You are on page 1of 10

The 10th University Research Colloqium 2019

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Implementation of Combinations for Giving Warm


Compress and Breastfeeding to Reduce Post
Immunization Pain DPT-HB (DPT COMBO)
Independent Midwifery Clinic of Midwife Diana Yulita
Aryani at Alian, Kebumen
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong
Nur Aini1 , Kusumastuti S.SiT2*
1
Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong
2
Dosen STIKES Muhammadiyah Gombong
Email : ncuz.kusuma26@gmail.com

Keywords Abstrack
Warm Background: During 2016, there were 86% of babies
compresses;breastfeeding; worldwide (116.5 million babies) received 3 doses of
immunization pain diphtheria, tetanus, pertussis (DTP3) vaccine. Pain is one of
the side effects of injecting immunization which can cause
distress in the baby. Distress behaviour shown by the baby
is the way the baby communicates the pain he feels. These
events can cause trauma to children, such as anxiety, anger
and pain. To overcome this pain can be done by providing
warm compresses and breastfeeding.
Objective: Finding out the application of a combination
warm compress and breastfeeding to reduce pain after
DPT-HB immunization (DPT COMBO) In Independent
Midwifery Clinic Of Midwife Diana Yulita Aryani.
Amd.Keb.
Method: The study used a descriptive analytical method
with a case study approach. The sample war taken as many
as 10 respondents consisting of 5 babies who were not given
warm compresses and breastfeeding and 5 babies who were
given warm compresses and breastfeeding before DPT-HB
immunization, then conducted an assessment of pain
response. The instrument uses the FLACC pain scale
observation sheet. Data obtained by interviews, observation,
and documentation.
Result: After applying the combination of giving warm
compresses and breastfeeding to reduce pain after DPT-HB
immunization (DPT COMBO). All participants who were
not given the application of 5 respondents experienced
severe pain (100%) while those given the application of 3
respondents (60%) experienced mild pain and 2 respondents
(40%) experienced moderate pain.

88
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

1. PENDAHULUAN mendapatkan imunisasi. Imunisasi yang


Imunisasi merupakan salah satu dilakukan yaitu BCG dan Polio 1 ada 20
upaya pencegahan kematian pada bayi bayi, Polio 2 ada 6 bayi, Polio 3 ada 3
dengan memberikan vaksin. Imunisasi bayi, Polio 4 ada 12 bayi, IPV ada 13
membuat seseorang menjadi kebal bayi dan Campak ada 9 bayi. Menurut
terhadap penyakit khususnya penyakit kajian kementerian kesehatan mengenai
infeksi. Angka kejadian penyakit infeksi UCI menemukan alasan terbanyak bayi
akan menurun, kecacatan serta kematian mengalami drop out (DO) sebesar 13%
yang ditimbulkannya akan berkurang ibu mengatakan takut akan efek samping
(Cahyono,2010). Imunisasi sangat imunisasi pada anaknya (Depkes RI,
penting untuk mencegah penyakit 2010).
berbahaya, salah satunya adalah Nyeri merupakan salah satu efek
imunisasi Diphteria, Pertussis, Tetanus samping pemberian imunisasi secara
(DPT). Kebanyakan anak menderita suntikan yang dapat menimbulkan
panas setelah mendapat imunisasi DPT, distress pada bayi dan ibu (Chamber CT
tetapi itu adalah hal yang wajar, namun et al., 2009). Hal ini ditakutkan akan
seringkali ibu-ibu merasa tegang, cemas menimbulkan dampak jangka panjang
dan khawatir (Tecyya, 2009). berupa trauma akan pengalaman nyeri
Menurut perkiraan World saat imunisasi. Peristiwa yang dapat
Health Organization (WHO), lebih dari menimbulkan trauma pada anak, seperti
12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun cemas, marah, nyeri, dan lain-lain
yang meninggal setiap tahun, sekitar 2 merupakan beberapa kasus yang sering
juta disebabkan oleh penyakit yang dijumpai di masyarakat. Apabila hal
dapat dicegah dengan imunisasi. Selama tersebut tidak ditangani dengan baik,
tahun 2016, sekitar 86% bayi diseluruh dapat menyebabkan dampak psikologis
dunia (116,5 juta bayi) menerima 3 dosis pada anak dan tentunya akan
vaksin difteri, tetanus, pertussis (DTP3), mengganggu perkembangan anak.
agar terlindung dari penyakit menular, Dengan demikian, untuk mengurangi
penyakit serius, dan cacat. Indonesia dampak psikologis dari tindakan
tahun 2018, imunisasi dasar lengkap keperawatan yang diberikan, atraumatic
mencapai 75,24% dan perlu ditingkatkan care sebagai bentuk perawatan
hingga mencapai target 91% ditahun terapeutik, dapat diberikan kepada anak
2019 (Kemenkes RI, 2018). Cakupan dan keluarga (Hidayat, 2011).
imunisasi dasar lengkap di provinsi Jawa Wong et al (2009) disitasi dalam
Tengah dari semua antigen sudah Maulana (2014) mengatakan bahwa
mencapai 85%, pencapaian dari tahun ke nyeri yang tidak ditangani dapat
tahun mengalami peningkatan mengakibatkan dampak yang serius,
(Kemenkes RI, 2018). Cakupan baik jangka pendek maupun jangka
pelayanan imunisasi bayi di Kabupaten panjang. Akibat jangka pendek (akut)
Kebumen tahun 2016 menurut Dinas yaitu adanya memori kejadian nyeri,
Kesehatan Kabupaten Kebumen telah hipersensifitas terhadap nyeri, respon
mencapai target Standar Pelayanan terhadap nyeri memanjang, inervasi
Minimal (SPM). Dari 35 wilayah kerja korda spinalis yang tidak tepat, respon
Puskesmas di Kabupaten Kebumen yang terhadap rangsangan yang tidak
terdiri atas 460 desa dan kelurahan, berbahaya yang tidak tepat dan
100% telah mencapai desa Universal penurunan ambang nyeri. Adapun akibat
Child Immunization (UCI). Berdasarkan jangka panjang dari nyeri antara lain
data yang di dapat dari PMB Diana peningkatan keluhan somatic tanpa
Yulita A, Amd.Keb pada bulan Februari sebab yang jelas, peningkatan respon
terdapat 63 bayi/balita yang fisiologis dan tingkah laku terhadap

89
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

nyeri, peningkatan prevalensi defisit nyeri, dan pada akhirnya bayi


neurologi, masalah psikososial dan melakukan gerakan-gerakan sebagai
penolakan terhadap kontak manusia. upaya melepaskan diri dari stimulus
Penanganan nyeri pada bayi baru lahir nyeri tersebut. Perilaku yang
masih belum menjadi perhatian, hal ini ditunjukkan oleh bayi, seperti menangis
dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu dan meronta dapat menimbulkan stress
tidak mau memakai analgesik karena bagi perawat dan orangtua, menyulitkan
takut terhadap efek samping, kesalahan serta menganggu konsentrasi saat
menafsirkan ekspresi nyeri pada bayi perawat memberikan intervensi.
sebagai ekspresi rasa takut serta Beberapa penelitian telah dilakukan
perhatian diutamakan untuk menangani mengenai teknik untuk mengurangi
pada nyeri yang dialami (Susilaningsih, nyeri yang dirasakan bayi saat
2016). imunisasi. Intervensi yang dipilih berupa
Hasil studi manajemen nyeri pengisapan non-nutrisi, musik,
menemukan cara dalam menurunkan membedong bayi, stimulasi pendengaran
nyeri imunisasi pada bayi yaitu dengan dan multisensory, metode kanguru, dan
menggunakan terapi farmakologi dan sentuhan ibu. Studi yang telah dilakukan
non-farmakologi. Intervensi non- tersebut menunjukkan keefektifan
farmakologi merupakan hal yang disukai intervensi yang dipilih dalam
karena memiliki sedikit efek samping menurunkan respon nyeri penusukan
dan didasarkan pada pengkajian klinik, pada tumit dan suction endotracheal.
sehingga perawat juga dapat Hasil penelitian Indra Tri Astuti
melakukannya saat dokter tidak berada Judul (2015) dari 70 responen pada
di tempat. Terapi non-farmakologi kelompok yang diberikan ASI
direkomendasikan untuk mengatasi rasa menunjukkan bahwa, rata-rata respons
nyeri ringan karena efeknya jangka nyeri bayi yang diukur dengan skala
pendek dengan toleransi yang baik. Rasa perilaku FLACC pada menit ke nol
nyeri yang dirasakan bayi masih jarang adalah 8,29, menit ke satu adalah 4,37,
menjadi perhatian petugas kesehatan. menit ke lima adalah 0,91. Berdasarkan
Hal ini juga disebabkan karena bayi hasil tersebut dapat disimpulkan terjadi
belum mampu mengungkapkan rasa penurunan respons nyeri pada setiap
nyeri yang dirasakannya secara verbal. pengukuran. Hal ini dapat terjadi karena
Dalam hal ini perawat anak memiliki pada kelompok ini, dilakukan pemberian
peran untuk memperhatikan aspek ASI dengan teknik menyusui yang
kenyamanan bayi dan mengurangi benar.
trauma, meskipun bayi mengungkapkan
rasa nyeri dengan cara yang berbeda, 2. METODE
yaitu dengan menunjukkan perilaku Jenis penelitian yang digunakan
distress, seperti ekspresi meringis, adalah deskriptif analitik dengan
mengerutkan dahi, menendang atau pendekatan studi kasus pada bayi
menarik kaki dengan menyentak, tidak berusia 2-6 bulan yang menjalani
tenang, merengek atau menangis yang imunisasi DPT-HB di PMB Diana
sulit didiamkan. Yulita, Amd. Keb, Desa Sawangan,
Perilaku distress yang Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen.
ditunjukkan oleh bayi merupakan cara Penerapan dilakukan pada tanggal 17
bayi mengkomunikasikan rasa nyeri Maret 2019. Jumlah partisipan yang
yang dirasakannya. Rasa nyeri yang digunakan dalam penerapan ini
timbul membuat bayi tidak nyaman, sebanyak 10 bayi. Sebanyak 5 bayi tidak
takut dengan situasi yang diberi kompres hangat dan breastfeeding
diasosiasikannya dengan timbulnya rasa saat imunisasi DPT-HB dan 5 bayi yang

90
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

diberi kompres hangat dan breastfeeding observasi FLACC dan bolpoin, SOP,
saat imunisasi DPT-HB. Spuit 0,5 ml, vaksin Pentabio, termos air
Kriteria inklusi dalam penerapan ini panas, kapas DTT/ kapas air hangat,
yaitu: Bayi yang sehat, usia 2-6 bulan, jam, kain katun/ handuk kecil, baskom
menerima imunisasi melalui suntikan, kecil serta thermometer.
didampingi ibunya, menyusu di Jalannya penerapan yaitu dengan
payudara bagian kanan, dan bersedia penulis mengidentifikasi responden,
menjadi responden.. Kriteria eksklusi sesuai kriteria inklusi, memberikan
atau pengecualian yang tidak informed consent kepada orang tua yang
diperbolehkan dalam penerapan ini, sudah menyetujui menjadi responden,
antara lain: Bayi usia 2-6 bulan tetapi menjelaskan prosedur penerapan dengan
tetapi sedang sakit demam,pilek, diare meminta ibu menempelkan handuk kecil
dan batuk, sedang sakit parah seperti yang sudah di beri air hangat serta
sakit kanker dan mendapat pengobatan memberitahu ibu untuk menyusui
anti-Tuberkolosis (TB), pernah bayinya selama 2 menit pada bayi yang
menderita kejang. diberikan kompres hangat dan
Instrumen yang digunakan berupa breastfeeding. Melakukan penerapan
alat dan bahan. Berikut alat yang dengan penilaian nyeri menggunakan
digunakan dalam penelitian: lembar skala FLACC.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 201 9. Penerapan dilakukan mulai


3.1 Penerapan pemberian kompres pukul 08.00 WIB sampai pukul
hangat dan breastfeeding untuk 12.05 WIB sebanyak 10 partisipan.
mengurangi nyeri penyuntikan Penulis mengambil 5 partisipan
imunisasi DPT-HB. yang tidak dilakukan pemberian
Pemberian kompres hangat dan kompres hangat dan breastfeeding
breastfeeding dilaksanakan di BPM serta 5 partisipan yang dilakukan
Diana Yulita, Desa Sawangan, pemberian kompres hangat dan
Kecamatan Alian, Kabupaten breastfeeding.
Kebumen pada tanggal 17 Maret
3.2 Skor nyeri pada bayi yang tidak dilakukan pemberian kompres hangat dan
breastfeeding sebelum penyuntikan imunisasi DPT-HB.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi pada bayi yang tidak dilakukan penerapan.


No Kategori Prosentase
(%)
1. Berat 100

Sumber: Data Primer (2019)

Berdasarkan tabel di atas sebelum penyuntikan imunisasi


dapat disimpulkan semua DPT-HB.
mengalami nyeri berat dengan 3.3 Skor nyeri pada bayi yang
distribusi frekuensi 100% pada bayi dilakukan pemberian kompres
yang tidak dilakukan pemberian hangat dan breastfeeding
kompres hangat dan breastfeeding sebelum penyuntikan imunisasi
DPT-HB.

91
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

Tabel 2. Distribusi Frekuensi pada bayi yang dilakukan penerapan.

No Kategori Prosentase
(%)
1. Ringan 60
2. Sedang 40

Sumber: Data Primer (2019)

Berdasarkan tabel diatas sedang dengan distribusi frekuensi


dapat disimpulkan terdapat tiga 40% pada bayi yang dilakukan
partisipan mengalami nyeri ringan pemberian kompres hangat dan
dengan distribusi frekuensi 60% breastfeeding sebelum dilakukan
dan dua partisipan mengalami nyeri penyuntikan imunisasi DPT-HB.

3.4 Perbandingan skor nyeri pada bayi yang tidak dilakukan dan yang dilakukan
pemberian kompres hangat dan breastfeeding sebelum dilakukan penyuntikan
imunisasi DPT-HB.

Tabel 3. Analisis perbandingan distribusi frekuensi pada bayi yang tidak dilakukan
dan yang dilakukan penerapan.
Kategori Jumlah Prosentase Kategori Jumlah Prosentase
tidak (%) yang (%)
dilakukan dilakukan
penerapan penerapan
Berat 5 100 Ringan 3 60
Sedang 2 40

Sumber: Data Primer (2019)

Kesimpulannya yaitu breastfeeding sebelum


lima partisipan mengalami nyeri penyuntikan imunisasi DPT-HB
berat dengan distribusi frekuensi terdapat tiga partisipan
100% pada bayi yang tidak mengalami nyeri ringan dengan
dilakukan pemberian kompres distribusi frekuensi 60% dan
hangat dan breastfeeding dua partisipan mengalami nyeri
sebelum penyuntikan imunisasi sedang dengan distribusi
DPT-HB sedangkan pada bayi frekuensi 40%.
yang dilakukan pemberian
kompres hangat dan
4. PEMBAHASAN
4.1 Penerapan pemberian kompres berat dengan distribusi frekuensi
hangat dan breastfeeding untuk 100% pada bayi yang tidak
mengurangi nyeri pasca dilakukan pemberian kompres
imunisasi DPT-HB. hangat dan breastfeeding sebelum
Kesimpulan dari kesepuluh penyuntikan imunisasi DPT-HB
responden didapatkan hasil bahwa sedangkan pada bayi yang
lima responden mengalami nyeri dilakukan pemberian kompres

92
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

hangat dan breastfeeding sebelum psikologis, sosial, maupun


penyuntikan imunisasi DPT-HB spiritual. (Hubertin, 2003 dalam
terdapat tiga responden mengalami Purwanti, 2011).
nyeri ringan dengan distribusi Menyusui merupakan suatu
frekuensi 60% dan dua responden jenis intervensi non farmalogi yang
mengalami nyeri sedang dengan terbukti mampu meminimalkan
distribusi frekuensi 40%. nyeri saat dilakukan prosedur pada
Berdasarkan hasil tersebut dapat bayi (Dharma, 2011). Pemberian
diartikan bahwa pemberian ASI mempunyai efek psikologis.
kompres hangat dan breastfeeding Saat menyusui terjadi kontak kulit
sebelum penyuntikan imunisasi ibu dengan kulit bayi yang dapat
DPT-HB dalam mengurangi nyeri memberikan kehangatan pada bayi.
pada bayi yang diberikan imunisasi Interaksi antara ibu dengan bayi
lebih efektif dibandingkan dengan saat menyusui menimbulkan rasa
bayi yang tidak dilakukan aman, nyaman dan hangat bagi
pemberian kompres hangat dan bayi. Perasaan itu mengingatkan
breastfeeding sebelum penyuntikan bayi akan nyamannya berada di
imunisasi DPT-HB. dalam rahim ibu, sehingga bayi
Terapi dengan kompres menikmati kegiatan menyusui
hangat dipercaya secara sederhana (Ibrahim dalam Suradi, Hegar,
dapat mengurangi rasa nyeri pada Partiwi, Marzuki dan Ananta,
seseorang yang mengalami kolik 2010). Pemberian ASI dengan cara
renal dan beberapa penyakit nyeri menyusui dapat mengurangi
kronik lainnya (Judha, Sudarti, & kejadian karies dentis dan
Fauziah, 2012). Pemberian kompres maloklusi.
hangat dapat menimbulkan efek 4.2 Skor nyeri pada bayi yang tidak
hangat serta efek stimulasi kutaneus dilakukan pemberian kompres
berupa sentuhan yang dapat hangat dan breastfeeding
menyebabkan terlepasnya sebelum penyuntikan imunisasi
endorphin, sehingga memblok DPT-HB.
transmisi stimulus nyeri (Runiari & Stimulus nyeri pertama kali
Surinati, 2012). Kompres hangat akan diterima oleh noniseptor
juga akan menghasilkan efek mekanis dan stimulus nyeri akan
fisiologis untuk tubuh yaitu efek diubah menjadi aktivitas listrik
vasodilatasi, peningkatan yang akan dihantarkan oleh serabut
metabolisme sel dan syaraf A delta dan serabut syaraf C
merelaksasikan otot sehingga nyeri melalui syaraf aferen menuju ke
yang dirasa berkurang [12]. Sistem Syaraf Pusat (SSP) [1]. SSP
Dampak fisiologis dari yang menerima impuls nyeri ini
kompres hangat adalah pelunakan adalah cornus dorsalis yang berada
jaringan fibrosa, membuat otot pada medulla spinalis. Cornus
tubuh lebih rileks, menghilangkan dorsalis di anggap sebagai gerbang
rasa nyeri, dan memperlancar aliran nyeri karena didalam cornus
darah (Kompas, 2009). dorsalis terdapat jaras askenden,
Menyusui merupakan apabila jaras askenden aktif atau
proses fisiologis untuk memberikan terbuka maka impuls nyeri akan
nutrisi kepada bayi secara optimal. diterima serta ambang nyeri akan
ASI adalah jenis makanan yang mengalami penurunan sehingga
mencukupi seluruh unsur seseorang dapat merasakan nyeri
kebutuhan bayi baik fisik,

93
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

dan dapat menimbulkan respon melalui syaraf aferen menuju ke


nyeri. Sistem Syaraf Pusat (SSP). SSP
Jumlah skor 1-3 termasuk yang menerima impuls nyeri ini
kategori nyeri ringan, skor 4-6 adalah cornus dorsalis yang berada
termasuk nyeri sedang, skor 7-10 pada medulla spinalis. Cornus
termasuk nyeri berat (Willis, dorsalis di anggap sebagai gerbang
Merkel, Voepel, & Malviya, 2013). nyeri karena didalam cornus
Hasil penelitian skor nyeri pada dorsalis terdapat jaras askenden,
kelima partisipan yang tidak apabila jaras askenden aktif atau
dilakukan pemberian kompres terbuka maka impuls nyeri akan
hangat dan breastfeeding sebelum diterima serta ambang nyeri akan
penyuntikan imunisasi DPT-HB mengalami penurunan sehingga
termasuk dalam kategori nyeri berat seseorang dapat merasakan nyeri
dengan distribusi frekuensi 100%. dan dapat menimbulkan respon
Kelima responden nyeri.
mengalami nyeri berat bisa 4.3 Skor nyeri pada bayi yang
dikarenakan oleh beberapa faktor dilakukan pemberian kompres
yaitu umur dan jenis kelamin hangat dan breastfeeding
merupakan salah satu faktor yang sebelum penyuntikan imunisasi
dapat mempengaruhi nyeri [12]. DPT-HB.
menjelaskan bahwa faktor-faktor Kompres hangat dapat
yang dapat mempengaruhi nyeri mengurangi nyeri dengan
antara lain: (1) Faktor fisiologi, melebarkan pembuluh darah dan
seperti usia, jenis kelamin, meningkatkan aliran darah lokal
kelelahan dan fungsi neurologi. (2) sehingga menurunkan kontraksi
Faktor sosial: perhatian klien, otot polos myometrium dan
pengalaman sebelumnya, dukungan kontraksi pembuluh darah uterus
keluarga dan sosial. (3) Faktor (Bonde, Lintong & Moningka,
spiritual. (4) Faktor psikologi: 2014).
tingkat kecemasan, pola koping. (5) Penelitian Wredayanti
Faktor budaya: makna nyeri, (2017) sebanyak 12 responden pada
budaya. Harkreader, Hogan dan kelompok intervensi dan 12
Thobaben (2011), menjelaskan responden pada kelompok kontrol.
faktor yang mempengaruhi nyeri Kompres hangat yang dilakukan
antara lain: (1) Faktor semasa pada 12 responden kelompok
hidup/ usia. (2) Faktor fisiologis. intervensi sebelum dilakukan
(3) Faktor budaya dan gaya hidup. kompres hangat mengalami nyeri
(4) Faktor religius. (5) Faktor sosial berat sebanyak 7 responden
dan lingkungan. Shechter (2010) (58,8%), dan setelah diberi
menjelaskan bahwa laki-laki kompres hangat mengalami nyeri
memiliki toleransi lebih tinggi sedang sebanyak 4 responden
terhadap nyeri sedangkan (33,3%) dan nyeri ringan sebanyak
perempuan membutuhkan waktu 1 responden (8,3%).
yang lebih lama untuk tenang saat Pemberian ASI mempunyai
imunisasi. Stimulus nyeri pertama efek psikologis yaitu saat menyusui
kali akan diterima oleh noniseptor terjadi kontak kulit ibu dengan kulit
mekanis dan stimulus nyeri akan bayi yang dapat memberikan
diubah menjadi aktivitas listrik kehangatan pada bayi. Interaksi
yang akan dihantarkan oleh serabut antara ibu dengan bayi saat
syaraf A delta dan serabut syaraf C menyusui menimbulkan rasa aman,

94
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

nyaman dan hangat bagi bayi. nyeri ringan dengan distribusi


Perasaan itu mengingatkan bayi frekuensi 60% dan mengalami
akan nyamannya berada di dalam nyeri sedang dengan distribusi
rahim ibu, sehingga bayi menikmati frekuensi 40% dapat terjadi karena
kegiatan menyusui (Ibrahim dalam dilakukan pemberian kompres
Suradi, Hegar, Partiwi, Marzuki hangat dan breastfeeding. Palmer
dan Ananta, 2010). Pemberian ASI (dalam Ibrahim, 2010) menjelaskan
dengan cara menyusui dapat bahwa selama menyusui, bayi yang
mengurangi kejadian karies dentis ada dalam dekapan ibunya akan
dan maloklusi. Beberapa penelitian merasa tenang, nyaman dan aman,
menunjukkan bahwa menyusui tidak hanya karena kehangatan,
bukan hanya memberikan manfaat melainkan juga karena bau yang
seperti tersebut di atas tetapi juga familier (feronom). Ibrahim (2010)
merupakan tata laksana untuk nyeri menjelaskan bahwa kegiatan
yang cukup efektif (Rahayuningsih, menyusui dapat memberikan
2009). kenyamanan kontak (contact
Penelitian lain oleh comfort) kepada bayi karena selama
Rahyuningsih (2012) dengan judul menyusui ada kontak/ sentuhan
Efek Pemberian Asi Terhadap antara ibu dengan bayinya yang
Tingkat Nyeri Bayi Saat dapat menimbulkan rasa nyaman
Penyuntikan Imunisasi Di Kota dan hangat bagi bayi. Perasaan
Depok dari 88 sampel, 44 nyaman dan hangat ini
kelompok intervensi dan 44 mengingatkan bayi akan
kelompok kontrol. Hasil rata-rata nyamannya berada di dalam rahim
tingkat nyeri bayi saat penyuntikan ibu, sehingga bayi menikmati
imunisasi yang diukur baik kegiatan menyusui.
menggunakan skala nyeri FLACC Pengaruh kompres hangat
maupun skala nyeri RIPS sendiri menurut pendapat Arovah
menunjukkan bahwa ada perbedaan (2016) mengatakan bahwa kompres
yang signifikan yaitu rata-rata hangat sering digunakan pada fase
tingkat nyeri pada bayi yang kronis untuk mengurangi nyeri
diberikan ASI lebih rendah yang berhubungan dengan
dibandingkan bayi yang tidak ketegangan otot walaupun dapat
diberikan ASI saat penyuntikan juga dipergunakan untuk mengatasi
imunisasi, hasil pengukuran berbagai jenis nyeri yang lain.
menggunakan skala nyeri FLACC Selain itu kompres hangat juga
terdapat 29 nyeri ringan setelah dapat mengurangi nyeri lewat
diberikan penerapan dan 15 nyeri mekanisme gate control.
berat sebelum dilakukan penerapan.
Kesimpulan penelitian tersebut 5. KESIMPULAN
menyimpulkan bahwa terlihat Setelah penulis melaksanakan
perbedaan signfikan yaitu rata-rata asuhan kebidanan pada bayi usia 2-6
tingkat nyeri pada bayi yang diberi bulan dengan imunisasi DPT-HB di
ASI lebih rendah dibandingkan BPM Diana Yulita, Kecamatan Alian,
yang tidak diberi ASI saat Kabupaten Kebumen, dapat disimpulkan
penyuntikan imunisasi. bahwa:
Bayi yang dilakukan 5.1 Penerapan kombinasi pemberian
pemberian kompres hangat dan kompres hangat dan breastfeeding
breastfeeding sebelum penyuntikan untuk mengurangi nyeri pasca
imunisasi DPT-HB mengalami imunisasi DPT-HB (DPT COMBO)

95
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

di BPM Diana Yulita Desa [9] Kemenkes. (2016). Buku Saku Profil
Sawangan Kecamatan Alian Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kabupaten Kebumen sudah Kementrian Kesehatan RI.
dilaksanakan tanggal 17 Maret [10]Kemenkes. (2010). Gerakan
2019. Akselarasi Imunisasi Nasional.
5.2 Skor nyeri pada bayi yang tidak Jakarta: Kementrian Kesehatan
dilakukan pemberian kompres Republik Indonesia.
hangat dan breastfeeding sebelum [11]Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
penyuntikan imunisasi DPT-HB Penelitian Kesehatan. Jakarta:
yaitu 5 partisipan (100%) Rineka Cipta.
mengalami nyeri dengan kategori [12]Oktarni, R. S. (2015). Panduan
nyeri berat. Lengkap Posyandu untuk Bidan dan
5.3 Skor nyeri pada bayi yang dilakukan Kader Posyandu. Jakarta: Nuha
pemberian kompres hangat dan Medika.
breastfeeding sebelum penyuntikan [12]Potter, & Perry. (2010).
imunisasi DPT-HB yaitu 2 Fundamental Keperawatan. Jakarta:
partisipan (40%) mengalami nyeri EGC.
sedang dan 3 partisipan (60%) [13]Probandari, A. N., Handayani, S., &
mengalami nyeri ringan. Laksono, N. J. (2013). Keterampilan
Imunisasi. Surakarta: Modul Field
REFERENSI Lab.
[14]Reis, & Holubkov. (2009).
[1] Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Vapoocollant Spray Is Equally
Proses Keperawatan. Yogyakarta: Effective as EMLA Cream In
Ar-Ruzz Media. Reducing Immunization Pain In
[2] Astuti, I. T. (2011). Studi Komparasi School-aged Children. Journal Of
Pemberian ASI dan Larutan Gula The American Academy Of Pediatric
Terhadap Respon Nyeri Saat [15]Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Imunisasi Pada Bayi di Puskesmas (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Ngesrep Semarang. Retrieved from
[3]Black, M. J., & Hawks, H. J. (2009). www.litbang.depkes.go.id/sites/...rk
Medical Surgical Nursing: Clinical d2013/Laporan_Riskesdas2013.pdf
Management For Continuity Of [16] Sarimin, D. S. (2012). Efektivitas
Care, 8th ed. Philadephia: B Paket Dukungan Keluarga (PDK)
Saunders Company. Terhadap Respon Perilaku Nyeri
[4] Devi, N. (2012). Gizi Anak Sekolah. Bayi Yang dilakukan Prosedur
Jakarta: Kompas Media Nusantara. Imunisasi di RSUP Prof. dr. r. d.
[5] Dwienda, O., Maita, L., Saputri, E. Kandou Manado.
M., & Yulviana, R. (2014). Buku [17]Situmorang. (2010). Data
Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Penelitian: Menggunakan Program
Bayi/ Balita dan Anak Prasekolah SPSS. Medan: USU.
untuk para Bidan. Yogyakarta: [18]Soedjatmiko. (2009). Cara Praktis
Deepublish. Membentuk Anak Sehat, Tumbuh
[6] Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Kembang Optimal, Kreatif dan
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Cerdas Multipel. Jakarta: Kompas
Salemba Humanika. Medika Nusantara.
[7]Hockenberry, & Wilson. (2009). [19]Sugiyono. (2009). Metode
Buku Ajar Keperawatan Pediatric. Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan
Jakarta: EGC. R & D. Bandung: Alfabeta.
[8] IDAI. (2014). Penilaian Nyeri dan
Sedasi pada Bayi dan Anak.

96
The 10th University Research Colloqium 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong

[20]Sutarman. (2012). Pengantar Nyeri Pada Bayi Setelah Imunisasi


Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Di Puskesmas Lerep Kabupaten
Aksara. Semarang.
[21]Wredayanti, D. (2017). Pengaruh
Kompres Dingin Terhadap Respon

97

You might also like