You are on page 1of 12

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016

ISBN 978-602-6428-04-2

PUTUSAN MUDP BALI NO. 01/KEP/PSM-3MDP BALI/X/2010


SEBAGAI LEGITIMASI FORMAL ANAK PEREMPUAN BERHAK
MEWARIS DI KABUPATEN BULELENG

Ketut Sudiatmaka, Ni Ketut Sari Adnyani, Ratna Artha Windari


Universitas Pendidikan Ganesha
Email: sariadnyani@yahoo.co.id

ABSTRACT

The background of this research is the study of the legal status of women Bali weak in terms of
inheritance, since according to the Customary Law Bali rightful heir only male offspring and the families of men
and men adopted children .. Women in the Indigenous and Tribal Peoples Bali still suffer discrimination in
terms of the provisions law. One study saw the normative regulation as if there is a gap between what terumus in
Customary Law on the one hand and national law on the other (legal dualism) were contradictory. In the daily
reality always can be found women who experience discrimination in terms of inheritance, and do not have
access to State Courts.

In general, this study aims to (1) to determine the causal factors that in some parts of Buleleng before
MUDP never be a conflict of inheritance; (2) to determine the importance of a formal legitimacy to the verdict
MUDP. (3) To determine the inheritance model of policy formulation. This study was conducted over two years,
from 2015 until 2016. The output of the study described as follows: (1) the outcome of the first: the design and
development of policy on a more customary provisions guaranteeing women's rights by law (2) the outcome of
II: scientific articles in journals accredited national / international as Pandecta law journal, and
recommendations with regard to the referral draft academic paper designed by the researchers to be proposed
to the relevant agencies as a reference in determining this hukum.Penelitian using empirical juridical approach
with regard to room the scope of legal science. This research is located in Buleleng regency. Given that the
research objectives are broad and complex then the first and second year of this research will be applied to the
review of the effectiveness of the Decision MUDP. For some aspects of the decisions concerning the sociological
aspects of research sosiolegal analysis is required in every design in order to realize the legal justice for the
people.

Keywords: Discrimination treatment, Customary Law, Policy, Decisions, Contradictory, heir, Women
Bali.

697
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah kajian terhadap status hukum perempuan Bali lemah dari segi
pewarisan, karena menurut Hukum Adat Bali yang berhak mewaris hanyalah keturunan pria dan pihak keluarga
pria dan anak angkat lelaki.. Wanita di dalam Hukum Adat Masyarakat Bali masih mengalami diskriminasi dari
segi ketentuan hukum. Salah satu kajian melihat pengaturan yang normatif seolah-olah terdapat jurang antara apa
yang terumus dalam Hukum Adat di satu sisi dan Hukum Nasional di sisi yang lain (dualisme hukum) yang
kontradiktif. Pada kenyataan sehari-hari selalu saja dapat dijumpai perempuan-perempuan yang mengalami
diskriminasi dalam hal waris, dan tidak mempunyai akses kepada Peradilan Negara.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk mengetahui faktor penyebab bahwa di sebagian
wilayah Buleleng sebelum MUDP pernah terjadi konflik pewarisan; (2) untuk mengetahui pentingnya legitimasi
secara formal terhadap putusan MUDP. (3) Untuk mengetahui model formulasi kebijakan pewarisan. Penelitian
ini dilaksanakan selama 2 tahun, yaitu dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2016. Luaran penelitian dijabarkan
sebagai berikut: (1) luaran tahun I: perancangan dan pengembangan kebijakan tentang ketentuan adat yang lebih
menjamin hak-hak perempuan secara hukum(2) luaran tahun II: artikel ilmiah di jurnal nasional
terakreditasi/internasional seperti jurnal Hukum Pandecta, dan rekomendasi yang berkaitan dengan rujukan draft
naskah akademik yang dirancang oleh peneliti untuk diusulkan ke instansi terkait sebagai rujukan dalam
penetapan hukum.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yuridis empiris yang berkaitan dengan
ruang lingkup ilmu hukum. Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Buleleng. Mengingat bahwa sasaran
penelitian bersifat luas dan kompleks maka pada tahun pertama dan kedua penelitian ini akan diaplikasikan pada
peninjauan kembali terhadap efektifitas Keputusan MUDP. Untuk beberapa aspek keputusan yang menyangkut
aspek sosiologis maka dibutuhkan analisis sosiolegal research dalam setiap rancangannya dalam rangka
mewujudkan keadilan hukum bagi masyarakat. Hasil penelitian: (1) Sistem purusa yang berlaku pada
masyarakat Bali menyebabkan perempuan Bali bukan merupakan ahli waris; (2) Legitimasi adat Bali tentang
pewarisan terhadap perempuan Bali dikukuhkan berdasarkan yurisprudensi Mahkamah Agung; (3) Model
formulasi kebijakan pewarisan berbasis gender dalam hukum Adat bali yang memberikan kesempatan bagi
perempuan Bali mewaris berdasarkan Keputusan dari MUDP Bali No. 1 Tahun 2010.

Kata Kunci: Diskriminasi Perlakuan, Hukum Adat, Kebijakan, Keputusan, Kontradiktif , Mewaris,
Perempuan Bali.

A.PENDAHULUAN antara lain lemahnya sanksi adat, banyak


keputusan yang dinilai masih kontradiksi
1. Latar Belakang Penelitian dengan tingkat kebutuhan hukum masyarakat
adat, kurang pemahaman terhadap substansi
Merujuk pada ketentuan konstitusi yang
kebijakan karena kurang adanya sosialisasi
memberikan ruang gerak pengaturan untuk
dari pihak prajuru adat, masih terjadi
skala kebijakan di tataran masyarakat lokal
diskriminasi perlakuan terhadap kaum
yang masih kental terikat dengan adat, hukum
perempuan, serta rendahnya kualitas sumber
adat dinilai mampu membawa pengaruh positif
daya manusia terutama keterbatasan kaum
dengan pelibatan unsur masyarakat lokal
perempuan yang kurang memiliki pemahaman
dalam setiap pengambilan kebijakan. Hal ini
tentang tata cara beracara di muka pengadilan.
berlangsung dari terbitnya Perda No.03 tahun
Kondisi sosial budaya matri lokal yang
2001 tentang Desa Pakraman menjadi cikal
masih dinilai mengalami diskriminasi dapat
bakal perhatian pemerintah terhadap kesatuan
dilihat dari gambaran perihal waris yang
masyarakat adat secara menyeluruh dalam
ditentukan dengan mendasarkan pada garis
bingkai Bhinneka Tunggal Ika dengan
keturunan laki-laki. Bagi keluarga yang hanya
notabene pluralisme hukum. Pada dasarnya
memiliki anak perempuan dan sama sekali
realisasi Keputusan Adat dalam penerapannya
tidak diberikan keturunan anak laki-laki, maka
sampai dengan sekarang penting untuk
dianggap ini sebuah malapetaka, nasib tidak
dilakukan peninjauan mengingat masyarakat
mujur dan berbagai makna yang
adat dihadapkan pada berbagai masalah klasik

698
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

mengkhawatirkan, Anak perempuan, tidak Subekti (1991 : 4). Pada kenyataan sehari-hari
sebagai penerus keturunan dalam Hukum selalu saja dapat dijumpai perempuan-
Hindu pada Masyarakat Adat di Bali yang perempuan yang mengalami diskriminasi
menganut sistem patrilinial. Apabila terjadi dalam hal waris, dan tidak mempunyai akses
perkawinan di luar lingkungan keluarga kepada Peradilan Negara, Irianto (2005 : 4).
purusha (sistem keturunan laki-laki), maka ia Keadaan terhadap perlakuan yang diskriminatif
tidak mendapatkan hak terhadap harta ini kemungkinan besar masih diterima oleh
kekayaan orang tuanya. Anak laki-laki yang banyak perempuan Bali yang dengan pasrah
mewarisi semua harta warisan, keturunan, menerima Hukum Adat tersebut, dalam
membayar hutang orang tua, dan melakukan perkara-perkara di pengadilan terhadap
upacara kematian ngaben jika orang tua pembagian waris di Bali banyak hakim yang
meninggal, sebab anak laki-laki sebagai garis memutus perkara dengan berpedoman pada
purusha (sistem keturunan laki-laki) yang Hukum Adat tersebut. Mengacu pada
dipersiapkan untuk melanjutkan keturunan. Yurisprudensi Mahkamah Agung M.A. tgl.3-
Tidak demikian dengan nasib dan kedudukan 12-1958 No.200 K/Sip/1958 menurut Hukum
anak perempuan, apabila anak perempuan Adat Bali, yang berhak mewarisi sebagai ahli
menikah dengan orang yang bukan dalam garis waris ialah hanya keturunan laki-laki dari
purusha (sistem keturunan laki-laki) maka ia pihak keluarga laki-laki dan anak angkat lelaki.
dianggap sudah keluar dari lingkungannya Yurisprudensi Mahkamah Agung M.A tgl. 1-6-
(clan, soroh atau marga), maka anak 1955 No. 53 K/Sip/1952 menetapkan menurut
perempuan tidak memiliki kewajiban terhadap Hukum Adat di Bali, jika seseorang wafat
orang tua dan clannya. Hal tersebut meninggalkan seorang anak laki-laki, maka
menyebabkan wanita tidak diberikan hak untuk anak itu adalah satu-satunya ahli waris, yang
mewaris. Hanya jika saudara prianya berhak untuk mengajukan gugatan tentang
mengikhlaskan untuk memberikan suatu peninggalan almarhum bapaknya.
pemberian sama rata atau memilih untuk tidak Perkembangan terakhir mulai 2010
menikah sepanjang hidup atau wanita dapat sampai dengan sekarang, Masyarakat Adat
berposisi purusha (sistem keturunan laki-laki) Bali telah mengalami perkembangan
apabila perkawinan dilakukan dengan sistem khususnya terhadap persamaan hak dalam
nyentana (Wibawa, 2006 : 98-99). pewarisan bagi perempuan Bali yang telah
Hal ini memberikan gambaran relasi diatur dalam Keputusan Majelis Utama Desa
timpang dalam aspek gender antara perempuan Pakraman Bali (MUDP) Bali No. 01/KeP/Psm-
dan laki-laki pada sistem pewarisan adat di 3/MDP Bali/X/2010, tanggal 15 oktober 2010,
Bali sangat jelas terungkap bahwa kedudukan tentang hasil-hasil Pasamuan Agung III MUDP
perempuan Bali sangat subordinatif terhadap Bali memutuskan mengenai kedudukan suami
laki-laki Bali, dan gerakan dari laki-laki untuk istri dan anak terhadap harta pusaka dan harta
mengukuhkan proses itu sangat kuat. Hal gunakaya, termasuk hak waris anak perempuan
tersebut menimbulkan keluhan-keluhan dari (anak kandung maupun anak angkat).
kaum perempuan di Bali terhadap Salah satu implementasi keputusan
ketidakadilan keadaan tersebut, sementara itu MUDP ini terlihat di Kota Denpasar, di mana
dalam berbagai instrumen Peraturan di Denpasar Keputusan Majelis Utama Desa
Perundangan Nasional telah terumus berbagai Pakraman Bali (MUDP) Bali No. 01/ KeP/
instrumen hukum yang menjamin persamaan Psm-3/ MDPBali/ X/ 2010 ini belum
hak antara wanita dan pria. Melihat pengaturan sepenuhnya dilaksanakan oleh Masyarakat
yang normatif seolah-olah terdapat jurang Adat Bali di Desa Pakraman mereka. Hasil
antara apa yang terumus dalam Hukum Adat di keputusan MDP (Majelis Desa Pakraman) Bali
satu sisi dan Hukum Nasional di sisi yang lain,

699
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

ini merupakan pilihan hukum di dalam proses BALI/X/2010, serta pembagian waris bagi
pembagian waris bagi anak perempuan. wanita dalam Hukum Waris Adat Bali,
Sedangkan untuk merancang kebijakan
2. Perumusan Masalah menyesuaiakan dengan langkah teknik
Berdasarkan latar belakang dan kajian perancangan peraturan perundang-undangan
empiris di atas, maka permasalahan pokok dari yang mengacu dari naskah akademik. Output
penelitian ini adalah : (1) Bagaimanakah dari realisasi terhadap hasil dari ide dan karya
legitimasi formal terhadap putusan MUDP? (2) nyata yang dibuat oleh Majelis Utama Desa
Bagaimanakah model formulasi kebijakan Pakraman, tokoh, pemerhati Hukum Adat Bali
pewarisan terhadap perempuan Bali berhak dan pemerhati perempuan berdasarkan
mewaris? partisipasi dan keikutsertaan seluruh Majelis
Desa Pakraman kabupaten maupun kecamatan
3. Tujuan Khusus Penelitian mengenai kedudukan perempuan di Bali.
Berdasarkan latar belakang dan kajian Penelitian Maya Kania, “Analisis
empiris di atas, maka tujuan dari penelitian ini Yuridis Terhadap Hak Waris Anak Perempuan
dapat diformulasikan sebagai berikut: (1) Pada Masyarakat Batak Karo Menurut Hukum
untuk mengetahui legitimasi formal terhadap Adat (Studi Kasus putusan Mahkamah Agung
putusan MUDP; (2) untuk mengetahui model Republik Indonesia Nomor 1542/K/Pdt/1999”
formulasi kebijakan pewarisan terhadap tanggal 24 Mei 2000)”, Tesis, Fakultas Hukum
perempuan Bali berhak mewaris. Magister Kenotariatan Universitas Gadjah
Mada. Implikasi dari penelitian ini diharapkan
dapat menyadarkan dan meletakkan alternatif
4. Urgensi (Keutamaan) Penelitian
pemecahan terhadap pembagian waris bagi
Hukum Adat memberikan pengaruh
wanita dalam Hukum Waris Adat Bali.
daya ikat bagi masyarakat adat dalam
Persamaan penelitian yang dilakukan
menjalankan setiap aktifitas adat yang
penelitian dengan peneliti lain adalah “analisis
senantiasa berpedoman atas hasil pemufakatan
yuridis terhadap hak waris anak perempuan
bersama seperti yang terselenggara pada proses
menurut hukum adat”. Beranjak dari proposisi
pesamuhan yang ditetapkan oleh para
di atas, tampak bahwa masyarakat Hindu Bali
pemangku kebijakan adat yang dalam hal ini
sedang mengalami masalah, karena disatu sisi
adalah Majelis Utama Desa Pakraman Provinsi
setiap keluarga harus mempunyai ahli waris
Bali.
dan penerus keturunan keluarga, namun di sisi
Berdasarkan eksplorasi peneliti, belum
lain belum ada awig-awig desa adat yang
ada penelitian lain yang melakukan kajian
berlaku secara umum pada masyarakat Hindu
tentang penelitian ini dalam bentuk skripsi,
Bali yang mengatur perihal waris. Kondisi ini,
tesis atau penelitian yang lain. Namun
menjadikan perempuan Bali mengalami
demikian, ada beberapa tulisan lain yang mirip
berbagai permasalahan, yang berkaitan dengan
dengan tema ini, yaitu terhadap penelitian yang
legalitas formalnya, secara adat dan hukum.
berjudul:
Bahkan di beberapa daerah, seperti Singaraja,
Penelitian Rimawati, Sasmitha (2012)
Karangasem, Negara, kurang mengetahui hasil
mengenai Pengembangan Hak Waris Anak
pesamuhan MUDP Provinsi Bali. Peran
Perempuan Pada Masyarakat Bali.
Majelis Utama Desa Pakraman (MUDP)
Berdasarkan Keputusan Majelis Utama Desa
Provinsi Bali penting kiranya dalam
Pakraman Bali Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP
mensosialisasikan hasil pesamuhan kepada
mengkaji mengenai proses pembuatan hingga
pemangku desa adat untuk pemantapan
berlakunya Keputusan Pasamuan Agung III
pemahaman mereka dalam menyelesaikan
MUDP BALI No. 01/Kep/PsM-3/MDP
berbagai persoalan adat.

700
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

Sementara penelitian ini akan lebih menghasilkan usulan atau konstruksi formulasi
diarahkan pada realisasi isi Keputusan kebijakan yang dapat memecahkan masalah.
Pasamuhan Agung III MUDP (Majelis Utama (2) Pendekatan empiris: diterapkan dalam
Desa Pakraman) Bali No. 01/Kep/PsM-3/MDP rangka menjustifikasi hasil kegiatan analisis
Bali/X/2010, 15 Oktober 2010 dengan dan evaluasi yang dilakukan berdasarkan
melakukan kajian terhadap substansi keputusan pendekatan teoritis dan evaluatif. Pendekatan
dalam hubungannya dengan tingkat ini dapat digunakan untuk menjelaskan sebab
keberterimaan masyarakat dalam penerapan akibat dari suatu kebijakan. Dalam pendekatan
keputusan tersebut dan daya ikat keputusan ini digunakan metoda-metoda yang dapat
tersebut dalam hal mengatur perihal hak menjelaskan hubungan sebab akibat
perempuan Bali berhak mewaris. Di sisi lain, berdasarkan analisis kondisi faktual yang
penelitian ini akan memberikan kontribusi diperoleh dari observasi terhadap gejala-gejala
yang signifikan dalam upaya pengembangan yang timbul.
kebijakan penyusunan peraturan perundang- Penelitian ini akan dilakukan di
undangan dalam hal penetapan keputusan adat Kabupaten Buleleng. Pemilihan lokasi ini
secara prosedural formal di Kabupaten didasari oleh beberapa rasional, yaitu: (1)
Buleleng. Disamping itu, penelitian ini juga untuk mengungkap efektifitas keberlakuan
akan memberikan nilai manfaat yang mendasar hukum dalam lingkup masyarakat adat
dalam kaitannya dengan bagaimana terutama menyangkut perihal status perempuan
pengambilan keputusan bagi penetuan hak berhak mewaris dilihat dari segi daya ikat
waris perempuan yang selama ini belum keputusan MUDP dalam hal pembagian
memperoleh perhatian secara maksimal. warisan bagi perempuan yang dijalankan
Semua hal tersebut nantinya akan dijabarkan masyarakat Bali di Kecamatan sampel
dalam rancangan naskah ilmiah akademis kecamatan di Kabupaten Buleleng setelah
berupa jurnnal ilmiah terakreditasi dengan berlakunya Keputusan Pasamuan Agung
kajian terhadap realisasi isi keputusan MUDP Majelis Utama Desa Pakraman Bali (MUDP)
Provinsi Bali yang menyelaraskan pada Bali No. 01/KeP/PsM-3/MDP Bali/X/2010. (2)
decision tree untuk penentuan daya ikat hampir di sebagian wilayah Buleleng pernah
ketentuan perihal hak mewaris perempuan Bali terjadi konflik adat yang disulut oleh
sebagai luaran inovatif dari penelitian ini. permasalahan perempuan berhak mewaris, (3)
sampai saat ini hampir di Kabupaten Buleleng
B. METODE PENELITIAN belum melegitimasi secara yuridis
formalefektifitas realisasi isi keputusan MUDP
1. Pendekatan dan Lokasi tersebut, sehingga sering menjadi pemicu
Penelitian terjadinya konflik pewarisan dan konflik
penerusan keturunan serta konflik adat.
Pendekatan yang digunakan dalam
Berdasarkan rasional di atas, maka penelitian
penelitian ini adalah (1) Pendekatan yuridis
ini dilihat dari lokasi pelaksanaannya memilih
empiris dengan melakukan pengkajian
Kabupaten Buleleng sebagai lokasi penelitian.
terhadap realisasi Keputusan Pesamuan Agung
III MUDP Bali No. 01/Kep/PSM-3MDP
Bali/X/2010, 15 Oktober 2010. Pendekatan 2. Teknik Penentuan Sampel
yuridis empiris diterapkan dalam lingkup Obyek penelitian adalah Realisasi Isi
penelitian yang berkaitan dengan kegiatan Keputusan MUDP ada di Kabupaten Buleleng.
analisis yang dilakukan menggunakan metoda- Data primer terangkum dalam studi
metoda analisis yang bersifat teoritis atau pendahuluan, data tersebut dikumpulkan
normatif. Pendekatan ini digunakan untuk melalui kunjungan langsung ke objek
penelitian guna mendapatkan data yang

701
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

diperlukan, yaitu dengan cara wawancara


terstuktur dan dan sistematis dengan distribusi 3. Analisis Data
angket selaku sebaran informasi serta Analisis data dalam penelitian ini
diperkuat dengan acuan observasi ke lapangan. menggunakan analisis deskriptif. Analisis data
Data diambil bukti otentik dokumen keputusan kualitatif hasil penelusuran data: (1) Data
MUDP yang dijadikan pedoman pengkajian jenisbahan hukum berupa Keputusan MUDP,
realisasinya oleh penelitian. variabel dalam Data monografi desa, (2) Studi empiris yang
penelitian ini terdiri dari variabel bebas adalah mencakup studi, terhadap kebijakan publik,
Keputusan Pasamuan Agung Majelis Utama (3) sumberdaya aparatur adat dalam hal
Desa Pakraman Bali (MUDP) Bali No. perancangan, pengusulan, proses, pembahasan,
01/KeP/PsM-3/MDP Bali/X/2010. Sedangkan, dan penetapan keputusan publik, (4) Evaluasi
variabel terikatnya adalah kedudukan terhadap Aplikasi.
perempuan Bali dalam memperjuangkan hak Dalam pelaksanaannya, peneliti
mewaris. Data primer diperoleh dari Analisis mengunakan beberapa alat bantu pengumpulan
perilaku pelaku pelaksana keputusan MUDP data, yaitu: (1) wawancara, (2) observasi
termasuk masyarakat yang disasar keberlakuan partisipatif, (3) pencatatan dokumen, (4)
keputusan MUDP tersebut. Data sekunder : kuisioner. Data yang terkumpul dalam
dari data yang diambil dari Majelis Desa penelitian ini berupa data data kuantitatif.
Pakraman di lokasi penelitian, referensi yang Keseluruhan data ini dianalisis dengan
relevan dengan topik penelitian, dari studi menggunakan teknik analisis deskriptif dan
literatur atau studi kepustakaan (desk statistik sesuai dengan karakteristik data yang
research), data pemangku kebijakan prajuru dibutuhkan untuk mengurai masing-masing
adat desa pakraman maupun warga adat, permasalahan penelitian.
Identifikasi produk-produk di lokasi penelitian, Sacara paradigmatik bagan alir penelitian ini
laporan hasil studi atau kajian terdahulu, dapat digambarkan sebagai berikut:
publikasi yang relevan dan terkait.

702
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

C. PEMBAHASAN mempertahankan ketentuan dalam hukum


waris adat yang berlaku sebelumnya yaitu yang
1. Legitimasi Formal terhadap menentukan bahwa kedudukan anak
perempuan bukan sebagai ahli waris. Karena
Putusan MUDP
pada lazimnya perubahan hukum dilaksanakan
Dalam hukum adat waris di Bali yang atas pertimbangan bahwa hukum yang lama
menganut sistem kekeluargaan patrilinial maka sudah tidak sesuai
kedudukan anak perempuan bukanlah sebagai lagi dengan perasaan keadilan masyarakat
ahli waris dari harta peninggalan orang tuanya. tempat hukum itu berlaku. Tetapi terhadap
Namun kalau kita simak dari Keputusan keputusan Mahkamah Agung itu dilakukan
Mahkamah Agung Nomor 179/Sip/1961, yang perubahan hukum di dalam hukum yang masih
menentukan sebagai berikut: “Berdasarkan tetap hidup dan sesuai dengan perasaan
selain rasa kemanusiaan dan keadilan umum keadilan masyarakiat, dirombak dan digantikan
dan atas hakekat persamaan hak antara pria dengan suatu hukum baru yang tidak sesuai
dan wanita dalam beberapa keputusan dengan rasa keadilan masyarakat. Sehingga
mengambil sikap dan menganggap sebagai sudah pasti tidak dapat diikuti oleh masyarakat
hukum yang hidup di seluruh Indonesia, bahwa yang bersangkutan dengan cepat dan spontan.
anak perempuan dan anak laki-laki dari Selain keputusan Mahkamah Agung
seorang yang meninggalkan waris bersama- tersebut, dewasa ini pewarisan pada
sama berhak atas harta warisan dalam harta masyarakat Bali telah mengalami
bahwa bagian anak laki-laki adalah sama perkembangan khususnya terhadap persamaan
dengan anak perempuan”. hak dalam pewarisan bagi perempuan hindu
Walaupun keputusan Mahkamah Agung Bali, yaitu yang diatur dalam keputusan
ini untuk masyarakat Tanah Karo, tetapi Majelis Utama Desa Pakraman Bali (MUDPB)
karena dianggap sebagai hukum yang hidup No.01/Kep/Psm-3/MDP Bali /X/2010, tanggal
diseluruh Indonesia, berarti juga termasuk di 15 Oktober 2010 tentang hasil Pesamuan
Bali. Sehingga berdasarkan keputusan Agung III MUDP Bali, sebagaimana yang
Mahkamah Agung tersebut menentukan bahwa dijelaskan oleh Pakar Hukum Adat Fakultas
kedudukan anak perempuan Bali adalah Hukum Universitas Udayana, Prof.Dr.Wayan
sebagai ahli waris bersama-sama dengan anak P.Windia, S.H.,M.Si, yang menentukan
laki-laki. Juga kalau kita simak keputusan sebagai berikut: Sesudah tahun 2010
Mahkamah Agung No.100 K/Sip/1967 tanggal perempuan Bali berhak atas warisan
14 Juni 1968 yang menyatakan: “karena berdasarkan Keputusan Pesamuan Agung III
mengingat pertumbuhan masyarakat dewasa MUDP Bali No.01/Kep/Psm-3 MDP
ini yang menuju kearah persamaan kedudukan Bali/X/2010, 15 Oktober 2010, Perempuan
antara pria dan wanita, dan penetapan janda Bali menerima setengah dari hak waris
sebagai ahli waris telah merupakan purusha setelah dipotong 1/3 untuk harta
yurisprudensi yang dianut oleh Mahkamah pusaka dan kepentingan pelestarian. Hanya
Agung”. Berdasarkan keputusan Mahkamah jika perempuan Bali yang pindah ke agama
Agung tersebut dapat dikatakan bahwa anak lain, mereka tidak berhak atas hak waris. Jika
perempuan dan janda dinyatakan mempunyai orang tuanya ikhlas maka tetap terbuka dengan
kedudukan sebagai ahli waris atas harta memberikan jiwa dana atau bekal sukarela.
peninggalan orang tuanya. Jika melihat fenomena perubahan
Walaupun keputusan dari Mahkamah tersebut seharusnya perempuan Hindu Bali
Agung itu merupakan suatu produk hukum yang telah menikah dan tidak menjadi purusa
yang berlaku secara umum di Indonesia, berhak untuk mendapatkan warisan dari harta
namun untuk masyarakat adat Bali masih tetap orangtua maupun suaminya. Namun dalam

703
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

implementasinya memerlukan waktu yang waris dari harta kekayaan orang tuanya.
relatif lama serta perjuangan yang tidak mudah Sehubungan dengan hal tersebut maka akan
dikarenakan hal tersebut menyangkut masalah dibahas mengenai kedudukan anak perempuan
tradisi yang sudah mendarah daging di dalam hukum adat waris Bali, yang meliputi:
kehidupan masyarakat Bali. Sehingga dalam 1) Anak Perempuan Sebagai Penerima Waris.
pelaksanaannya sekarang terhadap kedudukan Sebagaimana telah disebutkan terdahulu
perempuan dalam sistem waris adat Bali masih bahwa hukum adat mengenal adanya
berpatokan pada ketentuan dari hukum adat perubahan-perubahan status dari perempuan
yang sudah ada dari jaman dahulu di mana menjadi laki-laki. Dengan adanya perubahan
perempuan bukan berkedudukan sebagai ahli status tersebut maka perempuan dalam
waris sehingga ia tidak berhak untuk mewarisi perkawinannya ia berstatus sebagai suami.
harta peninggalan orang tua maupun suaminya. Perempuan yang demikian disebut perkawinan
Namun meskipun anak perempuan bukan kaceburin dan perempuan yang berubah status
berkedudukan sebagai ahli waris, akan tetapi ia tersebut disebut dengan Sentana Rajeg.
berhak juga menikmati atas bagian dari harta Disamping adanya perubahan status hukum
warisan orang tuanya selama tidak terputus adat juga mengenal sistem pengangkatan anak,
haknya. Adapun kehilangan hak menikmati yang mana pengangkatan anak juga merupakan
dari harta warisan itudapat terjadi apabila anak jalan
perempuan itu:a.) Kawin keluar dan b.) keluar bagi keluarga yang tidak mempunyai
Dipecat sebagai anak oleh orang tuanya. keturunan laki-laki atau sama sekali tidak
2. Model Formulasi Kebijakan mempunyai keturunan. Pengangkatan anak ini
Pewarisan juga merupakan upaya untuk meneruskan
Perkembangan dankemajuan jaman serta generasi.
semakin gencarnya diserukan persamaan Jadi dengan adanya perubahan status bagi
gender atau persamaan emansipasi antara laki- perempuan, maka bagi keluarga yang tidak
laki dengan perempuan yang tujuannya adalah mempunyai anak laki-laki tetap akan
menempatkan kedudukan, hak dan kewajiban mempunyai ahli waris yang akan mewarisi
yang sama antara anak laki-laki maupun harta kekayaannya. Karena dengan adanya
dengan anak perempuan, maka ketentuan yang perubahan status dari perempuan menjadi laku-
ada dalam hukum waris adat Bali menjadi laki maka juga akan merubah hak dan
tidak adil bagi anak perempuan Hindu. kewajibannya di dalam keluarga yang
Karena pada jaman sekarang, bukan hanya bersangkutan. Perempuan yang berubah status
anak laki-laki saja yang bertanggung jawab yang disebut dengan sentana rajeg maka akan
atas kewajiban-kewajiban dari orang tuanya, mempunyai hak untuk mewaris. Hal ini telah
tetapi anak perempuan pun sekarang banyak menjadi Yurisprudensi, yaitu Putusan
ikut memegang andil dalam menanggung Pengadilan Tinggi Denpasar tanggal 19 Juli
kewajibankewajiban dari orang tuanya. Namun 1961 Nomor 81/ptd/1976/pdt, dan putusan
karena tidak ada perubahan yang secara Pengadilan Tinggi
fundamental atas ketentuan dalam hukum Denpasar tanggal 18 Agustus1970 Nomor
waris adat Bali maka ketentuan tersebut tetap 2/PTD//1979/pdt, yang berbunyi “anak angkat
berlaku dan berjalan. (sentana) menurut Hukum Adat Bali adalah
Walau pada hakekatnya anak ahli waris dari orang tua angkatnya.
perempuan bukan ahli waris menurut hukum Dari putusan Pengadilan Tinggi tersebut
adat waris Bali, namun dalam kenyataannya dapatlah dikatakan bahwa sesungguhnya
ada anak perempuan yang berhak untuk perempuan bisa menjadi ahli waris dengan
mendapat bagian harta kekayaan orang tuanya jalam perubahan status yaitu dari status
dan ada yang tidak berhak untuk menjadi ahli perempuan menjadi status laki-laki. Jadi agar

704
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

anak perempuan dapat menerima harta warisan namun perempuan berhak mendapat bagian
sebagai pemberian nafkah hidup bahkan dapat harta warisan dari orang tuanya, dimana dalam
menjadi ahli waris apabila anak perempuan praktek pemberian tersebut dipergunakan
tersebut diberi status sebagai Sentana Rajeg dengan berbagai macam istilah diantaranya
dan memilih bentuk perkawinan kaceburin. harta tetatadan, bekal hidup, pengupa jiwa dan
Juga dalam Keputusan Mahkamah Agung juga disebut jiwa dana. Sesungguhnya dengan
Nomor 100/Sip/1967, tanggal 14 Juni 1968, pemberian orangtua kepada anaknya yang
menyatakan bahwa “karena mengingat perempuan, di dalam kitab agama Pasal 263
pertumbuhan masyarakat dewasa ini yang disebutkan: “apabila saat masih hidup sorang
menuju kearah persamaan kedudukan antara laki-laki memberikan barang kepada bininya
pria dan wanita dan penetapan janda sebagai atau kepada anaknya serta sudah diberitahukan
ahli waris telah merupakan Yurisprudensi yang dengan terang kepada anak-anaknya dan
dianut oleh mahkamah Agung”. Dari kedua bininya yang lain, maka pemberian jiwa dana
Keputusan mahkamah Agung terebut,maka namanya. Maka anak-anak yang lain tiada
seorang anak perempuan dan janda harus boleh menuntut jiwa dana itu melainkan yang
dianggap sebagai ahli waris yang berhak mendapakannya tetap berkuasa atas kekayaan
menerima harta warisan dari orang tuanya, itu”.
karena Keputusan Mahkamah Agung Nomor Jadi dilihat dari ketentuan tersebut diatas
179/Sip/1961 dianggap sebagai hukum yang dapat dikatakan bahwa orang tua dapat
hidup di seluruh Indonesia termasuk Bali, memberikan harta kekayaan kepada anak
dimana keputusan tersebut harus dianggap perempuannya dengan jalan hibah atau jiwa
mengikat. dana yang nantinya akan digunakan sebagai
Di dalam kenyataannya, masyarakat Bali bekal hidup bagi anak perempuannya yang
pada umumnya masih mempertahankan hukum telah kawin keluar. Pemberian orang tua
adat lama yaitu masih mempertahankan bahwa kepada anak perempuan yang berupa hibah
hanya anak laki-laki yang berhak untuk (jiwa dana) baik berupa barang bergerak
menjadi ahli waris. Tetapi dari sudut pandang maupun benda tetap, maka barang-barang
lain, dapat ditemukan bahwa masyarakat adat tersebut tetap melekat maupun menjadi hak
Bali banyak melakukan terobosan-terobosan dari anak tersebut, walaupun ia nantinya ia
terhadap ketentuan hukum adat waris Bali kawin keluar.
tersebut. Adapun bentuk terobosan yang Sebagai konsekuensi dianutnya sistem
dilakukan diantaranya adalah dengan kekeluargaan Patrilinial maka peranan
memberikan beberapa harta yang dimilki oleh perempuan dalam hubungannya dengan harta
pewaris kepada anak perempuannya. warisan tidaklah begitu besar. Bahkan
Pemberian ini diberikan sebagai pengupa jiwa pendapat umum dimasyarakat hingga sekarang
atau bekal hidup kepada anak perempuannya, belum dapat memberikan hak untuk mewaris
istilah lain juga disebut dengan tetatadan. kepada anak perempuan. Namun demikian
Semua ini secara materiil memang bisa tidaklah berarti anak perempuan sama sekali
disamakan dengan hibah yang diukenal tidak mendapat harta kekayaan orang tuanya,
dalam hukum perdata barat. akan tetapi berhak sebab dikalangan orang tua yang mampu maka
atas bagian harta warisan selama tidak terputus pada saat anak perempuannya melangsungkan
haknya tersebut yang besarnya 1:2 dengan perkawinannya, diberikanlah hadiah. Hadiah
bagian warisan anak laki-laki”. ini
Dari konsep-konsep yang telah diuraikan disebut bebaktaan, isisnya ketupat, bekel dan
tersebut diatas, dapatlah dikatakan bahwa ada juga yang disebut istilah tetatadan. Hadiah
walaupun pada hakekatnya perempuan bukan ini dapat berupa barang bergerak dan barang
ahli warismenurut Hukum Adat Waris Bali, tidak bergerak. Barang tidak bergerak dapat

705
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

berupa tanah tegalan dan tanah sawah. Namun Keputusan Mahkamah Agung Nomor
dalam masyarakat kebanyakan hadiah tersebut 179/Sip/1961, bahwa anak perempuan dan
berupa barang-barang yang bergerak, anak laki- laki dari seorang yang
misalnya: berupa perhiasan, maupun perabot meninggalkan waris bersama-sama berhak atas
rumah tangga. “Perkawinan keluar dari anak harta warisan dalam harta bahwa bagian anak
perempuan tersebut yang dikenal dengan laki-laki adalah sama dengan anak
istilah “Putri Ninggalin Kedaton (seorang putri perempuan”. Keputusan Mahkamah Agung ini
yang meninggalkan istana), oleh karenanya untuk masyarakat Tanah Karo, tetapi karena
tidak mendapatkan hak untuk mewaris.” dianggap sebagai hukum yang hidup diseluruh
Sedangkan bagi anak perempuan yang Indonesia, berarti juga termasuk di Bali.
belum kawin keluar, maka setelah orang Sehingga berdasarkan keputusan Mahkamah
tuanya meninggal dunia maka anak perempuan Agung tersebut menentukan bahwa kedudukan
tersebut mendapatkan bagian-bagian dari anak perempuan Bali adalah sebagai ahli waris
warisan bersama-sama dengan anak laki-laki. Juga
orang tuanya dengan syarat harta warisan yang kalau kita simak keputusan Mahkamah Agung
diterimanya tersebut tidak dapat diperjual No.100 K/Sip/1967 tanggal 14 Juni 1968 yang
belikan, namun hanya dapat menikmati menyatakan: “karena mengingat pertumbuhan
hasilnya saja. Sesungguhnya dengan masyarakat dewasa ini yang menuju kearah
pemberian orang tua kepada anaknya yang persamaan kedudukan antara pria dan wanita,
perempuan, di dalam kitab agama Pasal 263 dan penetapan janda sebagai ahli waris telah
disebutkan: “apabila saat masih hidup seorang merupakan yurisprudensi yang dianut oleh
laki-laki memberikan barang kepada bininya Mahkamah Agung”. Berdasarkan keputusan
atau kepada anaknya serta sudah diberitahukan Mahkamah Agung tersebut dapat dikatakan
dengan terang kepada anak-anaknya dan bahwa anak perempuan dan janda dinyatakan
bininya yang lain, maka pemberian jiwa dana mempunyai kedudukan sebagai ahli waris atas
namanya. Maka anak-anak yang lain tiada harta peninggalan orang tuanya.
boleh menuntut jiwa dana itu melainkan yang Model formulasi kebijakan pewarisan di
mendapakannya tetap berkuasa atas kekayaan Bali dapat berupa persamaan gender atau
itu. persamaan emansipasi antara laki-laki dengan
Jadi dilihat dari ketentuan tersebut diatas perempuan yang tujuannya adalah
dapat dikatakan bahwa orang tua dapat menempatkan kedudukan, hak dan kewajiban
memberikan harta kekayaan kepada anak yang sama antara anak laki-laki maupun
perempuannya dengan jalan hibah atau jiwa dengan anak perempuan.
dana yang nantinya akan digunakan sebagai
bekal hidup bagi anak perempuannya yang 2. Saran
telah kawin keluar. Pemberian orang tua Dimulai setelah dikeluarkannya
kepada anak perempuan yang berupa hibah Keputusan Majelis Utama Desa Pakraman Bali
(jiwa dana) baik berupa barang bergerak (MUDP) Bali No. 01/KeP/PsM-3/MDP
maupun benda tetap, maka barang-barang Bali/X/2010 wanita di Bali sudah berhak
tersebut tetap melekat maupun menjadi hak mewaris dengan sendirinya tanpa adanya
dari anak tersebut, walaupun ia nantinya ia proses hibah wasiat, penunjukan maupun
kawin keluar. pemberian yang bersifat sementara. Keputusan
D.PENUTUP ini dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam
mendapatkan hak bagi wanita di dalam
1. Kesimpulan pewarisan, apabila wanita menginginkannya.
Notaris PPAT diharapkan dapat memberikan
penyuluhan hukum dan informasi mengenai

706
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

perkembangan Hukum Waris di Bali kepada Fahmi, I. 2014. Etika Bisnis; Teori, Kasus, dan
klien yang membutuhkan. Masalah mengenai Solusi. Bandung: Alfabeta.
pewarisan sudah semestinya diatur di dalam Jurnal Balisruti.2011. Suara Millenium
satu aturan yang seragam dan jelas sehingga Development Goals.(MDGs), Edisi
tercipta suatu kepastian hukum. No. 1 Januari-Maret 2011.
Sengketa terhadap hak mewaris tidak saja Ilman Hadikusuma. 1987. Hukum Kekerabatan
dapat diselesaikan melalui ranah hukum Adat. Jakarta: Fajar Agung.
pengadilan tetapi juga dapat diselesaikan Maya Kania, 2000. Analisis Yuridis Terhadap
melalui cara musyawarah keluarga atau Hak Waris Anak Perempuan Pada
musyawarah adat. Namun yang terpenting di Masyarakat Batak Karo Menurut
dalam penyelesaian sengketa kewarisan harus Hukum Adat (Studi Kasus putusan
senantiasa menjaga kerukunan dan Mahkamah Agung Republik
keharmonisan di antara anggota keluarga. Indonesia Nomor
Selain itu Kepala Desa Adat di lingkungan 1542/K/Pdt/1999” tanggal 24 Mei
Majelis Desa Pakraman kecamatan, maupun 2000. Yogyakarta: Tesis, Fakultas
kabupaten dan Hakim sebaiknya lebih aktif di Hukum Magister Kenotariatan
dalam mengikuti informasi khususnya Universitas Gadjah Mada.
mengenai perkembangan pewarisan di Bali. Ridwan Halim. 1985. Hukum Adat dalam
Agar dapat menyelesaikan sengketa pewarisan Tanya Jawab. Jakarta: Ghalia
dengan adil dan mengikuti perkembangan Indonesia.
masyarakat. Rimawati, Tody Sasmitha. 2012. Hak Waris
Anak Perempuan Pada Masyarakat
DAFTAR PUSTAKA Bali Berdasarkan Keputusan
Majelis Utama Desa Pakraman
Anggreni, Luh Putu. 2011. Kesetaraan Dalam Bali Nomor 01/KEP/PSM-3/MDP
Hukum Adat BALI/X/2010 Tentang Hasil
Balihttp://www.balisruti.or.id/keset Pasamuhan Agung III MUDP Bali.
araan-dalam-hukum-adat-bali.html. Yogyakarta: Laporan akhir
Diakses tanggal 28 Juni 2013.Pukul penelitian, Sekolah Vokasi
14.00 Wita. Universitas Gadjah Mada
Aripta Wibawa, Made. 2006. Wanita Hindu Subekti. 1991. Hukum Adat Indonesia dalam
Sebuah Emansipasi Kebablasan. Yurisprudensi Mahkamah Agung
Denpasar: PT Empat Warna cetakan ke 4. Bandung: Alumni.
Komunikasi. Sulistyowati Irianto. 2005. Perempuan di
Bali Post. 2013. Wanita Bali Multi Fungsi Antara Berbagai Pilihan Hukum.
tetapi Dipinggirkan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.\
http://www.balipost.co.id/mediadet Titik Triwulan Tutik. 2006. Pengantar Hukum
ail.php?module=detailberitaindex& Perdata di Indonesia. Jakarta:
kid=32&id=62487.Diakses tanggal Prestasi Pustaka.
28 Juni 2013. Pukul 14.05 Wita. Wolk, H. I., Tearney, M. G., Dodd, J. L. 2001.
Bayu Krisna, I Gusti Ngurah. 2011. Cara Accounting Theory. A Conceptual
Pembagian Menurut Adat Hindu and Institutional Approach. South-
Bali. Western College Publishing, 5th
http://www.balipost.co.id/mediadet Edition.
ail.php?module=detailberitaindex& Wayan P.Windya, 2006. Pengantar Hukum
kid=32&id=62487.Diakses tanggal Adat Bali. Lembaga Dokumentasi
28 Juni 2013. Pukul 14.30 Wita.

707
SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF (SENARI) KE-4 TAHUN 2016
ISBN 978-602-6428-04-2

dan Publikasi Fakultas Hukum Menurut Hukum Adat Bali.


Universitas Udayana. Denpasar: Artikel Ilmiah FH
Windia., Wayan P. http://hukum online.com. UNUD.
2014. Hak Waris Perempuan

708

You might also like