You are on page 1of 30

PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN PERPAJAKAN, PELAYANAN FISKUS,

DAN TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI


(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Padang)

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

SRI PUTRI TITA MUTIA

2008/05293

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014

2
3
PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN PERPAJAKAN, PELAYANAN FISKUS DAN
TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
(Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Pratama Padang)

Sri Putri Tita Mutia


Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email : sriputrititamutia@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study is aimed to examine : (1) The effect of tax penalties on tax compliance, (2) Theeffect of the taxpayer
awareness on tax compliance, (3) The effect of theservice oftax authorities on tax compliance and (4)The effect of the level
understanding on tax compliance
The this study is classified as causative research. The populations in this study is the padang, individual taxpayer.The
selection ofthe sample used propotional sampling metods. Type of data used is subject data and the data source used is
primary data. Data collection method used is by using questionnaires. The analysis used is multiple regression analysis.
The results shows that : (1)tax penalties has positive significant effect on tax payer compliance, (2) The taxpayer
awareness has positive significant effect on tax compliance, (3) the service tax authoritieshas positive significant effect on
taxcompliance, (4) The level understanding taxpayer has positive significant effect on tax compliance.
Suggestions in this study were: (1) it is recomanded to the desert city tax officials to more actively provide
information and tax collections to taxpayers so that taxpayers understand their obligation to pay taxes and avoid penalties ,
(2) further research is expected to perform all tax compliance indicators thatcan support positively on tax compliance.

Key words: Tax Compliance, Tax Penalties,The taxpayer awareness, the service tax authorities and the level understanding
Taxpayer.
Bottom of Form
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji: (1) Pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, (2) Pengaruh
kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak, (3) Pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak dan (4)
pengaruh tingkat pemahaman terhadap kepatuhan wajib pajak.
Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dalam penelitian ini adalah wajib
pajak orang pribadi di kota padang. Pemilihan sampel dengan metode proposional sampling . Jenis data yang digunakan
adalah data subyek, dan sumber data yang digunakan adalah data primer. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan menggunakan kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa 1) sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, 2)
kesadaran perpajakan berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak, 3) pelayanan fiskus berpengaruh
signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak, 4) tingkat pemahaman berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan
wajib pajak.
Saran dalam penelitian ini adalah: (1) disarankan kepada petugas pajak kota padang untuk lebih aktif memberikan
informasi dan pemungutan pajak kepada wajib pajak sehingga wajib pajak mengerti akan kewajiban membayar pajak dan
terhindar dari sanksi, (2) Penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan seluruh indikator kepatuhan wajib pajak sehingga
dapat menunjang secara positif terhadap kepatuhan wajib pajak

Kata Kunci: kepatuhan wajib pajak, sanksi perpajakan, kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus dan tingkat pemahaman.

4
PENDAHULUAN Salah satu wajib pajak yang diminta untuk
. Penerimaan pajak merupakan sumber menghitung, menyetor, dan melaporkan besarnya
utama pembiayaan dan pembangunan nasional pajak terutang adalah wajib pajak orang pribadi.
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Orang Pribadi sebagai subjek pajak pribadi yang
Banyak negara di masa krisis global menjadikan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
pajak sebagai instrumen ekonomi yang perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
memberikan kehidupan bagi berlangsungnya perpajakan termasuk pemungutan pajak atau
pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah pemotongan pajak, seharusnya dapat mengelola
melalui dirjen pajak telah menetapkan pajak usaha individualnya dengan lebih baik
sebagai komponen strategis agar perencanaan dibandingkan usaha organisasi. Dengan struktur
pembangunan tetap berlanjut, dengan menetapkan yang ada, orang pribadi dapat mengatur seluruh
salah satu misinya yaitu misi fiskal, menghimpun pengeluaran dalam kegiatan usahanya agar
penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang memperoleh keuntungan yang diinginkan
mampu menunjang kemandirian pembiayaan termasuk dalam mengatur kewajiban
pemerintah berdasarkan undang- undang perpajakannya.
perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efesiensi
yang tinggi. Penerimaan pajak dapat berasal dari Fakta yang terjadi, kewenangan yang
Pajak Penghasilan (PPh) dari sektor migas dan non diberikan tidak sepenuhnya dijalankan oleh WP
migas, Pajak Pertambahan nilai (PPn), Pajak pribadi untuk memenuhi kewajiban perpajakannya,
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak justru membuat wajib pajak orang pribadi menjadi
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan atas lebih mudah untuk menyelewengkan kewajiban
Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan perpajakannya. Dari belasan juta wajib pajak orang
cukai, maupun pajak-pajak lainnya pribadi yang terdaftar sebagai wajib pajak, hanya
466 ribu yang baru melaporkan SPT pajak atau
Menurut Mardiasmo (2006:1) pajak membayar pajak di tahun 2011 (www.pajak.go.id).
merupakan iuran rakyat kepada kas negara Fakta ini makin diperkuat dengan pernyataan yang
berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) disampaikan oleh Direktorat Potensi, Kepatuhan,
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra prestasi) dan Penerimaan, Direktorat Jenderal Pajak
secara langsung dapat ditunjukkan dan digunakan Kementerian Keuangan Liberti Pandiangan di
untuk membiayai pengeluaran umum. Dari definisi Jakarta pada 4 maret 2011, bahwa “ Tingkat
diatas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan kepatuhan masyarakat Indonesia, baik wajib pajak
suatu bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang pribadi maupun badan, yang melaporkan
wajib pajak pribadi maupun badan. Sedangkan SPT masih sangat rendah dibandingkan dengan
penerimaan pajak adalah penghasilan yang populasi orang pribadi maupun badan usaha yang
diperoleh oleh pemerintah yang bersumber dari ada. Pada tahun 2010, dari 1.608.337 wajib pajak
pajak yang diberikan oleh wajib pajak pribadi pribadi yang terdaftar, hanya 1.534.933 yang wajib
maupun badan. menyampaikan SPT. Dari jumlah wajib SPT itu,
Sistem pemungutan pajak yang digunakan hanya 501.348 wajib pajak yang menyampaikan
di Indonesia adalah self assessment. Dalam sistem SPT. Fakta ini menunjukkan, tingkat kepatuhan
ini wajib pajak diberi wewenang untuk wajib pajak pribadi dalam menyampaikan SPT
menghitung, menyetor, dan melaporkan besarnya baru 32,66 persen atau turun dibandingkan tahun
pajak terutang sesuai dengan jangka waktu yang 2009, yakni 40,76 persen.” Dan Di kota Padang
telah ditentukan dalam peraturan perundang- secara khusus, hingga tahun 2012 terdapat sebanyak
undangan perpajakan (Mardiasmo, 2006:7).. 199.929 wajib pajak orang pribadi (WP OP) yang
Artinya wajib pajak dituntut untuk aktif memenuhi terdaftar dan sebanyak 76.519 WP OP yang efektif.
kewajiban perpajakannya mulai dari mendaftarkan Namun 26.781 WPOP yang menyampaikan SPT,
diri, mengisi SPT dengan jujur, baik dan benar hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan WP
sampai dengan melunasi pajak terutang. OP di kota Padang hanya 35,01%.

3
Menurut Devano dan Rahayu (2006:113) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sebagian besar rakyat di seluruh negara tidak akan istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada
pernah menikmati kewajibannya membayar pajak ajaran atau aturan. Nurmantu dalam Devano dan
sehingga memenuhinya tidak ada yang tanpa Rahayu (2006:110) mendefenisikan pengertian
menggerutu, sedikit saja yang merasa benar-benar kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan
rela dan merasa ikut bertanggung jawab membiayai dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban
pemerintahan suatu negara. Tidak banyak yang perpajakannya. Jadi, wajib pajak yang patuh adalah
merasa bangga sudah membayar pajak dan ikut wajib pajak yang taat dan memenuhi serta
berpartisipasi dalam pembiayaan negara. melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan
Membayar pajak bukanlah merupakan tindakan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang semudah dan sesederhana membayar untuk perpajakan.
mendapatkan sesuatu bagi masyarakat, tetapi
didalam pelaksanaannya penuh dengan hal yang Kepatuhan wajib pajak dipengaruh oleh
emosional. beberapa faktor yaitu kondisi sistem adminitrasi
pajak suatu negara, pelayanan pada WP, penegakan
Kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya hukum perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif
diindikasikan menjadi faktor yang mendorong pajak yang merupakan faktor yang berasal dari
orang pribadi maupun badan usaha untuk pemerintah, sedangkan faktor yang berasal dari diri
melakukan tindakan taxavoidance (penghindaran WP yaitu: tingkat pengalaman, pemahaman,
pajak) yang sering kali menjurus pada praktik tax pengalaman, penghasilan (Muslim,2007) dalam
evasion (penggelapan pajak), yang merupakan (Franklin,2008) dan faktor kesadaran perpajakan
salah satu tindakan kriminal dalam perpajakan. (Suhardito,1999).
Pada umumnya setiap wajib pajak cenderung untuk
meloloskan diri dari kewajibannya untuk Salah satu upaya untuk meningkatkan
menyetorkan pajak. Kecenderungan inilah yang penerimaan pajak adalah memberikan pelayanan
disebut dengan ketidakpatuhan wajib pajak. yang baik kepada Wajib Pajak. Pelayanan yang
diberikan kepada Wajib Pajak merupakan
Kepatuhan biasanya berkisar pada istilah pelayanan publik yang lebih diarahkan sebagai
singkat sampai dimana wajib pajak mematuhi suatu cara pemenuhan kebutuhan masyarakat
undang-undang perpajakan. Agar suatu sistem dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-
perpajakan efektif, mayoritas wajib pajak harus undangan yang berlaku. Pelayanan pada Wajib
patuh terhadapnya. Kepatuhan wajib pajak Pajak bertujuan untuk menjaga kepuasan wajib
merupakan faktor utama yang mempengaruhi pajak yang nantinya diharapkan dapat
penerimaan pajak, dimana kepatuhan wajib pajak meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam
dalam hal ini dinilai dengan ketaatan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Jika
mematuhi kewajiban perpajakan dari segi formal pelayanan terhadap wajib pajak baik maka akan
dan material. berdampak kepada penerimaan pajak untuk tahun-
tahun berikutnya.
Wajib pajak dikatakan patuh apabila wajib
pajak tersebut dapat memenuhi dan melaksanakan Apabila kita mengacu pada pelayanan
kewajiban perpajakan. Kewajiban perpajakan harus publik diatas, maka pelayanan prima perpajakan
dilaksanakan karena merupakan suatu tanggung merupakan jenis pelayanan publik mengharuskan
jawab yang harus dipenuhi oleh semua wajib pajak. fiskus menempatkan masyarakat wajib pajak
Kepatuhan wajib pajak mempunyai hubungan sebagai pelanggan yang harus dilayani dengan
dengan penerimaan pajak karena apabila kepatuhan sebaik-baiknya, layaknya pelanggan dalam
dari wajib pajak meningkat maka secara tidak organisasi bisnis. Tujuan pelayanan ini untuk
langsung juga akan memperbesar penerimaan menjaga kepuasan wajib pajak yang nantinya
negara dari sektor pajak. diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan
masyarakat wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Pelayanan fiskus yang
4
baik diharapkan mampu meningkatkan kepatuhan Pelaksanaan sanksi kepada wajib pajak dapat
wajib pajak. Dalam penelitian Arum (2012) menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan
disebutkan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan oleh wajib pajak sehingga dapat meningkatkan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak akan patuh
perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus (karena tekanan) karena mereka memikirkan
ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan fiskus adanya sanksi berat berupa denda akibat tindakan
yang baik akan memberikan kenyamanan bagi ilegal dalam usahanya menyelundupkan pajak
wajib pajak. Keramah tamahan petugas pajak dan (Devano dan Rahayu, 2006:112).
kemudahan dalam sistem informasi perpajakan
termasuk dalam pelayanan perpajakan tersebut. Masalah tingkat pemahaman perpajakan
Penelitian Agus (2006) menemukan bahwa dari wajib pajak perlu untuk dibahas karena
pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif yang pemahaman perpajakan adalah salah satu faktor
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. potensial bagi pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan pajak dalam memenuhi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perpajakannya.Tingkat pehaman adalah suatu
kepatuhan wajib pajak selain pelayanan fiskus proses peningkatan pengetahuan secara intensif
yang baik. Sebagaimana yang telah dikemukakan yang dilakukan seorang individu dan sejauh mana
sebelumnya, penegakan hukum perpajakan juga ia mengerti dengan benar akan suatu permasalahan
akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. yang ingin diketahui. Pemahaman WP terhadap
Terdapat undang-undang yang mengatur tentang undang-undang dan peraturan perpajakan dan sikap
ketentuan umum dan tata cara perpajakan, agar WP mempengaruhi perilaku perpajakan WP dan
peraturan perpajakan dipatuhi maka harus ada akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi
sanksi perpajakan bagi para pelanggarnya (Muliari keberhasilan perpajakan (sholicah, 2005).
dan Setiawan, 2009:2). Pemahaman yang cukup baik sangat penting guna
meningkatkan penerimaan pajak. Menurut spicer
Wajib pajak akan memenuhi kewajiban dan laundset (1976 dalam Razman 2005)
perpajakannya bila memandang bahwa menjelaskan bahwa jika pengetahuan dan
pelaksanaan sanksi perpajakan akan lebih banyak pemahaman mengenai perpajakan rendah maka
merugikannya (Nugroho: 2006 dalam Muliari dan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan
Setiawan, 2009:4). Pelaksanaan dan Pemberian perpajakan yang berlaku juga rendah. Tingkat
sanksi yang dimaksud adalah dalam bentuk pehaman WP terhadap peraturan perpajakan
pemberian sanksi administrasi/denda maupun berpengaruh terhadap kepatuhan WP dalam
sanksi pidana. membayar pajak, semakin tinggi tingkat
pengetahuan dan pemahaman WP terhadap
Kata sanksi dalam Kamus Bahasa
peraturan perpajakan, maka semakin tinggi
Indonesia berarti tanggungan (tindakan, hukuman,
kemungkinan WP untuk mematuhi peraturan
dan sebagainya) untuk memaksa orang menepati
tersebut
perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang.
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa Faktor lain yang tidak kalah pentingnya
ketentuan peraturan perundang-undangan dalam mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
perpajakan (norma perpajakan) akan memenuhi kewajiban perpajakannya adalah
dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain kesadaran wajib pajak. Faktor kesadaran
sanksi perpajakan merupakan alat (preventif) agar perpajakan telah terbukti berpengaruh terhadap
wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan keberhasilan penerimaan perpajakan (Suhardito,
(Mardiasmo, 2003:39). 1999). Kesadaran wajib pajak akan perpajakan
adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak
Pelaksanaan sanksi perpajakan diterapkan
atas kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas
sebagai akibat tidak terpenuhinya kewajiban
tanpa adanya unsur paksaan. Kesadaran wajib
perpajakan oleh wajib pajak sebagaimana yang
pajak berkonsekuensi logis untuk para wajib pajak
telah diatur oleh undang-undang perpajakan.
agar mereka rela memberikan kontribusi dana
5
untuk pelaksanaan fungsi perpajakan (Boediono, membayar PBB di kota Padang, hasilnya
1996). Kesadaran masyarakat yang rendah menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan
seringkali menjadi salah satu penyebab banyaknya pengalaman mempunyai pengaruh signifikan
potensi pajak yang tidak dapat dijaring (Soemarso, positif terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan
1998). Learche (1980) juga mengemukakan bahwa tingkat penghasilan, kondisi sistem administrasi
kesadaran perpajakan seringkali menjadi kendala pajak, kompensasi pajak dan sanksi pajak tidak
dalam masalah pengumpulan pajak dari berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
masyarakat. Sampai saat ini masih banyak pajak.
masyarakat indonesia yang menganggap bahwa
penarikan pajak oleh pemerintah membebani Hendrico (2011) juga melakukan
masyarakat dan kekhawatiran akan penelitian tentang pengaruh tingkat pelayanan
penyalahgunaan uang pajak seringkali menjadi pajak, tingkat pemahaman dan kesadaran wajib
pemikiran masyarakat (Nugroho, 2006). Wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak bumi dan
pajak yang memiliki kesadaran rendah akan bangunan yang menyimpulkan bahwa setiap
cenderung untuk tidak melaksanakan kewajiban variabel tersebut berpengaruh signifikan positif
perpajakannya atau melanggar peraturan terhadap kepatuhan wajib pajak. Tanjung (2008)
perpajakan yang berlaku. Dengan adanya sikap melakukan penelitian mengenai pengaruh sanksi
yang negatif dari wajib pajak dengan tidak perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban membayar pajak (Boediono, membayar Pajak Bumi dan Bangunan, dan hasil
1996), Diperlukan kesadaran yang berasal dari diri penelitiannya menunjukkan bahwa sanksi pajak
wajib pajak itu sendiri akan arti dan manfaat dari yang diberlakukan tidak berpengaruh terhadap
pemungutan pajak tersebut, masyarakat harus sadar kepatuhan wajib pajak.
bahwa kewajiban membayar pajak bukan lah untuk
Perbedaan hasil penelitian diatas membuat
pihak lain, tetapi untuk melancarkan jalannya roda
peneliti tertarik untuk kembali meneliti tentang
pemerintahan yang mengurusi segala kepentingan
kepatuhan wajib pajak. Perbedaan penelitan ini
rakyat.
dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah
Penelitian-penelitian terdahulu telah peneliti memilih pelaksanaan sanksi perpajakan,
banyak membahas tentang pengaruh kepatuhan pelayanan fiskus, dan kesadaran perpajakan
wajib pajak dan faktor-faktor yang sebagai faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
mempengaruhinya. Seperti penelitian yang kepatuhan wajib pajak, dan wajib pajak orang
dilakukan Arum (2012) tentang pengaruh kualitas pribadi sebagai objek penelitian dikarenakan fakta
pelayanan fiskus terhadap kepatuhan WP Orang bahwa belum tingginya tingkat kepatuhan wajib
Pribadi dalam memenuhi kewajiban pajaknya, pajak orang pribadi di Indonesia seperti yang telah
hasilnya menunjukkan kualitas pelayanan fiskus diuraikan sebelumnya.
berpengaruh signifikan positif terhadap tingakat Wajib pajak orang pribadi yang dipilih
kepatuhan WP Orang Pribadi dalam memenuhi adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar
kewajiban perpajakannya. KPP Pratama Padang. Hal ini dikarenakan untuk
Hadi (2010) yang meneliti kepatuhan tahun 2011 KPP Pratama Padang menargetkan
wajib pajak orang pribadi di KPP Bukittinggi penerimaan pajaknya sebesar 86,7 persen. Target
menemukan bahwa tingkat pemahaman, ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
pendidikan, dan penghasilan wajib pajak, serta sebelumnya yang menargetkan penerimaan
sanksi perpajakan berpengaruh signifikan positif pajaknya sebesar 79,3 persen. Target penerimaan
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. pajak yang tinggi, seharusnya sesuai dengan
Franklin (2008) juga melakukan melakukan kepatuhan wajib pajak yang tinggi pula.
penelitian mengenai pengaruh tingkat pemahaman, Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
pengalaman, penghasilan, kondisi sistem melakukan kewajiban perpajakannya ditengah
administrasi perpajakan, kompensasi pajak, dan berbagai kemudahan yang diberikan Direktorat
sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
6
Jenderal Pajak melalui pelayanan oleh fiskus serta salah satu syarat untuk memperoleh gelar
pemberian penyuluhan untuk memberikan sarjana ekonomi pada Universitas Negeri
pengetahuan tentang pajak dan pelaksanaan sanksi Padang.
perpajakan yang masih sangat rendah menyiratkan 2. Bagi wajib pajak
masih terdapat ketidakseimbangan antara langkah Diharapkan dapat meningkatkan
yang diambil oleh DJP dengan tanggapan yang kepatuhan mereka dalam menjalankan
diberikan orang pribadi itu sendiri (Boediono, kewajiban perpajakan
1996). . Berbagai kemungkinan dapat timbul dalam 3. Bagi akademisi
hal ini, pertama seluruh langkah yang diambil oleh Sebagai tambahan referensi bagi peneliti
DJP belum maksimal ,dan yang kedua kesadaran lainnya yang berminat untuk mengkaji
dari wajib pajak atas kewajibannya kepada negara dalam bidang yang sama dengan
memang sangat jauh dari harapan. Jika dilakukan pendekatan dan ruang lingkup yang
pengoptimalan dalam upaya peningkatan berbeda
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak,
maka akan meningkatkan pendapatan negara dan 1. TELAAH LITERATUR DAN
pelaksanaan pembangunan di Indonesia. PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Berdasarkan uraian di atas,penulis tertarik Wajib Pajak
untuk melakukan penelitian dan pengkajian Mengacu pada Pasal 1 UU No 28 Tahun
masalah ini dengan judul : “Pengaruh Sanksi 2007 tentang perubahan ketiga UU No 6 Tahun
Perpajakan, Kesadaran perpajakan, Pelayanan 1983 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara
Fiskus, dan Tingkat Pemahaman Terhadap Perpajakan Wajib Pajak merupakan orang pribadi
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Pada atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong
Wajib Pajak Pribadi yang Terdaftar di KPP pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
Pratama Padang).” dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dari latar belakang masalah diatas, dapat
Wajib pajak yang terdaftar di kantor
diidentifikasi masalah sebagai berikut :
Pelayanan Pajak terdiri dari Wajib Pajak aktif dan
1. Pengaruh sanksi perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak non aktif. Wajib pajak aktif adalah WP
wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP
yang mempunyai kegiatan usaha dan terdaftar
Pratama Padang
dikantor pajak yang masih aktif dalam memenuhi
2. Pengaruh kesadaran perpajakan terhadap
kewajiban menyampaikan SPT masa dan atau
kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang
tahunan sebagaimana mestinya
terdaftar di KPP Pratama Padang
Kepatuhan
3. Pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP
istilah kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada
Pratama Padang
ajaran atau aturan.. Kepatuhan perpajakan menurut
4. Pengaruh tingkat pemahaman terhadap
Devano dan Rahayu (2006) merupakan ketaatan.
kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang
Tunduk dan patuh serta melaksanakan ketentuan
terdaftar di KPP Pratama Padang
perpajakan. Sedangkan menurut Gibson (1991)
Selain tujuan yang hendak dicapai tersebut,
dalam Agus Budiatmanto (1999) sebagaimana
penulis juga berharap hasil penelitian ini dapat
yang dikutip oleh Jatmiko (2006), kepatuhan
memberikan manfaat:
adalah motivasi seseorang, kelompok atau
1. Bagi penulis
organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai
Menambah wawasan pengetahuan dan
dengan aturan yang ditetapkan. Dalam pajak,
pemahaman secara mendalam mengenai
aturan yang berlaku adalah Undang-undang
pengaruh pelaksanaan sanksi denda,
Perpajakan. Jadi, kepatuhan pajak merupakan
pelayanan fiskus dan kesadaran
kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib
perpajakan terhadap kepatuhan wajib
pajak, terhadap peraturan atau Undang-undang
pajak badan. Disamping itu juga sebagai
7
Perpajakan Kepatuhan perpajakan adalah tindakan b. Tidak termasuk utang pajak yang belum
wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban melewati batas akhir pelunasan.
perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan 3. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh
perundang-undangan dan pertauran pelaksanaan Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
perpajakan yang berlaku dalam suatu negara. keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar
Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun
taat dan patuh serta tidak memiliki tunggakan atau berturut-turut harus:
keterlambatan penyetoran pajak. a. Disusun dalam bentuk panjang (long form
report)
Kepatuhan Wajib pajak b. Menyajikan rekonsiliasi laba rugi
komersil dan fiscal bagi Waji Pajak yang
Kepatuhan wajib pajak menurut Norman
wajib menyampaikan Surat
D.Nowak (2006) dalam Moh.Zain (2004)
Pemberitahuan Tahunan.
didefenisikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan
kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, 4. Tidak pernah dipidana karena melakukan
tercermin dalam situasi dimana: tindak pidana dibidang perpajakan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah mempunyai
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk
kekuatan hukum tetap dalam jangka 5 (lima)
memahami semua ketentuan peraturan
tahun terakhir.
perundang-undangan perpajakan.
2. Mengisi formulir dengan lengkap dan jelas. Sanksi Perpajakan
3. Menghitung jumlah pajak yang terutang
dengan benar. Sanksi dalam bahasa Indonesia diambil dari
4. Membayar pajak yang terutang tepat pada bahasa Belanda yaitu sanctie. ( Kamus Besar
waktunya. Bahasa Indonesia Online, 2012) Dalam konteks
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan hukum, sanksi berarti hukuman yang dijatuhkan
RII92/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember 2007, oleh pengadilan kepada pihak yang terbukti
Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai wajib pajak bersalah.
Patuh yang dapat diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila Menurut Mardiasmo (2003:39) sanksi
memenuhi semua syarat berikut : perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma
1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau
Pemberitahuan meliputi: dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat
a. Menyampaikan Surat Pemberitahuan (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma
Tahunan dalam 3 (tiga) tahun terakhir, perpajakan .
b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT
Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 Penerapan sanksi diterapkan sebagai akibat
(tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh
dan berturut-turut, wajib pajak sebagaimana diamanatkan oleh
c. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan Undang-Undang perpajakan. Pengenaan sanksi
tidak lewat dari batas waktu penyampaian pajak kepada wajib pajak dapat menyebabkan
SPT Masa pajak berikutnya. terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
semua jenis pajak pada tanggal 31 Desember wajib pajak itu sendiri. Wajib pajak akan patuh
tahun sebelum penetapan sebagai Wajib Pajak (karena tekanan) karena mereka berfikir adanya
Patuh sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya
a. Kecuali telah memperoleh izin untuk menyelundupkan pajak, (Devano dan Rahayu,
mengangsur atau menunda pembayaran 2006:112)
pajak,

8
Dalam undang-undang perpajakan dikenal Sanksi pidana dalam Waluyo (2007:424)
dua macam sanksi, yaitu Sanksi Administrasi dan diatur sebagai berikut :
Sanksi Pidana. Ancaman terhadap pelanggaran
suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan a) Barang siapa karena kealpaannya tidak
sanksi administrasi saja, ada yang diancam dengan mengembalikan/menyampaikan SPOP kepada
sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam Dirjen Pajak atau menyampaikan SPOP tetapi
dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana. isinya tidak benar, sehingga menimbulkan
kerugian kepada negara, dipidana dengan
Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau
pidana menurut undang-undang perpajakan adalah denda setinggi-tingginya sebesar 2 (dua) kali
a. Sanksi administrasi pajak terutang
b) Barang siapa dengan sengaja :
Merupakan pembayaran kerugian kepada i. Tidak menyampaikan SPOP kepada
negara, khususnya yang berupa bunga dan Dirjen Pajak
kenaikan. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan ii. Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak
apabila wajib pajak melakukan pelanggaran, benar
terutama atas kewajiban yang ditenntukan dalam iii. Memperlihatkan dokumen palsu yang
UU KUP. seolah-olah benar
iv. Tidak memperlihatkan dokumen lain
Sanksi adminitrasi Sri (2003) dikenakan
v. Tidak menyampaikan keterangan yang
pabila:
diperlukan, sehingga menimbulkan
1. Wajib pajak yang tidak menyampaikan SPOP kerugian kepada negara, dipidana dengan
walaupun ditegur secar tertulis, dikenakan penjara selama-lamanya 2 (dua) tahun
sanksi adminitrasi berupa denda sebesar 25% atau denda setinggi-tingginya 5 (lima) kali
(dua puluh lima persen) dihitung dari pokok pajak terutang.
pajak.
Wajib pajak akan memenuhi pembayaran
2. Wajib pajak yang berdasarkan hasil
pajak bila memandang sanksi perpajakan akan
pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006).
jumlah pajak yang terutang lebih besar dari
Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan
jumlah pajak yang dihitung berdasarkan
semakin merugikan wajib pajak. Oleh sebab itu,
SPOP, maka selisih pajak yang terutang
sanksi perpajakan diduga akan berpengaruh
tersebut ditambah atau dikenakan sanksi
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
adminitrasi berupa denda sebesar 25% (dua
membayar pajak
puluh lima persen) dari selisih pajak yang
terutang. Kesadaran Perpajakan
3. Wajib pajak tidak membayar atau kurang
membayar pajak yang terutang pada saat jatuh a. Pengertian kesadaran
tempo, pembayaran dikenakan sanksi
adminitrasi berupa denda 2% (dua persen) Ahli psikolog menyamakan kesadaran
sebulan yang dihitung saat tanggal jatuh tempo dengan pemikiran (mind), kesadaran merupakan
sampai dengan hari pembayaran untuk jangka tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) stimuli eksternal dan internal, artinya terhadap
bulan. peristiwa peristiwa lingkungan dan sensasi tubuh,
Sanksi pidana memori dan pikiran (Atkinson, 1994 dalam
Kurniawan 2009). Kesadaran menurut Gozali
Sanksi pidana dalam perpajakan berupa (1976) dalam Utomo 2002) adalah rasa rela untuk
penderitaan atau siksaan dalam hal pelanggaran melakukan sesuatu sebagai kewajiban dalam
pajak. Pengenaan sanksi pidana tidak kehidupan bermasyarakat. Jadi kesadaran wajib
menghilangkan kewenangan untuk menagih pajak pajak akan perpajakan adalah dimana rasa yang
yang masih terhutang. timbul dari dalam diri wajib pajak atas
9
kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas tanpa bahwa makin tinggi kesadaraan perpajakan wajib
adanya unsur paksaan. pajak maka akan makin tinggi tingkat kepatuhan
Kesadaran melibatkan hal hal seperti wajib pajak (Suyatmin, 2004 dalam Jatmiko,
berikut ini : 2006).
1. Pemantauan diri sendiri dan lingkungan Kesadaran wajib pajak atas fungsi
sebagai persepsi, memori dan proses berpikir perpajakan sebagai pembiayaan negara dan
dipresentasikan dalam kesadaran, pemprosesan kesadaran membayar pajak sangat diperlukan
informasi dari lingkungan adalah fungsi utama untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
sistem sensorik tubuh yang menyebabkan (Nugroho, 2006). Masyarakat harus sadar akan
kesadaran tentang apa yang terjadi disekitar keberadaannya sebagai warga negara yang sealalu
kita dan juga didalam tubuh kita. menjunjung tinggi Undang Undang Dasar 1945
2. Mengendalikan diri sendiri dan lingkungan, sebagai dasar hukum penyelenggaraan negara
sehingga kita mampu memulai dan mengakhiri (Suardika, 2007).
aktivitas prilaku. (Atkinson, 1994 dalam Pelayanan Fiskus
Kurniawan 2009)
a. Kesadaran Wajib Pajak akan Perpajakan a. Fiskus/Pejabat Pajak

Kesadaran merupakan unsur dalam diri Sesuai dengan salah satu bagian dari
manusia untuk memahami realitas dan bagaimana defenisi pajak yang merupakan iuran dari
mereka bertindak atau bersikap terhadap realitas. masyarakat kepada negara, yang dapat memungut
Jatmiko (2006) menguraikan beberapa bentuk pajak adalah negara. Untuk melaksanakan tugas
kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pengenaan dan pemungutan pajak, negara dalam
pajak untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran hal ini pemerintah menunjuk dan memberikan
bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam kewenangan kepada instansi, orang atau pejabat
menunjang pembangunan negara. Dengan tertentu untuk melakukan adminitrasi dan
menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar pengawasan pelaksanaan, pengenaan dan
pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak kepada masyarakat. Pegawai
pemungutan pajak yang dilakukan. Kedua, pemerintah yang diberi kewenangan untuk
kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak melaksanakan tugas pemungutan pajak dikenal
dan pengurangan beban pajak sangat merugikan sebagai pejabat pajak yang biasa disebut sebagai
negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena fiskus.
memahami bahwa penundaan pembayaran pajak Meskipun diberi kewenangan menjadi
dan pengurangan beban pajak berdampak pada fiskus yang bertanggung jawab dalam keberhasilan
kurangnya sumber daya finansial yang dapat pemungutan pajak, tetapi kewenangan setiap
mengakibatkan terhambatnya pembangunan pegawai tersebut tetap dibatasi sesuai dengan
negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan jenjang jabatan pada instansi yang bersangkutan.
dengan Undang-undang dan dapat dipaksakan. Hal ini perlu agar tidak terjadi penyalahgunaan
Wajib pajak akan membayar karena pembayaran kewenangan oleh fiskus yang pada akhirnya dapat
pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat merugikan wajib pajak. Oleh karena itu dalam
dan merupakan kewajiban mutlak setiap warga menjalankan tugasnya yang diberikan kepada
negara. seorang fiskus, harus ada penugasan resmi yang
Dalam Jatmiko (2006), Sumarso (1998) diberikan oleh pejabat yang berwenang. Dengan
menyatakan bahwa kesadaran perpajakan demikian apabila fiskus akan melakukan
masyarakat yang rendah seringkali menjadi salah pemungutan terhadap wajib pajak atau instansi
satu sebab banyaknya potensi pajak yang tidak yang terkait harus dilengkapi dengan surat tugas
dapat dijaring. Masih dalam Jatmiko (2006), dan tanda pengenal diri yang sah.
Lerche (1980) juga mengemukakan bahwa b. Pelayanan Fiskus
kesadaran perpajakan seringkali menjadi kendala Pelayanan adalah cara melayani (membantu
dalam masalah pengumpulan pajak dari mengurus atau menyiapkan segala kebutuhan yang
masyarakat. Secara empiris juga telah dibuktikan
10
diperlukan seseorang). Sementara itu, fiskus pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai
merupakan petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus fiskus. Kewajiban fiskus yang diatur dalam UU
dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam Perpajakan adalah:
membantu, mengurus, atau menyiapkan segala 1. Kewajiban untuk membina wajib pajak
keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam 2. Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
hal ini adalah wajib pajak (Jatmiko, 2006). Lebih Bayar
Soetrisno (1994) menemukan terdapat 3. Kewajiban merahasiakan data wajib pajak
hubungan antara pembayaran pajak dengan mutu 4. Kewajiban melaksanakan Putusan
pelayanan publik untuk wajib pajak disektor Sementara itu, terdapat pula hak-hak
perkotaan. Fiskus diharapkan memiliki kompetensi fiskus yang diatur dalam UU Perpajakan, antara
dalam arti memiliki keahlian, pengetahuan dan lain:
pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, 1. Hak menerbitkan NPWP atau NPPKP secara
adminitrasi pajak dan perundang undangan jabatan
perpajakan. Dalam kaitannya dengan pelayanan 2. Hak menerbitkan surat ketetapan pajak
yang berkualitas, Maxwell (dalam Potter, 1998 3. Hak menerbitkan Surat Paksa dan Surat
dalam supriono 2001) mengungkapkan perlunya Perintah Melaksanakan Penyitaan
beberapa kriteria sebagai berikut : 4. Hak melakukan pemeriksaan dan penyegelan
a) Tepat dan relavan, artinya pelayanan harus 5. Hak menghapuskan atau mengurangi sanksi
mampu melebihi preferensi, harapan dan administrasi
kebutuhan individu dan masyarakat. 6. Hak melakukan penyidikan
b) Tersedia dan terjangkau, artinya pelayanan 7. Hak melakukan pencegahan
harus dapat dijangkau oleh setiap orang atau 8. Hak melakukan penyanderaan
kelompok orang yang mendapat prioritas. Tingkat Pemahaman
c) Dapat menjamin rasa keadilan, artinya terbuka a. Pengertian Tingkat Pemahaman
dalam memberikan perlakuan terhadap
individu atau sekelompok orang dalam Pemahaman berasal dari kata paham.
keadaan yang sama. Dalam kamus besar indonesia yang disususn
d) Dapat diterima, artinya pelayanan memberikan moeliono 1998) menjelaskan bahwa paham berarti
kualitas apabila dilihatdari teknis/cara, (a) mengenai benar akan , tahu benar (akan), (b)
kualitas, kemudahan, kenyamanan, pandai dan mengerti benar (terhadap suatu hal).
menyenangkan, dapat diandalkan, tepat waktu, Sedangkan pemahaman diartikan sebagai proses
cepat, responsif dan manusiawi. dari berjalannya pengetahuan seseorang, perbuatan
e) Ekonomis dan efisien, artinya dari sudut atau cara memahami. Menurut stanton (1996,
pandang pengguna pelayanan dapat dijangkau dalam riko 2006) menjelaskan bahwa pemahaman
melalui tarif dan pajak oleh semua lapisan. merupakan salah satu faktor psikologis dalam
f) Efektif, artinya menguntungkan bagi pengguna kegiatan belajar. Memahami maksudnya dan
dan semua lapisan masyarakat. menangkap makna adalah tujuan akhir dari setiap
Kegiatan yang dilakukan otoritas pajak belajar. Sesorang yang memahami sesuatu harus
dengan menyapa masyarakat agar menyampaikan melewati dan kemudian harus meningkatkan
SPT tepat waktu, termasuk penyuluhan secara kualitas pengetahuan nya tersebut, diiringi dengan
kontinyu melalui berbagai media, serta pawai pendalaman maknanya. Pemahaman memiliki arti
peduli NPWP di jalan, patut untuk dipuji. Dengan yang sangat mendasar yang melekatkan
penyuluhan secara terus-menerus kepada bagian−bagian belajar pada proporsinya.
masyarakat agar mengetahui, mengakui, Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
menghargai, dan menaati ketentuan pajak, bahwa tingkat pemahaman adalah suatu proses
diharapkan tujuan penerimaan pajak bisa berhasil. peningkatan pengetahuan secara intensif yang
Dalam hal untuk mengetahui bagaimana dilakukan seseorang individu dan sejauh mana
pelayanan terbaik yang seharusnya dilakukan oleh dapat mengerti dengan benar akan suatu
fiskus kepada wajib pajak, diperlukan juga permasalah yang ingin dketahui

11
b. Tingkat Pemahaman Wajib Pajak terhadap pelaksanaan sanksi denda,sikap wajib
pajak terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib
Pemahaman WP terhadap undang-undang pajak terhadap kesadaran perpajakan yang
dan peraturan perpajakan serta sikap WP menunjukkan bahwa pengaruh yang signifikan
mempengaruhi perilaku perpajakan WP dan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di
akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi kota Semarang.
keberhasilan perpajakan (sholichah, 2005). Scholes Hadi (2010) meneliti kepatuhan wajib
dan wolfson (1992 dalam Riko 2006) ia pajak orang pribadi di KPP Bukittinggi
mengemukakan bahwa tingkat pemahaman dari menemukan bahwa tingkat pemahaman,
WP dan fiskus mengenai undang-undang pendidikan, dan penghasilan wajib pajak, serta
perpajakan memiliki pengaruh terhadap kepatuhan sanksi perpajakan berpengaruh signifikan positif
WP dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
Spicer dan laundset (1976 dalam Razman 2005) Menurut hadi tingkat pemahaman wajib pajak
menjelaskan bahwa jika pengetahuan dan orang pribadi yang mempunyai usaha dan
pemahaman rendah maka kepatuhan WP terhadap merupakan wajib pajak efektif sangat berpengaruh
peraturan yang berlaku juga rendah. Dengan terhadap kepatuhannya dalam membayar pajak.
demikian pemahaman tentang perpajakan berupa Sanksi pajak dari deskripsi hasil penelitian
informasi perpajakan dan peraturan perpajakan menunjukkan bahwa wajib pajak orang pribadi di
akan meningkatkan kepatuhan sesorang dalam kota Bukittinggi cukup setuju diberikan sanksi
membayar kewajiban perpajakannya. pajak jika tidak memenuhi kewajiban
Muslim 2007 dalam franklin 2008 perpajakannya.
menyatakan tingkat pemahaman wajib pajak Franklin (2008) melakukan penelitian
diukur dari pemahaman wajib pajak mengenai mengenai pengaruh tingkat pemahaman,
informasi perpajakan dan perturan perpajakan. pengalaman, penghasilan, kondisi sistem
Pemahaman tentang perpajakan berupa informasi administrasi perpajakan, kompensasi pajak, dan
perpajakan dan peraturan perpajakan akan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
meningkatkan kepatuhan sesorang dalam membayar PBB di kota Padang, hasilnya
memenuhi kewajiban perpajakannya menunjukkan bahwa tingkat pemahaman dan
Masalah tingkat pemahaman perpajakan pengalaman mempunyai pengaruh signifikan
dari wajib pajak dirasa perlu untuk dibahas karena positif terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan
pengetahuan perpajakan adalah salah satu faktor tingkat penghasilan, kondisi sistem administrasi
potensial bagi pemerintah untuk meningkatkan pajak, kompensasi pajak dan sanksi pajak tidak
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
perpajakannya, semakin tinggi tingkat pengetahuan pajak. Menurut Franklin sanksi pajak signifikan
dan pemahaman wajib pajak terhadap peraturan namun berpengaruh negatif terhadap kepatuhan
perpajakan, maka semakin kecil pula kemungkinan wajib pajak, hal ini menunjukkan bahwa sebagian
wajib pajak tersebut untuk melanggar peraturan besar responden sering kurang dalam membayar
tersebut, karena jika pengetahuan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan terutang yang telah
perpajakan rendah, maka kepatuhan wajib pajak jatuh tempo.
mengenai peraturan yang berlaku juga rendah. Muliari dan Setiawan (2010) melakukan
(spicer dan lundsent, 1976, dalam Rahman Hadi, penelitian serupa yaitu tentang pengaruh persepsi
2010). tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib
pajak pada kepatuhanpelaporan wajib pajak orang
Penelitian Terdahulu pribadi di KPP Pratama Denpasar Timur dengan
Agus Jatmiko (2006) melakukan penelitan alat analisis menggunakan regresi linear berganda.
mengenai pengaruh sikap wajib pajak pada Mereka menemukan bahwa Persepsi wajib pajak
pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus dan tentang sanksi perpajakan secara parsial
kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan
pajak orang pribadi di kota Semarang, dimana agus
meneliti bagaimana pengaruh sikap wajib pajak
12
pelaporan wajib pajak orang pribadi di Kantor terhadap semua wajib pajak yang tidak memenuhi
Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur . kewajiban perpajakannya ( Hutagaol, 2007:8)
Hendrico (2011) melakukan penelitian Penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2010)
tentang pengaruh tingkat pelayanan pajak, tingkat yang meneliti kepatuhan wajib pajak orang pribadi
pemahaman dan kesadaran wajib pajak terhadap di KPP Bukittinggi menemukan bahwa sanksi
kepatuhan wajib pajak bumi dan bangunan di kota perpajakan berpengaruh signifikan positif terhadap
padang. Menyimpulkan bahwa setiap variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
tersebut berpengaruh signifikan positif terhadap Pengenaan sanksi perpajakan kepada orang
kepatuhan wajib pajak. pribadi yang berusaha menyembunyikan objek
Penelitian Kurniawan (2009) tentang pajaknya dan tidak memenuhi kewajiban
pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap perpajakannya dapat menyebabkan terpenuhinya
kepatuhan wajib pajak, hasilnya membuktikan kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga
bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu
signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak. sendiri dalam membayar pajak. Hal ini terjadi
Penelitian Arum (2012) menguji pengaruh karena wajib pajak akan merasa takut dan
pelayanan fiskus, sanksi pajak dan kesadaran terbebani oleh sanksi yang akan dikenakan
perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang kepadanya karena melalaikan kewajiban
pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan perpajakannya.
pekerjaan bebas di KPP Pratama Cilacap. Analisis Orang pribadi juga akan memenuhi
data dilakukan dengan menggunakan regresi linear kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa
berganda, hasilnya menunjukkan pelayanan fiskus sanksi perpajakan akan lebih banyak
dan kesadaran perpajakan berpengaruh positif dan merugikannya. Selain itu jika orang pribadi benar-
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sanksi benar mematuhi ketentuan dan peraturan
perpajakan berpengaruh negatif dan tidak perpajakan, mereka tidak akan merasa was-was
signifikan. Sedangkan uji secara simultan bahwa karena dibayangi sanksi yang akan mereka
variabel independen berpengaruh positif terhadap dapatkan jika tidak memenuhi semua kewajiban
kepatuhan wajib pajak. perpajakannya

Pengembangan Hipotesis 2. Hubungan kesadaran perpajakan terhadap


1. Hubungan sanksi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak
kepatuhan wajib pajak Menurut Boediono (1996) kesadaran wajib
Menurut Mardiasmo (2003:39) Sanksi pajak berkonsekuensi logis untuk para wajib pajak
perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan agar mereka rela memberikan konstribusi dana
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma untuk pelaksanaan fungsi perpajakan. Learche
perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau (1980) juga mengemukakan bahwa kesadaran
dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat perpajakan seringkali menjadi kendala dalam
(preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma masalah pengumpulan pajak dari masyarakat.
perpajakan. Penerapan sanksi diterapkan sebagai Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi
akibat tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan
oleh wajib pajak sebagaimana diamanatkan oleh melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar
Undang-Undang perpajakan. dan sukarela. Semakin tinggi tingkat kesadaran
Wajib pajak akan patuh jika mereka berfikir wajib pajak maka pamahaman dan pelaksanaan
adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat
usahanya menyelundupkan pajak. Penerapan meningkatkan kepatuhan (Muliari dan Setiawan,
sanksi perpajakan baik administrasi (denda, bunga, 2010). Kesadaran wajib pajak atas fungsi
kenaikan) dan pidana (kurungan atau penjara) perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat
mendorong kepatuhan wajib pajak, namun diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib
penerapan sanksi harus konsisten dan berlaku pajak (Jatmiko, 2006).

13
Munari (2005) menyatakan bahwa Semakin tinggi tingkat pengetahuan dan
kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap pemahaman wajib pajak terhadap peraturan
kepatuhan wajib pajak. Soemarso (1998) dalam perpajakan, maka semakin kecil pula kemungkinan
Jatmiko (2006) mengemukakan bahwa kesadaran wajib pajak tersebut untuk melanggar peraturan
perpajakan masyarakat yang rendah seringkali tersebut, karena jika pengetahuan mengenai
menjadi salah satu sebab banyaknya potensi pajak perpajakan rendah, maka kepatuhan wajib pajak
yang tidak dapat dijaring. Kesadaran wajib pajak mengenai peraturan yang berlaku juga rendah
sangat diperlukan dalam meningkatkan kepatuhan (Spicer dan Lundsent, 1976, dalam Rahman Hadi,
wajib pajak (Jatmiko, 2006). 2010). Wajib pajak akan patuh membayar pajak
apabila dia memahami peraturan pajak yang ada.
3. Hubungan pelayanan fiskus terhadap
kepatuhan wajib pajak Gambar Kerangka Konseptual
Kepatuhan wajib pajak dalam menbayar
pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya Sanksi
adalah kualitas pelayanan yang diberikan fiskus perpajakan
kepada wajib pajak ( Devano dan Rahayu 2006:112).
Kualitas pelayanan fiskus adalah segala kegiatan (
Kesadaran
pelayanan yang dilaksanakan oleh fiskus kantor perpajakan Kepatuhan wajib
pelayanan pajak sebagai upaya pemenuhan ( pajak
kebutuhan wajib pajak dalam rangka pelaksanaan
Pelayanan
ketentuan perundang-undangan. Tujuan pelayanan fiskus
untuk menjaga kepuasan wajib pajak yang
diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib
Tingkat
pajak. pemahaman
Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban membayar pajak tergantung pada Gambar 1. Diagram Hubungan antar Variabel Penelitian
bagaimana petugas pajak memberikan mutu
pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak Hipotesis
(Jatmiko, 2006). Karanta et al, 2000 (dalam Berdasarkan teori dan latar belakang
Suryadi, 2006) menekankan pada pentingnya permasalahan yang telah dikemukakan
kualitas aparat (SDM) perpajakan dalam sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis
memberikan pelayanan kepada wajib pajak. penelitian sebagai berikut:
Fiskus diharapkan memiliki kompetensi H1: Terdapat pengaruh signifikan positif Sanksi
dalam arti memiliki keahlian, pengetahuan, dan perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, orang pribadi
administrasi pajak dan perundang-undangan H2: Terdapat pengaruh signifikan positif
perpajakan. Selain itu fiskus juga harus memiliki Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan
motivasi yang tinggi sebagai pelayan publik (Ilyas Wajib Pajak Orang Pribadi.
dan Burton, 2010 dalam Arum 2012). Berdasarkan H3: Terdapat pengaruh signifikan positif
uraian tersebut dapat dikatakan bahwa pelayanan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib
fiskus diduga akan berpengaruh terhadap Pajak Orang Pribadi
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. H4: Terdapat pengaruh signifikan positif Tingkat
Pemahaman Wajib Pajak terhadap
4. Hubungan tingkat pemahaman wajib pajak Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi 2. METODE PENELITIAN
Tingkat pemahaman wajib pajak mengenai Jenis Penelitian
peraturan perpajakan menjadi hal penting dalam Jenis penelitian ini termasuk penelitian
menentukan sikap dan prilaku wajib pajak dalam yang bersifat kausalitas. Penelitian kausalitas
melaksanakan kewajiban dalam membayar pajak. merupakan penelitian yang menunjukkan pengaruh
14
antara variable bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi
Peneliti menguji pengaruh sanksi perpajakan, variabel bebas (independent variable) adalah
kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus dan tingkat Sanksi perpajakan (X1), Kesadaran Perpajakan
pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib (X2), Pelayanan Fiskus (X3), dan tingkat
pajak orang pribadi yang melakukan usaha. Pemahaman (X4).
Instrumen Penelitian
Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini digunakan kuesioner. Sanksi
Populasi dalam penelitian ini adalah perpajakan dapat dilihat dari:
pengusaha industri pribadi selaku wajib pajak 1. Sanksi diperlukan untuk menciptakan
orang pribadi (wpop pengusaha) di Kota Padang kedisipilinan WP dalam membayar pajak
yang terdaftar di Departemen Perindustrian dan 2. Sanksi dilaksanakan dengan tegas kepada WP
perdagangan (DEPERINDAG) kota Padang sampai
yang melanggar
tahun 2011. Berdasarkan data yang diperoleh dari
DEPERINDAG, didapat jumlah populasi adalah 3. Sanksi diberikan sesuai dengan pelanggaran
sebanyak 177. yang dilakukan
Untuk menentukan besarnya jumlah sampel 4. Penerapan sanksi harus sesuai dengan
dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik ketentuan dan peraturan yang berlaku
Porposional Sampling, Sampai dengan tahun 2011,
jumlah pengusaha industri pribadi yang terdaftar di Untuk kesadaran perpajakan dapat dilihat dari:
Kota Padang adalah adalah sebanyak 177 1. Memberikan kontribusi dana untuk
pengusaha (sumber:database DEPERINDAG). pelaksanaan fungsi perpajakan
2. Kesadaran masyarakat sebagai pembayar
Jenis dan Sumber Data pajak .
Jenis data yang digunakan dalam penelitian
3. Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar
ini adalah data subjek dalam bentuk respons tulisan
yaitu jenis data yang diberikan berupa opini, sikap, 4. Membayar pajak merupakan kewajiban saya
dan pengalaman wajib pajak orang pribadi sebagai warga negara
pengusaha yang menjadi subjek penelitian ini
sebagai tanggap atas pertanyaan tertulis atas Untuk pelayanan fiskus dapat dilihat dari:
kuesioner yang peneliti berikan. 1. Fiskus telah memberikan pelayanan pajak
Sumber data yang digunakan dalam dengan baik
penelitian ini adalah data primer. Data primer 2. Anda merasa bahwa penyuluhan yang
merupakan data yang diperoleh langsung dari dilakukan oleh Fiskus dapat membantu
sumber asli (tidak melalui perantara). Melalui pemahaman anda mengenai hak dan
penyebaran kuesioner kepada responden.
kewajiban anda selaku WP
Teknik Pengumpulan Data 3. Fiskus senantiasa memperhatikan keberatan
Pengumpulan data dilakukan dengan WP atas pajak yang dikenakan
kuesioner tertutup. Kuesioner disebarkan secara 4. Cara membayar dan melunasi pajak adalah
langsung ke responden dengan cara mendatanginya mudah / efisien
langsung. Responden diharapkan dapat
mengembalikan kembali kuesioner ini kepada Untuk tingkat pemahaman dapat dilihat dari:
peneliti dalam waktu yang telah ditentukan. Pemahaman WP mengenai :

Variabel Penelitian 1. Informasi perpajakan


1. Variabel Terikat (Y). 2. Peraturan perpajakan
Dalam penelitian ini variabel terikatnya
adalah Kepatuhan Wajib Pajak (Y).
2. Variabel Bebas (X).

15
Uji Instrumen Penelitian kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden
1. Uji Validitas untuk memastikan apakah semua pertanyaan sudah
Sebelum dibagikan kuesioner kepada dijawab dengan lengkap oleh responden, (b)
responden, peneliti terlebih dahulu melakukan uji menghitung nilai jawaban yang dilakukan dengan
pendahuluan (pilot test), yang dilakukan pada 30 cara: menghitung frekuensi dari jawaban yang
orang mahasiswa di fakultas ekonomi akuntansi. diberikan responden atas setiap item pertanyaan
Untuk melihat validitas dari masing-masing item yang diajukan, menghitung rata-rata skor item,
kuesioner digunakan corrected item-total menghitung nilai rerata jawaban responden,
correlation. Jika r hitung > r tabel maka dapat menghitung nilai Tingkat Capai Responden (TCR)
dikatakan valid, dimana r tabel untuk n=30 adalah dari masing-masing kategori jawaban dari
0,361. deskriptif variabel, Lalu nilai persentase
2. Uji Reliabilitas dimasukkan ke dalam kriteria sebagai berikut:
Uji reliabilitas menunjukkan sejauhmana a. Interval jawaban responden 76-100% kategori
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila jawaban baik.
pengukuran terhadap aspek yang sama pada alat b. Interval jawaban responden 56-75% kategori
ukur yang sama. Untuk uji reliabilitas intrumen, jawaban cukup baik.
semakin dekat koefisien keandalan dengan 1,0 c. Interval jawaban responden <56% kategori
maka akan semakin baik. Secara umum, keandalan jawaban kurang baik.
kurang dari 0,40 dianggap buruk, keandalan dalam
kisaran 0,4-0,6 sedang ( cukup) dan lebih dari 0,60 2. Pengujian Model
adalah baik. (Arikunto, 2010 : 319). Alat analisis regresi berganda digunakan
Uji Asumsi Klasik untuk melihat pengaruh beberapa variabel
1. Uji Normalitas independen terhadap variabel dependen.
Uji normalitas dilakukan dengan metode Persamaan regresi untuk menguji hipotesis tersebut
kolmogorov smirnov, dengan melihat nilai adalah sebagai berikut :
signifikan pada 0,05. Jika nilai signifikan yang Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3 +b4X4 + e
dihasilkan < 0,05 maka data tidak berdistribusi Dimana:
normal, jika nilai signifikan yang dihasilkan > 0.05 Y = Kepatuhan Wajib Pajak
maka data berditribusi normal.
X1 = Sanksi Perpajakan
2. Uji Multikolinieritas
Untuk menguji adanya multikolinieritas X2 = Kesadaran perpajakan
dapat dilihat melalui nilai variance inflantion factor
X3 = Pelayanan Fiskus
(VIF) dan toleransi. Jika VIF < 10 dan tolerance >
0,1 maka tidak terjadi multikolinieritas tapi jika X4 = Tingkat Pemahaman
VIF > 10 dan tolerance > 0,1 berarti terjadi
a = Konstanta
multikolinieritas.
3. Uji heteroskedastisitas e = Error atau variabel
Untuk mendeteksi adanya
gangguan
heteroskedastisitas dapat menggunakan uji glejser.
Dalam uji ini, apabila hasilnya sig > 0,05 maka b1, b2, b3 = Koefisien regresi
tidak terdapat gejala heterokedastisitas, model yang
baik ialah tidak terjadi heterokedastisitas. a. Uji Kelayakan Model
1) Uji F
Teknik Analisis Data Uji statistik F pada dasarnya
1. Analisis Deskriptif menunjukkan apakah semua variabel bebas
Analisis deskriptif adalah proses dimasukkan dalam model mempunyai
pengolahan data yang telah didapat dari responden. pengaruh secara bersama-sama terhadap
Data tersebut dianalisis dengan langkah-langkah variabel terikat. Uji F statistik digunakan
sebagai berikut: (a) verifikasi data yaitu memeriksa untuk melihat apakah model regresi yang

16
digunakan sudah fixed atau belum, dengan perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
ketentuan jika p value > (α) = 0,05 dan F perundang-undangan perpajakan.
hitung > F tabel, model tersebut sudah fixed 2. Sanksi Perpajakan
dan bisa digunakan untuk menguji hipotesis. Sanksi perpajakan merupakan jaminan
Dengan tingkat kepercayaan untuk pengujian bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan
hipotesis adalah 95% atau (α) = 0,05. perpajakan (norma perpajakan) akan
2) Koefisien Determinasi (adjusted R2) dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dengan kata lain
Uji R2 merupakan uji yang dilakukan sanksi perpajakan merupakan alat (preventif)
terhadap model yang dibentuk dengan tujuan agar wajib pajak tidak melanggar norma
menjelaskan seberapa besar kontribusi dari perpajakan.
variabel bebas yang diteliti terhadap variabel 3. Kesadaran Perpajakan
terikat. Nilai R2 mempunyai range antara 0 Kesadaran perpajakan adalah keadaan
sampai dengan 1 (0≤R2≥1). Semakin besar mengetahui atau mengerti perihal pajak.
nilai R2 maka semakin bagus model regresi Penilaian positif masyarakat wajib pajak
yang digunakan. Sedangkan semakin kecil terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh
nilai R2 artinya variable bebas yang pemerintah akan menggerakkan masyarakat
digunakan terhadap variable terikat semakin untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar
kecil. pajak
b. Uji Hipotesis (Uji t) 4. Pelayanan Fiskus
Uji statistik t-test pada dasarnya Pelayanan Fiskus adalah cara petugas
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu pajak dalam membantu mengurus atau
variabel penjelas secara individual dalam menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan
menerangkan variasi variabel terikat. seseorang (dalam hal ini wajib pajak).
Kaidah keputusan : 5. Tingkat Pemahaman
1. Jika, thitung > ttabel maka H0 ditolak berarti ada Tingkat pemahaman adalah suatu proses
hubungan yang signifikan antara variabel peningkatan pengetahuan secara intensif yang
bebas yaitu Komitmen Organisasi, Budaya dilakukan seseorang individu dan sejauh mana
Organisasi, dan Kepuasan Kerja dengan dapat mengerti dengan benar akan suatu
variabel terikat yaitu Kinerja Organisasi permasalah yang ingin dketahui.
Publik.
2. Jika, thitung < ttabel maka H0 diterima berarti 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
tidak ada hubungan yang signifikan antara Uji Validitas Dan Reliabilitas Penelitian
variabel bebas yaitu Komitmen Organisasi, Uji Validitas
Budaya Organisasi, dan Kepuasan Kerja Untuk melihat validitas dari masing-masing
dengan variabel terikat yaitu Kinerja item kuesioner, digunakan Corrected Item-Total
Organisasi Publik. Colleration.Jika rhitung > rtabel, maka data dikatakan
Dengan tingkat kepercayaan (α) untuk valid, dimana rtabel untuk N = 148, adalah 0,159.
pengujian hipotesis adalah 95% atau (α)= Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan
0,05. bahwa nilai Corrected Item-Total Total Correlation
terkecil 0,343. Instrumen sanksi perpajakan nilai
Definisi Operasional terkecil 0,323, instrumen kesadaran perpajakan
1. Kepatuhan Wajib Pajak pribadi nilai terkecil 0.247, instrumen pelayanan fiskus
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan nilai terkecil 0,230 dan tingkat pemahaman wajib
ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan pajak dengan nilai terkecil sebesar 0,333.
ketentuan perpajakan yang dilakukan oleh wajib .
pajak. Jadi, wajib pajak pribadi yang patuh Uji Reliabilitas
adalah wajib pajak pribadi yang taat dan Uji reliabilitas dimaksudkan untuk
memenuhi serta melaksanakan kewajiban mengukur bahwa instrumen yang digunakan benar
dan bebas dari kesalahan, sehingga diharapkan

17
menghasilkan hasil yang konstan. Untuk uji disimpulkan tidak terdapat masalah
reliabilitas intrumen, semakin dekat koefisien multikolinearitas diantara sesama variabel bebas
keandalan dengan 1,0 maka akan semakin baik. dalam model regresi yang dibentuk.
Secara umum, keandalan kurang dari 0,40 3. Uji Heterokedatisitas
dianggap buruk, keandalan dalam kisaran 0,4−0,6 Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas
sedang (cukup/bisa diterima), dan lebih dari 0,80 pada penelitian ini menggunakan uji Glejser.
adalah baik (Arikunto, 2010:319). Pengujian ini membandingkan signifikan dari uji
Keandalan konsistensi antar item atau ini apabila hasilnya sig > 0,05 atau 5%. Jika
koefiesien keandalan Cronbach’s Alpha yang signifikan di atas 5% maka disimpulkan model
terdapat pada tabel di atas yaitu untuk instrumen regresi tidak mengandung adanya
variabel untuk instrumen Kepatuhan Wajib Pajak heteroskedastisitas.
0,698, untuk instrumen Sanksi Perpajakan 0,649, Berdasarkan Tabel dapat dilihat tidak ada
untuk instrumen Kesadaran Perpajakan 0,775, variabel yang signifikan dalam regresi dengan
untuk instrumen Pelayanan Fiskus 0,731 dan untuk variabel AbsUt. Tingkat signifikansi > α 0,05,
Tingkat Pemahaman Wajib Pajak adalah 0.710. sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
Data ini menunjukan nilai yang berada pada yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari
kisaran di atas 0,7. heteroskedastisitas.

Uji Asumsi Klasik Hasil Penelitian


1. Uji Normalitas Residual (R2) 1. Persamaan Regresi
Pengujian normalitas dapat dilakukan Teknik analisis regresi berganda digunakan
dengan menggunakan One Sample Kolmogorov- untuk mengetahui besarnya perubahan variabel
Smirnov Test, dengan taraf signifikan 0,05 atau terikat yang disebabkan oleh perubahan yang
5%. Jika signifikan yang dihasilkan > 0,05 maka terjadi pada variabel bebas. Kegiatan perhitungan
distribusi datanya dikatakan normal. Sebaliknya statistik menggunakan SPSS 16.
jika signifikan yang dihasilkan < 0,05 maka data Dari hasil pengolahan data SPSS, dapat
tidak terdistribusi secara normal. dianalisis model estimasi sebagai berikut:
Dari Tabel hasil uji normalitas menyatakan Y = 17,870 + 0,206X1 + 0,110X2 + 0.136X3 +
nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,547 dengan 0,153X4 +e
signifikan 0,926. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dinyatakan data yang digunakan dalam penelitian Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
ini telah berdistribusi normal dan bisa dilanjutkan a. Nilai konstanta
untuk diteliti lebih lanjut, karena nilai signifikan Nilai konstanta sebesar 17,870
dari uji normalitas > 0,05. mengindikasikan bahwa jika variabel
. independen yaitu sanksi perpajakan, kesadaran
2. Uji Multikolinearitas perpajakan, pelayanan fiskus dan tingkat
Untuk menguji adanya multikolinearitas pemahaman wajib pajak adalah nol maka
dapat dilihat melalui nilai Variance Inflantion kepatuhan wajib pajak adalah sebesar konstanta
Factor (VIF) dan tolerance value untuk masing- 17,870.
masing variabel independen. Apabila tolerance b. Koefisien regresi (b) X1
value di atas 0,10 dan VIF kurang dari 10 maka Koefisien sanksi perpajakan sebesar 0,206
dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. mengindikasikan bahwa setiap peningkatan
Hasil nilai VIF yang diperoleh dalam Tabel sanksi perpajakan satu satuan akan
menunjukkan variabel bebas dalam model regresi mengakibatkan peningkatan kepatuhan wajib
tidak saling berkorelasi. Diperoleh nilai VIF untuk pajak sebesar 0,206 satuan dengan asumsi
masing-masing variabel bebas kurang dari 10 dan variabel lain konstan.
tolerance value berada diatas 0,10. Hal ini c. Koefisien regresi (b) X2
menunjukkan tidak adanya korelasi antara sesama Koefisien kesadaran perpajakan sebesar
variabel bebas dalam model regresi dan 0.110 bahwa setiap peningkatan satu satuan
kesadaran perpajakan, maka akan mengakibatkan
18
peningkatan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,110 Uji t statistik (t-Test) bertujuan untuk mengetahui
dengan asumsi variabel lain konstan. hubungan yang signifikan dari masing-masing variabel
d. Koefisien regresi (b) X3 bebas terhadap variabel terikatnya. Pengujian hipotesis
Koefisien pelayanan fiskus sebesar 0,136 secara parsial dilakukan dengan cara membandingkan
bahwa setiap peningkatan satu satuan pelayanan nilai thitung dengan nilai ttabel. Nilai ttabel dengan α = 0,05
dan derajat bebas (db) = n-2 = 148-2= 146 adalah
fiskus, maka akan mengakibatkan peningkatan
0,159.
kepatuhan wajib pajak sebesar 0,136 dengan Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 23, maka
asumsi variabel lain konstan. dapat diketahui pengaruh antara variabel independen
e. Koefisien regresi (b) X4 secara parsial terhadap variabel dependen pada uraian
Koefisien tingkat pemahaman sebesar 0.153 berikut ini :
bahwa setiap peningkatan satu satuan tingkat 1) Pengujian Hipotesis 1
pemahaman wajib pajak, maka akan Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan
mengakibatkan peningkatan kepatuhan wajib membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis
pajak sebesar 0,153 dengan asumsi variabel lain diterima jika thitung> ttabel dan nilai sig < α 0,05.
konstan. Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 0,159. Untuk
variabel sanksi perpajakan (X1) nilai t hitung adalah
2. Uji Model 2,136 dan nilai sig adalah 0,034. Dengan demikian
a) Uji F (F Test) dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel, yaitu 2,869 >
Untuk mengetahui apakah model regresi 0,159 dan nilai signifikansi 0,034 < α 0,05. Hal ini
yang digunakan merupakan model tetap dapat menunjukkan bahwa sanksi perpajakan (X1)
dilakukan dengan membandingkan nilai Ftabel dan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
Fhitung atau membandingkan antara nilai sig dan kepatuhan wajib pajak. Sehingga hipotesis pertama
α=0,05. Nilai Ftabel untuk n=148 pada α=0,05 dalam penelitian ini diterima.
adalah 6,927. Nilai Fhitung yaitu 6,927 dengan nilai 2) Pengujian hipotesis 2
signifikansi yaitu 0,000< 0.05. Hal ini Pengujian hipotesis 2 dilakukan dengan
menunjukkan bahwa variabel independent (sanksi membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis
perpajakan,kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus diterima jika thitung> ttabel dan nilai sig < α 0,05.
dan tingkat pemahaman wajib pajak) secara Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 0,159. Untuk
bersama-sama (simultan) mampu menjelaskan variabel Kesadaran Perpajakan (X2) nilai t hitung
pengaruhnya terhadap variabel dependen adalah 2,055 dan nilai sig adalah 0,042. Dengan
(Kepatuhan Wajib Pajak). demikian dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel, yaitu
2,255 > 0,159 dan nilai signifikansi 0,042 < α 0,05.
b) Koefisien Determinasi (Nilai Adjusted R Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran perpajakan
Square) (X2) berpengaruh signifikan dan positif terhadap
Analisis koefisien determinasi digunakan kepatuhan wajib pajak. Sehingga hipotesis kedua
untuk mengetahui persentase variasi variabel bebas dalam penelitian ini diterima.
yang digunakan dalam model mampu menjelaskan 3) Pengujian hipotesis 3
variasi variabel terikat. Hasil analisis determinasi Pengujian hipotesis 3 dilakukan dengan
dapat dilihat pada output model summary dari hasil membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis
analisis regresi berganda. diterima jika thitung> ttabel dan nilai sig < α 0,05.
Berdasarkan hasil output diperoleh angka Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 0,159. Untuk
Adjusted R Square sebesar0,139. Hal ini variabel pelayanan fiskus (X3) nilai thitung adalah
mengindikasikan bahwa kontribusi variabel sanksi 2,289 dan nilai sig adalah 0,024. Dengan demikian
perpajakan, kesadaran perpajakan, pelayanan dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel, yaitu 2,289 >
fiskus dan tingkat pemahaman terhadap kepatuhan 0,159 dan nilai signifikansi 0,024 < α 0,05. Hal ini
wajib pajak adalah sebesar 13,9%, sedangkan menunjukkan bahwa sistem pelayanan fiskus (X3)
86,1% lainnya ditentukan oleh faktor lain diluar berpengaruh signifikan dan positif terhadap
model yang tidak terdeteksi dalam penelitian ini. kepatuhan wajib pajak. Sehingga hipotesis ketiga
c) Uji t (t-test) dalam penelitian ini diterima.
19
4) Pengujian hipotesis 4 (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma
Pengujian hipotesis 4 dilakukan dengan perpajakan
membandingkan nilai thitung dan ttabel. Hipotesis Wajib pajak akan memenuhi pembayaran
diterima jika thitung> ttabel dan nilai sig < α 0,05. pajak bila memandang sanksi perpajakan akan
Nilai ttabel pada α = 0,05 adalah 0.159. Untuk lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006).
variabel tingkat pemahaman (X4) nilai t hitung adalah Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan
2,040 dan nilai sig adalah 0,043. Dengan demikian semakin merugikan wajib pajak..
dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel, yaitu 2,040 > 2. Pengaruh kesadaran perpajakan terhadap
0,159 dan nilai signifikansi 0,043 < α 0,05. Hal ini Kepatuhan Wajib Pajak
menunjukkan bahwa tingkat pemahaman (X4) Berdasarkan analisis statistik dalam
berpengaruh signifikan dan positif terhadap penelitian ini ditemukan bahwa hipotesis kedua
kepatuhan wajib pajak. Sehingga hipotesis keempat (H2) yaitu kesadaran perpajakan berpengaruh
dalam penelitian ini diterima. signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pembahasan Hal ini berarti semakin tinggi kesadaran wajib
1. Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap pajak, maka kepatuhan wajib pajak tentu akan
Kepatuhan Wajib Pajak meningkat pula.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hal ini sejalan dengan teori yang
terdapat hubungan yang signifikan dan positif dinyatakan oleh Muliari dan Setiawan, (2010)
antara sanksi perpajakan dengan kepatuhan wajib bahwa Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib
pajak. Hal ini berarti semakin tinggi sanksi pajak maka pamahaman dan pelaksanaan
perpajakan, maka kepatuhan wajib pajak akan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat
tercapai. meningkatkan kepatuhan. Kesadaran wajib pajak
Hasil ini sama dengan peneltian yang atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara
dilakukan oleh Hadi (2010) tentang Pengaruh sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan
sanksi perpajakan dan penerimaan PBB Terhadap wajib pajak.
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Kesadaran wajib pajak adalah suatu kondisi
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang dimana wajib pajak mengetahui, memahami dan
signifikan dan positif antara sanksi perpajakan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar
terhadap kepatuhan wajib pajak. dan sukarela..
Dalam konteks hukum, sanksi berarti Penelitian ini menjelaskan bagaimana
hukuman yang dijatuhkan oleh pengadilan kepada pentingnya suatu kesadaran perpajakan yang tinggi
pihak yang terbukti bersalah. berguna untuk meningkatkan kepatuhan. Wajib
Penerapan sanksi diterapkan sebagai akibat pajak harus menyadari dan mempertimbangkan
tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh bahwa pajak merupakan suatu bentuk partisipasi
wajib pajak sebagaimana diamanatkan oleh dalam menunjang pembangunan negara. Dengan
Undang-Undang perpajakan. Pengenaan sanksi menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar
pajak kepada wajib pajak dapat menyebabkan pajak karena merasa tidak dirugikan dari
terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib pemungutan pajak yang dilakukan.
pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan 3. Pengaruh Pelayanan Fiskus Terhadap
wajib pajak itu sendiri. Wajib pajak akan patuh kepatuhan wajib pajak
(karena tekanan) karena mereka berfikir adanya Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya terdapat hubungan yang signifikan positif antara
menyelundupkan pajak, pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak.
Menurut Mardiasmo (2003:39) sanksi Hal ini sejalan dengan penelitian yang
perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan dilakukan Agus (2006) tentang Pengaruh
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma pelasanaan sanksi denda Pelayanan Fiskus,, Peran
perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau dan Kesadaran Perpajakan terhadap kepatuhan
dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat wajib pajak.

20
Soetrisno (1994) menemukan terdapat yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
hubungan antara pembayaran pajak dengan mutu signifikan dan positif antara tingkat pemahaman
pelayanan publik untuk wajib pajak disektor terhadap kepatuhan wajib pajak.
perkotaan. Fiskus diharapkan memiliki kompetensi Pemahaman diartikan sebagai proses dari
dalam arti memiliki keahlian, pengetahuan dan berjalannya pengetahuan seseorang, perbuatan atau
pengalaman dalam hal kebijakan perpajakan, cara memahami. Menurut stanton (1996, dalam
adminitrasi pajak dan perundang undangan riko 2006) menjelaskan bahwa pemahaman
perpajakan. merupakan salah satu faktor psikologis dalam
Kegiatan yang dilakukan otoritas pajak kegiatan belajar. Memahami maksudnya dan
dengan menyapa masyarakat agar menyampaikan menangkap makna adalah tujuan akhir dari setiap
SPT tepat waktu, termasuk penyuluhan secara belajar. Sesorang yang memahami sesuatu harus
kontinyu melalui berbagai media, serta pawai melewati dan kemudian harus meningkatkan
peduli NPWP di jalan, patut untuk dipuji. Dengan kualitas pengetahuan nya tersebut, diiringi dengan
penyuluhan secara terus-menerus kepada pendalaman maknanya. Pemahaman memiliki arti
masyarakat agar mengetahui, mengakui, yang sangat mendasar yang melekatkan
menghargai, dan menaati ketentuan pajak, bagian−bagian belajar pada proporsinya.
diharapkan tujuan penerimaan pajak bisa berhasil. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan
Pada penelitian ini pelayanan fiskus bahwa tingkat pemahaman adalah suatu proses
memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan pengetahuan secara intensif yang
kepatuhan wajib pajak, berarti terdapat beberapa dilakukan seseorang individu dan sejauh mana
indikator pelayanan fiskus yang sudah sepenuhnya dapat mengerti dengan benar akan suatu
terpenuhi atau terlaksana dengan baik. Pelayanan permasalah yang ingin dketahui.
fiskus merupakan salah satu diantara berbagai Pemahaman WP terhadap undang-undang
faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. dan peraturan perpajakan serta sikap WP
Pelayanan fiskus meliputi lima dimensi pelayanan mempengaruhi perilaku perpajakan WP dan
yang dirancang dan diimplementasikan untuk akhirnya perilaku perpajakan mempengaruhi
memberikan jaminan bahwa sasaran pelayanan keberhasilan perpajakan (sholichah, 2005). Scholes
kepada wajib pajak telah dipenuhi. Elemen dan wolfson (1992 dalam Riko 2006) ia
pelayanan tersebut adalah (1) Reability mengemukakan bahwa tingkat pemahaman dari
(kehandalan); (2) Responsiveness (daya tangkap), WP dan fiskus mengenai undang-undang
(3) Assurance (kepastian/jaminan), (4) Emphaty perpajakan memiliki pengaruh terhadap kepatuhan
(empati), (5) Tangiables (berwujud/bukti WP dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.
langsung). Pelayanan fiskus dikatakan efektif Spicer dan laundset (1976 dalam Razman 2005)
apabila kelima elemen tersebut berjalan dengan menjelaskan bahwa jika pengetahuan dan
baik. Jika pelayanan telah efektif maka pemahaman rendah maka kepatuhan WP terhadap
pelaksanaan perpajakkan berjalan dengan baik. peraturan yang berlaku juga rendah. Dengan
4. Pengaruh Tingkat Pemahaman wajib pajak demikian pemahaman tentang perpajakan berupa
terhadap kepatuhan Wajib Pajak informasi perpajakan dan peraturan perpajakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa akan meningkatkan kepatuhan sesorang dalam
terdapat hubungan yang signifikan dan positif membayar kewajiban perpajakannya.
antara tingkat pemahaman dengan kepatuhan wajib 4. KESIMPULAN DAN SARAN
pajak. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat Kesimpulan
pemahaman, maka kepatuhan wajib pajak akan Penelitian ini bertujuan untuk melihat
tercapai. Pengaruh Sanksi Perpajakan, Kesadaran
Hasil ini sama dengan peneltian yang Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Tingkat
dilakukan oleh Hendrico (2011) tentang Pengaruh Pemahaman Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Tingkat Pelayanan, Tingkat Pemahaman dan Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan 1. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif
Wajib Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Padang, sanksi perpajakan dengan Kepatuhan Wajib

21
Pajak Dimana semakin tegas sanksi perpajakan mengukur kepatuhan wajib pajak dan dalam
maka kepatuhan wajib pajak pun akan semakin pemilihan sampel yang akan dijadikan
tinggi. responden disarankan memilih wajib pajak yang
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif benar-benar terdata sebagai wajib pajak yang
kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib tidak patuh ( belum membayar atau menunggak
pajak. Dimana semakin tinggi kesadaran membayar pajak nya ).
perpajakan wajib pajak maka kepatuhan wajib 4. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk
pajak akan semakin tinggi. memperbaiki kusioner terlebih dahulu atau tidak
3. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif menggunakan kuisioner dalam penelitian ini
pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib dikarenakan pertanyaan yang ditujukan kepada
pajak. Dimana semakin baik dan berkualitas responden terlalu umum, tidak menjurus ke
pelayanan fiskus maka kepatuhan wajib pajak variabel penelitian.
akan semakin tinggi.
4. Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif DAFTAR PUSTAKA
tingkat pemahaman terhadap kepatuhan wajib
pajak. Dimana semakin tinggi tingkat Boediono, B. 1996. Perpajakan Indonesia. Jilid I.
pemahaman wajib pajak maka kepatuhan wajib Jakarta : Kawula Indonesia
pajak akan semakin tinggi.
Devano, Sony dan Rahayu . 2006. Perpajakan,
Konsep, teori dan isu . Jakarta : Kencana.
Keterbatasan
Franklin , Bernama. 2008. Pengaruh Tingkat
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan,
pemahaman, pengalaman, penghasilan,
dimana selama penyebaran kuesioner, terdapat
adminitrasi perpajakan, kompensasi pajak,
sejumlah responden yang dituju yang tidak mengisi
dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib
kuesioner yang diberikan, selain itu beberapa
pajak dalam membayar PBB di kecamatan
responden tidak terlalu serius saat membaca
Padang Barat. Skripsi : FE UNP.
kuesioner, sehingga pilihan jawaban yang
diberikan pun tidak sesuai dengan kenyataan yang Kotler , Philip. 1995. Manajemen Pemasaran Edisi
ada. Dan untuk kuesioner penelitian, karena Bahasa Indonesia, Jakarta : Salemba Empat.
keterbatasan kemempuan dan sedikitnya informasi
yang peneliti dapatkan, pertanyaan yang ada Kurniawan, Dedi. 2009. Pengaruh Kesadaran
tidaklah pertanyaan yang menjurus ke pokok Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
permasalahan penelitian sehingga diharapkan Pajak. Skripsi : FE UNAND.
untuk penelitian selanjutnya untuk memperbaiki
kusioner terlebih dahulu. Lerche, Pletrich. 1980. Efficency of taxtion in
Saran indonesia. Bies. VOL. 16 No, 1, halaman
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan 34-35.
beberapa saran berikut :
Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta : Andi
1. Diperlukan adanya kesadaran diri dari wajib
offset
pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib
pajak, serta petugas pajak perlu memperhatikan Nugroho, Agus. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak
kualitas pelayanan yang diberikannya kepada Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan
wajib pajak, sehingga akan meningkatkan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan
peneriman pajak. Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Tesis :
2. Petugas pajak harus lebih aktif dalam Magister Akuntansi Program Pascasarjana
memberikan informasi dan pemungutan pajak Universitas Dipenogoro.
kepada wajib pajak sehingga wajib pajak tau
kapan membayar dan terhindar dari sanksi.. Novak, Norma D. (1998), Tax Administration in
3. Disarankan untuk penelitian lebih lanjut Theory and Practice, Preager Publisher,
diharapkan menggunakan variabel lain untuk London.
22
Parasuraman, Zethaml dan Beny. 1985. A
Conceptual Model Of Service Quality and
Its Implication For Future Research.
Journal Of Marketing. VOL. 49, hal 41-50.

Purnama, Nursya’bani. 2006. Manajemen Kualitas


Perspektif Global. Jogja : Ekonisia FE VII.
Puspa, Arum. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib
Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha
dan Pekerjaan Bebas. Skripsi : FE UNDIP
Semarang.

Undang-Undang No. 17 tahun 2000, Tentang


Perubahan Ketiga Undang-Undang No. 17
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan,
Jakarta : Salemba Empat.
Soemarso S.R. 1998. Dampak Reformasi
Perpajakan 1984 Terhadap Efisiensi Sistem
Perpajakan Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Perpajakan Indonesia. VOL. XL
VI No. 3, hal 333-368

Suardika, I Made Sadha. 2007. Audit Jurnal


Akuntansi dan Bisnis. Volume 2. Denpasar
: Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
Suhardito, Bambang dan Bambang Sudibyo, 1999.
Pengaruh Faktor-Faktor yang Melekat
padaDiri Wajib Pajak Terhadap
Keberhasilan Penerimaan PBB Simposium
Nasional Akuntansi II, Malang

23
LAMPIRAN

1. Statistik Deskriptif c. Uji Heterokedastisitas


a
Coefficients
Descriptive Statistics Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation Model B Std. Error Beta t Sig.

Y 100 30 35 32.42 1.62170 1 (Constant)


2.161 1.740 1.242 .216
X1 100 20 25 21.93 1.68927 X1 .006 .058 .008 .095 .924
X2 100 20 30 25.53 2.76140
X2 .011 .032 .029 .340 .734
X3 100 16 35 26.56 3.05941
X3 -.028 .036 -.071 -.783 .435
X4 100 18 28 22.89 2.22427
X4 -.015 .045 -.030 -.332 .740
Valid N
100
(listwise) a. Dependent Variable:
AbsUt

2. Uji Asumsi Klasik 3. Hasil Analisis Data


a. Uji Normalitas Residual a. Uji Koefesien Determinasi (R2)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Model Summary
Residual
N 148 Adjusted R Std. Error of
a
Normal Parameters Mean .0000000 Model R R Square Square the Estimate
Std. Deviation 1.84867383 a
1 .403 .162 .139 1.87435
Most Extreme Absolute .045
Differences Positive .027 a. Predictors: (Constant), Tingkat Pemahaman, kesadaran,
Negative -.045 Sanksi, pelayanan Fiskus
Kolmogorov-Smirnov Z .547
Asymp. Sig. (2-tailed) .926
b. Persamaan Regresi
a. Test distribution is Normal.

a
Coefficients
Standardize
b. Uji Multikolinearitas Unstandardized d
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
a
Coefficients 1 (Constant)
17.870 2.886 6.193 .000
Collinearity Statistics
Sanksi .206 .096 .168 2.136 .034
Model Tolerance VIF
Kesadaran .110 .054 .160 2.055 .042
1 X1 .953 1.049
Pelayanan .136 .060 .190 2.289 .024
X2 .967 1.035 pemahama .153 .075 .167 2.040 .043
X3 .853 1.172
a. Dependent Variable:
X4 .869 1.150 Kepatuhan WP

a. Dependent Variable: Kepatuhan

24
c. Uji F

b
ANOVA
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.

1 Regression a
97.343 4 24.336 6.927 .000
Residual
502.386 143 3.513
Total
599.730 147
a. Predictors: (Constant), Tingkat Pemahaman,
Kesadaran, Sanksi
b. Dependent Variable:
Kepatuhan

25
Kuesioner Penelitian n surat
pemberitahuan
DAFTAR PERTANYAAN (SPT)
6 Wajib pajak
1. Kepatuhan Wajib Pajak membayar
Pada setiap item kuesioner, berilah tanda pajak sesuai
check list (√) pada salah satu dari lima dengan tarif
pilihan yang terdapat dalam pernyataan yang
tersebut yang sesuai menurut Bapak/Ibu. dibebankan
Untuk pernyataan berikut 7 Wajib pajak
tidak
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk memilih :
melakukan
SL = Selalu P = penunggakan
Pernah dalam
SS = Sangat Sering TP = membayar
Tidak Pernah pajak
Sr = Sering

N Pertanyaan S S S P T
2. Sanksi Perpajakan
o L S r P
Pada setiap item kuesioner, berilah tanda
1 Wajib pajak
menyediakan check list (√) pada salah satu dari lima
data-data yang pilihan yang terdapat dalam pernyataan
lengkap ketika tersebut yang sesuai menurut Bapak/Ibu.
pemeriksaan Untuk pernyataan berikut
pajak Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk memilih :
dilakukan
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju
2 Wajib pajak
mengisi S = Setuju STS =
formulir pajak Sangat Tidak Setuju
dengan RR = Ragu-ragu
lengkap dan
jelas
3 Wajib pajak N Pertanyaan S S R T ST
menghitung o S R S S
pajak yang 1 Wajib Pajak
terutang akan diberi
dengan jumlah sanksi jika
yang benar terlambat atau
4 Wajib pajak tidak
membayar memenuhi
pajak yang kewajiban
terutang tepat perpajakannya
pada waktunya 2 Wajib Pajak
5 Wajib pajak akan diberi
tepat waktu sanksi jika
dalam menyembunyi
menyampaiaka kan objek
26
pajaknya prosedur
3 WP akan 3 Penyuluhan yang dilakukan oleh
dikenakan petugas pajak dapat membantu
sanksi pemahaman Bapak/ Ibu mengenai
adminitrasi hak dan kewajiban Bapak/Ibu
jika tidak selaku Wajib Pajak.
membayar/kur 4 Petugas Pajak senantiasa
ang membayar memperhatikan keberatan wajib
pajak terutang pajak atas pajak yang dikenakan.
saat jatuh 5 Petugas cepat tanggap terhadap
tempo masalah atau keluhan dari wajib
4 WP akan pajak
diberi sanksi 6 Petugas memberikan pelayanan
pidana jika perpajakan sampai tuntas
dengan 7 Cara membayar dan melunasi pajak
sengaja adalah mudah / efisien
memperlihatka
n dokumen
palsu atau 4. Tingkat Pemahaman
dipalsukan Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan
5 WP akan Chek List (√) pada jawaban yang sesuai
dibeikan
menurut Bapak/Ibu berdasarkan pilihan
sanksi sesuai
dengan yang telah disediakan.
ketentuan dan
peraturan yang Keterangan :
berlaku
SP = Sangat Paham R= Ragu
3. Pelayan Fiskus STP= Sangat Tidak Paham
Pada setiap item kusioner, berilah tanda
checklist (√) pada salah satu dari lima P = Paham TP= Tidak Paham
pilihan yang terdapat dalam pernyataan
tersebut yang sesuai menurut Bapak/Ibu. N Pertanyaan S P R T ST
Untuk pernyataan berikut o P P P
1 Apabila saya
Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk memilih :
mematuhi
SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju perpajakan
S = Setuju STS = akan sangat
Sangat Tidak Setuju mudah dalam
KS = Kurang Setuju melaksanaka
n kewajiban
perpajakanny
No Pertanyaan SS S KS TS STS
a
1 Petugas menguasai peraturan yang
2 Dalam
berhubungan dengan pelayanan
rangka
perpajakan
pendataan,
2 Dalam memberikan pelayanan,
subjek pajak
petugas memperhatikan kecepatan
wajib
proses pelayanan dan kesesuaian
mendaftarkan
27
objek sebesar 2%
pajaknya sebulan.
dengan
mengisi Surat
Pemberitahua 5. Kesadaran Perpajakan
n Objek
Pajak (SPOP) Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan Chek
3 Wajib Pajak List (√) pada jawaban yang sesuai menurut
harus Bapak/Ibu berdasarkan pilihan yang telah
menyerahkan disediakan.
SPOPnya
selambat- Keterangan :
lambatnya 30
hari setelah SS = Sangat Setuju KS = Kurang
tanggal Setuju STS = Sangat
diterimanya Tidak Setuju
SPOP
4 Sanksi S = Setuju TS = Tidak
Adminitrasi Setuju
dikenakan
terhadap No Pertanyaan SS S KS TS STS
Wajib Pajak 1 Pajak adalah
yang tidak iuran rakyat
menyampaik untuk dana
an SPOP pengeluaran
yaitu 25 % umum
dari pokok pelaksanaan
pajak fungsi dan tugas
5 Pajak pemerintah
terutang 2 Pajak
harus dilunasi merupakan
selambat- sumber
lambatnya 6 penerimaan
bulan sejak negara yang
diterimanya terbesar
surat 3 Pajak
pemberitahua merupakan
n pajak bentuk
terutang partisipasi
(SPPT) oleh dalam
wajib pajak menunjang
6 Pajak yang pembangunan
terutang pada negara
saat jatuh 4 Penundaan
tempo tidak pembayaran
dibayar akan pajak dan
dikenakan pengurangan
denda beban pajak
adminitrasi sangat
28
merugikan
negara
5 Pajak ditetapkan
dengan Undang-
undang dan
dapat
dipaksakan

29

You might also like