You are on page 1of 11

Jurnal : Jurnal Kesehatan Prima

Volume : 9, No.1, Februari 2015, Halaman : 1372-1382


ISSN Print : 1978 – 1334, ISSN Online : 2460 – 8661

HAT SEBAGAI MODALITAS KEPERAWATAN PADA LASERASI SCALP DI IGD

Lale Wisnu Andrayani

Abstract: Background: "Saving lives" based on the degree of acuteness is a general principle in determining
the priority of patients with acute condition, but it is not the only cause of the complexity of the situation in the
emergency department (ED). Patients with non-emergency or non-urgent condition in large amounts can also
contribute to an increase in overcrowded conditions, one of which is a laceration of the scalp (scalp). Closure of
the wound on the scalp through invasive procedures have several limitations including a relatively long time and
is often reported to be a painful procedure that can be a traumatic experience, especially for children. One
modality that can be used as an alternative is apposition Hair Technique (HAT). Methods: Identification of
relevant Hair apposition Technique literature in the form of articles and research. Results: Three (3) among the
reviewed research articles (original research) was a randomized controlled trial (RCT). In general, the third
research found that HAT procedure seems more advantageous than standard wound closure techniques in pain
less and scarring, minimal complications and a faster procedure than standard suturing techniques. However,
two of the research have differences results in terms of patient satisfaction related process of wound healing,
infection and bleeding or wound breakdown (open wound back). One other study also reported advantage of a
higher cost effective in HAT compared to standard wound closure procedures. In addition, application of HAT
by ER nurse seems to be equally good results with application by doctor but with a more sympathetic approach
to care and focus on the patient .Conclusion: Hair Apposition Technique can provide greater benefits in
achieving the main goal of wound closure and its convenient and cost effectively effects allows application of
HAT by Emergency Room (ER) nurse.

Kata Kunci : HAT, Laceration, Nurse.

PENDAHULUAN penyelamatan nyawa dimana prioritas seharusnya


diberikan kepada yang lebih membutuhkan
Departemen gawat darurat adalah bagian
pertologan segera.
dari sistem pelayanan yang memiliki kompleksitas
“Penyelamatan nyawa” berdasarkan tingkat
yang sangat tinggi. Fenomena overcrowded dan
keakutan adalah prinsip umum dalam penentuan
permasalahan yang terkait telah menjadi fokus
prioritas penanganan, namun pasien akut bukan satu-
perhatian dunia bahkan Institut of Medicine
satunya penyebab kompleksitas situasi di IGD.
Commitee menyebutkan overcrowded dalam
Pasien non emergency atau non urgen dalam jumlah
departemen gawat darurat sebagai krisis nasional di
yang besar juga dapat berkontribusi dalam
Amerika Serikat (IMC,2006). Milbrett & Halm
peningkatan kondisi overcrowded . Eitel et al (2010)
(2009) dalam Fathoni (2010) mengatakan bahwa
mengatakan kompleksitas tersebut juga meliputi
overcrowded di IGD juga diakibatkan oleh
jumlah pasien yang tidak dapat diprediksi dengan
kompleksitas jenis kasus dengan tingkat kegawatan
pasti sementara jumlah petugas unit pelayanan gawat
yang bervariasi dan tidak dapat diprediksi dalam 24
darurat tidak selalu sebanding dengan jumlah
jam dan seringkali berkaitan dengan isu
kunjungan pasien setiap hari. Garcia-Gubern et al
___________________________________________________________________________
Lale Wisnu Andrayani : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Kesehatan V/10 Mataram

1372
Lale Wisnu Andrayani, HAT Sebagai Modalitas Keperawatan

(2010) melaporkan bahwa kunjungan pasien ke IGD dapat untuk mereduksi hambatan tersebut dan
di AS pada tahun 2005 karena laserasi sekitar 12 % meningkatkan efisiensi waktu pelayanan di IGD.
(115,3 juta) dari total seluruh kunjungan pasien ke Teknik penutupan luka yang memiliki
IGD, dan hampir 40 % diantaranya berhubungan hambatan minimal sangat penting, baik untuk
denngan trauma tumpul , dan area yang paling sering efisiensi dan efektifitas pelayanan di IGD, maupun
mengalami laserasi diantaranya adalah scalp . Data secara substansial karena teknik yang tidak sesuai
rekam medik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo - akan meningkatkan tegangan luka yang
Jakarta tahun 1998 menyebutkan jumlah penderita menyebabkan iskemia (Garcia-Gubern et al,2010).
cidera kepala sebanyak 1091 orang dengan cidera Beberapa studi (Singer et al,1997; Hollander,
kepala berat 137 orang. Rumah Sakit "Jaury" Ujung 1995,1999) lebih merekomendasikan penggunaan
Pandang pada tahun 1997mencatat 6128 penderita teknik perekatan jaringan dibandingkan suturing
yang dirawat, 322 diantaranya adalah penderita (jahitan) standar karena efeknya yang lebih baik dari
cidera kepala, namun data spesifik yang memadai sisi kosmetik dan risiko infeksi (EB kelas A).
terkait laserasi scalp tidak didapatkan karena Suatu teknik yang relatif baru dalam
keterbatasan data tentang hal tersebut prosedur penutupan luka non invasif yang disebut
(Harianja,2011). Hair Apposition Technique (HAT) diyakini memiliki
Secara umum, laserasi pada scalp kelebihan dibandingkan prosedur heating tradisional.
memerlukan penutupan luka yang melibatkan Beberapa studi komparasi terkait HAT melaporkan
prosedur invasif dengan teknik heating, namun bahwa prosedur HAT memiliki beberapa keuntungan
prosedur ini dikatakan sebagai prosedur yang diantaranya komplikasi lebih minimal, nyeri
menyakitkan dan memerlukan waktu yang relatif minimal, penerimaan pasien yang lebih baik terhadap
lama (Hock,2002). Prosedur heating menjadi lebih prosedur, waktu pelaksanaan yang lebih singkat dan
sulit pada pasien anak-anak karena dapat scar yang minimal (Hock,2002;Brosnahan,2003),
menyebabkan trauma tersendiri, sehingga dapat dan cost effective yang lebih tinggi (Ong Hock,2005),
menjadi hambatan yang berkontribusi dalam sehingga pada akhirnya diharapkan akan
penambahan waktu yang dibutuhkan terlepas dari meningkatkan keamanan (patient safety) dan
tingkat keakutan atau kategori prioritas pasien kepuasan (patient satisfaction)
tersebut. Selain itu, Karz et al (1975-1993) Kepuasan pasien juga berhubungan dengan
melaporkan klaim malpraktik akibat proses pelayanan yang cepat, efektif dan efisien, sehingga
penanganan laserasi mencapai 66% dari 109 klaim terjadi pergeseran dalam hal operator HAT. Pada
terhadap IGD di Massachusetts. Maka, berdasarkan awalnya teknik HAT dilakukan oleh dokter, namun
hambatan-hambatan dalam dimensi klinis tersebut perkembangan selanjutnya tindakan ini dapat
diupayakan untuk menemukan suatu teknik yang dilakukan oleh perawat karena dapat meningkatkan
efektifitas dan efisensi pelayanan di IGD. Sebuah

1373
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, FEBRUARI 2015

studi komparasi operator HAT yang melibatkan ilmu pengetahuan baik akademis maupun klinis
dokter dan perawat melaporkan bahwa HAT dapat beberapa hal yang belum tereksplorasi dalam studi-
dilakukan oleh dokter dan perawat dengan tingkat studi yang dibahas dalam artikel ini dapat menjadi
komplikasi yang sama sehingga dapat disimpulkan triger masalah penelitian baru untuk memacu
bahwa perawat yang telah terlatih dapat melakukan penelitian lanjutan terkait teknik HAT.
HAT dengan baik.
ANALISIS LITERATUR
Berdasarkan uraian diatas dimana HAT
terbukti melalui evidence based memiliki beberapa
Hair Apposition Technique (HAT)
kelebihan dibandingkan teknik heating tradisional,
Hair Apposition technique (HAT) adalah
dan dapat dilaksanakan oleh perawat, namun di
teknik penutupan luka laserasi non invasif dengan
Indonesia teknik ini belum banyak dikenal dan
menggunakan ikatan atau lilitan rambut pasien
diaplikasikan, sehingga berdasarkan fenomena
sendiri. Pada awalnnya, teknik ini dikembangkan
tersebut penulis tertarik untuk membahas aplikasi
dalam departemen bedah dan dilakukan oleh dokter
HAT dalam artikel ini.
bedah. Perkembangan selanjutnya menunjukkan
modifikasi HAT untuk laserasi kulit kepala banyak
MANFAAT
diaplikasikan di IGD berdasarkan evidence based
Pembahasan tentang terapi modalitas HAT practice yang mendukung.
ini diharapkan berdampak positif dan bermanfaat Beberapa evidence based practice
baik pada pasien, pendidikan maupun kemajuan menjelaskan indikasi dari prosedur HAT diantaranya
keperawatan. Sedangkan bagi pendidikan dan adalah non crush injury, luka laserasi ≤ 10 cm,
kemajuan keperawatan manfaatnya adalah bentuk regular, kontaminasi minimal, panjang
tersedianya atau semakin bertambahnya evidence rambut pasien >1 cm. Sedangkan kontraindikasi
based practice (EBP) terhadap intervensi HAT adalah adanya bukti atau kecurigaan fraktur tulang
sebagai perluasan atau pengembangan kompetensi tengkorak, dan perdarahan masif, luka yang sangat
terutama dalam lingkup keperawatan gawat darurat, kotor,kondisi pasien yang sangat kritis atau berat
dimana kemungkinan untuk mengerjakan tindakan menjadi kriteria ekslusi penutupan luka dengan HAT
kolaboratif atau delegatif lebih sering terjadi. dalam banyak studi (Hock, 2002; 2005 ; Brosnahan,
Evidence Based Practice yang kuat diharapkan dapat 2003).
menjadi dasar pertimbangan institusi dalam aplikasi
Prosedur Hair Apposition Tecnique (HAT)
teknik-teknik baru diantaranya HAT untuk
1. Pengkajian :
mereduksi skala overcrowded di IGD melalui
Pengkajian meliputi riwayat pasien
tindakan delegatif atau perluasan kompetensi di
diantaranya: mekanisme dan waktu injuri,
bidang keperawatan dengan hasil yang sama baiknya
riwayat kesehatan pasien ( DM, HIV,imunisasi
atau bahkan dapat lebih baik. Untuk pengembangan
TT, alergi latex, anestesi lokal, antibiotik atau

1374
Lale Wisnu Andrayani, HAT Sebagai Modalitas Keperawatan

plester). Hal tersebut sejalan dengan beberapa mengidentifikasi fraktur tulang


faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan tengkorak(Weiss,1982;Courter,1990,Ellis,1993,
luka yang perlu dikaji menurut beberapa ahli Chrishollm et al,1997). Pada laserasi minor <
yaitu adalah adalah obat, lokasi luka secara 2cm biasanya akan terjadi penutupan luka dan
anatomis, teknik penanganan luka, penyakit penyembuhan sendiri, namun jika terjadi
yang menyertai (Capellan et al, 2003; Johnson, perdarahan terus menerus, atau jaringan
1982; Weiss, 1982; Singer, 2002, Trott1997, dibawahnya terlihat tetap harus di lakukan
Ptaff, 2007). Faktor pertama, obat-obatan seperti penutupan luka (Quinn,2002). Faktor yang perlu
kortikosteroid, antikoagulan, NSAID, dikaji dari sisi penyakit yang menyertai adalah
colchicine, dan farmakologi neoplasti memiliki diabetes dan penyakit kardiovaskular karena
efek meningkatkan resiko hematom menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke sel.
pemanjangan kondisi shock, anemia berat, 2. Persiapan alat (Hock, 2002; 2005; Brosnahan,
memperparah kanker, kegagalan hepar. 2003)
Faktor kedua adalah lokasi luka, potensi a. Set perawatan luka (penekanan pada
pembentukan scar tersering biasanya pada penggunaan alat dan handscoon steril)
ekstremitas dan dada. Pertimbangan dan b. Lem/bahan perekat jaringan :misalnya
perhatian khusus pada laserasi kulit kepala, cyanoacrylate glue
adalah pada galea yaitu lapisan fibrosa pada c. Sedatif oral untuk anal-anak kecil (jika
yang melindungi tulang tengkorak, dimana galea perlu)
meliputi beberapa otot kulit kepala dan laserasi 3. Debridemen dan irigasi luka
yang terjadi pada lokasi tersebut harus diperbaiki Hal lain yang juga penting adalah teknik
untuk menghindari abnormalitas secara kosmetik irigasi luka yang adekuat yang dapat
misalnya kesulitan dalam ekspresi wajah setelah menurunkan resiko kontaminasi dan infeksi.
penyembuhan. Eksplorasi laserasi dengan teliti VHS (2007) merekomendasikan penggunaan
untuk mengetahui tingkat keparahan, apakah normal saline atau tap water sebagai bahan
melibatkan otot, tendon, syaraf, pembuluh darah, untuk irigasi sedangkan penggunaan povidone
atau tulang. Fungsi neurovaskular harus iodine, deterjen, hidrogen peroksida sebaiknya
dievaluasi sebelum prosedur dilakukan (Garcia- dihindari (EB kelas B).
Gubern,2010). Evaluasi pula resiko infeksi atau Fernandez (2008) dalam Garcia-Gubern
tingkat kontaminasi, dan jika terdapat benda (2010) mereview beberapa studi terkait irigasi
asing seperti pecahan kaca, plastik, fragment luka menggunakan tap water (air keran
logam, dapat dilakukan pemeriksaan radiografi. mengalir) dan normal salin steril. Penggunaan
Pada laserasi kulit kepala yang luas pemeriksaan tap water juga berhubungan dengan penurunan
dengan palpasi sangat penting untuk kejadian infeksi. Idealnya luka diirigasi dengan

1375
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, FEBRUARI 2015

efek tekanan antara 8030 psi. Hal ini dapat didokumentasikan, pemeriksaan standar sebelum
dilakukan dengan syringe 60 ml dengan needle pelaksanaan HAT dan discharge planning. Discharge
no.18 atau 19, atau dengan angiokateter. Tap planning meliputi penjelasan tanda-tanda infeksi dan
water dilaporkan sebagai teknik dengan tekanan pasien harus kembali untuk kontrol atau evaluasi
yang optimal terhadap luka dan lebih efektif dari proses penyembuhan dalam 2 hari setelah tindakan
segi biaya. (Garcia-Gubern,2010).
4. Langkah kerja Seiring perkembangan inovasi-inovasi
Pertama, luka dibersihkan, selanjutnya maka teknik penutupan luka, maka teknik HAT ini
tanpa agen anestesi (pada anak-anak dapat nampaknya mampu menjawab kekurangan atau
diberikan oral sedativ jika perlu) 4 atau 5 helai keluhan pasien sehubungan prosedur suturing
rambut atau dari sumber lain 3 sampai 7 helai konvensional. Dalam banyak studi dilaporkan bahwa
dari setiap sisi luka dibelitkan/ditautkan satu teknik HAT efektif dan efisien serta dapat
0
sama lain dalam putaran 360 secara bersamaan diaplikasikan di IGD.
lalu diteteskan lem/bahan perekat pada lilitan Beberapa studi melaporkan keuntungan dari
rambut untuk menjaga agar lilitan tidak terurai. teknik ini, diantaranya : studi randomized controlled
Perlu diingat bahwa rambut tidak diikat. trial oleh Hock (2002) yang membandingkan HAT
Beberapa rangkaian lilitan tadi ditempatkan ditas dengan teknik suturing standard dengan 96
luka untuk menutupi luka. Setelah selesai pasien responden kelompok perlakuan dan 93 responden
diberikan instruksi untuk tidak mencuci rambut kelompok kontrol. Hasil studi tersebut melaporkan
selama 2 hari. Lem atau perekat lama kelamaan bahwa teknik HAT lebih menguntungkan dari efek
akan kering, retak dan terlepas sehingga lilitan terhadap :nyeri yang sangat minimal (p<0,01),
rambut akan terlepas dengan sendirinya dalam 7 komplikasi minimal (p<0,05), wound breakdown
sampai 10 hari (Hock, 2002; 2005; Brosnahan, yang minimal (p<0,05), scar minimal (p<0,05),
2003) prosedur yang lebih singkat,tingkat penyembuhan
Fig. 1. Hair apposition
luka yang lebih cepat atau sama dengan prosedur
technique.
1) Choose 4 to 5 strands standar. Selain itu, keuntungan lainnya dari sisi
of hair in a bundle on
either side of the scalp kepuasan pasien lebih tinggi pada teknik HAT
laceration.
(p<0,57).
2) Using artery forceps,
cross the strands. Hasil penelitian yang hampir sama
3) Make a single twist to
appose wound. dilaporkan oleh Brosnahan (2003) dalam studi
4) Secure with a single
randomised (allocation concealed), unblinded,
drop of glue (Hock,
2002). controlled trial dengan 189 pasien sebagai responden
Gambar1. Teknik HAT (96 sebagai kelompok perlakuan HAT dan 93
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
sebagai kelompok kontrol dengan teknik suturing
pelaksanaan HATsemua hal yang perlu

1376
Lale Wisnu Andrayani, HAT Sebagai Modalitas Keperawatan

standar). Setelah 1 minggu dilakukan follow up kenyamanan pelayanan (amenities) dan kebebasan
untuk evaluasi. Hasil penelitiannya menyimpulkan memilih (choice).
bahwa teknik HAT lebih menguntungkan dari sisi Beberapa hal yang mempengaruhi kepuasan
nyeri minimal, komplikasi dan scar yang minimal, pasien perlu dipertimbangkan, namun, meskipun
serta prosedur yang lebih cepat dibandingkan teknik demikian, secara umum teknik HAT berada pada
suturing standar. Namun tidak ada perbedaan tingkat tingkat lebih atau sama tinggi dengan teknik suturing
kepuasan pasien terkait proses penyembuhan luka, standar. Studi yang dilakukan oleh Karaduman et al
infeksi, perdarahan atau wound breakdown (luka (2009) menyimpulkan kepuasan pasien terhadap
terbuka kembali). kedua teknik sama-sama tinggi, namun lebih lanjut,
studi ini juga melaporkan bahwa penutupan luka
CLINICAL SIGNIFICANT
dengan teknik HAT (62%) lebih baik hasilnya
dibandingkan teknik suturing standar (32%),
Studi Hock (2002) dan Brosnahan (2003)
sehingga penelitian ini merekomendasikan aplikasi
memiliki perbedaan dalam hasil ditinjau dari
teknik HAT yang terbukti juga lebih cepat dan lebih
kepuasan pasien, namun kedunya dapat dijadikan
murah secara lebih luas.
evidence based practice untuk kemungkinan aplikasi
Rekomendasi penelitian tersebut
teknik HAT di Indonesia. Perbedaan kesimpulan dari
menguatkan hasil penelitian sebelumnya yang
sisi kepuasan dapat terjadi karena secara kualitatif
membuktikan bahwa teknik HAT lebih murah
kepuasan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kotler
dibandingkan teknik suturing standar (Hock et
(1994) dalam Nirsetyo (2006) mengatakan bahwa
al,2005). Hock et al (2005) melakukan studi
kepuasan pelanggan adalah merupakan tingkat
prospektif multicenter randomized controlled trial
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
dan mengidentifikasi adanya cost savings rata-rata
(atau hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan
sebesar USD 28.50 per pasien (CI:95%), dimana
harapannya dimana menurut Duffy and Ketchand
probabilitas HAT dalam cost saving dan keunggulan
(1998) dalam Nirsetyo (2006) kepuasan bukan saja
dalam efektifitas adalah 98.9%. Identifikasi yang
dipengaruhi oleh mutu layanan atau kinerja namun
dihasilkan dalam studi Hock et al (2005) diambil
juga oleh kepuasan hidup (life satisfaction) pasien itu
dengan memperhitungkan hasil dari sisi penurunan
sendiri. Azrul Azwar (1996) dalam Nirsetyo (2006)
jumlah alat yang dibutuhkan, penurunan waktu yang
menjelaskan lebih lanjut bahwa penilaian terhadap
dibutuhkan petugas, kunjungan ulang untuk melepas
kepuasan pasien selain terkait pengetahuan dan
jahitan tidak diperlukan dan rata-rata komplikasi
kompetensi teknis (scientific knowledge and
yang lebih rendah.
technical skill) petugas, efektivitas pelayanan
Beberapa kelebihan prosedur HAT yang
(effectiveness) serta keamanan tindakan (safety),
telah dipaparkan dalam penelitian-penelitian diatas
penilaian kepuasan tersebut juga meliputi: hubungan
terkait kualitas penutupan luka maupun kuantitas, ,
dokter-pasien (doctor patient relationship),

1377
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, FEBRUARI 2015

namun dari sisi lama penyembuhan luka secara persyaratan signifikansi klinis untuk dapat
keseluruhan dibandingkan teknik suturing standar dipertimbangkan dalam aplikasinya oleh penentu
belum di eksplorasi. Studi Hock et al (2005) hanya kebijakan institusi pelayanan (Pedoman Penelitian
menjelaskan bahwa pada hari ke 2 dan 7 kedua hasil Kuantitatif, 2013).
teknik tersebut dievaluasi dari sisi kualitas maupun Penentu kebijakan dalam institusi pelayanan
kuantitas tersebut. Penilaian penyembuhan luka baik juga perlu mempertimbangkan perluasan aplikasi
teknik HAT maupun suturing standar diasumsikan dari sisi operator HAT. Operator HAT pada awalnya
tetap berpedoman pada fisiologis waktu adalah dokter bedah karena diklasifikasikan sebagai
pembentukan kolagen baru dalam proses tindakan medis, namun dalam setting gawat darurat
penyembuhan luka yaitu 7-10 hari (Dimick, 1988; maka tindakan HAT dapat dilakukan oleh perawat
Capellan et al, 2003), sedangkan untuk menilai terlatih. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya
hingga akhir proses penyembuhan luka yaitu HAT lebih sederhana daripada teknik suturing
terbentuknya jaringan baru dibutuhkan beberapa standar, sedangkan teknik suturing standar adalah
bulan. Beberapa jurnal lain yang terkait tidak kompetensi yang harus dikuasai oleh perawat IGD,
menyebutkan evidence based mengenai efektifitas khususnya RN (registred nurse) yang telah dilatih
waktu penyembuhan luka dengan metode HAT, sebagai ACN (advance clinical nurse). Kompetensi
sehingga penulis berpendapat bahwa dari sisi ini dilaksanakanbersamaan dengan perawatan luka,
efektifitas waktu penyembuhan luka belum banyak dimana perawat harus dapat mengenali laserasi yang
dieksplorasi secara mendalam sehingga perlu memerlukan tindakan penutupan luka dan
dijadikan tema penelitian lanjutan memutuskan teknik yang tepat dengan berkonsultasi
Penerapan HAT berdasarkan evidence based dengan dokter (Middleton, 2006). Perawat sebagai
practice mengenai efektifitas dan efisiensi dalam operator HAT diperkuat oleh rekomendasi hasil studi
beberapa penelitian diatas juga dimungkinkan karena Hock (2005) yang mengatakan bahwa HAT adalah
desain dan metodologi penelitian tersebut telah teknik yang lebih sederhana dan dapat dilakukan oleh
terstandar. Desain menggunakan randomized trial, petugas selain dokter dengan hasil yang sama
memungkinkan untuk generalisasi hasil pada baiknya, bahkan lebih menguntungkan dari sisi cost
populasi yang berbeda. Selain itu penggunaan sampel effective. Dengan demikian, asumsi yang dapat
yang cukup besar rata-rata diatas 100 sampel yaitu diambil adalah jika suturing yang lebih kompleks
102 dan 189 responden memungkinkan distribusi merupakan kompetensi yang juga harus dimiliki
data normal (standar sampel untuk mencapai perawat IGD yang terlatih terkait kondisi gawat
distribusi normal >120), sehingga memenuhi darurat, maka prosedur HAT yang lebih sederhana
persyaratan generalisasi data di luar populasi. tentu dapat dianalogikan dengan prinsip yang sama
Pencantuman tingkat kepercayaan antara 95% sebagai perluasan kompetensi perawat yang sangat
sampai dengan 99 % juga telah memenuhi

1378
Lale Wisnu Andrayani, HAT Sebagai Modalitas Keperawatan

dibutuhkan demi efektifitas dan efisiensi pelayanan membahas kemungkinan kelompok dokter tidak
di instalasi gawat darurat . mengitung waktu yang digunakan untuk membalut
Perluasan kompetensi ini telah diaplikasikan luka dan membersihkan alat, sedangkan kelompok
di Singapura oleh Singapore General Hospital (SGH) perawat memasukkan prosedur tersebut dalam
sejak tahun 2002. Hock et al (2005) melaksanakan perhitungan waktu. Hasil dan pertimbangan dalam
studi prospektif randomized controlled trial dalam penelitian tersebut menjadi dasar studi ini
kurun waktu tahun 2002-2005 yang bertujuan menyimpulkan bahwa teknik HAT dapat dilakukan
membandingkan aplikasi HAT oleh dokter dan oleh perawat di IGD dengan hasil yang sama dengan
perawat dari aspek efektifitas, komplikasi dan dokter, dapat meningkatkan cost effective dan
keuntungan HAT antara kedua operator. Sebanyak memungkinkan dokter memiliki waktu lebih banyak
88 pasien ditangani oleh dokter dan sebanyak 76 untuk fokus kepada kasus lain yang lebih kompleks
pasien ditangani oleh perawat. Hasil studi ini di IGD.
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tipis, Literatur-literatur sebelumnya telah banyak
dimana rata-rata komplikasi secara keseluruhan pada mendukung aplikasi HAT oleh perawat.
kelompok perawat lebih rendah meskipun tidak Pertimbangan yang mendukung aplikasi HAT oleh
signifikan secara statistik. Secara umum, tidak ada perawat adalah fakta bahwa pada umumnya di setiap
perbedaan yang signifikan dalam hasil secara IGD dokter yang tersedia tetap kurang untuk
keseluruhan dari ketiga aspek tersebut, kecuali dalam memenuhi rasio dokter-pasien (Cox,2001) sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan prosedur. menuntut pendelegasian tindakan-tindakan yang
Penelitian ini menyebutkan bahwa perawat termasuk peran dokter kepada petugas lain (Cox,
membutuhkan waktu yang lebih lama daripada 2001; Bibb, 1979; Horrocks, 2002; Lenz, 2004;
dokter(12.8 ± 7.5 vs 9.0 ± 5.6minutes, P = .001). Prescott, 2004; Read, 2000; Salkeever, 1982; Schere,
tingkat kepercayaan CI: 99 % maka dalam penelitian 1990; Thurston, 1996; Walsh, 1999). Banyak studi
tersebut perawat membutuhkan waktu 12.8 ± 7.5 yang membuktikan bahwa NP atau RN dapat
menit dibandinngkan dokter yang membutuhkan melakukan beberapa tindakan delegasi medis dengan
waktu 9.0 ± 5.6 menit. Namun, dalam keterbatasan tingkat efektifitas yang sama namun efisiensi dari
penelitian dijelaskan bahwa pengukuran waktu sisi cost effective yang lebih tinggi (Bibb, 1979;
dilakukan oleh operator sendiri sehingga Horrocks, 2002; Lenz, 2004; Prescott, 2004; Read,
kemungkinan subyektifitas dapat terjadi, proses 2000; Salkeever, 1982; Scere, 1990). Selain itu,
persiapan luka (debridement) tidak terstandarisasi studi-studi lainnya juga melaporkan bahwa perawat
sehingga bervariasi diantara operator, serta evaluasi dapat memberikan pelayanan yang lebih simpatik
yang hanya 1 minggu paska tindakan tidak dan lebih berfokus pada pasien (Read, 2000; Bibb,
memungkinkan untuk melihat efek terhadap 1982; Davidson, 1981; Elder, 2003; Fife, 1993).
terbentuknya scar. Selain itu, penelitian ini Berdasarkan paparan tersebut maka aplikasi teknik

1379
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, FEBRUARI 2015

HAT yang telah memiliki EBP dan signifikansi klinis Bibb B.N.:1979.The Effectiveness of Non-Physicians
as Providers of Family Planning Services.
yang memadai sangat mungkin untuk diaplikasikan
JOGN Nurs 8. 137-143.; Abstract
di IGD dan dapat dilakukan oleh perawat
Bibb B.N.1982.Comparing Nurse-Practitioners and
emergencysebagai salah satu upaya peningkatan Physicians: a Stimulation Study On
Processes Of Care. Eval Health Prof 5. 29-
efektifitas dan efisiensi serta penurunan skala
42.1982; Abstract
overcrowded departemen gawat darurat .
Capellan O, Hollander JE. 2003. Management Of
Lacerations In The Emergency
KESIMPULAN Department.Emerg Med Clin North Am
2003;21:205–31. From
http://www.aafp.org/afpsort.xml diakses 16
HAT dapat memberikan keuntungan lebih
Mei 2013
besar dalam pencapaian tujuan penutupan luka yang
Courter BJ. Radiographic Screening For Glass
utama yaitu untuk memulihkan hemostasis, Foreign Bodies—What Does A “Negative”
Foreign Body Series Really Mean? Ann
meminimalkan infeksi, mengembalikan fungsi
Emerg Med 1990;19:997–1000.
jaringan dan meminimalkan scar yang terbentuk serta
Chisholm CD, Wood CO, Chua G, et al.
memberikan keuntungan lain dari sisi nyeri minimal, Radiographic detection of gravel in soft
tissue. Ann Emerg Med 1997;29:725–30
kemudahan teknik, prosedurnya yang lebih singkat
Cox C.L.2001.Advanced nurse practitioners and
serta cost effective yang lebih tinggi dibandingkan
physician assistants: what is the difference?
teknik suturing standar. Kemudahan dan efek cost Comparing the USA and UK. Hosp
Med 62. 169-171.2001; Abstract
effective tersebut memungkinkan untuk aplikasi HAT
Dakin CL. 2006. Predictive value of emergency
oleh perawat IGD dengan tingkat efektifitas hasil
department patients’ self-efficacy beliefs on
yang sama baiknya dengan dokter namun dengan follow-up care of lacerations.Australasian
Emergency Nursing Journal 2006; 8: 157–
pendekatan care yang lebih simpatik dan berfokus
163. From www.ebscohost.com. Diakes 17
pada pasien. Sehingga diharapkan evidence based Mei 2013
aplikasi HAT dapat menjadi sumber informasi, dasar Dimick AR. Delayed wound closure: indications and
techniques. Ann Emerg Med 1988;17:1303–
pertimbangan bagi decision maker institusi
4. From http://www.aafp.org/afpsort.xml
pelayanan khususnya departemen gawat darurat di diakses 16 Mei 2013
Indonesia untuk mengaplikasikan HAT. Davidson R.A., Fletcher R.H., Earp J.A.Role
disagreement in primary care practice. J
Community Health 7. 93-102.1981;
DAFTAR PUSTAKA
Abstract
Elder R., Price J., Williams G.Differences in ethical
Brosnahan J et al,2003. Treatment Of Scalp
attitudes between registered nurses and
Lacerations With a HAT Reducing
medical students. Nurs Ethics 10. 149-
Scarring,Pain and Procedure Duration
161.2003;[discussion 161-44] Abstract
Compared With Suturing: Evidence Based
Nursing, Jan; 6 (1): 17. (journal article -
abstract, commentary, tables/charts) ISSN:
1367-6539 PMID: 12546035. From
www.ebscohost.com. Diakes 17 Mei 2013

1380
Lale Wisnu Andrayani, HAT Sebagai Modalitas Keperawatan

Ellis GL. Are aluminum foreign bodies detectable Horrocks S., Anderson E., Salisbury C.: Systematic
radiographically? Am J Emerg Med review of whether nurse practitioners
1993;11:12–3. working in primary care can provide
equivalent care to doctors. BMJ 324. 819-
Eitel DR, Rudkin SE, Malvehy MA, Killeen JP,
823.2002; Abstract
Pines JM: 2010.Improving Service Quality
by Understanding Emergency Department Institute of Medicine Committee on the Future of
Flow: a White Paper and Position Emergency Care in the US Health
Statement Prepared For The System.2006.: The Future Of Emergency
American Academy Of Emergency Care In The United States Health System.
Medicine. J Emerg Med, 38(1):70 Ann Emerg Med, 48:115-20.
Fife B.L., Irick N., Painter J.D.: A comparative study Johnson BW, Scott PG, Brunton JL, et al. Primary
of the attitudes of physicians and nurses and secondary healing in infected wounds.
toward the management of cancer pain. J An experimental study. Arch Surg
Pain Symptom Manage 8. 132-139.1993; 1982;117:1189–93.
Abstract
Karcz A, Korn R, Burke MC, et al. 1975–
Fathoni,A.2010. Triage Skill and Related factors 1993.Malpractice claims against emergency
among Emergency Nurses in East Java physicians in Massachusetts:. Am J Emerg
Province,Indonesia. Med 1996;14:341–5. From
http://www.aafp.org/afpsort.xml diakses 16
Fernandez R, Griffiths R. Water for wound
Mei 2013
cleansing. Cochrane Database Syst Rev
2008;(1):CD003861. Karaduman S, Yuruktumen A, Guryay SM, et al.
2009.Modified hair apposition technique as
García-Gubern Carlos F..2010.Essential Concept of
the primary closure method for scalp
Wound Management. Emerg Med Clin N
lacerations. Am J Emerg Med
Am 28 (2010) 951–967
2009;27:1050–5.
doi:10.1016/j.emc.2010.06.009.
Fromhttp://www.aafp.org/afpsort.xml Lenz E.R., Mundinger M.O., Kane R.L., et al:
diakses 16 Mei 2013 Primary care outcomes in patients treated by
nurse practitioners or physicians: two-year
Harianja.2011.From:http://medic-
follow-up. Med Care Res Rev 61. 332-
harianja.blogspot.com/2012/04/trauma-
351.2004; Abstract
kepala-diagnostik-manajemen.html. Diakses
23 Mei 2013 Middleton Rebekkah.2006. Original Article
:Suturing as an advanced skill for
Hollander JE, Blasko B, Singer AJ, et al. Poor
Registered Nurses in the emergency
correlation of short- and longterm cosmetic
department.Aust. J. Rural Health (2006) 14,
appearance of repaired lacerations. Acad
258–262 From www.ebscohost.com
Emerg Med 1995;2:983–7.
Diakses 17 Mei 2013
Hollander JE, Singer AJ. Laceration management.
Milbrett, P., & Halm, M. (2009). Characteristics And
Ann Emerg Med 1999;34:356–67.
Predictors Of Frequent Utilization Of
Hock MO, Ooi SB, Saw SM, Lim SH. Randomized Emergency Services. Journal of Emergency
controlled trial comparing the HAT with Nursing, 35, 191-198.
tissue glue standard suturing in scalp
Nirsetyo Wahdi.2006.Analisis Faktor-Faktor Yang
laceration (HAT study) .Review Group(s).
Mempengaruhi Kepuasan Pasien Sebagai
Cochrane Child Health Field.
Upaya Loyalitas PasieN (Studi empiris pada
Source: Annals of emergency medicine 2002 Jul 40 Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum”
(1), p19(19-26). MEDLINE Publication. Semarang). Tesis Program Studi Magister
From www.ebscohost.com diakses 17 Manajemen Program Pasca Sarjana
Mei 2013 Universitas Diponegoro Semarang

1381
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 9 NO. 1, FEBRUARI 2015

Ong MEH; Coyle D; Lim SH; Stiell I .2005.Cost Salkever D.S., Skinner E.A., Steinwachs D.M., et al:
effectiveness of HAT compared with Episode-based efficiency comparisons for
standard suturing in scalp lacerations. physicians and nurse practitioners. Med
Annals of Emergency Medicine, 2005 Sep; Care 20. 143-153.1982; Abstract
46 (3): 237-42. (journal article - pictorial,
Scherer P.: Comparing NP with MD care for people
research, tables/charts) ISSN: 0196-
with AIDS. Am J Nurs 90. 43.1990;
0644PMID:16126133.From
Citation
www.ebscohost.com.Diakses 17 Mei 2013
Singer AJ, Quinn JV, Thode HC Jr, et al.
Pfaff JA, Moore GP. Reducing risk in emergency
Determinants of poor outcome after
department wound management. Emerg
laceration and surgical incision repair. Plast
Med Clin North Am 2007;25:189–201.
Reconstr Surg 2002;110:429–35[discussion:
Pedoman Penelitian Kuantitatif :Chapter 20. The 436–7].
Logic of Inferensial Statistic After
Thurston J., Field S.: Should accident and
Probabilitas Sampling. Program Studi
emergency nurses request radiographs
Magister Keperawatan Peminatan
Results of a multicentre evaluation. J
GADAR.FKUB.2013
Accid Emerg Med 13. 86-89.1996; Abstract
Prescott P.A., Driscoll L.: Nurse practitioner Trott A. Wounds and lacerations:
effectiveness: a review of physician-nurse emergency care and closure. St Louis
comparison studies. Eval Health (MO):Mosby; 1997.
Prof 2. 387-418.1979; Abstract
Vital Health Statistics (VSU). 2007vol. 386.
Quinn J, Cummings S, Callaham M, et al. Suturing Advanced data
versus conservative management of
Walsh M.: Nurses and nurse practitioners: Part 2.
lacerations of the hand. BMJ.
Perspectives on care. Nurs Stand 13. 36-
2002;325(7359):299.
40.1999; Abstract
Read A.M., Mayberry J.F.: Doctor or nurse? The
Weiss Y. Delayed closure in the management of
patients' choice. Postgrad Med J 76. 212-
decontaminated wounds. Int Surg
214.2000; Abstract
1982;67:403–4. Russell RC, Williamson
DA, Sullivan JW, et al. Detection of
foreign bodies in the hand. J Hand Surg Am
1991;16:2–11.

1382

You might also like