You are on page 1of 26

Indonesia macroeconomic update:

Drawing a silver lining on post-covid 19 era

Webinar BKF, Kemenkeu


Riset Ekonomi, Perbankan & Industri Grup BCA
Jakarta, 20 April 2020
Agenda:
1. Dampak pandemi covid-19
2. Stimulus dan dampaknya
3. Pendanaan dan efek makro
Source: Riset Ekonomi &
Industri BCA
Sifat Posisi di Posisi Risiko Tingkat
Krisis siklus eksternal
Politik Globalisasi
keuangan Indonesia

Currency/ CAD: -2.27% Kerusuhan:


Asian Financial banking crisis  Ditengah dari PDB Dipicu oleh Semi globalisasi
Crisis (1997- Demand shock siklus Cadangan pencabutan  Krisis hanya
& $ indebted boom Devisa: USD subsidi di Asia
1998) companies 17.5 Bn minyak

Kondisi International
Financial/banking CAD: 0.02% Globalisasi 1.0 cooperation is
politik  Pusat krisis
Global Financial Crisis 
Akhir dari dari PDB
stabil: Harga alive
Crisis (2008) Corporates/banks siklus Cadangan minyak
di AS dan Eropa,
Otoritas moneter
the most impacted boom Devisa: USD tetap menyebar
global bergerak
51.6 Bn rendah terbatas ke Asia dengan pelan

CAD: -2.7% Risiko Otoritas moneter


Supply/Demand/ dari PDB politik: global bergerak
Globalisasi 2.0
Corona Crisis Financial Shock Akhir dari (2019) Bisnis dengan cepat
 Krisis akan
 Private sector siklus Cadangan sepi/tutup +
(2020) credit and SME boom Inflasi dari akan dalam International
Devisa: USD skala global
default disrupsi cooperation
130.4 Bn supply chain needed
(Feb 2020)
Global economic recession is on the card

James Bullard, President of FED St. Louis, predicted on May 23 that U.S. unemployment rate may hit 30% in Q2-2020
because of shutdowns, coupled with an unprecedented 50% drop in US GDP (worse than every prior wars and than the
Great Depression.. Source: Bloomberg interview
What would/had FED do/done in the next/last one year/couple of weeks ?

1. The FED would introduce very aggressive policy approach that includes capping
2008
interest rates beyond short term rates (yield-curve control). GFC’s
2. Under the yield-curve control policy, the FED would target some longer-term unconven
tional
yield and tell the market that it would buy bonds to keep the yield from rising
tools
above target. deployed
3. The FED would also pledge to keep interest rates at zero until FED achieves its in one
year
targets of full employment and a 2% annual inflation rate.
4. The FED will do gradual assets buying depending on the severity of recession, not 2020
only US Treasuries but also corporate bonds and stocks. Corona
crisis’
5. The FED and the US government would drop helicopter money to individual additional
accounts  but this one is not yet tools
Saatnya “helicopter money”
Fiskal Moneter
AS • Stimulus: USD 2 Tn (10% GDP) – belum disepakati • Rate cut to 0%
oleh Senat • Intervensi repo market
• Cash transfer USD 1,200 per orang dewasa • Unlimited QE (pembelian US Treasury, MBS,
• Ekspansi unemployment insurance corporate bonds)
• Pinjaman untuk bisnis & pemda • Direct lending untuk dealer banks, korporasi,
UMKM, refinancing CP
Jerman • Stimulus: USD 160 Bn (4% GDP) • Rate cut to -0.6%
• Channeling via bank BUMN (KfW) • Penurunan GWM
Prancis • Stimulus: USD 49 Bn (2% GDP) • Ekspansi QE → Pandemic Emergency Purchase
• Loan guarantee: USD 327 Bn (12% GDP) Program (PEPP)

Italia • Stimulus: USD 28 Bn (1.5% GDP)


Inggris Raya • Stimulus awal: $ 60 Bn (2% GDP), naik ke 4% GDP • Rate cut to 0%, penurunan GWM, QE dimulai
• Loan guarantee: USD 379 Bn (14% GDP)
Australia • Stimulus: USD 11.4 Bn (0.8% GDP), naik 10% GDP • Rate cut to 0%, QE dimulai
Jepang • Pinjaman utk UMKM: USD 20 Bn (0.4% GDP) • Volume QE ditambah (ETF, corporate bond)
Tiongkok • Penurunan GWM, intervensi pasar repo/saham
Kinerja sektoral terdampak negatif wabah covid-19
• Pariwisata
•Manufaktur (tekstil, kimia, plastik)
 Hotel
High impact  Restoran
•Bahan bangunan, alat berat
(Omzet turun >30%) •Properti & konstruksi
 Transportasi
•Farmasi
 Agen perjalanan

•Peternakan, perikanan
•Multifinance
Medium impact •Otomotif
•Distribusi/retailer non-essential goods
(Omzet turun 10 - 30%) •Komoditas (perkebunan, tambang,
•Pusat perbelanjaan
logam, mineral)

•Kemasan •Makanan pokok


Low impact •E-commerce •Distribusi/retailer essential goods
•Pembangkit listrik •Cigarette/Tobacco
(Omzet turun <10%) •Alat kesehatan •IT/Communication

7
Agenda:
1. Dampak pandemi covid-19
2. Stimulus dan dampaknya
3. Pendanaan dan efek makro
Bauran kebijakan ekonomi terkait Covid-19
Kekhawatiran utama masih di external trade disruption Dampak Covid-19 mulai merujuk ke aktivitas ekonomi
 Stimulus masih targeted dan relatif kecil domestik  Stimulus mulai melebar ke seluruh ekonomi

Stimulus Jilid I Stimulus Jilid II Stimulus Jilid III (Perppu No. 1/2020)
Insentif
sektor
Payung hukum untuk
pariwisata APBN baru:
Menyiapkan arsitektur • Pelebaran defisit fiskal
Insentif perpajakan untuk menjaga stabilitas • Legal immunity untuk
Pemberian untuk sektor keuangan policymakers
bantuan sosial manufaktur (Total: Rp • BI boleh beli SBN di
22.9 T) pasar primer

BI dan OJK juga menerapkan kebijakan moneter Tambah belanja APBN untuk Covid-19
untuk mendukung ekonomi nasional (Rp 405.1 T):
• Belanja kesehatan: Rp 75 T
• Social safety net: Rp 110 T
• Penurunan suku bunga Relaksasi • Insentif pajak dan bea untuk
dan GWM kriteria industri: Rp 70.1 T
• Intervensi pasar untuk kualitas • Program Pemulihan Ekonomi
menjaga nilai Rupiah kredit Nasional: Rp 150 T
Stimulus III : stimulus tambahan untuk mengurangi dampak covid-19
Total tambahan belanja & pembiayaan APBN 2020 : Rp 405,1 T

Rp 110 T Rp 75 T Rp 70,1 T Rp 150 T

Social safety net : BLT dan Insentif tenaga kesehatan & Dukungan industri : Program pemulihan
anggaran pendidikan penanganan kesehatan pemotongan pajak, stimulus ekonomi nasional
KUR, bea masuk

Dorong daya beli Untuk mempercepat Dorong kinerja sektor Dorong kinerja pelaku
masyarakat kelas penanganan wabah riil usaha sektor riil dan
menengah ke bawah covid-19 sektor keuangan (?)
10
Sumber: Kemenkeu, Riset Ekonomi BCA
Stimulus Indonesia relatif kecil dibanding negara lain
25.0% Stimulus penanganan Covid-19 (% dari PDB)
Sumber: Statista, Bloomberg,
20.0% Jakarta Post, SCMP
20.0%
17.0%
16.4%

15.0%
12.0%
11.0%
10.0% 9.0%
8.4%

4.9%
5.0% 3.5%
2.7% 2.6%
2.0% 1.5% 1.2%
0.0%
Utang Pemerintah/PDB (%) RI relatif rendah

250 238

200
181

150 135

Slower GDP growth 107 112


expected if debt/GDP > 90% 98
100

62
50 52
50 42
30
17

0
Russia Indonesia Philippines China Malaysia Germany France USA Singapore Italy Greece Japan

Source: CEIC, 2018


Kebijakan BI & OJK untuk jaga stabilitas keuangan

• Penurunan suku bunga 50 bps jadi 4.5% (Feb & Maret)


• Meningkatkan intensitas triple intervention di pasar
spot, DNDF, dan pembelian SBN
• Penurunan GWM valas menjadi 4% • Pelonggaran penilaian kualitas kredit atau
• Penurunan GWM rupiah sebesar 250 bps jadi 3% pembiayaan hanya berdasarkan ketepatan
untuk bank yang melakukan kegiatan ekspor impor, pembayaran pokok dan bunga untuk kredit s.d Rp
pembiayaan UMKM, dan sektor prioritas lain 10M
• Kenaikan GWM sekunder (PLM) 200 bps jadi 6% • Restrukturisasi kredit tanpa batasan plafon kredit
• Memperpanjang tenor repo SBN dan lelang tiap hari atau jenis debitur (UMKM dan non UMKM)
• Memperluas jenis underlying transaksi DNDF
• Melonggarkan RIM (rasio intermediasi
makroprudensia)
• Menurunkan biaya SKNBI, mendukung penyaluran
dana non-tunai program pemerintah
• Pelonggaran terkait kartu kredit: Bunga jadi 2%
(sebelumnya 2,25%), minimal payment 5% (10%),
denda keterlambatan 1% (2%) 13
Kebijakan pemerintah fokus menjaga likuiditas…
Kebijakan Dampak

Likuiditas Fasilitas likuiditas langsung dari BI Liquidity backstop dari BI – menjaga likuiditas dan
Rupiah • Likuiditas jangka pendek confidence pasar
• Tidak perlu agunan berkualitas tinggi untuk jaminan
• Bank sistemik dapat tambahan fasilitas likuiditas khusus Akan bantu menjaga liquidity buffer Perbankan:
• Fasilitas likuiditas langsung + Fasilitas likuiditas khusus
Perluasan operasi moneter BI • Repo SBN
• BI bisa repo SUN/SBSN yang dimiliki non-bank
BI mewajibkan Bank untuk berpartisipasi membeli SBN di
GWM (dari 5,5%  3%, & PLM (dari 4%  6%) pasar primer lewat kebijakan PLM
Likuiditas Swap dan repo Line dengan bank sentral lain • Lebih sebagai failsafe mechanism daripada immediate
Valas • USD repo line antara BI dan the Fed (USD 60 Bn) relief
• Swap lines antara BI dan bank sentral dari:  Total USD dari swap dan repo line USD 92.75 Bn
• Tiongkok (CNY 200 Bn)  Repo line dengan Fed perlu collateral US T-bills
• Jepang (USD 22.75 Bn) • Indonesia hanya punya US T-bills dengan nilai
• Korea Selatan (KRW 10.7 Tn) USD 27.3 Bn
• Singapura (USD 10 Bn)

Capital controls
• BI punya kewenangan untuk menerapkan capital control untuk • Lebih sebagai failsafe mechanism daripada immediate
WNI (Perppu hanya memberi kewenangan, belum diterapkan) relief
14
…dan stabilitas sektor keuangan
Kebijakan Dampak

Koordinasi • KSSK menjadi command center seluruh upaya menjaga • Chain of command yang jelas akan mempermudah
dan stabilitas sistem keuangan koordinasi
Hukum

• Legal immunity untuk anggota KSSK, BI, OJK dan LPS • Legal immunity untuk antisipasi risiko politik

Kualitas • Relaksasi kriteria penilaian kualitas kredit Menjaga kualitas kredit perbankan – agar get back to
Kredit • Penilaian kualitas kredit hanya berdasarkan ketepatan normal secepat mungkin setelah krisis usai
pembayaran bunga/pokok (hanya untuk kredit s.d. Rp. 10
milyar) Efektivitas bisa terhambat oleh sentimen bisnis yang
• Kualitas kredit bisa ditingkatkan setelah restrukturisasi pesimis post-Covid (bottleneck di credit demand)

Risiko: Kemungkinan underestimate kredit bermasalah

Mitigasi Kewenangan planned restructuring oleh pemerintah • OJK bisa menanggani “problematic banks” secara
Bank • OJK bisa “memaksa” lembaga jasa keuangan untuk likuidasi, langsung
Failure merger, diambilalih dll.  Bank besar harus siap dgn contingency plan jika
diminta pemerintah ambil-alih bank lain

Peran LPS sebagai guarantor of last resort diperkuat • Aset LPS sebesar IDR 127 triliun (LPS menilai cukup
• Menambah sumber pendanaan LPS (eg. penerbitan surat utang untuk menangani masalah untuk 1 bank besar, 1 bank
dan penjualan/repo SBN ke BI) menengah, dan 5 BPR)
15
Perbankan hadapi potensi penurunan pendapatan & kualitas kredit

Dampak dari Covid-19 Dampak dari Kebijakan Pemerintah

Pertumbuhan
Melambat  Pendapatan bank turun
Kredit
Relatif terbatas jika kebijakan
Membaik seiring dengan pertumbuhan kredit lebih
LDR lambat dibandingkan DPK (terutama bank besar)
pemerintah tidak bisa menanggulangi
dampak Covid-19

CAR Menipis akibat pengaruh krisis Covid-19

Menurun seiring dengan pemotongan suku bunga acuan BI 7D-RR, penurunan volume
NIM
kredit dan banyaknya pengajuan restrukturisasi (termasuk penurunan bunga)

NPL Meningkat, terutama di kredit Dampak positif dari kebijakan relaksasi


SME/komersil/Korporasi w/ $ liability but Rp revt kriteria kualitas kredit

16
Agenda:
1. Dampak pandemi covid-19
2. Stimulus dan dampaknya
3. Pendanaan dan efek makro
Outcome ekonomi tergantung durasi wabah

Skenario Tanpa Covid-19 Moderat Pesimis


Puncak wabah - Q2-20 Q3/Q4-20
Risiko krisis keuangan - Rendah Moderat
PDB Nominal 7.3% 5.4% 3.8%
“jangkar” untuk:

- Kredit 7.9% 5.2% 3.2%


- DPK 6.7% 5.6% 4.3%
PDB Riil 5.1% 2.4% -1.9%
Inflasi 3.1% 3.4% 6.6%
BI 7D Repo Rate 4.25% 4.25% 5.50%
Kurs USD/IDR 14,450 15,620 19,580
Defisit Neraca Berjalan 2.9% 1.7% 1.2%
18
Volatilitas Rupiah relatif paling tinggi di EM, namun mulai turun
45 1 Month Implied Volatility

40
38.4
35 33.2

30

24.4
25

20 20.1

15

10.4
10 9.4
6.4
5
5.9
5.3
0
Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19 Jul-19 Aug-19 Sep-19 Oct-19 Nov-19 Dec-19 Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20

Indonesia Singapura Malaysia Thailand India Turki Korea Selatan

Sumber: Bloomberg
Sistem Perbankan punya buffer yg kuat

Rp Triliun Rp Triliun
relatif terhadap baseline Komponen buffer:
(pertumbuhan 5%) ■ Modal bank
■ Aset LPS
■ “Dana taktis” pemerintah
(program pemulihan ekonomi
nasional)
Pesimis

Sumber: OJK, Perppu No. 54/2020,


estimasi Tim Riset BCA
Moderat

• Sebagian loan loss tetap harus diserap oleh modal bank (restrukturisasi, akuisisi bank kecil oleh bank besar)
• Sisi positif: CAR/Tier 1 capital perbankan nasional tinggi, rasio kredit/PDB relatif rendah → mengurangi risiko sistemik
20
Sebagian besar stimulus dibiayai oleh obligasi baru

Rp Triliun

total tambahan financing


(sumber pembiayaan belum teruji):
Rp 610 Tn

Sumber: Perppu No. 54/2020

• “Extra efforts” (20 – 30% dari penerimaan pajak normal) bisa terganggu akibat Covid-19
• Akibatnya: Tambahan financing bisa mencapai Rp 800 – 1000 Tn (gross bond issuance Rp 1300 – 1500 Tn)
21
Penghematan tekan belanja riset dan infrastruktur

Rp Triliun

Sumber: Perppu No. 54/2020

pos-pos terkait infrastruktur


dipotong secara signifikan

• Kenaikan anggaran pendidikan terkait dengan aturan belanja pendidikan 20% pada UUD
• Work-around: mayoritas tambahan anggaran pendidikan dipakai untuk Kartu Pra-Kerja (Rp 20 Triliun)
22
Resesi Covid-19 dan kemungkinan skenario globalnya
Apakah wabah Covid-19 berakhir di 2020? Threat of
Ya Tidak
Stagflation = Negative supply
shock (food supply chain, medical
Apakah supply chain global segera kembali supply, trade war, war) + Deficit
V or U-shaped recovery spending/monetisasi/easy money
normal dan tidak terjadi trade war baru?
Ya Tidak

U or L-shaped recovery Apakah bank sentral dunia bisa melakukan


“normalisasi” kebijakan moneter?
Ya Tidak
• Apakah ada black swan lain ?
(misal credit pension crisis) • Apakah kondisi geopolitik/politik domestic
Japan-style lost
decades/depression AS tetap stabil?
• Apakah potensi pertumbuhan PDB global
meningkat (mis. faktor demografi)?
Ya Tidak

Low-yield world Hyperinflation/big inflation


Source: Riset Ekonomi & Industri BCA
Perubahan perilaku pasca Covid-19 ?
Konsumen Korporasi Pemerintahan
•Precautionary saving ↑ • Perjalanan bisnis ↓ Larangan perjalanan ke
• Penggunaan vcon ↑ negara tinggi risiko
•Belanja konsumen ↓
• Digitalisasi
• Alokasi ke kesehatan:
Lebih banyak kegiatan • Permanen WFH untuk Stok alkes & obat
online/online beberapa jenis pekerjaan ditingkatkan
banking/shopping • Office space berkurang • Shift belanja dari
(penurunan turisme, Pelaku usaha enggan infrastruktur ke
konser, sport, resto, melakukan rekrutmen kesehatan?
bioskop, konferensi) • Pasokan obligasi
• Dividend payout ↓ pemerintah ↑
Middle class kembali • Premi asuransi ↑ • Rencana kontijensi lebih
menggunakan
detil lewat PP
kendaraan pribadi ? • Manajemen persediaan
dan bahan baku Mempercepat adopsi
Premi asuransi • Reorientasi global CBDC? (di negara
kesehatan ↑ supply chain? maju)

24
Indonesia to unleash its economic potential in post Covid19 era

• Pasar barang durable masih berpeluang


meningkat 10-20 thn ke depan
Potensi
• Pasar perumahan berpeluang meningkat
Demographic • Transformasi struktur produksi yang lebih
dividend & big bernilai tambah, menyerap tenaga kerja dan
population dorong ekspor

• De-globalisasi, inward looking/reshoring,


proteksionis ?
• ASEAN (terutama Indonesia) dan India
berpeluang menjadi new growth zone akibat
Perubahan rantai
pergeseran geopolitik dan ekonomi pasca covid
produksi global • Produktivitas berpotensi meningkat dengan
percepatan pengembangan teknologi dan
infrastruktur dan agile bureaucracy & ease of
doing business 25
TERIMA KASIH

You might also like