Professional Documents
Culture Documents
Rad(K)
KASUS GASTROINTESTINAL
Oleh:
Pembimbing:
JUDUL....................................................................................................................i
ABSTRAK............................................................................................................iv
II.1 Identitas............................................................................................ 2
III.5 Diagnosis....................................................................................... 21
ii
INTESTINAL LYMPHOMA: A CASE REPORT
W Arif rahman1, W Maya Nuriya2
1. Radiology Resident. Radiology Department of Medical Faculty Diponegoro University,
Semarang
2. Gastrointestinal Imaging Consultant. Radiology Department of Medical Faculty
Diponegoro University, Semarang
ABSTRACT
INTRODUCTION
Gastrointestinal tract is the most common extranodal site involved by lymphoma
with the majority being non-Hodgkin type. Gastrointestinal lymphoma most
commonly involves the stomach but can involve any part of the gastrointestinal
tract from the esophagus to the rectum. Intestinal lymphoma is usually secondary
to the widespread nodal diseases and primary intestinal tract lymphoma is relatively
rare. Although some radiological features such as bulky lymph nodes and
maintenance of fat plane are more suggestive of lymphoma, they are not specific,
thus mandating histopathological analysis for its definitive diagnosis.
CASE REPORT
This case reported a 53-years-old woman with a history of episodes of abdominal
pain associated with vomiting, fever and, occasional diarrhea stools that resolved
in 24 to 48 hours. She had undergone colonoscopy and conventional radiology
imaging previously but without establishing the cause. Computed tomography (CT)
of the abdomen was propoposed in which showed multiple masses in the intestinal
loops along with multiple others intra-abdominal adenomegaly.
DISCUSSIONS
In almost all cases, the intestinal lymphoma is a non-Hodgkin's lymphoma (NHL).
Although gastrointestinal lymphoma has a wide variety of imaging appearances and
definitive diagnosis relies on histopathologic analysis, certain findings (eg, a bulky
mass or diffuse infiltration with preservation of fat planes and no obstruction,
multiple site involvement, associated bulky lymphadenopathy) can strongly suggest
the diagnosis. Imaging also plays an important role in the detection of complications
such as perforation, obstruction, and fistulization. The most commonly used
imaging modalities are barium examination and computed tomography (CT).
CONCLUSIONS
Intestinal lymphoma is rare as a primary malignancy but relatively common as a
secondary deposit. Whilst radiology is useful for staging the extent of disease, a
histopathology sample is essential for definitive diagnosis. CT is the primary
staging investigation, but some findings may be shown with ultrasound or barium
studies.
iii
LIMFOMA USUS
W Arif rahman1, W Maya Nuriya2
1. Residen radiologi. Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang
2. Konsultan Radiologi Gastrointestinal. Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro, Semarang
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Saluran pencernaan merupakan lokasi tersering dari limfoma ekstranodal dimana
kebanyakan termasuk tipe non-Hodgkin. Limfoma saluran pencernaan pada
umumnya terdapat pada lambung, namun dapat pula melibatkan semua bagian
saluran pencernaan dari esofagus hingga rektum. Limfoma non-Hodgkin primer
pada usus tanpa keterlibatan sistemik sangatlah jarang. Meskipun gambaran
radiologis seperti pembesaran kelenjar limfa disertai jaringan lemak di sekitarnya
sudah merupakan kecenderungan suatu limfoma, namun gambaran tersebut
tidaklah spesifik, sehingga tetap membutuhkan analisa histopatologis untuk
diagnosa definitif.
LAPORAN KASUS
Laporan kasus ini mempresentasikan seorang wanita usia 53 tahun dengan riwayat
nyeri perut yang yang hilang timbul disertai rasa mual, muntah, demam dan diare
intermiten yang sembuh sendiri dalam 24-48 jam. Sebelumnya pasien telah
menjalani operasi daerah perut di RS Brebes, kemudian menjalani colonoscopi dan
pemeriksaan radiologi konvensional tanpa memperoleh hasil yang konklusif.
Kemudian dilakukan pemeriksaan CT-scan abdomen yang menunjukkan gambaran
massa multipel intraluminal sepanjang jejunum, ileum, coecum, dan colon
ascendens tanpa adanya pembesaran kelenjar limfa retroperitoneal.
DISKUSI
Pada kebanyakan kasus limfoma usus merupakan tipe non-Hodgkin’s. Meskipun
limfoma usus memiliki gambaran imaging dengan variasi yang sangat luas dan
diagnosis definitif bergantung pada analisis histopatologis, namun beberapa temuan
(seperti; massa besar ataupun infiltrasi difus dengan jaringan lemak di sekitarnya
dan tanpa adanya sumbatan pada usus, lokasi yang multipel, serta limfadenopati
pada lokasi lain) dapat mengarahkan kecenderungan terhadap diagnosis limfoma.
Radiologi juga memegang peranan penting untuk mendeteksi komplikasi yang
mungkin terjai, seperti perforasi, obstruksi, dan fistula. Modalitas radiologi yang
paling sering digunakanan adalah CT scan abdomen dan pemeriksaan barium.
KESIMPULAN
Limfoma usus sangat jarang ditemukan sebagai suatu keganasan primer namun
cukup banyak ditemukan sebagai perluasan sekunder. Sementara itu radiologi
merupakan pemeriksaan yang cukup bergunan untuk menilai perkemabangan tahap
penyakit ini, dan pemeriksaan histopatologis sangat penting dalam menegakkan
diagnosis definitif. CT scan abdomen merupakan modalitas pilihan utama, namun
dapat pula digunakan pemeriksaan ultrasonografi ataupun pemeriksaan barium.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 Identitas
NAMA : Ny. A
UMUR : 53 Th
No. CM : C805033
ALAMAT : Brebes
II.2 Anamnesis
disertai mual muntah. Nyeri perut dirasakan pada kedua sisi perut.
disease.
2
3
Tanda Vital :
Tensi :110/80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0 C
Mata : konjungtiva anemis (-/-)
Thorak : Cor : Bunyi jantung I/II normal, Bising (-), Gallop(-)
Pulmo : SD vasikuler (+/+), Whzeeng (-), Ronkhi (-)
Abdomen : supel, hepar/lien tak teraba, teraba massa pada
hemiabdomen kanan kiri
Ekstremitas : akral hangat, tak tampak edema
Kimia Klinik
GDS : 91 mg/dL
Ureum : 13 mg/dL
Kreatinin : 0.8 mg/dL
4
Elektrolit
Natrium : 140 mmol/L
Kalium : 3.8 mmol/L
Chlorida : 100 mmol/L
Immunologi
CEA : 0.39 ng/mL
Koagulasi
Plasma Prothrombin Time
PT : 10.0 detik
PPT Kontrol : 11.5 detik
Partial Thromboplastin Time (PTTK)
TT : 32.7 detik
APTTK : 33.1 detik
KESAN:
▪ Cor tak membesar
▪ Tak tampak gambaran metastasis maupun kelainan lain
pada pulmo dan tulang yang tervisualisasi
5
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi
keganasan yang berasal dari sistem limfatik. Sebagian besar limfoma pada
susunan anatomi dan mikro struktur lapisan dinding usus (villi dan
dalam sumsum tulang dan timus yang bermigrasi ke dalam usus yang
8
9
infeksi kronis yang menjadi penyebab awal. Para penderita celiac disease
cell Lymphoma (EATL) pada usus halus. Kelainan autoimun seperti lupus
III.2 Epidemiologi
secara spesifik dari letak anatomisnya, maka lambung adalah lokasi paling
sering (74.8 %), kemudian diikuti usus halus (8.6 %), ileocaecum (7 %),
11
gastrointestinal ( 3 %). 10
III.3 Anatomi
lambung dan usus besar. Usus halus erdiri dari duodenum, jejunum, dan
ileum (gambar 1). Usus halus diameter lumennya lebih kecil dari usus besar
yaitu sekitar 2,5 cm, meski panjangnya lebih panjang daripada usus besar
herniasi internal usus kecil. Usus halus merupakan suatu tabung berbelit 4-
6 m yang menempati bagian tengah perut dan panggul, dikelilingi oleh usus
besar pada 2 sisinya dan bagian atas. Ileum berlanjut ke usus besar (sekum)
12
diperbesar untuk proses pencernaan dan penyerapan karena adanya villi dan
mikrovilli. (gambar 2)
sehingga adanya sistem imun yang baik pada tepi mukosa sangatlah
diperlukan, lapisan sistem imun tersebut terdiri dari banyak sekali limfosit,
makrofag, dan sel-sel lainnya yang berperan dalam respons imun. Jaringan
limfosit di dalam lien dan menurut lokasinya sel-sel ini terletak pada :
gambar 3 di bawah ini terlihat tiga buah folikel limfoid Peyer’s patches.
Jaringan otot terlihat di kiri atas dan mukosa epithelium terlihat di kiri
bawah.12
intraepithelial)13
Usus besar dimulai dari sekum, colon dan terus sampai ke anus.
Usus besar berbeda dengan usus halus dari anatomi dan fungsi keduanya.
lapisan serosa.
mulai setinggi katup ileosekal sampai lobus kanan hepar. Ukurannya sedikit
lebih sempit dibandingkan dengan sekum dan colon ini dilapisi oleh
14
peritoneum dari anterior dan lateral, dengan regio paracolic gutter berada
retroperitoneal dengan regio paracolic gutter kiri berada pada sisi lateralnya.
Organ berikutnya yang berbentuk ‘S’ merupakan colon sigmoid, mulai dari
vagina berada diantara vesica urinaria dan rectum, dan refleksi peritoneum
Kaliber lumen colon lebih besar daripada caliber lumen usus halus.
Respons imun pada usus besar hampir sama dengan usus halus
dimana usus besar mempunyai organ serupa dengan Peyer’s patches yang
banyak pada usus halus dan disebut dengan caecal patches (banyak
dan rectum, dimana baik Peyer’s patches maupun caecal patches dan
III.4 Patogenesis
90% dari kanker ini berasal dari limfosit B; sisanya berasal dari limfosit T
berkisar dari limfoma folikuler indolen hingga limfoma sel-B besar dan
dari jaringan hematopoietik dan limfoid, yang diterbitkan pada tahun 2008
(Tabel 1). Klasifikasi ini dibuat berdasarkan edisi ketiga di tahun 2001 dan
dengan penilaian ekspansi klonal sel-B dan yang lebih jarang, ekspansi sel-T,
hampir secara eksklusif terdapat pada anak-anak dan secara klinis dan
sama dengan subtipe lain dari limfoma - misalnya, limfoma sel B besar
mediastinal primer memiliki fitur yang sama dengan limfoma Hodgkin klasik
rantai ganda. Pada sel normal, proses perbaikan DNA diaktifkan, tapi
perifer (darah, limpa, limfonodi, dan mukosa). Aktivasi sel-B yang normal
menjadi sumber berbagai jenis limfoma, termasuk limfoma sel-B besar difus,
9,10
limfoma folikular, dan limfoma Burkitt. Selama reaksi pusat germinal,
sentroblas (sel-B yang membelah dengan cepat dengan inti non- cleaved) di
mana mereka menjadi sentrosit (sel-B yang tidak membelah dengan inti
Selama reaksi pusat germinal ini, sel mengalami dua modifikasi yang
imunoglobulin rantai berat mungkin berubah dari IgM ke IgG, IgA, atau IgE;
limfoma dibagi menjadi limfoma non-hodgkin dengan dan tanpa mutasi IgV.
antara limfoma Hodgkin (HL), yang ditandai dengan adanya sel Reed-
juga harus digunakan untuk menentukan apakah berasal dari sel B (85%
dari berbagai tipe (misalnya t (14; 18) (q32; q21) NHLs folikular).13-14
kondisi yang berbeda yang terbagi dalam empat kelompok utama yaitu sel
B matur, sel T matur dan neoplasia sel NK, limfoma Hodgkin, dan kelainan
seperti :
jaringan limfoid baik tipe sel-B ataupun sel-T dan limfoma dari kedua tipe
sel tersebut dapat terjadi pada usus halus. Limfoma usus halus yang sering
(DLBCL) tetapi pada anak jenis yang paling sering adalah limfoma Burkitt.
merupakan limfoma tipe sel-B, sedangkan limfoma tipe sel-T sangat jarang
ditemui. Sama seperti pada usus halus, DLBCL merupakan tipe limfoma
sel-B yang paling sering ditemukan di usus besar, akan tetapi beberapa
mantle cell lymphoma (MCL), limfoma MALT (relatif sangat jarang), dan
limfoma folikular.
HIV/AIDS. Beberapa varian limfoma sel-B besar yang jarang ditemui dapat
III.5 Diagnosis
Manifestasi klinis dari limfoma usus cukup luas dan tidak terlalu
lesi ulkus ataupun penebalan mukosa yang diffus dengan gambaran coarse
resolusi kontras yang nyaris sempurna, tidak memiliki radiasi pengion, dan
peristaltik normal.
dievaluasi.12 (Gambar 5)
oral, untuk memperoleh distensi dinding usus halus yang adekuat. Kontras
setelah injeksi media kontras intra vena karena densitas air dalam larutan
T2 yang lebih cepat, single-shot fast spin echo (SSFSE), atau gradient echo,
dengan lumen usus yang paten atau suatu massa non stenosis, keterlibatan
pemeriksaan CT-enterografi.5,12,15
25
• Polipoid/nodular
• Pola infiltratif
• Pola aneurismal
• Massa eksofitik
Gambar 6. MRI abdomen dari pasien yang sama pada gambar 5. MR-enterografi
menunjukkan adanya penebalan sirkumferensial pada loop ileum
(panah) dengan potongan coronal (a), sagital (b), dan aksial (c dan d),
26
menonjol ke dalam lumen dan terlihat sebagai massa polipoid. Tak tampak
pada lesi. Lesi ini dapat meluas pada semua lapisan ketebalan usus, mulai
dari mukosa endoluminal hingga tunica serosa. Panjang segmen usus yang
yang pertama kali didiagnosa oleh Cupps et al pada tahun 1969, mencakup
kerusakan lapisan otot disertai peregangan serabut otot, dan hilangnya sel-
27
aneurismal.5
Gambar 7. Limfoma jejunum aneurismal pada seorang wanita. Fase pre contrast
dan post contrast pada CT scan potongan aksial (a,b,c) menunjukkan
penebalan sirkumferensial dinding usus (tebal 17 mm) yang tampak
hiperdens inhomogen setelah injeksi media kontras pada loop jejunum
ileum (sepanjang 20 cm) terletak pada sisi kiri dan kuadran kiri atas
(lingkaran merah). Terlihat pula adanya dilatasi endoluminal dan
gambaran air-fluid level di dalamnya serta pembesaran limfonodi dan
lemak mesenterial di sekitarnya (kepala panah). Infiltrasi dinding
colon kiri (d) dan sigmoid (panah). Penebalan dinding usus terjadi
28
usus. Pola ini biasanya terlihat pada tipe limfoma Hodgkin. Perkembangan
lain, stenosis pada limfoma biasanya minimal terutama jika ada pelebaran
segmen usus bagian atas, dan hal ini diakibatkan hilangnya reaksi
desmoplastic.15
berkisar di atas 5 cm. Pada massa yang lebih besar, komplikasi ulseratif yang
tumor pada colon dan limfoma colorectal memiliki insidensi 6-12 % dari
29
yang besar dan terlokalisir atau tipe carcinoma yang constricting simulating
sering adalah polipoid; ukuran polip dapat bervariasi mulai dari beberapa
Biasanya massa limfoma polipoid dan bulky ini lebih besar dibandingkan
hingga dinding usus, dan tampak seperti massa peritoneal yang sangat besar
lipatan usus. (Gambar 8) Bahkan lebih jauh lagi, dapat terlihat sebagai
adenocarcinoma.5,14-15
submucosa yang hipodens (halo sign), dan lapisan luar yang hiperdens,
KESIMPULAN
WHO untuk membantu terapi optimal pada pasien. Endoskopi serabut optik
berikut :
32
33
3. Bentuk ulseratif
teknik enterografi, akan tetapi limfonodi yang terletak jauh ataupun dekat,
dengan limfoma.
diperlukan.
lokasi.
lebih baik pada dinding usus serta infiltrasi lokal yang terjadi. MRI whole-
khas berupa peningkatan sinyal pada sekuens DWI dan intensitas sinyal
pilihan utama karena evaluasi keseluruhan pada staging limfoma lebih baik
DAFTAR PUSTAKA