You are on page 1of 12

Kekuatan Hukum Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)

Sebagai Dasar Pembebanan Hak Tanggungan Dalam Perjanjian Kredit)


Oleh : Ilham Dedi Perdana
Pembimbing 1 : Dr.Maryati Bachtiar, SH.,M.Kn
Pembimbing 2 : Rahmad Hendra, SH.,M.Kn
Alamat : Jl. Suka Nusa, Blok D1, No.09, Kualu, Kampar
Email : ilhamdedi.perdana@yahoo.co.id– Telepon : 082383764610

ABSTRACT

Article 15 paragraph (3) and (4) of Law No. 4 of 1996 on Mortgage has stated that,
the Power of Attorney Imposing Mortgage (SKMHT) over land rights that have not been
registered shall be followed by the manufacture of the Deed Granting Mortgage Not later
than 3 (three) months after the given, and the Power of Attorney Imposing Mortgage
(SKMHT) over land rights that has been registered shall be followed by administration of
Mortgage Deed no later than 1 (one) month after awarded. The fact that happened on the
field many of the parties that do not register SKMHT be APHT which the registration
deadline has been set by UUHT.
The purpose of this paper are: first, to determine the legal effect of SKMHT that is
not registered with APHT manufacture, secondly, to determine the binding force of the
Power of Attorney Imposing Mortgage (SKMHT) in credit agreements.
Type of this research can be classified in this type of normative research, normative
research is a law research literature. Because it makes the literature as the main focus in
this research. In a normative legal research has criteria for this type of research is
research that discusses the general principles of law, the data source used, primary data,
secondary data, and the data tertiary data collection techniques in this study by the
research literature or study documents.
From the research problem there are two main things that can be inferred. First, if
SKMHT not yet been registered into APHT then the debtor may extend the term of SKMHT
with a record of paying with jumblah very big, because if SKMHT not be registered as
APHT then SKMHT the void that would result in the creditor does not have preferential
rights over object security rights if the debtor defaults or bad credit. Second, difficulties in
registration SKMH are: expensive and very short period of time. Advice writer, first,
Should the parties, especially creditors to consider the use of SKMHT in terms of the
debtor credit borrowing, second, Should the creditor to provide credit to borrowers is not
the whole at once but gradually by the time credit has been agreed.

Keywords: SKMHT - APHT - Credit Agreement

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 1


PENDAHULUAN 2. Membantu usaha nasabah yang
memerlukan dana;
A. Latar Belakang Masalah 3. Membantu pemerintah dalam
penerimaan pajak, membuka
Pengertian kredit menurut kamus kesempatan kerja, meningkatkan
besar Bahasa Indonesia adalah barang dan jasa yang beredar di
pinjaman uang dengan pembayaran masyarakat, menghemat serta
pengembalian secara mengangsur atau meningkatkan barang dan jasa
pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang beredar di masyarakat dan
yang diizinkan oleh Bank atau badan menghemat serta meningkatkan
lain.1 Berdasarkan persetujuan atau devisa negara melalui
kesepakatan pinjam-meminjam antara peningkatan ekspor.
bank dengan pihak lain yang Pemberian fasilitas kredit yang
mewajibkan pihak peminjam untuk tertuang dalam suatu perjanjian
melunasi utangnya setelah jangka kredit oleh Bank kepada debitur
waktu tertentu dengan pemberian bukanlah tanpa akibat, akibat
bunga. Syarat-syarat kredit antara lain :2 mungkin saja terjadi khususnya
1) Adanya penyediaan uang atau karena debitur tidak wajib membayar
tagihan yang dapat dipersamakan utangnya secara lunas atau tunai,
dengan penyedian uang; melainkan debitur diberi
2) Adanya persetujuan atau kepercayaan oleh undang-undang
kesepakatan pinjam-meminjam dalam perjanjian kredit untuk
antara Bank dengan pihak lain; membayar belakangan secara
3) Adanya kewajiban melunasi bertahap atau mencicil.
utang; Resiko yang umumnya terjadi
4) Adanya jangka waktu tertentu; adalah kegagalan atau kemacetan
5) Adanya pemberian bunga kredit. dalam pelunasan kredit (resiko
Oleh karena itu dalam penyaluran kredit), resiko yang timbul karena
kredit diperlukan perjanjian kredit yang pergerakan pasar (resiko pasar),
merupakan perjanjian konsensuil antara resiko karena Bank tidak mampu
debitur dengan kreditur yang memenuhi kewajibannya yang telah
melahirkan hubungan utang piutang, jatuh tempo (resiko likuiditas), serta
dimana debitur berkewajiban membayar resiko karena adanya kelemahan
kembali. pinjaman yang diberikan oleh aspek yuridis yang disebabkan
kreditur, dengan berdasarkan syarat dan adanya tuntutan hukum, ketiadaan
kondisi yang telah disepakati oleh para peraturan perundang-undangan yang
pihak mendukung (resiko hukum).4
Adapun tujuan yang hendak Mengingat pentingnya
dicapai dari suatu pemberian kredit kepastian akan tersalurkannya dana
bank adalah :3 tersebut, sudah semestinya perlu
1. Mencari keuntungan untuk adanya jaminan yang memadai
kelangsungan hidup Bank; dalam memberikan perlindungan dan
kepastian hukum bagi pemberi dan
1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional penerima kredit serta pihak lain yang
Indonesia, Kencana, Jakarta, 2009, hal.57 berkepentingan. Oleh sebab itu perlu
2
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan
diatur keterkaitan pihak-pihak
Kredit Perbankan Indonesia, PT. Raja Grafindo,
Jakarta, 2007,hal.76 tersebut kedalam suatu peraturan
3
Yohanes Benny Aprianto, Penyelesaian
4
Kredit Bermasalah Pada Bank DKI Jakarta Badriyah Harum, Penyelesaian Sengketa
Cabang Solo Melalui Jalur Non Litigasi, Jurnal, Kredit Bermasalah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
Yogyakarta, 2015, Hal. 7-8 2010, hal.2

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 2


yang berimbang, dimana dalam hal 1. Untuk mengetahui akibat hukum
ini secara khusus diatur didalam dari SKMHT yang tidak
Undang-Undang Nomor 4 Tahun didaftarkan dengan pembuatan
1996 tentang Hak Tanggungan untuk APHT.
selanjutnya disebut dengan UUHT. 2. Untuk mengetahui kekuatan
Hak Tanggungan adalah menurut mengikat Surat Kuasa
ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUHT Membebankan Hak Tanggungan
adalah suatu bentuk jaminan (SKMHT) dalam perjanjian kredit
pelunasan utang,dengan hak
mendahulu, dengan obyek berupa D.Manfaat Penelitian
hak-hak atas tanah yang diatur dalam a. Manfaat Teoretis
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1. Sesuai dengan ketentuan yang
1960 tentang pokok-pokok Agraria berlaku pada setiap perguruan
atau Undang-Undang Pokok tinggi yaitu syarat dalam
5
Agraria. menempuh ujian akhir untuk
Dalam UUHT terdapat dua hal memperoleh gelar Sarjana
yang perlu mendapatkan perhatian, Hukum di Fakultas Hukum
yaitu yang berkenaan dengan Surat Universitas Riau.
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan 2. Sebagai penunjang dalam
(SKMHT) sebagaimana diatur dalam pembendaharaan ilmu
Pasal 15 UUHT dan Akta Pemberian pengetahuan hukum bagi
Hak Tanggungan (APHT). penulis dalam bidang hukum
Berdasarkan uraian tersebut perdata khususnya mengenai
diatas, maka penulis tertarik untuk Kekuatan Hukum Surat Kuasa
mengadakan penelitian dan penulis Membebankan Hak
menuangkannya dalam suatu tulisan Tanggungan (SKMHT)
yang berjudul “Kekuatan Hukum sebagai Dasar Pembebanan
Surat Kuasa Membebankan Hak Hak Tanggungan dalam
Tanggungan (SKMHT) Sebagai Perjanjian Kredit.
Dasar Pembebanan Hak Tanggungan
Dalam Perjanjian Kredit”. 3. Manfaat Praktis
1. Bagi Bank, untuk
B.Rumusan Masalah memberikan jalan keluar bagi
1. Apakah akibat hukum dari Surat Bank apabila debitur terjadi
Kuasa Membebankan Hak kredit macet atau wanprestasi
Tanggungan (SKMHT) yang tidak dalam membayar kreditnya.
didaftarkan dengan pembuatan 2. Bagi Notaris, penelitian ini
Akta Pemberian Hak Tanggungan bisa sebagai pedoman supaya
(APHT)? dikemudian hari tidak terja
2. Bagaimana kekuatan mengikat dikelalaian dalam
Surat Kuasa Membebankan Hak pendaftaran SKMHT dan
Tanggungan (SKMHT) dalam APHT.
perjanjian kredit tersebut?

C.Tujuan Penelitian

5
Kartini Muljadi dan gunawan Widjaja, Hak
Tanggungan, Kencana, Jakarta, 2005, hal.13

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 3


3. Bagi masyarakat, luas dapat mengekspresikan sudut pandang
dipakai sebagai sumber mereka;
informasi dalam rangka
memahami segala sesuatu 2. Kenetralan
yang berkenaan dengan Hak Berbagai prinsip hukum untuk
Tanggungan khususnya yang diterapkan secara konsisten, yang
menyangkut dengan berisi pengambil keputusan dan
pendaftaran Hak Tanggungan “transparansi” tentang bagaimana
dan Kegunaan dari SKMHT keputusan dibuat;
dan APHT.
3. Sikap hormat
E.Kerangka Teoritis Setiap individu diperlukan dengan
1. Teori Kepastian Hukum jaminan perlindungan martabat dan
Teori kepastian hukum yang hak-hak mereka;
digunakan dalam penelitian ini adalah
menurut Rene Descrantes, seorang dari 4. Pihak yang berwenang dapat dipercaya
Prancis yang berpendapat bahwa:6 dengan sikap yang baik hati, peduli
“Suatu kepastian hukum dapat dan tulus dengan mendengarkan
diperoleh dari metode sanksi yang individu dan dengan memberikan
diberlakukan kepada subjek hukum penjelasan atau membenarkan
baik perorangan maupun badan hukum keputusan untuk memenuhi kebutuhan
yang lebih menekankan pada proses para pihak yang berpekara.
orientasi proses pelaksanaan bukan Teori kepastian hukum digunakan
pada hasil pelaksanaan. Kepastian untuk membahas permasalahan yang
memberikan kejelasan dalam ada dalam penelitian ini, yaitu
melakukan perbuatan hukum saat mengenai perlindungan hukum bagi
pelaksaan kontrak dalam prestasi kreditur dalam perjanjian kredit dengan
bahkan saat kontrak tersebut jaminan hak tanggungan apabila terjadi
wanprestasi” macet dalam pembayaran kredit
Salah satu syarat yang harus 2. Konsep Perjanjian Kredit
dipenuhi dalam penegakan hukum yaitu Secara etimologis istilah kredit
kepastian hukum. Asas kepastian berasal dari bahasa latin credere yang
hukum mengandung arti bahwa suatu berarti kepercayaan, misalkan seorang
hukum harus dijalankan dengan baik nasabah debitur yang memperoleh
atau tepat. Selain itu kepastian hukum kredit bank adalah tentu seseorang yang
harusdidasarkan dengan prinsip mendapatkan kepercayaan dari bank.
keadilan. Mengenai keadilan, Tom Hal ini menunjukan bahwa yang
Tyler merumuskan empat aspek yang menjadi dasar pemberian kredit oleh
harus ada agar tercipta keadilan, yaitu:7 bank kepada nasabah debitur adalah
1. Suara kepercayaan.8
Kemampuan untuk berpatisipasi Pengertian formal mengenai
dalam kasus ini dengan kredit perbankan di Indonesia terdapat
dalam ketentuan Pasal 1 angka 11
Undang-Undang Perbankan tahun 1998,
6
Undang-Undang tersebut menetapkan :
Mariotedja, Teori Kepastian Dalam
“Kredit adalah penyediaan uang atau
Perspektif Hukum, Marotedja.blogspot.com,
diakses pada tanggal 10 Juni 2016 jam 05.12 WIB tagihan yang dapat dipersamakan
7
Husni, HakTanggungan Dan Eksekusi Hak dengan itu, berdasarkan persetujuan
Tanggungan Sebagai Perlindunga nHukum Bagi
Kreditur, Tesis, Fakultas Hukum, Universitas
8
Wijaya Putra, Surabaya, 2012, Hal.42 Ibid, hal.57

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 4


atau kesepakatan pinjam-meminjam 6. Bank tidak diperkenankan
antara bank dangen pihak lain yang melanggar Loan to Deposit Ratio
mewajibkan pihak peminjam untuk (LDR) dalam pemberian kredit.
melunasi hutang tertentu setelah jangka 7. Bank tidak boleh memberikan
waktu tertentu dengan pemberian kredit lebih dari Rp.50 juta
bunga.”9 kepada satu debitur tanpa
mencantumkan NPWP.
Dalam perjanjian kredit, petugas 8. Bank tidak boleh memberikan
perbankan harus memperhatikan kredit kepada
ketentuan-ketentuan, terutama yang pengembang/developer untuk
tercantum di dalam Pasal 6 dan Pasal 7 pengadaandan atau pengelolahan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tanah, baik secara langsung
sebagaimana telah disempurnakan maupun tidak langsung.
dengan Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 maupun Perjanjian kredit selalu terkait
dalam surat-surat edaran atau surat- dengan pengikat jaminan. Hal ini
surat keputusan Direksi BI, khususnya dilakukan oleh pihak bank agar bank
mengenai masalah kredit. Dalam mendapat kepastian bahwa kredit yang
kebijaksanaan pemberian kredit, bank- diberikan kepada nasabahnya dapat
bank tidak diperkenankan antara lain : dipergunakan sesuai dengan kebutuhan
10
dan dapat kembali dengan aman. Jadi
1. Memberikan kredit tanpa surat dengan adanya jaminan yang diikat
perjanjian tertulis, berarti setiap dalam bentuk perjanjian jaminan
pemberian kredit dalam bentuk tertentu akan dapat mengurangi resiko
apapun harus senantiasa disertai yang mungkin terjadi apabila penerima
dengan surat perjanjian tertulis kredit wanprestasi atau tidak dapat
yang jelas dan lengkap. mengembalikan kredit atau
2. Memberikan kredit kepada usaha pinjamannya.11
yang sejak semula telah dapat
diperhitungkan kurang sehat dan 3. Konsep Hak Tanggungan
akan membawa kerugian. Hak Tanggungan menurut
3. Memberikan kredit melampaui ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUHT atas
batas maksimum pemberian tanah beserta Benda-benda yang
kredit (BMPK). berkaitan degan tana, adalah :12
4. Bank tidak diperkenankan “Hak Tanggungan atas tanah beserta
memberikan kredit untuk benda-benda yang berkaitan dengan
pembelian saham dan modal kerja tanah, yang selanjurnya disebut Hak
dalam rangka kegiatan jual-beli Tanggungan adalah hak jaminan yang
saham. dibebankan pada hak atas tanah
5. Bank tidak diperkenankan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
memberikan kredit kepada Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
perorangan atau perusahaan yang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,
tidak berdomisili di Indonesia. berikut atau tidak berikut benda-benda
lain yang merupakan suatu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan
9
Penjelasan Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang
Tahun 1998 Tentang Perbankan
10 11
Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan,
Perbankan Di Indonesia, PT. Pustaka Utama Sinar Grafika, Jakarta, 2012. hal.24
12
Grafiti, Jakarta, 2007, hal. 81 Ibid, hal.13

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 5


yang diutamakan kepada kreditur Hak Tanggungan Dalam Perjanjian
tertentu terhadap kreditur-kreditur lain.” Kredit.
4. Konsep Akta Pemberian Hak 2.Sifat Penelitian
Tanggungan (APHT) Sifat dari penelitian itu adalah
Akta Pemberian Hak Tanggungan deskriptif , yang artinya penulis
(APHT) adalah pemegang hak (pemilik bermaksud memberikan gambaran yang
sertifikat tanah) membebankan hak jelas dan rinci mengenai Kuasa
tanggungan (menjaminkan) tanahnya Membebankan Hak Tanggungan
untuk menjamin pelunasan sejumlah (SKMHT) Sebagai Dasar Pembebanan
hutang debitur kepada kreditur. Hak Tanggungan Dalam Perjanjian
APHT mengatur persyaratan dan Kredit.
ketentuan mengenai pemberian Hak 3.Sumber Data
Tanggungan dari debitur kepada a.Bahan Hukum Primer
kreditur sehubung dengan hutang yang Bahan hukum primer, yaitu
dijaminkan dengan hak tanggungan. bahan-bahan ilmu hukum yang
APHT ini dimaksud untuk memberikan berhubungan erat dengan penelitian
kedudukan yang diutamakan kepadada diantaranya:
kreditur yang bersangkutan dari pada 1. Kitab Undang-Undang Hukum
kreditur-kreditur lain.13 Perdata;
2. Undang-Undang No. 7 Tahun
F.Metode Penelitian 1992 jo Undang-Undang No.
1.Jenis Penelitian 10 Tahun 1998 tentang
Jenis penelitian yang digunakan Perbankan;
oleh penulis adalah penelitian hukum 3. Undang-Undang No. 4 Tahun
normatif. Penelitian normatif adalah 1996 tentang Hak
penelitian hukum kepustakaan.14 Tanggungan.
Karena menjadikan bahan kepustakaan b.Bahan Hukum Sekunder
sebagai tumpuan utama dalam Bahan hukum sekunder, yaitu
melakukan penelitian ini. bahan-bahan hukum yang
Didalam penelitian hukum memberikan penjelasan atau
normatif memiliki kriteria jenis membahas lebih hal-hal yang diteliti
penelitian yaitu penelitian yang pada bahan-bahan primer, terdiri dari
membahas asas-asas hukum,15 yang berbagai buku, jurnal, skripsi, dan
merupakan aturan dasar dalam hukum pendapat-pendapat ahli yang relevan
yang harus dipedomani dan peraturan dengan penelitian serta data tertulis
perundang-undangan tidak boleh yang terkait dengan penelitian.
bertentangan dengan asas-asas hukum
tersebut, berkaitan dengan asas keadilan C.Bahan Hukum Tertier
dan keseimbangan para pihak, disini Bahan hukum tertier,
penulis meneliti Kekuatan Hukum Surat yaitubahan-bahan yang memberikan
Kuasa Membebankan Hak Tanggungan penjelasan terhadap bahan-bahan
(SKMHT) Sebagai Dasar Pembebanan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, yakni Kamus Besar
13
Ida Linda, Bahasa Indonesia, Kamus Hukum,
http://m.hukumonline.com/klik/detail/cl944/apht- dan Ensiklopedia.
(akte-pemberian-hak-tanggungan), dilihat pada
tanggal 12-06-2016 pukul 09.45 WIB
14
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 4.Teknik Pengumpulan Data
Penelitian Hukum Normatif suatu tinjauan Singkat, Metode yang digunakan dalam
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal.23 penelitian ini adalah melalui studi
15
Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Hukum kepustakaan atau bersifat dokumen,
Universitas Riau, 2012, hal.8

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 6


sehingga penelitian ini disebut sebagi Artinya riil adalah bahwa terjanjinya
penelitian hukum normatif dan data perjanjian kredit ditentukan oleh
yang digunakan dalam penelitian ini penyerahan uang oleh bank kepada
adalah data sekunder.. nasabah debitur.18

5.Analisis Data B. HAK TANGGUNGAN


Didalam penelitian hukum Pengertian hak tanggungan secara
normatif data dapat dianalisis secara yuridis dapat ditemukan dalam Pasal 1
kualitatif ataupun kuantitatif. Disini UUHT, yaitu :19
penulis menganalisi secara kualitatif “Hak jaminan yang dibebankan pada
dimana analaisis kualitatif adalah hak atas tanah sebagaimana dimaksud
analisis data dengan tidak dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
menggunakan statistik atau matematika 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
ataupun sejenisnya, namun cukup Pokok Agraria, berikut atau tidak
dengan menguraikan secara deskriptif berikut benda-benda lain yang
dari data yang telah diperoleh. merupakan satu kesatuan dengan tanah
Selanjutnya penulis menarik suatu itu, untuk pelunasan hutang tertentu,
kesimpulan secara deduktif yaitu yang memberikan kedudukan yang
menarik kesimpulan yang juga diutamakan kepada kreditur tertentu
merupakan fakta dimana kedua fakta terhadap kreditur-kreditur lain.”
tersebut dijembatani oleh teori-teori.16 Pengertian hak tanggungan yang
dikemukakan oleh St. Remy Shahdeini
TINJAUAN PUSTAKA bahwa hak tanggungan memberikan
A. Tinjauan Terhadap Perjanjian dan defenisi hak tanggungan atas tanah
perjanjian kredit pada Umumnya beserta dengan benda-benda yang
Defenisi perjanjian batasannya berkaitan dengan tanah yang
telah diatur dalam Pasal 1313 selanjutnyan disebut hak tanggungan.
KUHPerdata yang menyatakan bahwa Ini mengartikan hak tanggungan adalah
suatu perjanjian adalah suatu perbuatan penguasaan atas hak tanggungan yang
dengan mana satu orang atau lebih merupakan kewenangan bagi kreditur
mengikatkan dirinya terhadap satu tertentu untuk berbuat sesuatu
orang lain atau lebih.17 Defenisi mengenai hak tanggungan yang
perjanjian berdasarkan Pasal 1313 dijadikan agunan. Tetapi bukan untuk
KUHPerdata tersebut sebenarnya tidak dikuasai secara fisik dan digunakan,
lengkap, karena hanya mengatur melainkan untuk menjualnya jika
perjanjian sepihak dan juga sangat luas. debitur cidera janji dan mengambil dari
Perjanjian kredit adalah perjanjian hasilnya seluruhnya atau sebagian
pokok (prinsipil) yang bersifat riil, sebagai pembayaran lunas hutang
sebagai perjanjian prinsipiil maka debitur kepadanya.20
perjanjian jaminan adalah assessor nya.
Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan
tergantung pada perjanjian pokok.

16 18
Aslim Rasyad, Metode Ilmiah, Persiapan Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional
Bagi Penelitian, UNRI Press, Pekanbaru, 2005, Indonesia, Kencana, Jakarta, 2009, Hal. 71
19
Hal.20 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak
17
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Tanggungan, Kencana, Jakarta, 2005, Hal.13
20
Undang-Undang Hukum Perdata Buku III, tentang Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan,
Perikatan-Perikatan Yang Dilahirkan Dari Asas-Asas, Ketentuan-Ketentuan Pokok dan
Kontrak Atau perjanjian, Pradnya Paramita, Masalah-Masalah yang di Hadapi Oleh
Jakarta, 2006, Hal.338 Perbankan, Air Langga University Press, Hal.3

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 7


C.Notaris HASIL PENELITIAN DAN
Pasal 1 ayat (1) UUJN PEMBAHASAN
menyebutkan Notaris adalah pejabat
umum yang berwenang untuk membuat A. Akibat Hukum SKMHT Yang Tidak
akta otentik dan kewenangan lainnya Didaftarkan Dengan Pembuatan
sebagaimana dimaksud dalam undang- APHT
undang ini. Kedudukan Notaris sebagai Menurut Pasal 10 ayat (2) UUHT,
pejabat umum dalam arti kewenangan setelah perjanjian pokok itu diadakan,
yang ada pada notaris tidak perna pemberian hak tanggungan dilakukan
diberikan kepada pejabat-pejabat dengan pembuatan APHT yang dibuat
lainnya, selama kewenangan tersebut oleh PPAT sesuai dengan peraturan
tidak menjadi kewenangan pejabat- perundang-undangan yang berlaku.23
pejabat lain dalam membuat akta Ketidak hadiran pemberi hak
otentik dan kewenangan lainnya maka tanggungan dihadapan PPAT pada saat
kewenangan tersebut menjadi pembuatan APHT merupakan alasan
kewenangan notaris.21 yang memperkenankan pemberi hak
Notaris adalah salah satu cabang tanggungan untuk membuat atau
dari profesi hukum yang tertua didunia. mempergunakan SKMHT, oleh karena
Jabatan notaris lahir karena masyarakat itu Pasal 15 ayat (1) UUHT
membutuhkannya, bukan jabatan yang menegaskan bahwa surat kuasa
sengaja diciptakan kemudian baru dimaksud harus bersifat khusus dan
disosialisasikan kepada masyarakat. otentik yang harus dibuat dihadapan
Sejarah lahirnya notaris diawali dengan notaris atau PPAT.
lahirnya profesi scribae pada zaman Terhadap tanah-tanah yang
Romawi Kuno (abad ke-II dan ke-III berasal dari hak lama yakni hak
sesudah masehi).22 kepemilikan atas tanah menurut hukum
adat dapat dijadikan objek SKMHT
seperti yang dimaksud dalam Pasal 15
ayat (4) UUHT. Menurut Pasal 15 ayat
(4) UUHT, “SKMHT mengenai hak
atas tanah yang belum terdaftar wajib
diikuti dengan pembuatan APHT
selambat-lambatnya 3 bulan sesudah
diberikan.” Dapat terajdi bila para pihak
sepakat mengai hak itu dan memuat
janji tersebut yang telah tertulis pada
halaman 6 SKMHT. Dengan demikian,
para pihak melalui PPAT dapat memuat
didalam satu SKMHT atau lebih objek
hak tanggungan. Terhadap tanah-tanah
yang berasal dari hak lama yakni hak
kepemilikan atas tanah menurut hukum
adat dapat dijadikan objek SKMHT
seperti yang dimaksud dalam Pasal 15
21
ayat (4) UUHT.24
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir
Dalam hambatan pendaftaran
Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris), PT Refika Aditama, Bandung, SKMHT menjadi APHT adalah faktor
2014, Hal.40
22
Anke Dwi Saputro, Jati Diri Notaris
23
Indonesia Dulu, Sekarang, dan di Masa Datang, Penjelsan Pasal 10 ayat (2) UUHT
24
Gramedia Pustaka, Jakarta, 2008, Hal.40 Penjelasan Pasal 15 ayat (4) UUHT

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 8


biaya dan waktu menjadi salah satu untuk dapat mengelak dari tanggung
hambatan peningkatan SKMHT jawabnya untuk membayar kembali
menjadi APHT. Hal itu bukan karena hutangnya atau berusaha mengulur-ulur
biaya peningkatan SKMHT menjadi waktu. Debitur akan berusaha
APHT oleh PPAT, namum karena mencegah Bank dapat membebani hak
proses selanjutnya yaitu pensertifikatan tanggungan diatas tanah yang telah
terhadap objek SKMHT yang belum diangunkan untuk kreditnya.
terdaftar tersebut memerlukan biaya Berdasarkan Pasal 15 ayat (3) dan
yang mahal. Sedangkan terhadap (4) UUHT bahwasanya SKMHT
SKMHT lainnya yang tidak mengalami tersebut wajib didaftarkan menjadi
hambatan tersebut berlaku Pasal 15 ayat APHT, apabila tidak didaftarkan maka
(5) UUHT, hal ini berdasarkan jumlah menurut Pasal 15 ayat (6) UUHT
masing-masing kreditnya tersebut, SKMHT tersebut batal demi hukum
dimana tidak perlu mentaati jangka
waktu berlakunya surat kuasa, dalam 1. Kekuatan Mengikat Surat Kuasa
hal untuk menjamin kredit tertentu yang Membebankan Hak Tanggungan
diterapkan dalam peraturan perundang- (SKMHT) dalam perjanjian kredit
undang, seperti kredit kecil, kredit
kepemilikan rumah, dan lain-lain Pembebanan hak tanggungan
(Peraturan Menteri Negara Agraria / yang didahului pemberian SKMHT
Keputusan Badan Pertanahan Nasional juga memiliki beberapa kelemahan,
(BPN) No.4 Tahun 1996 tentang diataranya adanya batas waktu SKMHT
Penjelasan Batas Waktu Penggunaan untuk ditindak lanjuti menjadi APHT
SKMHT Untuk Menjamin Pelunasan sebelum menerbitkan Sertifikat hak
Kredit Tertentu), yaitu sampai tanggungan. Yaitu satu bulan untuk
berakhirnya masa berlakunya perjanjian tanah yang sudah terdaftar, dan tiga
pokok yang bersangkutan.25 bulan untuk tanah yang belum terdaftar.
Dengan ketentuan mengenai Dan konsekuensinya jika jangka waktu
jangka waktu berlakunya SKMHT yang SKMHT ini dilanggar maka SKMHT
singkat sedangkan jangka waktu tersebut menjadi batal demi hukum. Hal
perjanjian kredit lebih lama dari ini sangat merugikan kreditur
ketentuan tersebut, maka akan mengingat bank dalam perjanjian
merugikan pihak kreditur. Karena tidak kreditnya secara eksplisit menyebutkan
mustahil, bahwa kredit sudah menjadi tanah yang akan dijamin dan diberikan
macet sekalipun kredit baru diberikan SKMHT namun tidak bisa dipasang hak
belum tiga bulan. Kemacetan itu dapat tanggungan dikarenakan SKMHT telah
terjadi bukan oleh karena analisi jatuh tempo.26
kreditur terhadap kelayakan usaha yang SKMHT sebagai salah satu sarana
akan diberikan itu tidak baik, tapi yang memiliki dasar hukum dalam
kemacetan itu dapat terjadi sebagai mewujudkan kelancaran pelaksanaan
akibat perubahan keadaan ekonomi atau perjanjian kredit para pihak khusunya
perubahan peraturan yang terjadi. Bila antar kreditur dengan debitur. Untuk
terjadi perubahan keadaan tersebut, dapat berfungsi sebagai saranan hukum,
sudah tentu debitur akan enggan untuk maka SKMHT memerlukan kehadiran
memberikan SKMHT baru bila notaris atau PPAT sebagai pihak atau
SKMHT yang lama telah habis jangka lembaga yang memiliki kedudukan
waktu berlakunya, oleh karena itikad hukum dan dipercaya untuk
tidak baik debitur melihat peluang menfasilitasi kepentingan-kepentingan

25 26
Ibid, Hal.106 Ibid, Hal. 39

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 9


para pihak yang terlibat dalam Pemberian hak tanggungan dilakukan
perjanjian kredit terutama dalam hal dengan pembuatan APHT oleh PPAT
pengaturan objek hak tanggungan.27 sesuai dengan peraturan perundang-
Dalam Pasal 15 ayat (1) UUHT undangan yang berlaku.”29
menyatakan bahwa SKMHT wajib Hambatan pada pembuatan
dibuat dengan akta notaris atau PPAT SKMHT khususnya oleh notaris atau
dan memenuhi persyaratan sebagai PPAT yang membuat SKMHT tersebut
beriku :28 secara yuridis tidak ditemukan. Hal ini
1. Tidak memuat kuasa untuk dikarenakan pengaturan mengenai
melakukan perbuatan hukum lain SKMHT telah jelas diatur dalam
dari pada membebankan hak UUHT, akan tetapi hambatan tersebut
tanggungan; ditemukan pada pengurusan secara
2. Tidak memuat kuasa subtitusi; administrasi yaitu pada proses
3. Mencantumkan secara jelas objek penggunaan SKMHT menjadi APHT.
hak tanggungan, jumlah hutang Kendala yang ditemui antara lain tidak
dan nama serta identitas debitur dipatuhinya ketentuan Peraturan
apabila debitur bukan pemberi Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010
hak tanggungan. tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Dalam Pasal 15 ayat (6) UUHT Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
menyatakan bahwa SKMHT yang tidak Berlaku Pada Badan Pertahan Nasional.
diikuti dengan pembuatan APHT dalam Dapat dikemukan bahwa SKMHT
waktu yang telah ditentukan telah dijamin dengan UUHT atas tenah
sebagaimana yang dimaksud pada ayat beserta benda yang berkaitan dengan
(3) dan (4) UUHT atau pun waktu yang tanah belum dapat dijadikan dasar
ditentukan sebagaimana yang dimaksud untuk mengeksekusi jaminan. Untuk
dalam ayat (5) batal demi hukum. mengeksekusi jaminan, SKMHT
Selanjutnya APHT tersebut didaftarkan tersebut harus terlebih dahulu
pada kantor pertanahan setempat guna didaftarkan dan dilanjuti dengan
untuk melahirkan sertifikat hak pembuatan APHT untuk selanjutnya
tanggungan untuk melindungi kreditur diterbitkan sertifikat hak tanggungan
atas jaminan hak atas tanah beserta yang memiliki kekuatan eksekutorial
bangunan yang ada diatasnya tersebut. dan berkekuatan hukum yang tetap.
Mekanisme pemberian hak Agar mendapatkan sertifikat hak
tanggungan dalam SKMHT merupakan tanggungan maka pendaftaran SKMHT
kunci terjadinya proses pelimpahan tidak boleh lewat jangka waktu yang
kepada pihak ketiga, karena didalamnya telah ditetapkan UUHT agar SKMHT
terdapat janji pelunasan hutang. Hal ini tidak batal demi hukum.
diatur dalam Pasal 10 ayat (2) UUHT
yang berbunyi : “Pemberian hak
tanggungan didahului dengan janji
untuk memberikan hak tanggungan
sebagai jaminan pelunasan tertentu,
yang dituangkan didalam dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari
perjanjian hutang-piutang yang
bersangkutan atau perjanjian lainnya
yang menimbulkan hutang tersebut.

27
Ibid, Hal. 46
28 29
Penjelasan Pasal 15 ayat (1) UUHT Penejelasan Pasal 10 ayat (2) UUHT

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 10


PENUTUP B.Saran
1. Hendaknya para pihak khususnya
A.Kesimpulan kreditur agar mempertimbangkan
1. SKMHT dibuat oleh notaris atau penggunaan SKMHT dalam hal
PPAT dan dapat dipergunakan dalam debitur meminjam kredit, karena
hal pemberi hak tanggungan perbedaan dari segi fungsi antara
berhalangan hadir dalam SKMHT dengan APHT, perbedaan
memberikan hak tanggungan dan dari segi jangka waktu berlakunya,
menandatangani APHT sehingga maupun tentang perbedaan
dikuasakan kepada pihak lain. kedudukan kreditur pada SKMHT
Jangka waktu berlakunya SKMHT dan APHT. Sehingga kreditur dapat
adalah satu bulan dalam hal menilai apakah nilai kredit tersebut
dijadikan objek hak tanggungan hak sesuai bila digunakan SKMHT atau
atas tanah yang sudah didaftar, dan langsung dengan APHT
tiga bulan untuk jaminan hak atas 2. Perlu dipertimbangkan apakah perlu
tanah yang belum didaftar atau atau tidaknya pembatasan waktu
bilamana hak atas tanah yang SKMHT, sebaiknya diserahkan saja
bersangkutan sudah bersertifikat, kepada kreditur mengingat hal ini
tetapi belum tercatat atas nama adalah untuk melindungi
pemberi hak tanggungan sebagai kepentingan kreditur juga.
pemegangnya hak yang baru.
2. Perlindungan hukum bagi pihak
kreditur yaitu bank dalam hal debitur
wanprestasi dalam perjanjian kredit
dan bank hanya sebagai pemegang
SKMHT berpegang pada perjanjian
kredit yang telah dibuat sebelumnya.
Kuasa tersebut berakhir setelah
dilaksanakan atau telah habisnya
jangka waktuya. Hal tersebut diatur
oleh undang-undang dalam rangka
melindungi kepentingan kreditur
sebagai pihak yang umumnya diberi
kuasa untuk membebankan hak
tanggungan yang dijanjikan.
Perlindungan ini dapat dilakukan
melalui pengadilan ataupun diluar
pengadilan. Penyelesaian melalui
pengadilan dilakukan melaui
eksekusi hak tanggungan terutama
dilakukan apabila debitur sudah
tidak mempunyai kemampuan untuk
melunasi kewajibnya atau macet.
Sedangkan upaya diluar pengadilan
adalah berupa tindakan yang
dilakukan kerditur terhadap
perjanjian kreditnya sebagai upaya
penyelamatan kredit.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 11


DAFTAR PUSTAKA Widjanarto, Hukum dan Ketentuan
Perbankaan di Indonesia, PT.
A.Buku Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,
2007.
Andrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan,
Jakarta , Sinar Grafika, 2010, B. Jurnal/Skripsi/Tesis/Artikel/Kamus

Anke Dwi Saputro, Jati Diri Notaris Husni, Hak Tanggungan Dan Eksekusi
Indonesia Dulu, Sekarang, dan di Hak Tanggungan sebagai
Masa Datang, Gramedia Pustaka, Perlindungan Hukum Bagi
Jakarta, 2008 Kreditur, Skripsi, Fakultas Hukum,
Universitas Wijaya Putra,
Badriyah, Harum, Penyelesaian Sengketa Surabaya, 2012
Kredit Bermasalah, Pustaka Yohanes Benny Aprianto, Penyelesaian
Yustisia, Yogyakarta, 2010. Kredit Bermasalah Pada Bank DKI
Jakarta Cabang Solo Melalui Jalur
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia Non Litigasi, Jurnal Program Studi
(Tafsir Tematik Terhadap UU Ilmu Hukum Fakultas Hukum
No.30 Tahun 2004 Tentang Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Jabatan Notaris), PT Refika Yogyakarta, 2015,.
Aditama, Bandung, 2014
C. Peraturan Perundang-undangan
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional
Indonesia, Jakarta, Kencana, 2009, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja Undang-Undang No. 4 Tahun 1996


Hak Tanggungan, Jakarta , Tentang Hak Tanggungan
Kencana, 2005,

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan


Kredit Perbankan Indonesia, PT.
Raja Grafindo, Jakarta, 2007.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab


Undang-Undang Hukum Perdata
Buku III, tentang Perikatan-
Perikatan Yang Dilahirkan Dari
Kontrak Atau perjanjian, Jakarta,
Pradnya Paramita, 2006,

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,


Penelitian Hukum Normatif suatu
tinjauan Singkat, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2007.

Sutan Remy Syahdaini, Hak Tanggungan


(asas-asas ketentuan-ketentuan
pokok dan masalah yang dihadapi
oleh perbankan), Alumni,
Bandung, 1999

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 2, Oktober 2016. 12

You might also like