Professional Documents
Culture Documents
Rom Pasif PDF
Rom Pasif PDF
(The effect range of motion/ROM active on improvement of joint motion to stroke patients in
Tanggul sub-district Jember district)
Murtaqib*
Email : Murtaqib999@yahoo.co.id
Abstract
Stroke the most common cause of disability in the world. The most complication in patients
after their got stroke is contracture. Range of motion (ROM) exercise is one of stroke
rehabilitation program. This study uses experimental research. The research designs used in
this study were experiment with this type of design two group pretest-posttest. In this study
conducted active ROM exercises of the different samples. Analysis of data to determine the
differences in ROM exercises to increase range of motion in stroke patients is by using ANOVA
test with confidence level is 95% (α = 0.05). The results are there differences in range of
motion in flexion and extension passive ROM and active ROM in Tanggul Community Health
Center Jember, with p value = 0.001 (p < 0.05). The results of the analysis of the difference
obtained before the measurement range of flexion at 125.27 degrees and extension difference
of 28.27 and analysis of the difference obtained after the measurement range of flexion at
136.67 degrees and extension difference of 8.47. ROM active exercise can be used to improve
the range of elbow joint motion of patients with stroke by increased the movement of joint.
The research recommend on the needs of further research and the use of this exercise as one
of the independent nursing interventions in providing care to stroke patients with
contracture.
Abstrak
106
107 Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 2 September 2013
dilakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan jenis latihan yang lainnya untuk
meningkatkan perawatan pasien stroke dengan kontraktur.
Tabel 1 Rentang gerak sendi klien stroke sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM aktif di
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, Agustus-September, 2012
Triphosphate), sehingga terjadi gangguan berupa kelemahan pada sisi kanan atau
fungsi seluler dan aktivasi berbagai kiri16. Gangguan pada arteri serebri
proses toksik. Hasil akhir kerusakan media menyebabkan hemiparesis sisi
serebral akibat iskemia adalah kematian kontrolateral yang lebih mengenai
sel neuron maupun berbagai sel lain lengan10. Penyumbatan tersebut sering
dalam otak seperti sel glia, mikroglia, menyebabkan kelemahan otot dan
endotel, eritrosit dan leukosit2. Sel saraf spastisitas kontrolateral serta deficit
(neuron) berkurang jumlahnya sehingga sensoris (hemianestesia) akibat
sintesis berbagai neurotransmitter kerusakan girus lateral presentralis dan
berkurang dan mengakibatkan post sentralis, selain itu terjadi apraksia
penurunan kecepatan hantar impuls, pada lengan kiri jika korpus kolosum
kemampuan transmisi impuls antar anterior dan hubungan dengan hemisfer
neuron dan transmisi impuls neuron ke dominan ke kortek motorik kanan
sel efektor, sehingga terganggunya terganggu.
kemampuan sistem saraf untuk Hemiparesis terjadi akibat lesi
mengirimkan informasi sensorik, vaskuler daerah batang otak sesisi yang
mengenal dan mengasosiasikan memperlihatkan ciri alterans yaitu pada
informasi, memprogram dan lesi hemiparesis bersifat ipsilateral,
memberikan respons terhadap informasi sedangkan lesi hemiparesis distal
sensorik7. bersifat kontrolateral. Banyak sel saraf
Hilangnya suplai saraf ke otot mati saat serangan stroke, area otak yang
akan menyebabkan otot tidak lagi mati menimbulkan masalah fisik dan
menerima sinyal kontraksi yang mental yang sering dialami oleh
dibutuhkan untuk mempertahankan penderita stroke, akan tetapi ada area
ukuran otot yang normal sehingga terjadi masih hidup tetapi tidak aktif untuk
atropi, sebagian besar serat otot akan sementara waktu setelah stroke yaitu sel
dirusak dan digantikan oleh jaringan saraf di panumbra, dalam
fibrosa dan jaringan lemak. Tahap akhir penatalaksanaan stroke diupayakan sel
atropi akibat denervasi serta yang tersisa tersebut berpotensi hidup dilindungi.
hanya terdiri dari membran sel panjang Miller (1995) mengemukakan
dengan barisan inti sel otot tetapi tanpa bahwa salah satu kondisi yang
disertai kontraksi dan tanpa kemampuan menyebabkan terjadinya kontraktur
untuk membentuk kembali myofibril7. adalah paralisis. Paralisis (kelumpuhan)
Jaringan fibrosa yang merupakan salah satu gejala klinis yang
menggantikan serat otot selama atrofi ditimbulkan oleh penyakit stroke11.
akibat denervasi memiliki Paralisis disebabkan karena hilangnya
kecenderungan untuk terus memendek suplai saraf ke otot sehingga otak tidak
selama berbulan bulan, yang disebut mampu untuk menggerakkan
kontraktur. Atropi otot menyebabkan ekstremitas, hilangnya suplai saraf ke
penurunan aktivitas pada sendi sehingga otot akan menyebabkan otot tidak lagi
sendi mengalami kehilangan cairan menerima sinyal kontraksi yang
sinovial dan menyebabkan kekakuan dibutuhkan untuk mempertahankan
sendi. Kekakuan sendi menyebabkan ukuran otot yang normal sehingga terjadi
penurunan rentang gerak pada sendi7. atropi. Serat otot akan dirusak dan
Kelemahan anggota gerak pada digantikan oleh jaringan fibrosa dan
stroke merupakan gejala yang umum jaringan lemak. Jaringan fibrosa yang
dijumpai, kelemahan yang ditemukan menggantikan serat otot selama atrofi
111 Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 2 September 2013
rentang gerak sendi. Latihan yang dapat tropomisin) dan miofilamen tebal
diberikan pada penderita stroke, salah (miosin). Reticulum sarkoplasma
satunya adalah latihan range of motion. menyimpan banyak ion kalsium yang
Latihan range of motion merupakan berperan penting dalam proses
aktivitas fisik untuk meningkatkan kontraksi. Mitokondria berperan dalam
kesehatan dan mempertahankan proses pembuatan ATP untuk
kesehatan jasmani . Seseorang yang
14 berkontraksi. Kontraksi otot terjadi
melakukan latihan terus menerus akan akibat mekanisme pergeseran filamen
terjadi perubahan fisiologis dalam sistem (filamen aktin bergeser di antara filamen
tubuhnya seperti menurunkan tekanan miosin). Kontraksi otot diawali dengan
darah, memperbaiki tonus otot, pengeluaran asetilkolin yang
meningkatkan mobilisasi sendi dan menyebabkan potensial aksi atau
meningkatkan masa otot. Perubahan rangsangan merambat ke seluruh
fisiologis tersebut sangat dibutuhkan permukan membran otot. Hal tersebut
oleh pasien stroke untuk mencegah menyebabkan ion kalsium lepas dalam
terjadinya serangan stroke ulang dan jumlah besar ke dalam sarkoplasma. Ion
mengurangi kontraktur. kalsium mengaktifkan kekuatan filamen
Latihan ROM dilakukan dengan aktin untuk menarik kepala filamen
tujuan untuk mempertahankan atau myosin, sebuah filamen aktin murni yang
meningkatkan kekuatan otot, aktif sebenarnya langsung bisa berikatan
memelihara mobilitas persendian, kuat dengan filamen myosin apabila
merangsang sirkulasi darah dan terdapat ion magnesium dan ATP, tetapi
mencegah kelainan bentuk. ROM karena adanya troponin-troposmiosin,
bermanfaat untuk menentukan nilai hal tersebut menjadi terhambat. Adanya
kemampuan sendi tulang dan otot dalam ion kalsium menghambat kerja troposin-
melakukan pergerakan, mengkaji tulang tropomiosin, dan mengaktifkan kerja
dan sendi, otot, mencegah terjadinya aktin, sehingga kontraksi bisa terjadi.
kekakuan sendi serta memperlancar Energi diperlukan dalam proses
sirkulasi darah. kontraksi. Energi ini berasal dari ikatan
Manfaat dari range of motion, Adenosine Trifosfat (ATP) yang dipecah
salah satunya dapat meningkatkan menjadi ADP, untuk memberikan energi
sirkulasi darah yang membawa unsur yang diperlukan. Di awal siklus
nutrisi untuk keberlangsungan sel, kontraksi, ATP berikatan dengan kepala
khususnya sel otot yang berguna untuk miosin di sisi ATPase (enzim yamg
melakukan aktifitasnya yaitu kontraksi menghidrolisis). ATPase memecah ATP
dan relaksasi sehingga bisa menjadi ADP (ATP ADP+ P+ Energi).
meminimalkan terjadinya kontraktur. Energi ini digunakan untuk mengaktivasi
Otot merupakan jaringan yang berperan myosin, sehingga bisa mengikat aktin.
penting dalam sistem gerak. Otot terdiri Keadaan ini akan bertahan sampai ATP
atas banyak fasikulus yaitu kumpulan melekat dan melemahkan ikatan aktin-
serabut otot yang dibungkus dan miosin. Kepala myosin lepas dan siap
disatukan, di dalam serabut sendiri melekat dengan aktin baru. Siklus ini
terdapat membran dalam otot berulang selama masih ada rangsangan
(sarkolema), myofibril, reticulum syaraf dan jumlah kalsium mencukupi,
sarkoplasma, mitokondria. Tubulus dengan adanya kontraksi, otot
myofibril terdiri dari dua yaitu menghasilkan gerakan pada tulang
miofilamen tipis (aktin, troponin, tempat otot tersebut melekat sehingga
113 Jurnal IKESMA Volume 9 Nomor 2 September 2013
7. Guyton, C.A., & Hall, J.E., (2007). 18. Reese, N.B., (2009). Joint Range of
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Motion and Muscle Length Testing.
Jakarta: EGC Edisi II. St. Louis: Elsevier Health
8. Hastono, S.P., (2007). Analisis Data Sciences
Kesehatan. Jakarta: Universitas 19. Roring, L.A., (2005). Range of Motion
Indonesia Exercise: A Basic in Sport
9. Hamzah, Uno. (2001). Teori Motivasi Rehabilitation (online), diakses 10
dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Februari 2012.
Aksara. 20. Sutrisno, A., (2007). Stroke?
10. Irfan , et al. (2010). Mengenal Usia Sebaiknya Anda Tahu Sebelum Anda
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Terserang. Jakarta: Gramedia
Salemba Medika Pustaka Utama
11. Junaidi, I.(2006). Stroke A-Z.Jakarta: 21. Surahmah., (2010). Pengaruh
PT Buana Ilmu Popular. Latihan Range of Motion (ROM)
12. Lily, J. (2003). Manajemen Stroke Terhadap Peningkatan Rentang
Secara Komprehensif. Jakarta: Bumi Gerak Sendi Siku Pada Pasien Stroke
Aksara di Desa Andongsari Kecamatan
13. Lewis. (2007). Medical Surgical Ambulu Kabupaten Jember.
Nursing. Edisi VII. St. Louis: 22. Ulliya, S., (2007). Pengaruh Latihan
Missouri. Mosby-Year Book, Inc. Range Of Motion (ROM) Terhadap
14. Potter, P.A., & Perry, A.G., (2005). Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia
Buku Ajar Fundamental Di Panti Wreda Wening Wardoyo
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Ungaran. Media Ners (online) 1(2),
Praktik. Jakarta: EGC 72-78
15. Price, S.A., (2005). Patofisiologi: (http://ejournal.undip.ac.id/index.p
Konsep Klinis Proses-Proses hp/medianers/article/view/718/pd
Penyakit. Jakarta: EGC f, diakses 10 April 2012)
16. Pinzon, R. & Asanti, L. (2010). Awas 23. Watkins, R.,(2002). Anatomi dan
Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan, Fisiologi untuk Perawat. Edisi X.
Perawatan, dan Pencegahan. Jakarta: EGC
Yogyakarta: Andi . 24. World Health Organization., (2005).
17. Purwanti, O.S., & Maliya, A., (2008). STEPwise Approach to Stroke
Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke. Surveillance. (online)
Berita Ilmu Keperawatan (online) (http://www.who.int/chp/steps/Ma
ISSN 1979-2697. 1(1), 43-46 nual.pdf., diakses 13 Januari 2012).
(http://eprints.ums.ac.id/1027/1/2
008v1n1-08.pdf., diakses 10 April
2012).