You are on page 1of 6

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH

Pengujian Kemurnian Benih

Dosen Pengampu

Rosmalinda, S.TP., M.P.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
BTP III A

1. Krisma Rahman ( 407 2018 190 )


2. Linda Ulandari ( 407 2018 170 )

POLITEKNIK NEGERI KETAPANG


JURUSAN PENGELOLAAN HASIL PERKEBUNAN
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Benih merupakan benda hidup yang di dalam Undang-undang RI No. 12


Tahun 1992 disebut sebagai tanaman atau bagian tanaman yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman.

Produksi benih oleh produsen benih diadakan untuk kelangsungan atas


ketersediaan bahan perbanyakan tanaman tertentu. Hal tersebut dilakukan guna
mempertahankan plasma nutfah yang ada. Produksi benih yang dilakukan tidak
hanya sekedar memperhatikan kuantitatif dari produksi itu sendiri tetapi kualitatif
benih juga diutamakan. Mutu benih sangat penting untuk diperhatikan karena benih
bukan merupakan benda mati yang dijual di pasaran kemudian dipakai/ dikonsumsi
hingga habis kegunaannya. Benih yang hendak digunakan oleh para konsumen
(konsumen dalam hal ini adalah petani) adalah benih yang memiliki kriteria sesuai
dengan permintaan/ selera masyarakat.

Kemurnian benih adalah persentase berdasarkan berat benih murni yang


terdapat dalam suatu contoh benih. Pengujian kemurnian benih yang juga merupakan
deskripsi mutu benih yang pada umumnya dicantumkan pada kemasan oleh pihak
produsen merupakan pengujian yang bertujuan untuk memperoleh persentase
kemurnian suatu lot benih. Prinsip dari pengujian ini yaitu dengan memisahkan benih
ke dalam tiga komponen, yaitu benih murni (benih yang dimaksud oleh pihak
produsen), benih tanaman lain (benih komoditas lain atau varietas lain yang masih
satu komoditas), dan kotoran benih. Untuk memperoleh persentase kemurnian maka
benih murni ditimbang pada unit penimbang, dan hasilnya dibandingkan dengan
standar minimum benih murni.

Untuk pengembangan industri benih nasional perlu terus dikembangkan


kebijaksanaan operasional, terutama dengan optimalisasi fungsi dan pembinaan,
pelayanan dan pengawasan dari pemerintah, serta meningkatkan peran swasta dalam
industri benih. Upaya-upaya tersebut ditempuh antara lain melalui: peningkatan
kualitas sumber daya manusia di bidang perbenihan,
pembenahan kelembagaan perbenihan, peningkatan peran Indonesia dalam
organisasi benih internasional serta penciptaan iklim yang kondusif untuk
mengembangkan agribisnis dan industri benih. (Rasaha, 2003).

Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih
murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih
mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman. Pengujian kemurnian digunakan
untuk mengetahui komposisi contoh kerja, kemurnian, dan identitasnya yang akan
mencerminkan komposisi lot benih yang didasarkan pada berat komponen pengujian.
Dalam pengujian kemurnian contoh kerja kemurnian dipisahkan menjadi benih
murni, biji tanaman lain, dan kotoran.

1.2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan analisa kemurnian benih.
2. Mahasiswa mengetahui komponen yang terdapat dalam pengujian kemurnian
benih.

1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan ilmu
yang didapat untuk dikembangkan dalam dunia pertanian dan menyampaikan ilmu
tersebut ke dalam masyarakat petani.
BAB II
DASAR TEORI

Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk tujuan penanaman. Sehingga
masalah teknologi benih berada dalam ruang lingkup agronomi. Agronomi sendiri
diartikan sebagai suatu gugus ilmu pertanian yang mempelajari pengelolaan lapang
produksi dengan segenap unsure alam (iklim, tanah, air), tanaman, hewan dan
manusia untuk mencapai produksi tanaman secara maksimal (Kartasapoetra, 1986).
Uji kemurnian benih sebaiknya merupakan uji yang pertama kali dilakukan.
Benih murni yang diperoleh itu baru kemudian dipakai untuk uji yang lain, yaitu
presentase kadar air dan viabilitas benih. Hal ini dilakukan karena nilai yang ingin
diperoleh adalah nilai dari benih murni, bukan dari benih campuran (Kuswanto,
1997).
Faktor-faktor genetik adalah benih yang berasal dari varietas-varietas yang
memiliki genotipe yang baik seperti hasil produksi tinggi, tahan terhadap hama dan
penyakit, responsif terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik, atau tahan
terhadap cekaman abiotik. Faktor fisik adalah benih bermutu tinggi dengan
kemurnian yang tinggi, daya kecambah yang tinggi, bebas dari kotoran dan benih
rerumputan serat bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air benih yang rendah
(Kamil, 1986).
Dalam pengertian benih murni termasuk semua varietas dari species yang
dinyatakan berdasarkan penemuan dengan uji laboratorium. Yang termasuk ke dalam
kategori benih murni dari suatu species adalah benih masak dan utuh, benih yang
berukuran kecil, mengerut tidak masak, benih yang telah berkecambah sebelum diuji
dan pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari separuh benih yang
sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk ke dalam
species yang dimaksud (Justice, 1990).
Benih species lain, komponen ini mencakup semua benih dari tanaman
pertanian yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
Benih gulma mencakup semua benih ataupun bagian vegetatif tanaman yang
termasuk dalam kategori gulma. Bahan lain atau kotoran, termasuk semua pecahan
benih yang tidak memenuhi persyaratan baik dari komponen benih murni, benih
species lain maupun benih gulma, partikel-partikel tanah, pasir, sekam, jerami dan
bagian-bagian tanaman seperti ranting dan daun (Sutopo, 1984).
BAB III
METODELOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktikum ini dilakukan pada tanggal 18 September 2019, pukul


07.00 -11.30 WIB, dan Tempat pelaksanaan praktikum ini adalah di Laboratorium
Teknologi Pengelolaan Hasil Pertanian Politeknik Negeri Ketapang.

3.2. Alat dan Bahan


Alat : - Timbangan analitik
- Nampan
- Kalkulator
- Alat tulis

Bahan : - Benih Karet

3.3. Prosedur Kerja


1) Menimbang berat awal sampel yang telah disiapkan
2) Memisahkan komponen analisis kemurnian : benih murni, varietas lain,
dan kotoran benih
3) Menimbang masing-masing komponen tersebut
4) Menghitung persentase masing masing komponen
DAFTAR PUSTAKA

Annas Saputra, 2011, Kemurnian Benih, , di akses pada tanggal 28 Maret 2014.

Darutiyastireni, 2010, Kemurnian Benih, , di akses pada tanggal 08 Maret 2012

Justice, Oren L. dan Louis N. B. 1990. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih.


Rajawali Press. Jakarta.

Kamil, J. 1986. Teknologi Benih 1 cetakan ke 10. Angkasa Raya, Padang.

Kartasapoetra, A. G. 1986. Teknologi Benih Pengelolaan Benih dan


Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Andi, Yogyakarta.

Nasrudinb, 2009, Kemurnian Benih. di akses pada tanggal 28 Maret 2014

Rasaha, C.A., dkk. 2003. Refleksi Pertanian. Pustaka Sinar Harapan.


Jakarta.

Sutopo, L. 1984. Teknologi Benih cetakan ke empat. PT Raja Grafindo


Persada.Jakarta

You might also like