You are on page 1of 8

JIIA, VOLUME 3 No.

1, JANUARI 2015

KINERJA PRODUKSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI EMPING MELINJO


DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(Production Performance and Value Added of ‘Emping Melinjo’ Agroindustry in Bandar Lampung City)

I Rani Mellya Sari, Wan Abbas Zakaria, Muhammad Irfan Affandi

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
Bandar Lampung 35145, Telp. 085279683860, e-mail: irani.mellyasari@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this research are to analyze the production performance of emping melinjo agroindustry in Bandar
Lampung City, and to the added value of emping melinjo agroindustry in Bandar Lampung City. This research was
conducted in January until September 2014. Primary and secondary data were collected in this research. The
research samples consisted of sixteen people were chosen by stratified random design. There were eight people of
sample from each village. The methods of data analysis used in this research was descriptive, qualitative and
quantitative analysis. Analysis production performance and analysis of employment used to answer the first purpose,
whereas analysis of added value was used to answer the second purpose. The result of this research showed that
performance of emping melinjo agroindustry in Bandar Lampung city in overall was benefit. Productivity of
agroindustry in Rajabasa Village was already good with a capacity of 86 percent. Productivity of agroindustry in
Sukamaju Village was already good also with a capacity of 84 percent. Agroindustry of emping melinjo in Bandar
Lampung city provide added value. Rajabasa village provided an added value of 45.95 percent, whereas Sukamaju
village provided an added value of 48.63 percent.

Key words: emping melinjo, production performance and value added

PENDAHULUAN Salah satu produk pengolahan hasil pertanian yang


dikenal di masyarakat adalah industri emping
Sektor Industri Pertanian merupakan suatu sistem melinjo. Emping melinjo dikenal sebagai makanan
pengelolaan secara terpadu antara Sektor Pertanian pelengkap mempunyai kandungan yang baik bagi
dengan Sektor Industri guna mendapatkan nilai kesehatan, namun sebaiknya emping melinjo tidak
tambah produk hasil pertanian. Agroindustri dikonsumsi secara berlebih terutama bagi penderita
merupakan suatu usaha untuk meningkatkan asam urat atau darah tinggi. Provinsi Lampung
efisiensi sektor pertanian hingga menjadi kegiatan merupakan salah satu sentra produksi agroindustri
yang sangat produktif melalui proses modernisasi emping melinjo.
pertanian (Saragih 2004). Sektor industri
pengolahan merupakan salah satu sektor yang Kota Bandar Lampung merupakan kota terbesar di
kontribusinya cukup besar dalam pembentukan Provinsi Lampung. Perekonomian Kota Bandar
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). lampung yang maju dan berkembang pesat,
disumbangkan oleh peranan signifikan sektor
Industri pengolahan tersusun atas industri berskala industri pengolahan (Bank Indonesia 2012).
besar, sedang, dan kecil, di mana antar pelaku Agroindustri emping melinjo memiliki potensi
skala industri memiliki potensi untuk saling yang layak untuk dikembangkan di Kota Bandar
mendukung keberlangsungan industri lainnya Lampung, hal ini karena ketersediaan bahan baku
(Bank Indonesia 2012). Usaha Mikro Kecil melinjo yang mendukung proses produksi.
Menengah (UMKM) merupakan usaha yang
memiliki peran yang cukup tinggi di Indonesia. Agroindustri emping melinjo di Kota Bandar
Peran UMKM menciptakan kesempatan kerja bagi Lampung tersebar di tiga kecamatan yaitu
para pengangguran. UMKM sebagai sumber Kecamatan Teluk Betung Timur sebanyak 149
pendapatan khususnya didaerah pedesaan dan orang, Kecamatan Rajabasa sebanyak 15 orang dan
rumah tangga berpendapatan rendah. Menurut Kecamatan Kemiling sebanyak 54 orang.
Badan Pusat Statistik (2003), usaha kecil adalah Agroindustri emping dengan tingkat produktivitas
usaha yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 5 tertinggi terletak di Kecamatan Rajabasa, dengan
sampai 9 orang tenaga kerja. Industri rumah rata-rata produksi sebanyak 60 kg per hari
tangga ialah industri yang memperkerjakan kurang (Diskoperindag Kota Bandar Lampung 2013).
dari 5 orang.

18
JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015

Penilaian terhadap perkembangan agroindustri Tabel 1. Stratum berdasarkan kinerja agroindustri


sangat penting untuk perencanaan yang akan di Kelurahan Sukamaju dan Rajabasa
datang. Terlihat dalam sepuluh tahun terakhir Kota Bandar Lampung
tidak tampak adanya perkembangan yang berarti,
baik dari sisi jumlah maupun mutu hasil. Penilaian Kelurahan Kelurahan
Stratum Berdasarkan
kinerja agroindustri dilihat dari sisi teknis dan non- Sukamaju Rajabasa
Kinerja Agroindustri
teknis. Secara teknis kinerja dapat dilihat dari P S P S
produktivitas, kapasitas, dan segi kualitasnya,  Pengrajin emping dengan 44 2 2
sedangkan secara non teknis dapat dilihat dari pendidikan rendah
informasi keuangan dan pendapatan serta nilai teknologi sederhana dan
produksi tinggi
tambah. Atas dasar uraian tersebut, penelitian ini
 Pengrajin emping dengan 78 2 2
ditujukan untuk menganalisis kinerja produksi dan
pendidikan rendah
kesempatan kerja agroindustri emping melinjo, teknologi sederhana dan
serta menganalisis nilai tambah agroindustri produksi rendah
emping melinjo di Kota Bandar Lampung.  Pengrajin emping dengan 7 2 2
pendidikan tinggi
METODE PENELITIAN teknologi sederhana dan
produksi tinggi
Metode penelitian yang digunakan adalah metode  Pengrajin emping dengan 20 2 2
survei. Penelitian ini dilakukan di Kota Bandar pendidikan tinggi
Lampung. Pemilihan lokasi dilakukan secara teknologi sederhana dan
sengaja (purposive) yaitu Kelurahan Sukamaju, produksi rendah
Total Sampel 8 8
Kecamatan Teluk Betung Timur dan Kelurahan Keterangan :
Rajabasa, Kecamatan Rajabasa Kota Bandar P = Populasi
Lampung, dengan pertimbangan bahwa ke duanya S = Sampel
merupakan sentra agroindustri emping melinjo di
Kota Bandar Lampung. Pengambilan data 1) Produktivitas
dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
September 2014. Data yang dikumpulkan dalam Produktivitas dari agroindustri dihitung dari unit
penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. yang diproduksi (output) dengan masukan yang
Metode analisis data yang digunakan dalam digunakan (tenaga kerja). Standar nilai besaran
penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan produktivitas tenaga kerja menurut Render dan
analisis deskriptif kualitatif. Heizer (2001) adalah 7,20 kg/HOK. Produktivitas
dirumuskan sebagai berikut:
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
acak distratifikasi (Stratified Simple Random Unit yang diproduksi (kg)
Produktivi tas  . (1)
Sampling). Pengambilan sampel ini dilakukan Masukan yang digunakan (HOK)
dengan mengkategorikan populasi yang heterogen
ke dalam strata yang seragam (Singarimbun dan a. Jika produktivitas ≥ 7,20 kg/HOK, maka
Effendi 2011). Berdasarkan hasil pengamatan di kinerja agroindustri tersebut sudah baik.
lokasi penelitian, strata yang digunakan dapat b. Jika produktivitas <7,20 kg/HOK, maka kinerja
dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa agroindustri tersebut kurang baik.
terdapat 4 kategori (stratum) populasi. Masing-
masing strata diambil dua sampel, dengan alasan 2) Kapasitas
bahwa masing-masing strata bersifat homogen.
Total keseluruhan sampel dari dua kelurahan Kapasitas yaitu suatu ukuran yang menyangkut
sebanyak 16 pengrajin emping melinjo. kemampuan dari output dari suatu proses.
Kapasitas agroindustri diperoleh dari actual output
Untuk menjawab tujuan pertama yaitu digunakan yaitu output berupa emping melinjo yang
analisis kinerja produksi dan kesempatan kerja. diproduksi dan design capacity yaitu kapasitas
Analisis kinerja produksi dilakukan untuk melihat maksimal memproduksi emping melinjo dengan
hasil kerja dari agroindustri emping yang dilihat satuan kg. Kapasitas agroindustri dapat
dari aspek produktivitas, kapasitas, kualitas, dirumuskan (Prasetya dan Fitri 2009):
kecepatan pengiriman, fleksibilitas dan kecepatan
proses serta kesempatan kerja agroindustri
(Prasetya dan Fitri 2009).

19
JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015

Actual output Nj . JKEj


Capacity utilization  …… (2) Kki  ……………………………….. (3)
Design input 8
Keterangan:
Actual output = Output yang diproduksi (kg) Keterangan :
j = Bidang kegiatan di agroindustri
Design capacity = Kapasitas maks. memproduksi
Kki = Serapan tenaga kerja pada agroindustri (HOK)
(kg) Nj = Banyaknya orang yang bekerja pada
agroindustri (org)
a. Jika kapasitas ≥ 0,5 atau 50 persen, maka 8 = Angka konversi HOK (1 HOK = 8 jam kerja)
agroindustri telah berproduksi secara baik; JKE = Jam kerja efektif (jam)
b. Jika kapasitas < 0,5 atau 50 persen, maka
agroindustri berproduksi kurang baik. Tabel 2. Prosedur perhitungan metode nilai
tambah Hayami
3) Kualitas
Variabel Notasi
Kualitas dari proses pada umumnya diukur dengan Output, Input dan Harga
tingkat ketidaksesuaian dari produk yang Output (kg/bulan) A
dihasilkan. Bahan baku (kg/bulan) B
Tenaga kerja (HOK/bulan) C
4) Kecepatan Pengiriman Faktor konversi D = A/B
Koefisien tenaga kerja (HOK/kg) E = C/B
Harga output (Rp/kg) F
Kecepatan pengiriman ada dua ukuran dimensi,
Upah rata-rata tenaga kerja G
pertama jumlah waktu antara produk ketika (Rp/HOK)
dipesan untuk dikirimkan ke pelanggan, ke dua Pendapatan dan nilai tambah
adalah variabilitas dalam waktu pengiriman. Harga bahan baku (Rp/kg) H
Sumbangan input lain (Rp/kg) I
5) Fleksibilitas Nilai output (Rp/kg) J=DxF
Nilai tambah (Rp/kg) K=J–I–H
Fleksibilitas yaitu mengukur bagaimana proses Rasio nilai tambah ( persen) L = (K/J)x100
transformasi menjadi lebih baik dengan Imbalan tenaga kerja (Rp/kg) persen
membutuhkan kinerja disini. Ada tiga dimensi dari Bagian tenaga kerja ( persen) M=ExG
fleksibilitas, pertama bentuk dari fleksibilitas Keuntungan (Rp/kg) N = (M/K)x100
menandai bagaimana kecepatan proses dapat Bagian keuntungan ( persen) persen
masuk dari memproduksi satu produk atau O=K– M
keluarga produk untuk yang lain. Kedua adalah P= (O/K)x100
kemampuan bereaksi untuk berubah dalam persen
volume. Ketiga adalah kemampuan dari proses Balas Jasa untuk Faktor Produksi
produksi yang lebih dari satu produk secara Margin keuntungan (Rp/kg) Q=J–H
Keuntungan ( persen) R = O/Q x 100
serempak.
Tenaga kerja ( persen) persen
Input lain ( persen) S = M/Q x 100
6) Kecepatan Proses persen
T= I/Q x 100
Kecepatan proses adalah perbandingan nyata persen
melalui waktu yang diambil dari produk untuk Sumber : Hayami (1987)
melewati proses dibagi dengan nilai tambah waktu Keterangan :
yang dibutuhkan untuk melengkapi produk atau A = Output atau total produksi emping melinjo yang dihasilkan
jasa. oleh agroindustri emping melinjo
B = Input atau bahan baku yang digunakan untuk memproduksi
emping melinjo
Kesempatan kerja melihat banyaknya tenaga kerja C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi emping
yang terserap dalam agroindustri baik tenaga kerja melinjo dihitung dalam bentuk (HOK) dalam satu periode
analisis
dalam keluarga maupun luar keluarga. Menurut F = Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis
Andika (2011), kesempatan kerja berkaitan dengan G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap
orang yang bekerja secara penuh dalam proses satu periode produksi yang dihitung berdasarkan per HOK
H = Harga input bahan baku utama yaitu biji melinjo per kilogram
pembuatan emping melinjo yang diukur dalam pada saat periode analisis
satuan hari orang kerja (HOK). Secara matematis I = Sumbangan atau biaya input lainnya yang terdiri dari biaya
bahan baku penolong, biaya penyusutan
dapat dirumuskan sebagai berikut:

20
JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015

Untuk menjawab tujuan ke dua digunakan metode Biji melinjo dikeluarkan dari wajan, kemudian
analisis nilai tambah Hayami. Besarnya nilai dipukul untuk memecahkan kulit keras dari biji.
tambah dari agroindustri emping digunakan Pemukulan harus hati-hati, agar isi biji melinjo
metode Hayami (1987) yang dapat dilihat pada tidak rusak. Satu-persatu biji melinjo diletakkan di
Tabel 2. Semua nilai pada indikator yang terdapat batu landasan atau marmer lalu dipipihkan dengan
dalam Tabel 2, dinilai berdasarkan harga yang palu sampai melinjo menjadi pipih dan bundar tipis
berlaku pada tahun 2014. dengan standar ukuran tertentu. Satu keping
emping diperlukan tiga sampai empat biji melinjo.
Kriteria penilaian nilai tambah yaitu : Untuk ukuran besar diperlukan tujuh sampai
a. Jika nilai tambah > 0 berarti agroindustri sepuluh biji melinjo.
emping melinjo memberikan nilai tambah
(positif). Tahap selanjutnya emping yang dalam kondisi
b. Jika nilai tambah < 0 berarti agroindustri basah, ditata di atas plastik untuk dijemur hingga
emping melinjo tidak memberikan nilai tambah kering. Proses penjemuran atau pengeringan
(negatif). membutuhkan waktu kira-kira 1 jam pada waktu
siang hari pukul 12.00 WIB. Apabila telah kering,
HASIL DAN PEMBAHASAN emping diangkat dan dimasukan ke dalam kemasan
karung atau plastik dan siap untuk dipasarkan.
Karakteristik Responden
Agroindustri emping melinjo di Kota Bandar
Usia pengrajin emping melinjo di Kota Bandar Lampung memproduksi jenis yang terbuat dari dua
Lampung antara 20-35 tahun sebanyak 50 persen sampai tiga biji melinjo. Jika ada pesanan khusus
dengan pengalaman usaha di atas 20 tahun di agroindustri ini juga memproduksi jenis emping
Kelurahan Rajabasa sedangkan di Kelurahan remaja, yaitu emping yang terbuat dari 7 sampai 10
Sukamaju usia antara 36-51 tahun sebanyak 62,5 biji melinjo dan emping benggol (>10 biji
persen dengan pengalaman usaha di atas 10 tahun. melinjo).
Tingkat pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD)
sebesar 50 persen, Sekolah Menengah Pertama Kinerja Produksi pada Agroindustri Emping
(SMP) 25 persen dan Sekolah Menengah Atas Melinjo
(SMA) 25 persen. Jumlah anggota keluarga antara
2-6 orang. 1) Produktivitas

Proses Pembuatan Emping Melinjo Standar nilai produktivitas tenaga kerja menurut
Render dan Heizer (2001) adalah 7,20 kg/HOK.
Emping melinjo adalah sejenis keripik yang dibuat Produktivitas yang dihasilkan oleh agroindustri di
dari buah melinjo yang telah tua. Pembuatan Kelurahan Rajabasa adalah sebesar 7,29 kg/HOK,
emping melinjo di Kota Bandar Lampung tidak artinya setiap satu HOK mampu memproduksi
sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan sebesar 7,29 kg emping melinjo. Produktivitas
alat-alat sederhana. Peralatan yang digunakan yang dihasilkan di Kelurahan Sukamaju yaitu
dalam agroindustri emping melinjo antara lain sebesar 7,24 kg/HOK, artinya setiap satu HOK
palu, wajan besi atau tanah liat, marmer, tungku, mampu memproduksi sebesar 7,24 kg emping
saringan dan baskom. Untuk menghasilkan emping melinjo.
melinjo yang berkualitas harus diperhatikan proses
pembuatan emping melinjo dengan benar. Proses Kinerja yang dihasilkan agroindustri emping
pembuatan emping melinjo melalui beberapa melinjo di Kota Bandar Lampung sudah baik.
tahap. Produktivitas agroindustri dapat ditingkatkan lebih
lanjut untuk perkembangan di masa yang akan
Tahap pertama yaitu pengupasan kulit luar biji. datang. Peningkatan produktivitas dapat dilakukan
Pengupasan dapat dilakukan dengan pisau. Biji dengan cara peningkatan persediaan bahan baku,
yang telah dikupas disimpan beberapa hari peningkatan keterampilan sumber daya manusia
sebelum diproduksi. Biji kemudian disangrai di dengan cara mengikuti pelatihan–pelatihan untuk
dalam wajan bersama pasir sambil diaduk-aduk pengembangan agroindustri emping, serta
sampai matang (selama 10 sampai 15 menit). Biji mengadopsi perkembangan teknologi.
melinjo yang telah matang tetap dipertahankan
dalam keadaan panas sampai saat akan dipipihkan.

21
JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015

2) Kapasitas sebulan berkisar antara 24-25 kali. Melinjo yang


telah diolah menjadi emping kemudian dikemas
Nilai kapasitas agroindustri emping melinjo di dan siap untuk dikirim kepada konsumen.
Kelurahan Rajabasa sebesar 0,86 atau 86 persen.
Sedangkan kapasitas agroindustri emping melinjo Proses pemasaran dilakukan pengusaha emping
di Kelurahan Sukamaju sebesar 0,84 atau 84 selama empat kali dalam sebulan. Produk emping
persen. Angka ini hampir mendekati satu, berarti ini dijual ke pasar yang berada di sekitar lokasi
agroindustri emping melinjo di Kota Bandar agroindustri dengan jarak tempuh kurang lebih
Lampung sudah berproduksi dengan baik. Hal ini berjarak 5 kilometer yang dapat ditempuh selama
disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja serta setengah jam dengan biaya transportasi sebesar
pemanfaatan alat secara efektif dan efisien sesuai Rp13.000,00. Dilihat dari kecepatan dan ketepatan
dengan kemampuannya. Namun, kapasitas waktu pengiriman produk emping melinjo di Kota
tersebut masih dapat dimaksimalkan dengan cara Bandar Lampung sudah dikatakan baik, dengan
menambah persediaan bahan baku, meningkatkan alasan produk yang dikirimkan ke konsumen tidak
kualitas sumber daya manusia dan penggunaan terlalu lama berkisar sekali dalam seminggu,
peralatan yang lebih modern. sehingga dapat memenuhi kebutuhan penduduk
akan produk emping.
3) Kualitas
5) Fleksibilitas
Buah melinjo dipanen setahun dua kali, yaitu pada
Bulan Mei-Juli dan Oktober-Desember, di luar Fleksibilitas bahan baku diukur melalui tiga
masa panen buah melinjo sulit didapat. Tetapi tahapan. Tahapan pertama fleksibel dilihat dari
untuk menjaga keberlangsungan produksi produsen kecepatan proses transformasi melinjo menjadi
tetap membeli bahan baku di luar musim panen, emping dibutuhkan waktu selama 2 sampai 3 hari.
sehingga kualitas produksi emping mengalami Tahapan ke dua untuk menghasilkan satu buah
penurunan. Keadaan ini dialami oleh produsen emping diperlukan biji melinjo sekitar 2 sampai 3
baik di Kelurahan Rajabasa maupun Kelurahan biji. Tahapan ke tiga yaitu dilihat dari kemampuan
Sukamaju. dari proses produksi yang lebih dari satu produk
secara serempak. Tahapan ke tiga ini belum dapat
Kualitas bahan baku sangat menentukan kualitas dilakukan agroindustri emping karena melinjo
produk yang dihasilkan. Produk emping yang yang dibeli hanya bisa diproduksi menjadi emping,
berkualitas baik adalah emping yang tipis sehingga sehingga belum menghasilkan produk pengolahan
kelihatan agak bening dengan diameter seragam yang lain dengan bahan baku yang sama. Dapat
dan kering, sehingga dapat digoreng langsung. disimpulkan bahwa dari aspek fleksibilitas belum
Emping dengan mutu yang lebih rendah dilihat dikatakan baik, karena pada tahapan pengukuran
dari bentuk dan warna emping. Bentuk emping ketiga belum dapat dilakukan. Tahapan ketiga
yang tidak rata dan mudah hancur serta warna fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan cara
emping yang sudah kuning, diameter kurang pengembangan terhadap sumber daya manusia,
seragam, kadang-kadang masih harus dijemur melalui pelatihan pengembangan produk dan hasil
sebelum digoreng dan terdapat bintik-bintik hitam produksi emping, sehingga melinjo yang diolah
menandakan kualitas emping yang rendah. Produk dapat menghasilkan produk olahan yang lain.
emping yang dihasilkan di Kelurahan Rajabasa dan
Sukamaju Kota Bandar Lampung ini aman untuk 6) Kecepatan Proses
dikonsumsi oleh konsumen, sehingga dapat
dikatakan berkualitas baik. Kecepatan proses dilihat dari berapa lama waktu
yang diperlukan dari proses datangnya melinjo
4) Kecepatan Pengiriman sampai menghasilkan emping. Waktu yang
dibutuhkan dari datangnya bahan baku dan di
Kecepatan pengiriman diukur dari jumlah waktu proses menjadi emping selama 2 sampai 3 hari.
antara produk ketika dipesan untuk dikirimkan ke Melinjo yang sudah dibeli sebaiknya segera diolah,
pelanggan. Bahan baku yang dipesan dari untuk mempertahankan kualitas melinjo tersebut.
pedagang pengepul disimpan selama satu hari Proses pengolahan tergolong cepat, akan lama jika
sebelum melakukan proses produksi. Melinjo yang ketersediaan bahan baku berkurang berkurang.
dibeli dalam jumlah banyak minimal 10 kilogram
selama seminggu. Pembelian melinjo dua kali
dalam sebulan. Frekuensi proses produksi dalam

22
JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015

Kesempatan Kerja Sejauh ini tenaga kerja dalam keluarga masih dapat
dikatakan layak untuk membantu proses produksi,
Kegiatan agroindustri pengolahan emping melinjo namun untuk perkembangan kedepan dengan
memberikan kesempatan kerja, terutama bagi jumlah produksi yang bertambah memerlukan
masyarakat yang berada di sekitar lingkungan tenaga kerja dari luar keluarga.
agroindustri di Kota Bandar Lampung. Kegiatan
pengolahan emping terdiri dari pengupasan kulit Pengembangan pemasaran terhadap agroindustri
luar, penyangraian, pengupasan kulit keras, emping melinjo dapat diperluas ke luar Kota
pemipihan, penjemuran dan pengemasan. Besarnya Bandar Lampung, sehingga produksi dapat
kesempatan kerja yang dibutuhkan pada ditingkatkan. Peningkatan produksi dapat
agroindustri emping di Kota Bandar Lampung dilakukan dengan beberapa cara yaitu menambah
dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3, menunjukkan ketersediaan bahan baku, dilakukan dengan cara
bahwa jumlah hari orang kerja tertinggi terdapat menjalin kerjasama dengan petani-petani melinjo
pada kegiatan pengupasan kulit luar, yaitu di di luar Kelurahan Rajabasa dan Sukamaju bahkan
Kelurahan Rajabasa sebanyak 23,02 HOK dan keluar Kota Bandar Lampung. Peningkatan jumlah
Kelurahan Sukamaju sebanyak 16,23 HOK. tenaga kerja dengan cara modifikasi hasil produksi.
Penggunaan alat yang modern dengan cara bekerja
Kegiatan dengan hari orang kerja terendah di sama dengan pihak pemerintah. Dengan semakin
kegiatan penyangraian, pengelupasan kulit keras berkembangnya usaha agroindustri emping
dan pemipihan yaitu sebanyak 1,30 HOK untuk melinjo, maka diperlukan sumber daya manusia
Kelurahan Rajabasa dan Kelurahan Sukamaju yang memiliki pendidikan tinggi yang mampu
sebesar 0,83 HOK, dikarenakan pada ketiga memanajemen agroindustri dengan baik.
kegiatan tersebut menggunakan waktu kerja yang
sedikit sehingga tenaga kerja yang digunakan tidak Analisis Nilai Tambah Agroindustri Emping
begitu banyak. Melinjo

Jumlah hari orang kerja yang dihasilkan pada Analisis nilai tambah dilakukan untuk mengetahui
pengolahan emping melinjo di Kelurahan Rajabasa peningkatan nilai tambah dari pengolahan emping
sebanyak 62,92 HOK per bulan dan di Kelurahan selama proses produksi selama satu bulan. Analisis
Sukamaju sebanyak 42,49 HOK per bulan. nilai tambah pengolahan emping melinjo di Kota
Artinya, kesempatan kerja yang mampu diciptakan Bandar Lampung disajikan pada Tabel 4. Tabel 4
melalui pengolahan emping melinjo di Kelurahan menunjukkan bahwa hasil produksi emping rata-
Rajabasa sebanyak 62,92 HOK, di Kelurahan rata per bulan sebanyak 450,25 kilogram untuk
Sukamaju sebanyak 42,49 HOK. Kelurahan Rajabasa dan sebanyak 309,25 kilogram
untuk Kelurahan Sukamaju.
Agroindustri pengolahan emping melinjo di Kota
Bandar Lampung mampu menciptakan kesempatan Nilai konversi pada agroindustri emping melinjo di
kerja bagi masyarakat di sekitarnya. Kelurahan Rajabasa dan Sukamaju bernilai sama
yaitu sebesar 0,50, berarti bahwa setiap satu
Tabel 3. Kesempatan kerja pada agroindustri kilogram biji melinjo yang diolah pada emping
emping melinjo di Kota Bandar melinjo menghasilkan emping melinjo sebesar 0,50
Lampung per Bulan kilogram. Nilai konversi yang dihasilkan
agroindustri emping di Kota Bandar Lampung
Hari Orang Kerja (HOK) bernilai kecil dikarenakan agroindustri masih
per bulan menggunakan peralatan yang sederhana dalam
No Kegiatan
Kelurahan Kelurahan proses produksi emping melinjo.
Rajabasa Sukamaju
1. Pengelupasan kulit 23,02 16,23 Peralatan yang digunakan untuk proses produksi
luar
antara lain palu, marmer, tungku, wajan besi,
2. Penyangraian 1,30 0,83
3. Pengelupasan kulit 1,30 0,83
saringan dan baskom. Pada proses pengolahan
keras emping di Provinsi Lampung masih menggunakan
4. Pemipihan 1,30 0,83 tenaga manusia, sehingga faktor konversi yang
5. Penjemuran 23,02 15,45 dihasilkan bernilai sama.
6. Pengemasan 12,98 8,31
Jumlah Hari Orang Kerja
62,92 42,49
per Bulan

23
JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015

Tabel 4. Nilai tambah agroindustri emping melinjo tingkat keuntungan sebesar 86,55 persen dari nilai
di Kota Bandar Lampung produk. Hal tersebut dikarenakan terdapat
pengaruh dari nilai tambah dan imbalan tenaga
Hasil Produksi, Bahan Baku,
Rajabasa Sukamaju
kerja. Keuntungan ini merupakan nilai tambah
dan Harga bersih serta merupakan imbalan bagi agroindustri.
1. Hasil produksi (kg/bln) 450,25 309,25
2. Bahan Baku (kg/bln) 900,50 618,50 Nilai tambah agroindustri emping melinjo pada
3. Input tenaga kerja 62,92 42,49 Kelurahan Sukamaju lebih besar yaitu Rp8.238,75
(HOK/bln)
dibandingkan dengan Kelurahan Rajabasa yaitu
4. Faktor konversi 0,50 0,50
5. Koefisien tenaga kerja 0,07 0,07 sebesar Rp6.838,69. Berdasarkan kriteria penilaian
6. Harga Produk (Rp/kg) 29.750,00 33.875,00 nilai tambah, yaitu jika NT>0, berarti
7. Upah rata-rata tenaga 13.066,67 8.083,33 pengembangan agroindustri emping melinjo
kerja (Rp/HOK) memberikan nilai tambah (positif), sehingga
8. Pendapatan dan nilai tambah penelitian ini menunjukkan bahwa pengolahan
9. Harga bahan baku 7.500,00 8.125,00 emping melinjo telah memberikan nilai tambah
10. Sumbangan bahan lain 536,31 573,75 terhadap melinjo sebesar 45,95 persen untuk
(Rp/kg bahan baku) Kelurahan Rajabasa dan untuk Kelurahan
11. Nilai produk 14.875,00 16.937,50 Sukamaju sebesar 48,63. Artinya, untuk setiap
a. Nilai tambah 6.838,69 8.238,75
Rp100,00 nilai produk akan diperoleh nilai tambah
b. Rasio Nilai tambah 45,95 48,63
c. Imbalan tenaga kerja 917,88 569,33 sebesar Rp45,95 dan Rp48,63. Hasil perhitungan
d. Bagian tenaga kerja 13,45 6,93 tersebut disimpulkan bahwa agroindustri emping
e. Keuntungan 5.920,81 7.669,42 melinjo di Kelurahan Rajabasa dan Kelurahan
f. Bagian keuntungan 86,55 93,07 Sukamaju Kota Bandar Lampung layak untuk
Balas Jasa untuk Faktor Produksi dikembangkan kedepannya. Nilai tambah emping
Margin 7.375,00 8.812,50 dapat ditingkatkan jika dilakukan pengembangan
a. Keuntungan 80,23 87,02 terhadap produk emping seperti pengolahan
b. Tenaga kerja 12,43 6,47 emping yang sudah matang untuk dipasarkan.
c. Input lain 7,34 6,50
Hasil perhitungan nilai tambah di Kota Bandar
Nilai produk merupakan hasil perkalian antara Lampung didukung dengan penelitian Munawir
faktor konversi dengan harga produk. Nilai produk (2013) tentang analisis finansial dan sensitivitas
yang dihasilkan Kelurahan Sukamaju sebesar agroindustri emping melinjo skala usaha mikro,
Rp16.937,50 lebih besar dibandingkan dengan kecil dan menengah (UMKM). Adapun nilai
Kelurahan Rajabasa yaitu Rp14.875,00 artinya, tambah yang diperoleh agroindustri emping
nilai emping yang dihasilkan setiap pengolahan melinjo di Desa Berenung Kabupaten Pesawaran
satu kilogram emping adalah Rp16.937,50 dan sebesar Rp7.014,79 per kilogram bahan baku dan
Rp14.875,00. sebesar Rp5.929,33 per kilogram bahan baku.
Nilai konversi yang dihasilkan sebesar 0,05.
Imbalan tenaga kerja merupakan besarnya imbalan
yang diperoleh tenaga kerja dalam mengolah setiap KESIMPULAN
satu satuan bahan baku emping. Nilai imbalan
tenaga kerja pada Kelurahan Rajabasa sebesar Rp Kinerja agroindustri emping melinjo di Kota
917,88 per kilogram atau 13,45 persen dari nilai Bandar Lampung secara keseluruhan
produk lebih tinggi dibandingkan dengan menguntungkan dilihat dari aspek produktivitas,
Kelurahan Sukamaju yaitu Rp569,33 per kilogram kapasitas, kualitas, kecepatan proses, fleksibilitas,
atau 6,93 persen dari nilai produk. Nilai tersebut kecepatan pengiriman dan kesempatan kerja.
berarti dalam setiap Rp100,00 nilai tambah yang Produktivitas agroindustri emping di Kelurahan
diperoleh dari hasil pengolahan emping terdapat Rajabasa sudah berkinerja baik dengan kapasitas
Rp13,45 dan Rp6,93 untuk imbalan tenaga kerja. sebesar 86 persen. Produktivitas agroindustri
emping di Kelurahan Sukamaju sudah berkinerja
Besarnya keuntungan yang didapatkan oleh baik dengan kapasitas sebesar 84 persen.
agroindustri emping melinjo di Kota Bandar Kesempatan kerja yang mampu diciptakan
Lampung di Kelurahan Sukamaju sebesar Rp agroindustri emping melinjo sebesar 62,92 HOK di
7.669,42 dengan tingkat keuntungan sebesar 93,07 Kelurahan Rajabasa dan sebesar 42,49 HOK di
persen dari nilai produk lebih besar dibandingkan Kelurahan Sukamaju. Agroindustri emping melinjo
pada Kelurahan Rajabasa yaitu Rp5.920,81 dengan di Kota Bandar Lampung memberikan nilai

24
JIIA, VOLUME 3 No. 1, JANUARI 2015

tambah. Kelurahan Rajabasa memberikan nilai Perspective From A Sunda Village. CGPRT
tambah sebesar 43,72 persen, sedangkan di Center. Bogor.
Kelurahan Sukamaju sebesar 47,65 persen. Munawir F, Affandi MI, dan Nugraha A. 2013.
Analisis Finansial dan Sensitivitas
DAFTAR PUSTAKA Agroindustri Emping Melinjo Skala Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Andhika AT. 2011. Analisis Nilai Tambah, JIIA, 1(2): 174-180. http://jurnal.fp.unila.
Pendapatan, dan Kesempatan Kerja Dalam ac.id/index.php/JIA/article/view/245/244. [4
Klaster Agroindustri Berbasis Pisang dan April 2014].
Nangka di Desa Karang Pucung Kecamatan Novia W, Zakaria WA, dan Lestari DAH. 2013.
Way Ulan Kabupaten Lampung Selatan. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan
Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Pengembangan Agroindustri Beras Siger.
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. JIIA, (3) : 210-217. http://jurnal.fp.unila.
Bandar Lampung. ac.id/index.php/JIA/article/view/575/537. [4
Ayu BW, Ismono RH, Soelaiman A. 2013. April 2014].
Analisis Nilai Tambah Pada Klaster Industri Pahlevi R, Zakaria WA, dan Kalsum U. 2014.
Pengolahan Ikan Teri Kering di Pulau Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Kopi
Pasaran Kota Bandar Lampung. JIIA, 1(3) : Luwak di Kecamatan Balik Bukit Kabupaten
246-253. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index. Lampung Barat. JIIA, 2 (1) : 48-55.
php/JIA/article/view/580/542. [5 April http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/arti
2014]. cle/view/560/522. [5 April 2014].
BPS [Badan Pusat Statistik]. 2003. Profil Industri Prasetya H dan Fitri L. 2009. Manajemen
Mikro dan Kecil. Badan Pusat Statistik Operasi. Media Pressindo. Yogyakarta.
Provinsi Lampung. Bandar Lampung. Render B dan Heize J. 2001. Prinsip-prinsip
Bank Indonesia. 2012. Laporan Pengembangan Manajemen Operasi. PT. Salemba Emban
Komoditas Produk Jenis Usaha Unggulan Patria. Jakarta.
UMKM 2012 Provinsi Lampung. Bandar Sagala IC, Affandi MI, dan Ibnu M. 2013. Kinerja
Lampung. Usaha Agroindustri Kelanting di Desa
Diskoperindag [Dinas Koperasi, UKM, Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan
Perindustrian dan Perdagangan] Kota Kabupaten Pesawaran. JIIA, 1 (1) : 60-65.
Bandar Lampung. 2013. Data Persebaran http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/arti
Agroindustri Emping Melinjo di Kota cle/view/132/136. [7 April 2014].
Bandar Lampung. Bandar Lampung. Saragih B. 2004. Membangun Pertanian
Hayami Y, Toshihiko K, Yoshinori M dan Perspektif Agribisnis dalam Pertanian
Masdjidin S. 1987. Agricultural Marketing Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
and Processing in Upland Java. A Singarimbun M dan Sofian E. 2011. Metode
Penelitian Survei. Penerbit LP3ES. Jakarta.

25

You might also like