You are on page 1of 8

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU DAN TEKNOLOGI BENIH (AGH 250)


Percobaan II
Penetapan Kadar Air Benih

Nama/NIM
Hilmi Gusparima H34170011
Kelompok 5

Asisten
Nadiya Iftiwata Rahmah, SP. M.Si.
Hamiddah Intan Kusumastuti, S.P.
Riski Meliya Ningsih

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan pada kegiatan pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran
benih. Kadar air benih sangat menentukan ketepatan saat panen, tingkat kerusakan
mekanis saat pengolahan, kemampuan benih mempertahankan viabilitasnya
selama penyimpanan sehingga pengukuran kadar air benih harus dilakukan.
Pengujian kadar air benih termasuk pengujian rutin, dimana data kadar air benih
harus tertera pada label sertifikasi.
Menurut ISTA (2014) pengukuran kadar air yang dapat dilakukan
menggunakan suhu 105 ˚C atau 130 ˚C. Pada prinsipnya kadar air benih dihitung
berdasarkan berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dari dalam benih.
Metode uji dirancang sehingga memungkinkan penguapan air dari benih sebanyak
mungkin namun menekan terjadinya oksidasi, dekomposisi maupun hilangnya
zat-zat yg mudah menguap yaitu protein.
Protein membran mitokondria dapat mengalami perubahan atau
kerusakan baik kadar maupun profilnya bila temperatur dan kelembaban ruang
simpan tinggi (McDonald dan Copeland, 1995). Disamping itu kadar air
awal yang tinggi sebelum benih disimpan merupakan faktor utama penyebab
kerusakan protein membran mitokondria yang berakibat pada menurunnya
fungsi membran sehingga konversi energi terganggu (Heldt, 2003).
Kemunduran benih adalah mundurnya mutu fisiologi benih yang dapat
menyebabkan perubahan menyeluruh di dalam benih, baik fisik, fisiologi, maupun
kimiawi yang mengakibatkan menurunnya viabilitas benih (Sadjad, 1977).
Kemunduran benih rekalsitran akibat faktor internal maupun eksternal ditandai
dengan perkecambahan dan vigor bibit yang rendah.
Indikasi fisiologi benih yang mundur adalah terjadinya perubahan warna
benih, tertundanya perkecambahan, menurunya toleransi terhadap kondisi
lingkungan sub optimum selama perkecambahan,rendahnya toleransi terhadap
kondisi simpan yang kurang sesuai, peka terhadap radiasi, menurunnya
pertumbuhan kecambah dan meningkatnya jumlah kecambah abnormal (Sadjad,
1977).
Indikasi biokimia dalam benih yang mengalami kemunduran adalah
terjadinya perubahan aktivitas enzim, perubahan laju respirasi, perubahan dalam
cadangan makanan, perubahan di dalam membran, kerusakan kromosom dan
akumulasi bahan toksin (Baki & Anderson, 1970).
Menurut Toruan (1986) indikasi kemunduran benih secara biokimia yang
disebabkan oleh penurunan kadar air adalah terjadinya peningkatan asam lemak
bebas dan terjadinyakebocoran membrane(Nautiyal dan Purohit, 1985).
Sehubungan dengan adanya indikasi penurunan viabilitas yang berkaitan dengan
reaksi fisiologi dan biokimia benih, maka perlu penelitian mengenai kadar air
benih menggunakan metoda langsung dengan oven suhu tinggi (1300C) untuk
pengeringan (penurunan kadar air).
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar air benih padi, kedelai, dan
kacang tanah menggunakan metoda langsung dengan oven suhu tinggi (1300C)

BAHAN DAN METODE


Bahan dan Alat
Bahan :
1. Benih padi
2. Benih kedelai
3. Benih kacang tanah

Alat :
1. Oven
2. Timbangan
3. Cawan porselen
4. Grinder
5. Desikator

Metode
Prosedur pelaksanaan
1. Mengambil benih padi, kedelai dan kacang tanah kurang lebih 5 g, kemudian
benih padi dan kedelai dihancurkan dengan menggunakan grinder selama 1
menit. Sedangkan benih kacang tanah diiris.
2. Menimbang cawan dan tutup (M1), kemudian masukkan benih yang sudah
dihancurkan dan diiris ke dalam cawan dan timbang kembali (M2).
3. Memasukan cawan tersebut kedalam oven dengan suhu 1300C, selama 2 jam
dengan kondisi cawan terbuka.
4. Setelah periode waktu yang ditentukan cawan kemudian dikeluarkan dari oven,
kemudian dimasukkan kedalam desikator selama 20 menit hingga dingin.
5. Menimbang benih, cawan dan tutup yang telah di oven (M3).
6. Mengitung kadar air benih dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(M2 – M3)
KA= -------------- X 100%
(M2-M1)
Keterangan :
KA = Kadar air benih
M1 = Berat cawan + tutup kosong
M2 = Berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan
M3 = Berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan
HASIL

Tabel 1. Hasil Kadar Air Benih

Komoditas Perlakuan Ulangan M1 M2 (g) M3 Kadar Air


(g) (g) (%)
Padi Utuh 1 37.50 42.09 41.60 10.7
2 35.89 41.02 40.51 9.9
3 46.15 51.50 50.94 10.5
4 52.59 56.79 56.17 14.8
5 27.72 32.16 32.90 -16.7
6 29.49 34.70 34.15 10.6
Rata-rata 38.22 43.04 42.71 9.4
Padi Grinding 1 31.91 36.36 35.84 11.7
2 31.11 36.61 35.88 13.3
3 52.74 58.11 57.36 14.0
4 54.38 58.34 57.94 10.1
5 49.86 54.98 54.78 3.9
6 34.53 39.60 38.92 13.4
Rata-rata 42.42 47.33 46.79 11.1
Kedelai Utuh 1 43.94 48.71 48.49 4.6
2 46.45 51.55 51.32 4.5
3 2.78 8.09 7.84 4.7
4 26.01 31.15 30.74 8.0
5 49.41 54.57 54.32 4.8
6 2.73 8.12 7.75 6.9
Rata-rata 28.55 33.70 33.41 5.6
Kedelai Grinding 1 24.83 29.24 28.92 7.3
2 49.05 54.20 53.80 7.8
3 33.73 38.24 38.02 4.9
4 20.92 25.07 24.75 7.7
5 3.71 8.78 8.41 7.3
6 37.06 41.90 41.89 0.2
Rata-rata 28.22 32.91 32.63 5.8
Kacang tanah Utuh 1 2.89 8.08 7.85 4.4
2 8.60 9.43 9.22 25.3
3 2.74 8.16 7.60 10.3
4 4.38 8.52 8.32 4.8
5 2.41 7.50 7.29 4.1
6 2.92 7.96 7.73 4.6
Rata-rata 3.99 8.28 8.00 6.4
Kacang tanah Diiris 1 3.17 7.84 7.56 6.0
2 4.13 9.32 9.07 4.8
3 5.34 10.42 10.18 4.7
4 7.86 13.01 12.76 4.9
5 2.79 7.86 7.61 4.9
6 3.58 8.80 8.50 5.7
Rata-rata 4.48 9.54 9.28 5.2
PEMBAHASAN

Ada tiga benih yang digunakan dalam penelitian ini yaitu padi, kedelai dan
kacang tanah. Pengujian ini untuk melihat perbandingan kadar air antar benih
yang utuh dengan benih yang dihancurkan atau diiris. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa benih padi dan benih kedelai memiliki kadar air yang lebih
tinggi pada perlakuan grinding daripada benih utuh (Tabel 1). Kadar air benih
padi utuh 9.4%, sedangkan padi di grinding sebesar 11.1%. Pada benih kedelai
utuh nilai kadar airnya sebesar 5.6% dan pada benih yang di grinding nilai kadar
airnya meningkat menjadi 5.8%. Hasil menunjukkan bahwa benih padi dan
kedelai mengalami peningkatan kadar air setelah dilakukan grinding. Peningkatan
kadar air tersebut karena benih bersifat higroskopis (mudah menyerap air) dan
selalu berusaha mencapai kondisi equilibrium dengan lingkungannya
(Hendarto, 2007). Ketika kelembaban udara tempat penyimpanan benih
sangat tinggi dimana kadar airnya lebih tinggi dari pada kadar air benih,
maka benih akan menyerap kadar air dari udara sehingga kadar air benih juga
meningkat.
Menurut Sutopo (2002), kadar air benih yang tinggi selama penyimpanan
menyebabkan meningkatnya reaksi enzimatis yang memacu ke arah perombakan
senyawa makro terutama karbohidrat. Akibatnya perombakan cadangan makanan
dalam benih pada awal perkecambahan menjadi semakin besar, sehingga terjadi
degradasi karbohidrat. Benih yang kekurangan karbohidrat akan kehilangan energi
untuk berkecambah. Kadar air 20% dapat dinyatakan bahwa kadar air tersebut
berat dan kadar air 20% tidak tahan terhadap hama dan penyakit (Kastanja, 2007).
Lain hal dengan benih kacang tanah utuh nilai kadar airnya 9.4%, namun
setelah diiris atau dilakukan grinding nilainya turun menjadi 5.2%. Hal ini
menunjukkan semakin rendah kadar air pada pada benih kacang, karena pada
kacang tanah banyak mengandung protein dan protein tersebut bisa menyerap air
saat proses pengovenan. Penyerapan air diakibatkan adanya gugus karboksil pada
protein, sehingga semakin tinggi kandungan protein dalam benih maka teksturnya
cenderung kurang renyah dan kadar airnya rendah. Protein mempunyai sifat
hidrofilik yaitu mempunyai daya serap air yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
dengan semakin tinggi dan lamanya pengeringan (oven) maka molekul air yang
menguap dari benih kacang yang dikeringkan semakin banyak dan bagian air
bebas yang terdapat dipermukaan bahan dapat dengan mudah diuapkan pada
proses pengeringan sehingga kadar air yang diperoleh semakin rendah. Semakin
tinggi suhu dan lama waktu pengeringan maka semakin besar energi panas yang
dibawa udara sehingga jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan benih
semakin banyak..(Lestari, 2018)
Kemudian adanya persentase kadar air pada benih padi utuh terdapat nilai
negatif, hal tersebut disebabkan karena adanya kesalahan prosedur misalnya
kurang ketelitian saat perhitungan, penimbangan atau metode pemanasan. Oleh
sebab itu, nilai negatif tersebut tidak perlu dimasukkan ke dalam nilai rata-rata.
KESIMPULAN

Kadar air pada benih padi dan kedelai mengalami peningkatan kadar air
setelah dilakukan grinding. Peningkatan kadar air tersebut karena benih bersifat
higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu berusaha mencapai kondisi
equilibrium dengan lingkungannya (Hendarto, 2007). Lain halnya dengan benih
kacang tanah, kadar air benih kacang tanah setelah grinding memeroleh
persentase lebih rendah dibandingkan sebelum, hal tersebut karena kacang tanah
banyak mengandung protein. Protein mempunyai sifat hidrofilik yaitu mempunyai
daya serap air yang tinggi. Hal ini disebabkan karena dengan semakin tinggi dan
lamanya pengeringan (oven) maka molekul air yang menguap dari benih kacang
yang dikeringkan semakin banyak dan bagian air bebas yang terdapat
dipermukaan bahan dapat dengan mudah diuapkan pada proses pengeringan
sehingga kadar air yang diperoleh semakin rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Baki, A.A.A and J. D Anderson. 1970. Viability and Leaching of Sugar from
Germinating Barley.Crop Science, 10:31-34.
Hendarto,K. 2007. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.
Yogyakarta: Kanisius.
Heldt, H.W. 2003. Mitochondria. http://www.biology.uni_hamburg.de. 1p.
Kastanja, A.Y. 2007. Identifikasi Kadar Air Biji Jagung dan Tingkat
Kerusakannya pada Tempat Penyimpanan. Jurnal Agroforestri Vol.II(1):27-
32.
Lestari, T.I., Nurhidajah, N, dan Yusuf M. 2018. Kadar Protein, Tekstur dan Sifat
Organoleptik Cookies yang Disubstitusi Tepung Ganyong (Canna edulis)
dab Tepung Kacang Kedelai (Glycine max L.). Semarang: Jurnal Pangan
dan Gizi. Program Studi S1 Teknologi Pangan Fakultas Ilmu Keperawatan
dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/J PDG/article/view/3361.
McDonald, M.B, L.O. Copeland. 1995. Principles of Seed Science and
Technology Macmillan Publ.Coy, New York and Collier Macmillan
Publ, London. 247 p.
Nautiyal, A. R and A. N Purohit.1985.Seed Viability in Sal III. Membrane
disruption in ageing seeds of Shorea robusta. Seed Sci & Tech. 13(1):77-82.
Sadjad, S. 1977. Penyimpanan Benih-Benih Tanaman Pangan. Bahan kuliah
Latihan Pola Pertanaman IP3-IRRI. Departemen Agronomi IPB. Bogor.
Sadjad, S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari Komparatif ke Simulatif.
Grasiondo. Jakarta.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta.
Toruan, N. 1986. Pengaruh Kondisi Penyimpanan terhadap Kandungan Metabolit
dan Viabilitas Benih Coklat (Theobroma cacao L.). Menara Perkebunan 53
(6):65-75.

You might also like