You are on page 1of 12

PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“STRUKTUR DAN TIPE PERKECAMBAHAN BENIH”

DISUSUN OLEH:
NAMA : SHENDY CITRA OKTAVIANA DEWI
NIM : 195040200111152
KELAS :L
ASISTEN : OKTAVIAN ERTA

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1. Bahan dan Metode

1.1 Alat dan Bahan + Fungsi


Alat
Alat Fungsi
Pisau cutter Untuk memotong benih
Kaca Pembesar/Kamera Untuk mendokumentasikan benih
(zoom in)
Piring/Wadah (polos) Tempat meletakkan benih
Tray benih Tempat menanam/mengecambahkan benih

Bahan
Bahan Fungsi
10 benih hipogeal Sebagai spesimen pengamatan tipe
perkecambahan
10 benih epigeal Sebagai spesimen pengamatan tipe
perkecambahan
5 benih monokotil Sebagai spesimen pengamatan struktur benih
5 benih dikotil Sebagai spesimen pengamatan struktur benih

1.2 Cara Kerja (diagram alir)


Struktur Benih
Siapkan alat dan bahan

Untuk benih berukuran kecil, rendam dalam air selama 30 menit – 1 jam
untuk melunakkan benih dan memudahkan pemotongan

Potong benih secara melintang dan membujur dengan cutter secara hati-
hati

Letakkan benih yang sudah dipotong di atas piring/wadah

Gambar benih yang sudah terpotong

Catat dan dokumentasikan hasil


Tipe Perkecambahan
Siapkan alat dan bahan

Masukkan media tanam ke dalam tray benih sampai penuh sebanyak 20


lubang

Tanam 10 benih epigeal pada 10 lubang tray (1 lubang 1 benih)

Tanam 10 benih hipogeal pada 10 lubang tray (1 lubang 1 benih)

Siram dengan air dan rawat setiap hari hingga berkecambah (kondisi
optimum)

Catat dan dokumentasikan hasil

1.3 Analisa Perlakuan


Praktikum pertama yang dilakukan adalah pengamatan struktur benih.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan untuk praktikum struktur benih. Selanjutnya adalah
merendam benih dikotil maupun monokotil khususnya yang berukuran kecil ke
dalam air selama kurang lebih 30 menit – 1 jam untuk melunakkan benih dan
memudahkan pemotongan. Kemudian memotong benih menggunakan pisau
cutter secara melintang dan membujur secara hati-hati. Setelah benih
terpotong, kemudian meletakkannya ke dalam piring atau wadah polos.
Kemudian menggambar benih yang sudah terpotong. Langkah terakhir adalah
mencatat dan mendokumentasikan hasil praktikum struktur benih.
Praktikum kedua adalah pengamatan tipe perkecambahan benih. Langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam praktikum tipe perkecambahan benih. Selanjutnya
memasukkan media tanam ke dalam tray benih sampai penuh sebanyak 20
lubang. Kemudian menanam benih epigeal pada 10 lubang tray di mana 1
lubang diisi 1 benih. Begitu juga dengan 10 benih hipogeal yang dimasukkan
ke dalam lubang tray 1 lubang 1 benih. Setelah selesai menanam dilanjutkan
dengan menyiram air dan merawat setiap hari hingga berkecambah pada
kondisi yang optimum. Langkah terakhir adalah mencatat dan
mendokumentasikan hasil praktikum tipe perkecambahan benih.
2. Hasil dan Pembahasan

2.1 Hasil Pengamatan Morfologi Biji (Gambar dokumentasi + gambar


literatur)
No. Jenis Biji Morfologi Biji Dokumentasi
1. Jagung
(Monokotil
)

Sumber: Kurniati & Sari


(2017)

2. Kacang
Tanah
(Dikotil)

Sumber: Kurniati & Sari


(2017)

2.2 Hasil Pengamatan Tipe Perkecambahan


No. Jenis Biji Tipe Perkecambahan
1. Jagung
(Hipogeal)

Sumber: Kurniati & Sari


(2017)
2. Kacang
Tanah
(Epigeal)

Sumber: Kurniati & Sari


(2017)

2.3 Pembahasan
2.3.1 Struktur benih
Pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini yaitu dengan mengamati
setiap benih dan memotong secara membujur dan melintang yang kemudian
menunjukkan bagian-bagian dalam benih. Praktikum mengenai struktur benih
dilakukan menggunakan benih jagung dan benih kacang tanah. Menurut
Sutopo (2004), bagian-bagian biji pada umumnya terdiri dari 3 bagian yaitu
embrio, cadangan makanan (endosperma), dan pelindung biji/kulit biji (seed
coat). Embrio yang berkembang sempurna terdiri dari berbagai struktur, seperti
epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon batang), kotiledon (calon daun), dan
radikula (calon akar).
Benih jagung (Zea mays) termasuk biji monokotil atau berkeping satu
karena bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga.
Hasil pengamatan biji monokotil berupa benih jagung terdiri dari morfologi
seperti kulit biji (seed coat), endosperma, kotiledon, dan embrio (calon
tanaman) yang berkembang menjadi radikula (calon akar). Hal ini didukung
dengan pendapat Anggriawan (2010) yang menyatakan bahwa biji jagung
merupakan sebuah benih tunggal yang menyatu dengan jaringan dalam
buahnya. Endosperma merupakan bagian terbesar dari biji jagung yaitu sekitar
85% yang hampir seluruhnya terdiri atas karbohidrat. Biji jagung terdiri dari
empat bagian utama yaitu kulit luar (5%), lembaga (12%), ensdosperma (82%),
dan tudung biji (1%).
Benih kacang tanah digunakan untuk pengamatan biji dikotil atau
berkeping dua yaitu mempunyai sepasang daun lembaga (kotiledon) sehingga
bijinya mudah terbelah dua. Berdasarkan pengamatan, struktur benih kacang
tanah (Arachis hypogaea) terdiri dari kulit biji (seed coat), kotiledon, plumula
(calon daun), dan radikula (calon akar). Hal ini didukung oleh pernyataan
Fachruddin (2000) yang menyatakan bahwa biji kacang tanah terdiri dari
lembaga dan keping biji yang diliputi kulit ari tipis, bentuknya bulat agak
lonjong atau bulat dengan ujung agak datar karena berhimpitan dengan butir
biji lain selagi di dalam polong. Adapun warna bijinya bervariasi mulai dari
putih, merah, ungu, hingga coklat.
2.3.2 Tipe Perkecambahan Benih
Perkecambahan adalah tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahapan ini embrio di dalam biji yang
semula pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan biji berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini
dikenal sebagai kecambah. Definisi perkecambahan tersebut didukung oleh
pendapat Prihantoro (2000) yang menurutnya perkecambahan adalah
berkembangnya struktur penting dari embrio yang ditandai dengan munculnya
struktur-struktur dengan menembus kulit.
Pada praktikum tipe perkecambahan ini, benih jagung dan benih kacang
tanah menunjukkan perkecambahan pada 3 hari setelah tanam (HST). Benih
jagung (Zea mays) termasuk tipe perkecambahan hipogeal di mana
pertumbuhan memanjang dari epikotil menyebabkan plumula keluar
menembus kulit biji dan muncul ke atas permukaan tanah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Pratiwi (2006) yang menyatakan bahwa tipe perkecambahan
hipogeal dicirikan dengan munculnya radikula diikuti dengan pemanjangan
plumula, serta hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sehingga
kotiledong tetap berada di bawah tanah. Sedangkan tipe perkecambahan
kacang tanah (Arachis hypogaea) adalah epigeal. Menurut Sutopo (2002) tipe
perkecambahan epigeal ditandai dengan munculnya radikula diikuti dengan
memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan
plumula ke atas permukaan tanah.
Perkecambahan biji dimulai dengan proses penyerapan air oleh biji diikuti
dengan melunaknya kulit biji. Proses perkecambahan selanjutnya adalah
munculnya radikula yang umumnya pertama muncul dari kulit biji yang retak
sehingga pertumbuhan radikula lebih cepat daripada plumula. Pada proses
selanjutnya ujung tunas harus menembus permukaan tanah. Koleoptil
mendesak naik ke atas melalui tanah menuju udara hingga membentuk calon
daun pertama (plumula) sedangkan akar tumbuh ke bawah menerobos tanah
dan membentuk akar cabang (Kartasapoetra, 2006).
Proses tumbuhnya kecambah dipengaruh oleh 2 faktor yaitu faktor internal
tanaman dan faktor lingkungan. Faktor internal tersebut antara lain adalah gen
dan hormon. Adappun faktor lingkungan meliputi 2 faktor yaitu dalam tanah
yang terdiri dari keasaman, aerasi, kandungan unsur kimia, dan lain-lain.
Sedangkan faktor di atas tanah adalah radiasi matahari, temperatur,
kelembaban udara, dan lain-lain (Sitompul & Guritno, 2005)
3. Penutup

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum struktur benih dan tipe
perkecambahan benih adalah jagung (Zea mays) mempunyai tipe
perkecambahan hipogeal dan struktur benihnya terdiri dari kulit biji,
endosperma, kotiledon, dan embrio yang berkembang menjadi radikula.
Sedangkan kacang tanah (Arachis hypogaea) mempunyai tipe perkecambahan
epigeal dan memiliki struktur benih yang terdiri dari kulit biji, kotiledon,
plumula, dan radikula.
3.2 Saran
Saran dari pelaksanaan praktikum ini adalah dalam pengamatan struktur
dan tipe perkecambahan benih harus dilakukan dengan cermat dan
menggunakan alat dokumentasi yang memiliki kefokusan tinggi agar dapat
terlihat dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Anggriawan, R. (2010). Pengaruh Varietas Jagung Hibrida dan Metode


Penggilingan terhadap Variabel Kimia, Fisik, dan Fungsional Tepung
Jagung Hibrida. Jawa Tengah: Universitas Jenderal Sudirman.
Fachruddin, L. (2000). Budidaya Kacang-kacangan. Yogyakarta: Kanisius.
Kartasapoetra, A. (2006). Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan
Praktikum. Jakarta: PT Bina Aksara.
Kurniati, A., & Sari, O. A. (2017). Struktur Benih dan Tipe Perkecambahan.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Pratiwi. (2006). Biologi. Jakarta: Erlangga.
Prihantoro. (2000). Budidaya Pertanian Jagung (Zea mays L.) Sistem Informasi
Manajemen Pembangunan di Pedesaan. Jakarta: Bappenas.
Sitompul, S., & Guritno, B. (2005). Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: UGM
Press.
Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih. Jakarta: Rajawali Press.
Sutopo, L. (2004). Teknologi Benih. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN

Dokumentasi Keterangan
Penampang membujur benih jagung

Penampang melintang benih jagung

Penampang membujur kacang tanah

Penampang melintang kacang tanah


Perkecambahan hipogeal jagung

Perkecambahan epigeal kacang tanah

You might also like