You are on page 1of 11

ISSN : 1978-4333, Vol. 04, No.

03

KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA


AIR DI KAMPUNG KUTA

Local Wisdom of Water Resource Management in Kampung Kuta

*)
Tia Oktaviani Sumarna Aulia dan Arya Hadi Dharmawan

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB

*) Email : auliatos@yahoo.com

Diterima 8 November 2010 / Disetujui 25 November 2010

ABSTRACT
Water is important resources to fulfill human needs. So, water resources must managed properly in order
to maintain the sustainability of resources. Water resources management should adapt to each area’s
characteristic because it has different local wisdom. Local wisdom not only as the features of a community,
but also as the effort for ecological environment sustainability. The purpose of this research is to identify
the form of local wisdom that existed in Kampung Kuta and identify local wisdom implementation in taking
care of water resources sustainability. The method of this research is qualitative approach with descriptive
research type. Researcher uses methodologies triangulation that is deep interview, limited of perception
shares, and observation. This research is conduct in the countryside of Karangpaningal, District of
Tambaksari, Sub-Province of Ciamis, Province of West Java. The result of this research shows existence of
Pamali as the form of local wisdom that defended society in by generations. The form of pamali that become
obligatory tradition norm of society that is continuity of tradition house, enjoinment of dead body
obsequies, enjoinment of well making, and continuity Hutan Keramat. Pamali has given positive impact of
water resources sustainability in Kampung Kuta. This condition are proved with the of appreciation
Kalpataru in the case of environment sustainability in 2002.
Keyword: Local Wisdom, Water Resources, Kampung Kuta, Pamali
PENDAHULUAN berkelanjutan untuk kepentingan jangka panjang. Saleh
dan Rasul (2008) menjelaskan bahwa pengelolaan
Latar Belakang
sumberdaya air merupakan upaya pendayagunaan
Kesadaran akan pentingnya menjaga keanekaragaman sumber-sumber air secara terpadu dengan upaya
hayati sangat diperlukan tidak saja untuk kepentingan pengendalian dan pelestariannya.
bangsa Indonesia melainkan juga untuk kepentingan
Pengelolaan sumberdaya air harus disesuaikan dengan
masyarakat dunia secara keseluruhan dan diarahkan untuk
kondisi lokal dan kearifan lokal pada setiap daerah karena
kepentingan jangka panjang. Pengelolaan sumberdaya
setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan
Pada suatu komunitas tertentu dapat ditemukan kearifan
umat manusia, dan sebaliknya pengelolaan sumberdaya
lokal yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam
alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat
sebagai tata pengaturan lokal yang telah ada sejak masa
manusia (Fauzi, 2004). Oleh karena itu, diperlukan
lalu dengan sejarah dan adaptasi yang lama. Kearifan
pengelolaan sumberdaya alam yang baik agar
lokal tidak hanya berfungsi sebagai ciri khas suatu
menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
komunitas saja, tetapi juga berfungsi sebagai upaya untuk
manusia dengan tidak mengorbankan kelestarian
pelestarian lingkungan ekologis suatu komunitas
sumberdaya alam itu sendiri.
masyarakat.
Sumberdaya air merupakan salah satu unsur yang sangat
Salah satu kampung adat yang menarik untuk dikaji lebih
penting untuk keberlanjutan kehidupan makhluk hidup
dalam adalah Kampung Kuta yang terletak di Desa
terutama manusia. Keberadaan air dapat berperan
Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten
multiguna, dapat digunakan sebagai air minum dan MCK
Ciamis, Jawa Barat. Kampung ini dikenal sangat
(mandi, cuci, kakus), mengairi lahan pertanian, relijius
menghormati warisan leluhurnya. Adat dan tradisi
(mendukung pelaksanaan ibadah), dan ekonomi. Maka
menjadi salah satu peninggalan leluhur yang tidak boleh
diperlukan adanya suatu pengelolaan terhadap
dilanggar. Kampung ini dikategorikan sebagai kampung
sumberdaya air agar keberadaannya tetap bermanfaat dan
adat karena mempunyai kesamaan dalam bentuk dan

5Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia | Desember 2010, hlm. 345-355
bahan fisik bangunan rumah, adanya ketua adat, dan PENDEKATAN TEORITIS
adanya adat istiadat yang mengikat masyarakatnya
Tinjauan Pustaka
(Mustafid, 2009). Seperti halnya kampung-kampung adat
yang masih mempunyai undang-undang atau aturan Komunitas Adat
main, Kampung Kuta memiliki aturan main dalam
Menurut Nasdian dan Dharmawan (2007) sebagaimana
pengelolaan sumberdaya agar dapat menciptakan
kelestarian bagi lingkungan. dikutip oleh Tishaeni (2010), pemahaman lebih luas
mengenai komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial
Rumusan Masalah yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok
dengan kepentingan bersama (communities of
Pengelolaan sumberdaya air di hulu sangat
common interest) baik yang bersifat fungsional
menentukan keberlanjutan dari sumberdaya air
maupun yang mempunyai teritorial. Istilah community
tersebut. Melalui pengelolaan daerah hulu yang baik maka
dapat diterjemahkan sebagai masyarakat setempat. Istilah
masyarakat akan mendapatkan manfaat penghidupan yang
komunitas dalam batas-batas tertentu dapat merujuk pada
lebih baik dan lebih pasti dari keberadaan air bersih.
warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, pengelolaan
anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok besar
sumberdaya alam di daerah hulu semakin sulit dilakukan,
maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa
air semakin mengalami kelangkaan. Pengelolaan yang
sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat
buruk di hulu akan berakibat pada kehancuran di hilir.
memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama,
Untuk itu diperlukan upaya untuk mengelola sumberdaya
maka kelompok tadi disebut komunitas.
air melalui kearifan lokal. Hanya sebagian kecil
masyarakat pada daerah-daerah khusus yang mampu Komunitas adat menurut Siregar (2002) adalah
melakukan pelestarian sumberdaya air di daerah hulu, komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur, di
salah satunya Kampung Kuta yang memiliki kearifan atas wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah
lokal melalui budaya pamali dalam pelestarian dan kekayaan alam, kehidupan sosial yang diatur oleh
lingkungan. Maka perumusan masalah yang dapat diambil hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola
untuk penelitian ke depan yaitu: keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. Komunitas
adat juga merupakan kelompok sosial budaya yang
1. Bagaimana bentuk kearifan lokal sebagai upaya
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum
menyelamatkan sumberdaya air yang terdapat di
terlibat dalam jaringan dan pelayanan, baik sosial
Kampung Kuta?
ekonomi maupun politik.
2. Bagaimana implementasi kearifan lokal dalam
Kearifan Lokal
menjaga kelestarian sumberdaya air?
Konsep kearifan lokal menurut Mitchell, et al. (2000)
Tujuan Penelitian
berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan atau tradisional. Kearifan lokal adalah kumpulan
masalah di atas tersusunlah tujuan dari penelitian ini pengetahuan dan cara berpikir yang berakar dalam
yaitu: kebudayaan suatu kelompok manusia, yang merupakan
hasil pengamatan selama kurun waktu yang lama
1. Mengetahui bentuk kearifan lokal sebagai upaya
(Babcock, 1999 sebagaimana dikutip oleh Arafah, 2002).
menyelamatkan sumberdaya air yang terdapat di
Sedangkan menurut Zakaria (1994) sebagaimana dikutip
Kampung Kuta.
oleh Arafah (2002), pada dasarnya kearifan lokal atau
2. Menganalisa implementasi kearifan lokal dalam kearifan tradisional dapat didefinisikan sebagai
menjaga kelestarian sumberdaya air. pengetahuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu
masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah
Kegunaan Penelitian pengetahuan kebudayaan yang berkenaan dengan model-
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan model pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
manfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun secara lestari. Kearifan tersebut berisikan gambaran
terkait dengan kajian kearifan lokal dalam pemanfaatan tentang anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang
sumberdaya air, khususnya kepada: hal-hal yang berkaitan dengan struktur lingkungan, fungsi
lingkungan, reaksi alam terhadap tindakan-tindakan
1. Bagi peneliti, dapat menganalisis kearifan lokal manusia, dan hubungan-hubungan yang sebaiknya
yang terdapat di Kampung Kuta terkait dengan tercipta antara manusia (masyarakat) dan lingkungan
pengelolaan sumberdaya air. alamnya.
2. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan Ridwan (2007) mengemukakan bahwa kearifan lokal
sebagai sumber informasi atau referensi untuk dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan
penelitian selanjutnya. menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan
3. Bagi masyarakat khususnya komunitas bersikap terhadap sesuatu, objek atau peristiwa yang
Kampung Kuta, penelitian ini dapat terjadi dalam ruang tertentu. Pengertian tersebut disusun
memberikan pemahaman tentang kearifan lokal secara etimologi, dimana wisdom/kearifan dipahami
yang mereka miliki sehingga mereka senantiasa sebagai kemampuan seseorang dengan menggunakan akal
menjaga dan selalu melestarikan kearifan lokal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil
tersebut. penilaian terhadap sesuatu, objek atau peristiwa yang

346 | Aulia, Tia Oktaviani Sumarna. et. al. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta
terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom kemudian diartikan modernisasi, dan kemudahan akses masuk ke dalam atau
sebagai kearifan/kebijaksanaan. ke luar suatu komunitas. Bahkan hubungan antar individu
atau kelompok juga dapat mempengaruhi kebudayaan.
Sirtha (2003) sebagaimana dikutip oleh Sartini (2004),
menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kearifan lokal yang Soekanto (2002), membagi faktor-faktor perubahan pada
ada dalam masyarakat dapat berupa: nilai, norma, kebudayaan dan perubahan sosial masyarakat menjadi dua
kepercayaan, dan aturan-aturan khusus. Bentuk kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
yang bermacam-macam ini mengakibatkan fungsi internal ini berasal dari dalam masyarakat itu sendiri
kearifan lokal menjadi bermacam-macam pula. Fungsi seperti:
tersebut antara lain adalah:
1. bertambah/berkurangnya penduduk,
1. Kearifan lokal berfungsi untuk konservasi dan
2. penemuan-penemuan baru,
pelestarian sumberdaya alam.
3. pertentangan/konflik masyarakat, dan
2. Kearifan lokal berfungsi untuk mengembangkan
sumber daya manusia. 4. terjadinya pemberontakan atau revolusi.
3. Berfungsi sebagai pengembangan kebudayaan Sedangkan faktor ekternal adalah faktor yang berasal dari
dan ilmu pengetahuan. luar masyarakat diantaranya adalah:
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra 1. sebab-sebab yang berasal dari lingkungan alam
dan pantangan. fisik yang ada di sekitar manusia,
Pengelolaan Sumberdaya Air 2. peperangan, dan
Pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, 3. pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, Kerangka Pemikiran
pendayagunaan air dan pengendalian daya rusak air Kearifan lokal di Kampung Kuta dalam pengelolaan
(Kodoatie dan Sjarief, 2005). Menurut Grigg (1996) sumberdaya air melalui Hutan Kerama bermanfaat
dalam Kodoatie dan Sjarief (2005), pengelolaan dalam menjaga keseimbanga alam, keberlanjutan
sumberdaya air didefinisikan sebagai aplikasi dan cara sumberdaya air, dan terpeliharanya tatanan hidup
struktural dan non-struktural untuk mengendalikan sistem bermasyarakat. Mengacu pada Sirtha (2003) sebagaimana
sumberdaya air alam dan buatan manusia untuk dikutip oleh Sartini (2004), kearifan lokal mencakup
kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan bentuk-bentuk tentang sumberdaya air tersebut.
lingkungan. Tindakan struktur (structural measures)
untuk pengelolaan air adalah fasilitas-fasilitas terbangun Bentuk kearifan lokal yang ada dalam masyarakat dapat
(constructed facilities) yang digunakan untuk berupa: nilai, norma, kepercayaan, sanski dan aturan-
mengendalikan aliran dan kualitas air. Tindakan-tindakan aturan khusus. Bentuk kearifan lokal akan menghasilkan
non-struktural (non-structural measures) untuk suatu bentuk implementasi dalam menjaga keberlanjutan
pengelolaan air adalah program-program atau aktifitas- sumberdaya air. Kearifan lokal ini akan dipengaruhi oleh
aktifitas yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas faktor internal dan faktor eksternal dalam proses
terbangun. pelaksanaannya. Kedua faktor ini sangat memungkinkan
akan menyebabkan terjadinya perubahan kearifan lokal.
Saleh dan Rasul (2008) menjelaskan bahwa pengelolaan Gambar 1 menjelaskan gambaran mengenai kerangka
sumberdaya air merupakan upaya pendayagunaan pemikiran yang akan dikaji dalam penelitian.
sumber-sumber air secara terpadu dengan upaya
pengendalian dan pelestariannya. Beberapa aspek yang
terkait pengelolaan sumberdaya air yaitu: pembekalan
air minum dan industri, irigasi, PLTA, pelayaran,
perikanan, rekreasi, drainase (pengelolaan limpasan
hujan), pengendalian banjir, pengendalian kekeringan,
pengendalian kualitas air, pengendalian dalinitas,
pertahanan nasional, hubungan internasional dan
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS).
Perubahan Sosial
Masyarakat adat dengan segala kearifan lokal yang
dimilikinya tentu saja akan mengalami perubahan
layaknya pada kebudayaan. Hal ini mengingat bahwa
kearifan lokal merupakan salah satu wujud dari
kebudayaan masyarakat. Perubahan ini tentu saja
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sartini (2004),
menjelaskan bahwa kebudayaan akan berubah dengan
dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, perpindahan
atau masuknya penduduk lain pada suatu komunitas
tertentu, masuknya peralatan baru sebagai produk

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 4, No. 3 2011 | 347
Definisi Konseptual penelitian. Kerangka konseptual yang telah dibangun
peneliti menjadi pengarah agar hasil penelitian dapat
1. Pengelolaan Sumberdaya Air adalah upaya
memenuhi tujuan penelitian.
pemanfaatan sumber-sumber air secara terpadu
dengan upaya pengendalian dan pelestariannya. Berdasarkan tujuan dalam memperoleh data, jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
2. Kearifan lokal adalah suatu kebijaksanaan,
deskrptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk
gagasan-gagasan, ilmu pengetahuan, keyakinan,
memberikan gambaran yang jelas tentang karakteristik
pemahaman dan adat kebiasaan/etika masyarakat
dari fenomena yang sedang diteliti dan hubungan antar
lokal yang dianggap baik untuk dilaksanakan,
fenomena yang sedang diteliti tersebut (Silaen, 2004).
bersifat tradisional, diwariskan, penuh kearifan
Fenomena yang diteliti tersebut adalah fenomena kearifan
dan berkembang dalam jangka waktu tertentu
lokal masyarakat di Kampung Kuta, Desa
dan merupakan hasil dari timbal balik antara
Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten
masyarakat dan lingkungannya.
Ciamis, Jawa Barat. Sehingga akan diperoleh gambaran
3. Bentuk-bentuk kearifan lokal adalah suatu ciri yang jelas dari kearifan lokal dan aplikasinya dalam
yang membangun kearifan lokal tersebut pengelolaan sumberdaya alam, yaitu sumberdaya air dan
sehingga kearifan lokal tersebut memiliki wujud. hutan. Selanjutnya akan di peroleh juga gambaran atau
uraian tentang karakteristik serta faktor-faktor yang
a. Nilai adalah suatu perbuatan atau
mungkin akan mempengaruhi perubahan kearifan lokal di
tindakan yang oleh masyarakat Kampung Kuta.
dianggap baik. Nilai dalam setiap
masyarakat tidak selalu sama, karena Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
nilai di masyarakat tertentu dianggap
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampung Kuta, Desa
baik tapi dapat dianggap tidak baik di
Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten
masyarakat lain.
Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Proses penentuan lokasi ini
b. Norma adalah suatu standar-standar dilakukan secara purposive (sengaja). Alasan
tingkah laku yang terdapat di dalam pemilihan lokasi penelitian adalah karena Kampung
suatu masyarakat. Kuta ini dikategorikan sebagai salah satu kampung adat
yang memiliki dan masih mengaplikasikan kearifan lokal
c. Kepercayaan adalah sesuatu yang
dalam pengelolaan sumberdaya alam sebagai upaya
diyakini kebenarannya.
menjaga kelestaraian lingkungan. Selain itu, pada tahun
d. Sanksi adalah suatu tindakan yang 2002, Kampung Kuta mendapatkan penghargaan secara
diberikan kepada seseorang yang nasional dari pemerintah sebagai penerima penghargaan
melanggar suatu peraturan. Kalpataru dalam hal upaya menjaga dan ramah
lingkungan. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
e. Aturan-aturan khusus adalah aturan- Mei-Juli 2010.
aturan yang sengaja dibuat untuk
suatu kepentingan tertentu. Teknik Pengumpulan Data
4. Implementasi kearifan lokal adalah suatu Informasi harus dikumpulkan dari berbagai sumber,
penerapan/aplikasi bentuk kearifan lokal yang karena tidak ada satu pun sumber informasi tunggal yang
dilakukan komunitas adat yang sesuai dengan dapat memberikan perspektif yang menyeluruh atas suatu
aturan adat yang memberikan dampak, baik permasalahan. Peneliti menggunakan triangulasi
berupa perubahan pengetahuan, keterampilan metodologi untuk menggali data mengenai gambaran
maupun nilai, dan sikap dari komunitas adat kearifan lokal. Triangulasi metodologi yang digunakan
tersebut (Susilo, 2007 dalam Mawardi, 2009). adalah
5. Faktor internal adalah faktor berasal dari dalam kombinasi dari teknik pengumpulan data dengan
masyarakat yang akan mempengaruhi perubahan menggunakan metode wawancara mendalam, pengamatan
bentuk kearifan lokal. berperanserta terbatas dan penelusuan (analisis) data
sekunder. Triangulasi metodologi tersebut yaitu:
6. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal
dari luar masyarakat yang akan mempengaruhi 1. Wawancara Mendalam
perubahan bentuk kearifan lokal. Untuk memilih informan, peneliti akan
PENDEKATAN LAPANG menggunakan teknik bola salju (snowball
sampling) yaitu peneliti harus mengenal
Metode Penelitian beberapa informan kunci terlebih dahulu dan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kemudian meminta mereka untuk
kualitatif merupakan penelitian yang mengambil memperkenalkan informan lain yang dapat
fakta berdasarkan pemahaman subyek peneliti wawancarai. Informan kunci yang akan
penelitian, mengetengahkan hasil pengamatan itu dipilih secara purposive yaitu kepala adat,
secara sangat rinci (Agusta, 1998). Pendekatan kualitatif kuncen, dan kepala dusun. Ketiga informan
ini digunakan untuk mengidentifikasi dari keberadaan kunci ini dipilih karena mereka merupakan
kearifan lokal di Kampung Kuta dan menggambarkan pemimpin informal dan pemimpin formal di
kearifan lokal berdasarkan pemahaman subyek Kampung Kuta.

348 | Aulia, Tia Oktaviani Sumarna. et. al. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta
2. Pengamatan Berperanserta Terbatas yaitu Dusun Kuta yang terdiri dari satu RW dengan empat
RT. Secara geografis wilayah Kampung Kuta berbatasan
Pengamatan berperanserta menunjuk pada proses
dengan beberapa wilayah sebagai berikut:
penelitian yang mempersyaratkan interaksi sosial
antara peneliti dengan tineliti dalam lingkungan a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Dusun
sosial tineliti sendiri. Peneliti akan menggunakan Cibodas.
pengamatan berperanserta-terbatas, yaitu dengan
b. Sebelah Barat, berbatasan dengan Dusun
tidak merahasiakan identitas peneliti.
Margamulya.
Pengamatan akan dilakukan dengan cara
wawancara informal untuk mengidentifikasi c. Sebelah Timur dan Selatan, berbatasan dengan
kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya air Sungai Cijolang, yang sekaligus berbatasan
berdasarkan persepsi tineliti. dengan wilayah Jawa Tengah.
3. Penelusuran (analisis) Data Sekunder Topografi tanah berada pada ketinggian ± 500 meter di
atas permukaan air laut. Dengan demikian kondisi udara
Penelusuran dokumen dilakukan sebagai
Kampung Kuta cukup sejuk. Luas wilayah Kampung
penguatan terhadap data-data yang tidak bisa
Kuta sekitar 97 hektar.
dilengkapi dari pengamatan berperanserta dan
wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh Tabel 1. Luas Wilayah Pemanfaatan Lahan Kampung
dengan menganalisis dan melakukan kajian Kuta Tahun 2010
pustaka terhadap berbagai literatur, yakni jurnal,
buku, makalah dan informasi dari internet yang
terkait dengan topik penelitian.
Teknik Analisis Data
Data kualitatif hadir dalam wujud catatan harian. Isi
catatan harian tersebut adalah hasil-hasil pengamatan,
hasil-hasil wawancara, dan kutipan dari berbagai
dokumen (Sitorus, 1998). Miles dan Huberman (1992)
sebagaimana dikutip oleh Sitorus (1998) mendefinisikan
tahap-tahap analisis data sebagai berikut: Penduduk dan Mata Pencaharian
1. Reduksi data adalah proses pemilihan, Jumlah penduduk berdasarkan hasil sensus penduduk
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, 2010 yaitu sebanyak 298 jiwa terdiri atas penduduk
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” laki-laki sebanyak 145 jiwa dan penduduk perempuan
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di sebanyak 153 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 127
lapangan. Reduksi data merupakan bentuk Kepala Keluarga (KK). Seluruh masyarakat di Kampung
analisis yang menjamkan, menggolongkan, Kuta berkewarganegaraan Indonesia dan beragama Islam.
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian Tabel 2. Sumber Penghidupan di Kampung Kuta Tahun
rupa hingga kesimpulan-kesimpulan akhir 2010
dapat diambil.
2. Penyajian data adalah sekumpulan informasi
tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data dapat mengambil
berbagai bentuk yaitu teks naratif dan matriks,
grafik, jaringan, dan bagan.
3. Penarikan kesimpulan dalam hal ini mencakup
juga verifikasi atas kesimpulan itu dengan cara:
memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang Masyarakat memiliki akses terbatas terhadap pendidikan,
pada catatan-catatan lapangan, peninjauan sebagian besar hanya dapat mengenyam pendidikan
kembali dan tukar pikiran antar teman sampai dengan setingkat SLTA. Bahkan tidak sedikit
sejawat untuk masyarakat yang tidak tamat SD atau tidak pernah sama
sekali duduk di bangku sekolah.
KARAKTERISTIK WILAYAH PENELITIAN
Keadaan Umum
Kampung Kuta terletak di bagian Timur Laut
Kabupaten Ciamis, berada di bagian Lembah, dikelilingi
oleh tebing yang curam setinggi 30-60 meter. Kampung
Kuta secara administratif berada di Desa Karangpaningal,
Kecamatan Tambaksari, wilayah Kabupaten Ciamis.
Kampung Kuta dan di tetapkan sebagai sebuah Dusun

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 4, No. 3 2011 | 349
Tabel 3. Tingkat Pendidikan di Kampung Kuta Tahun kurang lebih 75 meter dan dikelilingi oleh tebing-
2010 tebing/perbukitan. Nama kuta sendiri dalam bahasa Sunda
berbarti pagar tembok. Asal- usul Kampung Kuta terdiri
atas dua bagian yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu
Kampung Kuta pada masa kerajaan Galuh dan pada masa
Kerajaan Cirebon.
Versi Kampung Kuta pada masa Kerajaan Galuh ini
dimulai pada awal pendirian Kerajaan Galuh. Seorang
Raja Galuh bernama Prabu Ajar Sukaresi sedang
mengembara bersama beberapa pengawal terpilih dan
berpengalaman. Pengembaraan dilakukan untuk mencari
Kondisi Sarana dan Prasarana daerah yang cocok untuk mendirikan pusat pemerintahan
kerajaan. Versi asal- usul Kampung Kuta pada masa
Sarana dan prasarana yang terdapat di Kampung Kuta Kerajaan Cirebon diawali oleh dua kerajaan yang
diantaranya sarana transportasi, komunikasi, dan menaruh perhatian besar terhadap Kampung Kuta, yaitu
peribadatan. Sarana transportasi yang sudah cukup baik, Kerajaan Cirebon dan Kerajaan Mataram Solo. Akhirnya
jalan utama dapat dilalui oleh kendaraan darat apa saja Raksabumi menjadi pemimpin di Kampung Kuta atau
meskipun kondisi jalan belum di aspal seluruhnya, penunggu dan penjaga daerah Kuta (kuncen) hingga akhir
beberapa jalan kondisinya masih berbatu.Jarak tempuh hayatnya. Setelah meningga Raksabumi dimakamkan di
dari Kampung Kuta ke Desa, Kecamatan dan Kabupaten Cibodas dan dikenal dengan nama Ki Bumi. Beliau
yaitu: dianggap sebagai cikal bakal dan leluhur yang
 Kampung Kuta ke Desa Karangpaningal : 1 km menurunkan masyarakat Kuta. Raksabumi adalah
pemimpin pertama dan sampai sekarang Kampung Kuta
 Kampung Kuta ke Kantor Camat Tambaksari : 4 tetap dipimpin oleh keturunan Ki Bumi.
km
Kepercayaan Masyarakat
 Kampung Kuta ke Ibukota Kabupaten Ciamis
: 45 km Masyarakat Kampung Kuta memiliki sistem kepercayaan
yang berhubungan dengan keyakinan terhadap makhluk
Sarana komunikasi yang berkerkembang di Kampung gaib. Mereka meyakini di dalam Hutan Keramat tinggal
Kuta yaitu handphone (telepon genggam) dan televisi makhluk-makhluk gaib yang menguasai serta
(menggunakan parabola). Terdapat Pasanggrahan dan mengendalikan seluruh wilayah Kuta. Masyarakat
Bale Sawala yang biasanya digunakan untuk keperluan Kampung Kuta percaya bahwa makhluk-makhluk gaib
acara adat. Daerah I Masyarakat Adat Jawa Barat pada itulah yang menetapkan aturan-aturan yang secara turun-
tanggal 19 Juni 2010. Pemenuhan kebutuhan rohani temurun ditaati oleh semua orang termasuk kuncen.
terutama dalam hal peribadatan, di Kampung Kuta sudah Ketaatan terhadap tabu yang berlaku tersebut, didasarkan
terdapat satu mesjid dan satu mushola. Terdapat enam oleh rasa takut akan akibat yang harus ditanggung apabila
warga yang membuka warung kecil di depan melanggarnya.
rumahnya. Sarana pemandian umum atau jamban
dimanfaatkan oleh mayoritas masyarakat Kampung Kuta. Upacara Adat

Organisasi Kemasyarakatan Masyarakat Kampung Kuta hingga kini


masih melaksanakan berbagai upacara/ritual adat
Kehidupan masyarakat Kampung Kuta tampaknya banyak yaitu diantaranya:
mengalami kemajuan dibidang material dan spiritual.
Kemajuan-kemajuan ini disadari oleh masyarakat 1. Upacara Nyuguh
Kampung Kuta sebagai hasil usaha yang mereka lakukan Upacara ini merupakan upaca wajib yang selalu
sendiri. Keberhasilan yang dicapai oleh masyarakat dilakukan pada tanggal 25 Safar (Kalender
Kampung Kuta mengakibatkan kebutuhan di segala Hijriah). Upacara ini bertujuan sebagai
bidang terus meningkat. Keberhasilan masyarakat ungkapan rasa syukur atas limpahan rejeki dan
Kampung Kuta tidak terlepas dari kearifan pemimpin terhindarnya malapetaka yang menimpa
formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal masyarakat Kampung Kuta.
masyarakat adalah kepala dusun yang dibantu oleh
seorang ketua RW dan empat ketua RT. Pemimpin 2. Upacara Hajat Bumi
informal adalah kuncen yang memiliki pengaruh besar Upacara ini merupakan bagian dari upacara
dalam penataan kehidupan bermasyarakat. Dalam Nyuguh, sebelum dilakukan Nyuguh, masyarakat
melaksanakan tugasnya sehari-hari kuncen dibantu akan memulai upacara Hajat Bumi di bale
oleh seorang ketua adat, seorang wakil ketua adat, dusun. Upacara ini pun melibatkan seluruh
seorang sekretaris adat, dan seorang bendahara adat. masyarakat Kampung Kuta. Tujuannya adalah
SEJARAH KAMPUNG KUTA untuk mensyukuri keberhasilan dalam bercocok
tanam terutama padi dan juga memohon
Cerita Rakyat perlindungan pada masa tanam yang akan
Nama Kampung Kuta diberikan karena sesuai dengan datang.
lokasinya yang berada di lembah curam sedalam 3. Upacara Babarit

350 | Aulia, Tia Oktaviani Sumarna. et. al. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta
Upacara ini dilaksanakan apabila terjadi gejala-
gejala alam seperti gempa bumi, kemarau
panjang, banjir atau kejadian alam lainnya.
Upacara ini dipimpin oleh ajengan dan kuncen
dengan membaca doa untuk memohon kepada
penguasa alam dan para karuhun agar
masyarakat terhindar dari bencana. Upacara ini
dilengkapi dengan sesajian dan makanan sebagai
persembahan kepada para leluhur.
Selain masih mempertahankan berbagai upacara adat,
masyarakat Kampung Kuta mengenal berbagai kesenian,
baik kesenian tradisional maupun kesenian modern,
diantaranya: calung, reog, sandiwara (drama sunda),
tagoni, keliningan, jaipongan, qasidah, ronggeng, dan
kesenian dangdut. Kesenian tersebut dipertunjukkan pada
saat hajatan perkawinan atau pada saat penerimaan tamu
kampung. Kelompok kesenian yang terdapat di Kuta,
yaitu: Degung, terbang, gondang, dan tayuh/tayuban.
BUDAYA PAMALI SEBAGAI KEARIFAN LOKAL
DI KAMPUNG KUTA Prinsip-prinsip utama di atas dibedakan menjadi dua
Masyarakat Kampung Kuta memiliki kearifan lokal yang bagian yaitu prinsip utama yang berhubungan dengan
sudah diwariskan oleh leluhur. Kearifan lokal masih tetap pengelolaan sumberdaya alam (1 - 5) dan prinsip yang
dijalankan sampai saat ini karena sifatnya amanah berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (6 - 21).
sehingga harus dilaksanakan sesuai dengan aturan main Kelima prinsip yang berhubungan dengan pengelolaan
yang ada di Kampung Kuta. Bentuk kearifan lokal yang sumberdaya alam merupakan norma adat yang sangat
sudah dijalankan masyarakat Kuta tersebut yaitu budaya mengikat masyarakat karena sudah dilakukan secara
pamali. Pamali (tabu) adalah suatu aturan atau norma turun-temurun dan
yang mengikat kehidupan masyarakat adat. diketahui oleh seluruh masyarakat Kampung Kuta. Jadi,
Tabu atau pamali terungkap dalam prinsip-prinsip utama yang ditekankan dalam budaya pamali adalah
yang dikemukakan ketua adat atau kuncen sebagai pelestarian bentuk rumah, larangan penguburan mayat,
aturan adat yang harus dipatuhi dan diyakini larangan membuat sumur, dan peraturan mengenai Hutan
kebenarannya. Prinsip-prinsip yang disebutkan pada Keramat.
Tabel 4. dianggap sebagai kearifan tradisional/kearifan Tabel 5. Bentuk Kearifan Lokal yang Ditekankan di
lokal karena berasal dari warisan leluhur yang telah Kampung Kuta
berlaku secara turun temurun. Di Kampung Kuta, prinsip
tradisional tersebut masih berlaku sebagai pranata sosial
yang dapat mengandalikan perilaku manusia dalam
berinteraksi dengan alam atau dengan sesamanya.
Tabel 4. Prinsip-prinsip Utama dalam Budaya Pamali

Budaya pamali memiliki aturan-aturan yang harus


ditaati oleh masyarakat Kampung Kuta. Setiap orang
yang melanggarnya selalu mendapatkan balasan yang
diyakini berasal dari karuhun mereka yang murka.
Pelanggaran terhadap tabu (pamali) dapat menyebabkan
terjadinya musibah bukan saja melanda kepada pelanggar
tapi juga mengenai seluruh penduduk kampung. Bentuk-
bentuk musibah yang datang dapat bermacam-macam
seperti penyakit, serangan hama tanaman, gempa bumi
berupa tanah longsor, angin topan atau banjir, dan bahkan
kematian.
Kampung Kuta memiliki ciri khas yaitu mempunyai
kesamaan dalam bentuk dan bahan fisik bangunan rumah.

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 4, No. 3 2011 | 351
Keaslian turun temurun tetap dapat dipertahankan karena 12. Tidak boleh memasuki Hutan Keramat tanpa
mereka masih patuh dan taat pada aturan yang berlaku didampingi oleh kuncen.
dari leluhurnya dan merupakan salah satu bagian dari
IMPLEMENTASI DAN DINAMIKA KEARIFAN
budaya pamali.
LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
Bentuk rumah di Kampung Kuta terikat oleh suatu aturan AIR
dalam bentuk dan bahan bangunan yang digunakan,
Implementasi Kearifan Lokal dalam Pengelolaan
kriteria dari rumah adat tersebut dapat dilihat pada Tabel
Sumberdaya Air
6.
Sumberdaya air yang terdapat di Kampung Kuta
Tabel 6. Kriteria Rumah Adat Kampung Kuta Tahun
digunakan dalam dua fungsi yaitu untuk memenuhi
2010
kebutuhan sehari-hari dan untuk ritual adat. Air
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti untuk minum, masak, MCK (mandi, cuci,
kakus), mengairi sawah, kolam ikan, dan memenuhi
kebutuhan hewan ternak diambil dari sumber air bersih
yang berasal dari empat mata air, yaitu Cibungur,
Ciasihan, Cinangka dan Cipanyipuhan. Masyarakat hanya
memanfaatkan sumber mata air ini untuk semua
kebutuhan hidup sehari-hari dan dilarang untuk
menggali sumur sendiri. Pelarangan penggalian sumur ini
untuk menjaga kondisi air bawah tanah agar selalu baik,
bersih dan untuk menjaga tanah yang kondisinya sangat
labil. Pelanggaran pembuatan sumur ini merupakan salah
satu budaya pamali yang sangat ditekankan di Kampung
Kuta.
Untuk mengalirkan air dari mata air ke tempat pemandian
umum, menggunakan selang plastik/paralon dan bambu
ke tempat penampungan atau pemandian umum.
Untuk memasuki Hutan Keramat harus ditemani dan Pemandian umum dan jamban terletak di atas kolam ikan
meminta bantuan kuncen sebagai pemangku adat yang sehingga rantai kehidupan berjalan baik. Pemasanganan
dipercaya mampu berhubungan dengan leluhur yang selang/paralon harus dilakukan dari hulu ke hilir sehingga
tinggal di Hutan Keramat. Kuncen dianggap sebagai air dapat mengalir dengan baik. Berdasarkan
penjaga Hutan Keramat, dan dapat menjadi penghubung pernyataan Bapak Krmn diatas, tahap pemasangan
antara penunggu Hutan Keramat dengan orang-orang selang/paralon yaitu:
yang mempunyai maksud. Dalam memasuki Hutan 1. Melakukan penggalian tanah sekitar lima puluh
Keramat diwajibkan untuk mentaati aturan-aturan berikut: sentimeter.
1. Tidak boleh memasuki Hutan Keramat, kecuali hari 2. Memasukkan selang/paralon pada galian tersebut.
Jum’at dan Senin.
3. Menimbun selang/paralon tersebut menggunakan
2. Tidak boleh menggunakan alas kaki (sepatu atau batu atau ijuk. Batu atau ijuk digunakan agar
sandal). selang tertahan dan tidak keluar dari galian tersebut.
3. Tidak boleh mengenakan perhiasan yang terbuat dari 4. Untuk mengalirkan air, selang/paralon yang
emas. digunakan sekitar lima sampai sepuluh lente (satu
4. Tidak boleh meludah, buang air kecil dan besar di lente sama dengan empat meter).
areal Hutan Keramat. Terdapat empat orang yang sudah menggunakan jet pump
5. Tidak boleh membawa alat-alat yang terbuat dari (Sanyo) untuk menarik air. Mata air yang ditarik
besi seperti golok dan sabit. menggunakan Sanyo adalah mata air Cibungur, salah
satunya dimanfaatkan oleh Bapak Krmn (Ketua Adat)
6. Tidak boleh mengenakan pakaian serba hitam. untuk menarik air ke samping rumahnya dan pemandian
umum untuk tamu di dekat Pasanggrahan. Mayoritas
7. Tidak boleh mengenakan pakaian dinas.
masyarakat Kampung Kuta lebih memilih untuk
8. Tidak boleh menangkap apalagi membunuh binatang memanfaatkan air yang ada di pemandian umum. Hal ini
yang ada di Hutan Keramat. dikarenakan masyarakat sekitar sudah terbiasa untuk pergi
ke pemandian umum meskipun letaknya jauh dari rumah.
9. Tidak boleh mematahkan ranting apalagi menebang
pohon-pohon yang ada di Hutan Keramat. Sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan
ritual nyipuh adalah sumber air yang berada di dalam
10. Tidak boleh membuang sampah yang mengandung
Hutan Keramat. Seseorang yang melakukan nyipuh
api.
akan membasuh diri (berwudhu) di kawah/telaga dan
11. Tidak boleh mengucapkan kata-kata yang tidak Ciasihan yang terdapat di dalam Hutan Keramat. Selain
pantas (sompral). digunakan untuk membasuh diri, air dari kawah dan

352 | Aulia, Tia Oktaviani Sumarna. et. al. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta
Ciasihan boleh dibawa pulang dengan dimasukkan ke 2. Melestarikan hutan lindung (Hutan Keramat) dan
dalam botol. Botol yang dibawa diisi air setengah dari satwa yang ada di dalamnya.
kawah dan setengahnya lagi untuk dipenuhi dengan air
3. Melestarikan sumber-sumber mata air melalui
Ciasihan yang terlewati ketika pulang. Apabila ada air
penanaman/pemeliharaan tanaman tahunan
yang tertelan, tidak boleh diludahkan. Harus terus
sekitar mata air.
diminum. Sumberdaya air yang terdapat di dalam Hutan
Keramat hanya digunakan untuk keperluan ritual nyipuh 4. Melestarikan kesenian setempat seperti
yang ditemani oleh kuncen.Pengelolaan Hutan Ronggeng Tayub, Terbang, dan Gondang Buhun.
Keramat merupakan bagian dari budaya pamali yang
5. Melestarikan upacara adat setempat yaitu
memiliki norma-norma dan merupakan suatu bentuk
Nyuguh, Hajat Bumi, dan Babarit.
konservasi hutan yang dilakukan hingga saat ini oleh
masyarakat Kampung Kuta. Pengelolaan hutan erat Keempat hal utama dalam budaya pamali kearifan lokal
kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya air yang ada di yaitu pelestarian rumah adat, pengaturan mengenai Hutan
dalamnya. Sumberdaya air yang ada di dalam Hutan Keramat, pelarangan pembuatan sumur, dan pelarangan
Keramat tidak dimanfaatkan untuk memenuhi kebuthan menguburkan mayat memiliki implikasi terhadap
masyarakat sehari-hari. Hal ini disebebkan adanya pelestarian sumberdaya alam. Hubungan kearifan lokal
pelarangan dalam memanfaatkan sumberdaya yang ada di dan implikasi pelestarian sumberdaya alam dijelaskan
dalam Hutan Keramat demi kelestarian Hutan Keramat. pada Tabel 7.
Adanya Budaya pamali dalam pengelolaan Hutan
Keramat yang terbukti menjaga kelstarian ekosistem di Kearifan lokal yang masih dipertahankan oleh masyakat
dalamnya maka, sumberdaya air yang ada di dalamnya Kampung Kuta memberikan hasil dampak untuk
pun terjaga dengan baik. kehidupan mereka. Keberhasilan tersebut telah membawa
masyarakat Kampung Kuta memperoleh penghargaan
Dinamika Kearifan Lokal Kalpataru Tingkat Nasional tahun 2002 yang
Budaya pamali di Kampung Kuta tidak mengalami penyerahannya dilaksanakan oleh Presiden Republik
perubahan dan peluruhan kearifan lokal. Hal ini Indonesia tanggal 5 Juni 2002 di Bali. Manfaat yang dapat
dirasakan dari keberhasilan masyarakat Kampung Kuta
dikarenakan masyarakat masih memegang teguh amanah
dalam melestarikan lingkungan dan budaya adat yang
yang disampaikan oleh leluhur mereka dan budaya pamali
diturunkan dari leluhurnya yaitu:
sudah menjadi landasan bagi kehidupan masyarakat
Kampung Kuta. Pergeseran memang terlihat dari 1. Biaya pembuatan/perbaikan rumah lebih murah.
ditemukannya dua bangunan rumah tembok di Kampung
Kuta. Namun hal ini tidak menjadi alasan dikatakannya 2. Menumbuhkan pola hidup sederhana.
perubahan kearifan lokal. Bentuk kearifan lokal dalam 3. Kerusakan lingkungan dapat
budaya pamali ini tetap dipertahankan dan tetap efektif ditekan/dikendalikan.
dalam mengatur kehidupan masyarakat dan alam. Adanya
pergeseran aturan pembuatan rumah muncul akibat oleh 4. Lestarinya sumber-sumber mata air, meskipun
faktor perpindahan atau masuknya penduduk lain ke musim kemarau airnya tetap tersedia.
Kampung Kuta dan Kemajuan dalam bidang Ilmu 5. Tumbuhnya sikap kebersamaan dan gotong
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Adanya pergeseran royong.
aturan pembuatan rumah merupakan salah satu ancaman
terhadap kelestarian kearifan lokal budaya pamali. Selain 6. Pekarangan rumah dan jalan selalu bersih.
itu, penggunaan Sanyo juga dapat mengancam 7. Memiliki potensi hiburan tradisional khas
kelestarian kearifan lokal yang akan berdampak pada Kampung Kuta.
hancurnya kelestarian lingkungan.
Tabel 7. Pamali dan Implikasinya terhadap Pelestarian
Kearifan lokal budaya pamali diturunkan dari generasi ke Sumberdaya Alam
generasi, yaitu dari generasi tua ke generasi muda sejak
mereka kecil. Moda transfer of knowledge dilakukan
dengan lisan/oral melalui cerita-cerita yang disampaikan
melalui dongeng. Pendekatan melalui keluarga menjadi
bentuk sosialisasi yang efektif untuk kelanggengan
kearifan lokal pamali.
Implikasi Kearifan Lokal
Kearifan lokal yang berupa budaya pamali berhasil
menjaga kelestarian hutan dan sumberdaya air di
Kampung Kuta. Kearifan lokal ini merupakan suatu
bentuk aplikasi konservasi hutan dan air. Masyarakat
secara sadar melakukan pengelolaan hutan dan air dengan
berlandaskan budaya pamali yang telah dilakukan secara
turun-temurun. Keberhasilan Kampung Kuta dalam
Melestarikan Budaya Pamali yaitu:
1. Melestarikan rumah adat dusun Kuta.

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 4, No. 3 2011 | 353
Proses pelanggengan kearifan lokal budaya Pamali
dilakukan dengan penurunan dari generasi ke generasi,
yaitu dari generasi tua ke generasi muda sejak mereka
kecil. Moda transfer of knowledge dilakukan dengan
lisan/oral melalui cerita-cerita yang disampaikan melalui
dongeng. Pendekatan melalui keluarga menjadi bentuk
sosialisasi yang efektif untuk kelanggengan kearifan lokal
pamali.
PENUTUP
Kearifan lokal budaya pamali berdampak bagi kelestarian
Kesimpulan sumberdaya alam di Kampung Kuta. Hal ini dibuktikan
Kampung Kuta adalah salah satu kampung adat yang dengan diterimanya penghargaan Kalpataru dalam hal
diakui keberadaannya yang terletak di Desa pelestarian lingkungan pada tahun 2002. Kearifan lokal
Karangpaningal Kecamatan Tambaksari Kabupaten pamali ini diimplementasikan dalam pengelolaan
Ciamis Provinsi Jawa Barat. Bentuk kearifan lokal yang sumberdaya air demi terciptanya kelestarian
berkembang pada masyarakat Kampung Kuta adalah sumberdaya alam. Dengan adanya pelarangan pembuatan
dalam bentuk budaya pamali yang sudah dikenal dan sumur di Kampung Kuta maka sumberdaya air
merupakan amanah dilakukan secara turun-temurun termanfaatkan dengan baik dan berkelanjutan bagi
sejak ratusan tahun yang lalu. Kearifan lokal ini kehidupan masyarakat Kampung Kuta. Pelarangan
merupakan suatu keyakinan masyarakat Kampung Kuta penggalian sumur ini untuk menjaga kondisi air bawah
mengenai kepercayaan spiritual terhadap leluhur mereka tanah agar selalu baik, bersih dan untuk menjaga tanah
dan berkembang menjadi norma yang mengatur perilaku yang kondisinya sangat labil.
masyarakat lokal. Sumberdaya air yang terdapat di Kampung Kuta
Tabu atau pamali terungkap dalam ungkapan-ungkapan digunakan dalam dua fungsi yaitu untuk memenuhi
yang merupakan prinsip- prinsip utama yang kebutuhan sehari-hari dan untuk ritual adat nyipuh di
dikemukakan ketua adat atau kuncen sebagai aturan adat dalam Hutan Keramat. Sumberdaya air ini diambil dari
yang harus dipatuhi dan diyakini kebenarannya. sumber air bersih yang berasal dari empat mata air, yaitu
Berdasarkan prinsip-prinsip kearifan lokal yang ada, Cibungur, Ciasihan, Cinangka dan Cipanyipuhan.
terdapat empat hal yang sangat diutamakan dalam budaya Masyarakat hanya memanfaatkan sumber mata air ini
pamali yang terbukti masih dipertahankan, dijaga, dan untuk semua kebutuhan hidup sehari-hari dan dilarang
dilaksanakan oleh masyarakat Kampung Kuta. Keempat untuk menggali sumur sendiri. Sementara untuk ritual
hal tersebut adalah pelestarian rumah adat, pelarangan adat, digunakan sumber air dari Ciasihan dan Pamarakan
penguburan mayat di Kampung Kuta, pelarangan yang ada di dalam Hutan Keramat.
pembuatan sumur, dan pelestarian Hutan Keramat Saran
berdasarkan aturan-aturan pamali tersebut. Keempat hal
tersebut menjadi norma adat yang mengikat masyarakat Perlu diadakan penelitian lanjutan yang berkaitan kearifan
karena bersumber dari kepercayaan spiritual masyarakat lokal masyarakat Kampung Kuta. Mengingat
Kampung Kuta. keterbatasan pengetahuan peneliti, memungkinkan masih
banyak hal-hal lain yang masih belum tergali. Dengan
Budaya pamali di Kampung Kuta tidak mengalami diketahuinya kearifan lokal masyarakat yang lebih
perubahan dan peluruhan kearifan lokal secara nyata. mendalam, maka diharapkan akan menjadi modal dalam
Sekalipun demikian terdapat indikasi awal adanya menentukan bentuk pembangunan yang ideal dijalankan
modifikasi terhadap nilai-nilai baru yang masuk, seperti di lokasi penelitian.
penggunaan teknologi mesim pompa air, modifikasi
bentuk rumah dan gaya modern, dan penerimaan Masyarakat Kampung Kuta sudah berhasil dalam
masyarakat terhadap gagasan pariwisata. mempertahankan kearifan lokal yang terangkum dalam
budaya pamali. Namun, dengan dipeolehnya penghargaan
Namun, hingga saat ini masyarakat masih memegang Kalpataru dalam kategori masyarakat pelestari alam dan
teguh amanah yang disampaikan oleh leluhur mereka dan lingkungan dari Pemerintah Pusat, ada kecenderungan
budaya pamali sudah menjadi landasan bagi kehidupan Kampung Kuta seperti dijadikan daerah tujuan wisata
masyarakat Kampung Kuta. Pergeseran memang terlihat budaya dan alam. Oleh karena itu, masyarakat dengan
dari ditemukannya dua bangunan rumah tembok di dibantu oleh Pemerintah Pusat dan Daerah lebih selektif
Kampung Kuta. Namun hal ini tidak menjadi alasan dalam menerima tamu atau pihak-pihak yang ingin
dikatakannya perubahan kearifan lokal. Bentuk kearifan mengunjungi Kampung Kuta.
lokal dalam budaya pamali ini tetap dipertahankan dan
tetap efektif dalam mengatur kehidupan masyarakat dan
alam. Adanya pergeseran aturan pembuatan rumah DAFTAR PUSTAKA
muncul akibat oleh faktor perpindahan atau masuknya
penduduk lain ke Kampung Kuta dan kemajuan dalam Agusta, I. 1998. Cara Mudah Menggunakan Metode
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Kualitatif pada Sosiologi Pedesaan. Kelompok
Adanya pergeseran aturan pembuatan rumah merupakan Dokumentasi Ilmu Sosial IPB. Bogor.
salah satu ancaman terhadap kelestarian kearifan lokal
budaya pamali.

354 | Aulia, Tia Oktaviani Sumarna. et. al. Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Kampung Kuta
Arafah, N. 2002. Pengetahuan Lokal Suku Moronene
Dalam Sistem Pertanian Di Sulawesi Tenggara.
Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Fauzi, Akhmad. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan
Lingkungan: Teori dan Aplikasi. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Kodoatie, R. J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan
Sumberdaya Air Terpadu. Andi. Yogyakarta.
Mawardi, 2009. Implementasi Kurikulum: Sebuah Prinsip
Dasar.
http://mawardiumm.blogspot.com/2009/08/implem
entasi-kurikulum-sebuah- prinsip.html. diakses 18
April 2010, pukul 02.23.
Mitchell, Bruce, B Setiawan, dan Dwita Hadi Rahmi.
2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Mustafid. 2009. Kampung Kuta; Dusun Adat Yang
Tersisa Di Ciamis.
http://artikelindonesia.com/kampung-kuta-dusun-
adat-yang-tersisa-di-ciamis.html. diakses 7 April
2010, pukul 11:30.

Ridwan, N. 2007. Landasan Keilmuan Kearifan Lokal.


http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/2-
landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf. diakses 22
Maret 2010, diakses 7 April 2010, pukul 11:20.
Saleh, T. dan Rasul, R. 2008. Pengenalan Pengelolaan
Sumberdaya Air.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/db203
26d7baed0dca1bebc8428f6f2ee4fbd2e0b.pdf.
diakses 20 November 2009, pukul 12:48.
Sartini. 2004. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah
Kajian Filsafat. Jurnal Filsafat: Agustus 2004, Jilid
37, Nomor 2.
Silaen, Sofar. 2004. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Remaja Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta:BPI-LIPI dan PT. Tugu Pratama Indonesia.
Siregar, B. 2002. Kembali ke Akar: Kembali ke Konsep
Otonomi Masyarakat Asli. Forum Pengembangan
Partisipasi Masyarakat. Jakarta.
Sitorus, MT Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu
Perkenalan. Kelompok Dokumentasi Ilmu Sosial
IPB. Bogor.
Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta : PT. Grafindo Persada. Tishaeni, H.
2010. Keberlanjutan Komunitas Adat Kampung
Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan
Cimahi Selatan Kota Cimahi. Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 4, No. 3 2011 | 355

You might also like