You are on page 1of 8

PENERAPAN TEORI ARSITEKTUR ORGANIK

DALAM STRATEGI PERANCANGAN


PUSAT PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF DI BANDUNG

Song Prasetya Sujanra1*, Ummul Mustaqimmah2, Agung Kumoro Wahyuwibowo3


Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta1
song.sujan@gmail.com*
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 2
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta 3

Abstract
Creative economy is becoming an important aspect for our future economy because it is based
knowledge and creativity, which are renewable resources. Creative economy needs good
quality of creative human resources (creative class) to improve. Indonesia has a huge number
of population with 70% of total are working-aged population which are potential in promoting
creative economy, yet, Indonesia’s creative industry still can’t compete globally. Some
strategies are needed to improve the quality and the quantity of creative class in Indonesia.
One of the strategies is by providing creative environment with creative space as medium. A
well-designed space can increase motivation, expand creative tempo, entertains and inspires.
Creative space should provide attention, stimulation and focus. To achieve such
characteristics, Organic Architecture is considered as the right design approach. Organic
Architecture principals are used in designing strategy, such as in site analysis, spatial analysis,
mass organization, mass transformation and façade programming. Analytical process
applying Organic Architecture principals produces the design of creative hub building that
optimizes the creative process.

Keywords: creative economy, creative space, Organic Architecture

1. PENDAHULUAN Melihat kondisi tersebut, diperlukan edukasi dan


penanaman pola pikir kreatif yang lebih
Potensi pasar karya kreatif di dalam dan luar kontekstual dan diterapkan di segala sisi
negeri sangat besar dan memiliki kecenderungan kehidupan. Hal tersebut dapat dicapai dengan
untuk terus berkembang. Menurut data dari menciptakan suatu iklim kreatif yang dapat
Badan Pusat Statistik dapat diketahui bahwa didukung dengan infrastruktur, baik yang
selama periode 2010-2013 industri kreatif bersifat institusional maupun sarana fisik berupa
menyumbang 7,8% terhadap pendapatan ruang-ruang kreatif. Kiswandono (2005)
domestik bruto Indonesia. Selain itu, ekonomi menjelaskan bahwa selain lingkungan psikis,
kreatif juga berkontribusi sebesar 10,72% ruang secara fisik dapat memfasilitasi aktivitas
terhadap total penyerapan tenaga kerja dalam mengubah ide ke produk kreatif.
perekonomian pada tahun 2013. Lloyd (2009) menyebutkan beberapa hal yang
Namun, daya saing industri kreatif Indonesia harus disediakan oleh ruang kreatif untuk
masih kurang. Nilai daya saing industri kreatif menumbuhkan iklim kreatif, yaitu suatu ruang
berdasarkan data dari RPJP Ekonomi Kreatif kreatif harus memunculkan Attention (Atensi),
Indonesia (2014) Indonesia berada di rata-rata Stimulation (Stimulasi), dan Focus (Fokus).
4,4 dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa Arsitektur dalam hal ini tentu saja berperan
diperlukan usaha dan percepatan pembangunan dalam menciptakan atmosfer yang inspiratif dan
industri kreatif melalui ketujuh dimensi utama, kreatif. Hal ini dapat dapat dicapai dengan
salah satunya sumber daya kreatif. Kuantitas menghadirkan intervensi fisik suatu ruang yang
orang kreatif yang benar-benar mampu bersaing dapat menimbulkan pemandangan dan kesan
secara global masih kurang jumlahnya. yang dramatik dan tidak biasa. Perencanaan dan
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 506-513

perancangan ruang tersebut memerlukan suatu d. Of the people


metoda disain agar persoalan-persoalan fisik dan Selain energi dari alam, desain Arsitektur
non fisik tersebut dapat terselesaikan secara Organik juga dipengaruhi oleh hubungan
arsitektural. Oleh karena itu, penerapan dengan pemakai bangunan. Desain Arsitektur
Arsitektur Organik dipilih sebagai pendekatan Organik dipengaruhi oleh aktifitas-aktifitas
arsitektural dalam proses perencanaan dan yang diwadahi pada bangunan, tujuan
perancangan bangunan pusat pengembangan bangunan, kebutuhan pengguna,
ekonomi kreatif tersebut. kenyamanan penggunanya dan keinginan-
keinginan penggunanya. Steadman (2008)
1.1 Arsitektur Organik mengatakan bahwa salah satu ide yang
Arsitektur Organik merupakan sebuah konsep melekat pada Arsitektur Organik adalah pada
arsitektur yang diilhami dari alam. Terdapat dua metode komposisi yang bekerja dari dalam ke
pengertian Arsitektur Organik menurut Fleming, luar, yakni dari program kebutuhan penghuni
Honour & Pevsner. Pertama, Arsitektur Organik dan harapan mengenai penampilan luar
menurut mereka adalah sebuah istilah yang bangunan.
diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari e. Of the hill
bangunan yang terorganisir berdasarkan analogi Frank Lloyd Wright menyebutkan bahwa
biologi atau yang dapat mengingatkan pada suatu bangunan dengan site lebih baik
bentuk natural. Misalnya arsitektur yang berhubungan secara ‘of the hill’
menggunakan bentuk-bentuk biomorfik. dibandingkan dengan ‘on the hill’. Of the hill
Pengertian kedua, Arsitektur Organik di sini memiliki arti bahwa bangunan
menurutnya adalah sebuah istilah yang merupakan bagian dari site, bukan sekedar
digunakan oleh Frank Lloyd Wright, Hugo bangunan yang ditempatkan di atas sebuah
Haring, dan arsitek lainnya untuk arsitektur yang site.
secara visual dan lingkungan saling harmonis, f. Of the materials
terintegrasi dengan tapak, dan merefleksikan Asitektur organik juga dapat diekspresikan
kepedulian arsitek terhadap proses dan bentuk melalui material yang digunakan. Menurut
alam yang diproduksinya. (Rasikha, 2009) Steadman dalam Rasikha (2009) ada
Terdapat beberapa konsep dasar Arsitektur kecenderungan penggunaan material tertentu
Organik menurut Pearson (2002) yang dapat dalam Arsitektur Organik. Material yang
dijelaskan sebagai berikut: dipilih antara lain material alami, material
a. Building as nature lokal dan material yang dapat memproduksi
Bangunan Arsitektur Organik bersifat alami, bentuk bebas. Tsui dalam Rasikha (2009)
di mana alam menjadi pokok dan inspirasi menjabarkan beberapa kategori material
dari Arsitektur Organik. Bentuk bangunan untuk arsitektur yang perancangannya
Arsitektur Organik terinspirasi dari berbasis alam, yaitu menggunakan material
ketidaklurusan organisme biologis. yang dapat memiliki beberapa fungsi
b. Continuous present sekaligus (sebagai interior dan eksterior),
Arsitektur Organik merupakan sebuah desain penggunaan material daur ulang dalam
yang terus berlanjut. Arsitektur Organik tidak konstruksi, dan jika mungkin, gunakan
pernah berhenti dan selalu dalam keadaan material bangunan yang tidak beracun dan
dinamis namun tetap membawa unsur desainnya dapat mengurangi polusi dalam
keaslian dalam sebuah desain. bangunan.
c. Form follows flow g. Youthful and unexpected
Keunikan bentuk bangunan Arsitektur Arsitektur Organik biasanya memiliki
Organik juga dikarenakan Arsitektur Organik karakter yang inkonvensional, profokatif,
merupakan arsitektur form follow flow terlihat muda, menarik dan mengandung
(bentuk mengikuti energi). Bentuk bangunan keceriaan anak-anak. Tsui dalam Rasikha
dengan Arsitektur Organik mengikuti aliran (2009) mengatakan, unsur-unsur yang dapat
energi dari alam, menyesuaikan alam ditemukan pada bangunan organik antara lain
sekitarnya secara dinamis, bukan melawan adalah: perubahan, pergerakan fisik dari
alam. Alam dalam hal ini dapat berupa angin, komponen-komponen bangunan, kontinuitas
cahaya dan panas matahari, arus air, energi struktur dan tampak, ruang yang terbuka dan
bumi dan lainnya. beragam, denah dengan grid yang tidak

507
Song Prasetya Sujanra, Ummul M, Agung K., Penerapan Teori Arsitektur Organik…

seragam, serta fluktuasi pada level lantai. 2. METODE

1.2 Pusat Pengembangan Industri Kreatif Objek desain pusat pengembangan industri
Kehadiran lingkungan inspiratif sangat kreatif ini dirancang dengan menerapkan
dibutuhkan masyarakat dalam proses strategi desain dari teori Arsitektur Organik
menghasilkan ide-ide kreatif. Kiswandono untuk dapat mencapai fungsi bangunan yang
dalam Manisyah (2005) mengatakan bahwa optimal. Dalam tahap perencanaan dan
ruang secara fisik dapat memfasilitasi perancangan bangunan Pusat Pengembangan
aktivitas mengubah ide ke produk kreatif Industri Kreatif di Bandung, dibutuhkan
yang nyata. Ruang fisik ini berupa ruang metode-metode dalam tahapan pengumpulan
yang inspiratif yang memfasilitasi individu- data hingga analisis data. Data-data tersebut
individu kreatif dalam menciptakan, akan menjadi bahan pertimbangan untuk
mengembangkan dan memasarkan produk keputusan desain bangunan Pusat
kreatifnya. Selain itu, ruang tersebut juga Pengembangan Industri Kreatif di Bandung.
dapat berperan untuk mendorong interaksi Metode pengumpulan data yang dilakukan
manusia dimana manusia dapat bertukar adalah dengan tinjauan lapangan dan studi
pendapat dan nilai-nilai sehingga mereka preseden guna mendapatkan pola aktivitas
dapat saling belajar dan mempengaruhi. dan kebutuhan ruang pada bangunan pusat
European Creative Hubs Forum (2015) pengembangan industri kreatif. Langkah
mengategorikan aktivitas-aktivitas yang kedua adalah studi literatur terhadap teori
harus diwadahi oleh sebuah ruang kreatif Arsitektur Organik.
adalah sebagai berikut: Setelah mendapatkan kebutuhan ruang
 business support berdasarkan kebutuhan dari pusat
pengembangan industri kreatif, langkah
 networking
selanjutnya adalah menguraikan aplikasi
 research
prinsip-prinsip Arsitektur Organik yang
 communication, dan dapat diterapkan pada bangunan pusat
 talent support. pengembangan industri kreatif. Prinsip-
Arsitektur sebagai disiplin ilmu, tentu prinsip ini kemudian disintesa kembali untuk
berperan dalam penciptaan dan dapat menentukan strategi perancangan
pengembangan lingkungan dan ruang-ruang dalam menjawab persoalan desain dari pusat
kreatif. Lloyd (2009) menyebutkan beberapa pengembangan industri kreatif dengan hasil
hal yang harus disediakan oleh ruang kreatif sebagai berikut:
untuk menumbuhkan iklim kreatif, yaitu a. Persoalan Tapak
suatu ruang kreatif harus memunculkan Persoalan tapak dibagi ke dalam dua sub
Attention (Atensi), Stimulation (Stimulasi), bab yaitu pemilihan tapak dan pengolahan
dan Focus (Fokus). Hal tersebut dapat tapak. Pengolahan tapak yang dimaksud
diwujudkan dengan menciptakan ruang yang adalah mengenai bagaimana respon
fleksibel dan menciptakan suatu perasaan desain di dalam pengolahan tapak terpilih.
atau kesan tertentu. Ruang kreatif haruslah Prinsip Arsitektur Organik yang
memberikan kenyamanan namun juga digunakan adalah of the hill dan
memberikan suatu sensasi baru yang tidak continuous present. Hubungan bangunan
biasa dan dapat mengubah orientasi dan dan site akan dicapai melalui karakter dan
memberikan pandangan yang baru bagi kondisi iklim pada tapak, aspek ekologis
penggunanya. Contohnya adalah melalui dan tata lansekap. Aspek ekologis
desain-desain dinding yang tidak vertikal, bangunan organik akan dimunculkan pada
lorong-lorong yang tidak lurus, dan ruang- sistem pencahayaan dan penghawaan
ruang yang tidak berbentuk kotak. Landry yang dapat memaksimalkan pencahayaan
dalam Manisyah (2009) juga menyatakan dan penghawaan alami. Aspek ekologis
bahwa intervensi fisik yang menarik juga dapat ditampilkan melalui tata
memberikan pengaruh penting dalam lansekap.
memberikan inspirasi bagi masyarakat suatu b. Persoalan Peruangan
kota. Persoalan peruangan menerapkan prinsip
of the people. Kualitas ruang bangunan

508
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 506-513

pusat pengembangan industri kreatif


dipengaruhi oleh gaya internal yaitu
aktivitas pengguna, kenyamanan
pengguna, kebutuhan ruang, dan kriteria
ruang dan zoning ruang. Pendekatan
organik juga akan dimunculkan dengan
menerapkan prinsip youthful and
unexpected melalui penataan layout
ruang, bentuk ruang yang beragam, juga Gambar 2. Bentuk bangunan banyak menggunakan
fluktuasi pada level lantai yang beragam. bentuk lengkung untuk mengekspresikan
c. Persoalan Bentuk dan Tata Massa ketidaklurusan alam
Bangunan
Persoalan bentuk dan tata massa Sistem struktur bangunan mempertimbangkan
membahas bagaimana menciptakan sistem struktur yang dapat mendukung bentuk-
bentuk bangunan yang atraktif dengan bentuk biomorfik.
menerapkan prinsip building as nature, Struktur atap yang digunakan oleh bangunan
sehingga bentuk bangunan terinspirasi adalah menggunakan atap struktur space frame
dari ketidaklurusan organisme dan alam. karena sifatnya yang fleksibel sehingga dapat
Persoalan bentuk dan tata massa menghasilkan bentuk-bentuk organik yang
bangunan juga menerapkan prinsip form dinamis.
follows flow sehingga bangunan Supper structure yang digunakan dalam
menyesuaikan gaya eksternal, seperti bangunan pusat pengembangan industri kreatif
kondisi cuaca dan iklim site. mempertimbangkan dimensi ruang, ketinggian
d. Persoalan Tampilan Bangunan lantai, kekuatan dan juga efektifitas struktur.
Tampilan bangunan dipengaruhi oleh Struktur yang terpilih adalah rigid frame.
material dan ornamen. Material yang akan Sub structure yang digunakan pada bangunan
digunakan adalah material material yang menggunakan pondasi footplate.
dapat menciptakan bentuk-bentuk bebas
dan material yang dapat berfungsi sebagai 3.2 Form Follows Flow
interior maupun eksterior. Ornamen yang Prinsip form follows flow diterapkan pada
digunakan pun tidak hanya berfungsi persoalan bentuk dan tata massa bangunan.
sebagai penghias tetapi juga sebagai Bentuk dan penataan massa bangunan pusat
bagian struktural yang konstruksional atau pengembangan industri kreatif
merupakan pengembangan dari material mempertimbangkan energi eksternal seperti
yang digunakan. matahari dan angin.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Building as Nature
Prinsip arsitektur organik building as nature
diterapkan untuk menjawab persoalan bentuk
bangunan. Ekspresi massa bangunan sesuai
dengan pendekatan Arsitektur Organik akan
lebih menekankan pada bentuk-bentuk
biomorfik yang dinamis dan cenderung memiliki
grid yang tidak teratur. Massa bangunan
menggunakan bentuk-bentuk yang fleksibel dan
dinamis untuk memunculkan Atensi dan
Gambar 3. Respon tata Massa Bangunan
Stimulasi dari penggunanya dengan
terhadap Energi Eksternal Tapak
menciptakan suatu kesan dan pengalaman ruang
Selain energi eksternal, bentuk tata massa
tertentu.
bangunan juga mempertimbangkan energi
internal. Bangunan pusat pengembangan industri
kreatif yang direncanakan memiliki beberapa
kelompok fungsi kegiatan yang kemudian

509
Song Prasetya Sujanra, Ummul M, Agung K., Penerapan Teori Arsitektur Organik…

digabungkan ke dalam kelompok massa. Massa- Area baca


massa tersebut kemudian akan dihubungkan Kelompok Kegiatan Pengelola dan Servis
secara terpusat dengan suatu ruang-ruang sosial Kelompok Ruang Kantor pengelola
(social space) seperti komunal dan taman. Pengelola Loker
Menggunakan pola dan sistem tata massa seperti R. Direktur
ini dapat mendukung terjadinya interaksi sosial R. Sekretaris
dan kolaborasi. R. General Manager
R. Koor. Administrasi
R. Staff Administrasi
R. Staff Keuangan
R. Business Development
R. Research &
Development
R. Training &
Development
Gambar 4. Tata Massa Bangunan Terpusat R. Inventaris
Ruang tamu
3.3 Of The People Ruang rapat pengelola
Kebutuhan ruang di dalam pusat pengembangan Kelompok Ruang Toilet
industri kreatif ini didasari oleh aktivitas yang Servis Pantry karyawan
dilakukan oleh pelaku kegiatan. Aktivitas dari Kantin
Mushola
pelaku-pelaku kegiatan tersebut membutuhkan
Ruang janitor
ruang khusus di dalamnya, dari keseluruhan
Ruang pompa
aktivitas/ kegiatan yang dilakukan oleh berbagai Ruang shaft
macam pelaku tersebut yang akan dibahas rinci Ruang mekanikal elektrikal
adalah tentang kegiatan pembelajaran yang gudang
disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan. Loading Dock
(lihat Tabel 1) Setelah kebutuhan ruang telah ditentukan
Tabel 1. Kelompok Kegiatan dan Kebutuhan Ruang berdasarkan aktivitas yang diwadahi, ditentukan
Kelompok Ruang Ruang
organisasi ruang berdasarkan hubungan
Kelompok Kegiatan Penerimaan
kedekatan antar ruang sebagai penentu kualitas
Kelompok Ruang Parkir pengunjung
Penerimaan Parkir pengelola
sebuah ruang dalam efisiensi mewadahi aktivitas
Entrance hall pengguna.
Kelompok Kegiatan Utama
Kelompok Ruang Loker
Business Support Co-working space
Co-office space
Ruang rapat
Ruang pelatihan
Ruang entertainment
Kelompok Kegiatan Penunjang
Kelompok Ruang Ruang seminar
Gambar 5. Organisasi Ruang
Talent Support Ruang workshop
Studio fotografi
Kelompok Ruang Galeri Pameran Tetap 3.4 Of The Hill
Pameran dan Galeri Pameran Temporer Of the hill memiliki arti bahwa bangunan
Penjualan Ruang Penyimpanan merupakan bagian dari site, bukan sekedar
Koleksi bangunan yang ditempatkan di atas sebuah site.
Art shop Prinsip arsitektur organik of the hill dilakukan
Kelompok Ruang Komunal dengan analisa pencapaikan, iklim dan
Networking Atrium lingkungan tapak untuk mendapatkan respon
Café & restoran Dapur dan ruang cuci desain yang tepat terhadap kondisi tapak.
Area makan Analisa pencapaian site dilakukan bertujuan
Kasir untuk menentukan main entrance (ME) dan side
Perpustakaan Area penerimaan entrance (SE) sebagai jalan masuk menuju site

510
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 506-513

yang sesuai dengan kondisi lingkungan di 3.5 Youthful and Unexpected


sekitarnya. Penentuan ME dan SE dipengaruhi Prinsip youthful and unexpected diterapkan pada
oleh sirkulasi dan arah pergerakan lalu lintas di pemilihan bentuk ruang. Bentuk dasar ruang
sekitar site. menggunakan bentuk-bentuk yang fleksibel
bertujuan untuk menciptakan suatu ruang gerak
yang luwes dan leluasa sehingga memudahkan
adanya interaksi-interaksi dan kolaborasi.

Gambar 6. Analisa Pencapaian Tapak

Analisis iklim dan lingkungan akan meliputi


analisis tentang matahari, angin dan kebisingan Gambar 10. Karakteristik Bentuk Dasar Ruang
lingkungan.
Analisis sinar matahari dilakukan untuk Selain itu, prinsip youthful and unexpected juga
mengondisikan kenyamanan bangunan, diterapkan melalui permainan dimensi ruang.
konfigurasi ruang dan massa bangunan agar Tinggi rendahnya dimensi suatu ruang dapat
keberadaan sinar matahari dapat masuk dengan menciptakan suatu kesan-kesan ruang yang
optimal namun juga tidak mengganggu tertentu. Hal ini bisa dicapai melalui permainan
kenyamanan pelaku kegiatan dalam bangunan. ketinggian plafond dan lantai, juga penggunaan
void dan mezzanine. Ruang yang sangat tinggi
memberikan kesan yang monumental,
sedangkan ruang yang terlalu rendah akan
membuat pengguna merasa tertekan. Pada
ruang-ruang seperti pada co-working space dan
komunal, jarak langit-langit dibuat tinggi untuk
mengesankan keterbukaan. Sedangkan untuk
Gambar 7. Analisa Matahari dan Respon Desain ruang-ruang seperti ruang pelatihan, ruang
Analisis orientasi angin dilakukan untuk seminar dan lainnya, langit-langit tidak dibuat
mengondisikan kenyamanan penghawaan terlalu tinggi untuk memunculkan kesan intim
bangunan dengan menentukan respon desain dan fokus.
agar angina dapat memasuki seluruh bangunan
dalam tapak.

Gambar 11. Dimensi Ruang


3.6 Continuous Present
Penerapan prinsip continuous present dilakukan
Gambar 8. Analisa Angin dan Respon Desain dengan memaksimalkan pencahayaan dan
Sedangkan analisis angin bertujuan untuk penghawaan alami bangunan, sehingga
mengantisipasi kebisingan dari luar site terhadap mengurangi penggunaan cahaya dan
ruang-ruang tertentu yang memiliki kebutuhan penghawaan buatan. Hal tersebut dapat dicapai
ruang yang tenang atau dengan tingkat dengan menerapkan hal-hal berikut:
kebisingan rendah.  Pencahayaan
- Perencanaan dimensi dan orientasi
bukaan
- Pengaturan ketinggian dan jarak
antar massa bangunan

Gambar 9. Analisa Kebisingan dan Respon Desain

511
Song Prasetya Sujanra, Ummul M, Agung K., Penerapan Teori Arsitektur Organik…

- Penggunaan sun shading dan


secondary skin untuk mengurangi
panas dan silau dari matahari
 Penghawaan
- Pengaturan bukaan dan bentuk
bukaan
- Penggunaan ventilasi silang
- Penataan vegetasi sekitar bangunan
Analisis tata lansekap dilakukan untuk mendapat Gambar 13. Tampilan Bangunan
pola tatanan lansekap yang berfungsi sebagai
ruang terbuka hijau dan sekaligus sebagai 3.8 Hasil Akhir
penyelaras antara site dan massa bangunan. Pusat Pengembangan Industri Kreatif yang
Terdapat elemen vegetasi dan juga elemen dirancang akan menghadirkan suatu ruang
perkerasan yang digunakan dalam penataan kreatif di Kota Bandung yang difokuskan pada
lansekap bangunan. Elemen vegetasi dapat kegiatan industri desain, industri fesyen dan
digunakan sebagai elemen peneduh, pengarah, industri barang seni kerajinan. Prinsip-prinsip
penyejuk maupun groundcover. Arsitektur Organik diaplikasikan pada setiap
persoalan desain dan diharapkan dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran yang
terjadi di Pusat Pengembangan Industri Kreatif
ini, sehingga dapat meningkatkan kualitas
maupun kuantitas sumber daya kreatif Indonesia
khususnya Kota Bandung.
Metode strategi perancangan Arsitektur Organik
dan proses analisis yang dilakukan
menghasilkan sebuah desain rancangan Pusat
Gambar 12. Rancangan Tata Lansekap
Pengembangan Industri Kreatif di Kota Bandung
dengan pendekatan Arsitektur Organik sebagai
3.7 Of The Material
berikut.
Material bangunan yang digunakan pada
bangunan yang direncanakan sesuai dengan
Nama Bangunan :Pusat Pengembangan
pendekatan Arsitektur Organik menggunakan
Industri Kreatif
material-material yang dapat menciptakan
Lokasi : Jl. L. L. R.E. Martadinata,
bentuk-bentuk fleksibel dan dapat digunakan
Bandung Wetan, Kota Bandung
sebagai interior maupun eksterior seperti beton
Luas Lahan : 9.440 m2
pracetak dan juga kayu.
Luas Bangunan : 7,465.6 m2
Bangunan pusat pengembangan industri kreatif
Kegiatan :business support, talent
yang direncanakan harus fleksibel dan terbuka
support, networking, memamerkan dan
pada perubahan. Bangunan pusat pengembangan
memasarkan karya.
industri kreatif akan banyak mewadahi kegiatan-
kegiatan pameran dan acara-acara kreatif
lainnya. Oleh karena itu, tidak terlalu banyak
ornamen-ornamen yang digunakan pada
bangunan agar pengguna dapat menyesuaikan
sesuai keinginan dan kebutuhannya. Ornamen
yang digunakan pun menjadi satu dengan
bangunan, tidak hanya sebagai elemen penghias,
tetapi juga sebagai bagian struktural yang
konstruksional atau merupakan pengembangan
dari material yang digunakan.
Gambar 14. Perspektif Keseluruhan
Bangunan

512
Arsitektura, Vol. 15, No.2, Oktober 2017: 506-513

Gambar 19. Interior Area Co-office Space

4. KESIMPULAN
Penerapan Arsitektur Organik dalam
perancangan bangunan Pusat Pengembangan
Industri Kreatif di Bandung memerlukan
perhatian secara menyeluruh baik pada faktor
Gambar 15. Perspektif Eksterior Atrium internal maupun eksternal. Faktor internal
adalah tentang pelaku dan kegiatan yang
diwadahi pada bangunan. Selain faktor
internal, bangunan juga memperhatikan
faktor eksternal seperti karakteristik
lingkungan dan iklim tapak.
Pendekatan Arsitektur Organik merupakan
sebuah metode perancangan yang tepat untuk
diterapkan pada perancangan Pusat
Pengembangan Industri Kreatif karena sesuai
dengan kriteria ruang kreatif untuk
memunculkan Atensi, Stimulasi dan Fokus.
Gambar 16. Perspektif Eksterior Entrance
Hall
REFERENSI
Evans, J. (2009). Creative Cities, Creative
Spaces and Urban Policies.
https://www.researchgate.net/profile/Gr
aeme_Evans/publication/228370244_Cr
eative_Cities_Creative_Spaces_and_Ur
ban_Policy/links/563b1eab08ae405111
a5a4ee.pdf diakses tanggal 10 Maret
2016.
Gambar 17. Permainan Bentuk dan Tata Lloyd, Peter. 2009. Creative Space.
Massa http://www.catalystranchmeetings.com/
Thinking-Docs/Creative-Space-by-
Peter-Lloyd.pdf diakses tanggal 20
Maret 2017.
Manisyah, Miranti. 2009. Kota Kreatif:
Penelusuran terhadap Konsep Kota
Kreatif melalui Pengamatan Studi
Kasus. Depok: Universitas Indonesia.
Pearson, David. 2002. New Organic
Architecture.
www.ucpress.edu/books/pages/9678/96
Gambar 18. Interior Area Co-working 78.intro.php diakses tanggal 10 Maret
Space 2016
Rasikha, Tezza. 2009. Arsitektur Organik
Kontemporer. Depok: Universitas
Indonesia.
Steadman, Philip. 2008. The Evolution of
Design: Biological Analogy in
Architecture and Applied Arts; Revised
Edition. New York: Routledge.

513

You might also like