You are on page 1of 9

Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No.

1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

PENGARUH TAHAPAN PROSES PELUBANGAN DAN ARAH SERAT TERHADAP KEKUATAN


TARIK MATERIAL KOMPOSIT POLYESTER-PANDAN WANGI

Heri Sunardi, Achmad Zainuri, Agus Dwi Catur


Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram

Abstract

Almost all components, both metallic and non-metallic, experience the process of splicing
(joining) with other components. Metal components can be welded, bolted and riveted. However, a
special non metal materials such as composites, joining can not be done by welding. One type of
connection is suitable for composite materials and keeling bolt connection.
The purpose of this study was to investigate the influence of the stage of making a hole
with drilling machine and a variation of the fiber direction tensile strength of fiber-reinforced
composite material with at pandan wangi polyester matrix. On stage perforation process conducted
by three stages with the first stage (diameter 2, then continued with a diameter of 4 and 6 mm),
stage II (diameter of 4 and then continued with a diameter of 6 mm), and stage III (diameter 6 mm).
And for a variety of fiber direction using random fiber direction, the direction, and woven with 30%
fiber volume fraction.
The results of this study showed an increase in tensile strength composite material fiber
reinforced polyester-pandan wangi with unidirectional fiber orientation, which contained the highest
tensile strength of the composite stage I in the amount of 27.20 MPa and a tensile strength
composite lowest was at stage III amounting 13:00 MPa. In a composite material with random fiber
orientation tensile strength decreased by 19.93% with the highest tensile strength found in stage I in
the amount of 17.90 MPa and the lowest tensile strength found in stage III at 8:00 MPa. And the
orientation of the woven fiber tensile strength decreased by 51.09% with the highest tensile strength
is found in the first stage of 17:30 MPa and the lowest tensile strength found in stage III at 6.80
MPa.

Key Words: Tensile Strength, perforation process, Random Fiber


Unidirectional Fiber, Woven Fiber.

Latar Belakang dengan daerah yang kaya matriks karena tidak


Penggunaan material yang siap adanya penguatan pada daerah tersebut.
diaplikasikan sebagai komponen pada suatu Setyawan (2005) meneliti besarnya
struktur menuntut adanya peningkatan sifat kekuatan tarik komposit serat kenaf matrik
mekanis yang tinggi. Para rekayasawan pun poliester jenis (UPRs) Unsaturated Polyester
selalu melakukan berbagai kajian riset untuk Resin dan Vf = 20% dengan perbedaan kadar
merekayasa material baru yang memiliki sifat hardener 0,5%, 0,75%, 1%, 1,25%, 1,5%,
fisis-mekanis lebih baik, seperti bahan baru mendapatkan nilai berturut-turut sebesar 33,72
komposit. Komposit berpenguat serat N/mm2, 35,95 N/mm2, 40,58 N/mm2, 39,97
merupakan jenis komposit yang paling banyak N/mm2, dan 33,97 N/mm2. Jadi dapat
dikembangkan. (Diharjo K. & Triyono T. : disimpulkan pengaruh kadar hardener sebesar
2000) 1%, mempunyai kekuatan tarik yang paling
Gibson (1994) menyimpulkan bahwa tinggi.
kekuatan tarik dan kekuatan impak Yuliastomo (2006) melakukan pengujian
dipengaruhi oleh fraksi volume serat,semakin kekuatan tarik komposit serat nylon
tinggi fraksi volume serat maka semakin tinggi penyusunan serat dengan sudut 00 dan 900,
pula kekuatannya. Adanya voids pada suatu dengan matrik polyester mempunyai nilai rata-
material komposit akan sangat mengurangi rata sebesar 9,415 MPa, dengan modulus
kekuatan material tersebut, begitu juga elastisitasnya 7532,3 MPa. Sedangkan

1
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

kekuatan impak rata-rata adalah 0,0009 umumnya ada dalam jumlah dominan/matrik),
J/mm2. yang dinamakan resin untuk mendapatkan
Hampir semua komponen, baik logam karakteristik dan sifat-sifat tertentu” (Schwartz,
maupun non logam, mengalami proses 1984).
penyambungan (joining) dengan komponen Komposit merupakan bahan yang terdiri
lain. Komponen logam dapat disambung atas serat yang diselubungi oleh matrik,
dengan las, dibaut, dan dikeling. Namun biasanya berupa polimer, metal, atau keramik.
khusus bahan non metal seperti komposit, Serat biasanya berupa bahan dengan
penyambungannya tidak dapat dilakukan kekuatan dan modulus yang tinggi yang
dengan pengelasan. Salah satu jenis berperan sebagai penyandang beban utama.
sambungan yang cocok untuk bahan komposit Matrik harus menjaga serat tetap dalam lokasi
adalah sambungan baut dan keeling dan orientasi yang dikehendaki. Matrik juga
(Schwartz M. : 1984). Penyambungan ini berfungsi sebagai media transfer beban antar
memerlukan lubang sebagai tempat dudukan serat, pelindung serat dari kerusakan sebelum,
baut atau keling. Daerah sekitar lubang ketika dan setelah proses pembuatan
merupakan daerah kritis terhadap awal komposit, serta melindungi dari pengaruh
terjadinya kegagalan. abrasif antar serat (IPTN, 1993).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Komponen penyusun komposit tidak
maka penelitian tentang pengaruh proses saling melarutkan ataupun bergabung satu
pembuatan lubang dengan drilling machine sama lain dengan sempurna, akan tetapi
terhadap kekuatan tarik material komposit bertindak bersama-sama. Semua komponen
polyester- pandan wangi merupakan hal yang serta interfasa (yang memegang peranan
sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut penting dalam mengontrol sifat-sifat komposit)
(diteliti). yang berada diantaranya, umumnya dapat
didefinisikan secara fisik. Sifat komposit
Landasan Teori secara keseluruhan tidak bisa dicapai hanya
Bahan-bahan serat alam merupakan dari tiap-tiap komponen yang bertindak
kandidat sebagai bahan penguat untuk dapat sendiri-sendiri (Schwardz, 1984).
menghasilkan bahan komposit yang ringan, Berdasarkan bentuk komponen
kuat, ramah lingkungan serta ekonomis. Alam strukturalnya, bentuk-bentuk komponen utama
telah banyak menyediakan kebutuhan yang digunakan dalam material komposit
manusia mulai dari makanan sampai bahan dapat dibagi atas tiga kelas (Schwartz, 1984),
bangunan. Salah satunya adalah bahan-bahan yaitu:
serat alam. 1. Komposit Serat
Teknik pembuatan lubang dan variasi Komposit serat (Fibricus Composite)
diameter lubang sangat menentukan adalah komposit yang terdiri dari serat dan
kekuatan-kekuatan dari material komposit, matrik yang dibuat secara fabrikasi, misalnya
khususnya di daerah sekitar lubang. Teknik serat ditambah resin sebagai bahan perekat.
penguatan daerah sekitar lubang dapat Komposit serat merupakan jenis komposit
dilakukan dengan dua cara yaitu yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu
meminimalkan daerah yang miskin penguat lapisan yang menggunakan penguat berupa
(serat) dan meminimalkan kemungkinan serat. Serat yang digunakan bisa berupa glass
terjadinya delaminasi. (Kuncoro Diharjo : fibers, carbon fibers, aramid fibers, dan
2011). sebagainya. Serat ini disusun secara acak
Komposit (Chopped Strand Mat) maupun dengan
Struktur material dalam bidang orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam
engineering dapat dibagi menjadi empat bentuk yang lebih komplek seperti anyaman,
kategori, yaitu logam, polimer, keramik, dan sebagai contoh FRP (Fibrous Reinforce
komposit. Definisi tentang material komposit, Plastic) plastik yang diperkuat dengan serat
yang paling umum adalah: “Komposit dan banyak digunakan, yang sering disebut
merupakan material gabungan yang dibuat fiber glass, contoh lainnya PCB (Pulp Cement
melalui penyusunan secara sintetik dua atau Bord) semen yang diperkaya dengan serat
lebih komponen yaitu, suatu bahan pengisi pulp dan dicetak dalam lembaran datar atau
(filler) atau semacam senyawa penguat gelombang.
tertentu dan bahan pengikatnya (yang

2
Dinamika Teknik Mesin, Volume
e 3 No. 1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh
ruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

2. Komposit Partikel dapat dimasukkan.. Pada penelitian ini


Komposit rtikel
partik (Particulate menggunakan arah serat
s acak/random yaitu
Composite) adalah kompo posit yang terdiri dari seratnya tersebar secara
s acak diantara
partikel dan matrik yaitu itu butiran. Komposit matriknya. Tipe acakk sering digunakan pada
partikel mempunyai bah ahan penguat yang lume besar karena faktor
produksi dengan volum
dimensinya kurang lebih h sama, seperti bulat biaya manufakturnyaa yang
y lebih murah. Arah
serpih, balok, serta ben entuk-bentuk lainnya serat sesuai dengan an kekuatan maksimum
yang memiliki sumbu hampir h sama, yang da gambar berikut
dapat ditunjukan pada
kerap disebut partikel, dan
da bisa terbuat dari
satu atau lebih material ial yang dibenamkan
dalam suatu matriks den engan material yang
berbeda. Partikelnya bisa b logam atau
nonlogam, seperti halny lnya matrik. Adapula
polimer yang mengandung ng partikel yang hanya
dimaksudkan untuk me emperbesar volume
agai arah serat (sumber :
Gambar 2.1. Berbaga
material dan bukan untuk k
k kepentingan sebagai
son, 1994)
Gibson
bahan penguat. Kompositit ini biasa dinamakan
komposit skeletal/bermuata
atan.
Arah serat juga a mempengaruhi jumlah
3. Komposit Laminat
berat yang dapat diisikan
diis ke dalam matrik.
Komposit lamin inat (Laminated
Makin cermat penata ataannya makin banyak
Composite), merupakan jenis je komposit yang
pemuat yang dapat at dimasukkan.bila arah
tersusun atas dua atau lebih
leb lamina. Komposit
gisianya sampai 99%, bila
sejajar peluang pengis
serat dalam bentuk lami mina ini yang paling
dwi arah peluangnya a 75%, dan tatanan acak
banyak digunakan dalam am lingkup teknologi
ang pengisianya 15-50%.
atau isotropik peluang
otomotif maupun industri.i.
Pada penelitian ini menggunakan
m arah serat
Dalam hal polimerr diperkuat
d serat, ada
acak/random yaitu seratnya
se tersebar secara
zat ketiga yang disebut ut zat penjodoh,
riknya. Tipe acak sering
acak diantara matrikn
penggabungan atau penyerasi untuk
digunakan pada pro roduksi dengan volume
meningkatkan sekatan anta ntara serat dan matrik
besar karena faktor biaya
bia manufakturnya yang
(Feldman D., 1995).
lebih murah.
Bahan komposit pada
pad umumnya terdiri
rat
b. Panjang Serat
dari dua unsur, yaitu seratse (fiber) sebagai
Panjang rat
serat dalam pembuatan
bahan pengisi dan bahan n pengikat serat-serat
komposit serat pada
p matrik sangat
tersebut yang disebutt matrik. Di dalam
berpengaruh terhada dap kekuatan. Ada 2
komposit unsur utaman anya adalah serat,
penggunaan serat dalam
dal campuran komposit
sedangkan bahan pengika ikatnya menggunakan
yaitu serat pendek danda serat panjang. Serat
bahan polimer yang mudah mu dibentuk dan
panjang lebih kuat dibanding
d serat pendek.
mempunyai daya pengikat y
at yang tinggi.
bandingkan dengan serat
Serat alami jika diba
1. Serat
sintetis mempunyaii panjang dan diameter
Serat adalah bahan n pengisi matrik yang
yang tidak seragam pada
pa setiap jenisnya. Oleh
digunakan untuk dapat memperbaiki
me sifat dan
karena itu panjang g dan diameter sangat
struktur matrik yang tidaidak dimilikinya, juga
berpengaruh pada kek ekuatan maupun modulus
diharapkan mampu menja njadi bahan penguat
komposit. Panjang serat
ser berbanding diameter
matrik pada komposit untukun menahan gaya
serat sering disebutut dengan istilah aspect
yang terjadi. Dalam pemb buatan komposit tata
ratio.
letak, arah dan panjang g serat dalam matrik
2. Matrik
juga akan menentukan n kekuatan mekanik
Pada dasarnya ya matrik adalah resin,
komposit, dimana letak ak dan arah dapat
sehingga memiliki fungsi
fun yang sama. Resin
mempengaruhi kinerja atautau kekuatan komposit
adalah suatu materialial yang berbentuk cairan
tersebut.
pada suhu ruang, atau at dapat pula berupa
a. Letak dan Arah Serat
Se
material padatan yan ang dapat meleleh pada
Arah serat juga mempengaruhi
me jumlah
suhu di atas 200oC. oC. Di tinjau dari jenis
berat yang dapat diisikankan ke dalam matrik
bahannya, matrik dapa pat dibedakanmenjadi tiga
(Hartono, dkk., 1995) 5). Makin cermat
er, matrik keramik, dan
yaitu matrik polimer,
penataannya makin ban anyak pemuat yang

3
Dinamika Teknik Mesin, Volume
e 3 No. 1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh
ruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

matrik metal. Matrik polimlimer mempunyai dua wangi dan pemberi warna
bahan penyedap, pewa
jenis berdasarkan pembua uatannya yaitu polimer hijau pada masakan atau
at penganan.
jenis termoset dan term rmoplastik. (Hartomo,
1999 : 48) Resin Unsaturated Polyester
Po (UP)
Sebagai komponen en utama pembentuk Unsaturated Polyester
Pol merupakan jenis
komposit, dalam melaelakukan pemilihan resin thermoset. Dalam
Dala kebanyakan hal ini
terhadap matrik haru rus memperhatikan disebut polyester sajaaja. Karena berupa resin
elongasi/batas mulur. Mat atrik yang digunakan cair dengan viskosita itas yang relatif rendah,
sebaiknya mempunyai elongasie yang lebih mengeras pada suhu s kamar dengan
besar daripada elongasi serat.
se Sebagai contoh penggunaan katalis tanpata menghasilkan gas
ki oleh
jika elongasi yang dimiliki o serat 3%, maka sewaktu pengesetan n seperti banyak resin
matrik harus mempunyai ai elongasi lebih dari lainnya.
3%. Ikatan antarmuka yan ang kuat antara matrik Sifat resin inii adalah
a kaku dan rapuh.
dan serat sangat diperluklukan, oleh karena itu Mengenai sifat term rmalnya karena banyak
matrik harus mampu menghasilkan
m ikatan mengandung monom omer stiren, maka suhu
mekanis atau kimia deng ngan serat. Matrik ini deformasi thermal lebi bih rendah daripada resin
juga harus cocok secara a kimia
k dengan serat, thermoset lainnya dan d ketahanan panas
sehingga reaksi yang tidaktid diinginkan tidak jangka panjangnya adalah
ad kira-kira 110-1400
terjadi pada interface.. Matrik dan serat C. Ketahanan dingin adalah
ad baik secara relatif.
sebaiknya mempunyai sifa ifat-sifat mekanis yang Sifat listriknya lebih
bih baik diantara resin
saling melengkapi diantara
di keduanya thermoset. Mengenai nai ketahanan kimianya,
(Gibson,1994). pada umumnya kuat at terhadap asam kecuali
asam pengoksid, tetap tapi lemah terhadap alkali.
Daun Pandan Wangi (Pan andanus Bila dimasukkan dala alam air mendidih untuk
Amaryllifolius) waktu yang lama (300 0 jam).
nformasi iptek (2009)
Menurut sentra info Tabel 2 .1. Spesifikas
kasi resin Unsaturated
Pandan wangi yang dala alam bahasa latinnya
Pandanus amaryllifolius Roxb,
R tumbuh liar di Item Satuan
an Catatan Nilai Tipikal
daerah tropis.
Di Indonesia terdapa
apat dua jenis pandan Berat Jenis Gr/cm3 1.215 25
0
yang kita kenal, yaitu pandan
p wangi yang Barcol GYZJ
sering digunakan untuk masakan
ma serta pandan Kekerasan 40
934-1
duri (pandan yang mem emiliki duri di tepi Suhu
daunnya serta baunya tidak wangi) yang distorsi 0 70
digunakan untuk pemb mbungkus makanan. C
panas
Selain digunakan untuk k masakan (sebagai
Penyerapa % 0.188 24 jam
aroma pewangi) tanaman n pandan wangi juga
n air (suhu
memiliki kegunaan yang lain.
lai % 0.466 3 hari
ruangan)
Kekuatan 2
Fleksural Kg/mm m 9.4
Modulus 2
Fleksural Kg/mm m 300
Daya 2
Rentang Kg/mm m 5.5
Modulus 2
rentang Kg/mm m 300
Elongasi % 1.6
Polyester Yukalacac BQTN 157 (Sumber
Gambar 2.2. Tanaman
an pandan wangi Justus Kimi
imia Raya, 1996)

Pemanfaatan pandndan wangi selain Kemampuan terhadap


te cuaca sangat
sebagai rempah-rempah
ah juga digunakan baik. Tahan terhadap ap kelembaban dan sinar
sebagai bahan baku pembuatan
p minyak ultra violet bila dibiar
iarkan di luar, tetapi sifat
wangi. Daunnya sering
g digunakan sebagai tembus cahaya per ermukaan rusak dalam

4
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

beberapa tahun. Secara luas digunakan untuk


konstruksi sebagai bahan komposit.
Penggunaan resin jenis ini dapat
dilakukan dari proses hand layup sampai
dengan proses yang kompleks yaitu dengan
proses mekanik. Resin ini banyak digunakan
dalam aplikasi komposit pada dunia industri
dengan pertimbangan harga relatif murah, Gambar 2.3 Proses pembuatan lubang
curing yang cepat, warna jernih, kestabilan dengan Mesin Gurdi dengan satu pahat
dimensional dan mudah penanganannya
(Billmeyer, 1984). Pengesetan termal
digunakan Benzoil Peroksida (BPO) sebagai
katalis. Temperatur optimal adalah 80-1300C,
namun demikian kebanyakan pengesetan
dingin yang digunakan. Metyl Etyl Keton
Peroksida (MEKPO) digunakan sebagai katalis
dan ditambahkan pada 1-2 % (Surdia, 2001).
Gambar 2.4. Proses pembuatan lubang
Proses Pembuatan Lubang (Drilling dengan Mesin Gurdi dengan banyak pahat
Process)
Proses pembuatan lubang bisa dilakukan Tabel 2.2. Perbedaan proses drilling dan
untuk satu pahat saja atau dengan banyak boring :
pahat. Dalam proses produksi permesinan
sebagian besar lubang dihasilkan dengan Drilling Boring
menggunakan Mesin Gurdi (Drilling Machine).
a. Prinsip Dasar Alat mata bor pahat ISO 8/9
Pengeboran atau proses gurdi adalah potong
suatu proses pengerjaan pemotongan Material Bisa pejal Harus sudah
menggunakan mata bor (twist drill) untuk awal berlubang
menghasilkan lubang yang bulat pada material
Ukuran Sama Lebih besar
logam maupun non logam yang masih pejal
lubang dengan dan dapat
atau material yang sudah berlubang. Proses
ukuran mata diatur
gurdi adalah proses pemesinan yang paling
bor
sederhana di antara proses pemesinan yang
lain. Biasanya di bengkel atau workshop Alat Drill chuck, Boring head
proses ini dinamakan proses bor, walaupun pencekam sleeve
istilah ini sebenarnya kurang tepat. Proses b. Geometri Mata Bor (Twist Drill)
gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan Nama-nama bagian mata bor
lubang bulat dengan menggunakan mata bor ditunjukkan pada Gambar 2.5. Di antara
(twist drill). Sedangkan proses bor (boring) bagian bagian mata bor tersebut yang paling
adalah proses meluaskan atau memperbesar utama adalah sudut helix (helix angle), sudut
lubang yang bisa dilakukan dengan batang bor ujung (point angle/lip angle, 2Χr), dan sudut
(boring bar) yang tidak hanya dilakukan pada bebas (clearance angle, α). Untuk bahan
Mesin Gurdi, tetapi bisa dengan Mesin Bubut, benda kerja yang berbeda, sudut-sudut
Mesin Frais, atau Mesin Bor (Widarto 2011). tersebut besarnya bervariasi (Tabel 2.3).
Mesin yang digunakan untuk melakukan
proses gurdi adalah Mesin Gurdi/Drilling
Machine. Proses pembuatan lubang bisa
dilakukan untuk satu pahat saja atau dengan
banyak pahat (Gambar 2.3 dan gambar 2.4).

Gambar 2.5. Nama-nama bagian mata bor


dengan sarung tirusnya.

5
Dinamika Teknik Mesin, Volume
e 3 No. 1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh
ruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

METODE PENELITIAN
IAN
Tegangan Tarik
Salah satu faktor penting yang
menentukan karakteris ristik dari komposit adalah
perbandingan matrik trik dan penguat/serat.
Gambar 2.6. Mata bor
bo khusus untuk Pengujian tarik dilaku kukan untuk mengetahui
pengerjaan tertentu.
te besarnya kekuatan tarik
tar dari bahan komposit.
Bahan utama penel elitian ini adalah serat
pandan wangi dan n unsaturated polyester.
Pembuatan lubang dilakukan
d dengan dibor,
pengeboran lubang dilakukan
d dengan pisau
bor HSS pada putaran ran 1420 rpm. Spesimen
uji dibuat dengan tarik
tar komposit berlubang
dibuat dengan menga gacu pada standar ASTM
D 5766 seperti terlihat
at pada gambar 2.7.

Gambar 2.7. Spesim


simen uji tarik komposit
(ASTM
M D 5766)

Kekuatan tarik kompos


osit dapat dihitung
dengan persamaan Gibson,
Gib O. F. (1994)
Fmax
σ= ......……………………
………………………………….(1)
A
Fmax

Fmax

Keterangan:
Tabel 2.3. Data material,
al, kecepatan
k potong,
sudut mata bor HSS, dancairan
da pendingin σ = kekuatan tarik
tar maximum dari
proses gurdi.
gu 2
(Sumber : Steve F. andd William
W Oswald J. komposit berlubang,, (N/mm
(N/ )
(1990) Technology of Machine Tools)

6
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

Fmax = beban maximum (N), dan merupakan program analisis statistik yang
mudah dioperasikan. Cara kerja SPSS dapat
diterangkan sebagai berikut.
A = luas penampang komposit dengan Proses pengolahan data dengan
2
mengabaikan adanya lubang (mm ). menggunakan SPSS dapat
diterangkandengan menggunakan gambar
Di mana : A=Wxt dibawah ini. Proses dalam gambar tersebut
dapat diterangkan sebagai berikut:

Input data Proses data Output

Keunggulan program SPSS ialah


pemrosessan dan analisis data dapat
dilakukan dengan cepat dan hasilnya akurat,
sehingga dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan dalam riset bisnis ataupun skripsi
mahasiswa.
Gambar 2.8 Pengukuran delaminasi dan
Proses pembuatan lubang dibor HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengujian kekuatan
Tarik terhadap komposit Polyester-Pandan
Pengamatan permukaan patah komposit wangi didapat data hasil pengujian seperti
setelah uji tarik dilakukan dengan dalam gambar grafikl4.1 dibawah ini:
menggunakan kamera digital. Berdasarkan
30
analisis pada gambar 2.8, maka lebar
Kekuatan Tarik (Mpa)

delaminasi dapat dihitung dengan persamaan: 20


I
10
Lebar delaminasi : II
0 III
l1 + l 2 + l 3 + l 4 Acak Searah Anyam
l Rata-rata = ……….....……(2)
4 Arah Serat

Jarak rata-rata dari tepi lubang ke tepi


spesimen: Gambar 4.1.Grafik hubungan antara arah
serat dan proses pelubangan dengan
W1 + W2 kekuatan tarik komposit
WRata-rata = …………..........…….(3)
2
Dalam penelitian ini menunjukkan
Prosedur pembuatan lubang dengan terjadinya peningkatan kekuatan tarik pada
pengeboran ditunjukkan pada gambar 2.9 material komposit polyester yang diperkuat
(Steve F. and William Oswald J. : 1990) serat pandan wangi dengan orientasi serat
searah, dimana kekuatan tarik tertinggi
terdapat pada komposit tahap I yaitu sebesar
Pengujian Statistik 27.20 MPa dan kekuatan tarik terendah
Pada penelitian ini,analisis data dari terdapat pada komposit tahap III yaitu sebesar
hasil pengujian tarikkomposit berlubang 13.00 MPa. Pada material komposit dengan
polyester-pandan wangi menggunakan orientasi serat acak mengalami penurunan
program SPSS atau Statistical Product and kekuatan tarik sebesar 19.93 % dengan
Service Solution untuk menggantikan analisis kekuatan tarik tertinggi terdapat pada tahap I
yang dilakukan secara manual. SPSS yaitu sebesar 17.90 MPa dan kekuatan tarik
terendah terdapat pada tahap III sebesar 8.00

7
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

MPa. Dan pada orientasi serat anyam yang bertujuan untuk memperkecil gaya yang
mengalami penurunan kekuatan tarik sebesar dibutuhkan pada proses pelubangan,
51.09 % dengan kekuatan tarik tertinggi sehingga laju pemakanan yang dibutuhkan
terdapat pada tahap I yaitu sebesar 17.30 akan lebih kecil. Besarnya laju pemakanan ini
MPa dan kekuatan tarik terendah terdapat mempengaruhi kualitas permukaan hasil
pada tahap III sebesar 6.80 MPa. lubang.
Pada tahap III hanya ada satu proses
Data Panjang Delaminasi yaitu proses drilling, yang mengakibatkan
Kehadiran lubang ditengah specimen ikatan muka resin dengan serat kurang baik
menurunkan kekuatan tarik komposit, karena atau daerah pengelupasan pada spesimen
menyebabkan efek tarik atau sebagai disekitar lubang lebih panjang. Sedangkan
konsentrator tegangan. Pada penelitian ini pada tahap I dan II ada dua proses yaitu
komposit dilubangi dengan tahap pelubangan proses drilling dan boring. Proses boring
I, II dan III, dengan tahap I (berdiameter 2, tersebut yang bertujuan disamping
kemudian diteruskan dengan diameter 4 dan 6 mengurangi gaya pemakanan juga untuk
mm), tahap II (berdiameter 4 kemudian mengurangi daerah pengelupasan atau
diteruskan dengan diameter 6 mm), dan tahap delaminasi yang disebabkan oleh proses
III (berdiameter 6 mm). drilling.

Kesimpulan
1.5
Komposit dengan proses pelubangan
Panjang Delaminasi (

tahap I dengan diameter pahat 2, 4 dan 6 mm


1
Acak memiliki kekuatan tarik tertinggi dan panjang
mm )

delaminasi terkecil, dan komposit dengan arah


0.5 Searah serat searah lebih besar kekuatan tariknya
dengan nilai 19.77 MPa di bandingkan dengan
0 Anyam
arah serat acak dngan nilai 15.83 MPa dan
I II III anyam dengan nilai 9.67 MPa yang
disebabkan karena arah serat dari arah serat
Proses Pelubangan
searah tidak berlawanan arah dengan gaya
tarik, sehingga penerusan gaya tarik akibat
Gambar 4.2 Grafik hubungan panjang dari uji tarik pada arah serat searah lebih baik
delaminasi dengan proses dari pada arah serat acak dan anyam.
pelubangan dan arah serat
Saran
Kegagalan uji tarik komposit polyester- Berdasarkan penelitian yang telah
pandan wangi berlubang adalah adanya dilakukan maka beberapa saran dapat
kerusakan retakan dan delaminasi yang diberikan guna penelitian selanjutnya yaitu :
terkonsentrasi disekitar lubang. Delaminasi ini Resin polyester setelah dicampur dengan
dapat disebabkan karena ikatan antar muka katalis akan cepat mengeras, untuk itulah
resin unsaturated polyester dengan serat proses penuangan resin kedalam cetakan
pandan wangi yang kurang baik dan getaran harus dilakukan dengan cepat agar resin
atau gesekan yang terjadi pada saat proses dapat menyebar merata keserat dalam
pelubangan. cetakan sehingga void dalam komposit dapat
Dari data dan gambar diatas terlihat jelas dikurangi.
bahwa pada proses pelubangan tahap I DAFTAR PUSTAKA
memiliki panjang daerah delaminasi yang
lebih kecil dibandingkan dengan proses Anonim., 2006, Pandan Wangi (Pandanus
pelubangan pada tahap II dan III. Hal ini Amaryllifolius / Pandanus Latifolius)
disebabkan karena pada proses pelubangan http://inyu.multiply.com/journal/item/6
tahap I terdapat tiga proses yaitu proses
drilling,dan dua proses boring. Adanya proses ASTM 2002, Standard Test Method for Open
boring tersebut mempengaruhi laju Hole Tensile Strength of Polymer
pemakanan, pada proses pelubangan tahap I Matrix Composite Laminates, D
digunakan dua proses boring yaitu 4 dan 6 5766/D 5766M

8
Dinamika Teknik Mesin, Volume 3 No. 1 Januari 2013 Heri, Zainuri, Agus DC: Pengaruh Tahapan Proses Pelubangan
ISSN: 2088-088X

Bilmeyer,F., 1984, Text Book of Polymer IPTN, 1993, Manual Specification Standard
Science, New York, Shonwiley and (MSS), Bandung
Sons.
Justus Kimia Raya. 1996, Technical Data
DiharjoKuncoro, 2011, Kajian Pengaruh Sheet, Jakarta.
Teknik Pembuatan Lubang Terhadap
Kekuatan Tarik Komposit Peijs, Tom., 2002, Composites turn green,
Department of Materials, Queen
Diharjo K. &Triyono T. 2000, Material Teknik, Mary, University of London
Buku Pegangan Kuliah, UNS Press,
Surakarta Praktikum Proses Manufaktur, 2011, Modul 3
Proses Penggurdian
Fox Valley Technnical College, 2007, Machine
Shop 3 :Milling Machine" Schwartz M. 1984, Composite Materials
Accessories Handbook, McGraw-Hill Inc.,
(http://its.fvtc.edu/machshop3/basicmi NewYork, USA
ll/default.htm).
Setyawan, 2005, Pengaruh Kadar Hardener
Feldman.D., dan Hatomo, J.A., 1995, Bahan Terhadap Kekuatan Tarik Komposit
Polimer Konstruksi Bangunan, Serat Kenaf Poliester, TugasAkhir,
Gramedia Pustaka Utama. F.T.M., U.M.S., Surakarta.

George Schneider Jr, Cutting Tool Steve F. and William Oswald J, 1990,
Applications, Prentice Hall Technology of Machine Tools,
McGraw-Hill Inc., NewYork, USA
(www.toolingandproduction.com).
Yuliastomo, 2006, Analisa Karakteristik
Gibson, O. F. (1994) Principle of Composite Komposit Serat Nylon Dengan Matrik
Materials Mechanics, McGraw-Hill Polyester Dengan Sudut Serat 00
Inc., NewYork, USA dan 900 Metode Sprayed, Tugas
Akhir.
Gibson, R.F., 1994, Principles of Composites
Material Mechanics, McGraw Hill
Book Co., Singapore, ed., p.p. 115-
155.

You might also like