You are on page 1of 5

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGINARY TERHADAP

INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY


DI RS DR. MOEWARDI SURAKARTA

Yuntafiur Rosida & Yuli Widyastuti


STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT
Hospital Dr. Moewardi there are many patient who underwent
surgery. Surgery or surgery is often performed during the months
of August to November 2012 include 158 fracture (40%) cases,
laparatomy 230 (60%) cases. Based on the data in the above
case is the most dominating laparatomy.Surgery has the effect
of post operative pain after. Based on the interviews with one of
the nurses said that, when patients experience post operative
pain laparatomy especially the nurses analgesics to relieve
pain. In addition to pain management nurses use deep
breathing relaxation techniques if the patien did not receive
analgesic therapy. Nurses rarely apply relaxation techniques
guided imaginary because they think the application of deep
breathing relaxation techniques simpler.
To determine the influence of imaginary guided relaxation
techniques to decreasethe intensity of pain in post operative
laparatomy patient in hospital Dr. Moewardi.
The design used in this research is one pretest-posttest design.
The population used in this study were patients post surgery in
the Rose II RS Dr. Moewardi. The sampling technique used was
purposive sampling. Number of samples 16 respondents. The
instrument used for examination of pain using a pain scale
gauge Bourbanis.Data processed by computer SPSS Version
16.00 value effect SPSS Version 16.00 value effect p = 0.000 <
0.05 at 95% significance.
Comparison of the pretest (mean = 5.88) and posttest (mean =
3.56), the average pain score of patients after administration of
imaginary is guided 2.32 indicates that there are between teknk
guided imaginary influence on the reduction of pain intensity
score (p = 0,000 <0,05) at 95% significance.
There is a guided relaxation techniques imaginary influence the
intensity of pain in postoperative laparotomy patients in hospital
Dr. Moewardi.

Keywords: Laparotomy, pain, guided imaginary

PENDAHULUAN Laparatomy adalah salah satu jenis


Bedah atau operasi merupakan operasi yang di lakukan pada daerah
tindakan pembedahan untuk abdomen. Operasi laparatomy
mengobati kondisi yang sulit atau tidak dilakukan apabila terjadi masalah
mungkin disembuhkan hanya dengan kesehatan yang berat pada area
obat-obatan sederhana (Potter and abdomen, misalnya trauma abdomen.
Perry, 2006). Perawatan post laparatomy adalah
Laparatomy adalah bentuk pelayanan perawatan yang
pembedahan perut sampai membuka diberikan kepada pasien-pasien yang
selaput perut (Jitowiyono, 2010). telah menjalani operasi pembedahan

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 76


perut (Lestari, 2012). Salah satu efek terjun, lereng pegunungan dll). Mereka
dari pembedahan adalah nyeri. dapat merasa aman dan bebas dari
Nyeri adalah sesuatu yang sering segala gangguan (interupsi).
membuat pasien merasa tidak Pendengar difokuskan pada
nyaman. Nyeri sering dijelaskan oleh kedetailan dari pemandangan
penderita dengan berbagai macam tersebut, pada apa yang terlihat,
istilah, misalnya rasa tusuk, rasa tikam, terdengar dan tercium dimana
rasa terobek, rasa tersengat, rasa mereka berada di tempat spesial
bakar, rasa sayat, rasa berdenyut. tersebut. Dalam melakukan teknik ini,
Pernyataan tersebut menunjukkan dapat juga digunakan audio tape
lamanya waktu terasa nyeri dan dengar music yang lembut atau suara-
menyamakannya dengan hal-hal suara alam sebagai background.
yang menyebabkan rasa tersebut Waktu yang digunakan 10-20 menit.
pada waktu lampau yang pernah Manfaat guided imaginary
dialaminya (Potter dan Perry, 2006). diantaranya mengurangi stress dan
faktor-faktor yang kecemasan, mengurangi nyeri,
mempengaruhi nyeri menurut Potter mengurangi efek samping,
and Perry (2006) adalah: 1). Usia, 2). mengurangi tekanan darah tinggi,
Jenis kelamin, 3). Kebudayaan, 4). mengurangi level gula darah atau
Makna nyeri, 5). Perhatian, 6). diabetes, mengurangi alergi dan
Keletihan, 7). Ansietas, 8). Pengalaman gejala pernafasan, mengurangi sakit
sebelumnya, 9). Gaya koping, 10). kepala, mengurangi biaya rumah sakit
Dukungan keluarga dan sosial. dan meningkatkan penyembuhan luka
Intensitas nyeri dapat diketahui (Alimul, 2006).
dengan bertanya kepada pasien
melalui skala nyeri berikut: 1). 0 = Tidak METODE PENELITIAN
nyeri, 2). 1 – 3 = Nyeri ringan, 3). 4 – 6 Desain yang digunakan dalam
= Nyeri sedang , 4) 7 – 9 = Nyeri berat, penelitian ini adalah penelitian one
5) 10 = Nyeri tidak tertahankan. design pretest-postest (Setiadi, 2007).
Nyeri yang dialami pasien post Rancangan pre test dan post test
operasi bersifat akut dan harus segera bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ditangani. Strategi penatalaksanaan teknik relaksasi guided imaginary
nyeri mencakup baik pendekatan terhadap intensitas nyeri pada pasien
farmakologi maupun non-farmakologi. post operasi laparatomy.
Pendekatan ini diseleksi berdasarkan Populasi yang digunakan dalam
pada kebutuhan dan tujuan pasien penelitian ini adalah pasien post
secara individu. Semua intervensi akan operasi di ruang Mawar II RSUD Dr.
berhasil bila dilakukan sebelum nyeri Moewardi. Sampel dalam penelitian ini
menjadi lebih parah dan keberhasilan adalah pasien rawat inap dengan post
terbesar sering dicapai jika beberapa laparatomy di bangsal Mawar II RSUD
intervensi ditetapkan secara stimulan Dr. Moewardi dengan metode
(Smeltzer dan Bare, 2002 purposive sampling dengan kriteria
Penanganan nyeri ada 2 yaitu inklusi Pasien post operasi laparatomy
dengan teknik farmakologi dan non yang bersedia untuk diteliti dan
farmakologi. Management Nyeri Non mendapat ijin dari keluarga, pasien
Farmakologi yang meliputi 5 teknik post operasi laparatomy hari kedua,
relaksasi menurut Kozier (2006) adalah: tidak dalam perawatan psikiater,
a). Teknik distraksi, b). Teknik massage, mampu mengungkapkan perasaan
c). Teknik nafas dalam, d). Terapi nyerinya, mampu menjawab
musik, e) Guided Imaginary. pertanyaan dalam kuisioner, dirawat di
Management Nyeri Farmakologi. bangsal Mawar II.
Pelaksanaan Guided Imaginary Instrumen yang digunakan
dilaksanakan dengan membawa klien dalam penelitian ini terdiri dari data
menuju tempat special dalam imajinasi demografi dan kuesioner skala
mereka (misal: sebuah pantai tropis, air pengukuran nyeri. Data demografi

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 77


terdiri dari umur, jenis kelamin, suku dan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Nyeri Sebelum Guided
Imaginary
agama. Pada kuesioner skala
pengukuran intensitas nyeri No. Nyeri Frek %
menggunakan skala nyeri bourbanis. 1 Tak tertahankan 0 0
Terdiri dari skor 1-3 (nyeri ringan), skor 4- 2 Berat 6 37,5
6 (nyeri sedang), skor 7-9 (nyeri berat), 3 Sedang 9 56,25
dan skor 10 (tidak tertahankan). 4 Ringan 1 6,25
Total 16 100
HASIL PENELITIAN
1. Deskriptif Tentang Umur Berdasarkan tabel 3 maka dapat
Responden diketahui bahwa jumlah responden
yang frekuensi nyeri tertinggi adalah
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden nyeri sedang yaitu 9 responden
Berdasarkan Umur dengan presentase 56,25%.
Umur Frekuensi Prosentase % Sedangkan frekuensi skala nyeri
31-40 tahun 6 37,5 terendah adalah nyeri ringan yaitu 1
41-50 tahun 4 25
51-60 tahun 2 12,5
responden dengan presentase 6,25%.
>60 tahun 4 25
Total 16 100 4. Nyeri Sesudah Guided Imaginary
Karakteristik nyeri responden sesudah
Dari responden sebanyak 16 guided imaginary disajikan dalam
orang didapatkan bahwa klien tabel berikut ini:
dengan post operasi laparatomy yang
berumur antara 31-40 tahun adalah Tabel 4 Distribusi Frekuensi Nyeri
tertinggi sebanyak 6 responden Sesudah Guided Imaginary
dengan presentase37,5%. Umur antara No Nyeri Frek %
51-60 tahun adalah terendah 1 Tak tertahankan 0 0
sebanyak 2 responden dengan 2 Berat 2 12,5
presentase 12,5%. 3 Sedang 4 25
4 Ringan 10 62,5
2. Deskriptif Tentang Jenis Kelamin Total 16 100
Responden
Berdasarkan tabel 4 maka dapat
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden
diketahui bahwa jumlah responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
dengan frekuensi skala nyeri tertinggi
Jenis
No
Kelamin
Frekuensi Prosentase % adalahnyeri ringan yaitu 10 responden
1 Laki-laki 7 43,75
dengan presentase 62,5%. Sedangkan
2 Perempuan 9 56,25 frekuensi skala nyeri terendah adalah
nyeri berat yaitu 2 responden dengan
Total 16 100 presentase 12,5%.

Dari responden sebanyak 16 PEMBAHASAN


orang didapatkan bahwa klien Setelah dilakukan penelitian di RS
dengan post operasi laparatomy yang Dr. Moewardi terdapat 16 responden
berjenis kelamin terbanyak adalah yang sesuai dengan kriteria yang
perempuan yaitu 9 responden dengan sudah ditentukan peneliti. Berdasarkan
presentase 56,25%. penelitian menunjukkan nilai t hitung
sebesar 7,103 dengan signifikasi (p)
3. Nyeri Sebelum Guide Imaginary sebesar 0,000. Nilai p < 0,05 dan t
Karakteristik nyeri responden sebelum hitung lebih besar dari t tabel (7,103 >
guided imaginary. 1,753). Maka diputuskan Ho ditolak
berarti tidak ada pengaruh,
Sedangkan Ha diterima berarti ada
pengaruh antara guided imaginary
terhadap nyeri, menunjukkan bahwa

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 78


pengujian signifikan pada 95%. Hasil Berdasarkan penurunan rata-
rata-rata skor nyeri sebelum dilakukan rata intensitas nyeri tersebut responden
guided imaginary adalah5,88 dan dianjurkan untuk melakukan guided
sesudah dilakukan guided imaginary imaginary untuk menurunkan atau
adalah3,56, dan selisih rentang dari mengurangi nyeri yang dirasakan.
skor nyeri sebelum dan sesudah Dengan demikian hasil penelitian
perlakuan adalah 2,32. menunjukkan guided imaginary
Imajinasi terbimbing merupakan berpengaruh dalam menurunkan skala
suatu teknik yang menuntut seseorang nyeri.
untuk membentuk bayangan yang
disukai. Imajinasi yang terbentuk akan PENUTUP
diterima sebagai rangsang oleh Kesimpulan
berbagai indra kemudian akan Berdasarkan penelitian terdapat
dijalankan ke batang otak menuju perbedaan tingkat nyeri pasien post
sensor thalamus. Di thalamus rangsang operasi laparatomy sebelum dan
akan diformat sesuai bahasa otak dan sesudah dilakukan teknik guided
akan ditransmisikan ke amigdaladan imaginary. Hal ini ditunjukkan dengan
sebagian besar lagi akan dikirim ke nilai nilai t hitung sebesar 7,103
korteks, di korteks terjadi proses asosiasi dengan signifikasi (p) sebesar 0,000.
pengindraan dimana rangsang Nilai p <0,05 dan t hitung lebih besar
dianalisis sehingga otak mengenali dari t tabel (7,103 > 1,753) pada
objek tersebut. Sehingga memori signifikan 95%.Dan penurunan
bayangan akan muncul dan intensitas nyeri sesudah dilakukan
menimbulkan persepsi yang guided imaginary dari5,88 menjadi
sebenarnya dan mempengaruhi 3,56.
reseptor nyeri yang dapat menurunkan
intensitas nyeri (Greenbarg, 2003). Saran
Menurut Simon (2003) pada 1. Perawat dapat memberikan
teknik guided imagery, corteks visual teknik guided imagery selain obat-
otak yang memproses imajinasi obatan sebagai salah satu
mempunyai hubun- gan yang kuat alternatif intervensi keperawatan
dengan sistem syaraf otonom, yang secara non farmakologis untuk
mengontrol gerakan invol- unter membantu klien dengan Nyeri.
diantaranya: nadi, pernapasan dan 2. Teknik guided imagery
respon fisik terhadap stres dan terbukti memilki efek untuk
membantu mengeluarkan hormon menurunkan nyeri se- hingga
endorpin (substansi ini dapat perawat bisa mensosialisasi- kan
menimbulkan efek analgesik yang cara penggunaan teknik guided
sebanding dengan yang ditimbulkan imagery ini kepada masyarakat
morphin dalam dosis 10-50 mg/kg BB) luas
se- hingga terjadi proses relaksasi.
Guided imaginary merupakan DAFTAR PUSTAKA
salah satu dari teknik relaksasi sehingga Alimul Aziz. Pengantar Kebutuhan
manfaat dari teknik ini pada umumnya Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
sama dengan manfaat dari teknik Medika. 2006.
relaksasi yang lain. Para ahli dalam Kozier, B, and Erbs. Fundamental of
bidang teknik relaksasi guided Nursing. Philadelphia: Mosby.
imaginery berpendapat bahwa 2006.
imaginery merupakan penyembuh Mansjoer Arif. Kapita Selekta
yang efektif. Teknik ini dapat Kedokteran.Jakarta: Media
mengurangi nyeri, mempercepat Euculapcius UI. 2007.
penyembuhan dan membantu tubuh Potter and Perry. Buku Ajar
mengurangi berbagai macam Fundamental Keperawatan.
penyakit seperti depresi, alergi dan Jakarta : EGC. 2006.
asma (Priyanto, 2011).

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 79


Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Keperawatan. Edisi 1. Smeltzer and Bare. Buku Ajar
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007. Keperawatan Medikal Bedah.
Simon, Ellen Chernoff. 2003. (diakses 17 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2002
April 2006). Soeparman. 1990.
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.

Jurnal Kebidanan, Vol. VI, No. 02, Desember 2014 80

You might also like