Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
dalam melakukan redefinisi, revitalisasi dan atau lembaga; (c) tindakan alternatif jangka
reposisi strategi keterlibatan stakeholders panjang untuk mengantisipasi krisis atau
harus menjadi bagian dari pengambilan konflik.
keputusan. Ketiga, ventura (venture) yang berasosiasi
Rubin (Bryson dan Einsweiller, 1988) dengan (a) target keuntungan pada kesem-
mengembangkan strategi sektor publik patan yang relatif kecil; (b) percobaan (trial),
berdasarkan waktu dan konteks terjadinya eksperimen jangka pendek agar dapat
perubahan (Gambar 1-2). Strategi tersebut bertransaksi dengan berbagai isu; (c) kompak
adalah: pertama, “saga” (kronologi) yaitu pola (compact) atau perjanjian jangka pendek antar
tindakan jangka panjang untuk mengem- lembaga untuk melakukan aksi dan menang-
balikan nilai dan tujuan yang mulai terancam gung kesulitan secara bersama-sama. Terakhir,
hilang karena perubahan lingkungan, ketidak- “parlays”, upaya memitigasi tingkat risiko
tepatan atau kapasitas pengelolaan ke posisi yang tidak diinginkan dengan memberikan
semula. Idenya tidak mengembalikan masa perlindungan jangka panjang. Tiga jenis
lalu tetapi untuk memperoleh kembali kualitas strateginya adalah (a) proteksi (hedging)
yang hilang tetapi merespon situasi yang baru. terhadap risiko; (b) mendorong (leveraging
Jenisnya: (a) restoratif mengembalikan atau engaging), upaya negosiasi untuk
kualitas yang hilang melalui kebijakan baru memperoleh keunggulan; (c) peningkatan atau
dan orientasi ulang; (b) reformatif, merubah “advancing” – membuat respon jangka pendek
kebijakan dan prosedur pemerintah sehingga pada situasi yang penting.
dapat merefleksikan apresiasi pada masa lalu;
(c) rumah lindung (conservatory), tempat METODE PENELITIAN
preservasi nilai, institusi atau tujuan yang
1. Data, Daerah Penelitian dan Sampel
terancam perubahan lingkungan. Kedua,
“Quests” (pertanyaan) yang menitik beratkan Penelitian ini dilakukan dengan survei,
pada masa depan yang baru. Jenis strateginya menggunakan data: (1) primer, melalui
(a) agenda baru tujuan dan sasaran jangka wawancara dengan bantuan kuesioner
panjang; (b) visi besar terhadap kota, wilayah terstruktur, dan (2) sekunder, dengan menggali
318 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Juli
dari literatur. Lokasi penelitian adalah di menentukan faktor-faktor dari subjek yang
empat kabupaten dan satu kota di DIY. diteliti dengan mereduksi jumlah pernyataan
Mengacu Watson et al. (1993: 360) ukuran pada kuesioner. Inti setiap faktor dibentuk dari
sampel ditentukan dengan cara: setiap pernyataan yang berhubungan dengan
yang lain dan kelompok pernyataan yang
4 Z 1 / 2 p1 p
2
al., 2006: 128). Hasil perhitungan berupa skor DIY memiliki modal kebudayaan
faktor digunakan sebagai masukan untuk (cultural capital) berupa upacara adat,
analisis kelompok (cluster); dan hasilnya permainan tradisional, benda cagar budaya,
merupakan kelompok-kelompok faktor. kuliner, dan kerajinan. Beberapa produk
Kemudian, berlandaskan pada hasil kerajinan tangan dibuat menggunakan
analisis tersebut, kebijakan, strategi, dan taktik pengetahuan tradisional dengan bahan baku
operasional dikonfimasikan dengan 15 orang lokal berbasis alam seperti sisa hasil pertanian
pakar. Sistem yang dilakukan adalah dua yang dikenal ramah lingkungan namun selama
putaran pertemuan. Hasilnya dipetakan dan ini diabaikan seperti rumput, bambu, kelopak
disintesiskan dengan menggunakan: (1) bunga, daun, ranting, dan dahan pohon yang
analisis SPACE (Strategic Position and Action tersedia banyak di perdesaan. Sumberdaya ini
Evaluation) dan (2) analisis kekuatan internal- relatif padat karya dan menjadi konsumsi
eksternal (IE). Terakhir dilakukan proses ekspor sehingga memiliki prospek menda-
hierarki analitik (Analytical Hierarchy tangkan devisa. Seni pertunjukan di antaranya
Process, AHP) dengan menggunakan wayang ditetapkan UNESCO sebagai “a
perangkat lunak expert choice untuk masterpiece of the oral and intangible
menentukan prioritasnya (Saaty, 1986). heritage of humanity” pada tahun 2003
(Unesco, 2003).
HASIL PENELITIAN Pada Tabel 1 terlihat infrastruktur penun-
jang kebudayaan DIY yaitu museum, sarana-
1. Potensi Budaya DIY
prasarana pariwisata, dan institusi budaya
Mayoritas penduduk DIY beretnis Jawa (lembaga pendidikan, yayasan, paguyuban,
dengan bahasa pengantar keseharian Jawa intansi pemerintah, dan lain-lain. Fakta
dialek Mataraman dan bahasa Indonesia untuk tersebut memperlihatkan bahwa sumberdaya
kegiatan formal. Karakteristik masyarakat kebudayaan di DIY melimpah, namun perlu
agraris dengan lahan persawahan irigasi kebijakan dan strategi pengelolaan yang tepat
teknis, seringkali dikombinasikan dengan agar dapat bersaing dengan industri kebuda-
pembenihan ikan, mina padi, dan kolam. yaan mancanegara.
Sektor ini menjadi andalan karena relatif tidak Sebagai contoh, pemanfaatan obyek
memerlukan ketrampilan khusus. Namun, wisata di DIY lebih banyak pada modal alam
seperti umumnya masyarakat pertanian, dibandingkan kebudayaan seperti candi atau
bercocok tanam baginya bukan hanya obyek lain yang menawarkan seni pertunjukan
matapencaharian tetapi juga praktik upacara (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa
dengan tatasusila dan memperlihatkan potensi budaya yang ada belum digarap
identitas etnis, sehingga pertanian terjalin optimal, padahal keanekaragaman kebudayaan
dalam kebudayaan (O’Connor, 1995: 969).
jauh lebih kompleks dibandingkan keaneka-
ragaman hayati.
320 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Juli
Faktor
Item Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
W20: Suasana kekeluargaan 0.71 0.19 0.19 (0.00) 0.04 0.03 0.13 0.05 (0.01) 0.07 Solidaritas organis
W22: Kenyamanan bergaul antar warga 0.65 0.22 0.08 (0.01) 0.05 (0.10) (0.04) 0.11 0.19 0.08
W21: Budaya saling berkunjung antar warga 0.64 0.16 0.05 (0.03) 0.06 0.07 0.13 (0.01) 0.32 0.10
W19: Musyawarah bagi penyelesaian konflik 0.61 0.17 0.14 0.02 0.11 0.02 0.20 0.03 0.05 0.18
W23: Kemudahan komunikasi antar warga 0.58 0.27 0.05 0.06 0.05 (0.06) (0.05) 0.10 0.27 0.12
W18: Budaya gotong royong antar warga 0.45 0.26 0.21 0.02 0.00 0.01 0.33 0.12 (0.06) (0.00)
W39: Solidaritas antar warga 0.39 0.37 0.08 (0.01) 0.02 (0.14) 0.21 0.01 0.27 0.19
W33: Menjunjung tradisi dan tata karma 0.30 0.74 (0.00) (0.04) 0.17 0.03 0.07 0.13 0.05 0.26 Pranata sosial
W34: Penghormatan terhadap pepundhen 0.38 0.68 0.05 (0.04) 0.14 0.00 0.14 (0.00) 0.14 0.10
W32: Menjunjung norma kesusilaan 0.34 0.58 (0.01) (0.06) 0.15 0.06 0.27 0.06 0.06 0.18
W37: Menjunjung adat-istiadat 0.35 0.56 0.14 (0.04) 0.12 (0.08) 0.25 0.07 0.15 0.08
W30: Menjunjung tata nilai berbusana Jawa 0.05 0.37 0.02 (0.01) 0.31 0.03 0.20 0.17 0.16 0.17
W40: Menghormati etnik lain 0.18 0.32 0.14 0.02 (0.02) 0.00 0.02 (0.01) 0.25 0.04
W35: Penghormatan terhadap status perkawinan 0.21 0.27 0.26 0.08 0.18 0.00 (0.00) 0.04 0.16 (0.01)
W13: Pengenalan budaya Jawa sejak dini 0.08 0.10 0.76 0.03 0.08 (0.08) (0.00) 0.10 0.00 0.08 Pengenalan budaya
W11: Tanggungjawab pelestarian budaya Jawa 0.18 0.12 0.63 0.08 0.09 (0.08) 0.03 0.05 0.00 0.12 Jawa sejak dini
Soeroso, dkk
W12: Pendidikan kebudayaan Jawa di Perg Tinggi (0.02) 0.02 0.49 (0.04) 0.24 0.04 0.01 (0.02) 0.21 0.11
W14: Peningkatan rubrik budaya pada media massa 0.17 (0.05) 0.45 0.01 0.03 0.17 (0.06) 0.07 (0.04) (0.08)
W04: Kepercayaan terhadap pendidikan, laku atau olah (0.01) (0.06) 0.05 0.86 0.05 0.08 0.01 0.11 0.00 0.02 Spiritualisme
bathin
W03: Kepercayaan terhadap supranatural 0.02 0.02 (0.05) 0.69 (0.01) 0.14 0.03 0.01 0.07 (0.08)
W05: Penggunaan petungan: naga dina & (0.01) (0.01) 0.09 0.68 (0.01) 0.08 (0.07) 0.22 (0.05) 0.04
pranatamangsa
W29: Mendorong bahasa Jawa bagi generasi muda 0.07 0.06 0.44 0.07 0.60 0.11 (0.01) 0.08 0.01 0.01 Bahasa Jawa bagi
W27: Kemudahan penerapan Kromo Hinggil 0.02 0.09 (0.02) 0.00 0.56 (0.04) 0.22 0.06 0.25 0.14 generasi muda
W26: Penggunaan bahasa Jawa dalam keseharian 0.05 0.13 0.19 0.01 0.53 0.08 0.04 (0.01) 0.11 0.03
W28: Penghormatan kepada orang tua melalui bahasa 0.31 0.18 0.28 (0.10) 0.50 (0.06) (0.02) 0.10 (0.13) 0.07
W38: Restriksi terhadap budaya barat 0.04 0.11 (0.13) 0.13 0.28 0.18 0.09 0.02 0.22 0.07
323
Lanjutan Tabel 2
W16: Peran teknologi terhadap degradasi budaya Jawa (0.00) 0.01 0.01 0.09 0.08 0.79 0.00 0.07 (0.00) 0.01 Perlindungan 324
W15: Peran teknologi terhadap degradasi tata karma (0.07) (0.05) 0.17 0.11 (0.01) 0.72 0.08 0.03 0.01 (0.02) terhadap kemajuan
teknologi
W17: Peran teknologi yang tidak seiring dengan 0.02 0.06 (0.25) 0.17 0.06 0.43 0.05 0.01 0.14 0.11
budaya Jawa
W07: Penghargaan masyarakat terhadap karya seni 0.22 0.17 (0.08) (0.00) 0.13 0.04 0.67 0.08 0.03 0.25 Penghargaan karya
W06: Penghargaan pemerintah terhadap karya seni 0.18 0.24 (0.01) (0.03) 0.13 0.17 0.63 0.11 0.02 0.22 seni
W02: Pelaksanaan ritual budaya Jawa 0.10 0.10 0.12 0.16 0.05 0.06 0.09 0.95 0.16 (0.00) Ritual
W01: Penghormatan terhadap leluhur 0.10 0.09 0.10 0.20 0.10 0.06 0.08 0.56 (0.02) 0.08
W24: Kepercayaan antar warga 0.38 0.16 (0.13) 0.05 0.12 (0.04) 0.21 (0.04) 0.50 0.05 Pemupukan rasa
W25: Perasaan ketergantungan antar warga 0.17 0.09 0.05 (0.00) 0.14 0.05 (0.05) 0.07 0.43 0.06 percaya
W36: Persaudaraan antar warga 0.17 0.29 0.16 0.02 0.17 0.11 (0.03) 0.10 0.41 (0.02)
W10: Keyakinan mempertahankan kebudayaan Jawa 0.12 0.15 0.15 (0.01) 0.18 0.00 0.24 0.03 0.20 0.60 Peran institusi
W08: Kurikulum budaya Jawa pada lembaga 0.24 0.20 0.02 0.02 0.17 0.17 0.18 0.02 (0.08) 0.46 formal & nonformal
pendidikan
W09: Peran institusi formal & orang tua untuk 0.27 0.18 0.22 0.04 0.08 0.01 0.07 0.07 0.15 0.46
mempertahankan budaya Jawa
W31: Konsumerisme pada masyarakat (0.05) (0.12) 0.09 0.22 0.20 0.06 (0.18) (0.03) 0.10 (0.31)
Eigenvalue 8.878 3.091 2.559 2.026 1.752 1.569 1.279 1.171 1.121 1.009
Items 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Keterangan
F13: Nilai wayang 0.78 0.16 0.13 0.02 0.10 0.01 0.02 0.08 0.01 0.01 0.07 0.01 0.22 Nilai penting kesenian
F05: Nilai kerawitan 0.78 0.12 0.14 (0.07) 0.10 (0.04) 0.09 0.01 0.11 (0.01) 0.01 0.07 (0.17)
F09: Nilai tembang 0.73 0.15 0.12 0.02 0.11 (0.02) 0.10 0.06 0.01 0.08 0.02 (0.09) (0.05)
F01: Nilai tarian 0.72 0.11 0.10 0.03 0.02 0.04 0.10 (0.01) 0.09 0.01 0.05 0.12 (0.03)
F17: Nilai kethoprak 0.62 0.12 0.15 (0.03) 0.05 0.01 (0.00) 0.15 0.17 (0.02) 0.03 0.20 0.11
F36: Pembenahan produk 0.23 0.11 (0.04) 0.13 0.09 0.04 0.17 0.15 (0.02) 0.10 (0.11) 0.02 (0.05)
kasongan
F08: Seni kerawitan up to date 0.12 0.80 0.10 0.04 0.08 0.06 0.05 (0.01) 0.03 (0.03) 0.02 0.03 (0.18) Kesenian yang tidak
F12: Mancapat up to date 0.13 0.80 0.03 (0.02) 0.09 0.08 (0.02) 0.03 0.11 0.07 0.04 (0.04) (0.00) ketinggalan jaman
F16: Wayang up to date 0.12 0.70 0.21 (0.08) (0.03) 0.03 (0.03) 0.10 0.08 0.08 (0.02) 0.06 0.13
F04: Tarian up to date 0.16 0.66 0.13 (0.01) (0.01) 0.07 0.09 0.01 0.03 (0.00) (0.01) 0.03 (0.04)
F20: Kethoprak up to date 0.11 0.62 0.13 0.05 0.01 0.00 0.01 0.13 0.02 0.04 0.05 0.21 0.16
F06: Pelestarian kerawitan 0.19 0.11 0.86 (0.15) 0.08 (0.01) 0.04 0.04 0.06 0.02 0.05 0.06 (0.31) Pelestarian kesenian
F14: Pelestarian wayang 0.10 0.23 0.70 (0.19) 0.13 (0.04) 0.01 0.12 0.06 0.00 0.06 0.03 0.38
F02: Pelestarian tarian gaya YK 0.14 0.10 0.69 (0.13) 0.11 0.09 0.10 0.00 0.04 0.03 (0.02) 0.06 (0.06)
F18: Pelestarian kethoprak 0.09 0.15 0.62 (0.15) 0.06 0.08 0.06 0.11 0.11 (0.02) 0.11 0.17 0.19
F10: Pelestarian mancapat 0.17 0.22 0.61 (0.16) 0.21 (0.02) (0.01) 0.05 0.10 0.07 0.11 (0.06) (0.00)
Soeroso, dkk
F43: Perbaikan bang heritage 0.02 0.12 0.15 0.08 (0.01) 0.12 0.02 0.05 (0.04) (0.01) (0.03) 0.06 0.08
F07: Modifikasi seni kerawitan 0.00 0.01 (0.06) 0.75 (0.02) 0.13 0.10 (0.04) (0.07) 0.02 (0.01) 0.03 0.02 Modifikasi tampilan
F11: Modifikasi mancapat (0.03) 0.06 (0.06) 0.75 (0.06) 0.02 (0.02) 0.06 0.02 (0.03) (0.01) 0.05 0.02 kesenian
F15: Modifikasi wayang 0.04 (0.00) (0.14) 0.72 0.09 (0.01) 0.02 0.07 0.07 0.01 0.02 (0.04) 0.01
F03: Modifikasi tarian 0.03 (0.05) (0.11) 0.66 (0.14) 0.06 0.03 (0.02) (0.03) (0.05) 0.03 (0.07) (0.07)
F19: Modifikasi kethoprak 0.02 (0.02) (0.07) 0.63 0.14 (0.03) (0.00) 0.03 0.02 0.06 0.01 (0.00) 0.01
F44: Pelestarian bangunan 0.05 0.02 0.16 0.01 0.76 (0.13) 0.08 0.06 0.02 0.05 0.04 0.01 0.07 Pelestarian heritage
heritage
F45: Renovasi bangunan 0.10 (0.01) 0.15 (0.02) 0.71 0.14 0.07 0.11 0.08 (0.03) 0.02 0.03 0.02
heritage
F40: Kraton sebagai pengayom 0.07 0.06 0.14 (0.01) 0.45 0.09 0.19 0.18 0.08 0.13 0.07 0.32 (0.06)
F23: Mempertahankan keaslian 0.14 (0.00) 0.33 (0.00) 0.33 (0.04) 0.04 0.02 0.01 0.05 0.05 0.20 (0.05)
kraton
F48: Keterlibatan sektor swasta 0.15 0.21 0.00 0.09 0.30 (0.10) 0.08 0.17 0.03 0.10 0.05 (0.05) (0.06)
dalam pelestarian
F41: Pembelajaran melalui 0.21 0.12 0.03 (0.01) 0.30 0.16 0.20 0.19 0.04 0.21 0.02 0.29 (0.05)
tempat bersejarah
327
Lanjutan Tabel 3
F46: Kelaikan sarana & prasa - 0.03 0.02 0.01 0.04 0.01 0.66 (0.01) 0.15 0.00 0.12 0.11 0.02 (0.02) Infrasturktur 328
rana pelestarian budaya pendukung budaya
F42: Kelaikan sarana & 0.04 0.15 0.14 (0.01) 0.02 0.58 0.03 0.20 0.07 0.13 0.07 0.08 (0.07)
prasarana museum
F47: Kepedulian pemerintah 0.08 0.01 (0.04) (0.10) 0.11 0.50 0.01 0.25 (0.07) 0.28 0.04 0.04 (0.01)
terhadap budaya
F22: Sentuhan arsitektur pada (0.08) 0.04 (0.04) 0.19 (0.11) 0.31 (0.04) 0.04 0.08 0.06 (0.06) 0.03 (0.01)
Kraton
F21: Nilai wibawa Kraton (0.05) 0.01 0.03 0.09 (0.00) 0.30 (0.12) (0.07) 0.10 0.03 0.09 (0.02) 0.09
Yogyakarta
F32: Keagungan tampilan motif 0.10 0.04 0.08 (0.02) 0.04 0.01 0.86 0.06 0.21 (0.00) 0.05 0.06 (0.02) Menjaga motif batik
batik & lurik dan lurik
F31: Kebanggaan menggunakan 0.08 0.00 0.06 0.04 0.16 (0.04) 0.74 (0.03) 0.22 0.01 0.02 0.02 0.07
motif batik & lurik
F33: Morif batik & lurik up to 0.17 0.06 0.06 0.13 0.13 (0.14) 0.52 0.14 (0.08) 0.15 0.07 0.10 (0.06)
date
F38: Kualitas kerajinan 0.07 0.02 0.10 0.05 0.05 0.25 (0.07) 0.70 0.03 0.11 0.14 0.00 0.06 Menjaga keaneka-
F37: Ragam kerajinan up to date 0.19 0.13 0.13 0.05 0.12 0.15 0.08 0.64 0.01 0.12 0.14 0.01 0.08 ragaman kerajinan
F39: Ketertarikan wisatawan 0.01 0.07 0.02 0.01 0.18 0.13 0.13 0.61 (0.03) 0.10 0.06 0.10 (0.07)
terhadap kerajinan
F28: Kebanggaan berkebaya & 0.13 0.07 0.02 0.01 0.10 0.02 0.16 0.05 0.68 0.04 (0.03) 0.06 (0.05) Kebanggaan berbusa-
bersurjan na tradisional Jawa
F29: Perasaan nyaman meng gu- 0.08 0.14 0.10 0.06 0.00 0.14 0.11 0.01 0.66 0.09 (0.02) (0.04) 0.02
nakan kebaya & surjan
F27: Prerferensi terhadap rumah 0.06 (0.02) 0.04 (0.03) 0.06 (0.00) 0.04 (0.08) 0.48 (0.04) 0.10 0.22 0.04
beratap Joglo
F49: Menjaga ketertiban dan 0.04 0.08 0.05 0.03 0.06 0.37 0.03 0.19 0.11 0.82 0.08 0.08 (0.00) Menjaga kedisiplinan
keteraturan
F50: Menjaga keasrian 0.03 0.10 0.07 0.04 0.12 0.37 0.15 0.20 0.09 0.73 0.04 0.08 0.01
F35: Model tembikar Kasongan 0.04 0.03 0.04 0.04 0.12 0.08 0.05 0.19 0.05 0.08 0.96 0.08 0.03 Model dan kualitas
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia
Kuadran konservatif menunjukkan pula serta kampanye terus menerus, melalui tokoh
bahwa kebudayaan DIY berada pada masyarakat, budayawan, seniman dan juga
kompetensi dasarnya (basic competencies) bengkel kerja (workshop).
sehingga tidak perlu mengambil risiko besar Selain itu dapat pula dilakukan integrasi
untuk perubahan radikal. Seperti pernyataan horizontal dan aliansi antar lembaga budaya di
Hooley dan Saunders (1993) di sini sebaiknya masyarakat untuk saling mengisi, menum-
dilakukan pengembangan produk (product buhkan ide, kreativitas dan lain-lain.
development), merekayasa ulang (reengi- Kemudian, perlu perencanaan holistik dalam
neering), memberi kemasan yang menarik dan pengembangan desain wujud dan tatanilai
merevitalisasi produk yang sudah ada agar kebudayaan agar berkelanjutan, melakukan
memiliki tampilan lebih memikat. perlindungan budaya secara terintegrasi,
Tentu saja untuk melakukan aksi ini perlu melakukan komunikasi dan pencitraan serta
cukup pengetahuan (knowledge) dan melakukan pelestarian berbasis kearifan
ketrampilan (skill), meliputi pemahaman masyarakat lokal.
kognitif (cipta), afektif (rasa) maupun konatif Harapannya di kemudian hari, dengan
(karsa). Tindakan pembelajarannya dapat manajemen dan kooperasi lembaga yang kuat
dilakukan melalui jalur formal seperti sekolah dapat dilakukan pengembangan dan penetrasi
maupun nonformal misalnya keluarga, pasar ke mancanegara secara terintegrasi.
kelompok bermain atau agen sosialisasi lain,
332 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Juli
Perlindungan budaya dilakukan pula dengan video games dan play station bahkan sampai
pengayaan keanekaragaman wisata, sedangkan fashion dan mode baju, karena memang secara
komunikasi dan pencitraan dilakukan melalui etnik di wilayah ini penduduknya multikultur.
berbagai macam sarana yang sudah sering Agar bermanfaat secara ekonomi bagi
digunakan dan relatif maju seperti leaflet, masyarakat, pelestarian kebudayaan dapat
baliho, brosur dan juga e-tourism (electronic- mengikutsertakan pihak swasta melalui kemi-
tourism), maupun yang konservatif tetapi traan (partnership), investasi ataupun hibah
mempunyai efek yang tepat sasaran dan tidak mengikat. Sementara untuk peningkatan
efisien yaitu pemasaran dari mulut ke mulut mutu dilakukan melalui pendidikan dan
(word of mouth). Daerah yang memiliki pelatihan (diklat) kewirausahaan terutama bagi
keunikan seperti Kotagede, pecinan (misalnya UMKM dalam bentuk pelatihan, bantuan
di daerah Jalan Ketandan) atau pun kawasan teknis dan manajemen.
perkampungan dan perdesaan dikembangkan
sebagai pusat ekobudaya lengkap dengan 7. Strategi Daya Saing Kebudayaan
ekoresor yang menggunakan sumberdaya
lokal (misalnya kesenian yang ditampilkan 7.1. Penentuan Strategi
menggunakan sumberdaya manusia setempat Setelah menetapkan sasaran yang hendak
dan amenitas yang disajikan berbahan baku dicapai maka kebijakan, strategi dan taktik
lokal pula). Namun aktivitas ini semua akan (implementasi) daya saing bidang kebudayaan
sukses jika dapat memberikan nilai tambah DIY diuraikan melalui Tabel 7. Dua kebijakan
bagi perbaikan ekonomi masyarakat sehingga utama yang perlu dilakukan adalah, pertama,
tidaklah mudah dilakukan, perlu dukungan edukasi sejak usia dini dengan strategi
pemerintah sebagai pengarah. menumbuhkan rasa handarbèni masyarakat
terhadap kebudayaan melalui pemahaman
6. Analisis Kekuatan Internal-Eksternal (knowledge) kognitif dan afektif tentang
Berdasarkan rangkuman opini pakar pentingnya arti pelestarian budaya serta
(Tabel 6), terlihat bahwa konstelasi skor pembekalan ketrampilan (skill) dan konatif
antara daya tarik industri dengan kekuatan (conative) atau karsa. Wilayah edukasi menca-
kebudayaan Yogyakarta terletak pada sel I kup program pendidikan, paket informasi,
dengan koordinat 4,24; 3,73. Artinya, daya buku dan lain-lain. Kemudian, memberikan
tarik industri kebudayaan tinggi (faktor lokakarya (workshop) bagi guru, administrator
eksternal yang tidak dapat dikendalikan, dan keluarga dalam hal outcomed-based
bahkan informasinya tidak sempurna), education dan site-based management.
sedangkan kekuatan kebudayaan dipandang Sekolah dapat pula menggunakan indikator
juga masih memiliki nilai tinggi (Gambar 5- kunci seperti student achievement dan student
2). Hal ini menjadikan DIY sebagai daerah enrollment sebagai tolok ukur kesuksesan
tujuan pengembangan budaya asing seperti implementasi program.
Lanjutan tabel 7
4. Pelestarian berbasis 1. Menjaga nilai-nilai pranata sosial, tata-krama, unggah-
masyarakat lokal ungguh, kedisiplinan dan keteraturan – introduksi ke
sekolah,
2. Mempertahankan identitas, integritas dan nilai-nilai
budaya masyarakat – gotong-royong, rembug desa, dsb
3. Pengembangan desa sebagai ekoresor dan pusat
ekobudaya dengan menonjolkan eksistensi kekhasan
lokal-tradisional
5. Perbaikan perekono- 1. Menonjolkan aktivitas komunitas lokal – kampanye,
mian festival, perlombaan, atau acara khusus lain dengan
menggugah kembali minat masyarakat untuk
mempertahankan properti, kesenian, makanan dan
kerajinan tradisional
2. Penggunaan produk berbasis sumberdaya lokal –
penyuluhan penggunaan bahan baku yang ada di
sekitarnya, dll
3. Kemitraan – investasi pihak swasta, hibah tidak
mengikat
4. Diklat kewirausahaan – pelatihan, bantuan teknis dan
manajemen kewirausahaan terhadap usaha gurem,
mikro, kecil dan menengah
Sumber: Data primer diolah
Kedua, melakukan revitalisasi terhadap langkah yang dilakukan bersifat: (1) restoratif
nilai-nilai seni-budaya, ritual, adat-istiadat untuk mengembalikan “kebersamaan” masya-
yang selama ini mulai termarjinalisasi. rakat yang hilang melalui kebijakan dan
Strateginya menggunakan perencanaan yang agenda orientasi institusional yang baru; (2)
holistik termasuk pengembangan rancang reformatif, merubah kebijakan dan prosedur
bangun wujud dan tatanilai yang dapat pemerintah dengan melakukan apresiasi
diterima masyarakat, perlindungan budaya terhadap sesumber lokal; sekaligus (3)
secara terintegrasi melibatkan seluruh elemen perlindungan terhadap nilai, norma atau
masyarakat dan pemerintah, melakukan hakekat kebudayaan Jawa yang terancam oleh
komunikasi dan pencitraan terhadap budaya perubahan lingkungan.
dan keunggulan kompetitif keanekaragaman Kemudian, sebagai langkah antisipasi
yang dimiliki oleh Yogyakarta, melakukan terhadap semakin menurunnya fungsi kebu-
pelestarian berbasis masyarakat lokal. Namun dayaan Jawa di masyarakat perlu (1) sebuah
demikian, upaya pelestarian akan sia-sia jika agenda baru dengan tujuan dan sasaran jangka
tidak ada imbangan hasil terhadap kesejah- panjang berupa masyarakat yang maju,
teraan masyakat, sehingga perbaikan pereko- mandiri, sejahtera lahir batin yang didukung
nomian perlu pula menjadi fokus strategi. oleh nilai-nilai kejuangan dan pemerintahan
Mengacu kepada Rubin (Bryson dan yang baik dan bersih dengan mengembangkan
Einsweiller, 1988), secara keseluruhan strategi ketahanan sosial-budaya dan sumberdaya
yang diterapkan mempunyai dimensi jangka berkelanjutan; (2) penerapan visi besar terwu-
panjang dengan tujuan untuk mengantisipasi judnya pembangunan regional, wahana
atau memperbaiki perubahan konteks dalam menuju kondisi DIY pada tahun 2020 sebagai
hal ini kebudayaan di DIY. Secara umum pusat pendidikan, kebudayaan, dan daerah
strateginya dalam sel “quest” atau pertanyaan tujuan wisata terkemuka; dan juga (3)
dan “saga” (Gambar 1-2). Dengan demikian
2008 Soeroso, dkk 335
berbagai skenario, implementasi dan tindakan teknis dan politis sulit dilakukan, misalnya
alternatif yang tertuang di dalam Tabel 7. terdapat stakeholders yang problematik dan
Investasi pada komunikasi berarti membe- antagonistik, maka perlu diambil jalan
rikan atensi terhadap desain dan penggunaan bertahap melalui beberapa “gelombang” agar
jaringan komunikasi, termasuk pesan dan pengadopsi awal (initial adopter) dapat diikuti
distribusinya. Khususnya pada saat ada peru- oleh pengadopsi berikutnya (later adopter).
bahan besar, masyarakat perlu diberikan Supaya implementasi efektif, perlu diper-
kesempatan mengembangkan dan mengapre- hatikan rancang bangun (design) dan demons-
siasi implementasi perubahan yang akan trasi proyek percontohan (pilot project) serta
mereka terima di masa depan. Masyarakat melakukan transfer perubahan secara hati-hati.
perlu mendengar tentang usulan perubahan Pada saat proses implementasi dilakukan
melalui berbagai saluran dalam kurun waktu secara gradual, perlu perhatian khusus kepada
yang cukup sehingga pesan yang ingin masyarakat yang mengadopsi perubahan pada
disampaikan kepadanya dapat dimengerti. tahap awal.
Masyarakat juga harus dapat menyampaikan
pendapatnya tentang perubahan yang akan 7.2. Prioritas Kebijakan
terjadi agar mereka dapat menginterpretasi-
Untuk menentukan keputusan daya saing
kan, melakukan adaptasi dan mengeksplorasi
secara menyeluruh digunakan proses hirarki
implikasi yang akan terjadi.
analitik (PHA) dengan menetapkan prioritas
Selain itu, harus dipikirkan pula cara antar elemen, mensintesiskan pertimbangan
untuk mengurangi resistensi sikap penolakan (penilaian), meneliti konsistensi pertimbangan
dan kurangnya partisipasi masyarakat terhadap tersebut dan mengambil keputusan akhir yang
program aksi dengan memberikan kepada didasarkan atas hasil-hasil proses ini. Hasil
mereka sesi orientasi, bahan pelatihan, tim penilaian pakar diolah menggunakan perang-
problem-solving, interaksi tatap muka dan kat lunak Expert Choice.
asistensi teknik untuk mendukung strategi Dari Gambar 6-1, terlihat overall
implementasi dan mengatasi masalah. Peng- inconsistency ratio index sebesar 0,02. Oleh
hargaan simbolik dan seremonial juga dapat karena hasil tersebut signifikan, lebih kecil
diberikan untuk membantu memperkuat dari 0,1; maka hasil analisis dapat dipercaya.
dukungan masyarakat.
Gambar 6-2 memperlihatkan diagram pohon
Implementasi program dapat dilakukan strategi peningkatan daya saing bidang
dengan dua cara yaitu langsung (secara kebudayaan, mulai dari kebijakan, strategi dan
simultan) atau bertahap (gradual). Implemen- implementasinya. Secara keseluruhan
tasi program secara langsung dapat dilakukan implementasi kebijakan dan strategi yang
bilamana secara teknis dan politis mudah, dilaksanakan adalah pendidikan melalui jalur
masyarakat menerima dengan bijak, senang formal seperti sekolah (29%), melalui agen
hati dan tidak timbul prasangka terhadap (21,4%), sosialisasi dan pendekatan kultural
program pemerintah. Jika dapat dilakukan, masing-masing 11,4 persen, pembentukan
implementasi membutuhkan biaya yang murah bengkel kerja (6,1%), pendayagunaan guru
dan memberikan insentif yang cukup. (3,2%).
Sebaliknya jika penerapan program secara
336 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Juli
Langabeer II, J. 1998. Competitive strategy in Santosa, S. 2000a. Buku Latihan SPSS Statis-
turbulent healthcare markets: An analysis tik Multivariat. Jakarta: PT. Gramedia
of financially effective teaching hospitals. Pustaka Utama.
Journal of Healthcare Management, 43 Santosa, S. 2000b. Buku Latihan SPSS Statis-
(6): 512-526 tik Parametrik. Jakarta: PT. Gramedia
Lee, D.N.B. and D.J. Snepenger. 1992. An Pustaka Utama.
ecotourism assessment of Tortuguero, Sunarto, K. 1985. Pengantar Sosiologi.
Costa Rica. Annals of Tourism Research, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
19 (2): 1367-1370.
Unesco. 2003. The Unesco hereby Proclaims
Nagel, S.S. 1982. Policy Evaluation: Making Wayang Puppet Theatre – Indonesia as a
Optimum Decisions. New York, USA: Masterpiece of the Oral and Intangible
Praeger Publisher. Heritage of Humanity. www.unesco.org
O'Connor, R.A. 1995. Agriculture change and ______. 2007. Unesco Cultural Activities
ethnic succession in Southeast Asian Worldwide. www.unesco.org
Studies: A case for regional anthropology.
The Journal of Asian Studies, 54 (4): 969. Watson, C.J., P. Ballingsley., D.J Croft., and
D.V. Hundsberger. 1993. Statistic for
Ranjabar, J. 2006. Sistem Sosial Budaya Management and Economics. Englewood
Indonesia: Suatu Pengantar. Jakarta : Cliffs, NJ, USA: Prentice Hall, Inc.
Ghalia Indonesia.
Wikipedia. 2007. Budaya. www.wikipedia.
Saaty, T.L. 1986. Decision Making for com.
Leaders: The Analytical Hierarchy
Process for Decisions in Complex World.
Pittsburgh, USA: University of Pittsburgh.