You are on page 1of 10

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP PERUBAHAN

RENTANG GERAK SENDI PADA PENDERITA STROKE DI KECAMATAN TANGGUL


KABUPATEN JEMBER

(The effect range of motion/ROM active on improvement of joint motion to stroke patients in
Tanggul sub-district Jember district)

Murtaqib*
Email : Murtaqib999@yahoo.co.id

Abstract

Stroke the most common cause of disability in the world. The most complication in patients
after their got stroke is contracture. Range of motion (ROM) exercise is one of stroke
rehabilitation program. This study uses experimental research. The research designs used in
this study were experiment with this type of design two group pretest-posttest. In this study
conducted active ROM exercises of the different samples. Analysis of data to determine the
differences in ROM exercises to increase range of motion in stroke patients is by using ANOVA
test with confidence level is 95% (α = 0.05). The results are there differences in range of
motion in flexion and extension passive ROM and active ROM in Tanggul Community Health
Center Jember, with p value = 0.001 (p < 0.05). The results of the analysis of the difference
obtained before the measurement range of flexion at 125.27 degrees and extension difference
of 28.27 and analysis of the difference obtained after the measurement range of flexion at
136.67 degrees and extension difference of 8.47. ROM active exercise can be used to improve
the range of elbow joint motion of patients with stroke by increased the movement of joint.
The research recommend on the needs of further research and the use of this exercise as one
of the independent nursing interventions in providing care to stroke patients with
contracture.

Keywords: flexion, extension, range of motion (ROM)

Abstrak

Stroke secara umum dapat menyebabkan ketidakmampuan dan menjadi permasalahan di


dunia. Kontraktur adalah komplikasi yang dapat timbul pada penderita stroke. Latihan ROM
adalah salah satu program rehabilitasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh latihan range of motion aktif terhadap peningkatan rentang gerak sendi siku
pada pasien stroke. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Experiment dengan jenis
rancangan One Group Pretest-Posttest. Analisa data menggunakan test ANOVA dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan
bahwa rata-rata kemampuan rentang gerak sendi siku sebelum dilakukan latihan range of
motion aktif, yaitu fleksi sebesar 125.27 derajat dan ekstensi sebesar 28.27 derajat . Rata-
rata kemampuan rentang gerak sendi siku setelah latihan range of motion aktif, yaitu fleksi
sebesar 136.67 derajat dan ekstensi sebesar 8.47 derajat. Data tersebut menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara latihan range of motion aktif terhadap
peningkatan rentang gerak sendi siku pada pasien stroke. Penelitian ini disarankan untuk

* Multaqib adalah Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember

106
107 Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 2 September 2013

dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan jenis latihan yang lainnya untuk
meningkatkan perawatan pasien stroke dengan kontraktur.

Kata kunci: fleksi, ekstensi, latihan ROM

PENDAHULUAN Stroke merupakan salah satu


penyebab kematian dan kecacatan
Stroke merupakan salah satu neurologis yang utama di Indonesia.
masalah kesehatan di masyarakat. Stroke lebih sering menyebabkan
Insidennya terus mengalami kelumpuhan dan kecacatan daripada
peningkatan. Kurang lebih 15 juta orang kematian. Defisit kemampuan jangka
setiap tahun di seluruh dunia terserang panjang yang paling umum terjadi pada
stroke. Sebagian besar penderita stroke stroke adalah hemiparesis13. 80%
berada di negara berkembang, termasuk penderita stroke mengalami
Indonesia. Stroke merupakan penyebab hemiparesis. 39% penderita mengalami
kematian nomor dua di dunia24. hemiparesis setelah menderita stroke
Penderita stroke di Jawa Timur selama kurang lebih 1 tahun23. Macready
menduduki peringkat ke-12 dari 33 (2007) mengemukakan bahwa insiden
provinsi yaitu 7,7 per 1000 penduduk. komplikasi pada penderita stroke
Tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang berkisar antara 40-96% akan
akan meninggal karena stroke dan 15% menghasilkan dampak buruk bagi
kasus terjadi pada usia muda dan penderita.
produktif. Prevalensi stroke di Pencegahan dan pengobatan
Kabupaten Jember menduduki peringkat yang tepat pada penderita stroke
ke-10 dari 38 Kabupaten di Jawa Timur merupakan hal yang sangat penting.
dengan prevalensi 0,9 % . Data dari Dinas Stroke yang tidak mendapatkan
Kesehatan Kabupaten Jember pada tahun penanganan yang baik akan
2010 menunjukan bahwa jumlah kasus menimbulkan berbagai tingkat gangguan,
stroke di Jember mencapai 972 kasus seperti penurunan tonus otot, hilangnya
dengan peringkat ke-6 adalah sensibilitas pada sebagian anggota
Kecamatan Tanggul dengan jumlah kasus tubuh, menurunnya kemampuan untuk
48 penderita dengan prevalensi 0,13 %4. menggerakkan anggota tubuh yang sakit
Tingginya angka stroke di Kecamatan dan ketidakmampuan dalam hal
Tanggul Kabupaten Jember dipengaruhi melakukan aktivitas tertentu. Pasien
oleh banyaknya penderita yang stroke yang mengalami kelemahan pada
mengalami hipertensi disebabkan karena satu sisi anggota tubuh disebabkan oleh
mayoritas masyarakat Kecamatan karena penurunan tonus otot, sehingga
Tanggul adalah suku Madura yang dalam tidak mampu menggerakkan tubuhnya
kebiasaan mengkonsumsi garam lebih (imobilisasi). Immobilisasi yang tidak
tinggi dibandingkan dengan masyarakat mendapatkan penanganan yang tepat,
lainnya. Hasil studi, 90% penderita akan menimbulkan komplikasi berupa
stroke yang mengalami paralisis abnormalitas tonus, orthostatic
didapatkan mengalami gangguan hypotension, deep vein thrombosis dan
mobilisasi, sehingga perlu dilakukan kontraktur6. Atropi otot karena
penanganan yang benar agar kondisi kurangnya aktivitas dapat terjadi hanya
penderita stroke terus membaik dan dalam waktu kurang dari satu bulan
tidak terjadi gangguan mobilisasi. setelah terjadinya serangan stroke13.
Multaqib : Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif …. 108

Kontraktur menyebabkan pergerakan dan secara keseluruhan akan


terjadinya gangguan fungsional, berakibat pada ketidakmampuan untuk
gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas bergerak atau beraktifitas12. Tujuan
sehari hari dan cacat yang tidak dapat penelitian ini adalah untuk mengetahui
disembuhkan1. Angka kecacatan akibat pengaruh latihan range of motion (ROM)
stroke umumnya lebih tinggi daripada aktif terhadap perubahan rentang gerak
angka kematian, perbandingan antara sendi pada penderita stoke.
cacat dan kematian adalah 4:1. Menurut
Pusat Data dan Informasi PERSI, stroke
menempati urutan pertama dalam hal METODE PENELITIAN
penyebab kecacatan fisik. Pasien stroke
yang mengalami kelumpuhan di Penelitian ini menggunakan
Indonesia sekitar 56,5%. Stroke pada metode penelitian eksperimental. Desain
orang dewasa akan berdampak yang digunakan dalam penelitian ini
menurunnya produktivitas dan menjadi adalah dengan jenis rancangan two group
beban berat bagi keluarga, sehingga pretest postes. Dalam penelitian ini
penderita stroke diharuskan mampu dilakukan latihan ROM aktif pada
untuk beradaptasi dengan kondisi yang kelompok sampel yang berbeda. Sebelum
dialami sekarang20. Data dari Puskesmas diberikan latihan ROM, terlebih dahulu
Kecamatan Tanggul, bahwa pasien stroke akan dilakukan pengukuran rentang
yang berada di wilayahnya 85% gerak sendi awal (pretest). Pengukuran
mengalami kontraktur, karena yang dilakukan setelah dilakukan ROM
kurangnya perawatan selama berada di disebut postest. Setelah itu dilakukan
rumah. perbedaan rentang gerak sendi setelah
Penderita stroke harus di latihan ROM aktif. Sampel penelitian ini
mobilisasi sedini mungkin ketika kondisi yaitu pasien stroke yang memenuhi
klinis neurologis dan hemodinamik kriteria sampel sebanyak 30 responden.
penderita sudah mulai stabil. Mobilisasi Alat pengumpul data dalam
dilakukan secara rutin dan terus penelitian ini menggunakan goniometer.
menerus untuk mencegah terjadinya Goniometer adalah alat yang digunakan
komplikasi stroke, terutama kontraktur. untuk mengetahui rentang gerak sendi
Mobilisasi pada penderita stroke yang dinyatakan dalam satuan derajat.
bertujuan untuk mempertahankan range Hasil pengukuran rentang gerak sendi
of motion (ROM) untuk memperbaiki siku akan dicatat di lembar observasi.
fungsi pernafasan, sirkulasi peredaran Goniometer yang digunakan dalam
darah, mencegah komplikasi dan penelitian ini adalah goniometer yang
memaksimalkan aktivitas perawatan diri. bersertifikat ISOM (International
Bentuk mobilisasi yang dapat diberikan Standards of Measurement, SFTR) dan
salah satunya adalah dengan melakukan sudah dilakukan kalibrasi dari
latihan ROM17. Kekuatan otot pada pabriknya. Penelitian ini dilakukan di
penderita stroke dapat segera dilakukan wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
melalui latihan ROM setelah serangan Tanggul Kabupaten Jember. Waktu
stroke berlalu. Dampak latihan ROM pelaksanaan penelitian ini adalah bulan
yang tidak segera dilakukan pada pasien Agustus - September 2012
stroke sedini mungkin adalah terjadinya Analisa data untuk mengetahui
atropi sel otot, kekakuan sendi, adanya perbedaan latihan ROM terhadap
penurunan kontraksi otot, nyeri saat peningkatan rentang gerak sendi pasien
109 Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 2 September 2013

stroke adalah dengan menggunakan uji HASIL DAN PEMBAHASAN


ANOVA. Tingkat kepercayaannya adalah
95% (α = 0,05). Jika nilai p value > α Kemampuan rentang gerak sendi
maka Ho gagal ditolak tetapi jika p value pada penderita stroke sebelum dan
< α maka Ho ditolak8. sesudah dilakukan latihan ROM aktif

Tabel 1 Rentang gerak sendi klien stroke sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM aktif di
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, Agustus-September, 2012

Latihan ROM Sebelum Sesudah p value


n Mean SD Mean SD sebelum dengan sesudah
ROM Aktif: 15
Fleksi 125,27 5,93 136,67 5,876 0,001
Ekstensi 28,27 2,54 8,47 3,159 0,001

Hasil penelitian menunjukkan fleksi sendi sebelum dilakukan latihan


ROM aktif mampu meningkatkan ROM aktif sebesar 125,27 derajat dan
perubahan rentang gerak sendi. ekstensi sebesar 28,27 derajat.
Pengukuran sudut rentang gerak fleksi Berdasarkan data tersebut menunjukkan
pada kelompok yang dilakukan latihan bahwa kebanyakan penderita stroke di
ROM aktif ada peningkatan atau Kecamatan Tanggul sebelum dilakukan
perbaikan sudut rentang gerak fleksi latihan ROM aktif mengalami penurunan
sebesar 11,4 derajat. Hasil uji statsistik kemampuan dalam melakukan rentang
didapatkan nilai p value 0,001 (p < 0,05) gerak sendi. Hal ini sesuai dengan teori
menunjukan bahwa ada perbedaan sudut yang mengatakan bahwa secara normal
rentang gerak fleksi sebelum dan rentang gerak sendi siku pada usia 20-54
sesudah latiham ROM aktif secara tahun untuk gerakan fleksi 141o±5o dan
signifikan. ekstensi 0o±3o serta rentang gerak sendi
Pengukuran sudut rentang gerak siku pada usia 60-84 tahun adalah fleksi
ekstensi pada kelompok yang dilakukan 144o±10o dan ekstensi -4o±4o18.
latihan ROM aktif didapatkan ada Stroke menyebabkan aliran
penyempitan sudut atau perbaikan sudut darah ke otak terganggu sehingga terjadi
rentang gerak ekstensi sebesar 19,80 iskemia yang berakibat kurangnya aliran
derajat. Hasil uji statsistik didapatkan glukosa, oksigen dan bahan makanan
nilai p value 0,001 (p < 0,05) lainnya ke sel otak. Gejala klinis setiap
menunjukan bahwa ada perbedaan sudut individu berbeda tergantung daerah otak
rentang gerak ekstensi sebelum dan mana yang mengalami kekurangan suplai
sesudah latiham ROM aktif secara darah. Gangguan sirkulasi darah pada
signifikan. arteri serebri media akan menyebabkan
timbulnya gejala, seperti hemiparesis,
Kemampuan Rentang Gerak Sendi hemianopsia dan afasia global15.
Siku Responden Sebelum Dilakukan Gangguan peredaran darah ke
Latihan Range of Motion Pasif dan otak menimbulkan gangguan pada
Aktif metabolisme sel neuron dan sel otak
Hasil penelitian didapatkan rata- karena akan menghambat mitokondria
rata kemampuan sudut rentang gerak dalam menghasilkan ATP (Adenosine
Multaqib : Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif …. 110

Triphosphate), sehingga terjadi gangguan berupa kelemahan pada sisi kanan atau
fungsi seluler dan aktivasi berbagai kiri16. Gangguan pada arteri serebri
proses toksik. Hasil akhir kerusakan media menyebabkan hemiparesis sisi
serebral akibat iskemia adalah kematian kontrolateral yang lebih mengenai
sel neuron maupun berbagai sel lain lengan10. Penyumbatan tersebut sering
dalam otak seperti sel glia, mikroglia, menyebabkan kelemahan otot dan
endotel, eritrosit dan leukosit2. Sel saraf spastisitas kontrolateral serta deficit
(neuron) berkurang jumlahnya sehingga sensoris (hemianestesia) akibat
sintesis berbagai neurotransmitter kerusakan girus lateral presentralis dan
berkurang dan mengakibatkan post sentralis, selain itu terjadi apraksia
penurunan kecepatan hantar impuls, pada lengan kiri jika korpus kolosum
kemampuan transmisi impuls antar anterior dan hubungan dengan hemisfer
neuron dan transmisi impuls neuron ke dominan ke kortek motorik kanan
sel efektor, sehingga terganggunya terganggu.
kemampuan sistem saraf untuk Hemiparesis terjadi akibat lesi
mengirimkan informasi sensorik, vaskuler daerah batang otak sesisi yang
mengenal dan mengasosiasikan memperlihatkan ciri alterans yaitu pada
informasi, memprogram dan lesi hemiparesis bersifat ipsilateral,
memberikan respons terhadap informasi sedangkan lesi hemiparesis distal
sensorik7. bersifat kontrolateral. Banyak sel saraf
Hilangnya suplai saraf ke otot mati saat serangan stroke, area otak yang
akan menyebabkan otot tidak lagi mati menimbulkan masalah fisik dan
menerima sinyal kontraksi yang mental yang sering dialami oleh
dibutuhkan untuk mempertahankan penderita stroke, akan tetapi ada area
ukuran otot yang normal sehingga terjadi masih hidup tetapi tidak aktif untuk
atropi, sebagian besar serat otot akan sementara waktu setelah stroke yaitu sel
dirusak dan digantikan oleh jaringan saraf di panumbra, dalam
fibrosa dan jaringan lemak. Tahap akhir penatalaksanaan stroke diupayakan sel
atropi akibat denervasi serta yang tersisa tersebut berpotensi hidup dilindungi.
hanya terdiri dari membran sel panjang Miller (1995) mengemukakan
dengan barisan inti sel otot tetapi tanpa bahwa salah satu kondisi yang
disertai kontraksi dan tanpa kemampuan menyebabkan terjadinya kontraktur
untuk membentuk kembali myofibril7. adalah paralisis. Paralisis (kelumpuhan)
Jaringan fibrosa yang merupakan salah satu gejala klinis yang
menggantikan serat otot selama atrofi ditimbulkan oleh penyakit stroke11.
akibat denervasi memiliki Paralisis disebabkan karena hilangnya
kecenderungan untuk terus memendek suplai saraf ke otot sehingga otak tidak
selama berbulan bulan, yang disebut mampu untuk menggerakkan
kontraktur. Atropi otot menyebabkan ekstremitas, hilangnya suplai saraf ke
penurunan aktivitas pada sendi sehingga otot akan menyebabkan otot tidak lagi
sendi mengalami kehilangan cairan menerima sinyal kontraksi yang
sinovial dan menyebabkan kekakuan dibutuhkan untuk mempertahankan
sendi. Kekakuan sendi menyebabkan ukuran otot yang normal sehingga terjadi
penurunan rentang gerak pada sendi7. atropi. Serat otot akan dirusak dan
Kelemahan anggota gerak pada digantikan oleh jaringan fibrosa dan
stroke merupakan gejala yang umum jaringan lemak. Jaringan fibrosa yang
dijumpai, kelemahan yang ditemukan menggantikan serat otot selama atrofi
111 Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 2 September 2013

akibat denervasi memiliki Penanganan konservatif


kecenderungan untuk terus memendek merupakan salah satu penanganan yang
selama berbulan bulan, yang disebut bisa diberikan pada pasien dengan
kontraktur. Atropi otot menyebabkan kontraktur. Latihan range of motion
penurunan aktivitas pada sendi sehingga merupakan salah satu penanganan
sendi mengalami kehilangan cairan konservatif6. Latihan range of motion
sinovial dan menyebabkan kekakuan adalah latihan dengan menggerakkan
sendi. Kekakuan sendi dan semua persendian hingga mencapai
kecenderungan otot untuk memendek rentangan penuh tanpa menyebabkan
menyebabkan penurunan rentang gerak rasa nyeri. Tipe latihan range of motion
pada sendi7. ada 3 macam yaitu latihan range of
motion pasif, aktif asistif dan aktif5.
Kemampuan Rentang Gerak Sendi Penelitian ini menggunakan
Siku Responden Sesudah Dilakukan latihan range of motion aktif. Bandy dan
Latihan ROM Pasif dan Aktif Bringgle7 mengatakan bahwa latihan
Hasil penelitian didapatkan hasil range of motion dapat dilakukan 1-3 kali
rata-rata kemampuan rentang sendi sehari. Latihan range of motion selain
gerak fleksi maupun ekstensi sesudah dapat meningkatkan rentang gerak sendi
dilakukan latihan ROM aktif terjadi juga dapat merangsang sirkulasi darah,
perubahan. Pengukuran rentang gerak menjaga elastisitas otot dan mengurangi
sendi siku pada penderita stroke secara rasa nyeri19. Latihan range of motion
fleksi setelah dilakukan ROM aktif pada dapat mencegah terjadinya penurunan
tiap kelompok perlakuan mengalami fleksibilitas sendi dan kekakuan sendi13,
peningkatan derajat sudut sendi siku. pernyataan ini sejalan dengan penelitian
Hasil penelitian tersebut menunjukkan yang dilakukan Tseng C.N., Chen C.C, Wu,
bahwa 100% klein mengalami S.C., & Lin, L.C., (dalam Journal Advanced
peningkatan rentang gerak sendi siku Nursing, 2007) yang mengungkapkan
setelah dilakukan latihan range of motion bahwa latihan range of motion dapat
aktif. meningkatkan fleksibilitas dan rentang
Pengukuran rentang gerak sendi gerak sendi pada pasien stroke.
siku pada penderita stroke secara Peningkatan rentang gerak sendi
ekstensi setelah dilakukan ROM aktif dapat mengaktifkan gerak volunter yaitu
pada tiap kelompok perlakuan gerak volunter terjadi adanya transfer
mengalami penurunan derajat sudut impuls elektrik dan girus presentralis ke
sendi siku. Hasil penelitian tersebut korda spinalis melalui nurotransmiter
menunjukkan bahwa 100% responden yang mencapai otot dan menstimulasi
mengalami perubahan rentang gerak otot sehingga menyebabkan
sendi siku secara fleksi dan penurunan pergerakan . 14 Untuk menimbulkan
secara ekstensi, setelah dilakukan gerakan disadari kearah normal, tahapan
latihan range of motion aktif. Data pertama kali yang dilakukan adalah
kemampuan rentang gerak ekstensi dan memperbaiki tonus otot maupun reflex
fleksi tersebut menunjukkan bahwa rata tendon kearah normal yaitu dengan cara
rata klien tidak lagi termasuk dalam memberikan stimulus terhadap otot
kategori kontraktur ringan tetapi masih maupun proprioceptor dipersendian
mengalami keterbatasan sendi untuk yaitu melalui approksimasi.
bergerak sesuai dengan rentang gerak Latihan range of motion
normal. dilakukan untuk menormalkan kembali
Multaqib : Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif …. 112

rentang gerak sendi. Latihan yang dapat tropomisin) dan miofilamen tebal
diberikan pada penderita stroke, salah (miosin). Reticulum sarkoplasma
satunya adalah latihan range of motion. menyimpan banyak ion kalsium yang
Latihan range of motion merupakan berperan penting dalam proses
aktivitas fisik untuk meningkatkan kontraksi. Mitokondria berperan dalam
kesehatan dan mempertahankan proses pembuatan ATP untuk
kesehatan jasmani . Seseorang yang
14 berkontraksi. Kontraksi otot terjadi
melakukan latihan terus menerus akan akibat mekanisme pergeseran filamen
terjadi perubahan fisiologis dalam sistem (filamen aktin bergeser di antara filamen
tubuhnya seperti menurunkan tekanan miosin). Kontraksi otot diawali dengan
darah, memperbaiki tonus otot, pengeluaran asetilkolin yang
meningkatkan mobilisasi sendi dan menyebabkan potensial aksi atau
meningkatkan masa otot. Perubahan rangsangan merambat ke seluruh
fisiologis tersebut sangat dibutuhkan permukan membran otot. Hal tersebut
oleh pasien stroke untuk mencegah menyebabkan ion kalsium lepas dalam
terjadinya serangan stroke ulang dan jumlah besar ke dalam sarkoplasma. Ion
mengurangi kontraktur. kalsium mengaktifkan kekuatan filamen
Latihan ROM dilakukan dengan aktin untuk menarik kepala filamen
tujuan untuk mempertahankan atau myosin, sebuah filamen aktin murni yang
meningkatkan kekuatan otot, aktif sebenarnya langsung bisa berikatan
memelihara mobilitas persendian, kuat dengan filamen myosin apabila
merangsang sirkulasi darah dan terdapat ion magnesium dan ATP, tetapi
mencegah kelainan bentuk. ROM karena adanya troponin-troposmiosin,
bermanfaat untuk menentukan nilai hal tersebut menjadi terhambat. Adanya
kemampuan sendi tulang dan otot dalam ion kalsium menghambat kerja troposin-
melakukan pergerakan, mengkaji tulang tropomiosin, dan mengaktifkan kerja
dan sendi, otot, mencegah terjadinya aktin, sehingga kontraksi bisa terjadi.
kekakuan sendi serta memperlancar Energi diperlukan dalam proses
sirkulasi darah. kontraksi. Energi ini berasal dari ikatan
Manfaat dari range of motion, Adenosine Trifosfat (ATP) yang dipecah
salah satunya dapat meningkatkan menjadi ADP, untuk memberikan energi
sirkulasi darah yang membawa unsur yang diperlukan. Di awal siklus
nutrisi untuk keberlangsungan sel, kontraksi, ATP berikatan dengan kepala
khususnya sel otot yang berguna untuk miosin di sisi ATPase (enzim yamg
melakukan aktifitasnya yaitu kontraksi menghidrolisis). ATPase memecah ATP
dan relaksasi sehingga bisa menjadi ADP (ATP ADP+ P+ Energi).
meminimalkan terjadinya kontraktur. Energi ini digunakan untuk mengaktivasi
Otot merupakan jaringan yang berperan myosin, sehingga bisa mengikat aktin.
penting dalam sistem gerak. Otot terdiri Keadaan ini akan bertahan sampai ATP
atas banyak fasikulus yaitu kumpulan melekat dan melemahkan ikatan aktin-
serabut otot yang dibungkus dan miosin. Kepala myosin lepas dan siap
disatukan, di dalam serabut sendiri melekat dengan aktin baru. Siklus ini
terdapat membran dalam otot berulang selama masih ada rangsangan
(sarkolema), myofibril, reticulum syaraf dan jumlah kalsium mencukupi,
sarkoplasma, mitokondria. Tubulus dengan adanya kontraksi, otot
myofibril terdiri dari dua yaitu menghasilkan gerakan pada tulang
miofilamen tipis (aktin, troponin, tempat otot tersebut melekat sehingga
113 Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 2 September 2013

bisa meminimalkan terjadinya dan kebutuhan melakukan kegiatan dan


kontraktur. adanya harapan dan cita-cita. Motivasi
Responden menyatakan bahwa internal lebih kuat dari pada motivasi
sebelum dilakukan latihan range of eksternal9.
motion, tubuh responden yang Hasil penelitian didapatkan
mengalami kontraktur terasa kaku dan beberapa responden ada yang
nyeri. Kekakuan dan nyeri tersebut mengalami peningkatan yang sedikit
menyebabkan responden merasa tidak sudut rentang geraknya. Stroke
nyaman untuk bergerak dan beraktivitas. merupakan trauma neurologic akut yang
Responden mengaku karena kondisi bermanifestasi sebagai perdarahan atau
penyakitnya, responden merasa infark otak. Infark otak timbul karena
berputus asa. Keadaan menjadi berbeda iskemia otak yang lama dan parah
setelah responden mengikuti penelitian dengan penurunan fungsi dan struktur
dengan 4 kali pengukuran, responden otak yang irreversible, daerah sekitar
mengungkapkan bahwa setelah latihan infark timbul daerah penumbra iskemik
range of motion, responden merasa yaitu sel masih hidup tetapi tidak
tubuh yang mengalami kontraktur berfungsi, daerah luar penumbra akan
tersebut berkurang kekakuan dan timbul edema local hiperemulsi berarti
kenyeriannya sehingga responden lebih sel masih hidup dan berfungsi. Hal ini
bersemangat untuk sembuh dari dalam waktu 3-6 bulan setelah terjadi
penyakitnya. stroke, sel penumbra masih terjadi suatu
ROM aktif dikerjakan oleh responden proses recovery. Pemberian latihan gerak
tanpa bantuan peneliti. Tujuan ROM aktif pada masa ini sangat efektif karena
untuk meningkatkan kekuatan otot, masih dalam masa golden periode.
mencegah demineralisasi tulang dan Rehabilitasi paska stroke berupa latihan
mempertahankan fungsi otot, kekuatan ROM dimulai sedini mungkin cepat dan
otot 75%, selain itu bertujuan untuk tepat, berkala, berkesinambungan dapat
membantu proses pembelajaran motorik, membantu pemulihan fisik yang lebih
setiap gerakan yang dilakukan yaitu cepat dan optimal.
secara perlahan dan anggota gerak yang Lama latihan tergantung pada
mengalami kelumpuhan ikut aktif stamina pasien, tetapi latihan yang baik
melakukan gerakan seoptimal mungkin adalah latihan yang tidak melelahkan,
dan sesuai kemampuan, sedangkan durasi tidak terlalu lama, namun dengan
anggota gerak yang tidak mengalami pengulangan sesering mungkin, latihan
kelemahan dapat membantu proses yang secara berulang membuat
terbentuknya gerakan. ROM aktif dapat konsentrasi untuk melakukan gerakan
meningkatkan rentang gerak sendi baik berulang dengan kualitas sebaik
fleksi maupun ekstensi disebabkan mungkin, dengan gerakan berulang kali
karena adanya motivasi internal yang dan terfokus dapat membangun koneksi
ada di dalam diri pasien stroke karena baru antar neuron yang masih aktif
motivasi internal adalah dorongan adalah dasar pemulihan pada stroke.
internal yang timbulnya tidak Faktor lain yang akan menjadi perancu
memerlukan rangsangan dari luar dalam penelitian ini dikontrol oleh
karena memang telah ada dalam diri peneliti sehingga peningkatan rentang
individu, indikatornya terdiri dari gerak sendi siku adalah hasil intervensi
adanya hasrat dan keinginan untuk latihan range of motion yang dilakukan
melakukan kegiatan adanya dorongan dua kali sehari tanpa adanya
Multaqib : Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif …. 114

penambahan gerakan yang dilakukan pasien stroke dapat melakukan


oleh klien. Data dari hasil penelitian ROM secara rutin.
didapatkan bahwa 100% klien tidak 3. Bagi instansi pendidikan
melakukan penambahan gerakan pada Pengetahuan mengenai latihan ROM
sendi siku selain dilakukan oleh peneliti dapat dijadikan sebagai bahan ajar
pada peserta didiknya.
4. Bagi penelitian selanjutnya
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian lanjutan perlu dilakukan
Simpulan untuk lebih menyempurnakan
pembahasan dan penggunaan
a. rerata kemampuan sudut rentang intervensi alternatif lain untuk
gerak fleksi sendi sebelum dilakukan meningkatkan rentang gerak sendi
latihan ROM aktif sebesar 125,27 pada pasien stroke. Penelitian
derajat dan ekstensi sebesar 28,27 lanjutan dapat berupa penelitian
derajat pengaruh ROM aktif asistif terhadap
b. rerata kemampuan sudut rentang perubahan rentang gerak sendi pada
gerak fleksi sendi sesudah dilakukan pasien stroke.
latihan ROM aktif sebesar 136,67
derajat dan ekstensi sebesar 8,47
derajat DAFTAR RUJUKAN
c. Ada pengaruh yang signifikan antara
latihan range of motion terhadap 1. Asmadi, (2008). Teknik Prosedural
peningkatan rentang gerak sendi siku Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
pada pasien stroke (p value = 0,000, Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
95% CI) Salemba Medika
2. Batticaca, F.B., (2008). Asuhan
Saran Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Persarafan.
1. Bagi perawat komunitas Jakarta: Salemba Medika
1) Perawat komunitas dapat 3. Brookside Associates., (2007).
memberikan informasi kepada Nursing Fundamental-1. (online)
keluarga tentang penanganan (http://www.brooksidepress.org/Pr
yang tepat pada pasien stroke oducts/Nursing_Fundamentals_1/le
agar tidak terjadi kontraktur. sson_5_Section_1A.htm., diakses 9
2) Perawat komunitas dapat April 2012).
memberikan informasi dan 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Jember,
pelatihan kepada keluarga (2011). Profil Kesehatan Jember
tentang ROM pada penderita 2011. Jember: Dinas Kesehatan
stroke. Kabupaten Jember
2. Bagi pasien, keluarga dan 5. Ellis, J.R., & Bentz, P.M., (2005).
masyarakat Modules for basic nursing skills.
1) Pasien stroke diharapkan mau Edisi VII. United States of Amerika:
melakukan ROM secara rutin Lippincott Williams
mandiri 6. Garrison, S.J., (2003). Handbook of
2) Perlu adanya motivasi internal Physical Medicine and
pada diri pasien stroke agar Rehabilitation. Edisi II. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins
115 Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 2 September 2013

7. Guyton, C.A., & Hall, J.E., (2007). 18. Reese, N.B., (2009). Joint Range of
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Motion and Muscle Length Testing.
Jakarta: EGC Edisi II. St. Louis: Elsevier Health
8. Hastono, S.P., (2007). Analisis Data Sciences
Kesehatan. Jakarta: Universitas 19. Roring, L.A., (2005). Range of Motion
Indonesia Exercise: A Basic in Sport
9. Hamzah, Uno. (2001). Teori Motivasi Rehabilitation (online), diakses 10
dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Februari 2012.
Aksara. 20. Sutrisno, A., (2007). Stroke?
10. Irfan , et al. (2010). Mengenal Usia Sebaiknya Anda Tahu Sebelum Anda
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Terserang. Jakarta: Gramedia
Salemba Medika Pustaka Utama
11. Junaidi, I.(2006). Stroke A-Z.Jakarta: 21. Surahmah., (2010). Pengaruh
PT Buana Ilmu Popular. Latihan Range of Motion (ROM)
12. Lily, J. (2003). Manajemen Stroke Terhadap Peningkatan Rentang
Secara Komprehensif. Jakarta: Bumi Gerak Sendi Siku Pada Pasien Stroke
Aksara di Desa Andongsari Kecamatan
13. Lewis. (2007). Medical Surgical Ambulu Kabupaten Jember.
Nursing. Edisi VII. St. Louis: 22. Ulliya, S., (2007). Pengaruh Latihan
Missouri. Mosby-Year Book, Inc. Range Of Motion (ROM) Terhadap
14. Potter, P.A., & Perry, A.G., (2005). Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia
Buku Ajar Fundamental Di Panti Wreda Wening Wardoyo
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Ungaran. Media Ners (online) 1(2),
Praktik. Jakarta: EGC 72-78
15. Price, S.A., (2005). Patofisiologi: (http://ejournal.undip.ac.id/index.p
Konsep Klinis Proses-Proses hp/medianers/article/view/718/pd
Penyakit. Jakarta: EGC f, diakses 10 April 2012)
16. Pinzon, R. & Asanti, L. (2010). Awas 23. Watkins, R.,(2002). Anatomi dan
Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan, Fisiologi untuk Perawat. Edisi X.
Perawatan, dan Pencegahan. Jakarta: EGC
Yogyakarta: Andi . 24. World Health Organization., (2005).
17. Purwanti, O.S., & Maliya, A., (2008). STEPwise Approach to Stroke
Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke. Surveillance. (online)
Berita Ilmu Keperawatan (online) (http://www.who.int/chp/steps/Ma
ISSN 1979-2697. 1(1), 43-46 nual.pdf., diakses 13 Januari 2012).
(http://eprints.ums.ac.id/1027/1/2
008v1n1-08.pdf., diakses 10 April
2012).

You might also like