You are on page 1of 14

ALAT TULANG SITUS PLESTOSEN JAWA:

BAHAN BAKU, TEKNOLOGI, DAN TIPOLOGI


(Bone tools from Pleistocene Site of Java: Raw Materials,
Technology, and Typology)

Ilham Abdullah
Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Jalan Sangiran Km 4, Krikilan, Kalijambe, Sragen 57275, Telepon: (0271) 6811463,
Faksimile: (0271) 6811497,
e-mail: Ilhamabdullah9969@gmail.com

INFO ARTIKEL Abstract

Histori artikel: During this time knowledge about Homo erectus bones tool comes only from trusted Ngandong,
but now it has a lot of bone tools found and published on the Site Pleistocene in Java. This paper is
Diterima 10 September 2015
the result of a data-base processing using microscopic methods against all findings bone tools from
Direvisi 17 September 2015 sites Pleistocene in Java which aims to provide comprehensive information about the presence
Disetujui 4 Oktober 2015 of bone tools. A total of 48 specimens of bone tools findings of Sangiran, Ngandong Site, Site
Sambungmacan, Patiayam Site and Site Bringin. The analysis showed that there are 12 types of
anatomical components of animal bones were used as tools. Type of animal bones were used as
Keywords: a bone tool is Cervus sp. (deer), Cervus hippelaphus (deer), Sus sp. (pig), Bos sp. (cow), Bibos
Bone tools, palaeosondaicus (bull), rhinoceros (rhinoceros), Elephantidae (the elephants), and Bovidae. The
technique used in making bone tools are broken techniques, pruning techniques, techniques sides,
Pleistosen, raw material, press techniques, and techniques rub. This type of tool is produced bone knife, lancipan, spatula,
technology, and tipology. and spear.

Kata kunci: Abstrak


Alat tulang,
Selama ini pengetahuan tentang alat tulang Homo erectus hanya berasal dari Situs Ngandong,
Plestosen, bahan baku,
tetapi sekarang ini telah banyak alat tulang ditemukan dan dipublikasikan dari Situs Plestosen
teknologi, dan tipologi di Jawa. Tulisan ini merupakan hasil pengolahan data-base menggunakan metode mikroskopis
terhadap semua temuan alat tulang dari situs-situs Plestosen di Jawa yang bertujuan memberi
informasi komprehensif tentang keberadaan alat tulang. Sebanyak 48 spesimen alat tulang temuan
dari Situs Sangiran, Situs Ngandong, Situs Sambungmacan, Situs Patiayam, dan Situs Bringin.
Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 12 jenis komponen anatomis binatang yang digunakan
sebagai alat tulang. Jenis binatang yang tulangnya digunakan sebagai alat tulang adalah Cervus sp.
(rusa), Cervus hippelaphus (rusa), Sus sp. (babi), Bos sp. (sapi), Bibos palaeosondaicus (banteng),
rhinoceros (badak), elephantidae (gajah), dan bovidae. Teknik yang digunakan dalam membuat alat
tulang adalah teknik pecah, teknik pangkas, teknik belah, teknik tekan, dan teknik gosok. Jenis alat
tulang yang dihasilkan adalah pisau, lancipan, spatula dan mata tombak.

PENDAHULUAN yang terbuat dari tulang dan tanduk


binatang (Soejono dalam Notosusanto,
Artefak yang berkaitan dengan
2010:93-94).
kehidupan Homo erectus adalah sebuah
hal yang sangat menarik untuk dibahas, Pembuatan alat-alat tulang pada
salah satunya adalah alat yang terbuat tingkat Plestosen sementara ini
dari tulang binatang. Data temuan hanya diketahui di Ngandong sebagai
memperlihatkan bahwa, pada tingkat unsur yang ditemukan dalam konteks
Plestosen Bawah hingga kala Plestosen Pithecantrhopus soloensis dan alat-alat
Tengah Homo erectus di Jawa, lebih lain yang dibuat dari tanduk, serpih,
dominan menggunakan peralatan dari batu-batu bundar. Alat-alat tulang,
batu. Lalu kemudian pada Plestosen yang berupa sudip dan mata tombak
Akhir muncul penggunaan peralatan yang bergerigi pada kedua sisinya,

Alat
AlatTulang
TulangSitus
SitusPlestosen
PlestosenJawa:
Jawa:Bahan
BahanBaku,
Baku,Teknologi,
Teknologi,dan Tipologi,Ilham
danTipologi, IlhamAbdullah
Abdullah 107
berukuran panjang 9,5 cm. kedudukan alat tulang yang ditemukan bersama
alat tulang ini ditemukan dalam satu empat buah artefak lainnya yaitu tiga
hubungan dengan Pithecantrhopus buah kapak perimbas (chopper) dan
soloensis. Alat-alat dari tanduk sebuah batu pukul (Siswanto dalam
menjangan memperlihatkan bagian Anonim, 2014:23).
yang diruncingkan.Duri ikan pari
ditemukan pula pada situs ini dan benda TUJUAN
ini mungkin digunakan sebagai mata Berdasarkan catatan penemuan
tombak (Soejono dalam Notosusanto, dan publikasi alat tulang dari situs-
2010:132-133). situs Plestosen di Jawa, maka penulis
Sementara itu, beberapa temuan alat mencoba untuk merangkum dan
tulang dari berbagai Situs Plestosen di mengkomunikasikan temuan alat
Jawa telah dipublikasikan. Diantaranya tulang tersebut.Walaupun jumlahnya
adalah di Situs Sangiran telah masih terbatas, setidaknya tulisan
dipublikasikan penemuan sejak tahun ini memberikan informasi bahwa
1980an berupa sebuah kapak perimbas beberapa situs Plestosen di Jawa
(chopper) yang terbuat dari gading mengandung alat tulang, bukan hanya
(tusk) Stegodon pada formasi Kabuh Situs Ngandong. Alat tulang yang
berumur 800.000 BP yang ditemukan penulis tampilkan kali ini mengandung
di Bukit Ngebung pada kegiatan informasi mengenai bagian tulang
ekskavasi oleh tim Indonesia-Perancis. binatang yang digunakan sebagai
Kemudian pada tahun 1995-1997 telah bahan baku, teknologi pembuatannya,
dipublikasikan empat buah alat tulang jenisnya dan di situs mana saja lokasi
berupa alat yang terbuat dari tulang penemuannya. Hasil publikasi ini akan
kering Bovidae, alat tulang binatang, dimasukkan ke dalam data base alat
sebuah pisau yang terbuat dari tulang tulang kala Plestosen di Indonesia,
rusuk gajah (costae elephantidae), dan melanjutkan data base temuan alat
Sebuah lancipan besar yang terbuat tulang dari Situs Sangiran.
dari tulang telapak kaki depan badak.
PERMASALAHAN
Sebanyak 33 buah alat-alat tulang
dari Situs Sangiran hingga tahun 2013 Beberapa temuan alat tulang yang
telah penulis rangkum dan publikasikan berasal dari situs-situs Plestosen di Jawa
(Abdullah 2013 dan 2014). telah dipublikasikan oleh para peneliti,
namun belum mendapatkan perhatian
Publikasi berikutnya berasal dari
khusus. Kemungkinan jumlahnya yang
daerah Tegal Rejo, Desa Dero yang
masih sedikit dan publikasi itu terpisah
merupakan bagian dari Situs Bringin,
secara sendiri-sendiri serta tidak adanya
Kabupaten Ngawi telah ditemukan
komunikasi antara peneliti.
sebuah spatula terbuat dari tulang
tibia Cervidae (rusa) berkonteks kabuh Walaupun telah diyakini bahwa
Plestosen tegah. Publikasi terakhir Homo erectus di Jawa lebih banyak
mengenai alat tulang di Jawa adalah menggunakan peralatan yang

108 Jurnal Arkeologi Papua, Volume 7, No.2, November 2015: 107-120


berbahan organik (bambu, kayu, dan Jejak pemotongan akan meninggalkan
tulang binatang), tetapi hingga saat ini bagian yang rata pada permukaannya
nampaknya temuan alat berbahan batu dengan memperlihatkan bagian dalam
masih dominan dibandingkan dengan tulang (Lyman, 1987, dalam Kusno,
alat berbahan organik (Simanjuntak 2006: 19-21).
dan Widianto, 2012:100). Hal tersebut
yang menyebabkan sebagian besar HASIL DAN PEMBAHASAN
peneliti beranggapan bahwa sulit Situs-Situs Alat Tulang di Jawa
untuk menemukan alat tulang,
Berikut ini penulis uraikan
kayu, dan bambu yang berbahan
mengenai situs-situs Plestosen di
organik, seandainya artefak tersebut
Jawa yang mengandung temuan alat
terkonservasi dengan baik atau menjadi
tulang dilengkapi deskripsi bahan,
fosil, maka pasti sulit untuk dikenali.
teknologi, dan jenis alat tulangya. Alat
Hal tersebut diakibatkan oleh tingkat
tulang tersebut diperoleh dari berbagai
pembundaran, pengelupasan, dan
sumber, yaitu sumber pustaka yang
patinasi yang sangat tinggi sehingga
telah diterbitkan oleh para peneliti dan
jejak teknologi yang terdapat pada fosil
hasil penelitian yang kami lakukan
alat tulang dan bahan organik lainnya
sendiri. Penomoran terhadap alat
akan mengalami kerusakan atau tidak
tulang tersebut untuk memudahkan
nampak. Permasalahan dalam tulisan
penghitungan dalam data base, bukan
ini adalah bagaimana bahan baku,
berdasarkan urutan penemuan maupun
teknologi dan tipologi alat tulang situs
usia. Situs-situs alat tulang tersebut
Plestosin di Jawa?
adalah:
METODE 1. Alat tulang dari Situs Sangiran
Metode yang penulis gunakan dalam Situs Sangiran terletak di Kabupaten
mengidentifikasi alat tulang adalah Sragen dan Kabupaten Karanganyar,
dengan pengamatan makroskopis. Jawa Tengah. Situs Sangiran merupakan
Pengamatan ditujukan pada bagian sebuah kawasan dengan luas 59,21
permukaan tulang yang memperlihatkan km2. Situs ini memiliki singkapan
jejak kerusakan. Jejak pada tulang tanah alamiah yang memperlihatkan
biasanya berupa jejak pemukulan dan perubahan lingkungan, jenis binatang,
jejak pemotongan. Tulang yang pecah manusia purba dan budayanya dimulai
akibat pemukulan akan meninggalkan sejak sekitar 2,4 hingga 0,1 juta tahun
bekas berupa titik pukul, karakteristik lalu. Bermula dari lingkungan laut,
dari titik pemukulan adalah adanya rawa, kemudian menjadi daratan.
wilayah pukul yang memiliki morfologi Penemuan alat tulang di Sangiran
lekukan melingkar atau setengah sebenarnya telah dipublikasikan sejak
lingkaran pada permukaan tulang tahun 1980-an, namun publikasi itu
dengan bentuk tepian bergerigi ataupun masih terpisah secara sendiri-sendiri.
bertingkat, namun tetap memiliki Pada tahun 2013 dan tahun 2014,
kesamaan dengan permukaan kulitya.

Alat Tulang Situs Plestosen Jawa: Bahan Baku, Teknologi, dan Tipologi, Ilham Abdullah 109
telah dicoba merangkum semua duri ikan pari dan sebuah tanduk rusa
temuan alat tulang dari Sangiran. bercabang yang memiliki lancipan pada
Terdapat 33 spesimen alat tulang yang salah satu ujungnya. Namun demikian
telah dipublikasikan. Temuan tersebut penulis tidak menemukan ukuran
berasal dari sumber pustaka publikasi pada deskripsi yang dicantumkan oleh
dari para peneliti, temuan penduduk, Oppenorth. Penulis juga tidak melakukan
dan koleksi BPSMP Sangiran. pengukuran karena dua spesimen itu
tidak diketahui tempat konservasinya.
Alat tulang nomor 34 adalah sebuah
mata tombak yang terbuat dari duri ikan
pari. Mata tombak ini bergerigi pada
kedua sisinya, berukuran panjang 9,5 cm
(Soejono dalam Notosusanto, 2010:132).
Gambar 1. Alat nomor Gambar 2. Kapak perimbas
6: lancipan terbuat terbuat dari gading gajah.
dari lengan atas Alat tulang no. 26 (Sumber:
Banteng (Sumber: Semah, 2006 dalam Fauzi
Budiman dkk, 2011:73 dkk, 2013)

2. Alat tulang dari Situs Ngandong


Situs Ngandong terletak di Desa
Lebak, Kecamatan Kraden, Kabupaten
Mata tombak terbuat dari duri ikan pari.
Blora, Jawa Tengah. Alat tulang yang (Gambar 4. Sumber: Oppenorth dalam Heekeren 1972
telah dipublikasikan oleh Oppenorth dalam Fauzi dkk, 2012:4)
pada sekitar tahun 1930-an yang berhasil
penulis lacak berupa dua buah alat tulang
yaitu sebuah tombak yang terbuat dari

Gambar 3. Alat tulang nomor 22 (dokumentasi Ilham)

110 Jurnal Arkeologi Papua, Volume 7, No.2, November 2015: 107-120


Gambar 5. Lancipan terbuat dari tanduk rusa
(Sumber: Soejono, 2010:131dan 174) Gambar 6. Lancipan terbuat dari telapak kaki
Bovidae (dokumentasi Ilham)
Alat tulang nomor 35 adalah sebuah
lancipan yang terbuat dari tanduk Alat tulang nomor 37 berupa spatula
rusa.Tempat konservasi spesimen yang terbuat dari tulang hasta (proximal
ini tidak diketahui, sehingga penulis raidus dextra) Bovidae. Spesimen ini
tidak melakukan deskripsi ukuran dan ditemukan pada kotak TP 1 dengan
teknologi. Selain alat tulang yang telah nomor urut temuan 35. Alat tulang ini
dipublikasikan dan diperkenalkan oleh memiliki ukuran panjang 121,14 mm,
Oppenorth pada sekitar tahun 1930an, lebar 58,36 mm, dan tebal 41,98 mm.
akhir-akhir ini telah ditemukan beberapa Tulang utuh dipecah menjadi dua bagian.
spesimen alat tulang pada lapisan Bagian proximal ini kemudian dipangkas
endapan teras di Ngandong. Tiga buah pada bagian ujung distalnya dengan satu
spesimen alat tulang telah ditemukan kali pangkasan menuju ke arah ujung
oleh Balai Pelestarian Situs Manusia untuk dijadikan tajaman dengan panjang
Purba Sangiran di kotak ekskavasi pada 41,58 mm dan dengan kemiringan
tahun 2010 (Widianto, 2010:26-28). pangkasan sekitar 450 berbentuk spiral.
Berikut deskripsi tiga buah alat tulang Titik pemukulan terdapat pada bagian
tersebut: alat tulang nomor 36 berupa samping menuju ke arah tengah tulang.
lancipan yang terbuat dari tulang telapak Terlihat sebuah pecahan yang lain
kaki sebelah kiri (proximal metatarsal di sebelah tajaman, namun pecahan
sinistra) Bovidae. Ditemukan pada kotak tersebut bukan pecahan yang dibuat oleh
TP 1 dengan nomor urut temuan 27. manusia melainkan pecah secara alami
Spesimen ini memiliki ukuran panjang sebagaimana terlihat dari permukaan
123,12 mm, lebar 42,07 mm, dan tebal pangkasan yang tidak rata.
42,44 mm. Artefak ini merupakan jenis
alat yang terbuat dari tulang inti, tulang
utuh dipecah menjadi dua bagian. Pada
bagian distal kemudian dipangkas
miring pada sisi lateral kirinya sehingga
menghasilkan titik pukul dengan tajaman
berbentuk spiral mengarah kebagian
ujung yang menghasilkan tajaman.
Panjang tajaman/pangkasan adalah
52,61 mm, dengan sudut kemiringan Gambar 7. Spatula terbuat dari tulang hasta
pangkasan sebesar 300. Bovidae (dokumentasi Ilham)

Alat Tulang Situs Plestosen Jawa: Bahan Baku, Teknologi, dan Tipologi, Ilham Abdullah 111
Alat tulang nomor 38 berupa lancipan Propinsi Jawa Tengah. Di lokasi ini telah
yang terbuat dari tulang hasta (radius) ditemukan empat fosil manusia purba
Bovidae. Spesimen ini ditemukan di Homo erectus, tiga buah berupa fragmen
kotak ekskavasi TP 4 dengan nomor urut tengkorak dan satu buah fragmen tulang
temuan 7. Alat tulang ini memiliki ukuran kering (tibia). Berbagai fosil fauna telah
panjang 118,59 mm, lebar 63,09 mm, dan ditemukan dari situs ini, yaitu: berbagai
tebal 34,12 mm. Alat tulang ini terbuat jenis binatang vertebrata, berbagai jenis
dari sebuah tulang segar yang dipecah moluska laut dan darat, Crustaseae
jadi dua bagian. Kemudian dilakukan (kepiting). Hingga saat ini, setidaknya
pangkasan untuk membentuk tajaman terdapat lima buah tulang yang kami
pada bagian distal pada sisi lateral identifikasi sebagai alat tulang, berikut
menuju ke bagian tengah tulang sehingga deskripsinya:
terbentuk pecahan berbentuk spiral Alat tulang nomor 39 berupa
dengan panjang pangkasan 84,34 mm spatula yang terbuat dari tulang panjang
dengan sudut kemiringan 300. Salah satu mamalia. Bagian yang tersisa pada tulang
sisi tajaman mengalami kerusakan atau ini adalah bagian tengah (diaphisys).
patah yang kemungkinan diakibatkan Panjang alat tulang ini adalah 121,46 mm
oleh alam. dengan diameter maksimal 26,88 mm.
Pada bagian pangkal (proximal) Pecahan pada bagian distal merupakan
terlihat pecahan yang menghilangkan bagian tajaman dengan sebuah titik
bagian permukaannya, namun pecahan pukul pada pangkal pecahan. Titik
ini terjadi secara alami karena pada pukul tersebut menghasilkan pecahan
permukaan pecahan terlihat tidak rata sepanjang 28,63 mm dengan sudut 450
dan cenderung bergelombang. yang merupakan bagian tajaman alat ini.
Bentuk tajaman yang dihasilkan berupa
kurva melengkung (wide curved) yang
lebar. Pada bagian proximal juga terdapat
pecahan dengan sebuah titik pukul yang
menghasilkan pecahan dengan sudut 750
dan panjang 15,08 mm.

Gambar 8. Lancipan terbuat dari tulang hasta


bovidae (dokumentasi Ilham)

3. Alat tulang dari Situs Sambungmacan


Situs Sambungmacan adalah sebutan
untuk situs-situs yang mengandung
bukti-bukti kehidupan masa purba Alat tulang nomor 40 berupa lancipan
yang berada di sepanjang meander yang terbuat dari tulang panjang mamalia.
Bengawan Solo di sekitar Desa Cemeng Fragmen tulang ini memiliki ukuran
dan Desa Sambungmacan, Kecamatan panjang 69,65 mm, lebar 21,70 mm,
Sambungmacan, Kabupaten Sragen, dan tebal 13,88 mm. Fragmen tulang ini

112 Jurnal Arkeologi Papua, Volume 7, No.2, November 2015: 107-120


merupakan bagian tengah (diaphisys)
tulang. Teknik pembuatannya adalah
dengan cara pemotongan tulang hingga
menyisakan bagian tengah, namun tidak
terdapat titik pukul pada permukaan
kedua sisinya. Sebuah titik pukul terlihat
pada bagian ventral sebagai jejak pukul Gambar 11. Lancipan terbuat dari tanduk rusa
pada saat pembelahan tulang ini secara (dokumentasi Ilham)

vertikal dari arah proximal-distal menjadi Alat tulang nomor 42 berupa sebuah
dua bagian.Tajaman terdapat pada ujung tulang rusuk Bovidae yang dibuat
yang bersebelahan dengan titik pukul menjadi lancipan. Fragmen tulang rusuk
dan bulbus tersebut.Tajaman berbentuk ini berukuran panjang 256 mm, lebar
lancip pada sisi ventral dan terlihat 230 mm, dan tebal 420 mm. Terdapat
sangat halus. Tidak terdapat titik pukul pecahan pada kedua ujung tulang.
pada pembuatan tajaman. Kemungkinan Pecahan di bagian pangkal tegak lurus
pembentukan tajaman pada alat ini dengan sisi tulang, sedangkan pecahan
dengan cara digosok. pada bagian ujung (distal) terlihat pada
bagian sisi lateral dengan kemiringan 450
dan memiliki ukuran panjang 66,69 mm.
Pecahan ini adalah bagian tajaman yang
ujungnya berbentuk lancip.

Gambar 10. Lancipan tulang terbuat dari kaki mamalia


(dokumentasi Ilham)

Alat tulang nomor 41 berupa lancipan


yang terbuat dari fragmen tanduk (antler) Gambar 12. Lancipan Bagian tajaman lancipan
rusa (Cervus (axis) lydekkerii). Fragmen terbuat dari tulang rusuk tulang (dokumentasi Ilham)
bovidae (dokumentasi
tanduk ini memiliki ukuran panjang 103,22 Ilham)
mm dengan diameter maximal 23,19
mm. Alat ini merupakan bagian pangkal Alat tulang nomor 43 berupa sebuah
tanduk yang bercabang. Pembentukan fragmen tulang hasta sebelah kanan
alat lancipan diawali dengan memangkas (radius dextra) Bovidae yang dibuat
kedua ujungnya sesuai dengan yang menjadi spatula. Tulang ini memiliki
diinginkan. Salah satu ujung tanduk panjang 194,91 mm, lebar 114,13 mm,
tersebut dijadikan tajaman yang dibentuk tebal 58,39 mm. Pada salah satu sisinya
dengan cara pemangkasan langsung terdapat sebuah titik pukul dengan arah
terhadap satu cabang tanduk pada pukulan menuju distal yang menghasilkan
salah satu sisinya hingga menghasilkan dua pecahan pada sisi lateralnya.
ujung yang runcing. Ujung yang lainnya Pecahan pertama sepanjang 127,11 mm
digunakan sebagai gagang. dan pecahan kedua sepanjang 48,41

Alat Tulang Situs Plestosen Jawa: Bahan Baku, Teknologi, dan Tipologi, Ilham Abdullah 113
mm. Pecahan pertama merupakan
tajaman yang berbentuk meruncing dan
melebar serta pipih. Kemiringan sudut
yang dihasilkan adalah 300.

Gambar 14. Spatula terbuat dari tulang kering


Gambar 13. Spatula tulang hasta bovidae Titik pukul (dokumentasi Ilham) (Sumber: Widianto dkk, 2001)
(dokumentasi Ilham)

5. Alat tulang dari Situs Patiayam


4. Alat tulang dari Situs Bringin
Alat tulang nomor 45 berupa sebuah
Situs Bringin mencakup areal di Dusun spatula. Ditemukan di kotak ekskavasi TP
Tegalduwur, Desa Dero; Dusun Nglahar, 4 pada lapisan konglomerat. Alat tulang
Desa Krompol; dan Dusun Kiteran di ini ditemukan bersama empat buah artefak
Desa Legowetan. Potensi paleontology lainnya, yaitu tiga buah kapak perimbas
diketahui pertamakali pada tahun 2001. (chopper) dan sebuah batu pukul (Siswanto
Pada situs ini telah ditemukan berbagai dalam Anonim, 2014:23). Penulis tidak
fosil binatang vertebrata dan alat batu melakukan pendeskripsian dan kami tidak
yang terbuat dari sebuah kerakal yang menampilkan foto, sumber pustaka tidak
dipangkas, dan berdasarkan ciri-cirinya mencantumkan foto dan deskripsi.
dapat ditipologikan sebagai kapak
Alat tulang nomor 46 berupa spatula
perimbas. Temuan-temuan tersebut
yang terbuat dari tulang kaki binatang.
ditemukan pada Formasi Kabuh berumur
Artefak ini memiliki ukuran panjang 110,71
plestosen tengah (Widianto dkk., 2001:5).
mm, lebar 49,95 mm, dan tebal 32,48
Alat tulang nomor 44 berupa tulang mm. Kondisi artefak ini telah mengalami
kaki (proximal tibia) rusa (cervidae sp.). kerusakan di beberapa bagian, terutama
Spesimen alat tulang tersebut tidak diketahui pada bagian tajamannya. Jejak teknologi
keberadaannya, sehingga pengukuran yang terlihat berupa bekas pangkasan
dan deskripsi tidak penulis lakukan. Kalau pada salah satu bagian yang merupakan
melihat gambar/ foto, kemungkinan teknik bagian tajaman yang memiliki bentuk
yang digunakan adalah teknik gabungan melengkung dan melebar.
antara pecah, belah, dan pangkas. Teknik
pecah digunakan untuk memotong bagian
tulang utuh menjadi dua bagian, kemudian
dibelah dengan pukulan dari arah proximal
tulang menjadi dua bagian searah panjang
tulang, terakhir pangkasan di bagian
tengah untuk membentuk tajaman dengan
pukulan miring ke arah ujung distal.
Gambar 15. Spatula terbuat dari tulang kaki binatang
(dokumentasi Ilham)

114 Jurnal Arkeologi Papua, Volume 7, No.2, November 2015: 107-120


Alat tulang nomor 47 berupa lancipan membelah tulang searah panjang
yang terbuat dari tulang telapak kaki tulang. Artefak ini memiliki tajaman
depan (Proximal metacarpal bovidae). pada kedua ujungnya, satu bagian
Alat tulang ini merupakan temuan berbentuk meruncing (lancipan) dan
penduduk di Sungai Gandu, Desa Terban, bagian lain berbentuk membulat
Kecamatan Jekulo, Kudus. Alat tulang pipih melebar (spatula). Pada bagian
ini memiliki ukuran panjang 174,57 mm, tengah sisi lateral artefak ini terdapat
lebar 56,90 mm, dan tebal 49,54 mm. bekas pengerjaan yang membentuk
Tulang ini dipangkas menjadi dua bagian, kurva, tetapi untuk mengetahui teknik
kemudian dilakukan pemangkasan pembuatan bagian ini diperlukan
dengan kemiringan 40 dari tengah tulang
0
penelitian yang lebih mendalam.
menuju ke arah distal denganpanjang Tidak diketahui dengan pasti apakah
pecahan 62,87 mm. Pangkasan ini digosok ataukah dipangkas. Bentuk
merupakan pemangkasan untuk tersebut mirip dengan artefak mata
pembuatan tajaman. Kondisi artefak ini tombak berbahan duri ikan pari dari
sekarang memperlihatkan kerusakan Ngandong.
pada bagian ujung lancipan.

Gambar 17. Alat tulang berujung ganda: lancipan dan spatula, dengan jejak pengerjaan di bagian lateral (dokumentasi Ilham)

Bahan baku, Teknologi, dan Tipologi alat


tulang
Informasi yang akan penulis
sampaikan berkaitan dengan empat hal:
bahan baku, teknologi, dan tipologi alat
tulang masa Plestosen di Jawa, serta
lokasi penemuannya. Informasi bahan
baku berkaitan dengan jenis bintang dan
Gambar 16. Lancipan terbuat dari tulang kaki bovidae
(dokumentasi Ilham)
bagian tulang yang digunakan sebagai
alat. Pembahasan tentang teknologi
Alat tulang nomor 48 berupa lancipan berkaitan dengan teknik yang digunakan
atau spatula terbuat dari tulang kaki dalam pembuatan alat tulang. Sementara
binatang. Artefak ini memiliki ukuran tipologi berhubungan dengan bentuk
panjang 149,51 mm, lebar 34,13 umum, letak tajaman, dan jejak pakai
mm, dan tebal 13,35 mm. Artefak ini alat tulang. Terakhir, informasi lokasi
memperlihatkan bentuk penampang penemuan masing-masing alat tulang di
yang pipih akibat pemangkasan yang Jawa. Berikut ini hasil identifikasi yang

Alat Tulang Situs Plestosen Jawa: Bahan Baku, Teknologi, dan Tipologi, Ilham Abdullah 115
telah penulis lakukan terhadap alat tulang 7. Tulang rusuk (costae) sebanyak dua
dari beberapa situs di Jawa: buah, yaitu Elephantidae (gajah) dan
Bovidae
1. Bahan baku alat tulang di Jawa
8. Tulang telapak kaki belakang
Analisis taksonomi telah digunakan (metatarsal) dua Bovidae
untuk mengetahui bagian tulang dan 9. Tulang panjang sebanyak tiga
jenis bintang yang diamati. Pengamatan buah, yaitu dua mamalia (binatang
dilakukan secara makroskopis dengan menyusui) dan satu Bovidae
menggunakan gambar/ foto dan fosil 10. Tulang kaki sebanyak dua buah,
koleksi BPSMP Sangiran sebagai yaitu dua Bovidae, dua mamalia,
pembanding dan sebagai dasar dan satu spesimen yang tidak dapat
penetapan jenis binatang dan bagian diidentifikasi (tulang kaki binatang)
tulang yang diamati. Berdasarkan 11. Sebuah spesimen terbuat dari gading
pembacaan literatur dan pengamatan/ Elephantidae (gajah)
identifikasi yang dilakukan terhadap 48 12. Sebuah spesimen terbuat dari duri
spesimen alat tulang dari beberapa situs ikan pari
plestosen di Jawa, telah didapatkan 13. Sebuah spesimen tidak dapat
sebanyak 13 jenis komponen tulang diidentifikasi jenis binatangnya
yang dijadikan bahan baku pembuatan 2. Teknologi alat tulang dari Jawa
alat tulang, termasuk diantaranya hanya Analisis teknologi pembuatan telah
disebut sebagai tulang binatang, tulang dilakukan untuk mengetahui teknik
panjang, dan tulang kaki. Komponen pembuatan artefak. Pengamatan
tulang tersebut terdiri dari: dilakukan terhadap bentuk pecahan
1. Tulang kering (tibia) sebanyak enam (frakturasi) dan jejak pemukulan.
buah yaitu tiga Bovidae, satu Bos sp. Pengamatan terhadap bentuk pecahan
(sapi), satu Cervus sp. (rusa), dan pada tulang dilakukan untuk membedakan
satu Cervidae (rusa) antara tulang yang merupakan jejak akibat
2. Tulang lengan atas (humerus) aktivitas manusia dengan yang alamiah.
sebanyak tiga buah, yaitu Bibos Tulang yang pecah akibat aktivitas
palaesondaicus (banteng), Cervus manusia dipukul dengan alat atau benda
sp. (rusa), dan Sus sp. (babi) lain, akan meninggalkan bekas berupa titik
3. Tulang paha (femur) Cervus sp. (rusa)
pukul tulang tersebut. Karakteristik dari
4. Tanduk (antler) sebanyak sembilan
titik pemukulan adalah adanya wilayah
buah, yaitu lima Cervus sp. (rusa),
pukul yang memiliki morfologi lekukan
satu Cervus Hippelaphus (rusa), dua
melingkar atau setengah lingkaran pada
Cervidae (rusa), dan satu Cervus
permukaan tulang dengan bentuk tepian
(axis) Lydekkerii (rusa)
bergerigi ataupun bertingkat namun tetap
5. Telapak kaki depan (metacarpal)
sebanyak empat buah, yaitu satu memiliki kesamaan dengan permukaan
Rhinoceros (badak), sebuah Bos sp. kortikalnya. Tulang yang dijadikan alat
(sapi), dan dua Bovidae memiliki ciri-ciri yang terletak pada
6. Tulang hasta (radius) lima Bovidae bagian tajaman, yaitu berkaitan dengan
bentuk dan pembuatan tajaman. Jejak

116 Jurnal Arkeologi Papua, Volume 7, No.2, November 2015: 107-120


penajaman biasanya berupa striasi tanduk. Jadi, pemangkasan dilakukan
atau goresan yang berjajar di bagian hanya untuk membentuk tajaman.
tajaman dan kilapan akibat pengerjaan 2. Pecah dan pangkas: tulang utuh
penghalusan. Beberapa teknik yang dipecah menjadi dua, pukulan
digunakan dalam pembuatan alat tulang diarahkan pada bagian diaphisys atau
diantaranya adalah teknik pangkas, mesial (bagian tengah) tulang. Setelah
teknik gosok, teknik pecah, dan teknik itu, salah satu bagian ephipisys
gabungan pangkas-gosok, serta (proximal atau distal) tulang diambil
gabungan lebih dari dua teknik. Analisis dan dilakukan pangkasan untuk
jejak pakai bertujuan untuk mengetahui membentuk tajaman sesuai keinginan.
apakah alat tersebut telah dipergunakan. Pukulan diarahkan di tengah tulang
Pengamatan dilakukan terhadap jejak dengan sudut kemiringan tertentu
pakai pada tajaman. Tulang yang dipakai ke arah berlawanan dengan bagian
tengah (ephipisys). Alat tulang yang
atau digunakan akan meninggalkan
dihasilkan melalui teknik ini sebanyak
jejak berupa retus pakai, goresan pada
25 spesimen, yaitu spesimen nomor
permukaan, kilapan, dan keausan pada
6, no. 7, no. 9, no. 10, no. 11, no. 14,
tajaman (Lyman, 1994: 326, dalam
no. 15, no. 17, no. 18, no. 19, no. 20,
Kusno, 2006:19).
no. 22, no. 23, no. 27, no. 29, no. 31,
Teknologi pembuatan alat tulang dari no. 32, no. 36, no. 37, no. 38, no. 41,
situs Pleistosen di Jawa secara umum no. 42, no. 43, no. 46, dan spesimen
memperlihatkan penggabungan lebih nomor 47.
dari satu teknik. Dari 48 spesimen yang 3. Pecah, tekan, pangkas, dan gosok:
penulis amati, sebagian besar dibuat tulang utuh dipecah menjadi dua,
dengan teknik pecah, kemudian dilakukan pukulan diarahkan pada bagian
pangkasan (pecah dan pangkas). diaphisys atau mesial (bagian tengah)
Sebagian lagi ada yang memperlihatkan tulang. Kemudian dilakukan tekanan
teknik gosok pada tahap akhir. Ada juga pada bagian pecahan tulang hingga
yang menggabungkan teknik tekan dan didapatkan bagian yang terlepas dari
belah setelah pemecahan tulang. Berikut tulang intinya. Selanjutnya dilakukan
teknik yang digunakan dalam membuat pangkasan untuk membentuk
alat tulang pada 48 spesimen yang kami tajaman, dan akhirnya dilakukan
amati, yaitu: penggosokan untuk menghaluskan
1. Pangkas: pangkasan terjal dilakukan tajaman. Alat yang dihasilkan melalui
terhadap tulang utuh untuk membagi teknik ini adalah spesimen nomor 25.
dua tulang, bekas pangkasan 4. Pecah, belah, dan pangkas: tulang
digunakan sebagai tajaman. utuh dipecah menjadi dua, pukulan
Spesimen yang memperlihatkan diarahkan pada bagian diaphisys atau
teknik ini adalah spesimen nomor mesial (bagian tengah) tulang, setelah
12, no. 13, no. 16, no. 39, dan itu tulang dibelah secara vertikal
spesimen nomor 35. Penggunaan untuk mendapatkan bagian tulang
teknik pangkasan karena memang yang pipih. Selanjutnya dilakukan
spesimen tersebut merupakan ujung pembuatan tajaman dengan cara
pemangkasan pada salah satu

Alat Tulang Situs Plestosen Jawa: Bahan Baku, Teknologi, dan Tipologi, Ilham Abdullah 117
ujungnya. Alat tulang yang dihasilkan nomor 34 dari Ngandong. Disamping itu
melalui teknik ini, yaitu spesimen terdapat sebuah variasi dari lancipan,
nomor 21, nomor 25, dan spesimen yaitu lancipan berujung ganda (spesimen
nomor 44. nomor 20). Perlu juga penulis sampaikan
5. Pecah, pangkas, belah, dan gosok: bahwa spesimen nomor 21, 34 dan 48
tulang utuh dipecah menjadi dua, masih menjadi perdebatan. Spesimen
pukulan diarahkan pada bagian nomor 21 dari segi bentuk tajaman yang
tengah tulang. Kemudian dilakukan pipih dan melebar, maka alat ini adalah
pangkasan untuk membuang spatula. Tetapi terdapat kilapan atau
bagian tengah tulang. Setelah bagian yang halus pada tajamannya
itu, tulang dibelah secara vertikal kemungkinan bekas pemakaian. Kedua
untuk medapatkan bagian tulang sisi tajamannya bersentuhan dengan
yang pipih. Selanjutnya dilakukan sesuatu, sehingga menghasilkan jejak
pembuatan tajaman dengan cara
kilapan yang simetris pada tajamannya.
pemangkasan dan penggosokan
Spesimen no. 34 telah lama menjadi
untuk menghaluskan tajaman. Alat
perdebatan para ahli. Alat tulang no. 34
tulang yang dihasilkan melalui
memperlihatkan bentuk dan teknologi
teknik ini, yaitu spesimen nomor 21,
yang berasal dari masa yang lebih muda,
25, dan 40.
seperti yang diperlihatkan oleh alat
Alat tulang yang memperlihatkan tulang dari situs Magdaleine (Dordogne,
jejak pemakaian yaitu spesimen nomor Prancis) yang dikenal dengan budaya
8, 13, dan 21. Spesimen nomor 8 berupa Magdalenian yang berkembang dari masa
lancipan yang terbuat dari tulang kering 40.000-10.000 tahun lalu. Sementara
(tibia) Bos sp.(sapi). Spesimen nomor 13 spesimen nomor 48 memperlihatkan
berupa lancipan yang terbuat dari tanduk bentuk modifikasi yang sama dengan
(antler) Cervus hippelaphus (rusa). spesimen nomor 34 pada bagian sisi
Spesimen nomor 21 berupa spatula/ pisau bagian tengahnya.
yang terbuat dari tulang kaki Bovidae.
PENUTUP
3. Tipologi alat tulang dari Jawa
Homo erectus di Jawa telah membuat
Berdasarkan bentuk dan letak dan memakai alat tulang. Mereka
tajaman 48 spesimen alat tulang dari menggunakan teknik pecah, teknik
situs Plestosen di Jawa yang penulis pangkas, teknik belah, dan penggosokan,
amati, terdapat tiga jenis alat tulang, yaitu: serta gabungan teknik-teknik itu dalam
pisau, lancipan, alat berujung ganda, dan membuat alat tulang. Mereka telah
sebuah diperkirakan mata tombak. Pisau membuat pisau, spatula, lancipan, alat
sebanyak satu atau dua buah, lancipan berujung ganda (lancipan dan spatula),
22 buah, spatula 12 buah, artefak dan mata tombak. Diantara jenis alat
berujung ganda (spatula dan lancipan) tulang tersebut terdapat dua spesimen
yang ditunjukkan oleh spesimen nomor yang masih perlu dikaji ulang berdasarkan
48 dari Patiayam, dan sebuah mata teknologi pembuatan tajaman yang
tombak yang ditunjukkan oleh spesimen memperlihatkan teknologi yang tidak

118 Jurnal Arkeologi Papua, Volume 7, No.2, November 2015: 107-120


sama dengan spesimen pada umumnya, menjadi bahan alat berasal dari berbagai
yaitu spesimen nomor 34 dan 48. jenis binatang, yaitu: Cervus sp. (rusa),
Bahan baku yang digunakan terdiri Cervus hippelaphus (rusa), Cervus (axis)
atas 12 jenis komponen anatomis lydekkerii (rusa), Sus sp. (babi), Bos sp.
binatang, yaitu: tulang kering (tibia), (sapi), Rhinoceros (badak), Elephantidae
tulang lengan atas (humerus), tulang (gajah), Bovidae, Bibos palaeosondaicus
paha (femur), tanduk (antler), telapak kaki dan ikan pari. Alat tulang di Jawa
depan (metacarpal), tulang hasta (radius), sementara ini ditemukan di situs Sangiran
tulang rusuk (costae), telapak kaki (Sragen dan Karanganyar), situs
belakang (metatarsal), gading (incisivus), Ngandong (Blora), situs Sambungmacan
duri ikan, tulang panjang, dan tulang (Sragen), situs Bringin (Ngawi), dan situs
kaki. Tulang-tulang yang dimanfaatkan Patiayam (Kudus dan Pati).

Alat Tulang Situs Plestosen Jawa: Bahan Baku, Teknologi, dan Tipologi, Ilham Abdullah 119
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ilham. 2013. “Alat Tulang dari Sangiran: Bahan Baku, Teknologi, Tipologi,
Kronologi, dan Sebarannya”, dalam Jurnal Sangiran No. 2. Sragen: Balai Pelestarian
Situs Manusia Purba Sangiran.
Abdullah, Ilham. 2014. “Alat Tulang dari Situs Sangiran”, dalam Jurnal Penelitian
Arkeologi Papua, Vol. 6, Edisi No. 2, November 2014. Jayapura: Balai Arkeologi
Jayapura.
Abdullah, Ilham. 2014. “Artefak Homo Erectus di Situs Sambungmacan, Sragen,
Jawa Tengah:Eksistensi dan Teknik Pembuatan”, dalam Jurnal Sangiran No. 3.
Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.
Anonim. 2014. Rapat Koordinasi Pengembangan Hasil Penelitian Arkeologi Tahun
2014 di Hotel Mutiara I 18 – 21 Februari 2014. Balai Arkeologi Yogyakarta.
Fauzi, dkk. 2013. “Penelitian Situs Matar, Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro”.
Laporan Penelitian Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.
Kusno, Abi. 2006. “Pemanfaatan Bovidae di Situs Song Terus, Punung, Jawa
Timur”. Skripsi. Jakarta: Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Indonesia.
Notosusanto, N. dan Poesponegoro, M. D. 2010. Sejarah Nasional Indonesia I. Edisi
Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.
Simanjuntak, Harry Truman dan Widianto, Harry. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah.
Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve kerjasama Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Widianto, Harry. 2001. “Laporan Peninjauan Kepurbakalaan di Kecamatan Bringin,
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur”. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta.
Widianto, Harry dan Hidayat, M. 2010. Laporan Eksplorasi Situs Budaya Manusia
Purba di Situs Ngandong, Blora. Sragen: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba
Sangiran

120 Jurnal Arkeologi Papua, Volume 7, No.2, November 2015: 107-120

You might also like