You are on page 1of 19

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393

Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

STRATEGI USAHA KECIL RITEL UNTUK MENINGKATKAN KINERJA DAN


KEUNGGULAN BERSAING BERKELANJUTAN
(STUDI KASUS DI KOTA MAKASSAR)

Saban Echdar
sabanechdar@gmail.com
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nobel Indonesia

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of service orientation, entrepreneurial, market, location
and product selection on the performance of small retail businesses, as well as influence the performance of small
retail businesses on competitive advantage. This study includes a descriptive study, data collection by interview
and questionnaire. The study population was small retail businesses in the city of Makassar and purposive
sampling techniques and random sampling with a sample of 120 respondents. Using SEM analysis, which is
operated through the AMOS program. The results showed that the service orientation, orientation market,
location and selection of products and a significant positive effect on the performance of small retail businesses,
because it always strives to provide the best service, the expansion of markets, proximity to customers and
always prepare a variety of product sales. Entrepreneurial orientation is not positive and significant effect on the
performance of small retail businesses because entrepreneurs do not see the action of the performance advantage
but how to maintain a sustainable business in order. The results also show that the performance of small retail
businesses and significant positive effect on competitive advantage because the performance is getting better able
to maintain competitive advantage.

Key words: small business retail, performance and competitive advantage.

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh orientasi pelayanan, kewirausahaan, pasar, lokasi
dan pilihan produk terhadap kinerja usaha kecil ritel, serta pengaruh kinerja usaha kecil ritel terhadap
keunggulan bersaing. Penelitian ini termasuk penelitian diskriptif, pengumpulan data dengan teknik
wawancara dan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah usaha kecil retail di Kota Makassar dan
teknik pengambilan sampel secara purposive dan random sampling dengan jumlah sampel 120
responden. Mengunakan analisis SEM, yang dioperasikan melalui program AMOS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa orientasi pelayanan, orientaasi pasar, lokasi dan pilihan produk berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil ritel, sedangkan orientasi kewirausahaan tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil. Kinerja usaha kecil ritel berpengaruh
positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing.

Kata kunci: Usaha kecil ritel, kinerja dan keunggulan bersaing.

PENDAHULUAN eceran tidak mengambil keuntungan yang


Saat ini usaha dagang dalam bentuk banyak, asalkan barang mereka banyak
apapun sepertinya menarik, salah satunya keluar atau laku, sudah bisa dibilang ber-
adalah usaha ritel. Ada banyak orang yang hasil. Beberapa jenis usaha ritel yang ada
tertarik dan terjun dalam usaha ini. Salah saat ini, berikut jenis usaha ritel dari yang
satu daya tariknya adalah karena usaha ritel kecil hingga besar, diantaranya adalah
ini memberikan keuntungan bagi mereka. pedagang kaki lima, warung atau toko-toko
Biasanya mereka yang menjual barang kecil, minimarket, supermarket dan depar-

311
312 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

temen store. Usaha kecil ritel (Small business cukup dekat. Dibalik kelebihan itu, usaha
retail) merupakan salah satu faktor penting kecil ritel di berbagai kota, terkhusus di Kota
dalam menunjang perekonomian wilayah. Makassar memiliki beberapa kekurangan,
Usaha kecil ritel memberikan satu pandang- yaitu keahlian dalam mengelola toko ritel
an hidup untuk jutaan orang yang mencari berskala kecil kurang diperhatikan oleh
nafkah dalam sektor perekonomian. Peritel peritel, administrasi (pembukuan) kurang
memberikan barang dan jasa yang dibutuh- atau bahkan tidak diperhatikan oleh peritel,
kan semua masyarakat, dari makanan hing- sehingga terkadang uang atau modalnya
ga alat elektronik. habis tidak terlacak, promosi usaha tidak
Usaha ritel adalah salah satu segmen dapat dilakukan dengan maksimal, sehingga
dengan tingkat pertumbuhan paling cepat di usaha ritel yang diketahui oleh calon pem-
banyak negara termasuk Indonesia. Sebagi- beli/pelanggan. Hal inilah yang meng-
an besar peritel meliputi penjualan barang hambat peningkatan kinerja dan keunggulan
atau jasa dari pihak pembuat, penjual grosir, bersaing berkelanjutan usaha kecil ritel di
agen, importir, atau peritel lainnya dan Kota Makassar.
menjualnya kepada konsumen untuk peng- Sejalan dengan kelemahan usaha kecil,
gunaan pribadi. Harga yang dikenakan Kuncoro (2006) menyatakan bahwa usaha
untuk barang-barang dan jasa termasuk kecil menengah di Indonesia secara kualitas
pengeluaran peritel dan termasuk laba. sulit berkembang di pasar karena meng-
Setiap tahun, sektor vital dari ekonomi ini hadapi beberapa masalah internal, seperti
menjadi sumber GNP (gross national product) rendahnya kualitas sumber daya manusia,
yang tidak bisa dianggap remeh.Usaha kecil kurangnya orientasi kewirausahaan, rendah-
ritel meliputi semua kegiatan yang terlibat nya penguasaan teknologi dan manajemen,
dalam penjualan atau pembelian barang, minimnya informasi, dan rendahnya orien-
jasa ataupun keduanya secara sedikit-sedikit tasi pasar (market orientation). Kelompok
atau satu-satu langsung kepada konsumen usaha ini mampu menyerap tenaga kerja
akhir untuk keperluan konsumsi pribadi, lebih kurang 87 % dari jumlah tenaga kerja
keluarga ataupun rumah tangga dan bukan produktif yang tersedia, dan sumbangannya
untuk keperluan bisnis (dijual kembali). terhadap PDB mencapai 54% (Suarja, 2007
Usaha kecil ritel atau eceran tidak hanya dalam Rahab dan Sudjono, 2012). Data ter-
terbatas dalam penjualan barang, seperti sebut mengindikasikan bahwa pada dasar-
sabun, minuman ataupun deterjen, tetapi nya usaha kecil merupakan kelompok usaha
juga layanan jasa seperti jasa potong rambut, yang memiliki potensi besar untuk meng-
ataupun penyewaan mobil. Usaha ritel pun atasi masalah kemiskinan dan penganggur-
tidak selalu dilakukan ditoko, tetapi juga an.
bisa dilakukan melalui telepon atau internet, Oleh sebab itu upaya peningkatan
disebut juga dengan eceran/ritel non-toko. kinerja dan daya saing usaha kecil ritel
Mengapa masyarakat kita senang ma- merupakan hal yang penting dalam me-
suk di sektor usaha ritel? Hal ini karena ngembangkan sektor riil yang memiliki
usaha ritel memiliki beberapa kelebihan, potensi penyerapan tenaga kerja. Daya saing
yaitu modal yang diperlukan cukup kecil, usaha kecil ritel merupakan hal yang pen-
namun keuntungan yang diperoleh cukup ting bagi pemilik usaha kecil dan per-
besar, umumnya lokasi usaha ritel strategis, ekonomian dalam lingkup yang lebih luas.
mereka mendekatkan tempat usahanya de- Daya saing usaha kecil ritel secara ber-
ngan tempat berkumpul konsumen, seperti kelanjutan dapat membentuk fondasi ekono-
dekat pemukiman penduduk, terminal bus, mi yang kuat dalam bentuk stabilitas
atau kantor-kantor, hubungan antar peritel ekonomi mikro, iklim usaha dan investasi
dengan pelanggan cukup dekat, komunikasi yang sehat, sekaligus dapat meningkatkan
dua arah antara pelanggan dengan peritel kinerja usaha kecil ritel tersebut.
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 313

Penilaian kinerja (performance appraisal) Bertolak pada uraian diatas, maka tuju-
pada dasarnya merupakan faktor kunci an penelitian ini adalah untuk mengkaji dan
dalam mengembangkan suatu organisasi menganalisis pengaruh orientasi pelayanan,
bisnis secara efektif dan efisien, karena orientasi kewirausahaan, orientasi pasar,
adanya kebijakan atau program yang lebih pilihan produk terhadap kinerja usaha kecil
baik terhadap peningkatan kualitas sumber- ritel di Kota Makassar serta kinerja usaha
daya yang ada dalam organisasi. Me- kecil terhadap keunggulan bersaing ber-
ningkatkan kinerja individu sangat ber- kelanjutan. Sedangkan manfaat penelitian
manfaat bagi dinamika pertumbuhan suatu ini adalah: (a) bagi pengembangan ilmu,
usaha kecil menengah secara keseluruhan, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
melalui penilaian tersebut dapat diketahui bacaan dan informasi untuk penelitian
kondisi sebenarnya tentang bagaimana lanjutan dan pengembangan ilmu penge-
kinerja usaha kecil ritel. Dengan kinerja yang tahuan khususnya kinerja usaha kecil ritel,
baik diharapkan usaha kecil ritel di Kota (b) bagi usaha kecil ritel, dapat disusun
Makassar dapat berkembang dan bertahan suatu model pengembangan kewirausahaan,
dengan baik serta mempu meningkatkan (c) bagi pemerintah, hasil penelitian ini
daya saingnya. dapat digunaan sebagai masukan dalam
Kota Makassar, sebagai barometer pembinaan dan pengembangan usaha kecil
Propinsi Sulawesi Selatan, usaha kecil ritel ritel di Kota Makassar.
ini tumbuh sangat cepat, namun pada
perjalanan usahanya banyak diantara ritel TINJAUAN TEORETIS
yang berdiri tidak dapat mencapai kinerja Usaha Kecil Ritel
yang baik dan keunggulan bersaing yang Kata Ritel berasal dari bahasa Perancis,
mapan. Bahkan banyak usaha kecil ritel “retailer”, yang berarti memotong atau me-
yang menghentikan kegiatan usahanya mecahkan sesuatu. Menurut Kamus Besar
karena tidak mampu bersaing. Jumlah usaha Bahasa Indonesia, eceran berarti secara satu-
kecil (termasuk ritel) di Kota Makassar saat satu; sedikit-sedikit (tentang penjualan atau
ini sebanyak 8.458 unit, tersebar di 14 Ke- pembelian barang); setengan-setengah.
camatan di 143 kelurahan, bergerak dalam Usaha ritel adalah semua kegiatan yang
empat sektor usaha, yakni perdagangan terlibat dalam penjualan atau pembelian
(5.076), aneka jasa (2.539), industri non per- barang, jasa ataupun keduanya secara
tanian (592) dan industri pertanian (251) sedikit-sedikit atau satu-satu langsung ke-
(Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar, pada konsumen akhir untuk keperluan
2012). Dari jumlah tersebut, hampir sebagian konsumsi pribadi, keluarga, ataupun rumah
besar usaha kecil ritel masih sangat lemah, tangga dan bukan untuk keperluan bisnis
masih membutuhkan perhatian, penangan (dijual kembali). Usaha ritel (eceran) tidak
dan keberpihakan dari berbagai pihak, ter- hanya terbatas pada penjualan barang,
masuk pemerintah dalam penguatan usaha seperti sabun, minuman, ataupun deterjen,
dan peningkatan kinerja dan daya saingnya. tetapi juga layanan jasa seperti jasa potong
Dalam konteks inilah peneliti merasa rambut, ataupun penyewaan mobil. Usaha
terpanggil dan punya tanggung jawab untuk ritel pun tidak harus selalu di lakukan di
membantu pemerintah Kota Makassar toko, tapi juga bisa dilakukan melalui
dalam memberdayakan usaha kecil ritel, telepon atau internet, disebut juga dengan
lewat penelitian ini, guna menyusun solusi ritel non-toko. Usaha kecil ritel adalah
yang strategis dan model pembinaan yang semua kegiatan yang terlibat dalam pen-
tepat dalam rangka peningkatkan kinerja jualan atau pembelian barang, jasa ataupun
dan keunggulan bersaing usaha kecil ritel di keduanya secara sedikit-sedikit atau satu-
Kota Makassar. satu langsung kepada konsumen akhir
314 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

untuk keperluan konsumsi pribadi, keluarga Boyd et al., (2010), mendefinisikan ritel
ataupun rumah tangga dan bukan untuk sebagai usaha menjual barang dan jasa
keperluan bisnis (dijual kembali). secara langsung ke konsumen akhir untuk
Secara garis besar, usaha ritel yang penggunaan pribadi bukan untuk bisnis.
berfokus pada penjualan barang sehari-hari Biasanya pengambilan posisi sebagai pe-
terbagi dalam dua jenis, yaitu usaha ritel milik untuk barang-barang yang mereka
tradisional dan usaha ritel modern tangani dan mendapatkan laba dari pem-
(Rozaniwati dan Tata, 2010). Ciri-ciri usaha bedaan harga yang dibayar untuk barang
ritel tradisional adalah sederhana, tempat- tersebut dengan harga yang diterima dari
nya tidak terlalu luas, barang yang dijual konsumen.
tidak terlalu banyak jenisnya, sistem Usaha ritel merupakan semua aktivitas
pengelolaan masih sederhana, tidak me- yang langsung berhubungan dengan pen-
nawarkan kenyamanan berbelanja dan jualan produk dan jasa kepada konsumen
masih ada proses tawar-menawar harga akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan
dengan pedagang, serta produk yang dijual bisnis. Dengan kata lain, setiap badan
tidak dipajang secara terbuka sehingga usaha/perorangan yang menjual produk
pelanggan tidak mengetahui apakah peritel dan menyediakan jasa pada konsumen akhir
memiliki barang yang dicari atau tidak. berarti telah melakukan fungsi bisnis ritel.
Sedangkan usaha ritel modern adalah se- Faktor-faktor yang mempengaruhi keber-
baliknya, menawarkan tempat yang luas, hasilan usaha ritel, yaitu: Lokasi usaha,
barang yang dijual banyak jenisnya, sistem harga yang tepat, dan suasana toko. Dalam
manajemen terkelola dengan baik, me- membangun usaha, apapun yang akan
nawarkan kenyamanan berbelanja, harga direncanakan pasti ada kelebihan dan ke-
jual sudah tetap (fixed price) sehingga tidak kurangan dalam usaha tersebut. Kelebihan
ada proses tawar-menawar dan adanya dan kekurangan dalam membangun usaha
sistem swalayan/pelayanan mandiri, serta ritel, adalah:
pemajangan produk pada rak terbuka se- 1. Kelebihan usaha ritel; modal yang di-
hingga pelanggan bisa melihat, memilih, perlukan cukup kecil, namun ke-
bahkan mencoba produk terlebih dahulu untungan yang diperoleh cukup besar,
sebelum memutuskan untuk membeli umumnya lokasi usaha ritel strategis,
(Rozamiwati dan Tata, 2010) mereka mendekatkan tempat usahanya
Saat ini usaha kecil ritel merupakan dengan tempat berkumpul konsumen,
kelompok usaha yang paling dapat bertahan seperti dekat pemukiman penduduk,
ketika krisis ekonomi melanda negara ini. terminal bus, atau kantor-kantor,
Perkembangan jumlah unit usaha kecil hubungan antar peritel dengan pe-
menengah yang terus meningkat, tentunya langgan cukup dekat, karena adanya
akan dapat membuka lapangan kerja yang komunikasi dua arah antara pelanggan
besar bagi masyarakat. Namun demikian dengan peritel.
usaha kecil ini masih dipandang sebagai 2. Kekurangan usaha ritel, keahlian dalam
usaha yang lemah kinerjanya. Kotler (2012), mengelola toko ritel berskala kecil ku-
menyatakan bahwa usaha kecil ritel me- rang diperhatikan oleh peritel, adminis-
rupakan seluruh aktivitas yang melibatkan trasi (pembukuan) kurang atau bahkan
penjualan barang dan jasa langsung pada tidak diperhatikan oleh peritel, sehingga
konsumen yang olehnya digunakan untuk terkadang uang atau modalnya habis
kepentingan pribadi dan non bisnis. Riteler tidak terlacak, promosi usaha tidak
merupakan orang, setiap organsasi bisnis dapat dilakukan dengan maksimal, se-
yang volume penjualannya terutama ber- hingga usaha ritel yang diketahui oleh
sumber dari usaha ritel. calon pembeli atau pelanggan.
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 315

Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai se-


Kinerja merupakan suatu fungsi dari seorang dalam melaksanakan tugas-tugas
motivasi dan kemampuan. Untuk me- yang dibebankan kepadanya yang didasar-
nyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang kan atas kecakapan, pengalaman dan ke-
sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan sungguhan serta waktu. Dengan demikian
tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan kinerja merupakan suatu kondisi yang harus
keterampilan seseorang tidaklah cukup diketahui dan dikonfirmasikan kepada
efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pihak-pihak tertentu untuk mengetahui
pemahaman yang jelas tentang apa yang tingkat pencapaian hasil suatu usaha sesuai
akan dikerjakan dan bagaimana mengerja- dengan kemampuan dan tanggungjawab
kan. Kinerja merupakan perilaku nyata yang yang diberikan yang tidak melanggar aturan
ditampilkan setiap orang sebagai prestasi main serta mengetahui dampak positif dan
kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai negatifnya dari suatu kebijakan operaional.
perannya dalam perusahaan. Oleh sebab itu Oleh karena itu setiap unit usaha akan selalu
kinerja usaha merupakan suatu hal yang mengukur dan menilai kinerja usahanya
sangat penting dalam upaya perusahaan agar diketahui tingkat hasil nyata yang
untuk mencapai tujuannya. Kinerja per- dapat dicapai dalam unit tersebut dalam
usahaan merupakan hasil atau prestasi yang kurun waktu tertentu.
dicapai perusahaan pada periode tertentu. Rivai (2009) menyatakan bahwa suatu
Kinerja perusahaan dapat dilihat dari perusahaan melakukan penilaian kinerja
berbagai dimensi. Banyak pendapat me- berdasarkan dua alasan pokok, yaitu: (1)
ngenai dimensi yang digunakan dalam manajer memerlukan evaluasi yang obyektif
pengukuran kinerja perusahaan. Menurut terhadap kinerja karyawan pada masa lalu
Hartini (2012), pengukuran kinerja per- yang digunakan untuk membuat keputusan
usahaan dapat dilihat dari dua dimensi yaitu di bidang sumber daya manusia di masa
keuangan dan non keuangan. Kinerja per- yang akan datang; dan (2) manajer memerlu-
usahaan menjadi kunci pokok untuk tetap kan alat yang memungkinkan untuk mem-
eksis dalam pasar global. Rahayu (2009) bantu karyawan untuk memperbaiki kinerja,
mengatakan bahwa kinerja adalah merujuk merencanakan pekerjaan, mengembangkan
pada tingkat pencapaian atau prestasi dari kemampuan dan keterampilan untuk pe-
perusahaan dalam periode waktu tertentu. ngembangan karier dan memperkuat kuali-
Kinerja sebuah perusahaan adalah hal yang tas hubungan antar manajer yang ber-
sangat menentukan dalam perkembangan sangkutan dengan karyawannya. Dengan
perusahaan. Pada umumnya setiap per- kata lain tujuan penilaian kinerja usaha kecil
usahaan bertujuan untuk tetap berdiri ritel adalah merumuskan perencanaan
(survive), memperoleh laba (benefit) dan ber- sumber daya manusia secara baik dan benar,
kembang (growth). Hal ini dapat tercapai menentukan kebutuhan pelatihan yang se-
apabila perusahaan tersebut mempunyai suai dengan kebutuhan, melakukan evaluasi
kinerja yang baik. atas pencapaian tujuan perusahaan, sebagai
Performance (kinerja) menurut kamus informasi untuk identifikasi tujuan, melaku-
besar bahasa Indonesia adalah (a) sesuatu kan evaluasi terhadap sistem sumber daya
yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihat- manusia dan penguatan terhadap kebutuh-
kan, (c) kemampuan kerja. Kinerja menurut an pengembangan usaha kecil ritel.
Anwar Prabu (2005) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh Orientasi Pelayanan
seorang pegawai dalam melaksanakan Orientasi pelayanan (Service Orientation)
tugasnya sesuai dengan tanggungjawab memiliki peranan penting pada ke-
yang diberikan kepadanya. Menurut langsungan operasional usaha kecil ritel,
Hasibuan (2004), kinerja (prestasi kerja)
316 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

peranannya dapat dirasakan baik di tingkat Orientasi Kewirausahaan


karyawan maupun tingkat organisasi. Menurut Dess and Lumpkin (2005),
Hogan et al., (2004) menjelaskan bahwa orientasi kewirausahaan adalah keseluruhan
orietasi pelayanan pada tingkat individu inovasi radikal perusahaan, tindakan stra-
dapat didefinisikan sebagai sekumpulan tegis yang proaktif dan aktivitas penngambil
sikap dan perilaku yang mempengaruhi risiko yang diwujudkan dalam bentuk
kualitas interaksi antara karyawan organi- dukungan pada proyek yang berhubungan
sasi dengan pelanggan mereka. Pada level dengan dimensi-dimensi kewirausahaan.
orgaisasi, orientasi pelayanan merupaan Dimensi tersebut adalah bertindak untuk
suatu karakteristik desain internal seperti diri sendiri, kemauan untuk melakukan
struktur organisasi, suasana dan budaya inovasi, menanggung resiko dan ke-
pada level organisasi (Lytle el al,. 1998 dalam cenderungan untuk bertindak agresif dalam
Kim et al., 2004). Orientasi Pelayanan bersaing dan relatif proaktif untuk me-
Pelanggan (Customer Service Oientation) ada- nangkap peluang pasar. Mille and Freisen
lah keinginan untuk membantu atau me- (1983) dalam Dess and Lumpkin (2005)
layani orang lain untuk memenuhi ke- menyatakan bahwa konsep operasional dari
butuhan mereka, artinya berusaha untuk orientasi wirausaha adalah harus berani
mengetahui dan memenuhi kebutuhan menjadi yang pertama dalam inovasi
pelanggan. Oleh karena itu, usaha kecil ritel produk pasar, berani mengambil resiko dan
yang menerapkan orientasi pelayanan akan melakukan tindakan proaktif agar dapat
mempunyai keuntungan yang tinggi. Hal ini mengalahkan persaing. Menurut Dess and
berarti bahwa bila usaha ritel memutuskan Lumpkin (2005), bahwa perusahaan yang
untuk menciptakan suatu strategi produk berorientasi kewirausahaan adalah peng-
dengan suatu pelayanan, maka mereka ambil resiko, tidak seperti perusahaan
membuat suatu perubahan sistematis dan konservatif yang sifatnya cenderung ber-
berorientasi jangka panjang (Hamburg et al., tahan dan menghindari resiko dalam upaya
2002). mempertahankan keberhasilan yang lalu.
Usaha kecil ritel yang menerapkan Selanjutnya Dess and Lumpkin (2005),
strategi bisnis berorientasi pada pelayanan menyatakan bahwa orientasi kewirausahaan
akan dapat membangun hubungan yang secara proaktif berhubungan dengan kinerja
baik dan harmonis antara pegawai dan perusahaan.
pelanggan. Dengan hubungan yang baik dan Orientasi kewirausahaan itu sendiri,
harmonis, usaha kecil ritel dapat mem- merupakan proses, praktek, dan kegiatan
peroleh informasi yang penting dari pengambilan keputusan yang menuju pada
pelanggan sehingga dapat digunakan se- new entry. Orientasi kewirausahaan muncul
bagai acuan untuk meningkatkan nilai dari perspektif pilihan strategis yang me-
tambah yang diberikan pada pelanggan. nyatakan bahwa peluang new entry untuk
Menurut Hamburg et al., (2002), strategi berhasil sangat tergantung pada kinerja
bisnis yang berorientasi pada pelayanan yang menjadi tujuan. Sedangkan menurut
dapat diukur dengan tiga indikator, yaitu (1) Frishammar dan Horte (2007) Orientasi
banyaknya jenis pelayanan yang ditawar- kewirausahaan mencerminkan sejauhmana
kan, (2) banyaknya pelanggan yang ditawari perusahaan cenderung untuk melakukan
pelayanan dan (3) keaktifan menekankan inovasi, mengambil risiko dan proaktif.
pada pelayanan. Strategis bisnis yang ber- Orientasi Pemasaran dan orientasi
orientasi pada pelayanan secara positif kewirausahaan adalah dua kapabilitas atau
mempengaruhi kinerja perusahaan, sekali- orientasi yang terpisah tetapi saling me-
gus berpengaruh terhadap pencapaian ke- lengkapi yang dapat besama-sama. Kapa-
untungan perusahaan. bilitas adalah kebiasaan sehari-hari yang
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 317

komplek secara sosial yang menentukan daripada pesaing untuk menentukan pe-
efisiensi perusahaan dalam mentransformasi menuhan tujuan perusahaan (Kotler dan
input menjadi output (Pangeran, 2012). Asmstrong, 2009)
Teece and Pisano (1994) menjelaskan bahwa Menurut Cravensi (2012), ada dua
kedua orientasi, pemasaran dan kewira- pendekatan yang dapat dilakukan untuk
usahaan adalah kapabilitas yang dinamis berorientasi pasar, yaitu pendekatan market
karena memiliki sub kompetensi atau driven dan pendekatan driving market. Pen-
kapabilitas yang memungkinkan perusaha- dekatan market driven merujuk pada
an untuk menciptakan proses dan produk orientasi bisnis yang berdasarkan pada pe-
baru dan merespon lingkungan bisnis yang mahaman dan reaksi terhadap pilihan-
berubah. pilihan dan perilaku pemain di struktur
Pernyataan Teece and Pisano (1994) pasar yang ada. Sedangkan pendekatan
tersebut didukung oleh Frishammar dan driving market mengimplikasikan pengaruh
Horte (2007) yang menyatakan bahwa terhadap struktur pasar atau perilaku pasar,
orientasi pemasaran dan orientasi kewira- dengan tujuan meningkatkan posisi per-
usahaan menciptakan keterampilan yang saingan (Cravensi, 2012). Baik pendekatan
kompleks, tak berwujud, tak diucapkan, market driven dan driving market, sama-sama
yang memungkinkan perusahaan meng- berfokus pada konsumen, pesaing, dan
hasilkan gagasan baru untuk menciptakan kondisi pasar.
produk. Hal ini sejalan dengan hasil pe- Kohli and Jaworski (2005) dalam
nelitian Pangeran (2012) menunjukkan bah- Simintiras (2011) mendefinisikan orientasi
wa pengambilan risiko dan keproaktifan pasar sebagai: the organization wide generation
berpengaruh positif pada kinerja keuangan of market intelligence pertaining to current and
pengembangan produk baru. Dengan demi- future needs of the customers, dissemination of
kian dimensi kunci dari orientasi kewira- intelegence horizontally and vertically within the
usahaan termasuk kemauan untuk mandiri organization, and organization wide action or
(autonomy), keinginan melakukan inovasi responsiveness to it. Narver dan Slater (2000)
(innovativeness), kecenderungan untuk ber- dalam Simintiras (2011) menyatakan bahwa
sikap agresif terhadap pesaing (competitive orientasi pasar: characterizes and organi-
aggressiveness), dan bersikap proaktif ter- zation’s disposition to deliver superior value to
hadap peluang pasar (proactiveness). its customers continuously. Definisi ini
berfokus pada penciptaan nilai unggul
Orientasi Pasar produk perusahaan secara berkelanjutan,
Salah sau faktor yang menentukan dimana orientasi pasar terdiri dari tiga
kinerja perusahaan adalah orientasi pasar komponen yaitu orientasi pelanggan baru,
(market orientation). Orientasi pasar me- orientasi pesaing, dan koordinasi inter-
rupakan budaya organisasi yang efektif dan fungsional (Narver and Slater, 2000). Semua
efisien yang mengarahkan organisasi pada aktivitas orientasi pelanggan dan orientasi
aktivitas penciptaan nilai yang tinggi bagi pesaing dilibatkan dalam memperoleh infor-
konsumen. Orientasi pasar merupakan hal masi tentang pembeli dan pesaing pada
yang penting bagi perusahaan sejalan pasar yang dituju dan menyebarkan melalui
dengan meningkatnya persaingan global bisnis, sedang koordinasi antar fungsi
dan perubahan dalam kebutuhan pelanggan didasarkan pada informasi pelanggan serta
dimana perusahaan menyadari bahwa pesaing dan terdiri dari usaha bisnis yang
mereka harus selalu dekat dengan tempat- terkoordinasi.
nya. Dalam pengertian sederhana, orientasi Perusahaan yang berorientasi pasar
pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan merupakan perusahaan yang menjadikan
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan dan pesaing sebagai kiblat bagi
pelanggan sasaran lebih efektif dan efisien perusahaan untuk menjalankan bisnisnya.
318 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

Perusahaan dengan orientasi pasar yang parkir maupun jarak perjalanan, merupakan
tinggi membawa konsekuensi pada kinerja faktor yang berpengaruh terhadap persepsi
perusahaan yang tinggi. Hal ini sejalan konsumen Lokasi ritel yang dekat dengan
dengan pendapat Hartini (2012) bahwa per- pemukiman akan mampu menghasilkan
usahaan dengan orientasi pasar tinggi ber- pelanggan lebih banyak di banding lokasi
usaha untuk memberikan nilai pelanggan yang jauh dari pemukiman.
yang lebih tinggi daripada penawar pesaing. Lokasi usaha sangat menentukan ke-
Nilai yang lebih tinggi ini berdampak pada berhasilan bisnis. Dengan lokasi yang stra-
peningkatan kepuasan pelanggan yang pada tegis dapat memperbesar peluang untuk
akhirnya akan meningkatkan kinerja per- mendapatkan konsumen. Sebaliknya, jika
usahaan. Perusahaan yang berorientasi pa- lokasi kurang bagus penjualan kurang
sar dapat menghasilkan sejumlah keuntung- maksimal. Beberapa hal yang perlu di-
an positif, termasuk keuntungan yang me- cermati saat memilih lokasi bisnis, antara-
ningkat, memperbaiki perilaku karyawan nya: 1) Mendekati konsumen potensial,
dan tenaga penjualan yang lebih berorientasi lokasi bisnis yang dipilih harus mendekati
pada konsumen (Kohli dan Jaworski, 2005). konsumen yang dibidik. Misal berbisnis alat
Oleh karena itu, perlu dimanajemeni melalui tulis, usahakan lokasi dekat dengan kampus
upaya-upaya untuk selalu mencari inforamsi atau sekolah. 2) Tingkat kepadatan pen-
tentang kebutuhan-kebutuhan pelanggan- duduk, indikator besar kesuksesan usaha
nya sehingga produk dan jasa yang terletak di besarnya potensi pasar yang
dihasilkan dapat meningkatkan kepuasan dituju. Makin padat suatu lokasi, makin
pelanggan. Tujuan orientasi pemasaran ada- banyak populasi manusia yang bisa menjadi
lah untuk mensejajarkan perusahaan dengan pelanggan. 3) Tingkat ekonomi, pilihlah
bagian khusus lingkungan pasar. Pasar lokasi dengan mayoritas pendapatan pen-
diyakini menjadi sejumlah pelanggan dan duduk yang berpenghasilan menengah ke
klien yang menggunakan produk organisasi atas. Dengan lokasi seperti itu, penjualan
perusahaan atau produk pengganti dan akan stabil karena banyak konsumen
pesaing (Frishammar dan Horte, 2007). potensial yang mampu membeli produk. 4)
Mudah diakses, Lokasi usaha yang baik
Lokasi Usaha adalah yang mudah dikenali dan mudah
Kotler dan Amstrong (2009), menyata- diakses konsumen. Sebaiknya memasang
kan bahwa kunci untuk mencapai sukses tanda seperti plang/spanduk yang menarik.
dalam bisnis ritel adalah lokasi, lokasi dan 5) Tingkat kompetisi, perhatikan seberapa
lokasi. Hal ini mengidentifikasi adanya ke- besar kompetisi usaha sejenis di lokasi yang
cendrungan pelanggan yang memilih tem- dijadikan tempat berbisnis. Jika di lokasi
pat belanja yang mudah dicapainya. Cara tersebut banyak pesaing yang menawarkan
pemilihan lokasi usaha perlu memper- produk sejenis, peluang mendapatkan pe-
timbangkan lalu lintas pembeli, survei ke- langgan akan mengecil. Jika satu-satunya
biasaan berbelanja pelanggan dan meng- lokasi yang dipilih, pastikan produk yang
analisis lokasi. Lokasi usaha merupakan ditawarkan memiliki banyak keunggulan
komitmen sumberdaya jangka panjang yang dibanding kompetitor lain.
dapat berpengaruh terhadap masa depan
serta pertumbuhan ritel, sehingga mem- Pilihan Produk
punyai implikasi yang besar (Lamb et al., Pilihan produk adalah pilihan relatif
2011). Pilihan lokasi dimulai dengan me- atas barang yang ditawarkan, yaitu mengacu
milih komunikasi yang bergantung pada pada perbedaan antara suatu riteler dengan
potensi pertumbuhan ekonomis dan stabil- riteler pesaing utama dalam hal keseragam-
itas, persaingan maupun iklim politik. an barang dagangan yang ditawarkan. Hal
Memilihan lokasi termasuk juga kemudahan ini termasuk jumlah dari unit-unit per-
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 319

sediaan yang ada, jumlah kategori produk berbagai departemen fungsional perusahaan
yang berbeda. Faktor ini merupakan kunci yang ada. Pemikiran dasar dari penciptaan
yang penting dalam menunjukkan ciri khas strategi bersaing berawal dari pengembang-
suatu toko. Smith dan Reinertsen (2006) an formula umum mengenai bagaimana
mengatakan bahwa modifikasi produk yang bisnis akan dikembangkan, apakah sebenar-
lebih kecil merupakan faktor utama bagi nya yang menjadi tujuannya dan kebijakan
pengembangan produk yang tak dikenal. apa yang akan diperlukan untuk mencapai
Alasannya, karena memberi manfaat ke- tujuan tersebut.
uangan, yaitu investasi telatif kecil untuk Pengertian keunggulan bersaing sendiri
setiap produk, dengan meningkatkan pen- memiliki dua arti yang berbeda tetapi saling
dapatan dan profit lebih cepat. Lebih lanjut, berhubungan. Pengertian pertama menekan-
kebutuhan pelanggan lebih mudah di- kan pada keunggulan atau superior dalam
prediksi selama horizon jangka pendek. hal sumber daya dan keahlian yang dimiliki
Keunggulan teknik, seperti pengembangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki
produk untuk pasar dapat direalisasi de- kompetensi dalam bidang pemasaran,
ngan lebih cepat karena proses pegembang- manufakturing, dan inovasi dapat men-
an produk tidak begitu kompleks. jadikannya sebagai sumber daya untuk
Perusahaan memiliki keterbatasan da- mencapai keunggulan bersaing. Pengertian
lam kompleksitas hal yang dapat ditangani kedua menekankan pada keunggulan dalam
pada satu waktu dan perusahaan akan lebih pencapaian kinerja selama ini. Pengertian ini
terfokus pada hal-hal yang paling utama. terkait dengan posisi perusahaan dibanding-
Hal ini sama dengan konsep dari alokasi kan dengan apa pesaingnya. Perusahaan
dalam literature tabel psikologis: yaitu mem- yang terus memperhatikan perkembangan
berikan perhatian yang lebih pada satu kinerjanya dan berupaya untuk meningkat-
aspek tertentu, mengesampingkan aspek kan kinerja tersebut memilki peluang men-
yang lain karena keterbatasan pada proses capai posisi persaingan yang baik dan per-
kemampuan (Kahneman, 1973 dalam usahaan memilki modal yang kuat untuk
Hamburg et al., 2006). terus bersaing dengan perusahaan lain
(Dogre and Vicrey, 1994, dalam Supranto,
Keunggulan bersaing 2009).
Pemilik dan para pemangku kepenting- Keunggulan bersaing merupakan hasil
an perusahaan (manajer, karyawan, pelang- dari implementasi strategi yang memanfaat-
gan, pemasok, mitra, pemerintah, dan se- kan berbagai sumberdaya perusahaan. Ke-
bagainya) berharap perusahaan dapat mem- mampuan perusahaan dalam mengembang-
berikan manfaat sebesar-besarnya dalam kan keahlian karyawannya dengan baik
jangka panjang. Mereka mendambakan per- akan menjadikan perusahaan unggul dan
usahaan dapat bertahan, mampu meng- penerapan strategi yang berbasis sumber
hadapi persaingan dan tumbuh berkembang daya manusia akan sulit untuk ditiru oleh
dengan memanfaatkan berbagai peluang para pesaingnya. Sedang asset atau sumber
bisnis. Perusahaan diharapkan mendapatkan daya unik merupakan sumber daya nyata
dan mempertahankan keunggulan bersaing yang diperlukan perusahaan guna men-
secara berkelanjutan (sustainable competitive jalankan strategi bersaingnya. Kedua sumber
advantage). Setiap perusahaan yang bersaing daya ini harus diarahkan guna mendukung
dalam suatu lingkungan industri mem- penciptaan kinerja perusahaan yang ber-
punyai keinginan untuk dapat lebih unggul biaya rendah dan memilki perbedaan
dibandingkan pesaingnya. Umumnya per- dengan perusahaan lain. Pendapat yang
usahaan menerapkan strategi bersaing ini serupa juga dikemukakan oleh Porter (2006)
secara eksplisit melalui kegiatan-kegiatan yang menjelaskan bahwa keunggulan
320 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

bersaing adalah jantung kinerja pemasaran orientasi pasar dipengaruhi oleh faktor-
untuk menghadapi persaingan. Keunggulan faktor permintaan dan pengiriman pada
bersaing diartikan sebagai strategi benefit suatu bisnis. Dalam penelitiannya yang lain
dari perusahaan yang melakukan kerjasama berjudul “Market Orientation: Antecedents and
untuk menciptakan keunggulan bersaing Consequences”, menemukan bahwa Orientasi
yang lebih efektif dalam pasarnya. Strategi pasar berpengaruh terhdap kinerja bisnis.
ini harus didesain untuk mewujudkan Variabel moderating berupa pergerakan
keunggulan bersaing yang terus menerus faktor eksternal (pasar, teknologi, pesaingan)
sehingga perusahaan dapat mendominasi tidak mempengaruhi hubungan orientasi
baik dipasar maupun pasar baru. pasar dengan kinerja bisnis.
Keunggulan bersaing pada dasarnya Penelitian yang dilakukan oleh
tumbuh dari nilai-nilai atau manfaat yang Bharadwaj et al., (2004), dengan judul:
diciptakan oleh perusahaan bagai para pem- Sustainable competitive advantage in service
belinya. Pelanggan umumnya lebih memilih industries: A Conceptual model and research
membeli produk yang memiliki nilai lebih propositions, menemukan bahwa tujuan dari
dari yang diinginkan atau diharapkannya. strategi keunggulan bersaing bekelanjutan
Namun demikian nilai tersebut juga akan adalah untuk semakin meningkat kinerja
dibandingkan dengan harga yang ditawar- bisnis perusaahaan.
kan. Pembelian produk akan terjadi jika Steven et al., (2004) dalam penelitian-
pelanggan menganggap harga produk se- nya: Entrepreneurial enterprises, endogenous
suai dengan nilai yang ditawarkannya. ownership, and the limits to firm size, me-
Beberapa indikator yang umum digunakan nyimpulkan bahwa teori-teori yang di-
untuk mengukur keunggulan bersaing ada- eksploirasi memberikan penjelasan me-
lah keunikan, jarang dijumpai, tidak mudah ngenai bagaimana hal-hal pengenai pem-
ditiru, tidak mudah diganti, dan harga berdayaan konstraktual membawa per-
bersaing. Keunikan produk adalah keunikan usahaan ke perusahaan kewirausahaan. Hal
produk perusahaan yang memadukan nilai ini terjadi diantaranya pada perusahaan
seni dengan selera pelanggan. Harga ber- perdagangan ritel dan restoran.
saing adalah kemampuan perusahaan untuk Dwi Hayu Agustini dan Erna Agustina
menyesuaikan harga produknya dengan Yudiati (2002) dalam penelitian berjudul
harga umum di pasaran. Tidak mudah di- “Keterkaitan keberhasilan usaha dengan
jumpai berarti keberadaannya langka dalam jiwa kewirausahaan dan manajemen usaha
persaingan yang saat ini dilakukan. Tidak pada pedagang eceran berskala kecil di
mudah ditiru berarti dapat ditiru dengan Semarang”, menemukan bahwa para reteler
tidak sempurna. Sulit digantikan berarti adalah entrepreneur dan mereka mengetahui
tidak memiliki pengganti yang sama. bagaimana menjalankan bisnis nya dengan
Untuk itu usaha kecil ritel harus me- baik. Hasil uji-t membuktikan bahwa tidak
miliki kemampuan kapabilitas dinamik ada hubungan antara kewirausahaan dan
(dynamic capability) yakni kemampuan mem- pengetahuan manajerial terhadap kesukses-
bentuk ulang, mengkonfigurasi, dan me- an bisnis. Bahwa kesuksesan bisnis lebih
rekonfigurasi sumberdaya dan kapabilitas dipengaruhi oleh faktor lain daripada kedua
usahanya sehingga dapat merespon perubah faktor itu, sedangkan Hamburg et al., (2006)
an teknologi dan pasar. dalam penelitiannya berjudul “Service
orientation of ritelers business strategy:
Penelitian Terdahulu Dimensions, antecedents and performance out-
Bernard J et al., (2005) dalam penelitian- comes”, menemukan bahwa strategi orientasi
nya berjudul “Market Orientation: The pelayanan berpengaruh positif terhadap
Construct, Research Propositions and Manage- kinerja pasar dan profitabilitas. John C et al.,
rial Implications” menemukan bahwa (2007) dalam penelitiannya berjudul: The
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 321

effect of a market orientation on business Model Penelitian


profitability, menemukan bahwa orientasi Model Penelitian ini adalah sebagai
pasar merupakan faktor penting yang mem- berikut:
pengaruhi keuntungan bisnis perusahaan.

Orientasi
Pelayanan

H1
Orientasi
Kewirausahaan
H2

H3
Orientasi Kinerja Usaha H6 Keunggulan
Pasar Kecil Ritel Bersaing
H4

Lokasi
H5
Usaha

Pilihan
Produk

Gambar 1
Kerangka Konseptual Penelitian

Bertolak pada masalah penelitian dan METODE PENELITIAN


urgensi penelitian ini, maka hipotesis pe- Penelitian ini dilaksanakan di Kota
nelitian ini adalah: Makassar dengan populasi pada usaha kecil
H1: Orientasi pelayanan berpengaruh positif retail yang tersebar di beberapa kecamatan.
dan signifikan terhadap kinerja usaha Penelitian ini termasuk penelitian diskriptif,
kecil ritel di Kota Makassar. bertujuan untuk menggambarkan orientasi
H2: Orientasi kewirausahaan berpengaruh dan kinerja atau fakta empiris. Keadaan
positif dan signifikan terhadap kinerja populasi atau fakta empiris yang akan di-
usaha kecil ritel di Kota Makassar. diskripsikan adalah pengaruh orientasi pe-
H3: Orientasi pasar berpengaruh positif dan layanan, orientasi kewirausahaan, orientasi
signifikan terhadap kinerja usaha kecil pasar, lokasi, pilihan produk terhadap
ritel di Kota Makassar. kinerja usaha kecil ritel dan keunggulan
H4: Orientasi lokasi berpengaruh positif dan bersaing bekelanjutan data dikumpulkan
signifikan terhadap kinerja usaha kecil dengan teknik kuesioner dan wawancara
ritel di Kota Makassar. dengan responden terpilih.
H5: Pilihan produk berpengaruh positif dan Metode pengambilan sampel adalah
signifikan terhadap kinerja usaha kecil purposive sampling yaitu cara penarikan
ritel di Kota Makassar. sampel yang bersifat tidak acak dimana
H6: Kinerja usaha kecil ritel berpengaruh sampel dipilih berdasarkan pertimbangan
positif dan signifikan terhadap ke- tertentu. Pertimbangan tersebut adalah (a)
unggulan bersaing berkelanjutan. pengambilan sampel dilakukan terhadap
unit usaha kecil ritel yang memiliki jumlah
322 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

karyawan minimal 5 orang, hal ini mengacu Metode pengumpulan data dengan
pada kriteria usaha kecil menurut BPS, agar survey dan kuesioner, dibarengi dengan
sampel yang dipilih dapat mewakili popu- wawancara. Alat analisis data yang diguna-
lasi dengan baik, (b) usaha kecil ritel telah kan adalah Structural Equation Model
berdiri lebih besar 3 tahun, hal ini di- (SEM), yang dioperasikan melalui program
maksudkan untuk mengetahui kinerja usa- AMOS.
ha, baik status usaha, jumlah karyawan
maupun laba yang dihasilkan. Dengan Dimensionalisasi Variabel
Analisis SEM, ukuran sampel ideal dan re- Dimensionalisasi Variabel pada bagian
presentative adalah tergantung pada jumah ini merupakan penjabaran dimana suatu
indikator dikalikan lima (Hair (2005). Jadi, variabel laten dibentuk dari dimensi-
sampel untuk penelitian ini adalah: Jumlah dimensinya. Dimensi ini yang nantinya akan
indikator: 24; Sampel minimum: 24 x 5 = 120. menjadi obyek pengamatan dalam pe-
Sesuai dengan rumus Hair (2005) tersebut, ngumpulan data di lapangan. Dimensionali-
maka sampel yang diambil dalam penelitian sasi dari variabel yang digunakan dalam
ini adalah 120 responden/usaha kecil retail penelitian ini adalah seperti disajikan pada
di Kota Makassar. tabel 1 berikut:

Tabel 1
Dimensionalisasi Variabel
Variabel Indikator Sumber
Orientasi Pelayanan X1.1=banyaknya jenis pelayanan yang Hamburg, Hoyer and
(X1) ditawarkan Fassnacht (2006)
X1.2=banyaknya tawaran pelayanan
X1.3=keaktifan menawarkan pelayanan

Orientasi X2.4=inovasi; X2.5=mandiri Dess and Lumpkin


Kewirausahaan (X2) X2.6=proaktif; X2.7=reaktif (2005)
Orientsi Pasar (X3) X3.8=pengembangan informasi Kohli and Jaworski
pelanggan (2005)
X3.9=pengebangan informasi pesaing
X3.10=hubungan dengan supplier

Lokasi Usaha (X4) X4.11=kecepatan pencapaian Kotler (2009);


X4.12=kemudahan capaian Kohli (2005)
pengunjung James Bergin & Dan
X4.13=kemudahan parkir Berhardt (2006)

Pilihan Produk (X5) X5.14=jenis barang Samli, Kelly dan Hunt


X5.15=pesediaan barang (1998); Hamburg, Hoyer
X5.16=keragaman harga and Fassnacht (2006)
Kinerja Usaha Kecil Y.17=volume penjualan Ferdinan (2005);
Ritel (Y)) Y.18=efektivitas usaha Gregory et al(1996)
Y.19=laba bersih
Y.20=loyalitas pelanggan
Y.21=manfaat bagi pelanggan

Keunggulan Bersaing Z.22=bernilai Day and Wensley (2002);


Berkelanjutan (Z) Z.23=brebeda dengan yang lain Sundar G
Z.24=tidak mudah ditiru. Bharadjwaj (2004).
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 323

ANALISIS DAN PEMBAHASAN probability level harus lebih besar dari 0.05
Analisis ketika chi-square mendekati angka nol.
Deskripsi Responden Indikator The Comparative Fit Index (CFI)
Jumlah responden yang menjadi sampel penelitian ini lebih besar dari 0.80. Nilai Root
utama dalam penelitian ini sebanyak 120 Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
responden, yang diklasifikasi dalam empat adalah lebih kecil dari 0.06 atau lebih kecil.
kelompok umur. Responden berusia antara Jika model telah fit maka parameter
26-40 tahun (53,3%), yang didominasi oleh estimates telah teruji. Jika model tidak fit
bahan makanan dasar. Pada usia antara 15- maka dapat diperbaiki. CMIN/DF relatif
25 tahun (27,50%), yang didominasi oleh kurang dari 2.0. TLI (Tucker Lewis Index)
usaha ritel sayur dan buah. Pada usia antara dengan nilai menunjukkan very good fit.
41-55 tahun usaha retail pakaian. Kelompok Hasil pengujian kesesuaian model awal
diatas 55 tahun (1,7%), disominasi ritel dalam penelitian ini disajikan pada tabel 2.
peralatan rumah tangga. Banyak usaha ritel Berdasarkan hasil olah Data Amos V
yang dijalankan oleh pria (72,5%) dibanding 18.00, perhitungan Reliability (R) dan
dengan wanita (27,5%). Dengan demikian Variance Extracted (VE) terhadap indikator
maka latar belakang jenis kelamin sangat variabel Orientasi Pelayanan, Orientasi
mendukung kelancaran usaha ritel. Wirausaha, Orientsi Pasar, Lokasi, Pilihan
Produk, Kinerja Usaha Kecil Ritel, dan
Uji Kesesuaian Model (Goodness-of-fit Keunggulan Bersaing Berkelanjutan diper-
Test) oleh nilai nilai CR sebesar di atas 0,7 dan VE
Pengujian model pada SEM bertujuan sebesar di atas 0,5. Nilai ini menunjukkan
untuk melihat kesesuaian model. Menurut bahwa kedua indikator ini reliabel dan valid
Kline (1998) bahwa model dapat dilanjutkan untuk mengukur variabel latennya. Untuk
apabila hasil pengujian model keseluruhan itu peneliti memutuskan untuk memper-
atau F-test pada α =5% berada diluar batas ± tahankan variabel dan kelima indikator
1,96 dalam uji dua arah, berarti indikator tersebut di dalam model penelitian, dengan
tersebut menunjukkan tidak ada hubungan pertimbangan kelima variabel tersebut valid
antara sesama variebel eksogen. Chi-square sebagai penaksir variabel keunggulan
test menunjukkan nilai yang mendekati nol bersaing.
menunjukkan rendahnya perbedaan antara Berdasarkan data uji kecocokan diatas,
harapan dan pengamatan, disamping itu maka ditunjukkan dalam gambar 2.

Tabel 2
Uji Kesesuaian Seluruh Model Awal (Goodness-of-fit Test)

Kriteria Cut-Off Hasil Evaluasi


Chi-Square diharapkan kecil 0.028 Baik
Probability ≥ 0.05 0.061 Baik
RMSEA ≤ 0.06 0.055 Baik
TLI ≥ 0.95 0.981 Baik
CFI ≥ 0.80 0.966 Baik
CMIN/ DF ≤ 2.00 0.014 Baik
Sumber: Olah Data Amos V 18.00
324 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

Gambar 2
Hasil Uji Kecocokan

Uji Kausalitas ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian


Pada tabel 3 ditunjukkan signifikansi hipotesis pertama (H1) penelitian ini terbukti
pengaruh antara variabel ditandai pada nilai yaitu bahwa terdapat pengaruh positif dan
probabilitasnya apabila berada dibawah P ≤ signifikan orientasi pelayanan terhadap
5% maka signifikan. kinerja usaha kecil ritel di Kota Makassar.
Hipotesis kedua penelitian ini me-
Pembahasan nyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
Hipotesis pertama dalam penelitian ini dan signifikan orientasi kewirausahaan
adalah terdapat pengaruh positif dan terhadap kinerja usaha kecil ritel di Kota
signifikan orientasi pelayanan terhadap Makassar. Berdasarkan hasil perhitungan
kinerja usaha kecil ritel di Kota Makassar. dengan menggunakan software AMOS pada
Berdasarkan hasil perhitungan dengan tabel 3 menunjukkan bahwa orientasi ke-
menggunakan software AMOS pada tabel 3 wirausaha (X2) tidak berpengaruh positif
menunjukkan bahwa orientasi pelayanan dan signifikan terhadap kinerja usaha kecil
(X1) berpengaruh positif dan signifikan ritel (Y) di Kota Makassar. Hal ini terlihat
terhadap kinerja usaha kecil ritel (Y). Hal ini dari koefisien jalur yang bertanda positif
terlihat dari koefisien jalur yang bertanda sebesar 0,067 dengan nilai C.R. sebesar 1.080
positif sebesar 0,596 dengan nilai C.R. dan diperoleh probabilitas signifikan sebesar
sebesar 4,571 dan diperoleh probabilitas 0,057. Nilai probabilitas ini lebih besar dari
signifikan sebesar 0,000. Nilai probabilitas taraf signifikansi (α) yang ditentukan se-
ini lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang besar 0,05.
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 325

Tabel 3
Hasil Pengujian Kausalitas Antara Variabel

Hubungan
ε δ ф P Keterangan
Antara Variabel
Y <--- X1 0,596 0,130 4,571 *** Signifikan 5%
Y <--- X2 0,067 0,062 1,080 0,057 Tidak Signifikan 5%
Y <--- X3 0,638 0,101 6,344 *** Signifikan 5%
Y <--- X4 0,541 0,199 2,719 0,026 Signifikan 5%
Y <--- X5 0,806 0,414 1,946 0,052 Signifikan 5%
Z <--- Y 0,306 0,085 3,599 *** Signifikan 5%
Sumber: Output Olah Data Amos V.18.0

Dengan demikian hipotesis kedua (H2) nilai C. R. sebesar 2,719 dan diperoleh
tidak terbukti yaitu tidak ada pengaruh probabilitas signifikan sebesar 0,026. Nilai
positif dan signifikan orientasi kewira- probabilitas ini lebih kecil dari taraf
usahaan terhadap kinerja usaha kecil ritel di signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05.
Kota Makassar. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
Hipotesis ketiga penelitian ini menyata- hipotesis keempat (H4) penelitian ini ter-
kan bahwa terdapat pengaruh positif dan bukti yaitu ada pengaruh positif dan
signifikan orientsi pasar terhadap kinerja signifikan lokasi terhadap kinerja usaha kecil
usaha kecil ritel di Kota Makassar. di Kota Makassar.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan Hipotesis kelima menyatakan bahwa
menggunakan software AMOS pada tabel 3 terdapat pengaruh positif dan signifikan
menunjukkan bahwa orientasi pasar (X3) pilihan produk terhadap kinerja usaha kecil
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ritel di Kota Makassar.
kinerja usaha kecil ritel (Y) di Kota Berdasarkan hasil perhitungan dengan
Makassar. Hal ini terlihat dari koefisien jalur software AMOS pada tabel 5 menunjukkan
yang bertanda positif sebesar 0,638 dengan bahwa pilihan produk (X5) berpengaruh
nilai C. R. sebesar 6,344 dan diperoleh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha
probabilitas signifikan sebesar 0,000. Nilai kecil ritel (Y) di Kota Makassar. Hal ini
probabilitas ini lebih kecil dari taraf terlihat dari koefisien jalur yang bertanda
signifikansi (α) yang ditentukan sebesar 0,05. positif sebesar 0,806 dengan nilai C.R.
Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) sebesar 1,946 dan diperoleh probabilitas
penelitian ini terbukti yaitu ada pengaruh signifikan sebesar 0,047. Nilai probabilitas
positif dan signifikan orientasi pasar ter- ini lebih kecil dari taraf signifikansi (α) yang
hadap kinerja usaha kecil ritel di Kota ditentukan sebesar 0,05. Dengan demikian
Makassar. hipotesis kelima (H5) terbukti, yaitu ada
Hipotesis keempat penelitian ini me- pengaruh positif dan signifikan pilihan
nyatakan bahwa terdapat pengaruh positif produk terhadap kinerja usaha kecil ritel di
dan signifikan lokasi terhadap kinerja usaha Kota Makassar.
kecil ritel di Kota Makassar. Hipotesis keenam penelitian ini me-
Berdasarkan hasil perhitungan dengan nyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
pada tabel 3 menunjukkan bahwa lokasi (X4) dan signifikan kinerja usaha kecil ritel
berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan
kinerja usaha kecil ritel (Y) di Kota usaha kecil ritel di Kota Makassar.
Makassar. Hal ini terlihat dari koefisien jalur Berdasarkan hasil perhitungan dengan
yang bertanda positif sebesar 0,541 dengan menggunakan software AMOS pada tabel 3
326 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

menunjukkan bahwa kinerja usaha kecil ritel 4. Lokasi berpengaruh positif dan signi-
(Y) di Kota Makassar berpengaruh positif fikan terhadap kinerja usaha kecil ritel di
dan signifikan terhadap keunggulan ber- Kota Makassar, sebab keberadaan lokasi
saing berkelanjutan (Z). Hal ini terlihat dari mengikuti kebutuhan pasar dan ke-
koefisien jalur yang bertanda positif sebesar dekatan dengan pelanggan adalah
0,306 dengan nilai C. R. sebesar 3,599 dan sangat tinggi.
diperoleh probabilitas signifikan sebesar 5. Pilihan produk berpengaruh positif dan
0,000. Nilai probabilitas ini lebih kecil dari signifikan terhadap kinerja usaha kecil
taraf signifikansi (α) yang ditentukan se- ritel di Kota Makassar, sebab dengan
besar 0,05. Demikian dapat dinyatakan menyiapkan banyak aneka ragam
bahwa hipotesis keenam (H6) penelitian ini pilihan produk yang dijual dalam outlet
terbukti, yaitu ada pengaruh positif dan ritelnya akan memudahkan bagi
signifikan kinerja usaha kecil ritel di Kota konsumennya untuk melakukan pilihan-
Makassar terhadap keunggulan bersaing pilihan dalam berbelanja.
berkelanjutan. 6. Kinerja usaha kecil ritel di Kota
Makassar berpengaruh positif dan
SIMPULAN, SARAN, DAN KETER- signifikan terhadap keunggulan bersaing
BATASAN berkelanjutan, sebab dengan kinerja
Simpulan usaha yang semakin baik akan mampu
mempertahankan keunggulan bersaing
Berdasarkan hasil analisis yang telah
berkelanjutan dari usaha kecil ritel di
dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat
disimpulkan ha-hal sebagai berikut: Kota Makassar.
1. Orientasi pelayanan berpengaruh positif
Saran
dan signifikan terhadap kinerja usaha S

kecil ritel di Kota Makassar karena usaha Bagi Pemerintah:


kecil yang ada di Makassar selalu 1. Agar supaya usaha kecil ritel tidak
berupaya memberikan layanan terbaik bergantung pada pihak lain sehingga
bagi pelanggannya. lebih mudah mengatur usaha dan
2. Orientasi kewirausahaan tidak ber- menyusun strategi bersaing ber-
pengaruh positif dan signifikan terhadap kelanjutan yang tepat, pemerintah perlu
kinerja usaha kecil ritel di Kota meningkatkan kinerja dan keunggulan
Makassar, sebab tindakan sebagai wira- bersaing mereka melalui penguatan
usaha tidak melihat dari kinerja ke- manajemen dan orientasi kewirausahaan
untungan tetapi bagaimana memper- secara terpadu dan bekesinambungan.
tahankan usaha supaya bisa hidup 2. Agar usaha kecil ritel lebih leluasa
berkelajutan, disamping itu responden bewirausaha, pemerintah sebagai regu-
yang ditemui umumnya masih mudah lator perlu bekerjasama dengan suplayer
sehingga kemampuan kewirausahaan dalam menyalurkan produk-produk
masih sangat terbatas, masih perlu yang dibutuhkan usaha kecil ritel se-
ditingkatkan. bagai barang dagangannya.
3. Orientsi pasar berpengaruh positif dan 3. Perlu disusun suatu model pembinaan
signifikan terhadap kinerja usaha kecil yang terpadu dan komprehensif, yang
ritel di Kota Makassar, karena usaha bisa digunakan oleh Pemda cq. Dinas
kecil ritel selalu berorientasi pada Koperasi dan UKM Kota Makassar
bagaimana perluasan dan mendapatkan dalam perumusan kebijakan dan rencana
pasar yang baik dan selalu mengikuti aksi pembinaan usaha kecil ritel di Kota
selera konsumennya. Makassar secara terpadu.
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 327

Bagi Usaha Kecil Ritel: Keterbatasan


1. Pelaku usaha kecil ritel perlu meningkat- Penelitian ini mempunyai keterbataan antara
kan kinerjanya dalam: (a) ketepatan lain:
waktu berjualan/membuka usahanya/ 1. Pengambilan sampel kurang luas, hanya
kiosnya, (b) kemampuan mengambil ke- mencakup wilayah Kota Makassar,
putusan secara mandiri, (c) kemampuan dengan jumlah responden sebanyak 120
menganalisis dan menyelesaikan orang.
masalahnya sendiri, (d) meningkatkan 2. Variabel yang digunakan untuk meng-
strategi pelayanan, pemasaran, lokasi, ukur kinerja dan keunggulan bersaing
pilihan produk sesuai kebutuhan usaha kecil ritel hanya terbatas pada
konsumen. Orientasi kewirausahaan orientasi pelayanan, kewirausahaan,
yang perlu dibangun dan ditingkatkan pasar, lokasi usaha dan pilihan produk.
antara lain (a) yakin bahwa keber- Padahal untuk mengukur kinerja usaha
hasilannya adalah dari usaha sendiri, (b) ritel masih banyak variabel yang bisa
percaya diri yang tinggi, (c) transparan, diteliti dan dianalisis.
(d) kreatif dan inovatif, dan (e) berani 3. Obyek studi hanya terbatas pada usaha
mengambil risiko. kecil ritel.
2. Agar pelaku usaha kecil ritel lebih
leluasa berkembang, maka sabar, tekun DAFTAR PUSTAKA
dan banyak strategi adalah salah satu Agustini, Dwi Hayu dan Yudianti E.A. 2002.
kunci untuk keberhasilan. Disamping itu Keterkaitan Keberhasilan Usaha dengan
perlu selalu mencari informasi mengenai Jiwa Kewirausahaan dan Manajemen
hal-hal baru yang sedang dibutuhkan Usaha Pada Pedagang Eceran Berskala
dan banyak dicari masyarakat, agar Kecil di Semarang, Jurnal Ekonomi dan
usahanya bisa berkembang dengan baik Bisnis Dian Ekonomi 3(8): Des, 2002.
dan dapat bekelanjutan (sustainable). Anwar, Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Bandung: PT. Remaja Rosda-
Bagi Peneliti berikutnya:
karya.
1. Peneliti yang menguji paradigm strategi
Bernard J. Jaworsk, Ajay K, Kohli, 2009.
usaha kecil, kinerja dan keungglan ber-
Marketing Orientation: Antecedents and
saing selalu menarik dan akan memper-
Consequents. Jurnal of Marketing (57).
kaya berbagai kajian dengan pendekatan
Bharadwaj, S. G; Varadaraja, P. J; Fahy JJ.
yang berbeda ataupun aplikasi pada
2004. Sustainable Competitive Adavantage
penelitian yang berbeda. Untuk itu di-
in Service Industries: a Conceptual Model
sarankan agar studi manajemen strategi
and Research Propositions.
dan kewirausahaan dengan model yang
Boyd, Walker & Larrenche.2010. Marketing
sama dapat dicoba pada populasi yang
Strategy: A Decision-Focused Approach.4 th
berbeda atau menggali variabel lainnya
ed.McGraw-Hill/Irwin-Ries A.
selain variabel yang telah diteliti.
Day and Wenslkey. 2002. Market Strategi
2. Terdapat 5 variabel penelitian yang
andTheories of The Firm. Journal of
digunakan dalam penelitian ini, dengan
Management.
16 Indikator pengukuran kinerja dan
David W. Cravensi; N. F. Piercy. 2012.
keunggulan besaing. Disarankan untuk
Strategic Marketing. Mc. Graw-Hil Com-
peneliti selanjutnya untuk dapat me-
panies, Inc.
nambah variabel dan indikator lain
Dess, G. G and Lumpkin, G. T. 2005. The roel
sehingga kajiannya lebih komprehensif,
of Entrepreneurial Orientation in Stimu-
misalnya kinerja keuangan, kinerja
lating Effective Corporate Entrepreneur-
ekspor.
ship. Journal Academy of Management
Executif 19(1): 147-156.
328 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 18, Nomor 3, September 2014 : 311 – 329

Ferdinand, A. 2005. Structural Equation Malayu, Hasibuan.2004. Manajemen Sumber


Modelling Dalam Penelitian Manajemen, Daya Manusia, Cetakan ketujuh, Edisi
Semarang, BP. Universitas Diponegoro. Revisi, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Frishammar, J. and Horte, S. A. 2007. The Narver, Jhon C; dam Slater, F Stanley.2000.
Role of Market Orientation and Entre- The Positive Effect of A Market
preneurial Orientation for New Product Orientation on Business Profitability; A
Development Performance in Manu- Balance Replication. Journal of Business
facturing Firms. Technology Analysis & Research: 69-73
Strategic Management 22(3): 251-266. Pangeran, Perminas. 2012. Orientasi Pasar,
G. T. Lumpkin and Gregory G. Dess. 1996.” Orientasi Kewirausahaan dan Kinerja
Clarifying the Entrepreneurial Orienta- Keuangan Pengembangan Produk baru
tion Construct and Linking it to Per- Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Jurnal
formance”. Journal Akademy of Manage- Riset Manajemen dan Bisnis 7(1):10-5.
menet Review 21(1):135-172. Porter, M. E. 2006. Competitive Adventage:
Hamburg, C., W. D.Hoyer and Fassnacht.M. Creating and Sustaining Superior Perfor-
2006. Service Orientation of a Reteiler’s. mance. New York: The Free Press.
University of Hamburg, P. E. Mc- Rahayu, P. S. 2009. Peningkatan Kinerja
Culloch. Germany. Melalui Orientasi Kewirausahaan, Ke-
Hartini, Sri. 2012. Hubungan Orientasi mampuan Manajemen dan Strategi Bis-
Pasar, Strategi Bersaing, Kewirausahaan nis (Studi pada Industri Kecil Menengah
Korporasi dan Kineja Perusahaan. Jurnal Bordir di Jawa Timur). Jurnal Manajemen
Ekonomi dan Keuangan 17(1):39-53. dan Kewirausahaan 11(1).
James B an Benhardt. 2006. Industry Rahab dan Sudjono. 2012. Pengembangan
dynamics with stachastis demand. Rand Kapabilitas Keinovasian IKM berbasis
journal of economics. Rand Corporation Pada Orientasi Kewirausahaan dan
39(1): 41-68. Pembelajaran Organisasional, Jurnal Ino-
John C. Never and Stanly F. S. 2007. The effect vasi dan Kewirausahaan 1(1): 29-37.
of market orientation and business Rivai, Sagala. 2009. Manajemen Sumber
profitability. Daya Manusia Untuk Perusahaan. Raja-
Kumalaningrum, M. P. 2012. Lingkungan wali Press. Jakarta.
Bisnis, Orientasi Kewirausahaan, Orien- Rozaniwati dan Tata Purwata. 2010. Mem-
tasi Pasar dan Kinerja Usaha Mikro, buka Usaha Eceran/Ritel, Jakarta:
Kecil dan Menengah. Jurnal Riset Erlangga
Manajemen and Bisnis 7(1): 45-59. Samli, A. C. Kelly., J. P. Hunt, H. K.1998.
Kohli, A. and Jaworski. B. 2005. Market Inproving The Retail Performance by
Oriented: The Construct, Research Pro- Constrasting Management and Custo-
positions and Managerial Implications. mer-Perceived-Store Images: A Diagnos-
Journal of Marketing 541(18). tic tool for Corrective Action. Journal of
Kotler P. dan K. Keller. 2012. Marketing Business Research.
Management, 13th ed. Prentice Hall Simintiras, Antonis. 2011. Becoming a Market
International Inc. New Jersey. Oriented Organization: Preparing for a New
Kotler and Amstrong, G. 2009. Principles of Era. Carilec CEOS’s Conference.
Marketing. Englewood-Cliffs: NJ, Pren- Smith, P. G .and Reinertsen, D. G. 2006.
tice-Hall. Developing Products in Half the Time. New
Kuncoro, M. 2006. Strategi: Bagaimana Meraih York: John Wiley and Sons.
Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga. Steven N. Wiggins.2004. Contracted Respon-
Lamb, Hair dan Mc. Daniel. 2001. Pemasaran ses to the Common Pool: Proraioning of
Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Crude oil Production. American Economic
Review 74(1).
Strategi Usaha Kecil Ritel... -- Echdar 329

Supranto, M. 2009. Strategi Menciptakan Teece, D. and Pisano, G. 1994. The Dynamic
Keunggulan Besaing Produk Melalui Capabilities of Firms: an introduction.
Orientasi Pasar, Inovasi dan Orientasi Industrial and Corporate Change 3:537-556.
Kewirausahaan dalam rangka Me-
ningkatkan Kinerja Pemasaran (studi
empiris pada: Industri pakaian jadi
skalla kecil dan menengah di kota
Semarang). Tesis. Progam Pascasarjana
Universitas Diponegoro. Semarang.

You might also like