Professional Documents
Culture Documents
1, April 2013
EFFECT OF DIFFERENT LIVE FEED TYPE (Skeletonema sp., Chaetosceros sp., Tetraselmis sp.)
TO THE GROWTH RATE AND NUTRITIONAL CONTENT ON Artemia sp.
Abstract
Artemia is an important live feed in the hatchery. Quality of Artemia can not be separated from
the feed quality that given. The quality and quantity of feed in the waters constitute factors that determine
the growth rate and nutrition contentent the Artemia. This study aims to determine effect of different live
feed type to the growth rate and nutritional content on Artemia sp.. The research method used was
experimental with Completely Randomized Design (CRD) using four treatments and five replications.
The treatments used were: silage fish (A), Skeletonema sp. (B), Chaetoceros sp. (C) and Tetraselmis sp.
(D). Analysis of data uses Anova. To know the difference among the treatments were done by Duncan
Multiple range test. The results showed that difference of natural feed influence highly significant
(p<0,05) on the rate of growth in absolute length and significant influence (p <0,05) on average daily
growth weight of Artemia sp. Absolute length growth rate was highest in treatment D (3,92mm), then a
row followed by treatment C (3,275mm), A (1,89mm) and B (1,775mm). The daily growth rate of weight
was highest in treatment D (25,43%), then a row followed by treatment C (21,91%), B (19,24%) and A
(18,77%). . Artemia that given live feed produces highest nutritional value of D (protein 44,96%;
carbohydrate 18,47% and fat 26,91%) wasted Tetraselmis sp. and the lowest obtained by treatment A
(protein 41,21%; carbohydrate 8,88% and fat 29,1%) wasted silage fish. Water quality during Artemia
cultivation was temperature 28-320C, pH 7, dissolved oxygen 5-8 mg/L, salinity 31 ppt and ammonia 0-
0,25 mg/L.
105
Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami......
gizi kandungan protein 24,7%; lemak 2,6%; menggunakan kaporit atau klorin 20 ppm
karbohidrat 20,2% dan abu 51,8 % (Isnansetyo minimal selama 24 jam dan dinetralkan dengan
dan Kurniastuti 1995). larutan natrium thiosulfat 10 ppm untuk
Beberapa faktor yang perlu menghilangkan sisa klorin dalam air laut.
diperhatikan dalam penyediaan pakan, yaitu Perangkat yang terbuat dari kaca disterilkan
jumlah dan kualitas pakan (Mujiman, 1989). dengan autoklaf. Sebelumnya peralatan kaca
Kualitas dan kuantitas pakan pada perairan dicuci bersih dengan menggunakan detergen,
merupakan faktor yang menentukan laju kemudian ditiriskan hingga kering. Setelah
pertumbuhan dan nutrisi Artemia. Hubungan kering masing-masing dibungkus dengan
kualitas dan kuantitas pakan terhadap laju alumunium foil, untuk erlenmeyer dan tabung
pertumbuhan dan kandungan nutrisi Artemia, reaksi ditutup dengan kapas dan dibungkus
yaitu ketersediaan pakan secara kuantitas dan dengan alumunium foil. Setelah itu disterilisasi
kualitas merupakan faktor mempengaruhi menggunakan autoklaf dengan suhu 121o C dan
nutrisi Artemia. Ketersediaan nutrisi merupakan tekanan 1 atm selama 30 menit (Isnansetyo dan
faktor yang menentukan laju pertumbuhan, Kurniastuty, 1995).
sehingga jumlah dan kualitas pakan merupakan Skeletonema sp., Chaetosceros sp. dan
faktor utama untuk memenuhi kandungan Tetraselmis sp. didapatkan di BBAP Situbondo
nutrisi Artemia untuk berkembang dengan kemudian dilakukan pemeliharaan di bak pakan
optimal. alami yang telah disterilisasi. Bibit di masukkan
Berdasarkan latar belakang tersebut ke dalam bak kemudian ditambahkan pupuk
dilakukan penelitian pengaruh pemberian jenis yang telah dipersiapkan. Pencahayaan dilakukan
pakan alami yang berbeda terhadap laju dengan menggunakan lampu TL. Artemia
pertumbuhan dan kandungan nutrisi pada dipersiapkan dengan menetaskan kista terlebih
Artemia. Diharapkan dari hasil penelitian ini dahulu melalui proses dekapsulasi. Artemia
dapat diketahui jenis fitoplankton yang sesuai yang telah menetas dimasukkan ke dalam media
bagi pembudidayaan Artemia yang dapat bervolume 1,5 liter dengan kepadatan 2000
menghasilkan pertumbuhan dan kandungan ekor/liter.
nutrisi yang baik. Pemberian pakan pada Artemia
dilakukan pada fase instar II sampai berumur 7
Metodologi hari secara ad-libitum. Pemberian pakan
Bahan penelitian terdiri atas hewan uji, fitoplankton berupa Chaetosceros sp.,
pakan uji dan bahan pendukung penelitian. Tetraselmis sp. dan Skeletonema sp. yang
Hewan uji yang digunakan adalah Artemia. memenuhi kebutuhan pakan Artemia, yaitu
Pakan uji yang diberikan adalah Skeletonema 22.500 sel/ekor. Pemberian pakan pada Artemia
sp., Chaetosceros sp. dan Tetraselmis sp. Pupuk dilakukan dengan system inlet-outlet.
cair sebagai suplai nutrien fitoplankton. Semua Penghitungan dilakukan dengan menggunakan
bahan didapatkan di BBAP Situbondo. Sedgewick Raffter atau Haemocytometer dan
Alat-alat yang digunakan meliputi Handtally Counter untuk memudahkan
botol bervolume 1,5 liter sebanyak 20 buah, perhitungan. Suhartono dkk. (2008)
mikroskop, kamera, aerator, selang aerator, menjelaskan, kebutuhan silase ikan sebagai
gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, termometer, pakan Artemia, yaitu 0,2 mg/ekor.
pipet volume, mikroskop, Sedgewich Rafter, Pengukuran laju pertumbuhan yang
Haemocytometer, refraktometer, pH meter, diukur meliputi panjang dan berat Artemia.
timbangan digital analitik dan lampu. Pengukuran dilakukan setiap harinya yang
Data yang diperoleh, dianalisa dengan meliputi panjang Artemia menggunakan
menggunakan analisis ragam (ANAVA) untuk mikrometer. Widiarti (1986) menjelaskan,
mengetahui apakah ada pengaruh antara pengukuran berat biomassa Artemia dilakukan
perlakuan yang diberikan. Bila ada pengaruh pada awal dan akhir penelitian, ditimbang
perlakuan dilanjutkan dengan uji Jarak berdasarkan berat basah dengan cara mengambil
Berganda Duncan dengan tingkat kepercayaan sampel dari setiap pelakuan. Sampel diambil
95 persen dan selang kesalahan 5 persen untuk sebanyak 100 ml kemudian dituang diatas mesh
mengetahui perbedaan antar perlakuan dan dilakukan perhitungan jumlah Artemia yang
(Kusriningrum, 2008). terambil pada sampel 100 ml. Mesh diletakkan
di mulut gelas agar air dapat menetes keluar,
Prosedur Penelitian letakkan kertas hisap dibagian bawahnya bila
Persiapan media pemeliharaan sudah tidak ada air yang menetes hingga tidak
berbagai jenis fitoplankton meliputi air laut terdapat noda pada kertas hisap maka dilakukan
untuk media pemeliharaan disterilkan dengan penimbangan yang sebelumnya mesh telah
106
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1, April 2013
ditimbang terlebih dahulu. Selisih berat antara Tabel 2. Data laju pertumbuhan harian rata-rata
sebelum dan sesudah diberi Artemia dibagi berat (%) Artemia sp selama tujuh hari.
dengan jumlah Artemia yang ditemukan pada Perla Transformasi √y
LPH (%) ± SD
sampel akan menghasilkan rata-rata berat kuan ± SD
individu Artemia. Analisa kandungan nutrisi A 18,7782 ± 3,356 4,2922d ± 0,665
pada Artemia dilakukan pada tahap akhir dari B 19,2409 ± 3,065 4,3751c ± 0,352
penelitian ini. C 21,9179 ± 2,248 4,6768b ± 0,238
D 25,4333 ± 2,119 5,039a± 0,21
Hasil dan Pembahasan
Laju Pertumbuhan Panjang Artemia sp. Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu
Hasil pengamatan penelitian pengaruh kolom menunjukkan perbedaan yang
perbedaan jenis pakan alami pada Artemia sp. nyata (p < 0,05).
berupa data panjang. Pertumbuhan panjang Perlakuan A : pemberian pakan berupa silase
Artemia sp. disajikan dalam bentuk panjang ikan (kontrol)
mutlak yang diperoleh dari panjang awal dan Perlakuan B : pemberian pakan berupa
akhir. Hasil pengukuran panjang mutlak Skeletonema sp.
Artemia sp. dapat dilihat pada Tabel 1. Perlakuan C : pemberian pakan berupa
Chaetoceros sp.
Tabel 1. Data laju pertumbuhan panjang mutlak Perlakuan D : pemberian pakan berupa
(mm) Artemia sp. selama tujuh hari Tetraselmis sp.
Perlakuan Pertambahan panjang (mm) ± SD SD : standar deviasi
A 1,89c ± 0,14 Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
B 1,775c ± 0,256 pertumbuhan berat tertinggi diperoleh perlakuan
C 3,275ab ± 1,054 D (25,43%) yang berbeda nyata (p<0,05)
D 3,925a± 0,447 dengan perlakuan C (21,91%), B (19,24%) dan
Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu A (18,77%). Perlakuan C berbeda nyata
kolom menunjukkan perbedaan (p<0,05) dengan perlakuan A, B dan D.
sangat nyata (p < 0,05). Perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan A,
Perlakuan A : pemberian pakan berupa silase C dan D. Pertumbuhan berat terendah diperoleh
ikan (kontrol) perlakuan A yang berbeda nyata (p<0,05)
Perlakuan B : pemberian pakan berupa dengan perlakuan B, C dan D.
Skeletonema sp.
Perlakuan C : pemberian pakan berupa Nilai Nutrisi Artemia sp.
Chaetoceros sp. Hasil pengamatan penelitian pengaruh
Perlakuan D : pemberian pakan berupa perbedaan jenis pakan alami terhadap
Tetraselmis sp. kandungan nutrisi pada Artemia sp. berupa data
SD : standar deviasi sampel total dari setiap perlakuan yang
mewakili semua ulangan dan dianalisa nilai
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa nutrisinya berdasarkan berat basah kemudian
pertumbuhan panjang mutlak tertinggi diperoleh nilai kandungan yang ada dikonfersikan pada
D (3,925) yang tidak berbeda nyata (p>0,05) nilai berat kering. Data analisa nutrisi Artemia
dengan perlakuan C (3,275), namun berbeda sp. dapat dilihat pada Tabel 3.
sangat nyata (p<0,05) pada perlakuan A (1,89) Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
dan B (1,775). Perlakuan terendah diperoleh nilai nutrisi pada setiap perlakuan berbeda,
perlakuan A yang tidak berbeda nyata (p>0,05) yaitu: Perlakuan A (protein 41,21%; karbohidrat
perlakuan B, namun berbeda sangat nyata 8,88%, lemak 29,1%), B (protein 44,26%;
(p<0,05) pada perlakuan C dan D. karbohidrat 1,05%, lemak 38,09%), C (protein
44,39%; karbohidrat 9,79%, lemak 28,89%) dan
Pertumbuhan Berat Artemia sp. D (protein 44,96%; karbohidrat 18,47%, lemak
Hasil pengamatan penelitian pengaruh 26,91%).
perbedaan jenis pakan alami pada Artemia sp.
berupa data berat rata-rata harian. Pertumbuhan Kualitas Air
berat Artemia sp. disajikan dalam bentuk rata- Pertumbuhan Artemia sp. selain
rata harian yang diperoleh dari berat awal dan dipengaruhi oleh ketersediaan pakan juga
akhir. Data laju pertumbuhan harian berat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengukuran
Artemia sp. dapat dilihat pada Tabel 2. suhu dilakukan dua kali sehari pada pagi dan
sore hari, sedangkan pengukuran salinitas dan
107
Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami......
Tabel 3. Data analisa komposisi tubuh Artemia sp. dalam berat kering.
Protein KH/BETN Lemak SK Abu ∑Energi
Perlakuan
(%) (%) (%) (%) (%) (Kcal/kg)*
A 41,21 8,88 29,10 9,52 11,29 5319,9
B 44,26 1,05 38,09 7,14 9,54 5987,8
C 44,39 9,79 28,89 7,75 9,18 5516,2
D 44,96 18,47 26,91 6,26 3,40 5723,1
Keterangan:
Perlakuan A : pemberian pakan berupa silase ikan (kontrol)
Perlakuan B : pemberian pakan berupa Skeletonema sp.
Perlakuan C : pemberian pakan berupa Chaetoceros sp.
Perlakuan D : pemberian pakan berupa Tetraselmis sp.
*Energi total dimana 1 gr protein = 5,6 kkal, 1 gr lemak = 9,1 kkal, 1 gr karbohidrat = 4,1 kkal
(Jauncy and Ross, 1982)
pH dilakukan hanya pada pagi hari. Pengukuran keseimbangan jumlah nutrisi yang terdapat pada
kadar amoniak dan DO dilakukan di awal, pakan yang diberikan. Pemberian pakan berupa
pertengahan dan akhir masa pemeliharaan. Data Tetraselmis sp memberikan laju pertumbuhan
parameter kualitas air selama penelitian terdapat tertinggi. Hal ini diduga disebabkan karena
pada Lampiran 5 yang menjelaskan bahwa nilai pakan perlakuan pemberian pakan Tetraselmis
kisaran saat penelitian untuk suhu 28-320C, pH sp. memiliki kandungan protein yang tinggi jika
7, DO 5-8 mg/l, Amoniak 0-0,25 mg/l, salinitas dibandingkan dengan silase ikan, Skeletonema
31 ppt dan data nilai kisaran kualitas air sp. dan Chaetoceros sp., selain itu Tetraselmis
penelitian dapat dilihat pada tabel 4. memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan
kelebihannya, antara lain: memiliki kandungan
Tabel 4. Nilai kisaran kualitas air media omega 3 dan 6 sebesar 8,1% (Supriantini dkk.,
pemeliharaan Artemia sp. selama tujuh 2007b); asam amino yang tinggi yaitu leusin
hari 10,3%, treonin 9,8% asam glutamat 8,4%,
Parameter Kisaran alanin 8,1% (Fahardian et al., 2009) dan tidak
memiliki dinding sel sehingga dimungkinkan
Suhu (°C) 28 – 32 lebih mudah dicerna (Hastuti, 1989).
pH 7 Perlakuan pemberian pakan berupa
DO (mg/l) 5–8 Chaetoceros sp. menghasilkan laju
Amoniak (mg/l) 0 – 0,25 pertumbuhan lebih rendah namun tidak berbeda
Salinitas (ppt) 31 dengan perlakuan pemberian pakan berupa
Tetraselmis sp. Hal ini diduga kelengkapan
nutrisi antara Tetraselmis sp. dan Chaetoceros
Pertumbuhan adalah pertambahan sp. mendominasi pakan jika dibandingkan
ukuran panjang dan berat pada makhluk hidup. Skeletonema sp. dan silase ikan. Adapun
Vos and Rosa (1980) menjelaskan bahwa faktor kelebihan pakan Chaetoceros sp. yang
yang mempengaruhi pertumbuhan Artemia sp. menghasilkan laju pertumbuhan lebih tinggi
adalah faktor internal dan faktor eksternal. dibandingkan perlakuan pemberian pakan
Artemia sp. dipelihara selama tujuh hari berupa silase ikan dan Skeletonema sp., antara
mengalami kenaikan laju pertumbuhan panjang lain: mengandung omega 3, EPA, DHA dan b-
dan berat. Perbedaan laju pertumbuhan panjang karoten yang merupakan pro vitamin A yang
pada Artemia sp. antar perlakuan disebabkan cocok untuk pertumbuhan zooplankton (Sutomo
karena adanya perbedaan kandungan nutrisi dkk., 2007); memiliki kandungan kalsium
dalam pakan yang diberikan. Hal ini sesuai 0,59% dan phosphor 0,57% dimana kalsium
pernyataan Harefa (2003) menyatakan bahwa berperan dalam pembentukan sel dan phospor
salah satu faktor yang mempengaruhi berperan dalam pembentukan protein
pertumbuhan, yaitu kandungan nutrisi pada (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995) dan
pakan. memiliki kandungan asam amino tertinggi yaitu
Perbedaan laju pertumbuhan harian fenilalanin 13,1% dan alanin 9,8% (Fahardian et
Artemia sp. pada masing-masing perlakuan juga al., 2009).
dipengaruhi oleh kelengkapan dan
108
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1, April 2013
109
Pengaruh Perbedaan Jenis Pakan Alami......
disebabkan terjadi emboli gas pada pembuluh Hastuti W. 1989. Teknik Penyediaan Makanan
darah yang dapat mengakibatkan tertutupnya Alami untuk Pembenihan Udang Skala
pembuluh darah. Hasil pengukuran oksigen Rumah Tangga. Departemen Pertanian.
terlarut selama penelitian berkisar antara 5-8 Direktorat Jendral Perikanan Balai
ppm Sumber amoniak di perairan dapat berasal Budidaya Air Payau Jepara. Jepara. hal
dari sisa pakan maupun kotoran hasil 7-14.
metabolisme Artemia (Mukti dkk., 2003). Kadar Herawati V. E. 2005. Manajemen Pemberian
ammonia selama penelitian berkisar antara 0- Pakan Ikan. Universitas Diponegoro.
0,25 mg/l. Harefa (2003) menyatakan bahwa Semarang. hal. 3-4.
kadar ammonia terukur yang dapat Isnansetyo A. dan Kurniastusti. 1995. Teknik
menyebabkan kematian adalah lebih dari 1 ppm Kultur Phytoplankton dan
(1 mg/l). Sumber amoniak pada perlakuan Zooplankton:Pakan Alami untuk
pemberian pakan buatan berupa silase ikan Organisme Laut. Kanisius. Yogyakarta.
memberikan nilai kadar amoniak lebih tinggi hal 36-52.
dari pada pemberian pakan berupa Skeletonema Jauncey K. and B. Ross. 1982. A guide to
sp., Chatosceros sp. dan Tetraselmis sp. hal ini tilapia feeds and feeding. Institude of
dihubungkan pada laju pertumbuhan perlakuan Aquaculture. University of Stirling.
pemberian pakan berupa silase lebih rendah. Scotland.
Amoniak dengan nilai yang lebih tinggi dapat Jusadi D. 2003. Budidaya Pakan Alami.
mengakibatkan gangguan pada metabolisme Direktorat Pendidikan. Direktorat
Artemia sp. sehingga dapat menghambat Jenderal Pendidikan Dasar Dan
pertumbuhan Artemia untuk berkembang biak. Menengah Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta. hal 12-16.
Kesimpulan Kusriningrum. 2008. Perancangan Percobaan.
Pemberian jenis pakan alami yang berbeda Airlangga University Press. Surabaya.
memberikan pengaruh terhadap laju Mudjiman, A. 1989. Udang Renik Air Asin
pertumbuhan panjang Artemia sp. Pemberian (Artemia Salina). PT Bharata. Jakarta.
jenis pakan alami yang berbeda memberikan Mukti, A. T., M. Arief dan W. Hastuti. 2003.
pengaruh terhadap laju pertumbuhan berat Dasar-dasar Akuakultur. Program
Artemia sp. Pemberian jenis pakan alami yang Studi Budiaya Perairan. Fakultas
berbeda memberikan pengaruh terhadap nilai Kedokteran Hewan. Universitas
nutrisi Artemia sp. Pemberian jenis pakan alami Airlangga. Surabaya. hal 42-44.
berupa Tetraselmis sp. dan Chaetoceros sp. Murtidjo, B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan
memberikan pengaruh laju pertumbuhan terbaik Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 128
bagi Artemia sp. hal.
Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan Saputra S. W. 2007. Dinamika Populasi.
untuk menggunakan pakan alami berupa Program Studi Manajemen
Tetraselmis sp. atau Chaetoceros sp. untuk Sumberdaya Peraian Fakultas
menghasilkan laju pertumbuhan yang tinggi Perikanan dan Ilmu Kelautan
pada Artemia sp. Universitas Diponegoro. Semarang. hal
11.
Daftar Pustaka Sorgelos P. 1985. Potential of Converting
Djarijah A. S. 1995. Pakan Alami. Kanisius. Microalgae Into Brine Shrimp Artemia.
Yogyakarta. hal 44-71. www.vliz.be/imisdocs/publications.
Fahardian O., Yusoff F. M. and S. Mohamed. 25/12/2011. 3 hal.
2009. Nutritional values of Apocyclops Srihartini. 1992. Budidaya Ikan. Pusat
dengizicus (Copepoda: Cyclopoida) fed Penelitian dan Pengembangan Fisika
Chaetocerous calcitrans and Terapan LIPI. Subang. 9 hal.
Tetraselmis tetrathele. www. Suhartono, Adiwijaya D. dan T. Suprapto. 2008.
onlinelibrary.wiley.com. 08/01/2012. Penggunaan Silase Ikan dalam
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Produksi Kista Artemia di Tambak
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Garam. www.isjd.pdii.lipi.go.id/.
dan Menengah Departemen Pendidikan 24/12/2011. 12 hal.
Nasional. Jakarta. hal 185-230. Supriantini E., Widowati I. dan Ambariyanto.
Harefa F. 2003. Pembudidayaan Artemia untuk 2007b. Kandungan Asam Lemak
Pakan Udang dan Ikan. Penebar Omega-3 (Asam Linoleat) pada Kerang
Swadaya. Jakarta. hal 14-25. Totok Polymesoda erosa yang
diberi Pakan Tetraselmis chuii dan
110
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1, April 2013
111