Professional Documents
Culture Documents
1 1 1 SM - 2 PDF
1 1 1 SM - 2 PDF
Asaziduhu Gea1)
1
Fasilkom-TI Universitas Sumatera Utara, Medan
Email : 1asaziduhugea@gmail.com
ABSTRACT
A number of processes that are queuing need has managed by the operating system so that all processes can be
served without any process that is in decline or too long. The duration of the response time results in a number of
subsequent process failed because it ran Burst Time which has been allocated to each process. One of the
responsibilities of the operating system is managing the process by making scheduling and expected arround
Turn Time is in getting smaller each time to execute a number of processes. Therefore, it is necessary to do the
optimization of Turn arround Time. Round Robin algorithm uses fair scheduling method by evenly dividing the
execution time (quantum time) for each process but continue to serve all these processes sequentially. Allocation
quantum appropriate time greatly affect the average waiting time for the entire process of the Round Robin.
Because it is necessary to do an effort to get a proper quantum time can give a little time to execute a number of
processes by implementing Simulated Annealing algorithms. Simulated Annealing is a heuristic algorithm that is
oriented to find a settlement solution of a problem with the minimal use of energy (time), but the results are
quite large (number of processes that a lot). Tests carried out on the process by varying amounts. Every process
has a different burst time and tested with the alpha value varies. Tests in each group showed that there was a
decrease in the average waiting time is quite significant in the early iteration until the final iteration thus
obtained Turn arround Time fewer, but the number of processes are executed more.
1
Jurnal METHODIKA, Vol. 1 No. 1 Maret 2015 ISSN:2442-7861
cari adalah state yang terkecil nilai bobotnya tetapi waktu eksekusi (waktu pelayanan job) dan
mengupayakan hasil yang maksimal. waktu menunggu, yaitu :
Turn arround time = waktu eksekusi +
2. Penjadwalan Proses waktu menunggu.
Menurut Tanenbaum (2001) Penjadwalan proses
e. Throughput
merupakan kumpulan kebijaksanaan dan
Adalah jumlah kerja yang dapat diselesaikan
mekanisme di sistem operasi yang berkaitan dengan
dalam satu unit waktu. Cara untuk
urutan kerja yang dilakukan sistem komputer.
mengekspresikan throughput adalah dengan
Adapun penjadwalan bertugas memutuskan :
jumlah job pemakai yang dapat dieksekusi
a. Proses yang harus berjalan
dalam satu unit/interval waktu.
b. Kapan dan selama berapa lama proses itu
berjalan
Tipe penjadwalan
Menurut Tarore ( 2012 ) pengaturan waktu atau
penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terlibat Menurut Hariyanto ( 2009), terdapat tiga tipe
didalamnya dimaksudkan agar suatu proyek penjadwalan berada secara bersama-sama pada
dapat berjalan dengan lancar serta efektif. Oleh sistem operasi yang kompleks, yaitu:
karena itu, pelaksana dari suatu kegiatan 1. Penjadwal jangka pendek (short term scheduller)
biasanya membuat suatu jadwal waktu kegiatan 2. Penjadwal jangka menengah (medium term
atau time schedule. Jadwal waktu kegiatan adalah scheduller)
urutan urutan kerja yang berisi tentang : 3. Penjadwal jangka panjang (long term scheduller)
a. Jenis pekerjaan yang akan diselesaikan Sasaran penjadwalan berdasarkan tipe-tipe
b. Waktu bilamana suatu pekerjaan dimulai penjadwalan :
dan diakhiri. a. Memaksimumkan kinerja untuk
Oleh karena itu penjadwalan yang baik harus memenuhi satu kumpulan kriteria yang
memiliki ukuran agar proses prose yang dijalankan diharapkan.
lebih optimal. Untuk mengukur dan optimasi b. Mengendalikan transisi dari suspended to
kinerja penjadwalan menurut Tarek (2006) bahwa ready (keadaan suspend ke ready)
ada beberapa hal yang perlu di perhatikan : c. dari proses-proses swapping.
a. Adil (fairness)
d. Memberi keseimbangan job-job campuran.
Adalah proses-proses yang diperlakukan sama,
yaitu mendapat jatah waktu pemroses yang Strategi Penjadwalan
sama dan tak ada proses yang tak kebagian
layanan pemroses sehingga mengalami Menurut Hariyanto (2009) Terdapat dua strategi
kekurangan waktu. penjadwalan, yaitu :
b. Efisiensi (eficiency) 1. Penjadwalan non preemptive (run to completion)
Efisiensi atau utilisasi pemroses dihitung Proses diberi jatah waktu oleh pemroses, maka
dengan perbandingan (rasio) waktu sibuk pemroses tidak dapat diambil alih oleh proses
pemroses. lain sampai proses itu selesai.
c. Waktu tanggap (response time) 2. Penjadwalan preemptive
Waktu tanggap adalah waktu yang dibutuhkan Proses diberi jatah waktu oleh pemroses, maka
untuk merespon atau menanggapi permintaan pemroses dapat diambil alih proses lain,
layanan eksekusi dari sebuah proses. Waktu sehingga proses disela sebelum selesai dan
tanggap dibedakan atas dua hal yakni : harus dilanjutkan menunggu jatah waktu
1). Sistem interaktif pemroses tiba kembali pada proses itu.
Didefinisikan sebagai waktu yang
dihabiskan dari saat karakter terakhir dari Algoritma-algoritma Penjadwalan
perintah dimasukkan atau transaksi sampai Ada beberapa jenis jenis algoritma penjadwalan.
hasil pertama muncul di layar. Waktu algoritma penjadwalan dibagi dalam dua konsep
tanggap ini disebut terminal response secara umum :
time. 1. Nonpreemptive, menggunakan konsep :
2). Sistem waktu nyata didefinisikan sebagai a. FIFO (First In First Out) atau FCFS (First
waktu dari saat kejadian (internal atau Come First Serve)
eksternal) sampai instruksi pertama rutin b. SJF (Shortest Job First)
layanan yang dimaksud dieksekusi, disebut c. HRN (Highest Ratio Next)
event response time. d. MFQ (Multiple Feedback Queues)
d. Turn around time 2. Preemptive, menggunakan konsep :
Adalah waktu yang dihabiskan dari saat a. RR (Round Robin)
program atau job mulai masuk ke sistem b. SRF (Shortest Remaining First)
sampai proses diselesaikan sistem. Waktu yang c. PS (Priority Schedulling)
dimaksud adalah waktu yang dihabiskan di d. GS (Guaranteed Schedulling)
dalam sistem, diekspresikan sebagai penjumlah
2
Jurnal METHODIKA, Vol. 1 No. 1 Maret 2015 ISSN:2442-7861
Klasifikasi lain selain berdasarkan global, sehingga sistem dapat terperangkap dalam
dapat/tidaknya suatu proses diambil secara paksa sebuah keadaan minimum lokal.
adalah klasifikasi berdasarkan adanya prioritas di Dengan menurunkan temperatur sistem,
proses-proses, yaitu : menurut Henry (2012 ) diharapkan energi dapat
1. Algoritma penjadwalan tanpa berprioritas. dikurangi ke suatu level yang relatif rendah.
2. Algoritma penjadwalan berprioritas, terdiri dari : Semakin lambat laju pendinginan ini, semakin
a. Berprioritas statik rendah pula energi yang dapat dicapai oleh sistem
b. Berprioritas dinamis pada akhirnya.
Algoritma Simulated Annealing borientasi
3. Algoritma Round Robin bagaimana menyelesaikan sebuah pekerjaan besar
Konsep dasar dari algoritma Round Robin adalah dengan pemakain energi yang kecil. Berdasarkan
dengan menggunakan time-sharing. Pada dasarnya teori tersebut, maka dianalogikan bahwa algoritma
algoritma ini sama dengan FCFS, hanya saja Round Robin membutuhkan sebuah perhitungan
bersifat preemptive. Setiap proses mendapatkan nilai quantum time yang tepat untuk bisa
waktu CPU yang disebut dengan waktu quantum menyelesaikan sejumlah proses dengan waktu yang
(quantum time) untuk membatasi waktu proses, sangat sedikit.
biasanya 1-100 milidetik. Algoritma ini penulis analogikan sebagai
Setelah waktu habis, proses ditunda dan sebuah algorima yang mampu menyelesaikan
ditambahkan pada ready queue. Jika suatu proses eksekusi jumlah proses yang banyak tetapi
memiliki CPU burst lebih kecil dibandingkan membutuhkan waktu yang lebih sedikit atau sedikit.
dengan waktu quantum, maka proses tersebut akan Jika temperatur dalam algortima simulated
melepaskan CPU jika telah selesai bekerja, annealing sebagai factor penentu keberhasilan
sehingga CPU dapat segera digunakan oleh proses pendinginan maka dalam kasus yang penulis teliti
selanjutnya. ini, penentuan quantum time yang menjadi penentu
Sebaliknya, jika suatu proses memiliki CPU keberhasilan pencapaian waktu optimal.
burst yang lebih besar dibandingkan dengan waktu Panggabean (2002) mengatakan bahwa
quantum, maka proses tersebut akan dihentikan algoritma Simulated Annealing secara umum
sementara jika sudah mencapai waktu quantum, dan adalah sebagai berikut:
selanjutnya mengantri kembali pada posisi ekor dari A. Pilih sebuah solusi awal x0 secara acak dan
ready queue, CPU kemudian menjalankan proses tetapkan nilai temperature awal. Pada langkah
berikutnya. Jika terdapat n proses pada ready queue ke - i, solusi yang current disebut xi. Parameter
dan waktu quantum q, maka setiap proses kontrol adalah ci dan fi= f(xi).
mendapatkan 1/n dari waktu CPU paling banyak q
unit waktu pada sekali penjadwalan CPU. Tidak B. Ulangi langkah -langkah berikut :
ada proses yang menunggu lebih dari (n-1)q unit 1. Buat sebuah neighbour xp dari solusi
waktu ( Tanenbaum, 2001) current xi dan hitung nilai fungsi
Waktu turnarround juga tergantung ukuran objektifnya. State x padalah sebuah kandidat
waktu quantum. Rata-rata waktu turnarround tidak potensial untuk state x(i+1)
meningkat bila waktu quantum dinaikkan. Secara 2. Set x(i+1) = xp dengan probabilitas min
umum, rata-rata waktu turnarround dapat {1,exp((fi – fp )/cI )}. Jika tidak, set x i+1=
ditingkatkan jika banyak proses menyelesaikan xi . Turunkan nilai temperature berdasarkan
CPU burst berikutnya sebagai satu waktu quantum. faktor d tertentu :
Sebagai contoh, terdapat tiga proses masing-masing cI = cI + dcI . Tambahkan 1 pada jumlah
10 unit waktu dan waktu quantum 1 unit waktu, iterasi : i = i + 1.
rata-rata waktu turnarround adalah 29. Jika waktu
quantum 10, sebaliknya, rata-rata waktu Parameter Simulated Annealing
turnarround turun menjadi 20.
Menurut Pahwa ( 2004) parameter yang di
butuhkan dalam Simulated Annealing adalah
4. Simulated Annealing
sebagai Berikut :
Menurut Mahlke (2006) Algoritma Simulated
1. Starting Temperature - t
Annealing diperkenalkan oleh Metropolis et al.
2. Cooling Schedule - α
Pada tahun 1953, dan aplikasinya dalam masalah
3. Final temperature / Stopping Rule - Sn()
optimasi dilakukan pertama kali oleh Kirkpatrick et
4. Iterations at given Temperature - N
al. Tahun 1983. Algoritma ini beranalogi dengan
5. Initial (starting) configuration - S[a,b,c]
proses annealing (pendinginan) yang diterapkan
6. Transition rule - Tr()
dalam pembuatan material glassy (terdiri dari butir
7. New configuration derivation rule - Ex
kristal). Dari sisi ilmu fisika, tujuan sistem ini
(S[a,b,c])
adalah untuk meminimasi energi potensial.
Fluktuasi kinematika acak menghalangi sistem
Optimasi nilai quantum time pada penjadwalan
untuk mencapai energi potensial yang minimum
round robin dapat di lakukan dengan cara memilih
secara acak angka yang tepat yang digunakan untuk
3
Jurnal METHODIKA, Vol. 1 No. 1 Maret 2015 ISSN:2442-7861
menyelesaikan sejumlah proses tersebut. Hasil dari algoritma simulated annealing memiliki korelasi
penyelesaian proses itu nantinya akan di jadikan yang baik jika di terapkan untuk menyelesaikan
sebagai acuan untuk melaksanakan eksekusi masalah waktu yang cukup kompleks pada
terhadap proses berikutnya, sehingga penggunaan penjadwalan round- robin yakni mencari nilai
quantum time yang sesuai dapat tepat dapat di Turnarround Time minimal. Peranan algorima
temukan. (Tanenbaum, 2001) Simulated Annealing dalam hal ini adalah mencari
Performans algoritma round robin dapat nilai quantum time yang mampu meminimalkan
dijelaskan sebagai berikut, jika q besar, maka yang average waiting time untuk keseluruhan proses
digunakan adalah algoritma FIFO, tetapi jika q yang sedang mengantri sehingga di dapatkan
kecil maka sering terjadi context switch. Misalkan Turnarround Time yang minimal.
ada 3 proses: P1, P2, dan P3 yang meminta Pada Penelitian ini, pengaruh nilai quantum
pelayanan CPU dengan quantum-time sebesar 4 time optimal akan terlihat pada opitmasi minimum
milidetik. variable yang mempengaruhi waktu pada
Tabel 1 Antrian Proses penjadwalan, yaitu :
4
Jurnal METHODIKA, Vol. 1 No. 1 Maret 2015 ISSN:2442-7861
proses yang bisa disedikit rata rata waktu banyak jumlah proses maka semakin lama
tunggu untuk masing masing proses waktu yang akan di gunakan untuk
menyelesaiakan eksekusi proses secara
6. Optimasi Quantum Time Dengan Simulated keseluruhan.
Annealing 2. Burst Time (α)
Prosedur penyelesaian masalah optimasi quantum Burst Time digunakan sebagai jumlah
time dengan simulated annealing dapat dijelaskan waktu yang di alokasikan pada masing
dengan menggunakan diagram alir 2 dibawah ini. masing proses sebelum di eksekusi.
3. Time Slice ( Sn)
Adalah batasan atau waktu toleransi yang
digunakan untuk menyelesaikan sebuah
proses.
4. Quantum Time (N )
Adalah nilai quantum time awal yang
diberikan dan nilai ini akan di ganti
dengan nilai yang lain jika hasil yang di
dapatkan belum maksimal.
5. Initial (starting) configuration (S[a,b,c])
adalah nilai array yang digunakan untuk
dipilih secara acak oleh sistem untuk
menentukan nilai quantum time yang akan
di pilih berikutnya.
6. Transition rule ( Tr)
Adalah aturan transisi nilai dari quantum
time yang akan digunakan.
7. Current Solution (Ex (S[a,b,c]))
Adalah konfigurasi alternatif yang lain
yang digunakan jika nilai turnarround time
yang di dapatkan tidak minimal.
8. Nilai Alpha
Adalah nilai yang mempengaruhi ruang
pencarian solusi yang terbaik
9. Context Switching
Adalah rata rata peralihan waktu antar
proses ketika quantum time telah di
alokasikan pada masing masing proses.
Nilai Context Switching semakin kecil
semakin bagus.
Menginput Data Problem.
Input data Problem adalah penentuan nilai dari
setiap variable yang akan mempengaruhi eksekusi
proses seperti jumlah proses, burst time, arrival
time dan nilai quantum time.
Membangkitkan Solusi Awal.
Solusi awal dalam penyelesaian kasus dalam
Gambar 2. Optimasi Quantum Time Dengan algoritma round robin adalah penentuan nilai
Simulated Annealing quantum time yang akan di gunakan untuk
mengesekusi sejumlah proses yang sedang
Mengeset Nilai Parameter mengantri serta menghitung berapa nilai average
waiting time awal. Kemudian nilai average waiting
Langkah awal dalam penyelesaian masalah untuk time yang di didapatkan di awal iterasi ( time slice)
mencari nilai quantum time dengan algorima di uji pada iterasi yang kedua dengan
Simulated annealing adalah dengan menentukan membangkitkan nilai quantum time secara acak.
parameter yang meliputi :
1. Penentuan Jumlah Proses (t1) Menampilkan Solusi Yang Terbaik.
Dalam penelitian ini, jumlah proses yang Setelah nilai quantum time di tentukan dan eksekusi
akan di diesksekusi terlebih dahulu diset di jalankan, akan ditampilkan berapa lama waktu
sebagai standar ukuran proses yang yang digunakan untuk menyelesaikan sejumlah
mempengaruhi waktu eksekusi. Semakin
5
Jurnal METHODIKA, Vol. 1 No. 1 Maret 2015 ISSN:2442-7861
proses tadi dengan harapan nilai yang didapatkan Quantum time 100
adalah nilai yang terbaik saat itu (current solution ). AWT 3441.09
Current Solution 3371.00
Kriteria Terpenuhi Turnarround Time 3371.00
Jika hasil yang di dapatkan adalah nilai yang Context Switching 8.77
optimal maka tujuan tercapai dan pencarian solusi
terbaik di hentikan. Quantum time 56
AWT 3512.73
7. Pengujian Current Solution 3371.00
Penerapan Algoritma Simulated Annealing pada Turnarround Time 3371.00
penjadwalan round robin terdiri dari beberapa Context Switching 7.90
tahapan. Salah satu tahapan yang pada penelitian ini
adalah penentuan jumlah proses dan alokasi burst Quantum time 14
time pada masing masing proses tersebut. Pada AWT 3329.47
penelitian ini optimasi nilai turnaround time yang Current Solution 3329.47
dipengaruhi secara langsung oleh penggunaan nilai Turnarround Time 3329.47
quantum time yang tepat menggunakan beberapa Context Switching 7.11
variable yaitu
1. Nilai alpha ( 0,90 dan 0,99 ) Quantum time 171
2. Inisial Context Switching ( nilai awal 110 AWT 3717.14
dan nilai akhir 0,5 ) Current Solution 3329.47
3. Jumlah Proses Turnarround Time 3329.47
4. Burst Time Context Switching 6.40
5. Iterasi
6
Jurnal METHODIKA, Vol. 1 No. 1 Maret 2015 ISSN:2442-7861
9.3 Parameter 2
Quantum time 62
Pada pengujian ini, parameter yang diterapkan
AWT 3591.78
adalah koefisien alpha atau factor pendinginan
Current Solution 3292.57
sebesar 0.99, jumlah proses sebesar 100, initial
Turnarround Time 3292.57
Context Switching atau nilai Context Switching
Context Switching 62.03
awal sebesar 110, final Context Switching atau
Context Switching akhir sebesar 0,5 dan iterasi
7
Jurnal METHODIKA, Vol. 1 No. 1 Maret 2015 ISSN:2442-7861
8
Jurnal METHODIKA, Vol. 1 No. 1 Maret 2015 ISSN:2442-7861