You are on page 1of 4

JKGT VOL. 5, NO.2, Desember (2023) 9-12, DOI : 10.25105/jkgt.v5i2.

18802

Perawatan saluran akar periodontitis apikalis kronis pada gigi insisivus


lateral maksilaris kiri
Rosita Stefani
Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
Email: rosita@trisakti.ac.id

ABSTRACT

Background: Root canal treatment is one of the modalities to treat periapical lesions. The success of root canal treatment in
periapical lesions can be seen with the patient's chief complaint and the healing of periapical lesions as seen by the radiograph.
Objective: This case report aims to demonstrate root canal treatment on a maxillary anterior tooth with periapical lesion.
Case report: A 22-year-old female patient came with complaints of a maxillary anterior tooth that had throbbing pain several
months ago, after having it filled by a previous dentist, and since then, it has never hurt again. Intra-oral examination of tooth
12 showed composite resin on the mesiopalatal surface. Radiographic findings showed that there was a round radiolucency
in the periapical area with a diameter of 4 mm. Root canal treatment was performed based on the diagnosis of chronic apical
periodontitis et causa necrotic pulp. Root canal treatment begins with the application of a rubber dam, opens the cavity,
explores the root canal, and shapes the root canal. Biomechanical preparation was carried out using Protaper Hand Use with
crown down technique, combined with 2.5% NaOCl irrigation. The first visit ends with the disinfection of the root canal using
calcium hydroxide. Subsequent treatment was carried out with subjective and objective examination, removal of temporary
filling, cleaning of calcium hydroxide, and final irrigation with 2.5% NaOCl, 17% EDTA, and 2% CHX. Obturation was
achieved using the vertical condensation technique. The restoration was accomplished at the next visit using composite resin.
Conclusion: Root canal treatment on teeth with chronic apical periodontitis was successfully carried out.

Keywords: Root canal treatment, chronic apical periodontitis, periapical lesions

PENDAHULUAN Pada granuloma periapikal (granuloma gigi, periodontitis


Pulpa gigi adalah jaringan konektif yang steril dan apikalis kronis), gigi menjadi non vital dan dapat menjadi
dilapisi oleh email, dentin, serta sementum. Kerusakan sakit apabila tersentuh, tetapi jarang sekali menunjukkan
yang signifikan pada ruang pulpa dapat menyebabkan gejala. Gigi dapat menunjukkan infeksi pada ujung akar,
inflamasi, hingga nekrosis pulpa apabila tidak dilakukan yang dapat diikuti oleh infeksi akut apabila tidak dirawat
perawatan. Penyebab dari radiolusensi pada periapical dengan tepat. Granuloma merupakan penyakit yang paling
adalah trauma, karies, ataupun keausan gigi, dengan cara: umum terjadi akibat berlanjutnya penyakit dari pulpitis
(1) mikroorganisme dapat mengkolonisasi jaringan pulpa atau periodontitis apikalis akut. Penyebaran penyakit
setelah kehilangan suplai darahnya akibat trauma, yang tidaklah selalu dalam arah periapikal, tetapi keberadaan
dapat menyebabkan penyakit periradikular; (2) saluran akar lateral atau aksesoris, yang merupakan
mikroorganisme dan produknya memiliki peranan penting deviasi anatomis dapat menjadi jalur dari infeksi oleh
dalam menginisiasi dan berkembangnya kondisi mikroorganisme. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
periradikular, dan; (3) inflamasi yang berkelanjutan akibat granuloma lateral atau lesi inflamasi lainnya. Sebagian
eksposur pulpa karena karies dan invasi mikroorganisme, besar lesi granuloma periapikal dapat terlihat pada
sehingga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Saat saluran pemeriksaan radiograf rutin, dan merupakan radiolusensi
akar telah terinfeksi, nekrosis pulpa dapat terjadi, dan periapikal yang paling umum terlihat pada praktik
bahkan system imun maupun terapi antibiotik dapat kedokteran gigi.4
bekerja secara efektif melawan infeksi, karena tidak Hingga saat ini, intervensi secara bedah dianggap
adanya suplai darah. Hal yang dapat dilakukan untuk sebagai salah satu modalitas perawatan yang dapat
mencegah penyebarannya adalah dengan perawatan dilakukan untuk merawat lesi periapikal, khususnya
saluran akar non bedah.1 apabila lesi berukuran besar. Namun, perkembangan dari
Infeksi bakteri yang terus menerus berlanjut dari pengetahuan mengenai pembentukan lesi, sifat patologis,
pulpa gigi dapat menyebabkan lesi periapikal. Lesi dan kesuksesan perawatannnya dalam uji klinis telah
periapikal biasanya dapat ditemukan dari pemeriksaan mendukung pendekatan secara non bedah. Berbagai studi
radiograf rutin atau sakit pada gigi.2 Diagnosis lesi klinis telah mengkonfirmasi bahwa perawatan non bedah
periapikal dapat berupa periodontitis apikalis dengan kontrol infeksi yang adekuat dapat mendukung
simptomatik/asimptomatik atau abses apikalis penyembuhan dari lesi periapikal yang besar, dan apabila
akut/kronis, tergantung karakteristik klinis dan etiologic mikrobial dihilangkan, lesi dapat
radiografis. Diagnosis histopatologik dari lesi periapikal mengecil/berkurang dengan mekanisme apoptosis.5
dapat berupa granuloma (epitel ataupun tidak berepitel), Dalam menilai penyembuhannya, diperlukan setidaknya
kista, abses, atau lainnya (seperti jaringan parut atau reaksi 6-12 bulan setelah perawatan saluran akar. Bahkan,
benda asing), tergantung dari mikrostruktur dari spesimen terdapat laporan bahwa setelah 6 bulan, hanya setengah
biopsi. Hasil studi histopatologis sebelumnya dari kasus yang menunjukkan terlihatnya penyembuhan,
menunjukkan bahwa prevalensi dari granuloma mencapai dan pada 12 bulan, 88% lesi menunjukkan tanda-tanda
48-85%.3 penyembuhan dan beberapa kasus membutuhkan 4 tahun
untuk menunjukkan penyembuhan secara menyeluruh.1
JKGT VOL. 5, NO.2, Desember (2023) 9-12, DOI : 10.25105/jkgt.v5i2.18802

LAPORAN KASUS akar serta mendapatkan glide path. Preparasi biomekanik


Pasien wanita berusia 24 tahun datang ke RSGM(P) dilakukan dengan jarum S1 sepanjang 2/3 panjang kerja
Universitas Trisakti dengan keluhan gigi depan atas kanan estimasi dengan gerakan searah jarum jam. Selanjutnya
yang telah ditambal lima tahun yang lalu ingin dirawat dan dilakukan pengukuran panjang kerja dengan K-file #15
ditambal. Pasien mengeluhkan gigi tersebut pernah sakit dengan menggunakan apex locator, dan didapatkan
berdenyut beberapa bulan setelah ditambal oleh dokter panjang kerja saluran akar gigi 12 adalah 21,5 mm.
gigi sebelumnya dan pasien meminum obat untuk Pengukuran panjang kerja dikonfirmasi dengan
meredakan rasa sakit tersebut. Pasien menyatakan bahwa pemeriksaan radiograf (Gambar 3).
sudah datang beberapa kali ke dokter gigi sebelumnya
untuk merawat gigi tersebut, dan sekarang gigi tersebut
sudah tidak sakit lagi. Saat ini pasien tidak merasakan
sakit dan pasien tidak memiliki penyakit sistemik. Pada
pemeriksaan klinis, terlihat tumpatan resin komposit pada
permukaan mesio palatal pada gigi 12 (Gambar 1A). Tes
vitalitas negatif, perkusi positif, dan palpasi negatif. Pada
pemeriksaan radiografi terlihat gambaran radiopak pada
permukaan mesial mencapai kamar pulpa dan radiolusensi
berbentuk bulat pada periapikal dengan diameter 4 mm
(Gambar 1B). Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
klinis, dan pemeriksaan radiografis, ditegakkan diagnosis Gambar 3. Konfirmasi panjang kerja dengan pemeriksaan
gigi 12 adalah periodontitis apikalis kronis et causa radiograf pada gigi 12.
nekrosis pulpa. Rencana perawatan pada kasus ini adalah
perawatan saluran akar dengan rencana restorasi berupa Preparasi biomekanik dilanjutkan dengan file S1, S2,
resin komposit. F1, F2, dan F3 sepanjang panjang kerja dengan Gerakan
rotasi searah jarum jam dengan tekanan ringan ke arah
apikal. Setiap file diulasi dengan EDTA gel, dan setiap
pergantian jarum dilakukan irigasi dengan NaOCl 2,5%
sebanyak 5 mL serta pemeriksaan apical patency
menggunakan K-file #15 untuk mencegah terdorongnya
debris ke arah apikal. Penyelesaian preparasi apikal diikuti
dengan apical gauging menggunakan K-file #30 pada
saluran akar gigi 12. Selanjutnya dilakukan desinfeksi
(a) (b) saluran akar menggunakan kalsium hidroksida (Ultracal,
Gambar 1. (A) Tampak palatal gigi 12 dengan tumpatan resin Ultradent) pada seluruh dinding saluran akar, dan ditutup
komposit pada permukaan mesio palatal. (B) Tampak radiograf dengan tumpatan sementara, kemudian dilakukan
gigi 12 yang menunjukkan gambaran radiopak pada permukaan konfirmasi menggunakan pemeriksaan radiograf (Gambar
mesial dan radiolusensi berbentuk bulat pada periapikal dengan 4).
diameter 4 mm pada ujung akar.

PENATALAKSANAAN KASUS
Pada kunjungan pertama dilakukan pemeriksaan lengkap,
pembuatan informed consent, dan dilakukan skeling serta
pembersihan plak gigi dengan brush. Selanjutnya
dilakukan pemasangan rubber dam untuk memperoleh
daerah yang aseptik, seluruh jaringan karies dibersihkan,
dan pembukaan atap pulpa dengan endo access bur #2
(Dentsply), serta diirigasi dengan NaOCl 2,5% (Gambar
2).
Gambar 4. Konfirmasi aplikasi kalsium hidroksida pada seluruh
dinding saluran akar dengan pemeriksaan radiograf pada gigi 12.

Seminggu kemudian, dilakukan pemeriksaan


subjektif dan objektif, di mana pasien menyatakan tidak
ada keluhan dan tumpatan sementara masih baik.
Selanjutnya dilakukan pemasangan rubber dam,
pembuangan tumpatan sementara, dan membersihkan
kalsium hidroksida menggunakan irigasi NaOCl 2,5%
sebanyak 5 mL sebagai bagian dari irigasi akhir.
Gambar 2. Isolasi rubber dam, pembuangan jaringan karies, dan Kemudian irigasi dilakukan dengan aquades, larutan
pembukaan atap pulpa pada gigi 12. EDTA 17% sebanyak 2 mL, pembilasan dengan aquades,
dan terakhir dengan chlorhexidine sebanyak 2 mL.
Preparasi biomekanik gigi 12 dilakukan dengan teknik Pengeringan saluran akar menggunakan paper point
crown down menggunakan Protaper Hand Use. Tahap steril. Setelah itu dilanjutkan dengan pencarian master
awal dilakukan dengan membesarkan orifice point. Percobaan master point menggunakan gutta-percha
menggunakan file SX, selanjutnya dilakukan eksplorasi F3 sesuai dengan panjang kerja gigi 12 dan telah
awal menggunakan K-file #08, #10, dan #15 sepanjang didapatkan tug back, kemudian dilakukan konfirmasi
panjang kerja estimasi yang telah ditentukan sebelumnya, mengisi 1/3 apikal dengan pemeriksaan radiograf
untuk mengetahui ada tidaknya hambatan pada saluran (Gambar 5).

10
JKGT VOL. 5, NO.2, Desember (2023) 9-12, DOI : 10.25105/jkgt.v5i2.18802

filler (Premisa, Kerr) dilakukan dengan incremental


layering dengan instrument plastis filling. Setiap lapisan
diaktivasi dengan sinar selama 20 detik.
Setelah resin komposit ditumpat dengan baik, dilakukan
pemolesan dengan bur superfine dan enhance midi.
Pemolesan permukaan proksimal dilakukan menggunakan
polishing strip. Pemeriksaan dilakukan pada permukaan
proksimal dengan dental floss, serta oklusi dan artikulasi
menggunakan articulating paper (Gambar 8).

Gambar 5. Konfirmasi radiograf untuk percobaan master point


dengan gutta-percha F3.

Desinfeksi master point gutta-percha menggunakan


NaOCl 2,5% selama satu menit, kemudian dibilas dengan
alcohol untuk menghilangkan kristal-kristal yang
terbentuk dari NaOCl.
Pengisian saluran akar gigi 12 dilakukan dengan A B
teknik vertical condensation. Master point gutta-percha F3
diulasi sealer pada daerah 1/3 ujung gutta-percha, dan
dimasukkan secara perlahan ke dalam saluran akar sambal
mengulasi sealer pada dinding saluran akar. Gutta-percha
dipotong dengan heat carrier (System B) dan dilakukan
kondensasi secara vertical menggunakan plugger hingga
pengisian padat dan mencapai batas orifice. Pemotongan
gutta-percha kurang lebih 2 mm di bawah batas orifice ke C
arah apikal dan pemberian semen ionomer kaca (Fuji 1,
GC) sebagai barrier (Gambar 6). Selanjutnya kavitas
Gambar 8. (A) Pemolesan menggunakan enhance midi; (B)
ditutup dengan tumpatan sementara menggunakan zinc Pemeriksaan permukaan proksimal dengan dental floss; (C)
phosphate cement (elite cement, GC). Pemeriksaan oklusi dan artikulasi menggunakan articulating
paper.

Kontrol dilakukan dua kali, yaitu seminggu setelah


restorasi, dan enam minggu setelah kontrol pertama
dilakukan. Pada saat kontrol, dilakukan pemeriksaan
subjektif dan objektif, di mana pasien tidak terdapat
keluhan dan tumpatan terlihat baik, serta pada
pemeriksaan radiograf lesi periapikal terlihat mengecil
dibandignkan sebelum perawatan dilakukan (Gambar 9).
(a) (b)
Gambar 6. (a) Gambaran klinis aplikasi barrier; (b) Hasil
pengisian saluran akar gigi 12 setelah diberikan barrier semen
ionomer kaca.

Pada kunjungan ketiga, dilakukan pemeriksaan subjektif


dan objektif, di mana pasien tidak menyatakan ada
keluhan, tumpatan sementara terlihat baik, gigi terasa
nyaman saat menggigit. Selanjutnya dilakukan
pemasangan rubber dam pada gigi 12, dan dilakukan
pembuangan tumpat sementara. Aplikasi etsa (asam fosfat
37%) pada kavitas selama 15 detik, kemudian dibilas
dengan air menggunakan three-way syringe dan
dikeringkan dengan mempertahankan keadaan gigi yang
lembab (Gambar 7).
(A) (B)

Gambar 9. (A) Pemeriksaan radiograf pada kontrol pertama


(seminggu setelah restorasi dengan resin komposit), di mana
terlihat lesi periapikal yang mengecil pada gigi 12, tetapi terlihat
sisa kalsium hidroksida pada bagian distal akar; (B) Pemeriksaan
radiograf pada kontrol kedua (enam minggu setelah perawatan).

DISKUSI
Gambar 7. Aplikasi etsa pada gigi 12. Nekrosis pulpa dapat terjadi baik karena trauma
maupun karies gigi, yang dapat menyebabkan sistem
saluran akar dapat terekpos oleh kolonisasi dari
Aplikasi bonding agent pada seluruh permukaan palatal mikroorganisme. Mikroorganisme bersama komponen sel
menggunakan microbrush, kemudian diaktivasi dengan lainnya dapat menyebabkan proses inflamasi di jaringan
sinar selama 20 detik. Aplikasi bahan resin komposit nano periapikal, yang berkontribusi dalam inisiasi dan

11
JKGT VOL. 5, NO.2, Desember (2023) 9-12, DOI : 10.25105/jkgt.v5i2.18802

berkembangnya lesi periradikular. Respons imun akan DAFTAR PUSTAKA


membentuk barrier untuk mencegah penyebaran 1. Karamifar K, Tondari A, Saghiri MA. Endodontic
mikroorganisme terhadap jaringan sekitar, yang periapical lesion: an overview on the etiology, diagnosis and
menyebabkan terlokalisasinya infeksi yang terjadi. Reaksi current treatment modalities. Eur Endod J. 2020; 5(2): 54–
67.
host terhadap invasi mikroba, dan perkembangannya
2. Fernandes M, de Ataide I. Nonsurgical management of
dapat menjadi lesi periapikal, salah satunya adalah periapical lesions. J Conserv Dent 2010; 13(4): 240–245.
granuloma periapikal.6 3. Banomyong D, Arayasantiparb R, Sirakulwat K,
Perawatan granuloma periapikal biasanya dilakukan Kasemsuwan J, Chirarom N, Laopan N, et al. Association
perawatan saluran akar dengan atau tanpa apikoektomi. between Clinical/Radiographic Characteristics and
Apabila perawatan konvensional inisial tidak berhasil, Histopathological Diagnoses of Periapical Granuloma and
perawatan ulang endodontik (retreatment) dapat dilakukan Cyst. Eur J Dent. 2023.
untuk menghilangkan/ mengurangi bakteri, dan harus 4. Sebastian A, Panikar P, Kota K, Sasi A. Periapical
granuloma. International Journal of Preventive and Clinical
dipertimbangkan sebelum dilakukannya pembedahan
Dental Research. 2016; 3(1): 35–7.
pada periapikal.4 Dengan menghilangkan sumber iritan 5. Kunhappan S, Kunhappan N, Saraf KK, Kridutt V.
dari sistem saluran akar dan dilakukan obturasi, Nonsurgical endodontic treatment of teeth associated with
diharapkan terjadinya penyembuhan lesi periapikal.7 large periapical lesion using triple antibiotic paste and
Apabila tidak dirawat, granuloma periapikal dapat mineral trioxide aggregate apical plug: a case series. J
bertransformasi menjadi kista periapikal melalui Conserv Dent. 2017; 20 (2): 141–5.
proliferasi sel epitel pada daerah tersebut.4 6. Hidoussi E, Al-Hawwaz Z, Zokkar N, Nabiha D. Healing of
the periapical lesion after root canal treatment: a case report.
IP Indian Journal of Conservative and Endodontics. 2021;
KESIMPULAN
6(4): 228–32.
Perawatan saluran akar non bedah adalah perawatan 7. Borisova-Papancheva T, Panov V, Papanchev G, Peev S.
standar yang dilakukan untuk gigi dengan lesi periapikal. Conservative non-surgical management of an extensive
Keberhasilan dari perawatan pada lesi periapikal salah periapical lesion – a case report. MedInform. 2015; 2(4):
satunya dapat terlihat dari keluhan dan tingkat 364–69.
penyembuhannya berdasarkan pemeriksaan radiografi.
Laporan kasus ini menunjukkan perawatan saluran akar
non bedah pada gigi dengan lesi periapikal, yaitu
periodontitis apikalis kronis yang berhasil, yaitu
terlihatnya penyembuhan dengan mengecilnya ukuran
diameter lesi pada 6 minggu kemudian.

12

You might also like