You are on page 1of 18

Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan

Volume 1 No. 1 Januari 2012 Halaman 47-64

PENGETAHUAN MANAJEMEN TENTANG PEMAHAMAN


PELANGGAN DAN PEGAWAI MENGENAI GREEN PRODUCT
TERHADAP KUALITAS PRODUK YANG DIMODERASI OLEH
AKUNTANSI LINGKUNGAN DAN KINERJA KUALITAS
Joko Susilo

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Email: jokosusilo@uii.ac.id

ABSTRACT

This study intends to explore the effect of the management knowledge acquisition to
customers and employees about environmentally friendly products on product quality. At a
later stage, this study also analyzed whether the quality performance factor and the application
of environmental accounting are moderating the relationship between management knowledge
and product quality. Specific objectives of this study was to establish management's knowledge
for customer understanding about green product will have an effect on product quality, to
determine the distribution of management knowledge to the employees about the
involvement of employees in the manufacturing of green product will have an effect on product
quality, to establish quality performance moderate the relationship of knowledge management
of customer and diistribusi knowledge to employees with quality products, and to establish
environmental accounting reporting moderate the relationship of management knowledge to
customers and knowledge distribution to employees with quality products. This study was
designed in an exploration that examines the acquisition of management knowledge about
customers and employees on product quality, as well as the moderating variable is the quality
of performance and application of environmental accounting. Regression test done to prove
the hypothesis set out in this study. A discovery in this study prove that the acquisition of
management knowledge about customers and employees about green products affect the
quality of environmentally friendly products. Variable quality of performance can also be
proved empirically moderate the relationship. While the application of environmental
accounting is not empirically proven to moderate the relationship of knowledge management
and product quality.

Keywords: green product, knowledge management, customers and employees, product quality

PENDAHULUAN (Almaraz, 1994). Dale dan Cooper (1994)


Dalam dua dekade terakhir ini, pentingnya berpendapat bahwa sejak terjadi perubahan
kualitas nilai manajer dalam suatu organisasi pengelolaan kualitas sebagai aktivitas
secara signifikan meningkatkan kualitas perusahaan yang meluas, maka adalah suatu
produk secara umum (Chen, Ken dan Antony, hal yang mutlak bahwa kualitas nilai
1997). Perspektif yang terkait dengan kualitas pengetahuan manajer terhadap
manajer ini adalah manajer bertanggungjawab lingkungannya adalah berhubungan dengan
dalam kesehariannya dan berfungsi secara kesuksesan dalam kualitas produk. Nilai
kontinyu terhadap program kualitas produk ini pengetahuan manajemen dapat dipengaruhi

47
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

oleh persepsi manajer terhadap pelanggan Akuntansi lingkungan sebagai salah satu
dan pegawainya. Keputusan yang diambil upaya untuk mengetahui komitmen
oleh manajer sangat bergantung kepada perusahaan terhadap permasalahan
pengetahuannya terhadap keinginan keselamatan lingkungan hidup menjadi bagian
pelanggan dan distribusi pengetahuannya yang penting dalam membuktikan komitmen
terhadap pegawai. tersebut. Banyaknya perusahaan industri dan
Kualitas produk, sampai saat ini masih jasa besar dunia yang kini menerapkan
menjadi perhatian penting bagi manajemen akuntansi lingkungan tujuannya adalah
sebagai bagian dari kinerjanya untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan
menciptakan kepercayaan konsumen lingkungan dengan melakukan penilaian
terhadap produk ciptaannya. Definisi umum kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya
dari kualitas dapat diartikan sebagai (environmental costs) dan manfaat atau efek
penghargaan atas kesempurnaan, nilai, (economic benefit). Akuntansi lingkungan
kenyamanan dalam spesifikasinya (Forker, diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk
Shawnee dan Cornelia, 1996), memenuhi menghasilkan penilaian kuantitatif tentang
harapan pelanggan (Chen, Ken dan Antony, biaya dan efek perlindungan lingkungan
1997). Di tahun 1988, Juran menekankan (environmental protection). Selain itu
pentingnya kualitas di setiap tahap siklus penggunaan teknologi informasi juga
pengembangan produk dan sepanjang memungkinkan aliran informasi dari pabrik-
berjalannya rantai nilai perusahaan (Chen, pabrik mereka di seluruh dunia berjalan tanpa
Ken dan Antony, 1997). Deming (1994) penundaan. Hasilnya kesadaraan lingkungan
menjelaskan ada tiga cara untuk di antara para pekerjanya meningkat, upaya
mengembangkan kualitas ; melalui inovasi mengurangi biaya berhasil baik dan ada hasil
desain produk/jasa, melalui inovasi dalam positif penanganan persoalan lingkungan dan
proses, dan melalui peningkatan keberadaan pengurangan dampak negatif lingkungan yang
proses tersebut. didukung pabrik-pabrik dan anak perusahan di
Isu tentang kerusakan lingkungan hidup seluruh dunia.
merupakan topik terhangat di hampir semua Begitu pula dengan kinerja kualitas, Brady,
negara, terkhusus negara yang sedang Henson dan Fava (1999) berargumen bahwa
berkembang. Adalah perusahaan, sebagai kinerja seharusnya meningkat dengan adanya
sebuah organisasi yang dalam kesehariannya isu lingkungan hidup yang dikaitkan dengan
mengeksploitasi sumber daya manusia dan perhatian manajemen terhadap kualitas
sumber daya alam untuk mendatangkan produk. Penelitian yang dilakukan oleh Dunk
keuntungan yang sebesar-besarnya demi (2002) makin menguatkan ini bahwa terdapat
kemakmuran shareholders-nya yang hubungan yang positif antara kualitas produk,
kemudian menjadi aktor utama penyebab akuntansi lingkungan dan kinerja kualitas.
munculnya kerusakan lingkungan hidup. Adalah suatu hal yang penting, manakala
Manajer, sebagai motor penggerak jalannya perusahaan mengembangkan proses dan
perusahaan, menjadi isu sentral dalam sistem yang menghasilkan kualitas produk
keselamatan lingkungan hidup ini. yang unggul pada harga yang kompetitif
Pengetahuan manajemen tentang menuju kepuasan pelanggan. Manajer
keselamatan lingkungan seharusnya dapat menyadari bahwa keinginan dan kebutuhan
terdistribusi dengan baik ke pegawainya, dan pelanggan selalu berubah, sehingga harapan
pengetahuan dia tentang komitmen para pelanggan haruslah dapat dipahami dengan
pelanggannya terkait dengan apakah produk jelas, dan perusahaan secara menyeluruh
yang dihasilkan perusahaan sudah ramah harus memenuhi harapan pelanggan tersebut
terhadap lingkungan (green product), pada (Lee, Jie, dan Li, 2001). Fokus pada
akhirnya jelas akan mempengaruhi kualitas pelanggan ini dapat diwujudkan dengan
produk yang akan diciptakannya. terciptanya komunikasi antara perusahaan

48
Susilo

dengan pelanggan, sehingga perusahaan a. Apakah jika pengetahuan manajemen


dapat mengembangkan kualitas produk tentang pemahaman pelanggan mengenai
didasarkan pada informasi umpan balik yang green product tinggi, akan meningkatkan
diberikan oleh pelanggan. Miller dan Roth kualitas dari produk tersebut?
dalam Chen, Ken dan Antony (1997) b. Apakah jika pengetahuan manajemen
menyatakan bahwa untuk mengembangkan mengenai partisipasi pegawai mengenai
produk seharusnya manajemen melihat ide- green product semakin besar, maka
ide yang diinginkan pelanggan. kualitas produk juga akan meningkat?
Proses penting lainnya terkait dengan c. Apakah kinerja kualitas berpengaruh positif
pengetahuan manajemen adalah transfer terhadap hubungan antara pengetahuan
pengetahuan ke lokasi dimana pengetahuan manajemen tentang pelanggan dan
tersebut dibutuhkan dan dapat diterapkan. pegawainya terhadap kualitas produk?
Sebagaimana pengetahuan tentang d. Apakah tersajinya akuntansi lingkungan
pelanggan di atas, pelibatan pegawai dalam berpengaruh positif terhadap hubungan
pengembangan produk dapat memberikan antara pengetahuan manajemen tentang
kontribusi dalam meningkatkan kualitas pelanggan dan pegawainya terhadap
produk (Lee, Jie, dan Li, 2001). Survey kualitas produk?
terhadap pegawai, umpan balik yang terus
terjadi, interview merupakan cara yang efektif TUJUAN PENELITIAN
untuk meningkatkan kualitas produk. Addison Tujuan penelitian ini adalah;
(2002) menjelaskan bahwa keterlibatan 1. Untuk mengetahui apakah pengetahuan
pegawai berhubungan dengan manajemen terhadap pemahaman
pengembangan kinerja dalam produk baru. pelanggan mengenai green product akan
Dari latar belakang di atas, tujuan utama meningkatkan kualitas produk.
diselenggarakannya penelitian ini adalah 2. Untuk mengetahui apakah pengetahuan
untuk mengetahui hubungan antara manajemen terhadap partisipasi pegawai
pengetahuan manajemen dengan kualitas dalam pembuatan green product akan
produk. Pengetahuan manajemen ini secara berpengaruh terhadap kualitas produk.
khusus akan dikaitkan dengan akuisisi dan 3. Untuk mengetahui apakah kinerja kualitas
distribusi pengetahuan manajemen terhadap berpengaruh positif terhadap hubungan
pelanggan dan pegawainya terkait dengan antara pengetahuan manajemen tentang
pengetahuan manajemen tentang seberapa pelanggan dan pegawainya terhadap
besar pelanggan dan pegawainya respek kualitas produk.
terhadap masalah lingkungan hidup. Dari Untuk mengetahui tersajinya akuntansi
pengetahuannya ini, akan diukur hubungan lingkungan berpengaruh positif terhadap
pengetahuan manajemen tersebut dengan hubungan antara pengetahuan manajemen
kualitas produk. Peneliti juga akan meneliti tentang pelanggan dan pegawainya terhadap
apakah efek moderasi dari kinerja kualitas kualitas produk.
dan akuntansi lingkungan akan
mempengaruhi hubungan antara TINJAUAN PUSTAKA
pengetahuan manajemen dengan kualitas Quality Product. Kualitas secara
produk tersebut. konsisten merupakan daftar prioritas
perusahaan dalam berkompetisi. Kualitas
PERUMUSAN MASALAH merupakan kunci sukses praktik
Berkaitan dengan pendahuluan pengembangan yang mempengaruhi kualitas
sebagaimana yang telah dijelaskan atas, itu sendiri meliputi; dukungan manajemen
maka masalah yang diteliti dalam penelitian puncak dan kebijakan kualitas, pelatihan
ini adalah; karyawan, hubungan antar karyawan,
pengelolaan desain produk dan proses,

49
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

pengelolaan kualitas pemasok, pengelolaan 6. Serviceability; seberapa cepat, seberapa


prosedur operasi dan prosesnya, peran mudah, klaim dan cacat dapat segera
departemen mutu, dan pengoptimalan diperbaiki.
kegunaan data kualitas tersebut (Forker, 7. Aesthetics; bagaimana produk tersebut
Shawnee dan Cornelia, 1996). dikaitkan dengan lima panca indra
Garvin (1986) mengidentifikasi setidaknya pelanggan.
ada lima definisi terpisah dari kualitas (Forker, 8. Perceived quality; reputasi, image, dan
Shawnee dan Cornelia, 1996). Dua definisi referensi lain terhadap produk.
awal adalah kognitif, didasarkan pada Kualitas produk menjadi pertanyaan
persepsi individu yang menilai kualitas produk strategis untuk bisnis, pengaturan
atau jasa. Sedang tiga definisi sisanya pengembangan produk dan desain proses
berputar pada masalah operasional dan serta arahan untuk pilihan fitur atau pilihan
perbandingan dengan produk organisasi lain. untuk produk (Forker, Shawnee dan Cornelia,
Nilai definisi yang didasarkan pada persepsi 1996). Forker, Shawnee dan Cornelia (1996)
kualitas dilihat dari persepsi teori kegunaan memandang untuk mengukur kualitas juga
(utility theory) dan didefinisikan sebagai biaya diperlukan determinan dari pasar perusahaan
dan harga (Almaraz, 1994). Determinan dari serta kinerja keuangan. Untuk itu dia
nilai ini adalah adalah penilaian subyektif dari menawarkan menawarkan variabel baru dari
pelanggan. Deming (1986) menjelaskan tiga kualitas yang merevisi Garvin dengan delapan
pengertian kualitas dari sisi operasional variabel juga yakni;
pengelolaan; 1. Quality (conformance to specification):
1. User-based definition. Kualitas diukur kemampuan untuk membuat produk yang
dengan persentase dimana kebutuhan dan karakteristik operasionalnya memenuhi
keinginan pelanggan terpuaskan. standar kinerja yang ditetapkan.
2. Product-based definitioin. Kualitas 2. Product reliability; kemampuan untuk
mengacu pada jumlah atribut yang memaksimalkan waktu untuk memperbaiki
diinginkan berada di produk tersebut, kegagalan dan malfungsi.
3. Manufacturing-based definition. Kualitas 3. Product durability: kemampuan untuk
diukur oleh persentase produk cacat atau memaksimumkan waktu untuk
pekerjaan ulang dalam proses produksi. penggantian.
Dengan banyaknya variasi dari kualitas ini, 4. Design quality (design innovation):
tidaklah mengherankan kalau riset mengenai kemampuan untuk menghasilkan produk
kualitas produk itu sendiri menjadi beragam. dengan kapabilitas, fitur, gaya dan atau
Selanjutnya, Garvin (1986) mengukur karakteristik operasional yang melebihi
kualitas dalam delapan dimensi meliputi: produk pesaing atau yang tidak dijumpai di
1. Performance: karakteristik operasional produk pesaing.
produk utama. 5. Product improvement: kemampuan untuk
2. Features: atribut yang melengkapi mengembangkan lebih jauh dan
karakteristik operasional produk utama. memperbaiki produk yang ada.
3. Reliability: kemungkinan produk itu selesai 6. Brand image: kemampuan untuk
tepat pada waktunya. menciptakan imej yang positif atau
4. Conformance: keluasan sampai dimana memuaskan dalam ingatan pelanggan
desain produk dan karakteristik ketika mereka mendengar nama merk
pengopeprasian sesuai dengan standar tersebut.
yang telah ditetapkan. 7. Company reputation: kemampuan untuk
5. Durability; jangka waktu penggunaan menciptakan imej positif atau memuaskan
produk yang dikeluarkan untuk konsumen dalam ingatan pelanggan ketika mereka
sebelum produk dilepas ke pasar. mendengar nama perusahaan tersebut.

50
Susilo

8. Costumer service: kemampuan untuk implementasi dari kualitas akan memunculkan


melayani pelanggan purna jual atau untuk strategi yang saling berkompetisi. Baik itu di
menjamin kepuasan pelanggan. level unit, unit kerja, ataupun tim, masing-
Seiring dengan pemahaman bahwa masing berusaha untuk memenuhi standar
kualitas produk berkontribusi terhadap kualitas tersebut. Dari manajer puncak terus
pengembangan peningkatan persaingan, didistribusikan ke tingkat bawah, resistensi
maka desain dan pembuatan produk harulah perubahan kualitas ini merupakan cerminan
memenuhi kebutuhan pelanggan dan harus dari kesuksesan.
bisa meningkatan kinerja kualitas (Flynn, Dale dan Cooper (1994) berpendapat
Schroeder dan Sakakibara, 1994). bahwa sejak terjadi perubahan pengelolaan
kualitas sebagai aktivitas perusahaan yang
Produk Ramah Lingkungan atau Produk meluas, maka adalah suatu hal yang mutlak
Hijau. Istilah produk hijau menggambarkan bahwa kualitas nilai pengetahuan manajer
usaha organisasi di dalam mendesain, terhadap lingkungannya adalah berhubungan
mempromosikan, menawarkan dan dengan kesuksesan dalam kualitas produk.
mendistribusikan produk yang ramah Nilai pengetahuan manajemen dapat
terhadap lingkungan. Dalam usahanya ini, dipengaruhi oleh persepsi manajer terhadap
perusahaan berusaha untuk mengembangkan pelanggan dan pegawainya. Keputusan yang
produknya dari bahan baku yang ramah diambil oleh manajer sangat bergantung
lingkungan, mensosialisasikan kepada publik kepada pengetahuannya terhadap keinginan
akan kepedulian produk perusahaan terhadap pelanggan dan distribusi pengetahuannya
keselamatan lingkungan, menawarkan harga terhadap pegawai. Pengetahuan manajemen
untuk produk hijaunya yang menyeimbangkan terbagi menjadi dua; akuisisi pengetahuan
pengorbanan pelanggan untuk tetap dan distribusi pengetahuan. Akusisi
mengkonsumsi produk yang ramah pengetahuan adalah proses awal dalam
lingkungan, mengurangi polusi dan menjaga menciptakan nilai pengetahuan manajemen.
produk sampai ke pasar. Untuk memenuhi Akuisisi pengetahuan manajemen ini
usaha-usaha di atas, perusahaan seringkali diperoleh dari persepsi manajer terhadap
fokus pada tiga aktivitas; reusing, recycling keinginan dan kebutuhan pelanggan.
dan reducing (Grove et al., 1996). Reusing Kepuasan pelanggan adalah pengetahuan
dikaitkan dengan usaha perusahaan untuk penting yang dapat mempengaruhi kualitas
mendesain produk yang dapat digunakan produk perusahaan (Waller dan Sanjay,
kembali (refillable containers), Recycling 1996). Akuisisi pengetahuan ini diperoleh
materials adalah usaha perusahaan untuk manajer terkait dengan pengetahuannya
menggunakan bahan baku dari produk daur terhadap keinginan pelanggan, dan ini terjadi
ulang, dan Reducing resource usage adalah di awal proses. Untuk itu, pengetahuan
usaha perusahaan untuk menggunakan manajemen terhadap keinginan pelanggan
energi yang ramah lingkungan dan sangat mempengaruhi kebijakannya dalam
menggunakannya sampai batasan yang meningkatkan kualitas produk.
paling hemat. Tiga usaha di atas biasanya Distribusi pengetahuan adalah proses akhir
dikenal dengan “3 R’s formula for dalam pengetahuan manajemen. Distribusi
environmental management (Grove et al., pengetahuan manajemen yang dilakukan di
1996). proses akhir merupakan transformasi
pengetahuan manajemen terhadap tim
Pengetahuan Manajemen. Implementasi kerjanya atau pegawai di bawahnya. Distribusi
dari program kualitas seringkali membawa pengetahuan manajemen terhadap
perubahan dalam suatu organisasi (Grove et pegawainya ini pada akhirnya akan berimbas
al., 1996). Adanya perubahan dapat dipelajari pula terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
di berbagai level. Dalam tingkatan organisasi, Tabel untuk menjelaskan hubungan antar

51
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

variabel dalam penelitian ini sebagai berikut.

Kinerja Kualitas

Tingkat Pengetahuan
Manajemen thd Pelanggan
H1 H3
Kualitas Produk Ramah
Lingkungan
H2 H4
Distribusi Pengetahuan
Manajemen thd Pegawai

Akuntansi Lingkungan

Gambar 1. Skema Variabel yang Diteliti

Pengaruh Tingkat Pengetahuan keduanya, partisipasi yang efektif antara


Manajemen Tentang Keinginan Pelanggan. fungsi pemasaran dan fungsi riset
Salah satu upaya untuk menentukan pengembangan akan mengurangi
seberapa baik kualitas produk suatu pengambilan keputusan yang tidak pasti dan
perusahaan adalah dengan mendengarkan meningkatkan kualitas produk. Oleh karena
keinginan pelanggan. Menjadikan nilai itu, setiap aktivitas dalam rangka
kepuasan pelanggan menjadi fokus utama meningkatkan kualitas produk, maka fokus
perhatian perusahaan adalah merupakan kepada pelanggan adalah satu variabel yang
keunggulan kompetitif bagi perusahaan harus diperhatikan.
tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan akan Kirkpatrick (1990) dalam Grove et al.
keinginan pelanggan haruslah menjadi fokus (1996) menjelaskan perhatian terhadap
perhatian manajemen di dalam upayanya permasalahan produk yang ramah lingkungan
untuk meningkatkan kualitas produk (Lee, Jie, merupakan isu bisnis terbesar di tahun
dan Li, 2001). Manajer yang baik adalah 1990an. Konsumen yang mengerti betul
manajer yang menyadari bahwa keinginan permasalahan green product ini dikenal
dan kebutuhan pelanggan adalah dengan "green orientation". Dikarenakan
berkembang, dan harapan pelanggan tersebut faktor ini, tidaklah mengherankan jika banyak
haruslah dapat dipahami dengan baik, dan perusahaan mencoba untuk mengakomodasi
secara global perusahaan harus dapat keinginan pelanggan ini dengan
memenuhi harapan pelanggan tersebut. menempatkan informasi bahwa produk yang
Fokus kepada pelanggan mengharuskan diciptakannya adalah produk yang ramah
perusahaan membangun hubungan lingkungan. Adanya arahan fokus dari
komunikasi dengan pelanggannya dan secara pelanggan mengenai green product ini secara
konstan mencari informasi mengenai produk khusus memicu manajer untuk aktif di dalam
mereka sehingga mereka dapat memahami kebutuhan pelanggan. Produk
mengembangkan kualitas produknya sesuai yang ramah lingkungan haruslah dapat
dengan informasi umpan balik yang diberikan dipenuhi mulai dari input materialnya, proses
oleh pelanggan. Moenaert dan Souder (1990) produksi yang sehat serta keluaran yang
membuktikan bahwa kesuksesan terbebas dari masalah kesehatan lingkungan.
pengembangan produk adalah merupakan Semakin tinggi pengetahuan manajemen
tingkat kesuksesan transfer informasi dan akan keinginan pelanggan ini, maka akan
berbagi informasi antara fungsi pemasaran semakin baik kualitas produk yang
dan fungsi riset pengembangan. Menurut diproduksinya. Dari pengertian di atas, maka

52
Susilo

dapatlah dibuat suatu hipotesis ; kualitas kinerja dan kualitas produk. Nalini dan
Bonnie (2004) menjelaskan bahwa setidaknya
H1 : Semakin tinggi tingkat pengetahuan ada empat faktor kunci dalam memotivasi
manajemen terhadap pemahaman pegawai untuk peningkatan kinerja yakni ;
pelanggan tentang green product maka komitmen manajemen, pemberdayaan
semakin tinggi kualitas produk yang pegawai, penghargaan, umpan balik dan
dihasilkan review. Proses distribusi pengetahuan
manajemen tentang penciptaan green product
Pengaruh Distribusi Pengetahuan kepada para pegawainya sangat
Manajemen Terhadap Pegawai Mengenai berhubungan dengan environmental
Green product. Banyak penelitian management system (EMS). Salah satu
membuktikan bahwa adanya interaksi dari bahasan terkait dengan EMS ini adalah
pengetahuan yang berbeda akan program kepada pegawai (Nalini dan Bonnie,
menghasilkan pengetahuan yang dapat 2004). EMS ini menyediakan format yang
diterima semua. Begitu pula dalam suatu memudahkan manajemen di dalam
perusahaan, kerjasama tim sangat mengendalikan dampak lingkungan
berpengaruh dalam kesuksesan perusahaan perusahaan (Barnes, 1996). Dengan EMS ini,
tersebut. Jones, White dan Uyanik (1999) manajemen dengan jelas menetapkan
menegaskan koordinasi interaksi tatap muka komitmennya terhadap pengembangan
antar anggota tim pengembangan produk lingkungan. Program yang terstruktur dengan
dapat menciptakan improvisasi produk dan formal menyediakan tahap untuk
sharing pengetahuan secara langsung. Hal ini meningkatkan perhatian pegawai terhadap isu
menyebabkan faktor adanya transformasi lingkungan hidup dan signifikansinya terhadap
pengetahuan menjadi hal penting dalam perusahaan (Barnes, 1996). Struktur yang
kesuksesan bekerja. Lee, Jie, dan Li (2001) ada di EMS menyediakan tujuan untuk
menyatakan bahwa proses penting dalam pengembangan lingkungan (Nalini dan
pengetahuan manajemen dalam suatu Bonnie, 2004). Tidak jelasnya tujuan tersebut
organisasi adalah transfer pengetahuan akan mengakibatkan ketidakefisienan dalam
kemana dan dimana pengetahuan tersebut antuisme mereka terhadap tanggung jawab
diperlukan. Nalini dan Bonnie (2004) tersebut atau keterlibatan mereka di
menegaskan bahwa setiap kesuksesan dalamnya. Sehingga dari sini, komunikasi
program manajemen tergantung dari respon pengetahuan manajemen dalam pencapaian
yang diberikan pegawainya terhadap program tujuan ini menjadi penting di dalam
manajemen. Begitu juga sebagaimana yang memotivasi pegawainya untuk beraktivitas.
didiskusikan dalam pembahasan pelanggan di Pemberdayaan pegawai adalah
atas, mengikutsertakan pegawai dalam memberikan kepercayaan kepada pegawai
proyek pengembangan produk baru dapat baik itu kemampuan dan tanggung jawab
memberikan kontribusi terhadap kualitas untuk secara aktif beraktivitas,
produk (Lee, Jie, dan Li, 2001). Survey ke mengidentifikasi masalah dalam lingkungan
pegawai, umpan balik yang terus hidup yang mempengaruhi kualitas atau jasa
berkesinambungan, serta wawancara pelanggan serta memenuhi kebutuhan
merupakan cara yang efektif di dalam mereka. Pegawai yang tidak atau sedikit
mengembangkan kualitas produk. dilibatkan pemberdayaannya maka
Mengikutsertakan pegawai menurut Addison komitmennya akan berkurang terhadap
(2000) berhubungan dengan peningkatan pengembangan dibanding dengan pegawai
kinerja dari produk baru. yang diberdayakan (Argyris, 1998). Inisiatif
Salah satu transfer pengetahuan manajemen tidak akan berarti jika tanpa ada
manajemen terhadap pegawai adalah keterlibatan pegawai di dalamnya. Sistem
memotivasi pegawai untuk peningkatan penghargaan yang didesain dengan baik

53
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

dapat juga membantu mendorong pegawai kinerja dapat menguntungkan dalam hal
untuk mewujudkan praktik yang ramah penambahan isu lingkungan (green product)
lingkungan dengan efektif (Nalini dan Bonnie, ke dalam perhatian perusahaan untuk kualitas
2004). Penghargaan dapat merupakan produk. Kinerja ini dipengaruhi oleh adanya
pemotivasian yang terus menerus dan dapat komitmen dari manajemen baik yang
meningkatkan komitmen pegawai terhadap berhubungan dengan pelanggannya ataupun
tanggung jawab lingkungan. Penghargaan ini pegawainya. Oleh karena itu, kinerja kualitas
dapat diimplementasikan dalam berbagai cara mempengaruhi hubungan antara akuisisi
seperti insentif uang atau penghargaan atas pengetahuan manajemen terhadap pelanggan
keterlibatan mereka dalam aktivitas ramah serta distribusi pengetahuan manajemen
lingkungan. Cara pemberian penghargaan ini terhadap pegawainya dengan kualitas produk.
tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan Dari sini, hipotesis yang dapat dibangun
pegawainya. adalah;
Dalam rangka pencapaian tujuan jangka
panjang, sebagian besar program manajemen H3: Kinerja kualitas berpengaruh positif
membutuhkan seperangkat informasi terkait terhadap hubungan antara pengetahuan
dengan review dan umpan balik pegawainya. manajemen tentang pemahaman
Review dan umpan balik ini dapat berupa pelanggan dan pegawainya dan kualitas
pengawasan kinerja lingkungan, audit produk.
lingkungan dan tindakan perbaikan. Dari
keempat faktor transfer pengetahuan Akuntansi Lingkungan. Beberapa
manajemen tersebut maka hipotesis yang pendapat mengkaitkan pengertian akuntansi
dapat disusun adalah ; lingkungan dengan istilah green accounting.
Namun, jika pengertian akuntansi lingkungan
H2: Semakin tinggi pengetahuan dikaitkan dengan green accounting,
manajemen mengenai partisipasi penjelasannya akan lebih rumit karena
pegawai tentang green product, maka pengertian green accounting itu sendiri
semakin tinggi pula kualitas produk yang sampai saat ini belum dapat disepakati. Hal ini
dihasilkan. dipengaruhi oleh perdebatan apakah
akuntansi itu adalah bebas nilai atau tidak
Kinerja Kualitas. Kualitas adalah hal yang bebas nilai. Bagi yang mengakui bahwa
selalu disebutkan sebagai salah satu prioritas akuntansi adalah bebas nilai, maka
persaingan perusahaan dan menjadi hal yang pengertian green accounting menjadi semakin
dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan sulit didefinisikan. Akan lebih mudah jika
dalam pasar global. Unsur kualitas yang mengakui bahwa akuntansi adalah tidak
merupakan kunci proses praktik-praktik bebas nilai dimana keberadaan akuntansi itu
pengembangan kualitas adalah dukungan dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
kebijakan kualitas manajemen puncak, mengelilinginya, maka pengertian mengenai
pelatihan pegawai, hubungan antar pegawai, green accounting akan menjadi lebih mudah
manajemen produk dan desain proses, dipahami.
manajemen kualitas pemasok, manajemen Sejak memahami akuntansi sebagai
dari prosedur pemrosesan dan bagian dari fungsi service baik sosial,
pengoperasionalan (Forker, Shawnee dan budaya, ekonomi bahkan politik, maka banyak
Cornelia, 1996). faktor mempengaruhi akuntansi itu sendiri.
Pengakuan faktor-faktor lingkungan dan Sementara itu, Belkoui (1998) menjelaskan
pelaporan biaya lingkungan berpotensi untuk bahwa budaya merupakan faktor utama yang
meningkatkan kinerja kualitas (Dunk, 2002). mempengaruhi perkembangan struktur bisnis
Hal ini konsisten dengan yang dikemukakan dan lingkungan social, yang pada akhirnya
Brady, Henson dan Fava (1999) bahwa akan mempengaruhi akuntansi. Akuntansi

54
Susilo

lingkungan (environmental accounting) Item-item pengungkapan lingkungan,


kerapkali dikelompokkan dalam wacana antara lain, meliputi:
akuntansi sosial. Hal ini terjadi karena kedua 1. Pengungkapan kebijakan lingkungan
diskursus tersebut memiliki tujuan yang sama, 2. Sertifikasi lingkungan (misal ISOO 14000
yaitu menginternalisasi eksternalitas series)
(eksternalitas lingkungan sosial dan 3. Rating lingkungan
lingkungan ekologis), baik positif maupun 4. Energi yang dipergunakan dalam operasi
negatif, ke dalam laporan keuangan perusahaan
perusahaan. Serupa dengan akuntansi sosial, 5. Pencegahan/pengurangan polusi
akuntansi lingkungan juga menemui kesulitan 6. Dukungan pada konservasi satwa
dalam pengukuran nilai cost and benefit 7. Dukungan pada konservasi lingkungan
eksternalitas yang muncul dari proses industri. 8. Regulation compliance
Bukan hal yang mudah untuk mengukur Perusahaan seharusnya merespon fakta-
kerugian yang diterima masyarakat sekitar fakta yang ada pada keinginan pelanggan
dan lingkungan ekologis yang ditimbulkan dengan cara mendesain ulang produk-
polusi udara, limbah cair, kebocoran tabung produknya sehingga bisa mengurangi dampak
amoniak, kebocoran tabung nuklir atau negative terhadap lingkungannya. Dalam
eksternalitas lain. menjawab permasalahan ini, pembuat
Fokus kajian para peneliti akuntansi di kebijakan membuat aturan yang terkait
bidang ini terletak pada pengungkapan dengan program lingkungan hidup termasuk
lingkungan ekologis (environmental melaporkan kos yang terkait dengan
disclosure). Tidak berbeda dengan akuntansi permasalahan lingkungan oleh perusahaan.
sosial, pengungkapan dilakukan sebagai Gamble, Jackson, dan Tollerson (1996)
alternatif internalisasi eksternalitas. menegaskan dengan pentingnya masalah
Pengungkapan umumnya dilakukan dalam lingkungan ini, laporan terkait dengan biaya
tiga bentuk: kuantitatif-finansial, kuantitatif lingkungan yang tepat harus dilakukan.
non-finansial dan kualitatif-deskriptif. Bentuk Sebagian akademisi berupaya meneliti
kuantitatif-finansial berkaitan dengan wacana ini dalam frame teori akuntansi positif
pelaporan aktivitas yang terkait dengan dengan cara mencari kaitan antara indikator-
lingkungan dalam nilai nominal uang. indokator lingkungan dengan indikator-
Pengungkapan yang bersifat kuantitatif non- indikator finansial. Hipotesis yang mereka
finansial berkaitan dengan indikator-indikator ajukan: semakin baik kinerja lingkungan akan
teknis, seperti ppm (part per mile), desibel mempengaruhi secara positif kinerja bisnis
suara, kwh listrik dan energi lain yang (keuangan) perusahaan.
digunakan dalam operasi, dan indikator teknis Laporan keuangan akuntansi merupakan
lain. Bentuk kualitatif-deskriptif merupakan media komunikasi formal yang sangat
pemaparan manajemen secara naratif atas signifikan untuk melaporkan kinerja
kebijakan, rencana kerja, komitmen, transaksi perusahaan kepada pihak eksternal. Pihak
atau kejadian yang terkait dengan masalah eksternal akan mengevaluasi penggunaan
lingkungan. sumber daya yang terbatas dan pihak internal
Saat ini tidak ada standar yang baku perusahaan dapat menggunakan laporan
mengenai item-item pengungkapan keuangan tersebut untuk perencanaan
lingkungan. Namun, beberapa institusi telah operasional dan memonitor hasil dari
mengeluarkan rekomendasi pengungkapan pelaksanaan operasional tersebut.
lingkungan, antara lain Dewan Ekonomi dan Pendekatan akuntansi tradisional
Sosial-Perserikatan Bangsa-Bangsa menghasilkan informasi yang parsial karena
(ECOSOC-PBB), Ernst and Ernst, Institute of tidak mengikutsertakan transaksi yang non-
Chartered Accountant in England and Wales priced dan penggunaan sumber daya alam
(ICAEW) dan Global Reporting Initiative (GRI). yang penting bagi kelangsungan

55
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

kesejahteraan hidup manusia (Gamini; 2005). yang diberikan kepada responden-responden


Akuntansi lingkungan muncul untuk menjawab dan wawancara.
kekurangan akuntansi tradisional ini. Pengumpulan data kuisioner dilakukan
Sehingga dengan pendekatan akuntansi dilakukan selama kurang lebih dua bulan
lingkungan ini, pihak eksternal akan terhitung mulai minggu kedua bulan April
mengetahui praktik-praktik operasional sampai dengan minggu kedua bulan Juni
perusahaan termasuk kualitas produk yang 2008. Kuisioner dikirim dengan mendatangi
dihasilkan. Didasarkan pada review literatur baik secara langsung kepada responden-
ada empat faktor yang bisa meningkatkan responden yang dituju dengan tujuan agar
kinerja lingkungan yang nantinya akan lebih efektif dan memperbesar tingkat
dilaporkan pihak eksternal; komitmen pengembalian kuisioner.
manajemen, pemberdayaan pegawai, Dari 110 kuisioner yang dikirimkan,
penghargaan, review dan umpan balik yang sebanyak 98 kuisoner (89%) diterima kembali.
jelas. Kinerja lingkungan yang dimaksud di Dari 98 kuisioner yang diterima tersebut,
sini adalah; produk ramah lingkungan, sebanyak 2 kuisioner tidak diisi secara
peningkatan kepuasan pelanggan, lengkap sehingga tidak dapat diolah kembali.
peningkatan kualitas produk (Govindarajulu Jadi jumlah data yang bisa diolah sebesar 96
dan Bonnie; 2004). kuisioner (98%) dari total kuisioner. Tabel 1
Dikaitkan dengan nilai pengetahuan berikut ini menjelaskan secara rinci jumlah
manajemen, maka informasi akuntansi kuisioner dan tingkat pengembaliannya.
lingkungan ini jelas akan mempengaruhi
hubungannya dengan kualitas produk. Tabel 1. Ringkasan Pengiriman dan
Semakin jelas pengetahuan yang dimiliki Pengembalian Kuisioner
manajemen dikarenakan informasi akuntansi Total kuesioner yang dikirimkan 110
lingkungan ini maka akuisisi pengetahuan Total kuesioner yang kembali 98
manajemen tentang pelanggannya dan Total kuesioner yang tidak kembali 12
Total kuesioner yang pengisiannya 2
distribusi pengetahuan manajemen kepada
tidak lengkap
pegawainya tentang green product maka
Persentase tingkat pengembalian 89%
peningkatan kualitas produk jelas akan lebih
Total kuesioner yang dapat diolah 96
mudah dilakukan. Oleh karena itu, hipotesis Persentase tingkat pengembalian yang 98%
yang diajukan adalah; valid

H4: Keberadaan akuntansi lingkungan Hasil Pengujian Statistik. Pengujian


berpengaruh positif terhadap hubungan validitas dilakukan untuk mengukur kualitas
antara pengetahuan manajemen kuisioner. Dalam penelitian ini, pengujian
tentang pemahaman pelanggan dan validitas menggunakan analisis item yaitu
pegawainya dan kualitas produk. mengkorelasikan skor setiap item pernyataan
dengan skor faktor (hasil penjumlahan seluruh
METODE PENELITIAN skor item pernyataan). Teknik korelasinya
Populasi dan Sampel Penelitian. Data memakai Pearson Correlation.
dalam penelitian ini dikumpulkan melalui dua Dari hasil uji validitas untuk kelima variabel
cara. Cara pertama adalah adalah mencakup; Pengetahuan Manajemen tentang
mengumpulkan data sekunder dari Pemahaman Pelanggan, Pengetahuan
perpustakaan seperti telaah literatur dari Manajemen tentang Pegawai, Kualitas
berbagai buku, jurnal dan beberapa referensi Produk, Kinerja Kualitas, Akuntansi
lainnya. Cara kedua adalah mengumpulkan Lingkungan dapat diketahui bahwa semua
data primer yaitu data tentang pengetahuan item pernyataan adalah valid dengan tingkat
manajemen yang diperoleh melalui kuisioner keyakinan 99% atau signifikansi 1%.

56
Susilo

Tabel 2. Ringkasan Uji Reliabilitas Instrumen


Variabel Cronbach Alpha
Pengetahuan manajemen tentang pemahaman pelanggan 0,844
Distribusi pengetahuan manajemen tentang pegawai 0,793
Kualitas Produk 0,697
Kinerja Kualitas 0,776
Akuntansi Lingkungan 0,914

Karena semua item pernyataan valid, maka heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan oleh
semua item tersebut dapat diikutkan dalam pola diagram pencar residual yang menyebar
pengujian reliabilitas. dan tidak membentuk pola tertentu. Data
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk regresi terbebas dari heteroskedastisitas,
mengetahui sejauh mana alat ukur tersebut sehingga hasil uji menunjukkan bahwa
memberikan hasil yang konsisten atau akurasi hasil prediksi tidak meragukan. Uji
dengan kata lain reliabilitas digunakan untuk heteroskedastisitas berikutnya adalah dengan
menguji kestabilan skala (internal memasukkan dua moderating yakni variable
consistency). Reliabilitas instrumen dilihat dari product performance (PERFQ) dan
Cronbach Alpha masing-masing instrumen environment accounting (ACCENV). Hasil uji
dalam kedua definisi operasional. Instrumen masih menunjukkan bahwa data belum
dikatakan reliabel jika memiliki nilai Cronbach terbebas dari heteroskedastisitas. Diagram
Alpha lebih besar dari 0,6. Hasil pengujian pencar yang terbentuk lebih jelas membentuk
reliabilitas instrumen dapat dilihat dalam tabel pola tertentu. Hasil uji asumsi multikol pada
2. output coeficient menunjukkan nilai VIF
Dari hasil uji reliabilitas (tabel 2), maka sebesar 1,096 pada variabel pelanggan dan
dapat disimpulkan bahwa semua variable pegawai, sedangkan nilai tolerance nya juga
yang diuji adalah reliable karena cronbach menunjukkan nilai sama yakni 0,912. Karena
alpha-nya di atas nilai 0,6 semua. nilai VIF dan Tolerancenya mendekati 1,
Uji asumsi klasik adalah persyaratan berarti dapat dimaknai bahwa model regresi
statistik yang harus dipenuhi pada analisis tidak terdeteksi multikolinearitas. Hasil Uji
regresi linear berganda yang berbasis otokorelasi pada model regresi dengan hanya
ordinary least square (OLS). Jadi analisis dua variabel independent adalah menunjuk
regresi yang tidak berdasarkan OLS tidak angka D-W 2,188 > du 1,71, maka model
memerlukan persyaratan asumsi klasik, regresi ini tidak ada otokorelasi. Sehingga
misalnya regresi logistik atau regresi ordinal. model tidak menunjukkan adanya bias interval
Kerangka penelitian yang digunakan dalam kepercayaan dan ketidaktepatan penerapan
riset ini menggunakan dua variable bebas (IV) uji F dan t. Sedangkan hasil Uji otokorelasi
dan satu variable terikat (DV) pula pada model regresi dengan dua variabel
memasukkan dua moderating variable (MV), independent dan dua Moderating variabel
sehingga regresi analisis yang tepat menunjuk angka D-W 2,137 > du 1,75, maka
digunakan adalah regresi linier berganda. model regresi dengan 2 IV dan 2 MV
Oleh karenanya analisis regresi ini harus menunjukkan tidak ada otokorelasi. Model
memenuhi persyaratan uji asumsi klasik tidak menunjukkan adanya bias interval
multikolinearitas, yakni untuk meyakinkan kepercayaan dan ketidaktepatan penerapan
bahwa tidak ada hubungan korelasi yang kuat uji F dan t.
diantara kedua IV dan MV. Hasil uji data awal, Hasil uji linearitas atas pelanggan dengan
pada saat regressi dengan menggunakan dua kualitas produk terbukti bahwa hubungan
variable independent berupa Pelanggan dan antara Pelanggan (tingkat pemahaman
Pegawai, maka uji heteroskedastisitasnya manajemen mengenai pelanggan) dengan
menunjukkan bahwa regresi ini terbebas dari kualitas produk menghasilkan nilai F = 4,849,

57
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

dengan nilai P = 0,000, dengan demikian persamaan umumnya akan berubah menjadi
p<0,05 pada deviation from linearity. Belum sebagai berikut:
dapat dibuktikan bahwa pada taraf
kepercayaan 95% tidak terjadi penyimpangan Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X1 X2
signifikan terhadap linearitas. Makna (apabila ada satu IV dan satu MV), atau
selanjutnya bahwa data belum memenuhi
asumsi klasik linearitas sebagai prasyarat Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X1 X2
analisis regresi linear. Hasil uji linearitas atas + b5 X1 X3 + b6 X2 X3 + bb X1 X2 X3
pegawai dengan kualitas produk terbukti ( apabila ada dua IV dan satu MV)
bahwa hubungan antara Pegawai
(pemahaman manajemen mengenai Hipotesis diterima jika X1 X2 X3 signifikan,
pengetahuan pegawai) dengan kualitas tetapi hampir pasti model ini menyalahi
produk menghasilkan nilai F = 2,079, dengan asumsi multikolinearitas.
nilai P = 0,054, dengan demikian p > 0,05
pada deviation from linearity. Sehingga dapat Tabel 3. Regresi Linier Berganda dua IV ( PEL--
dibuktikan bahwa pada taraf kepercayaan PEG) terhadap Kualitas Produk (PRODQ)
95% tidak terjadi penyimpangan signifikan Model Summary
terhadap linearitas. Makna selanjutnya dapat Std. Error
R Adjusted
Model R of the
disimpulkan bahwa data memenuhi asumsi Square R Square
Estimate
klasik linearitas sebagai prasyarat analisis
1 .609(a) .371 .358 .56460
regresi linear
a Predictors: (Constant), RPEG, RPEL
Uji Regression Analysis. Dalam
penelitian ini, model penelitian yang
Untuk mengetahui seberapa besar
digunakan menggunakan dua variabel bebas
pengaruh variabel bebas terhadap variabal
yakni PEL dan PEG, dan dua moderating
terikat, maka dilihat dari nilai koefisien
variabel. Sehingga model regresi yang tepat
determinasinya yakni dilihat nilai Adjusted R
digunakan untuk mengolah data adalah
Square. Hasil olah regresi linier berganda
menggunakan model regresi dengan residual
menunjukkan bahwa Adjusted R Squarenya
lack of fit. Dalam model ini hipotesis
sebesar 0,358, menunjukkan bahwa 35,8%
moderating akan diterima terjadi, jika terdapat
variasi kualitas produk ramah lingkungan
ketidakcocokan dari deviasi hubungan linear
dipengaruhi oleh variable tingkat pengetahuan
antara variabel independen. Hipotesis
manajemen mengenai pelanggan (PEL) serta
moderating diterima jika nilai t hitung adalah
distribusi pengetahuan manajemen terhadap
negatif dan signifikan. Model ini terbebas dari
pegawainya (PEG), dan sisanya disebabkan
gangguan multikolinearitas karena hanya
oleh sebab-sebab lain. Nilai Adjusted R
menggunakan satu variabel bebas.
Square sebesar 0,358 bertanda positif,
Metode ini dilakukan dengan
sehingga data untuk selanjutnya dapat dilihat
menambahkan variabel perkalian antara
nilai F hitung maupun t hitungnya.
variabel independen/bebas (IV) dengan
Untuk menguji kelayakan model (goodness
variabel moderatingnya (MV), sehingga
of fit) digunakan uji F hitung.

Tabel 4. ANOVA(b)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 17.518 2 8.759 27.476 .000(a)
Residual 29.646 93 .319
Total 47.164 95
a Predictors: (Constant), RPEG, RPEL
b Dependent Variable: RPRODQ

58
Susilo

Tabel 5. Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .463 .477 .969 .335
RPEL .361 .087 .356 4.134 .000
RPEG .482 .104 .400 4.652 .000
a Dependent Variable: RPRODQ

Tabel ANOVA menunjukkan bahwa nilai F konstanta lagi karena nilainya telah
hitung sebesar 27,476 dengan p = 0,000. distandardizedkan.
Oleh karena P < 0,05, maka model regresi Koefisien standardized PEL sebesar 0,356,
dapat dipakai untuk memprediksi kualitas dengan p = 0,000 sehingga persamaan
produk ramah lingkungan. Atau menunjukkan regresi menjadi Y = 0,356 X, p < 0,05 , IV
bahwa secara simultan/ serempak atau PEL secara signifikan berpengaruh terhadap
bersama sama variabel PEL dan PEG PRODQ sebesar 35,6%. Artinya semakin
berpengaruh terhadap kualitas produk ramah tinggi tingkat pengetahuan manajemen
lingkungan (PRODQ) pada taraf kepercayaan terhadap pemahaman pelanggan mengenai
95%. produk hijau akan diikuti oleh peningkatan
kualitas produk ramah lingkungan yang
df = N-K-1 = 96-2-1 = 93 dihasilkan. Atau peningkatan pengetahuan
manajemen mengenai pemahaman
F tabel pada derajat tingkat signifikansi 5 % pelanggan tentang produk hijau dalam satuan
= 0,05 adalah : unit akan diikuti oleh peningkatan kualitas
F hitung 0,358 > F tabel 0,135 produk ramah lingkungan yang dihasilkan
menunjukkan bahwa model layak untuk sebesar 0,356 atau 35,6%. Dengan demikian
memprediksi kualitas produk ramah hipotesa 1 telah terbukti.
lingkungan yang dihasilkan. Dari tabel di atas, t hitung PEG = 4,652
Diketahui db (derajat bebas) = N – K , di lebih besar daripada t tabel 0,1980, maka Ho
mana N = jumlah sampel, yakni 96 , K = ditolak, atau Ha diterima yakni ada pengaruh
jumlah variabel bebas, yakni = 2, maka db = yang signifikan dari variabel tingkat partisipasi
96 – 2 = 94, untuk jumlah sampel < 100 maka pegawai atau distribusi pengetahuan
digunakan taraf kepercayaan 95% atau α = manajemen terhadap pegawai mengenai
0,05/ 2 = 0,025. produk hijau terhadap kualitas produk yang
Maka nilai t tabel adalah pada derajat dihasilkan.
0,025 dan n df = 94, yakni 0,1980 Koefisien standardized PEG sebesar
Dari tabel 5, t hitung PEL = 4,134 lebih 0,400, dengan p = 0,000 sehingga Y = 0,400
besar daripada t tabel 0,1980, maka Ho X, p < 0,05 , IV PEG secara signifikan
ditolak, atau Ha diterima yakni ada pengaruh berpengaruh terhadap PRODQ sebesar
yang signifikan dari variabel tingkat 40,0%. Sehingga peningkatan distribusi
pengetahuan manajemen mengenai pengetahuan manajemen terhadap pegawai
pemahaman pelanggan tentang produk hijau akan diikuti oleh peningkatan kualitas produk
terhadap kualitas produk ramah lingkungan. ramah lingkungan. Semakin tinggi tingkat
Penelitian ini menggunakan skala likert, distribusi pengetahuan manajemen mengenai
sehingga untuk menguji signifikansi dan produk hijau terhadap pegawainya dalam
interpretasi data maka koefisien yang satuan unit akan diikuti oleh peningkatan
digunakan adalah koefisien standardized. kualitas produk ramah lingkungan yang
Dengan koefisien standardized tidak ada dihasilkan sebesar 0,400 atau 40,0%.

59
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

Tabel 6. Regresi linier dengan memasukkan semua variable independent

Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 RACCENV, RPEL, RPERFQ, RPEG(a) . Enter
2 Backward (criterion: Probability
. RACCENV
of F-to-remove >= .100).
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: RPRODQ

Dengan demikian uji t hitung ini pengetahuan manajemen kepada pegawai,


membuktikan hipotesa ke 2 penelitian ini. dan kinerja kualitas, sisanya disebabkan oleh
Variabel enter/entered (tabel 6) sebab-sebab lain.
menghitung regresi dengan methode Model regresi 1 (tabel 8) menunjukkan nilai
backward, yakni metode regresi yang F hitung =16.212 dengan p = 0,000. Oleh
membuat model secara bertahap dari karena p < 0,005, maka model 1 regresi dapat
belakang. Model akhir adalah dengan dipakai untuk memprediksi variasi kualitas
membuang variable yang tidak berpengaruh. produk ramah lingkungan. Secara bersama
Tabel enter/entered menunjukkan pada model sama variable bebas yakni tingkat
2, variable akuntansi lingkungan dikeluarkan pengetahuan manajemen mengenai
dari model regresi, variabel diketahui tidak pelanggan, distribusi pengetahuan
berpengaruh signiifkans terhadap kualitas manajemen, kinerja kualitas, serta akuntansi
produk ramah lingkungan. lingkungan berpengaruh terhadap kualitas
produk ramah lingkungan pada taraf
Tabel 7. Model Summary kepercayaan 95%.
Std. Error Model regresi 2 menunjukkan nilai F hitung
R Adjusted
Model R of the sebesar 20,582 pada p = 0,000, berarti p <
Square R Square
Estimate 0,05. Maka model 2 regresi dapat dipakai
1 .645(a) .416 .390 .55012
untuk memprediksi variasi kualitas produk
2 .634(b) .402 .382 .55387
ramah lingkungan. Secara bersama sama
a Predictors: (Constant), RACCENV, RPEL,
variable bebas yakni tingkat pengetahuan
RPERFQ, RPEG
b Predictors: (Constant), RPEL, RPERFQ, RPEG
manajemen mengenai pelanggan, distribusi
pengetahuan manajemen dan kinerja kualitas,
Baris model 1 (tabel 7), akuntansi berpengaruh terhadap kualitas produk ramah
lingkungan belum dikeluarkan, diperoleh R = lingkungan pada taraf kepercayaan 95%.
0,645 dan Adjusted R square 0,390, yang Kesimpulannya dari kedua model regresi
berarti 39,0% variasi kualitas produk ramah dengan backward methode adalah bahwa
lingkungan dipengaruhi oleh tingkat setelah variabel akuntansi lingkungan
pengetahuan manajemen mengenai dikeluarkan, ternyata F hitungnya naik dari
pelanggan, distribusi pengetahuan 16,212 menjadi 20,582; dengan demikian
manajemen kepada pegawai, kinerja kualitas model regresi 2 lebih baik daripada model
dan variable akuntansi lingkungan, sisanya regresi 1. dengan demikian hal ini
oleh sebab-sebab lain. menunjukkan bahwa hipotesa ke 4 tidak
Baris model 2, akuntansi lingkungan terbukti. Pada model regresi 1 (tabel 10),
dikeluarkan, diperoleh R = 0,634 dan Adjusted diketahui bahwa t hitung RPERFQ = -2,416
R Square = 0,382, yang berarti bahwa 38,2 % lebih besar daripada t tabel 0,1980 dan
variasi kualitas produk ramah lingkungan signifikansi pada 0,018 p < 0,05, maka Ho
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ditolak, atau Ha diterima pada nilai t hitung
manajemen mengenai pelanggan, distribusi yang negatif.

60
Susilo

Tabel 8. ANOVA(c)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19.625 4 4.906 16.212 .000(a)
Residual 27.539 91 .303
Total 47.164 95
2 Regression 18.941 3 6.314 20.582 .000(b)
Residual 28.223 92 .307
Total 47.164 95
a Predictors: (Constant), RACCENV, RPEL, RPERFQ, RPEG
b Predictors: (Constant), RPEL, RPERFQ, RPEG
c Dependent Variable: RPRODQ

Tabel 9. Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .840 .563 1.493 .139
RPEL .410 .090 .404 4.529 .000
RPEG .385 .133 .320 2.904 .005
RPERFQ -.276 .114 -.215 -2.416 .018
RACCENV .220 .146 .170 1.503 .136
2 (Constant) 1.067 .546 1.955 .054
RPEL .424 .091 .418 4.686 .000
RPEG .513 .103 .426 4.999 .000
RPERFQ -.243 .113 -.189 -2.154 .034
a Dependent Variable: RPRODQ

Tabel 10. Analisis Regresi dengan Residual Lack of Fit


Menguji moderating variable dalam model regresi
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.025 .109 36.854 .000
Zscore(RPEL) .302 .064 .428 4.736 .000
Zscore(RPEG) .293 .061 .417 4.818 .000
Zscore(RPERFQ) -.255 .170 -.362 -1.496 .138
MODERATOR -.106 .139 -.182 -.766 .446
a Dependent Variable: RPRODQ

Yakni ada pengaruh yang signifikan dari Tabel koefisien menunjukkan bahwa
variabel kinerja kualitas terhadap tingkat signifikansi pada Moderator adalah sebesar
pengetahuan manajemen mengenai 0,446 lebih besar daripada α = 0,05, (0,446 >
pemahaman pelanggan terhadap kualitas 0,05) maka variable kinerja kualitas
produk ramah lingkungan, sehingga hipotesa sesungguhnya bukanlah variable moderator.
ke 3 terbukti bahwa Kinerja kualitas Dari tabel koefisien (tabel 11) diketahui bahwa
berpengaruh positif terhadap hubungan signifikansi pada Moderator adalah sebesar
antara pengetahuan manajemen tentang 0,775 lebih besar daripada α = 0,05, (0,775 >
pemahaman pelanggan dan pegawainya 0,05) maka variable akuntansi lingkungan
terhadap kualitas produk ramah lingkungan bukanlah variable moderator.
yang dihasilkan.

61
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

Tabel 11. Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.980 .109 36.398 .000
Zscore(RPEL) .240 .062 .340 3.870 .000
Zscore(RPEG) .222 .083 .315 2.672 .009
Zscore(RACCENV) .048 .146 .069 .332 .741
MODERATOR -.040 .138 -.061 -.287 .775
a Dependent Variable: RPRODQ

Dari olah metode residual lack of fit kenaikan, maka dapat disimpulkan bahwa
diketahui bahwa akuntansi lingkungan tidak tingkat akuisisi pengetahuan manajemen
mempunyai pengaruh terhadap model, nilai terhadap pelanggan dan pegawainya
moderator ACCENV lebih besar daripada menaikkan kualitas produk ramah lingkungan.
0,05. Hal ini diperkuat dengan hasil olah Pembuktian empiris hubungan antara
backward regression, variable ini dikeluarkan pengetahuan manajemen dengan kualitas
dalam model, sehingga model yang terbentuk produk memberikan catatan penting buat para
memiliki F hitung yang lebih besar. praktisi bisnis yang berkeinginan untuk
Menunjukkan bahwa model regresi tanpa meningkatkan kualitas produk hijaunya
variable ACCENV menjadi model yang lebih dengan cara meningkatkan kompetensi
layak digunakan untuk memprediksi. pengetahuan manajemen baik terhadap
pelanggan maupun para pegawainya. Hasil uji
Analisa Hipotesis Hasil Pengujian statistik membuktikan bahwa semakin tinggi
Statistik. Penelitian ini bertujuan menguji tingkat akuisisi pengetahuan manajemen dari
pengaruh pengetahuan manajemen terhadap pelanggannya, maka kualitas produk juga
kualitas produk. Studi ini menguji empat semakin meningkat. Partisipasi dari pegawai
hipotesis yang diderivasi dari model juga mempengaruhi kualitas produk. Pegawai
konseptual pengetahuan manajemen dan yang mengerti banyak tentang pelanggannya
kualitas produk. akan meningkatkan kualitas produk.
Secara umum, hasil penelitian Partisipasi mereka terhadap aktivitas
menunjukkan bahwa kualitas produk ramah pengembangan produk hijau akan membantu
lingkungan secara signifikan bergantung perusahaan meningkatkan kualitas produk.
kepada tingkatan pengetahuan manajemen Sementara itu, penelitian ini juga
yang diperoleh dari pelanggan serta membuktikan bahwa kualitas kinerja
partisipasi karyawannya, dan kinerja kualitas memoderasi pengaruh pengetahuan
memoderasi kedua hubungan tersebut. manajemen terhadap kualitas produk. Hal ini
Secara empiris, penerapan akuntansi konsisten dengan yang dikemukakan Brady,
lingkungan justru bukan merupakan factor Henson dan Fava (1999) bahwa kinerja dapat
yang memoderasi hubungan antara menguntungkan dalam hal penambahan isu
pengetahuan manajemen terhadap kualitas lingkungan (green product) ke dalam
produk. perhatian perusahaan untuk kualitas produk.
Ketika proses manajemen rendah, Kinerja ini dipengaruhi oleh adanya komitmen
pengetahuan manajemen terhadap pelanggan dari manajemen baik yang berhubungan
dan pegawai terkait produk ramah lingkungan dengan pelanggannya ataupun pegawainya.
berpengaruh positif pada kualitas produk. Oleh karena itu, kinerja kualitas
Ketika proses manajemen mengalami mempengaruhi hubungan antara akuisisi

62
Susilo

pengetahuan manajemen terhadap pelanggan lingkungan tidak terbukti memoderasi


serta distribusi pengetahuan manajemen hubungan pengetahuan manajemen tersebut
terhadap pegawainya dengan kualitas produk. dengan kualitas produk.
Adapun terkait dengan penerapan
akuntansi lingkungan, penelitian ini belum SARAN
bisa membuktikan adanya akuntansi Terkait tidak terbuktinya secara empiris
lingkungan sebagai faktor yang memoderasi faktor akuntansi lingkungan terhadap akuisisi
hubungan antara pengetahuan manajemen pengetahuan manajemen tersebut, dengan
terhadap pelanggan dan pegawainya asumsi bahwa penerapan akuntansi
terhadap kualitas produk. Kesimpulan peneliti, lingkungan itu sendiri di dalam perusahaan di
mengapa akuntansi lingkungan bukan Indonesia masih belum optimal, maka peneliti
merupakan faktor moderasi adalah, menyarankan agar perlu ada upaya
dikarenakan akuntansi lingkungan itu sendiri pembelajaran mengenai akuntansi lingkungan
di Indonesia khususnya Yogyakarta masih sebagai bagian kepedulian perusahaan
belum dilaksanakan secara efektif. Sehingga terhadap produk ramah lingkungan.
bisa dipahami bahwa pendidikan dan
pengenalan akuntansi lingkungan di Indonesia REFERENSI
belum bisa dikatakan optimal. Almaraz, Jeanne. (1994). “Quality Management and
the Process of Change”. Journal of Organization
KESIMPULAN Change Management. Vol. 7 No. 2, pp. 6-14.
Meskipun terdapat hipotesis yang tidak MCB University Press.
terbukti secara empiris, hasil penelitian ini Addison, J.T. (2000). “Worker Participation and
mengindikasikan bahwa tingkat akuisisi Firm Performance”. British Journal of Industrial
pengetahuan oleh manajemen terhadap Relations. Vol. 38, No. 1, pp 7-48.
pemahaman pelanggan dan pegawainya Argyris, C. (1998). “Empowerment: the emperor’s
mengenai produk ramah lingkungan new clothes”. Havard Business Review, pp. 98-
mempunyai pengaruh terhadap kualitas 105.
produk. Hasil ini mengimplikasikan bahwa Barnes, P.E. (1996). “Green standards”. B & B
para manajer atau praktisi harus Review. Oktober-December, pp. 24-28.
memperhatikan tidak saja pada akuisisi Brady, K., Henson, P. dan Fava, J. A. (1999). “
pengetahuan mereka terhadap pelanggan Sustaiability, eco-effeiciency, life-cycle
tetapi juga distribusi pengetahuan mereka management, and business strategy”.
mengenai produk ramah lingkungan terhadap Evironmental Quality Management. Spring, pp.
para pegawainya. 33-41.
Sesuai dengan hasil penelitian ini, para Chen, Injazz J., Ken A. Paetsch dan Antony Paulraj.
manajer dan praktisi harus memahami (1997). “Quality Manager Involvement and
mekanisme bagaimana pengetahuan Quality Performance”. International Journal of
manajemen berdampak terhadap kualitas Operations & Production Management. Vol. 17
produk dalam hal ini produk ramah No 4, pp. 399-412. MCB University Press.
lingkungan. Pemahaman ini akan Dale, B.G. dan Cooper, C. L. (1994). “Introducing
memudahkan mereka dalam mengakuisisi TQM: the role of senior management”.
pengetahuan yakni dari pelanggan untuk Management Decision. Vol. 32 No.1, pp. 20-26.
selanjutnya diseminasi pengetahuan tersebut Day, G.S. dan Wensley R. (1994). “Assessing
kepada para pegawainya. advantage: a framework for diagnosing
Meskipun dalam penelitian ini dapat competitive superiority”. Journal of Marketing,
dibuktikan adanya factor yang memoderasi Vol. 52, pp. 1-20.
secara positif antara pengetahuan Dunk, Alan. S. (2002). “Product Quality,
manajemen terhadap kualitas produk yakni Environmental Accounting and Quality
kinerja kualitas, namun factor akuntansi

63
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 1 Januari 2011

Performance”. Accounting, Auditing & Govindarajulu Nalini dan Bonnie F Daily. (2004).
Accountability Journal. Vol. 15 No. 5, pp. 719- “Motivating Employees for Environmental
732. MCB Up Limited. Improvement”. Industrial Management & Data
Deming, W.E. (1994). “The Need for Change”. Systems. Volume 104. Number 4. pp 364-372.
The Journal for Quality and Participation. Vol 17, Grove, Stephen J., Raymond P. Fisk, Gregory M.
No. 7, pp. 30-2. Pickett dan Norman Kangun. (1996). “Going
Flynn, B. B., Schroeder, R.G. dan Sakakibara, S. green in the service sector-Social responsibility
(1994). “A framework for quality management issues, implications and implementation”.
research and an associated measurement European Journal of Marketing. Vol. 30 No. 5, pp.
instrument”. Journal of Operations Management. 56-66. MCB University Press.
Maret, pp. 339-366. Jones, R., White, L. Dan Uyanik, H. (1999).
Forker Laura B., Shawnee K. Vickery dan Cornelia “Employee involvement and organizational
R.M. Droge (1996). “The contribution of restructuring implementing change in a leading
quality to business performance”. International Turkish bank”. International Journal of
Journal of Operations & Production Management. Management. Vol. 16 No. 4, pp. 510-520.
Vol. 16 No. 8, pp. 44-62. Lee, Ching Chyi, Jie Yang, dan Li Ming Yu. (2001).
Gamble, G.O., Hsu, K., Jackson, C dan Tollerson, “The Knowledge value of customers and
C.D. (1996). “Environmental disclosures in employee in product quality”. Journal of
annual report: an international perspective”. Managemen Development. Vol. 20, No. 8, pp
The International Journal of Accounting, Vol. 31 691-704.
No. 3. pp. 293-331. Moenaert, R.K. dan Souder, W.E. (1990). “An
Gamini Herath. (2005). “Sustainable development Information transfer model for integrating
and environmental accounting; the challenge to marketing and R&D personnel in new product
the economics and accounting profession”. development projects”. Journal of Product
International Journal of Social Economics. Volume Innovation Management, Vol. 7, pp. 91-107.
32. No 12. pp. 1035-1050. Nalini, Govindaranjulu dan Bonnie F.D. (2004).
Garvin, D. (1986). “Quality Problem, Policies, and “Motivating employees for environmental
Attitudes in the US and Japan-An Exploratory improvement”. Industrial Management & Data
Studi”. Academy of Management Journal. Vol. 29 Systems. Volume 104. Number 4, pp. 364-372.
No. 4, pp. 653-73.

64

You might also like