You are on page 1of 9

AGROTROP, 8 (1): 11 - 19 (2018) © Fakultas Pertanian Universitas Udayana

ISSN: 2088-155X Denpasar Bali - Indonesia

Uji Efektivitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh


(Chromolaena odorata L.) Terhadap Perkembangan Ulat
Krop Kubis (Crocidolomia pavonana F.)

I NYOMAN WIJAYA*), I GEDE PUTU WIRAWAN, DAN WAYAN ADIARTAYASA

Program Studi Agroekoteknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana


*)
E-mail: wijayainyoman1956@gmail.com

ABSTRACT

Effectiveness Test of Several Concentrations of Kirinyuh Leaf Extract


(Chromolaena odorata L.) Toward Development of Cabbage Crop
Caterpillar (Crocidolomia pavonana F.). This research was conducted at the
Laboratory of Plant Pests and Diseases of the Faculty of Agriculture, Udayana University
from April 2018 to August 2018 to test the extract of kirinyuh leaves (Chromolaena odorata)
on the development of biology of cabbage crop caterpillar (Crocidolomia pavonana). The
completely randomized design (CRD) was used in this study, with four types of treatment of
leaf extract concentration of 10%, 20%, 30%, 40%, and control. Each treatment was repeated
10 times. Observations were completed every day of the larval stage until the larvae do not
carry out any activity anymore (dead), or until they become imago. The results showed that
(1) the leaf extract of C. odorata plant which was used as research material had the potential
to suppress the biological development of C. pavonanadi larvae in the laboratory, (2) the
application of leaf extract concentration of 10% and 20% had an influence on the
development of larvae which had developed slow compared to concentrations of 30% and
40%, where larvae experience rapid development of only 9 observations and (3) the most
effective test leaf extract treatment was the treatment of leaf extracts of C. odorata
concentrations of 40% and 30% followed by leaf extract concentrations of 20% and 10%.

Keywords: extract of kirinyuh leaves,C. pavonana, mortality

PENDAHULUAN maka kerusakan yang disebabkan oleh hama

Hama ulat krop kubis C. pavonana tersebut dapat meningkat serta hasil panen

merupakan salah satu jenis hama utama pada dapat menurun, baik itu kuantitas atau

tanaman kubis, karena hama tersebut selalu kualitasnya. Oleh karena itu diperlukan

ada dan menyebabkan kerugian pada upaya pengendalian yang tepat untuk dapat

pertanaman kubis. Apabila tidak dilakukan menekan dan mengurangi jumlah kerugian

usaha pengendalian dengan tepat dan benar,

11
I NYOMAN WIJAYA. et al. Uji Efektivitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh…

yang ditimbulkan oleh hama tersebut (Alifah, konsentrasi yang efektif ektrak kirinyuh
2012). untuk mengendalikan hama. Oleh sebab itu
Penggunaan pestisida sintetis diperlukan pengujian lebih lanjut konsentrasi
merupakan cara yang paling ampuh untuk yang efektif untuk mengendalikan hama ulat
pengendalian hama. Namun mempunyai efek C. Pavonana pada tanaman kubis.
samping yang negatif yaitu resistensi hama,
terbunuhnya musuh alami dan timbulnya METODE PENELITIAN
hama sekunder. Oleh sebab itu, pengendalian Waktu dan Tempat Pelaksanaan
dengan konsep pengendalian hama terpadu Penelitian
(PHT) merupakan salah satu alternatif yang Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
sangat tepat untuk membatasi penggunaan April 2018 sampai bulan Agustus 2018,
pestisida sintetik. Untuk menunjang bertempat di Laboratorium Hama Tumbuhan
keberhasilan konsep PHT perlu dicarikan Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
alternatif pengendalian yang ramah terhadap
lingkungan dengan menggunakan bahan Bahan dan Alat
bioaktif, insektisida nabati dan musuh alami . Bahan yang digunakan pada penelitian
Salah satu jenis tanaman yang dapat ini adalah, daun uji yaitu daun C. odorata
dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati dengan berat kering 1 kg, daun kubis,
yaitu kirinyuh (Cromolaena odorata). Hasil aquades, air, etanol 96%, madu dan larva C.
penelitian Wijaya et al.(2015) menggunakan pavonana.
ekstrak tumbuhan tembelekan (Lantana Adapun alat yang digunakan adalah,
camara), dan kirinyuh (Cromolaena kurungan serangga, pinset, toples kaca,
odorata)dapat menengendalikan serangan timbangan analitik, kain mori, gelas ukur,
nematoda puru akar ( Meloidogyne spp.) gelas plastik, tissue, penggaris, kertas
pada tanaman cabai. Pengujian juga telah millimeter, labu evaporator, rotary vacum
dilakukan oleh Thamrin et al.(2013) evaporator,corong Buchner, kuas kecil,
menggunakan ektrak daun kirinyuh (C. gunting, selotip bening dan alat-alat
odorata) efektif mengendalikan ulat grayak pendukung lainnya.
dengan mortalitas 80-100%, serta menekan
tingkat kerusakan kedelai hingga 55,2%.
Namun belum ada pengujian tentang

12
AGROTROP, 8 (1): 11 - 19 (2018)

Metode Penelitian perlakuan konsentrasi ekstraksi daun uji dan


Penelitian laboratorium ini 1 jenis tanpa perlakuan (kontrol), masing-
menggunakan metode percobaan yang masing diulang 10 kali yaitu :
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL), dengan menggunakan 4 jenis

C 0 : Tanpa perlakuan (kontrol)


C 10 : konsentrasi ektrak daun C. odorata 10%
C 20 : konsentrasi ektrak daun C. odorata 20%
C 30 : konsentrasi ektrak daun C. odorata 30%
C 40 : konsentrasi ektrak daun C. odorata 40%

Persiapan Penelitian maserasi disaring dengan corong Buchner


Beberapa persiapan dilakukan sebelum kemudian filtrat diuapkan dengan
melaksanakan penelitian seperti persiapan menggunakan rotary vacum evaporator pada
daun kubis, telur atau larva C.pavonanayang suhu 400C. Hasil dari penguapan yaitu
diambil di Desa Pancasari, Kecamatan berupa ekstrak kental berwarna hitam pekat.
Baturiti, Tabanan. Daun C. odoratadi
ekstakdi Laboratorium Sumberdaya Genetika Persiapan Serangga Uji
dan Biologi Molekuler Universitas Udayana. Serangga uji yang digunakan yaitu larva C.
pavonana yang didapatkan dari pengambilan
Pelaksanaan Penelitian telur di lapangan, pengambilan telur
Tahapan Pembuatan Ekstrak dilakukan di Desa Pancasari. Selanjutnya, di
Pertama daun C. Odoratadikering- bawa ke laboratorium untuk dipelihara.
anginkan selama 7 hari sampai kering dan Setalah telur menetas menjadi larva, larva
ditimbang sebanyak 1 kg berat kering. berkembang sampai menjadi imago. Imago
Kedua, daun yang sudah kering digunting hasil biakan ini dipelihara sampai
kecil kemudian diblender (digiling) sampai menghasilkan telur kembali. Telur hasil
menjadi serbuk. Setelah itu, masing-masing pembiakan tersebut dipelihara sampai
daun tersebut dimasukkan ke dalam toples menghasilkan larva instar-1 sebagai serangga
kaca besar untuk dimaserasi menggunakan uji.
etanol 96% sebanyak 3 kali, masing-masing
selama 24 jam atau sampai warna etanol Uji Efektifitas Ekstrak Daun Kirinyu (C.
yang digunakan maserasi berwarna bening. odorata)
Perbandingan antara serbuk daun dengan Daun kubis yang akan digunakan untuk
etanol yaitu sampai seluruh serbuk daun bahan pakan dipotong berukuran 3 x 3 cm,
ekstrak terendam etanol. Ketiga, hasil kemudian dicelupkan ke dalam ektrak daun

13
I NYOMAN WIJAYA. et al. Uji Efektivitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh…

kirinyuh selama 1 jam. Daun kubis yang b = jumlah seluruh larva tiap perlakuan
telah di celupkan selama 1 jam kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
dikering anginkan selanjutnya dimasukkan
ke dalam gelas plastik yang telah diisi larva Pengaruh Perkembangan Biologi Ulat
C.pavonana instar 1, masing-masing gelas Krop Kubis (C. pavonana) Setelah
Aplikasi Keempat Jenis Ekstrak Daun
plastik tersebut diisi sebanyak 1 ekor larva C.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
Pavonanadan tiap perlakuan diulang
sebanyak 10 kali. Pemberian pakan diganti aplikasi keempat jenis konsentrasi ekstrak
setiap 1 hari sekali selama 10 hari dengan daun berpengaruh nyata terdapat siklus hidup
cara yang sama sampai larva mati atau
larva. Lama instar 1 dan instar 2 pada
menjadi pupa.
masing-masing perlakuan tidak berbeda
Pengamatan nyata, namun lama perkembangan larva
Pengamatan dilakukan setiap hari instar 1 paling singkat pada konsentrasi 30%
terhadap mortalitas larva sampai larva
dan 40% dan diakhiri kematian paling cepat.
menjadi imago.Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan uji F dan apabila Pada ekstrak C. odorata konsentrasi 30% dan
terdapat beda nyata maka selanjutnya akan 40% ini larva mengalami kematian akibat
diuji dengan uji Duncan’s pada taraf 5% .
dari pengaruh perlakuan dengan ekstrak daun
Pengamatan mortalitas larva dihitung
dengan rumus: C. odorata tersebut Tabel 1.
a
𝑀 = b × 100%

Keterangan:
M = Mortalitas
a = jumlah larva yang mati dalam setiap
kelompok perlakuan

Tabel 1. Perkembangan C. pavonana dari larva sampai menjadi imago


Rata-rata perkembangan larva C. pavonana (hari)
Tahapperkembangan
10% 20% 30% 40% Kontrol
Larva
• Instar 1 2.2a 2.5a 2.2a 2.1a 2.1a
• Instar 2 2 a
1.9 a
2.3 a
2.1 a
2a
• Instar 3 2.1 a
2.2 a
2.6 b
2.7 b
2.1a
• Instar 4 1.2 a
1.1 a
0 a
0a
4.2b
a a a a
Total lama perkembangan larva 7.5 7.5 7 6.9 10.5b
a a a a
Pupa 1.5 1.7 0 0 7.5b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berarti tidak berbeda nyata pada
taraf uji jarak Duncan 5%.

14
AGROTROP, 8 (1): 11 - 19 (2018)

Pupa yang baru terbentuk berwarna kontrol karena pada perlakuan dengan
hijau muda kemudian berubah menjadi konsentrasi 30% dan 40% semua larva pada
warna coklat tua saat akan berubah menjadi percobaan mengalami kematian.
imago. Lama fase pupa menjadi imago pada Hasil pengujian konsentrasi ektrak
perlakuan ekstrak daun C.odoratkonsentrasi daun kirinyu terhadap panjang tubuh larva C.
30% dan 40% terlihat berbeda nyata dengan pavonana tertera pada Gambar 1.
pada perlakuan konsentrasi 10%, 20% dan

25
Panjang Larva (mm)

20

15 10%
20%
10 30%
5 40%
Kontrol
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu Pengamatan (hari)

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi ektrak daun kirinyu terhadap panjang tubuh


larva C. pavonana

Perlakuan dengan menggunakan monoterpen, dan seskuiterpen flavonoid.


ekstrak daun C.odorata pada konsentrasi Kandungan kimia tersebut menyebabkan
10% dan 20%pertumbuhan larva terlihat jelas terganggunya pertumbuhan larva. Alkaloid
lebih lambat dari perlakuan lainnya, berbeda jenis Pyrolizidine alkaloids merupakan
halnya pada perlakuan dengan ekstrak C. senyawa kimia aktif yang terkandung dalam
odoratakonsentrasi 30% dan 40% yang tumbuhan kirinyuh dan memiliki sifat toksik,
memiliki pertumbuhan paling singkat karena sebagai penghambat makan dan insektisida
pada perlakuan C. odorata konsentrasi 30% bagi serangga (Febrianti dan Rahayu, 2012).
dan 40% semua larva mengalami kematian Senyawa kimia seperti alkaloid dan flavonoid
sampai pengamatan ke 10, ini disebabkan yang terdapat dalam tumbuhan C. Odorata
karena kandungan bahan kimia yang terdapat mampu bertindak sebagai racun perut bagi
pada C. odorataseperti tanin, polifenol, serangga, apabila senyawa alkaloid dan
kuinon, flavonoid, steroid, triterpenoid, flavonoid tersebut masuk ke dalam tubuh

15
I NYOMAN WIJAYA. et al. Uji Efektivitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh…

larva melalui makanan yang dimakan oleh mati (Cahyadi, 2009). Hasilanalisis fitokimia
serangga maka alat pencernaannya akan C. odorata seperti Tabel 2.
terganggu sehingga menyebabkan serangga

Tabel 2. Hasil Analisis Fitokimia C. odorata


Nomor Kandungan Bahan Kimia C. odorata
1. Alkaloid -
2. Fenolik -
3. Flavonoid +
4. Saponin ++
5. Terpenoid ++
6. Steroid +
7. Fenolat ++
8. Tanin +

Pengaruh Ekstrak Daun Kirinyuh sebanyak 20% larva mati, dari 10 kali
Terhadap Mortalitas Larva C. pavonanas aplikasi ekstrak daun C.odorata dengan 12
Mortalitas merupakan ukuran jumlah kali pengamatan yang dilakukan keseluruhan
kematian pada suatu populasi. Mortalitas larva mengalami kematian sebesar 80%.
larva terjadi karena adanya gangguan yang Pada perlakuan ekstrak konsentrasi 20%
disebabkan oleh bahan kimia. Mortalitas larva baru mengalami kematian pada aplikasi
yang dialami masing-masing larva berbeda hari ke 5 larva mati sebanyak 20%, dari 10
antara perlakuan. Pada perlakuan ekstrak kali aplikasi dengan 12 kali pengamatan yang
kirinyu10%, 20%, 30% dan 40% pada dilakukan keseluruhan larva mengalami
aplikasi pertama larva belum menunjukkan kematian sebesar 80%. Lain halnya pada
tanda-tanda perubahan dilihat dari perlakuan konsentrasi 30% dan 40% yang
pengamatan hari pertama belum terjadi diuji, pada konsentrasi 30% dan 40% ekstrak
kematian, kematian larva baru terjadi pada tanaman yang mampu menyebabkan
aplikasi hari ke 5 larva mati sebanyak 10% mortalitas larva paling tinggi yaitu dengan
pada perlakuan konsentrasi 10%, kematian mortalitas mencapai 100% (Gambar 2.).
kembali terjadi pada pengamatan hari ke 7

16
AGROTROP, 8 (1): 11 - 19 (2018)

120
100
Mortalitas (%)

80 10%
60 20%
40 30%
20 40%
0 Kontrol
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu Pengamatan (hari)

Gambar 2. Mortalitas larva C. pavonana setelah 10 kali aplikasi ekstrak daun tanaman

Terdapat bahan kimia yang serangga dengan senyawa-senyawa kimia


terkandung dalam masing-masing ekstrak tersebut.
yang digunakan sebagai bahan pengujian. Kematian yang disebabkan oleh
Tumbuhan mengandung banyak bahan ekstrak daun C.odorata dipengaruhi oleh
kimia yang merupakan metabolit sekunder kandungan bahan kimia yang ada pada
seperti terpenoid, limonoid, alkaloid dan pada ekstrak daun tersebut. Ekstrak daun
flavonoid yang digunakan oleh tumbuhan C.odorata menurut Thamrinet al. (2013)
sebagai alat pertahanan dari serangan efektif menekan menekan perkembangan
organisme pengganggu. Menurut Yunita et ulat grayak dengan mortalitas 80-100%,
al (2009) alkaloid dan flavonoid senyawa pryrrolizidine alkaloids yang
merupakan senyawa yang dapat bertindak terkandung di dalam tumbuhan kirinyuh
sebagai stomach poisoning atau racun bersifat sebagai racun. Kandungan
perut, sehingga apabila senyawa alkaloid senyawa tersebut dapat menyebabkan
dan flavonoid masuk kedalam tubuh tanaman berbau menusuk dan berasa pahit,
serangga maka akan menghambat proses sehingga bersifat repellent bagi serangga.
pencernaan dan juga bersifat toksik bagi Menurut Harborne (1987) senyawa
serangga. Senyawa tersebut juga mampu bioaktif yang terdapat dalam ekstrak daun
menghambat reseptor perasa pada daerah kirinyuh seperti terpenoid, tanin, saponin
mulut serangga, sehingga menyebabkan dan sesquiterpene merupakan bahan aktif
serangga tidak mampu mengenali yang bersifat toksik bagi serangga.
makanannya. Senyawa-senyawa kimia Senyawa-senyawa fenol, triterpenoid,
tersebut dapat menyebabkan pengaruh alkaloid dan steroid yang terdapat pada
yang merugikan pada serangga apabila tumbuhan merupakan bahan aktif yang
terjadi kontak secara langsung antara dapat digunakan sebagai pengendalian

17
I NYOMAN WIJAYA. et al. Uji Efektivitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Kirinyuh…

hama. Senyawa flavonoid yang terkandung


dalam tumbuhan dapat bersifat
menghambat makan serangga, flavonoid DAFTAR PUSTAKA
juga berperan sebagai inhibitor pernapasan Alifah, U. 2012. Potensi Taksisitas Ekstrak
serangga sehingga menghambat sistem Daun Sembukan (Paedria scedens)
pernapasan serangga dan mengakibatkan Terhadap Mortalitas Larva Ulat Krop
serangga mati. Kubis (Crocidolomia pavonana. F).
Universitas Pendidikan Indonesia
Uji Efektivitas Ektrak Daun Kirinyuh repository.up.ed
Cahyadi, R. (2009). Uji toksisitas Akut
Terhadap perkembangan Larva C.
Ekstrak Etanol Buah Pare
pavonana (Momordica charantia L.). Terhadap
Uji efektivitas dari keempat jenis Larva Artemia salina Leach Dengan
konsentrasi ekstrak daun C. odorata pada Metode Brine Shrimp Lethality Test
konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% yang (BST). Skripsi. Semarang.
digunakan sebagai perlakuan pada larva C. Universitas Diponegoro.
pavonanadi laboratorium yang mampu Febrianti, N. dan D. Rahayu. 2012.
Aktivitas Insektisidal Ekstrak Etanol
menekan perkembangan biologi larva. Hal
Daun Kirinyuh (Eupatorium
ini terbukti saat dilakukan pengujian odoratum L.) Terhadap Wereng
dilaboratorium, ekstrak C. odorata mampu Coklat (Nilaparvata lugens Stal).
menekan perkembangan biologi dengan Jurnal Seminar Nasional IX
cepat yaitu sampai 9 hari pengamatan Pendidikan Biologi FKIP UNS,
dengan mortalitas 100%. Pada perlakuan Universitas Ahmad Dahlan
ekstrak daun C. odorata konsentrasi 10%, Yogyakarta.
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia.
20%, 30% dan 40% pada hari pertama Penuntun Cara Moderen
terjadi kontak larva belum memperlihatkan Menganalisa Tumbuhan. Terbitan ke
gejala, namun pada hari selanjutnya yaitu 2. Terjemahan Kosasih
hari ke 3dan ke 4 gejala keracunan terlihat Padmawinata dan Iwang Sudiro.
setelah larva makan yang ditandai dengan Penerbit ITB. Bandung
gerakan larva mulai melamban atau Thamrin, M., S. Asikin, danM.
Willis.2013. Tumbuhan Kirinyuh
aktifitas makannya berkurang, kemudian
Chromolaena odorata(L)
perubahan warna menjadi kehitaman. (Asteraceae: Asterales) Sebagai
Insektisida Nabati Untuk
SIMPULAN Mengendalikan Ulat Grayak
Spodoptera litura. Balai Penelitian
1. Ekstrak daun tanaman C. odorata
Pertanian Lahan Rawa Jalan Kebun
yang digunakan sebagai bahan Karet Lok Tabat Utara
penelitian memiliki potensi menekan Wijaya, I.N., M. Sritamin, dan K.A.
larva C. pavonana di laboratorium. Yuliadhi. 2015. Upaya Pemanfaatan
2. Perlakuan konsentrasi 30% dan 40% Ekstrak Bahan nabati Dari berbagai
lebih efektif dibandingkan konsentrasi Jenis Tanaman Terhadap
10% dan 20%. Perkembangan Nematoda Puru Akar

18
AGROTROP, 8 (1): 11 - 19 (2018)

( Meloigyne spp.) Dan Produksi


Tanaman Cabai (Capsicum annuum
L.). Laporan Penelitian Hibah
Bersaing Program Studi
Agrekoteknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Udayana.
Yunita, E.A., Nanik H.S., dan Jafron W.H.
2009. Pengaruh Ekstrak Daun Teklan
(Eupatorium riparium) terhadap
Mortalitas dan Perkembangan Larva
Aedes aegypti. BIOMA.Vol. 11, No.
1:11:17.

19

You might also like