Professional Documents
Culture Documents
Prospek Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati Di Indonesia
Prospek Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati Di Indonesia
SUMMARY
265
Simanungkalit
organik. Pada saat ini petani lebih suka menggunakan pupuk anorganik
dibandingkan dengan pupuk organik. Pupuk organik bersifat voluminous
karena kandungan haranya rendah, sehingga memerlukan biaya tambahan
untuk transportasi dan aplikasi kalau mendatangkan dari tempat lain.
Memang sebaiknya bahan organik itu bila tersedia in situ diolah dulu
menjadi kompas oleh petani bersangkutan. Efek dari penggunaan pupuk
organik lambat, tidak seperti, pupuk anorganik yang respon tanaman
berlangsung cepat.
Peristiwa kelangkaan pupuk anorganik yang sering terjadi beberapa
tahun terakhir ini pada setiap musim tanam menyebabkan banyak petani
harus mencari ke kota lain dan berani membeli mahal demi kelanjutan
produksi tanamannya. Ini merupakan indikasi bagaimana pupuk anorganik
sudah merupakan kebutuhan dasar, apalagi petani sudah menggunakan
bibit unggul yang membutuhkan takaran pupuk yang tinggi untuk dapat
mencapai potensi hasil bibit unggul tersebut. Petani menyadari kalau
kebutuhan hara tanaman ini tidak dipenuhi hasil yang diperoleh akan
menurun, oleh karena itu tidak heran kalau petani menjadi panik kalau
terjadi kelangkaan pupuk.
Petani lebih memperhatikan kepentingan sesaat daripada
kepentingan jangka panjang. Pemakaian pupuk anorganik terutama dalam
jumlah berlebihan di atas takaran rekomendasi selama ini sudah mulai
memberikan dampak lingkungan yang negatif seperti menurunnya
kandungan bahan organik tanah, rentannya tanah terhadap erosi,
menurunnya permeabilitas tanah, menurunnya populasi mikroba tanah, dan
sebagainya. Memang sering penggunaan pupuk organik tidak memberikan
manfaat jangka pendek tetapi jangka panjang melalui pelestarian sumber
daya lahan dan produktivitasnya. Akibat dari kemiskinan petani, mereka
lebih mengutamakan hasil panen yang tinggi setiap musim tanam daripada
keletarian sumber daya lahan dan keberlanjutan produksi untuk kepentingan
generasi mereka berikutnya.
Data produksi pupuk organik di Indonesia sulit diperoleh
Kebanyakan produsen pupuk organik di Indonesia digolongkan sebagai
usaha kecil menengah (UKM). Kalau banyaknya merek-merek pupuk
organik yang beredar (baik yang terdaftar maupun yang tidak) digunakan
sebagai indikasi maka potensi memproduksi pupuk organik cukup besar.
Pupuk komersial ini dalam jumlah besar diproduksi di luar daerah produksi
(ex situ), kemudian diangkut ke daerah yang membutuhkan. Karena
kebutuhan pupuk organik ini per satuan luasnya sangat besar (5-20 t ha-1),
maka biaya transportasi akan membuat harga pupuk organik ini menjadi
cukup mahal. Sebenarnya potensi untuk memproduksi sendiri pupuk organik
(kompos) in situ cukup besar, mengingat banyak sisa-sisa tanaman di lahan-
lahan petani atau disekitarnya yang dapat diolah menjadi kompos. Kotoran-
266
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
267
Simanungkalit
268
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
269
Simanungkalit
270
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
271