampung tahun


pemberian imunisasi dasar pada 2015. JKM (Jurnal Kebidanan
batita di posyandu di wilayah kerja Malahayati), 1(3), 125–130.
Alalak Selatan. Sagacious Jurnal
Ilmiah Pendidikan dan Sosial, 3(2).
Kementrian Kesehatan RI. (2018).
Laporan Riskesdas 2018. Jakarta.
Lisnawati, L. (2011). Generasi sehat
melalui imunisasi. Jakarta: TIM.
Muklati, A. H., & Rokhaidah, R. (2020).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatuhan ibu dalam pemberian
imunisasi Difteri pada balita. Jurnal
Kesehatan Holistic, 4(2).
https://doi.org/10.33377/jkh.v4i2.76
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi
Kesehatan & Ilmu Perilaku. In
Jakarta: Rineka Cipta.
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012).
Nursing research: Generating and
assesing evidence for nursing
practice. Lippincott Williams and
Wilkins.
Proverawati, A., & Andhini, C. S. D.
(2010). Imunisasi dan Vaksinasi (1st
ed.). Yogyakarta: Nuha Medika.
Ranuh, I. N. G., Hadinegoro, S. R.,
Kartasasmita, C. B., Ismoedijanto, I.,
Soedjatmiko, S., Gunardi, H., &
Hendrarto, T. W. (2017). Pedoman
imunisasi di Indonesia. In Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indoneisa (Vol. 6).
Tarigan, S. N. R., & Manik, L. (2021).
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan ketidaktercapaian program
imunisasi DPT. Jurnal Kesehatan
Mercusuar, 4(1). https://doi.org/
10.36984/jkm.v4i1.165
Yudi. (2017). Hubungan pengetahuan
ibu tentang kejadian ikutan pasca
imunisasi dasar dengan kepatuhan
ibu dalam memberikan imunisasi
dasar pada bayi di Kelurahan
Tlogomas Malang. Nursing News,
2(3).
Yuviska, I. A., Kurniasari, D., &
Oktiana. (2015). Hubungan
pengetahuan ibu tentang efek
samping imunisasi dpt combo dengan
kejadian demam pada bayi usia 2-12
bulan di BPS Yulianti Amd Keb
Kelurahan Talang Teluk Betung

101

You might also like