You are on page 1of 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH
“UJI KADAR AIR BENIH”

Di Susun Oleh :
SHAFA TASYA KAMILA RACHMADANI
19025010099
GOLONGAN C1

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA
TIMUR
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kadar air merupakan salah satu komponen dari mutu benih. Kadar air benih
mempunyai peranan yang penting dalam penyimpanan benih. Kadar air benih dapat
memacu proses pernafasan benih sehingga akan meningkatkan perombakan
cadangan makanan benih, akibatnya akan kehabisan cadangan makanan pada saat
diperlukan atau berkecambah.
Kadar air benih harus di ketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun
penyimpan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap
benih selama penyimpanan. Menyimpan benih pada kadar air tinggi beresiko cepat
mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah
satu komponen yang dinilai oleh BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini
merupakan 1 pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih.
Salah satu teknik dalam pengujian kadar air benih adalah metode dasar
dengan melakukan pengovenan. metode ini paling efektif untuk mengetahui kadar
air dalam benih karena dilakukan secara teliti menghitung kehilangan kadar air
dalam benih. oleh karena itu, untuk mengetahui kadar air benih pada beberapa
komoditas maka dilakukan pengujian kadar air benih dengan metode pengovenan.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum teknologi benih mengenai uji kadar air benih adalah
sebagai berikut.
1) Mahasiswa mengetahui cara menghitung kadar air benih dari beberapa jenis
benih tanaman
2) Mahasiswa mampu menggunakan metode pengukuran kadar air dengan alat
Moisture Tester dan oven.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan simbol dari suatu pemuliaan, yang merupakan inti dari
kehidupan di alam semesta dan yang paling penting adalah kegunaanya sebagai
penyambung dari kehidupan tanaman. Benih adalah biji tanaman yang digunakan
untuk tujuan penanaman. Pada konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu
tinggi sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi
maksimum dengan sarana peralatan serta teknologi yang maju (Sutopo, 2010).
Penseragaman standar mutu dimaksudkan agar mutu suatu benih yang diedarkan
dan digunakan untuk penanaman bisa terjamin. Dengan demikian, kemurnian dan
mutu benih dari varietas unggul dapat terjaga (Morla et al., 2011).
Benih merupakan sarana produksi tanaman yang penting dalam proses
produksi tanaman dan kualitas benih yang dipakai dalam usaha produksi tanaman
akan menentukan produktivitas dan kualitas hasil tanaman. Sejalan dengan hal
tersebut, maka proses produksi dan penanganan benih perlu ditangani secara serius
agar diperoleh benih yang memenuhi kriteria mutu yang telah ditetapkan (Dinarto,
2010).
Benih merupakan salah satu faktor utama yang menjadi penentu
keberhasilan usaha tani sehingga harus ditangani secara sungguh-sungguh agar
dapat tersedia dengan baik dan terjangkau oleh petani. Penggunaan benih bermutu
dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan peningkatan produksi jagung.
Pengunaan benih barmutu dapat mengurangi resiko kegagalan usaha tani karena
bebas dari serangan hama dan penyakit serta mampu tumbuh baik pada kondisi
lahan yang kurang menguntungkan (Lesilolo, et al. 2018).
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab
benihharus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan
sarana teknologi yang maju. Seiring petani mengalami kerugian yang tidak sedikit
baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat penggunaan benih yang
bermutu rendah. Oleh karena itu meskipun pertumuhan dan produksi tanaman
sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanamn, tetapi
harusdiingat pentingnya pemilihan mutu benih yang akan digunakan (Sukarman
dan Rahardjo, 2015).
Kelembaban relatif yang tinggi merupakan faktor luar sebagai penyebab
utama menurunnya bahkan hilangnya viabilitas benih selama dalam penyimpanan.
Kadar air benih merupakan suatu fungsi dari kelembaban relatif udara sekitarnya
dan kadar air suatu benih bergantung pada kelembaban relatif udara sekitarnya.
Pada saat kelembaban relatif udara sekitar benih meningkat (tinggi), maka kadar air
benih akan meningkat pula sampai terjadi nilai keseimbangan antara kadar air benih
dengan kelembaban relatif udara sekitarnya (Dinarto, 2011).
Kadar air benih adalah salah satu komponen yang harus diketahui baik
untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa
kadar airmemiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan
benih ortodok pada kadar air tinggi berisiko cepat mundurnya benih selama dalam
penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh
BPSB dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para
analisis benih di laboratorium benih (Amira, 2013).
Penentuan kadar air dilakukan dengan metode Sudarmadji (1989) dalam
Malangngi, et al (2012), Kadar air ditentukan dengan menimbang 2 g biji alpukat.
Sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam, selanjutnya
dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit, kemudian
berat sampel ditimbang. Perlakuan ini dilakukan beberapa kali hingga berat sampel
konstan. % Kadar air = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 × 100%.
Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui ketahanan suatu bahan
dalam penyimpanannya dan merupakan cara penanganan terbaik bagi suatu bahan
untuk menghindari pengaruh aktivitas mikroba. Jumlah kadar air yang rendah
membuat bahan akan lebih tahan disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama
sehingga kemungkinan rusak karena jamur pada saat penyimpanan sangat kecil
(Malangngi, et al. 2012). Menurut Bonner (2011), beberapa keuntungan dari
pengujian kadar air benih di bidang pertanian adalah untuk mengetahui seberapa
besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Dengan pengujian
ini tentu tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas, dan vigor benih saat
perkecambahan. Karena sebelum proses imbibisi air ke dalam benih sebelum
perkecambahan benih ditentukan terlebih dahulu oleh kandungan awal air yang ada
di dalam benih tersebut.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi benih Pertanian materi Pengenalan Alat dan Bahan
Laboratorium dilaksanakan pada hari Jumat, 22 April 2021 pukul 07.30 – 09.20
WIB. Tempat pelaksanaan praktikum secara daring menggunakan media
WhatsApp dan Google Meet di rumah masing-masing mahasiswa Agroteknologi.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan untuk dalam kegiatan praktikum adalah berbagai
peralatan laboratorium meliputi modul, alat tulis, hp, Moisture Tester, cawan,
mortar, timbangan analitik, oven, desikator, sendok, kantong plastik, kalkulator,
amplop coklat, dan label.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi benih padi, benih jagung,
dan benih kedelai.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengujian Menggunakan Alat Moisture Tester
1) Memasukkan benih kedelai ke dalam alat.
2) Mencatat kadar air pada ulangan 1 dan ulangan 2.
3) Mengulangi langkah 1 dan langkah 2 pada benih jagung dan benih padi.
4) Menghitung kadar airnya.

3.3.2 Pengujian Menggunakan Oven


1) Menimbang benih kedelai, benih jagung, dan benih padi sebanyak 110 gram
dilakukan sebanyak 2 ulangan.
2) Menumbuk ketiga jenis benih hingga hancur menggunakan mortar.
3) Memasukkan benih yang telah hancur ke dalam amplop coklat.
4) Memanaskan benih ke dalam oven selama ± 18 jam.
5) Menimbang kembali benih menggunakan timbangan analitik.
6) Mencatat berat benih setelah dioven.
7) Menghitung kadar air benih.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 Hasil Pengukuran Kadar Air dengan Moisture Tester
Kadar Air
Jenis Benih Rata-Rata
Ulangan I Ulangan II
Kedelai 10.3% 10.3% 10.3%
Jagung 11.3% 11.3% 11.3%
Padi 14.7% 14.7% 14.7%

Tabel 4.1.2 Hasil Pengukuran Kadar Air dengan Metode Oven


Berat Benih Berat Benih
Rata-
Jenis Benih Ulangan Sebelum Sesudah %KA
Rata
Oven (gram) Oven (gram)
I 110 101.77 7,4%
Kedelai 7,35%
II 110 101.88 7,3%
I 110 102.53 6,7%
Jagung 6,65%
II 110 102.70 6,6%
I 110 98.89 10,1%
Padi 5,55%
II 110 98.97 10%

4.2 Pembahasan
Pengujian kadar air digunakan sebagai dasar untuk menetapkan waktu
panen dan menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka
mempertahankan viabilitas benih tersebut (Sutopo, 2010). Menurut Rahmitasari
(2011), kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui untuk
tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Pengukuran kadar air benih pada
praktikum kali ini dilakukan dengan 2 metode yaitu metode cepat (Moisture Tester)
dan pengukuran kadar air menggunakan oven. Pengukuran dilakukan sebanyak 2
kali ulangan dan kemudian diambil nilai rata-rata. Pengukuran kadar air
menggunakan alat Moisture Tester dilakukan dengan cara memasukkan benih ke
dalam alat tersebut kemudian akan langsung diketahui persentase kadar airnya.
Oleh karena itu pengukuran benih dengan alat ini dikatakan sebagai metode cepat.
Sedangkan pengukuran oven dilakukan dengan cara menguapkan seluruh air yang
terkadung oleh benih menggunakan oven. Sebelum dimasukkan ke dalam oven,
benih jagung ditumbuk terlebih dahulu. Nilai kadar air adalah selisih antara bobot
benih sebelum dikeringkan (Bo) dan bobot benih setelah dikeringkan semua airnya
(B1), kemudian dibagi dengan bobot benih sebelum dikeringkan (Bo).
Hasil dari pengamatan diketahui bahwa kadar air benih jagung
menggunakan metode cepat (Moisture Test) pada ulangan 1 dan ulangan 2
diperoleh rata-rata sebesar 11,3 %. Sedangkan hasil pengukuran kadar air benih
jagung dengan metode oven diperoleh rata-rata pada ulangan 1 dan 2 yaitu sebesar
6,65%. Dari kedua cara tersebut dapat kita lihat bahwa pengukuran dengan metode
cepat memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengukuran
menggunakan oven. Sutopo (2010) menyatakan bahwa, metode dasar melalui
pengovenan lebih efektif dan benar-benar perhitungan sesuai kadar air benih pada
kondisi kehilangan air atau berat keringdengan pengeringan pada suhu tinggi.
Sedangkan menurut Renanta (2010), penggunaan moisture tester tidaklah selalu
menunjukkan hasil yang akurat, perlu dilakukan kalibrasi pada moisture tester agar
hasil pengukuran lebih akurat dan tidak semua alat moisture tester menunjukkan
hasil yang sama satu dengan yang lainnya.
Hasil pengamatan kadar air benih padi diperoleh hasil pengukuran
menggunakan metode cepat (Moisture Test) pada ulangan 1 dan ulangan 2 sebesar
14,7 %. Sedangkan pada hasil pengukuran kadar air dengan metode oven diperoleh
persentase kadar air benih padi yakni pada ulangan 1 sebesar 10,1% dan ulangan 2
sebesar 10%, sehingga rata-rata persentase kadar air benih padi adalah 5,55%.
Hasil pengamatan kadar air benih kedelai diperoleh hasil pengukuran menggunakan
metode cepat (Moisture Test) pada ulangan 1 dan ulangan 2 sebesar 10,3 %.
Sedangkan pada hasil pengukuran kadar air dengan metode oven diperoleh
persentase kadar air benih kedelai yakni pada ulangan 1 sebesar 7,4% dan ulangan
2 sebesar 7,3%, sehingga rata-rata persentase kadar air benih kedelai adalah 7,35%.
Hasil pengamatan menunjukkan rata-rata kadar air benih untuk semua
perlakuan tidak lebih dari 14%. Menurut Pramesti dan Syamsuddin (2015),
penyimpanan benih diusahakan agar tidak lebih dari 14%. Penyimpanan benih
dengan kadar air tinggi akan menyebabkan benih di dalam kemasan banyak
mengeluarkan panas dan benih akan mudah rusak serta turun daya kecambahnya.
Kadar air benih yang tinggi akan mudah diserang hama bubuk. Dalam Kepmentan
620 /HK.140/C/0.4/2020 tentang Petunjuk Teknis Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan bahwa batas maksimum kadar air benih pada semua jenis yakni 13%.
Artinya, hasil pengamatan yang dilakukan pada metode pengukuran cepat
(Moisture Tester) melewati ambang batas 13% yang menunjukkan bahwa kadar air
benih yang terkandung di dalam benih membuat benih kemungkinan tidak tahan
lama selama proses penyimpanan.
Hasil pengukuran dengan metode oven diperoleh hasil yang tergolong di
bawah 13% sehingga dengan mengeringkan benih pada maka akan membuat benih
tersebut memiliki daya simpan dan umur yang semakin lama. Makin tinggi
kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lama. Untuk
setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi
setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %.
Karena di bawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan
oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan di atas 14 % akan terdapat
cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Tefa, 2017)
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum teknologi benih mengenai uji kadar air benih yang
telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut.
1. Uji kadar air benih dilakukan sebagai dasar untuk menetapkan waktu panen
dan menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka
mempertahankan viabilitas benih.
2. Persentase rata-rata kadar air benih sebelum dioven untuk benih kedelai
sebesar 10,3%, benih jagung sebesar 11,3%, dan benih padi sebesar 14,7%.
3. Persentase rata-rata kadar air benih setelah dioven untuk benih kedelai sebesar
7,35%, benih jagung sebesar 6,65%, dan benih padi sebesar 5,55%.
4. Batas maksimum kadar air benih pada semua jenis yakni 13%. Artinya, hasil
pengamatan yang dilakukan pada metode pengukuran cepat (Moisture Tester)
melewati ambang batas 13% yang menunjukkan bahwa kadar air benih yang
terkandung di dalam benih membuat benih kemungkinan tidak tahan lama
selama proses penyimpanan.
5. Hasil pengukuran dengan metode oven diperoleh hasil yang tergolong di
bawah 13% berarti benih memiliki daya simpan dan umur lama.
DAFTAR PUSTAKA

Amira. 2013. The Advances Seed Technology in The Philippines. Manila: Berauof
Plant Industry Ministry of Agriculture.
Bonner. 2011. The Plant Seed. USA: Academi Press Inc.
Dinarto, W. 2011. Pengaruh Kadar Air dan Wadah Simpan terhadap Viabilitas
Benih Kacang Hijau dan Populasi Hama Kumbang Bubuk Kacang Hijau
Callosobruchus Chinensis L. Jurnal Agrisains. 1 (1).
Kepmentan 620 /HK.140/C/0.4/2020. Petunjuk Teknis Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan.
Lesilolo, M. K., Patty, J., Tetty, N. 2018. Penggunaan Desikan Abu dan Lama
Simpan terhadap Kualitas Benih Jagung (Zea mays L.) pada Penyimpanan
Ruang Terbuka. Agrologia. 1 (1).
Malangngi, L., Sangi, M., Paendong, J. 2012. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea Americana
Mill.). Jurnal Mipa. 1 (1): 5-10.
Morla, S., C.S.Ramachandra Rao, and R. Chakrapani. 2011. Factors affecting seed
germination and seedling growth of tomato plants cultured in vitro
conditions. Journal of Chemical, Biological and Physical Sciences 1(2) :
328-334.
Pramesti, B. A. dan Syamsuddin. 2015. Pengaruh Kadar Air Awal Dan Jenis
Kemasan Terhadap Kualitas Benih Jagung (Zea mays L.) Serta Populasi
Hama Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. Selama Penyimpanan. Prosiding
Seminar Nasional Serealia. Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Barat
Rahmitasari, D. 2011. Analisis Kadar Air Benih. BBPPTP Surabaya. Surabaya
Renanta, H. 2009. Analisis Ketidakpastian Kalibrasi Timbangan Non
Otomatisdengan Metoda Perbandingan Langsung Terhadap Standar Masa
Acuan. Jurnal Standardisasi. 12(1): 64-68.
Sukarman., Rahardjo, M. 2015. Karakter Fisik, Kimia dan Fisiologis
Benih beberapa Varietas Kedelai. Buletin Plasma Nutfah. 6 (2).
Sutopo, L. 2010. Biologi. Makasar: Tiga Serangkai.
Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tefa, A. 2017. Uji viabilitas dan vigor benih padi (Oryza sativa L.) selama
penyimpanan pada tingkat kadar air yang berbeda. Savana Cendana, 2(03),
48-50.
LAMPIRAN I

I. Perhitungan Rata-Rata Kadar Air Benih dengan Moisture Tester

Ulangan 1+Ulangan 2
ꞳKedelai =
2

10,3+10,3 20,6
= = = 10,3 %
2 2

Ulangan 1+Ulangan 2
ꞳJagung =
2

11,3+11,3 22,6
= = = 11,3 %
2 2

Ulangan 1+Ulangan 2
ꞳPadi =
2

14,7+14,7 29,4
= = = 14,7 %
2 2

II. Perhitungan Kadar Air Metode Oven

(M2−M3)
%KA Kedelai I = x 100%
(M2−M1)

(110−101,77)
= x 100%
(110−0)

8,23
= x 100%
110

= 0,074 x 100% = 7,4%

(M2−M3)
%KA Kedelai II = x 100%
(M2−M1)

(110−101,88)
= x 100%
(110−0)

8,12
= x 100%
110

= 0,073 x 100% = 7,3%

(M2−M3)
%KA Jagung I = x 100%
(M2−M1)
(110−102,53)
= x 100%
(110−0)

7,47
= x 100%
110

= 0,067 x 100% = 6,7%

(M2−M3)
%KA Jagung II = x 100%
(M2−M1)

(110−102,70)
= x 100%
(110−0)

7,3
= x 100%
110

= 0,66 x 100% = 6,6%

(M2−M3)
%KA Padi I = x 100%
(M2−M1)

(110−98,89)
= x 100%
(110−0)

11,11
= x 100%
110

= 0,101 x 100% = 10,1%

(M2−M3)
%KA Padi II = x 100%
(M2−M1)

(110−98,97)
= x 100%
(110−0)

11,3
= x 100%
110

= 0,0100 x 100% = 10,0%

III. Perhitunga Rata-Rata Kadar Air Metode Oven

Ulangan 1+Ulangan 2
ꞳKedelai =
2

7,4+7,3 14,7
= = = 7,35 %
2 2
Ulangan 1+Ulangan 2
ꞳJagung =
2

6,7+6,6 13,3
= = = 6,65 %
2 2

Ulangan 1+Ulangan 2
ꞳPadi =
2

10,1+10 20,1
= = = 5,55 %
2 2

You might also like