You are on page 1of 25

PERAWATAN ENDODONTIK SATU KUNJUNGAN PREMOLAR PERTAMA MAKSILA DENGAN RESTORASI

MAHKOTA PFM Indracipta Munajat*, Opik Taofik Hidayat** *Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis Ilmu Konservasi Gigi, Universitas Padjadjaran, Bandung **Staff Departemen Konservasi Gigi,
Universitas Padjajaran Bandung, Indonesia

ABSTRACT

Background: One visit root canal treatment is a treatment including root canal biomechanical
preparation, irrigation and obturation which is completed in one visit. The importance of operator
expertise in the use of modern endodontic equipment such as rubber dam, apex locator and rotary
needle system will increase the success of one visit treatment. Treatment stages of root canal one visit
treatment can be done more quickly and prevent the occurrence of recontamination in the root canal.
Tooth cavities that have loss significant structures due to caries and root canal treatment are
considered for fiberpost. PFM crowns are chosen because they have greater resistance. Objective: To
demonstrate the successfull management of one visit root canal treatment in irreversible pulpitis cases
of maxillary right first premolar with fiberpost final restoration and porcelain fused to metal crown.
Case: A 26 year old female patient came to RSGM UNPAD with complaints of large cavities in premolar
upper right back. Patient complained of illness 4 days ago. Case management: Objective examination
results show positive vitality and negative percussion. Radiographic examination was performed to
diagnose symptomatic irreversible pulpitis on 14 tooth. Root canal preparation was performed using a
crown down technique and then filled with lateral condensation techniques. Fiberpost inserted into the
root canal then build for core and final restoration with a PFM crown. Conclusion: One visit root canal
treatment in the right upper first premolar with a diagnosis of symptomatic irreversible pulpitis works
well. Clinical evaluation results there were no complaints of pain and no abnormalities were found on
radiographic examination.

Keywords: PFM crown restoration, fiberpost, maxillary right first premolar, irreversible pulpitis, one visit
root canal treatment

Korespondensi: Indracipta Munajat Mahasiswa PPDGS Konservasi Gigi FKG UNPAD, RSGM Universitas
Padjajaran Jl. Sekeloa Selatan 1,Coblong, Bandung, Indonesia.Indraciptamunajat@gmail.com

PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar merupakan suatu prosedur yang sering dilakukan dalam kedokteran gigi.
Indikasi utama untuk perawatan saluran akar adalah pulpitis ireversibel dan nekrosis pulpa gigi yang
disebabkan oleh proses karies, gigi yang retak atau pecah maupun trauma pada gigi.1 Pada umumnya
konsep perawatan saluran akar dilakukan dalam beberapa kunjungan atau perawatan saluran akar
multipel kunjungan.2 Beberapa tahun belakangan ini meningkat permintaan pasien untuk melakukan
perawatan agar selesai dalam waktu cepat karena tingkat kesibukan pasien yang cukup tinggi. Konsep
perawatan saluran akar satu kunjungan bukanlah suatu hal baru. Perawatan saluran akar satu kunjungan
didefinisikan sebagai perawatan non bedah konservatif yang terdiri dari pembersihan biomekanis,
shaping, dan pengisian sistem saluran akar selama satu kunjungan.3 Dengan perkembangan alat dan
bahan kedokteran gigi modern pada saat ini seperti rubber

dam, apex locator, sistem jarum rotary, sistem disinfeksi ultrasonik dan teknik obturasi terbaru,
perawatan dapat dilakukan lebih cepat, diterima dengan baik oleh pasien dan juga mencegah
rekontaminasi saluran akar.1,4 Gigi yang telah dirawat saluran akar lebih rentan terhadap fraktur. Salah
satu alasan utama ini adalah kurangnya substansi gigi setelah proses patologis dan perawatan
endodontik gigi yang bersangkutan.5 Gigi premolar lebih besar daripada gigi anterior kebanyakan
dengan akar tunggal dan kamar pulpa yang kecil. Karena alasan ini dibutuhkan pasak sebagai penguat
akan tekanan lateral pada saat pengunyahan.6 Pasak fiber merupakan salah satu tipe pasak yang
mempunyai kemiripan modulus elastisitas dengan dentin. Pasak fiber dapat menyalurkan tekanan
mastikasi secara merata pada gigi dan jaringan sekitar sehingga dapat mengurangi terjadinya resiko
fraktur pada akar.7 Mahkota Porcelain Fused to Metal menjadi salah satu pilihan restorasi akhir yang
dipakai untuk merestorasi gigi yang telah rusak cukup parah.8

157Indracipta Munajat, Opik Taofik Hidayat

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

Mahkota PFM yang melekat pada core diperkuat dengan pasak fiber akan mencegah resiko gigi menjadi
fraktur.

KASUS

Pasien perempuan, 26 tahun, datang ke Klinik Konservasi Gigi RSGM FKG UNPAD dengan keluhan ingin
menambal gigi geraham kecil pertama bagian atas kanan yang berlubang. Pasien mengeluhkan adanya
sakit spontan 4 hari yang lalu tampak gigi sudah berlubang cukup besar. Gigi juga terasa sakit jika masuk
makanan dan saat makan atau minum dingin. Pasien mempunyai riwayat terbiasa mengunyah makanan
pada sisi sebelah kanan. Pasien ingin dirawat giginya dan bisa digunakan kembali seperti semula.
Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi 14 dengan karies profunda bagian disto oklusal. Tes vitalitas
pulpa dengan tes dingin menunjukkan respon positif. Tes perkusi dan palpasi negatif, dan tidak terdapat
tanda kegoyangan pada Gambar 1.

Gambar 1. Gambaran klinis gigi 14 sebelum perawatan.

Hasil pemeriksaan radiografis menunjukkan gigi 14 dengan gambaran radiolusen pada permukaan disto
oklusal dengan kedalaman email hingga mencapai kamar pulpa. Akar cenderung lurus tidak ada
penyumbatan, jaringan pendukung dalam batas normal tampak Gambar 2.

Gambar 2. Gambaran radiografis gigi 14 sebelum perawatan.

Disimpulkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografis diagnosis gigi 14 adalah pulpitis ireversibel
simtomatis (AAE, 2013). Rencana perawatan yang akan dilakukan adalah perawatan saluran akar satu

kunjungan dilanjutkan restorasi mahkota porcelain fused to metal dengan penguat pasak fiber pada
saluran akar. Prognosis pada kasus ini baik pasien kooperatif, kebersihan mulut baik, gigi vital, akar
lurus, struktur gigi yang tersisa tiga dinding, dan jaringan pendukung dalam batas normal, dan tidak ada
kelainan periapikal.

TATALAKSANA KASUS
Kunjungan pertama 16 april 2018 pasien diberi penjelasan mengenai rencana perawatan, setiap
tahapan, kemungkinan kegagalan dan komplikasi yang terjadi selama dan setelah perawatan, serta biaya
perawatan. Untuk menilai faktor resiko karies pada pasien juga dilakukan pemeriksaan Traffic Light
Matrix (TLM) kemudian dilakukan pembersihan karang gigi. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif,
radiografis, foto klinis, diagnosis, penentuan rencana perawatan, evaluasi pra anastesi dan persetujuan
informed consent. Pembuatan dinding artificial pada dinding bagian distal Gambar 3.

Gambar 3. Dinding artificial.

Pemeriksaan vital sign menunjukkan tekanan darah pasien 120/80 mmHg, dilanjutkan prosedur asepsis
dengan aplikasi Povidon iodine pada mukosa bukal dan palatal regio 14, anastesi lokal dilakukan secara
infiltrasi pada mukosa bukal dan palatal, serta anastesi intrapulpa dengan larutan anastesi lokal
(Articaine HCL 4% dan Epinephrine 1:100.000).

Gambar 4. (a) Pembukaan atap pulpa; (b) Ekstirpasi pulpa.

Pemasangan rubber dam untuk mengisolasi gigi kemudian preparasi akses kavitas dan pembukaan atap
pulpa dengan menggunakan bur bulat dan bur endo

158 PERAWATAN ENDODONTIK SATU KUNJUNGAN PREMOLAR PERTAMA MAKSILA DENGAN RESTORASI
MAHKOTA PFM

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

access (Endo-Z, Dentsply). Selanjutnya ekstirpasi pulpa vital saluran akar bukal dan palatal menggunakan
jarum ekstirpasi no #20 Gambar 4. Pengukuran panjang kerja dengan K-file #10 menggunakan apex
locator (VDW Gold) dan didapatkan panjang kerja saluran akar bukal 21 mm dan palatal 20 mm.
Preparasi saluran akar teknik crown down dengan endomotor sistem rotary menggunakan jarum Mtwo
(VDW, Jerman). Penelusuran saluran akar dengan file #10 hingga sepanjang kerja, dilanjutkan Mtwo 10,
dan diakhiri dengan Mtwo 25 Gambar 5.

Gambar 5. (a) Initial file nomor 10 dan 8; (b) Preparasi saluran akar dengan rotary instrumen MTwo 25.
Setiap pergantian alat saluran akar diirigasi dengan NaOCl 5,25% dan dilakukan rekapitulasi apical
patency menggunakan K-file. Selama preparasi saluran akar digunakan lubrikasi EDTA gel (Glyde File
Prep, Dentsply). Irigasi saluran akar diselingi dengan akuades steril dan irigasi diakhiri dengan
klorheksidin 2%. Saluran akar kemudian dikeringkan dengan paper point dan dilakukan foto radiografi
trial untuk konfirmasi menggunakan gutta percha sesuai dengan file master MTwo 25 Gambar 6.
Pengisian saluran akar dengan teknik single cone menggunakan gutta percha MTwo 25 dan sealer
berbahan resin epoksi (AHPlus, Dentsply) yang kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar
menggunakan lentulo. Gutta percha 25 (Mtwo, VDW) dimasukkan ke dalam saluran akar. dipotong
dibawah orifis menggunakan plugger yang dipanaskan lalu dikondensasi. Orifis ditutup dengan GIC
untuk mencegah kebocoran kavitas ditutup dengan tumpatan sementara. Dilakukan konfirmasi
pengisian saluran akar dengan foto radiografis Gambar 7. Pasien kontrol 1 minggu kemudian. Pada
kunjungan kedua pasien datang untuk kontrol paska perawatan saluran akar. Pasien tidak merasa ada
keluhan, perkusi (-), palpasi (-), kegoyangan (-) dan dilakukan pemeriksaan radiografis dengan hasil tidak
menunjukkan adanya kelainan di periapikal Gambar 8.
Gambar 6. (a) Radiografis trial untuk konfirmasi pengisian saluran akar; (b) Trial Gutta percha Mtwo 25

Gambar 7. Gambaran radiografis pengisian saluran akar.

Gambar 8. Gambaran radiografis kontrol pasca perawatan endodontik pada gigi 14.

Pada kunjungan ini gigi 14 di lakukan preparasi pasak menggunakan precision drill (INOD, Korea) QP25
dengan ukuran 1.25mm (warna merah) dan gutta percha disisakan pada saluran akar sepanjang 5 mm.
Fiber post diuji cobakan sampai terasa fit pada saluran akar konfirmasi radiografi Gambar 9. Saluran akar
kemudian dibersihkan dengan NaOCL 5,25% lalu dikeringkan.

Gambar 9. Gambaran radiografis insersi pasak fiber pada saluran akar. Dinding saluran akar selanjutnya
dietsa 20 detik dibilas lalu aplikasi bonding disinar selama 20 detik, kemudian fiber post disementasikan
ke dalam saluran akar menggunakan semen resin self adhesif dual cure

159Indracipta Munajat, Opik Taofik Hidayat

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

(Luxacore, DMG). Pembuatan core juga menggunakan semen resin self adhesif dual cure (Luxacore,
DMG). Dilakukan pencocokan warna gigi sebelum preparasi dengan warna A3.5 (Vita Classical Shade
Guide). Selanjutnya retraksi gingiva dilakukan dengan gingival retraction chord (#00 Ultrapak,
Ultradent). Preparasi core dimulai dari pengurangan oklusal minimal 1,5 mm, pengurangan bagian bukal
sedalam 1,5 mm dengan bur fisur tapered ujung datar. Preparasi bagian proksimal dengan sudut 6
derajat terhadap dinding aksial. tepi preparasi shoulder pada sisi bukal dan chamfer pada sisi palatal
menggunakan bur fisur tapered ujung bulat. Semua permukaan dihaluskan dinding aksial dibuat tumpul.
Dilakukan pencetakan rahang atas dan bawah untuk mendapatkan model. Kemudian dilakukan
pemasangan mahkota sementara. Kunjungan ketiga mahkota PFM selesai dibuat dan mahkota diuji coba
pada core yang telah dipreparasi. Diperiksa warna dengan gigi sebelahnya, kerapatan tepi, kontak
proksimal dan oklusi dalam keadaan baik. Dilakukan sementasi mahkota PFM dengan adhesive luting
cement (Permacem, DMG) pada gigi 14 Gambar 10. Kunjungan berikutnya dilakukan kontrol
pemasangan mahkota PFM. Keluhan subjektif pasien tidak ada dan pemeriksaan objektif perkusi dan
palpasi negatif, tidak terdapat trauma oklusi, pasien merasa nyaman.

Gambar 10. (a) Sebelum pemasangan mahkota PFM gigi 14; (b) Setelah pemasangan mahkota PFM
pada gigi 14

Gambar 11. Gambaran radiografis mahkota PFM pada gigi 14.

PEMBAHASAN

Perawatan saluran akar satu kunjungan merupakan perawatan meliputi preparasi saluran akar, irigasi
serta obturasi diselesaikan dalam satu kali kunjungan. Keuntungan perawatan ini dapat memperkecil
risiko kontaminasi mikroorganisme ke dalam saluran akar antar kunjungan menghemat waktu
perawatan karena tidak diperlukan penggantian medikamen intra kanal tanpa mengurangi kualitas
perawatan tersebut. Pada perawatan saluran akar satu kunjungan, tahap perawatan dapat dilakukan
dengan lebih cepat dan dapat diterima oleh pasien serta mencegah terjadinya kontaminasi ulang dalam
saluran akar.9 Perawatan saluran akar satu kunjungan diindikasikan pada kasus pasien yang
membutuhkan rehabilitasi mulut lengkap, pasien dengan gangguan fisik yang sulit datang berulang,
serta pada pasien yang membutuhkan sedasi. Pada kasus gigi vital atau pulpitis ireversibel simtomatis
baik karena karies atau trauma tanpa komplikasi, fraktur gigi anterior yang mengutamakan estetik,
perawatan endodontik intensional, gigi dengan kerusakan subgingiva dan kehilangan dinding koronal
yang banyak, gigi non vital dengan sinus tract, serta pada kasus retreatment (selektif).4 Pada kasus ini,
preparasi saluran akar dilakukan dengan teknik crown-down menggunakan file MTwo (VDW Jerman).
Bentuk penampang Mtwo adalah “italic S” dengan dua pisau pemotong. Ujung yang non cutting, dan
sudut heliks variabel mengurangi kecenderungan instrumen tersedot masuk lebih dalam ke saluran
akar.10 Sistem saluran akar dapat dibersihkan secara efektif apabila larutan irigasi dapat penetrasi ke
dalam tubuli dentin yang dapat memberikan efek anti bakteri dalam jangka panjang. Sodium hipoklorit
(NaOCl 2,5-5,25%) berperan dalam melarutkan jaringan pulpa vital, dan jaringan nekrotik serta memiliki
efek antimikroba juga sebagai lubrikasi preparasi saluran akar.11 Pengisian saluran akar menggunakan
sealer berbahan epoxy resin (AHPlus, Dentsply) dengan gutta percha master cone dimasukkan ke dalam
saluran akar sesuai dengan ukuran file terakhir dikondensasi secara lateral. Pemilihan restorasi pada
kasus ini adalah mahkota Porcelain Fused to Metal (PFM) disertai pasak fiber dengan pertimbangan
banyaknya struktur gigi yang rusak akibat karies dan tingginya resiko fraktur pada gigi. Adanya kebiasaan
pasien sering mengunyah menggunakan sisi sebelah kanan diperlukan pemilihan restorasi mahkota yang
dapat menahan tekanan kunyah dengan baik. Menurut penelitian gigi posterior yang direstorasi dengan
mahkota memiliki tingkat

160 PERAWATAN ENDODONTIK SATU KUNJUNGAN PREMOLAR PERTAMA MAKSILA DENGAN RESTORASI
MAHKOTA PFM

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

ketahanan enam kali lebih baik dibandingkan tanpa mahkota.12 Pasak yang digunakan pada kasus ini
merupakan pasak fiber yang mempunyai kelebihan kekuatan, resisten terhadap korosi, retensi,
distribusi tekanan baik, aman dan dapat melindungi jaringan yang tersisa.13 Sementasi pasak fiber
menggunakan semen resin dapat melekatkan pasak pada dinding dentin dengan baik oleh karena
mekanisme adhesif bahan semen tersebut. Bahan semen resin ini dapat memberikan retensi,
menghindari kebocoran mikro, serta menambah ketahanan terhadap fraktur.14 Restorasi mahkota PFM
memiliki beberapa sifat mekanis yang baik antara lain kekuatan, tahan terhadap panas yang tinggi serta
marginal tepi yang baik. Restorasi PFM masih digunakan pada kasus yang memerlukan kekuatan lebih
untuk menahan gaya dari fungsi stomatognatik.15

KESIMPULAN

Perawatan saluran akar satu kunjungan diakhiri restorasi mahkota PFM pada gigi premolar satu kanan
atas berhasil dengan baik dan dapat mengembalikan fungsi gigi kembali seperti semula yaitu mastikasi,
estetis dan perlindungan terhadap jaringan pendukung gigi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Figini L. L., Gorni F., 2008, Gaglaiani, Single Versus Multiple Visit for Endodontic Treatment of
Permanent Teeth (review), John Wiley & Sons, 1-37. 2. Al-Rahabi M, Abdulkhayum AM., 2012, Single
visit root canal treatment: Review. Saudi Endodontic Journal, Vol 2, Issue 2. 3. Denis, Cut Nurliza, 2017,
Single Visit Endodontic in the Management of Symptomatic Irreversible Pulpitis and Pulp Necrosis with
Apical Periodontitis: Report of Two Cases, International Journal Of Oral Dentistry and Science,
4(2):41521. 4. Ahmed F, Thosar N, Baliga MD, et al., 2016, Review Article Single Visit Endodontic
Therapy: A Review. Austin J Dent 3(2): 10-35. 5. Giovani T.R., 2013, Crown and post free adhesive
restorations for endodontically treated posterior teeth: from direct composite to endocrowns, The
European Journal Of Esthetic Dentistry, 8 (2):154-177. 6. Richard S. S., DDS, and James W. R., DDS, MA,
2004, Post Placement and Restoration of Endodontically Treated Teeth: A Literature Review, Journal of
Endodontics, 30 (5):289-301. 7. Goracci C., 2011, Ferrari M., Current perspectives on post systems: a
literature review, Australian Dental Association, 56 (1):77-83. 8. Durr S., Muhammad Z. A., 2011,
Porcelain Fused to Metal

(PFM) Crowns and Caries in Adjacent Teeth. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan,
21 (3): 134-137. 9. John I. Ingle, Leif K. Bakland, J. Craig B., 2008, Endodontics, Becker Ontario. 10. Faeze
H., Kiamas H., Kiumars N., 2011, Comparison of two canal preparation techniques using Mtwo Rotary
Instrumentation, IEJ, 6(4):150-4. 11. Castellucci A, 2004, Endodontics Volume 1. Il Tridente. 12. Nadin Z.
B., Daher T., 2009, Restoration of Endodontically treated teeth : The seven keys to Succes, General
Dentistry, 596-00. 13. Ernia S., 2010, Penggunaan Inti Resin Komposit Pasak Tapered serrated sebagai
bangunan Retensi Mahkota Penuh Porselin Fusi metal pada premolar satu kiri, Mutiara Medika, (10). 14.
Cheung W., 2005, A Review of The Management Endodontically Treated Teeth, J Am Dent Assoc,
136(5):611-9. 15. Joseph G., Veni T., Zulia H., 2017, Porselen Fusi Logam dan Porselen Penuh: Performa
Yang Lebih Baik, Jurnal Kedokteran Gigi, 29 (3):52-5.
PERAWATAN SALURAN AKAR MOLAR KEDUA RAHANG MAKSILA DENGAN DUA AKAR PALATAL:
LAPORAN KASUS Maria Liliana Santoso*, M.Mudjiono** * Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya ** Staff Departemen
Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya ABSTRACT

Background: The law of orifice location and presence of pulpal floor road map can be used to identify
the position and number of root canal orifice. In maxillary molars, the road map was usually Y-shape
with longer branch on mesial orifice. Tooth with unusual pulpal floor road map configuration needs
more consideration and caution to treat as clinicians failure to recognize an unusual canal morphology
may lead to unsuccessful treatment. Aim: To report single visit endodontic treatment in maxillary
second molar with two palatal canals. Case. Male patient aged 51 yo was referred from Prosthodontic
Department to Conservative Clinic due to continuous pain after bridge preparation on his left maxillary
molar. Tooth vitality was tested positive, percussion was tested negative and no mobility was presented.
Management. The diagnosis of tooth 27 is pulpitis irreversible. Endodontic explorer found mesiobucal,
distobucal and mesiopalatal, distopalatal. Root canal treatment done by balance force technique using
reciprocal instrument. Endodontic irrigant was activated with sonic agitation device to get more
effective debridement. Tooth then obturated with single cone technique. After 1 week patient was
recalled to re-evaluation. The patient had no complain as well as on percussion, palpation and mobility
was tested to be negative. Composite restoration later placed in the access cavity and the patient was
returned to Prosthodontic Department to continue the bridge treatment. Conclusion. Tooth with
unusual pulpal floor road map configuration can be successfully treated if the clinician could
comprehend with possibility of tooth anatomy abnormality.

Keywords : road map, root canal anatomy, one visit endodontic treatment.

Korespondensi: Maria Liliana Santoso, Residen Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Airlangga . Jl. Prof. Dr. Moestopo No.47, Surabaya, Jawa Timur 60132. Alamat e-mail :
lilianasantoso06@gmail.com

PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah satu perawatan yang dilakukan dengan cara mengambil
seluruh jaringan pulpa, membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan
perawatan saluran akar (PSA) adalah untuk mempertahankan gigi non- vital dalam lengkung gigi agar
dapat bertahan selama mungkin dalam rongga mulut dengan cara membersihkan dan mendisinfeksi
sistem saluran akar sehingga mengurangi munculnya bakteri.1 Perawatan saluran akar (PSA) terdiri dari
tiga tahap utama yaitu: preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan
(cleaning and shaping), sterilisasi saluran akar dan obturasi saluran akar.2 Keberhasilan perawatan
saluran akar membutuhkan pemahaman klinis tentang anatomi saluran akar dan morfologi nya. Agar
suatu perawatan saluran akar dapat berhasil maka seluruh sistem saluran akar harus dibersihkan
kemudian diisi dengan bahan pengisi. Pembersihan dan pembentukan (cleaning and shaping) sistem
saluran akar adalah tahap yang penting dalam

perawatan saluran akar. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah membersihkan saluran akar
gigi di maksimal mungkin dan dilakukan pengisian pada seluruh saluran tersebut. Setiap gigi mempunyai
bentuk saluran akar yang unik dan berbeda, dari sebab itu maka pemahaman klinisi mengenai anatomi
dan morfologi saluran akar sangatlah penting.3 Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi, karena tidak dapat secara langsung mengobservasi bentuk saluran akar. Untuk itu perlu
pengetahuan mengenai bentuk detail sistem saluran akar agar dapat membantu keberhasilan
perawatan saluran akar.4 Melalui pengetahuan mengenai morfologi saluran akar, disertai interpretasi
yang hatihati dari gambaran radiografis, maka dapat dilakukan preparasi akses yang benar, yang
merupakan titik awal yang penting dalam perawatan saluran akar.5 Sedangkan preparasi saluran akar
merupakan kunci keberhasilan karena pada tahap ini dilakukan pembersihan debris yang merupakan
iritan, dan dibutuhkan keterampilan serta pengetahuan operator tentang morfologi saluran akar serta
variasinya.5

218 PERAWATAN SALURAN AKAR MOLAR KEDUA RAHANG MAKSILA DENGAN DUA AKAR PALATAL:
LAPORAN KASUS

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

Adanya variasi anatomi saluran akar merupakan fenomena yang seringkali ditemukan secara klinis
dengan bentuk dan konfigurasi yang bervariasi.6 Melalui pemahaman mengenai kompleksitas sistem
saluran akar, maka diharapkan preparasi saluran akar dapat dilakukan sesuai dengan konfigurasi saluran
akar sampai batas apikal.7 Sedangkan kegagalan perawatan saluran akar sering terjadi akibat adanya
saluran akar yang tidak dirawat karena tidak terdeteksi.8

LAPORAN KASUS

Pasien seorang laki-laki berusia 51 tahun dirujuk dari Departemen Prostodonsia Universitas Alirlangga ke
klinik ilmu konservasi gigi Universitas Airlangga untuk dilakukan perawatan pada gigi geraham kedua kiri
rahang atas. Paga gigi tersebut telah dilakukan preparasi untuk pembuatan gigi tiruan jembatan, namun
pasien mengeluhkan rasa sakit terus-menerus dengan durasi yang lama pada gigi tersebut. Rasa yang
yang muncul ini pun spontan tanpa adanya rangsangan baik dingin, pana maupun saat mengunyah.

Gambar 1A. Gambar awal gigi

Gambar 1B. Radiografi awal gigi

Pada pemeriksaan objektif gigi 27, tes vitalitas gigi menunjukkan hasil positif, tes perkusi menunjukkan
hasil negatif, tes palpasi menunjukkan hasil negatif dan tidak ada mobilitas gigi pada gigi tersebut.

PENATALAKSANAAN KASUS

Diagnosa gigi 27 adalah pulpitis irreversible, dengan rencana perawatan yaitu perawatan saluran akar
dan

restorasi akhir tumpatan komposit. Prognosis baik karena tidak ada mobilitas gigi, kebersihan mulut
baik, dan pasien kooperatif.. Pada kunjungan pertama, dilakukan anamnesis, diagnosa, kemudian
menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukan kepada pasien. Setelah menandatangani informed
consent dilakukan anasthesi kemudian pemasangan isolasi rubber dam, pembukaan akses dengan bur
endoaccess (Dentsply) pada permukaan oklusal gigi sampai mencapai kamar pulpa. Endodontic explorer
digunakan untuk menemukan saluran akar mesiobukal, distobukal, mesiopalatal dan distopalatal, irigasi
dengan NaOCl 2,5%.

Gambar 2. Orifice gigi


Pengukuran panjang kerja dilakukan dengan menggunakan apex locator, didapatkan panjang kerja
estimasi saluran akar mesiobukal 19 mm, distobukal 17 mm, mesiopalatal 17 mm, distopalatal 17 mm.
Perawatan saluran akar dilakukan dengan teknik balance force menggunakan reciprocal instrument
dengan file reciproc R 25 (VDW, Germany), selama preparasi digunakan EDTA (Glyde, Denstply) dan
saluran akar dirigasi dengan NaOCl 2,5%.

Gambar 3. Pengukuran panjang kerja

219Maria Liliana Santoso, M.Mudjiono

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

Gambar 4. Foto rontgen konfimasi

Gambar 5. Preparasi saluran akar

Gambar 6. Irigasi saluran akar

Dilakukan pula aktivasi irigasi menggunakan system agitasi sonik endo yaitu EDDY (VDW, Germany)
untuk mendapatkan pembersihan saluran akar yang efektif. Saluran akar gigi kemudian dikeringkan
dengan paper point steril.

Gambar 7. Agitasi Ultrasonik

Teknik pengisian saluran akar dilakukan dengan teknik single cone, setelah itu dilakukan pengambilan
foto radiografi.

Gambar 8A. Pengisian saluran akar

Gambar 8B. Rontgen Pengisian

Kontrol perawatan saluran akar dilakukan 1 minggu kemudian, dilakukan evaluasi ulang. Tidak ada
keluhan pasien, perkusi negatif, palpasi negatif, tidak ada mobilitas pada gigi tersebut. Maka perawatan
dilanjutkan dengan pembuatan restorasi menggunakan komposit, kemudian pasien dikembalikan ke
departemen prostodonsia Universitas Airlangga untuk melanjutkan perawatan gigi tiruannya.

Gambar 9. Tumpatan komposit

PEMBAHASAN

Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, karena tidak dapat secara langsung
mengobservasi bentuk saluran akar. Untuk itu perlu pengetahuan mengenai bentuk detail sistem
saluran akar agar dapat membantu keberhasilan perawatan saluran akar.4 Seringkali perawatan saluran
akar gigi gagal karena adanya saluran akar yang tidak terawat dikarenakan tidak terdeteksi.
Rontgenology merupakan suatu alat bantu yang digunakan oleh klinisi untuk menentukan jumlah
saluran akar, namum alat bantu

220 PERAWATAN SALURAN AKAR MOLAR KEDUA RAHANG MAKSILA DENGAN DUA AKAR PALATAL:
LAPORAN KASUS
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

ini mempunyai kelemahan yaitu hasil tampilan yang ditampilkan yaitu hanya 2 dimensi dan terkadang
bisa terjadi superimposed, dari sebab itu maka diperlukan pengambilan foto rontgen dengan variasi
sudut yang berbeda saat foto konfirmasi sehingga dapat membantu menentukan jumlah dari saluran
akar gigi yang dirawat. Pada kasus ini gigi yang dirawat adalah gigig molar kedua kiri maksila dengan
diagnosis pulpitis ireversibel. Faktor anatomi gigi diantaranya bentuk saluran akar mempengaruhi
keberhasilan perawatan saluran akar gigi antara lain adanya pembengkokan saluran akar, penyumbatan,
saluran akar yang sempit, serta bentuk abnormal saluran akar. Hal tersebut berpengaruh terhadap
derajat kesulitan perawatan yang dilakukan.8 Hasil perawatan saluran akar gigi anterior maupun
posterior tergantung pada keadaan gigi dan saluran akar yang dirawat. Faktor yang sangat menentukan
keberhasilan perawatan secara umum adalah tingkat keterampilan dan pengetahuan operator yang
ditunjang dengan peralatan yang tepat, bahan dan obat yang dipakai serta tindakan se-asepsis
mungkin.9 Jenis restorasi yang dapat digunakan tergantung jaringan keras gigi yang tersisa. Restorasi
pada gigi pasca PSA dapat menggunakan restorasi direk menggunakan bahan resin komposit atau
amalgam, maupun restorasi secara indirek menggunakan bahan logam atau porselen.7 Restorasi yang
ideal harus dapat melindungi permukaan oklusal dan menggantikan tonjol-tonjol yang hilang agar dapat
secara optimal melindungi struktur mahkota gigi dan menambah kekuatan.10 Pada kasus ini jaringan
keras gigi yang tersisa masih cukup banyak sehingga masih dapat dilakukan restorasi direk menggunakan
bahan resin komposit Keuntungan restorasi resin komposit secara direk antara lain preparasi gigi
minimal sehingga dapat mempertahankan sisa jaringan keras gigi, waktu pengerjaan relatif singkat serta
biaya lebih terjangkau.11 Pada kasus ini dipilih restorasi komposit juga dikarenakan perawatan pada gigi
ini akan dilanjutkan oleh bagian prostodosia untuk gigi tiruan jembatan.

KESIMPULAN

Gigi dengan road map yang tidak lazim pada dasar pulpa dapat berhasil dirawat jika klinisi mempunyai
pemahaman yang baik mengenai morfologi anatomi gigi, pengambilan rontgen foto dengan variasi
sudut yang berbeda dapat membantu dalam menentukan jumlah saluran akar
PERAWATAN SALURAN AKAR VITAL PADA GIGI MOLAR KEDUA MANDIBULA DENGAN NEKROSIS
PARSIAL : LAPORAN KASUS Noni Maharani*, Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih** *Program
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia,
Jakarta **Staff Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta

ABSTRACT

Background: Pulp necrosis is the death of the pulp which can occur totally, partially, or does not involve
all roots in multirooted teeth. Partial necrosis has necrotic pulp tissue in the corona and vital parts of the
apical, or has a distinct pulp vitality condition between the root canal of the tooth and the multi-root.
Management of root canal treatment on teeth with partial necrosis is a challenge in terms of anesthesia
especially in mandibular molars. Many techniques are used to achieve adequate anesthesia in the
management of pain during root canal treatment Objective: To determine the effectiveness of topical
anesthetic techniques that are inserted into the root canal in the management of cases of partial
necrosis. Case: A 37-year-old female patient came with complaints of lower left back teeth with holes
and pain. In the 37th tooth there is proximal caries, positive percussion, negative palpation, and
negative vitality tests. From the history and examination, a diagnosis of partial necrosis is obtained Case
Management: The treatment performed is root canal treatment with topical anesthetic techniques that
are inserted into the root canal and making onlay restorations. Conclusion: Anesthetic technique using
topical anesthesia which is inserted into the root canal is quite effective as an alternative in the
management of partial necrosis.

Key words: Partial Necrosis, Topical anesthesia, Molar

Korespondensi: Noni Maharani, Residen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia,
Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat. Alamat email: fkg@ui.ac.id

PENDAHULUAN

Gigi dengan nekrosis parsial sangat sulit untuk didiagnosis karena tanda dan gejala yang muncul
merupakan campuran dari pulpitis dan nekrosis dengan infeksi 1. Gejala yang muncul pada parsial
nekrosis dapat membingungkan dan tes pulpa pada satu saluran tidak berespon namun memberikan
respon vital pada saluran akar yang lain. Gigi juga dapat menunjukkan gejala pulpitis irreversible yang
simtomatik2. Reaksi negatif terhadap tes sensitivitas dicurigai sebagai nekrosis, tetapi diagnosis yang
pasti hanya dapat ditetapkan setelah pemeriksaan dan probing ruang pulpa dan saluran akar. Nekrosis
pulpa dapat disebabkan oleh bakteri, trauma, dan iritasi kimia. Nekrosis merupakan kematian pulpa
yang dapat terjadi parsial, total, dan kemungkinan tidak melibatkan seluruh saluran pada gigi berakar
ganda2. Gigi dengan nekrobiosis atau nekrosis parsial memiliki jaringan pulpa yang inflamasi dan
nekrosis. Jaringan nekrosis dapat berada di bagian koronal pulpa dengan jaringan yang inflamasi di
apikal, atau keadaan jaringan yang berbeda antara kanal pada gigi dengan multi-kanal1.

Penanganan rasa sakit pada nekrosis parsial atau ‘nekrobiosis’ dengan kondisi sebagian pulpa
mengalami nekrosis dan menjadi terinfeksi sementara sebagian pulpa yang lain mengalami inflamasi
(pulpitis ireversibel)3 adalah tantangan besar dalam perawatan endodontik khususnya pada gigi molar
mandibular.

KASUS
Pasien wanita 37 tahun datang ke RSGMP Universitas Indonesia dengan keluhan gigi belakang kiri bawah
berlubang, terasa sakit, dan tidak nyaman saat dipakai untuk mengunyah makanan sejak 3 bulan yang
lalu. Pada pemeriksaan klinis telihat karies di bagian proksimal dan tambalan amalgam pada oklusal gigi
37 dengan, tes perkusi menunjukkan respon positif, tes palpasi dan tes vitalitas pulpa menunjukkan
respon negatif, gingiva sekitar gigi normal. Dari anamnesa, pemeriksaan klinis dan hasil foto radiografi,
Diagnosis gigi 37 yaitu nekrosis parsial dengan rencana perawatan perawatan saluran akar dan restorasi
onlay sewarna gigi.

412 PERAWATAN SALURAN AKAR VITAL PADA GIGI MOLAR KEDUA MANDIBULA DENGAN NEKROSIS
PARSIAL : LAPORAN KASUS

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

Gambar 1. Gambaran klinis gigi 37 saat kunjungan pertama. Terlihat adanya karies proksimal dan
tambalan amalgam di oklusal

PENATALAKSANAAN KASUS

Pada kunjungan pertama dilakukan anamnesis dan pemeriksaan lengkap, selanjutnya dilakukan
pembuangan karies serta tambalan amalgam dengan bur intan bulat. Atap kamar pulpa dan pulpa pada
bagian koronal dihilangkan dan dilakukan penelusuran orifis menggunakan sonde lurus dan ditemukan
orifis distal, mesiobukal, dan mesiolingual. Dilakukan penjajakan saluran akar menggunakan K-file ISO
no. 10 sepanjang kerja yang diperkirakan dari foto radiografi pre-operatif. Saat file mencapai 1/3
panjang kerja pasien mengeluhkan rasa sakit sehingga dilakukan ekstirpasi pulpa dengan menggunakan
anestesi topikal yang diaplikasikan pada ujung file, file kemudian ditempatkan ke dalam saluran akar
menggunakan gerakan watchwinding dengan memompa secara bergantian sehingga gel topikal
terdorong ke bawah saluran akar. Setelah itu dilakukan foto radiografi untuk mengecek panjang kerja
dan konfirmasi menggunakan apex locator sehingga diperoleh panjang kerja 18 mm untuk saluran akar
distal, panjang kerja 17 mm untuk saluran akar mesiolingual dan mesiobukal. Selanjutnya dilakukan
preparasi saluran akar dengan rotary instrument Protaper Next (Dentsply, Maillefer, Switzerland) hingga
D X3/18 mm, MB X3/17 mm, dan MP X3/17 mm. Aplikasi EDTA gel saat preparasi saluran akar dan irigasi
NaOCl 2,5 % setiap pergantian file. Saluran akar dikeringkan dengan paper point dan aplikasi medikamen
intrakanal antar kunjungan dengan kalsium hidroksida (Calcipex ®, Nippon Sika-Yakuhin, Shimonoseki,
Japan) dan ditutup dengan tambalan sementara Cavit®. Pada kunjungan kedua perawatan gigi 37, tidak
ada keluhan subyektif, dilanjutkan dengan membongkar

tambalan sementara dan irigasi dengan NaOCl 2,5 % dan EDTA 17% kemudian dikeringkan
menggunakan paperpoint. Obturasi saluran akar menggunakan guttap non-ISO sesuai panjang kerja
masing-masing saluran akar yang telah ditentukan pada kunjungan sebelumnya melalui KGU serta sealer
AHPlus (Dentsply, Maillefer, Switzerland), tutup dengan tambalan sementara Cavit®, dan evaluasi
obturasi dengan gambaran radiografis. Tambalan sementara dibongkar kemudian ditumpat dengan GIC
Fuji II sebagai basis, ditutup kembali dengan tambalan sementara Cavit®.

Gambar 2. Foto periapikal gigi 37 setelah perawatan saluran akar

Kunjungan ketiga, dilakukan pembongkaran tambalan sementara dan preparasi mahkota gigi untuk
restorasi post endo. Kemudian hasil cetakan preparasi dikirim ke laboratorium. Tutup hasil preparasi
menggunakan tambalan sementara Cavit®. Pada kunjungan keempat, tidak ada keluhan subyektif dan
dari pemeriksaan klinis tidak ada inflamasi pada daerah gingiva dan palpasi tidak peka. Pada gambaran
radiografis tidak ada pertumbuhan lesi baru pada daerah periapikal. Pada kunjungan ini dilakukan insersi
onlay ceramage.

PEMBAHASAN

Nekrosis parsial sulit didiagnosis karena gejala pasien menunjukkan pulpitis namun hasil tes vitalitas
pulpa menunjukkan respon nekrosis pulpa. Gejala nekrosis parsial dengan episode nyeri ringan
intermiten selama beberapa minggu atau bulan3. Gigi dengan nekrosis parsial juga dapat menunjukkan
gejala pulpitis irreversible yang simtomatik2. Pasien dengan kondisi klinis yang menyakitkan ini lebih
sulit untuk dianestesi4. Laporan kasus ini menjelaskan mengenai metode anestesi dalam perawatan
nekrosis parsial gigi molar rahang bawah dimana masih terdapat jaringan pulpa yang vital dan sangat
sensitif di 1/3 panjang kerja

413Noni Maharani, Dewa Ayu Nyoman Putri Artiningsih

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

sehingga sulit untuk dianestesi dengan menggunakan teknik anestesi blok maupun intrapulpa.
Kegagalan anestesi menggunakan metode infiltrasi dan blok regional pada gigi posterior mandibular
dapat disebabkan karena gigi menerima persarafan lebih dari satu batang saraf atau suplai saraf
aksesori. Saraf di sepanjang bukal kadang-kadang akan menginervasi pulpa molar bawah. Saraf lingual
juga dapat berkontribusi terhadap suplai pulpa gigi mandibula tetapi hal ini biasanya akan dinetralisir
oleh blok saraf lingual saat anestesi blok saraf alveolar inferior. Namun saaraf lingual tidak akan
ternetralisir oleh blok saraf mental dan incisivus5. Suplai saraf aksesori lebih lanjut yang menginervasi
gigi mandibula dapat berasal dari saraf mylohyoid, saraf aurikulotemporal dan saraf servikal atas.
Cabang mylohyoid meninggalkan batang utama alveolar inferior satu sentimeter lebih superior dari
foramen mandibula sehingga dapat tidak terpengaruh oleh blok konvensional5. Saraf aurikulotemporal
kadang-kadang bercabang ke pulpa gigi rahang bawah melalui foramina yang tinggi pada ramus. Suplai
saraf aurikulotemporal dan mylohyoid dapat dinetralisir oleh blok seperti GowGates atau Akinosi5. Gigi
dengan nekrobiosis atau nekrosis parsial memiliki jaringan pulpa yang terinflamasi dan nekrosis.
Nekrosis parsial secara histologis menunjukkan tidak ada jaringan vital atau seluler di bagian koronal
yang berdekatan dengan lesi karies, namun pada bagian radikular terdapat inflamasi yang parah dan
infiltrasi sel inflamasi yang melimpah6. Anestesi blok alveolar inferior dan injeksi ligament periodontal
pada gigi yang mengalami inflamasi tidak dapat dicapai pada 27% kasus7. Kesulitan anestesi pada
kondisi ini kemungkinan karena proses neuronal. Kerusakan yang diakibatan oleh inflamasi dan bakteri
dapat menyebabkan pertumbuhan serabut saraf baru, peningkatan ekspresi neuropeptida seperti
substansi P dan peptida terkait gen kalsitonin, dan pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin
E2, prostaglandin F2a, interleukin 1 dan 6, dan tumor necrosis factor. Hal ini juga dapat menyebabkan
isoform nociceptor menjadi mudah terangsang. Kondisi klinis yang dapat terjadi antara lain allodynia,
plastisitas neuronal, hiperalgesia perifer dan sentral, dan sensitisasi sentral. Faktor-faktor ini dapat
membantu menjelaskan mengapa anestesi lokal tidak selalu efektif ketika pasien kesakitan4.

Bila anestesi infiltrasi atau blok masih menyisahkan sensasi nyari pada jaringan pulpa, biasanya dibantu
dengan tehnik anestesi intrapulpa. Tehnik ini dilakukan dengan injeksi langsung ke dalam jaringan
pulpa8. Ketika akses terlalu besar untuk memungkinkan jarum yang pas, pulpa yang terekspos harus
direndam dengan sedikit anestesi lokal beberapa menit sebelum memasukkan jarum sejauh mungkin ke
dalam kamar pulpa dan menginjeksikannya5. Pada kasus ini pulpa vital berada di 1/3 akar sehingga
anestesi intrapulpa sulit dilakukan karena tehnik ini hanya bisa digunakan bila akses ke pulpa cukup
untuk masuknya jarum suntik8, sehingga digunakan teknik anestesi topikal yang dimasukkan ke dalam
saluran akar. Teknik ini dapat digunakan setelah mencoba anestesi intrapulpa atau sebagai alternatif
anestesi intrapulpa7. Anestesi topikal diaplikasikan pada ujung file, file kemudian ditempatkan ke dalam
saluran akar menggunakan gerakan watchwinding dan memompa secara bergantian sehingga gel topikal
terdorong ke bawah saluran akar. Tujuannya adalah untuk mendorong gel di depan file sehingga dapat
menganestesi jaringan saraf yang tersisa di saluran sebelum file menstimulasi saraf dan menyebabkan
sensasi nyeri7. Pasien biasanya merasa sedikit tidak nyaman selama fase ini, tetapi hanya berlangsung
-10 detik. Kanal biasanya teranestesi sepenuhnya dengan satu atau dua aplikasi topikal dengan file.
pasien yang sangat sensitif membutuhkan lebih banyak waktu untuk mendorong topikal ke saluran akar.
Ketika jaringan saraf pada seluruh saluran teranestesi, dilakukan irigasi untuk membersihkan sistem
saluran dari sisa topikal7. Teknik ini efektif untuk semua gigi namun pada saluran akar yang sangat
sempit dan berliku membutuhkan lebih banyak waktu dan aplikasi topikal sampai tiga atau empat kali
per saluran akar. Teknik ini telah terbukti sebagai teknik yang efektif dan aman untuk mengurangi
ketidaknyamanan pasien yang tidak sepenuhnya teranestesi oleh teknik anestesi lokal konvensional
selama prosedur pulpektomi7.

KESIMPULAN

Rasa sakit pada nekrosis parsial dapat menimbulkan kesulitan bagi klinisi dalam melakukan perawatan
endodontik. Manajemen rasa sakit dengan menggunakan teknik anestesi alternatif anestesi topikal yang
dimasukkan ke dalam saluran akar cukup

414 PERAWATAN SALURAN AKAR VITAL PADA GIGI MOLAR KEDUA MANDIBULA DENGAN NEKROSIS
PARSIAL : LAPORAN KASUS

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

efektif dilakukan pada nekrosis parsial gigi molar rahang bawah dengan akses yang sulit dicapai
menggunakan anestesi intrapulpa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbott P V., Yu C. A clinical classification of the status of the pulp and the root canal system. Aust Dent
J. 2007;52(1 SUPPL.):17-31. doi:10.1111/j.1834-7819.2007.tb00522.x 2. Hargreaves K. Cohen’s Pathways
of the Pulp Tenth Edition. (Berman LH, ed.). St. Louis, Missouri: mosby; 2011. 3. Jafarzadeh H, Abbott P
V. Review of pulp sensibility tests. Part I: general information and thermal tests. Int Endod J.
2010;43(9):738-762. doi:10.1111/j.1365-2591.2010.01754.x 4. Drum M, Reader A, Nusstein J, Fowler S.
Successful pulpal anesthesia for symptomatic irreversible pulpitis. J Am Dent Assoc. 2017;148(4):267-
271. doi:10.1016/j.adaj.2017.01.002 5. Meechan JG. How to overcome failed local anesthesia. Brazi
1999; 186 (1):15-20. BrazilianDental Journal. 1999;186(1):1520. 6. Naseri M, Khayat A, Zamaheni S,
Shojaeian S. Correlation between histological status of the pulp and its response to sensibility tests. Iran
Endod J. 2017;12(1):20-24. doi:10.22037/ iej.2017.04 7. DeNunzio M. Topical anesthetic as an adjunct to
local anesthesia during pulpectomies. J Endod. 1998;24(3):202203. doi:10.1016/S0099-2399(98)80185-4
8. Malamed S. Handbook of LOCAL ANESTHESIA. 6th ed. Los Angeles, California: ELSEVIER; 2012
PERAWATAN ENDODONTIK SATU KALI KUNJUNGAN PADA GIGI PULPITIS IRREVERSIBEL DENGAN
RESTORASI OVERLAY Juni jekti Nugroho*, Nenny Athriana Farma**

ABSTRACT

Background: Endodontic treatment is the most frequent treatment done by dentist, along with patients
need are increase to maintain their teeth . Endodontic treatment can be done in single visit which
chemomechanic preparation and root canal obturation performed within one visit. Objective: Single visit
endodontic can minimize the risk of bacterial contamination also reduce the amount visit to clinicians.
Case: A 23 years old male patient presented to the Dental Clinic at Departement of Conservative
Dentistry, RSGM Hj. Halimah Dg Sikati Dentistry Faculty University of Hasanuddin with the chief
complaint of a toothache on tooth 36 and he wanted to take care of his teeth. According to subjective
and objective checks it was diagnosed with irreversible pulpitis. Management: The treatment
performed is single visit endodontic treatment with overlay restoration. Conclusion: Single visit
endodontic treatment on irreversible pulpitis case showed good treatment result.

Keyword: Endodontic, irreversible pulpitis.

Korespondensi: Nenny Athriana Farma, Residen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar, Indonesia. Alamat e-mail:
nenny.athriana@gmail.com

PENDAHULUAN

Perawatan endodontik adalah prosedur yang sering dilakukan di tempat praktek dokter gigi. Indikasi
utama perawatan endodontik adalah pulpitis ireversibel dan nekrosis pulpa gigi yang disebabkan oleh
proses karies atau trauma, kemudian pada gigi yang pecah atau retak yang melibatkan pulpa dan
memerlukan koreksi posisi yang ekstrim. Tujuan perawatan endodontik adalah untuk mencegah
terjadinya periodontitis apikal sehingga gigi dapat dipertahankan. Prosedur perawatan endodontik
dilakukan untuk menghilangkan jaringan organik dan bakteri patogen pada saluran akar dengan
melakukan instrumentasi mekanik yang disertai dengan larutan irigasi. Perawatan endodontik dapat
dilakukan dengan dua cara: pertama, adalah melakukan perawatan endodontik beberapa kali kunjungan
dan kedua adalah melakukan perawatan endodontik satu kali kunjungan.1,2,3,4 Perawatan endodontik
beberapa kali kunjungan memiliki beberapa kekurangan seperti kontaminasi antar kunjungan dan flare
up yang disebabkan oleh kebocoran atau lepasnya tumpatan sementara, waktu perawatan lebih lama
sehingga operator dan pasien menjadi lelah.5,6 Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan
instrumen rotary nikel titanium, apex locator, alat ultrasonik, mikroskop endodontik, dan bahan sealing

yang biokompatibel sangat membantu dokter gigi dalam melakukan perawatan endodontik yang lebih
efektif dan efisien. Semua faktor di atas menyebabkan pergeseran perawatan endodontik dari beberapa
kali kunjungan ke satu kali kunjungan.3,6,7,8

KASUS

Seorang laki-laki berusia 23 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Unhas dengan keluhan gigi
geraham bawah berlubang dan sakit terutama bila minum yang dingin, pasien minum obat untuk
menghilangkan rasa sakitnya.

PENATALAKSANAAN KASUS
Pemeriksaan intra oral tampak gigi 36 karies dan telah mencapai pulpa. Tes vitalitas (+), perkusi dan
palpasi (-) (Gambar 1a). Pemeriksaan radiografi tampak jaringan periapikal normal (Gambar 1b).
Diperoleh diagnosis pulpitis ireversibel asimptomatik. Bentuk anatomi gigi geraham rahang bawah
terdiri dari 2 saluran akar di akar mesial dan 1 di akar distal. Penjajakan saluran akar menggunakan K-file
#10#15 + root canal lubricant disertai irigasi NaOCl 2,5% dan aquades steril tiap pergantian file
kemudian dilanjutkan dengan penentuan panjang kerja dengan apex locator yang dikonfirmasi dengan
radiografi.

**Staff Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, Makassar
*Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin, Makassar

389Juni jekti Nugroho, Nenny Athriana Farma

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

Saluran akar mesiobukal = 21,5 mm, mesiolingual = 22 mm, distal : 21,5 mm (Gambar 2a dan 2b)

Gambar 1a. Foto klinis awal

Gambar 1b. Foto radiografi awal

Gambar 2a. Foto klinis panjang kerja

Gambar 2b. Foto radiografi panjang kerja

Preparasi saluran akar distal, mesiobukal dan mesiolingual dengan teknik Crown Down Presureless
menggunakan ProTaper Gold rotary instrument yang diawali dengan #Proglider file dilanjutkan dengan
#S1-F1 + root canal lubricant (akar mesiobukal dan mesiolingual) dan #S1-F2 (akar distal) disertai irigasi

NaOCl 2,5%, EDTA 17%, serta aquadest steril di setiap pergantian larutan irigasi dan dikeringkan.
Setelah itu dilakukan try-in gutta percha #F1 pada saluran akar mesiobukal dan mesiolingual, #F2 pada
akar distal kemudian dilanjutkan dengan foto radiografi. (Gambar 3)

Gambar 3. Foto radiografi try-in gutta percha

Dilanjutkan obturasi saluran akar dengan teknik single cone dengan gutta percha dan sealer AH plus +
aplikasi RMGI + tumpatan sementara, lalu dilakukan foto radiografi (Gambar 4)

Gambar 4. Foto kontrol obturasi

Setelah obturasi saluran akar, pasien diberikan beberapa instruksi pasca perawatan endodontik dan
diinstruksikan datang kembali 1 minggu kemudian untuk melanjutkan perawatan. Setelah 1 minggu,
pasien datang kembali dan tidak ada keluhan subjektif, tes perkusi dan palpasi (-). Perawatan dilanjutkan
dengan preparasi overlay logam, kemudian gigi dicetak untuk dibuatkan die rahang bawah dengan
tehnik double impression menggunakan bahan cetak elastomer dilanjutkan dengan cetak rahang atas
dengan ireversible hydrocolloid. Kemudian pembuatan bite registration dan pemasangan overlay
sementara menggunakan Revotec. (Gambar 5 dan 6)
390 PERAWATAN ENDODONTIK SATU KALI KUNJUNGAN PADA GIGI PULPITIS IRREVERSIBEL DENGAN
RESTORASI OVERLAY

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

Gambar 5a. Foto preparasi overlay

Gambar 5b. Foto preparasi overlay

Gambar 6. Foto klinis restorasi sementara

Setelah pemasangan restorasi sementara, pasien kembali diberikan beberapa instruksi. dan juga
diinstruksikan untuk datang kembali 3 hari kemudian. Pada kunjungan berikutnya, restorasi sementara
dibuka lalu try-in overlay logam. Kemudian cek oklusi dan artikulasi lalu insersi overlay logam (Gambar
7a dan 7b).

Gambar 7a. Foto insersi overlay logam

Gambar 7b. Foto cek oklusi setelah insersi overlay logam.

Seminggu kemudian, pada pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan, pemeriksaan objektif ekstra oral
dan intra oral tidak ada kelainan, restorasi baik, tes perkusi (-), dan warna gingiva normal. (Gambar 8a
dan 8b).

Gambar 8a. Foto kontrol overlay logam

Gambar 8b Foto kontrol oklusi overlay logam PEMBAHASAN

Penggunaan instrumen rotary file menunjukkan tingkat kebersihan saluran akar yang baik dalam waktu
yang singkat. File rotary menggunakan teknik preparasi crown down pressureless memberikan bentuk
tapered pada saluran akar dengan tekanan minimal.1 Tahap Cleaning dalam saluran akar memerlukanj
larutan irigasi yang dapat melarutkan bahan organik dan anorganik. Konsentrasi larutan irigasi sodium
hipoklorit berfungsi melarutkan jaringan organik Konsentrasi 5,25% memiliki aktifitas antibakteri yang
paling efektif dan efisien digunakan pada kasus perawatan endodontik satu kali kunjungan. Irigasi EDTA
17% mengangkat jaringan anorganik, yang tidak

391Juni jekti Nugroho, Nenny Athriana Farma

Prosiding Seminar Ilmiah Nasional IKORGI III Yogyakarta, 24-25 November 2018

dilakukan oleh sodium hipoklorit.9,10,11 Teknik obturasi single cone menggunakan single gutta percha
dengan ketebalan sealer yang bervariasi tergantung adaptasinya ke dinding saluran akar. Keuntungan
teknik ini adalah tidak memerlukan cone aksesoris dan menghemat waktu obturasi endodontik.12 Gigi
molar bawah yang telah dirawat endodontik sebaiknya dibuatkan restorasi yang mampu melindungi
cusp gigi karena menerima beban kunyah yang berat. Pada kavitas mesio-oklusal-distal yang mengalami
kehilangan marginal ridge memiliki resiko terjadinya fraktur yang besar, sehingga dibuatkan preparasi
overlay yang dapat menambah fracture resistance. Overlay dengan bahan logam dipilih karena memiliki
kekuatan yang lebih baik , selain itu biayanya lebih terjangkau dibandingkan overlay porselen. 13,14
Perawatan endodontik satu kali kunjungan adalah perawatan konservatif non bedah yang dilakukan
pada gigi dan terdiri dari tahapan cleansing, shaping biomekanik dan obturasi saluran akar dalam satu
kali kunjungan. Perawatan endodontik satu kali kunjungan memiliki beberapa keuntungan antara lain:
berkurangnya jumlah kunjungan, tidak perlu mengulang aplikasi anastesi atau rubber dam, tidak ada
restorasi antar kunjungan.4,8,15,16 Keberhasilan perawatan endodontik satu kali kunjungan tergantung
pada instrumen yang digunakan, teknik preparasi kemomekanik dalam saluran akar, debridemen,
shaping, desinfeksi dan obturasi tiga dimensi pada saluran akar. Berdasarkan analisis retrospektif
perawatan endodontik satu kali kunjungan adalah hal yang umum dilakukan saat ini sebagai
transformasi dari perawatan endodontik konvensional yang menggunakan instrumen hand files.2,5,6
Perawatan endodontik satu kali kunjungan dapat dilakukan pada kasus pulpitis ireversible asimptomatik.
Gigi vital memiliki insiden yang rendah terhadap terjadinya flare-up karena invasi bakteri belum
mencapai saluran akar atau adanya perubahan di jaringan periradikuler.8,16,17,18,19 Kriteria untuk
dilakukan perawatan endodontik satu kali kunjungan adalah kemampuan dan pengalaman operator,
tingkat kooperatif pasien, akses gigi, variasi anatomi gigi, kalsifikasi saluran akar, saluran akar yang
bengkok, vitalitas pulpa, lesi periapikal, gejala klinis, keberadaan sinus tract. Keputusan untuk
melakukan perawatan endodontik satu kali kunjungan atau beberapa kali kunjungan harus didasari oleh
penentuan

diagnosis yang tepat bukan jumlah kunjungan untuk melakukan perawatan.1,4,8 Dalam laporan kasus
ini, dilakukan perawatan endodontik satu kali kunjungan pada gigi molar bawah dengan diagnosis
pulpitis ireversibel dan tidak menunjukan adanya keluhan pasca perawatan endodontik, seperti
terjadinya flare up dan rasa tidak nyaman saat mengunyah ataupun berbicara.

KESIMPULAN

Perawatan endodontik satu kali kunjungan dapat dilakukan pada kasus pulpitis ireversibel, tingkat
keberhasilannya ditentukan oleh ada tidaknya komplikasi pasca perawatan dan tergantung pada
pemilihan kriteria kasus dan kondisi pasien. Perawatan ini juga ditentukan pada keterampilan operator
dan teknik preparasi yang tepat. Ketika operator dihadapkan pada pilihan perawatan apa yang dapat
ditawarkan pada pasien, sebaiknya mempertimbangkan keefektifan, komplikasi, biaya, dan tingkat
kepuasan pasien serta operator.pera
APLIKASI FIBER POST PASCA PERAWATAN EKSTIRPASI VITAL PADA GIGI INSISIF SENTRAL RAHANG
ATAS

Wijoyo Sastro S*, Dudi Aripin** *Mahasiswa PPDGS Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran **Staf Pengajar Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedoktreran Gigi
Universitas Padjadjaran.

ABSTRAK Restorasi gigi pasca perawatan endodontik seringkali menjadi rapuh dan membutuhkan pasak
sebagai tambahan retensi dan menyalurkan daya kunyah. Pasak terdiri dari berbagai macam bahan
diantaranya berbasis keramik, logam dan penggunaan pasak fiber juga telah digunakan secara luas pada
restorasi gigi pasca perawatan endodontik. Pasak fiber memberikan sejumlah keuntungan dibandingkan
dengan pasak metal, yaitu pada modulus elastisitas yang hampir mirip dengan dentin serta kualitas
estetik yang dihasilkan relatif lebih baik. Gigi yang direstorasi dengan pasak fiber menunjukkan resistensi
yang lebih baik terhadap fraktur dibandingkan dengan gigi yang direstorasi dengan pasak metal sediaan,
maupun costumized. Perawatan endodontik gigi dengan menggunakan pasak fiber menunjukkan
insidensi yang lebih rendah terhadap terjadinya fraktur akar. Pasien perempuan berumur 17 tahun
datang dengan keluhan gigi atas kanan lepas tambalan nya 2 minggu yang lalu, gigi pernah dirawat oleh
drg lain di puskesmas, dan pernah sakit berdenyut 1 minggu yang lalu, gambaran radiografis mahkota
terlihat adanya gambaran radiolusen mendekati pulpa. Saluran akar satu dan lurus lurus, laminadura
utuh, tidak terdapat pelebaran membran periodontal, dan tidak terdapat kelainan di periapikal. Gigi 11
dilakukan anastesi, kemudian buka akses dengan bor endo-Z dan dilanjutkan dengan preparasi saluran
akar menggunakan nikel titanium protaper hand use dengan teknik crown down dilanjutkan dengan
pengisian saluran akar. Kemudian dilakukan follow up dengan pasak fiber diikuti restorasi dengan resin
komposit. Restorasi pasca perawatan saluran akar memerlukan bahan fiber post sebagai penambah
retensi dan membantu menyalurkan daya kunyah secara merata ke seluruh bagian akar. Kata kunci:
pasak fiber, fraktur, resistensi

ABSTRACT Teeth following endodontic treatment often become brittle and require additional stake as
retention and to transmit high chewing force. The posts in dentistry consists of various materials
including ceramic-based. Fiber posts have also been widely used in dental restorations after endodontic
treatment. Fiber posts provides a number of advantages compared to metal pegs, on the modulus of
elasticity which is almost similar to dentin and aesthetic quality of the resulting relatively better. Fiber
post will not give the grey appearances on final restoration. Teeth restored

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD

32

with fiber posts showed better resistance to fracture compared with teeth restored with metal posts
preparations, as well as costumized posts. Endodontic treatment of teeth using fiber posts showed
lower incidences on root fractures. A girl aged 17 years came with chief complaints lost of the right
upper teeth filling two weeks ago, the tooth had been treated by another dentist, and has throbbing
pain approximately 1 week ago, the radiographic examination shows radiolucent towards the pulp on an
one straight root canal. Laminadura is still intact, there is no widening of the periodontal membrane,
and no periapical abnormalities. Local Anesthesia was directed at 11 tooth. Open access is done and
followed with root canal preparation using crown down technique, and also root canal filling in one visit,
followed with fiber posts and composite resin restoration. Restoration following root canal treatment
requires fiber post as retentive addition and helps distribute power evenly throughout the the roots.
Keywords: fiber posts, fracture, resistence

PENDAHULUAN Perawatan saluran akar merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan gigi
dalam rongga mulut serta mengembalikan keadaan gigi agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan
disekitarnya.1 Perawatan saluran akar secara umum dapat dibagi menjadi tiga fase (triad endodontik)
yaitu preparasi atau pembersihan dan pembentukan saluran akar, disinfeksi saluran akar serta obturasi
atau pengisian saluran akar.2 Berdasarkan jumlah kunjungan, perawatan saluran akar dapat dilakukan
dalam beberapa kali kunjungan atau satu kali kunjungan. Perawatan saluran akar satu kali kunjungan
yaitu perawatan yang meliputi pembersihan saluran akar, sterilisasi dan obturasi dilakukan dalam satu
kunjungan. Pada perawatan satu kali kunjungan yang berhasil akan menghemat waktu, mengurangi
resiko infeksi antar kunjungan dan jarang terjadi flare up. Perawatan satu kunjungan dapat dilakukan
pada gigi-gigi dengan persyaratan bahwa gigi harus dalam kondisi antara lain tidak ada lesi periapikal,
tidak ada eksudat dalam saluran akar.3 Tujuan utama restorasi adalah untuk mengembalikan fungsi dan
bentuk gigi yang sudah rusak atau hilang. Pemilihan bahan restorasi untuk gigi pasca perawatan saluran
akar perlu dipertimbangkan struktur gigi yang tersisa, posisi anatomis gigi, ketahanan oklusal terhadap
gigi. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar rentan terhadap fraktur karena struktur giginya
yang lebih rapuh dan semakin lemah karena adanya kerusakan koronal gigi oleh karies, preparasi akses
kavitas, instrumentasi saluran akar, fraktur yang terjadi sebelumnya, hilangnya kelembaban dentin,
restorasi sebelumnya dan teknik perawatan saluran akar.4 Restorasi gigi pasca perawatan endodontik
seringkali menjadi rapuh dan membutuhkan pasak sebagai tambahan retensi dan menyalurkan daya
kunyah.4 Pada laporan kasus ini perawatan endodontik dilakukan dengan satu kali

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD

33

kunjungan dan diteruskan dengan pemasangan pasak fiber dan restorasi kelas IV komposit.

LAPORAN KASUS Pasien perempuan berumur 17 tahun datang ke Instalasi Klinik Konservasi RSGM FKG
UNPAD dengan keluhan gigi atas kanan lepas tambalan nya 2 minggu yang lalu, tambalan sejak lama
terasa tidak nyaman, pernah dirawat oleh drg lain di puskesmas, dan pernah sakit berdenyut 1 minggu
yang lalu, selama dua hari, dan pasien minum obat penahan sakit. Giginya sekarang sudah tidak terasa
sakit lagi hanya pada waktu minum air yang dingin masih terasa sakit sehingga ingin dilakukan
perawatan gigi dan penambalan gigi. Pemeriksaan keadaan umum, riwayat hipertensi, penyakit jantung,
hepatitis, KP disangkal. Pemeriksaan ekstra oral: wajah simetris, bibir tidak ada kelainan, kelenjar
submandibula kiri dan kanan tidak teraba dan tidak sakit. Pemeriksaan intra oral: kebersihan mulut
sedang, tidak terdapat kelainan pada jaringan sekitar. Status lokalis gigi 11 terlihat adanya karies
profunda, dengan kondisi tambalan terbuka. Pemeriksaan tes dingin menunjukan reaksi positif, tes
perkusi negatif, tes tekan negatif, palpasi negatif, mobility negatif (Gambar 1).
Gambar 1. Foto Klinis Gigi 11

Pemeriksaan radiografis gigi 11 mahkota terlihat adanya gambaran radiolusen mendekati pulpa. Saluran
akar satu lurus. Laminadura utuh, tidak terdapat pelebaran membran periodontal, dan tidak terdapat
kelainan di periapikal (Gambar 2).

Gambar 2. Radiograf Awal Kunjungan Gigi11

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD

34

Diagnosis gigi 11 adalah pulpitis ireversibel. Rencana perawatan yang akan dilakukan meliputi
perawatan ekstirpasi vital satu kunjungan dan penggunaan fiber post dan penambalan komposit direct
kelas IV. Prognosis gigi 11 baik karena jaringan gigi yang tersisa, walaupun tipis dan kehilangan dinding
labial masih dapat direstorasi, tidak ada lesi periapikal, saluran akar tunggal, dan pasien kooperatif.

Pada kunjungan pertama, setelah dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, radiografi, penentuan
diagnosis dan rencana perawatan yang akan dilakukan ada gigi 11, pasien menandatangani lembaran
informed consent yang telah disediakan. Tindakan asepsis dilakukan menggunakan povidone iodine 10%
pada bagian mukosa bukal dan lingual. Anastesi Infiltrasi dilakukan menggunakan larutan anastetik
sebanyak 0.5 ml di bagian palatal dan di bagian bukal sebanyak 0,5 ml. Daerah kerja diisolasi
menggunakan rubber dam dan dilakukan tindakan akses koronal hingga menembus kamar pulpa
menggunakan bur bundar. Kemudian atap kamar pulpa dirapikan sehingga orifis saluran akar terlihat
dengan jelas. Ekstirpasi jaringan pulpa pada saluran akar menggunakan jarum ekstirpasi pada (Gambar
3).

Gambar 3. Jaringan Pulpa Yang Telah Diekstirpasi

Eksplorasi saluran akar menggunakan K-File #10 dan #15. Preparasi 2/3 saluran akar menggunakan file
Protaper Universal Rotary SX dan file dilumasi EDTA, kemudian irigasi NaOCl 2,5%. Penentuan panjang
kerja dengan file awal no.10 menggunakan apex lacator (VDW GOLD), diperoleh panjang kerja pada
saluran akar didapat 22,5mm. Preparasi saluran akar dilakukan dengan teknik Crown Down
menggunakan Protaper Universal Rotary (Protaper, Denstply). Preparasi saluran sampai panjang kerja
menggunakan File SX, K-file 10, Protaper S1 S2, F1 dan F2 secara berurutan. Setiap pergantian file
saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5% , irigasi terakhir dengan akuades steril, larutan EDTA 17%, dan
akuades steril. Saluran akar dikeringkan kembali dengan paper point steril, dan dilakukan trial foto
meggunakan gutaperca sesuai MAF yaitu F2 sepanjang 22,5 mm kemudian dikonfirmasi dengan
pemeriksaan radiologis (Gambar 4).

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD

35

Gambar 4. Foto Trial Pengisian

Pengisian saluran akar dilakukan dengan teknik single cone menggunakan gutaperca F2 sebagai master
cone dan sealer AH 26. Gutaperca dipotong sampai batas orifis. Kavitas dibersihkan dari sisa-sisa sealer
dan gutaperca, kemudian ditutup dengan semen glass ionomer. Röntgen dilakukan untuk melihat hasil
pengisian dan selanjutnya pasien diinstruksikan untuk datang kembali satu minggu kemudian (Gambar
5).

Gambar 5. . Foto Pengisian Gigi 14

Pada kunjungan kedua (14 September 2015), dilakukan kontrol pengisian; tidak terdapat keluhan pasien,
pemeriksaan obyektif dengan tes perkusi (-), tes tekan (-), palpasi (-), mobiliti (-). Pada pemeriksaan
gambaran radiografik kontrol pengisian memperlihatkan pengisian yang hermetis dan tidak terdapat
kelainan pada bagian periapikal (Gambar 6). Follow up pada kasus ini adalah menggunakan restorasi
kelas IV komposit, dibantu dengan aplikasi fiber post untuk mencegah fraktur mahkota yang tersisa.

Gambar 6. Foto Kontrol Pengisian Gigi 11

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD

36

Pada Kunjungan ketiga yang dilakukan pada tanggal 18 september 2016 dilakukan pemasangan dan
sementasi fiber post. Tambalan Glass Ionomer dibuka kembali hingga sisa gutapercha terlihat, kemudian
dilakukan penghitungan panjang fiber post dengan menyisakan guttapercha sebesar 5mm, sehingga
panjang fiber post hingga mahkota sepanjang 17,5 mm. Setelah panjang kerja didapat dilakukan
preparasi pengambilan guttapercha sepanjang kerja (gambar 7 ).

Gambar 9. Pengambilan Gutta Percha


Trial panjang kerja fiber post dilakukan untuk memastikan panjang kerja sudah sesuai, kemudian fiber
post dipotong sesuai dengan panjang mahkota tersisa dikurangi 2 mm untuk memastikan fiber post
mengisi bagian palatal gigi 11.

Gambar 10. Pengukuran dan penempatan fiber post

Etsa dan bonding dilakukan kemudian sebelum dilakukan sementing dengan semen core build up
luxacore (gambar 11).

Gambar 11 (kiri: Proses Aplikasi Etsa, kanan: Proses Aplikasi Bonding)

Dilakukan sementing dengan semen core built up dan dilakukan follow up dengan penambalan kelas
empat komposit. (gambar 12 dan 13).

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD

37

Gambar 12. Hasil Akhir Sementing Fiber Post

Gambar 13. Hasil akhir Penambalan kelas IV Komposit

PEMBAHASAN Gigi pasca perawatan endodontik akan lebih rapuh (brittle) yang disebabkan karena
kandungan air yang berkurang, adanya kavitas yang besar sehingga email tidak mendapat dukungan
dentin, dan tidak terbentuknya lagi dentin sekunder serta akibat pengambilan jaringan gigi pada saat
dilakukan preparasi kamar pulpa dan saluran akar sehingga tekanan fungsional pada mahkota akan
menyebabkan terjadinya fraktur.5 Perawatan restorasi bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan
bentuk gigi yang sudah rusak atau hilang. Pemilihan bahan restorasi untuk gigi pasca perawatan saluran
akar perlu dipertimbangkan struktur gigi yang tersisa, posisi anatomis gigi dan ketahanan oklusal gigi
terhadap daya kunyah.6 Berdasarkan konsep tersebut maka dibutuhkan restorasi pasca perawatan
endodontik yang dapat menambah resistensi gigi terhadap fraktur akibat dari pemakaian. Dengan
demikian restorasi pasca endodontik pada gigi anterior pada beberapa kasus memerlukan penguat pada
daerah servikal yang merupakan daerah yang paling kritis fraktur.7 Pasak adalah bahan restorasi gigi
yang ditempatkan di dalam saluran akar gigi yang struktur mahkotanya rusak dan membutuhkan
tambahan retensi untuk inti dan restorasi koronalnya. Fungsi dari pasak adalah mendukung inti dan
restorasi koronal. Pasak juga membantu melindungi bagian apikal dari kontaminasi bakteri yang
disebabkan oleh kebocoran di koronal.8 Selain itu pasak harus memenuhi syarat melindungi akar gigi
dari kemungkinan fraktur, mempunyai retensi maksimal di dalam akar, mempunyai retensi maksimal
untuk inti dan mahkota, melindungi

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD

38

dari kebocoran di koronal, estetis, mampu dilihat secara radiograf, dan biokompatibel.8 Salah satu tahap
penting yang menentukan keberhasilan restorasi pasak saluran akar adalah ketahanan tekan untuk
pengunyahan.9 Pasak berdasarkan cara pembuatannya terdiri dari pasak fabricated dan prefabricated.
Pasak fabricated berdasarkan bahan yang gunakan terdiri dari logam dan non logam. Pasak komposit
diantaranya adalah pasak fiber. Pasak fiber mempunyai sifat translusen dan tidak berwarna di dalam
resin komposit tanpa menunjukkan bayangan warna apapun. Sifat translusen dari pasak fiber
menyebabkan light cure mudah melewati komposit.6 Pasak fiber akan memberikan kekuatan flexural
dan fatique yang lebih besar, modu- lus elastisitas yang menyerupai dentin serta kemampuan
membentuk satu ikatan dengan kompleks pasak dan akar serta akan meningkatkan estetis. Sifat yang
dimilik pasak fiber memiliki potensi untuk memperkuat akar serta mendistribusikan tekanan lebih
merata sehingga menghindari fraktur akar.10 Pasak fiber dapat berikatan dengan dentin saluran pasak
dengan baik dikarenakan oleh mekanisme adhesif dengan penggunaan semen resin. Sementasi pasak
fiber dengan semen resin ini akan memberikan retensi yang lebih baik, menurunnya resiko terjadinya
kebocoran mikro, serta memiliki ketahanan lebih terhadap fraktur.6 Penggunaan pasak pada restorasi
harus memperhatikan proporsi antara panjang pasak yang berada pada saluran akar dengan panjang inti
pasak sehingga dapat mencegah terjadinya kegagalan restorasi akibat fraktur pasak. Keadaan jaringan
pendukung gigi juga harus dievaluasi secara cermat, tulang alveolar yang menyangga restorasi
setidaknya memiliki panjang dua pertiga panjang akar gigi.11 Faktor lain yang harus diperhatikan adalah
retensi dan resistensi. Retensi dapat menunjukkan ketahanan pasak terhadap kekuatan tarik kearah
vertikal. Sedangkan faktor yang mempengaruhi resistensi suatu pasak adalah panjang pasak, kekuatan
pasak dan jaringan gigi yang tersisa. Salah satu cara yang digunakan dalam kasus ini adalah dengan
menggunakan prefabricated glass fiber post, hal ini dikarenakan biokompatibel, lebih estetis, memiliki
modulus elastisitas yang menyerupai dentin. Tekanan yang ditransmisikan oleh pasak ke dentin lebih
rendah sehingga dapat meminimalisir terjadinya fraktur akar.12

SIMPULAN Restorasi pasca perawatan endodontik dapat dilakukan dengan beberapa tehnik, salah
satunya restorasi resin komposit direct dengan pasak fiber dapat menjadi alternatif perawatan pada gigi
anterior pasca perawatan saluran akar.dan dapat menghasilkan restorasi yang baik

Prosiding DIES 57 FKG UNPAD

39
DAFTAR PUSTAKA 1. Torabinejad M, Walton RE, Fouad A. Endodontics : Principles and Practice. Elsevier
Science Health Science; 2014. 2. Kohli A. Text Book of Endodontics. Elsevier India Pvt. Limited; 2010. 3.
Vera J, Siqueira JF, Ricucci D, Loghin S, Fern??ndez N, Flores B, et al. One- versus two-visit endodontic
treatment of teeth with apical periodontitis: A histobacteriologic study. J Endod. 2012;38(8):1040–52. 4.
Deliperi S, Bardwell DN, Coiana B. Reconstruction of devital teeth using direct fiber-reinforced
composite resins: A case report. J Adhes Dent. 2005;7(2):165–71. 5. Deliperi S. Direct fiber-reinforced
composite restoration in an endodonticallytreated molar: a three-year case report. Oper Dent.
2008;33(2):209–14. 6. Cheung W. A review of the management of endodontically treated teeth. J Am
Dent Assoc. 2005;136(5):611–9. 7. Liu M. Restoration of Endodontically Treated Premolars and Molars:
A Review of Rationales and Techniques. J Prosthodont Implantol. 2014;3(1):2– 16. 8. Hargreaves KM,
Berman LH, Rotstein I. Cohen’s Pathways of the Pulp. Elsevier Science Health Science; 2015. 9. Belli S,
Eraslan O, Eskitascioglu G, Karbhari V. Monoblocks in root canals: A finite elemental stress analysis
study. Int Endod J. 2011;44(9):817–26. 10. Braga NMA, Souza-Gabriel AE, Messias DCF, Rached-Junior
FJA, Oliveira CF, Silva RG, et al. Flexural properties, morphology and bond strength of fiber-reinforced
posts: Influence of post pretreatment. Braz Dent J. 2012;23(6):679–85. 11. Lamichhane A, Xu C, Zhang
F-Q. Dental fiber-post resin base material: a review. J Adv Prosthodont . 2014;6(1):60–5. 12. de Moraes
A, Cenci M, de Moraes R, Pereira-Cenci T. Current concepts on the use and adhesive bonding of glass-
fiber posts in dentistry: a review. Appl Adhes Sci. 2013;1(1):4.

You might also like