You are on page 1of 18

1

PEMBIASAAN SIKAP CINTA LINGKUNGAN PADA ANAK


USIA 4-5 TAHUN DI TK NEGERI PEMBINA KETAPANG

Novita Sari, Fadillah, Muhammad Ali

PG-PAUD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak


email: novitasari@yahoo.com

Abstract: The title of the study is "Love habituation Environmental Attitudes in


Children Age 4-5 in TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang ". This study
aims to describe the attitude of love customizing the environment in children aged
4-5 years in TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang. The research method
used is descriptive bentu Classroom Action Research. Subjects in this study
amounted to 20 children. The results of the data analysis that: 1) Planning the
learning attitude of love include: determining the themes and sub-themes,
determine the competencies and learning outcomes, Daily Activity Plan,
designing learning materials about keeping the environment clean, prepare
guidelines for observation of the child, prepare the instructional media others: the
picture. 2) The attitude of love learning environment includes an explanation of
the attitude of love, exemplifies how to love the environment, held a race to clean
up the environment. 3) The response of children to love learning environment
through habituation attitude dispose of waste in place, keeping the class
habituation, habituation tending to children aged 4-5 years in TK Negeri Pembina
PAUD Terpadu Ketapang among other children are very excited to race practice
such as sweeping, cleaning dust, watering, weeding and picking up trash,
activities that have been carried out can be categorized as "good" because
children can do activities without the teacher's guidance, other than that the
children have started to get used to love the environment with the simple things in
everyday life.

Abstrak: Judul penelitian ini adalah “Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan pada
Anak Umur 4-5 Tahun TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Kabupaten
Ketapang”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pembiasaan sikap
cinta lingkungan pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu
Ketapang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan bentu
Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 20 anak. Hasil
analisi data bahwa: 1) Perencanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan antara
lain: menentukan tema dan sub tema, menetukan kompetensi dan hasil belajar,
membuat Rencana Kegiatan Harian, merancang materi pembelajaran yakni
tentang menjaga kebersihan lingkungan, menyiapkan pedoman observasi anak,
menyiapkan media pembelajaran antara lain: gambar. 2) Pelaksanaan
pembelajaran sikap cinta lingkungan meliputi penjelasan tentang sikap cinta
2

lingkungan, mencontohkan cara mencintai lingkungan, mengadakan perlombaan


untuk membersihkan lingkungan. 3) Respon anak terhadap pembelajaran sikap
cinta lingkungan melalui pembiasaan membuang sampah pada tempatnya,
pembiasaan menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak
usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang antara lain anak
sangat antusias untuk berlomba mempraktekkan seperti menyapu, membersihkan
debu, menyiram tanaman, mencabut rumput dan memungut sampah, kegiatan
yang telah dilakukan dapat dikategorikan “baik” karena anak dapat melakukan
kegiatan tanpa bimbingan guru, selain itu anak sudah mulai membiasakan diri
untuk mencintai lingkungan dengan hal-hal yang sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.

Kata Kunci : Pembiasaan, Sikap Cinta Lingkungan

P embiasaan sikap cinta lingkungan merupakan bagian dari pendidikan karakter,


dalam kehidupan sehari-hari anak diajak untuk turut peduli terhadap
lingkungan sekitar, dan kegiatan tersebut dilakukan terus menerus secara
berkesinambungan. Dengan demikian anak akan terbiasa untuk mencintai
lingkungan.
Bimbingan guru adalah kunci utama dalam memberikan pendidikan
karakter atau akhlak. Untuk memenuhi Sumber Daya Manusia yang memiliki
kompetensi dan karakter diperlukan sistem pendidikan yang baik. Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
menyebutkan bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Kehadiran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menjadi bagian dari
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia menjadi sangat urgen bagi peletakan dasar
pendidikan anak seperti yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 tahun
2003. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa tidak semata-
mata dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar di
sekolah dan di luar sekolah, akan tetapi juga melalui pembiasaan (habituasi)
dalam kehidupan seperti religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai,
tanggung-jawab, dan sebagainya. Pembiasaan itu bukan hanya mengajarkan
pengetahuan tentang hal-hal yang benar dan salah, akan tetapi juga mampu
merasakan terhadap nilai yang baik dan tidak baik, serta bersedia melakukannya
dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di
masyarakat. Suyanto, (2009: 25)
Menunjukkan pengaruh positif karakter terhadap kecerdasan emosi anak
dan keberhasilan anak di sekolah. Sederet faktor resiko penyebab
kegagalan anak di sekolah, ternyata pada karakter, yaitu rasa percaya diri,
kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan
berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Sebaliknya anak yang memiliki karakter yang santun akan terhindar dari
masalah-masalah umum yang dihadapi pada saat dewasa seperti perusakan alam.
Dalam penelitian ini pendidikan karakter, anak dilatih untuk mencintai
3

lingkungan, dengan pengalaman dan informasi yang didapat anak melalui


pembelajaran.
Sikap cinta lingkungan penting diterapkan pada anak sejak usia dini agar anak
sedini mungkin sudah membiasakan diri untuk menjaga lingkungan hidup.
Mengajar anak untuk cinta lingkungan secara tidak langsung telah menanamkan
rasa cinta dan pentingnya menghargai lingkungan hidup. Kebiasaan yang
dibangun sejak dini untuk ramah lingkungan diharapkan dapat menjadi gaya
hidup anak di usia dewasa.
A. Pembiasaan yang Dilakukan Terhadap Anak Usia Dini
Rahman, (2011: 2) menerangkan anak usia dini adalah
mereka yang berusia antara 0 sampai 6 tahun. Mereka biasanya mengikuti
program prasekolah atau kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnya
mereka mengikuti program tempat penitipan anak dan kelompok bermain
(play group).
Dari pengertian tersebut tergambar bahwa anak usia dini adalah
anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Hal ini sejalan dengan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 ayat 1 yaitu pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
B. Pengertian dan Cakupan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun
Anak yang berada pada usia 3-4 tahun apabila ditinjau dari klasifikasi
usianya maka termasuk kategori anak yang berada pada masa usia dini. Anak
yang tidak mendapatkan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
otak/tidak mendapatkan stimulasi psikososial akan mengalami keterlambatan
perkembangannya. Rangsangan stimulasi pendidikan harus diberikan untuk
membantu anak mencapai tahapan perkembangan.
Kemampuan dasar anak usia 3-4 tahun mencakup kemampuan dasar
fisik, bahasa, kognitif dan seni. Untuk membedakan istilah antara aspek
perkembangan (yang bersifat psikologis) dan kemampuan dasar maka untuk
selanjutnya akan digunakan istilah bidang pengembangan untuk menjelaskan
cakupan-cakupan kemampuan dasar. Menurut Gunarti, (2010: 1.27-1.43)
Cakupan kemampuan dasar anak usia 3-4 tahun, meliputi bidang
pengembangan seperti berikut.
1. Fisik
Kuhlen dan Thomson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan
fisik seorang anak meliputi 4 aspek yaitu:
a. System saraf di otak yang mempengaruhi kecerdasan emosi.
b. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan motorik.
c. Kelenjer endokrin yang mempengaruhi tingkah laku.
d. Struktur tubuh /fisik meliputi tinggi proporsi.

Pengaruh kelenjer endokrin terhadap perkembangan manusia adalah: 1)


Pituitary, 2) Thyroid, 3) Testes, 4) Ovarium, 5) Adrenal.
a. Bahasa
Sudrajad, (2011: 43) menyatakan bahwa bahasa adalah alat
penghubung/komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari
4

individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginan. Bromley


(1992: 24) menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak,
berbicara, menulis, membaca.
b. Kognitif
Kognitif diartikan sebagai kecerdasan/cara berpikir. Patmodewono,
(2000: 11) kognitif adalah mengenal cara berpikir dan mengamati.
Piaget membagi perkembangan kognitif dalam 4 tahap yaitu:
1) Tahap sensorimotor yang berlangsung usia 0-2 tahun,
2) Tahap praoperasional yang berlangsung usia 2-7 tahun,
3) Tahap operasional konkrit yang berlangsung usia 7-12 tahun,
4) Tahap operasional formal yang berlangsung usia 12 tahun sampai
usia dewasa.
c. Seni
Pengembangan seni pada anak usia 3-4 tahun mengarah pada
pelaksanaan kegiatan yang mengasikan. The art in education meliputi
aspek:
1) Seni adalah dasar untuk berkomunikasi,
2) Seni membantu membangun kreativitas anak,
3) Seni membantu memahami pengetahuan lain,
4) Melalui seni anak dapat mempelajari peradaban manusia.
Untuk melengkapi pembahasan di atas mengenai tugas perkembangan
anak usia 3-4 tahun dalam aneka macam aspek perkembangan (fisik,
motorik, bahasa, kognitif, moral adalah):
1) Mulai dapat bergiliran dan berbagi,
2) Dapat bermain dengan anak lain,
3) Senang berlari berkeliling,
4) Dapat menghitung 2-3 benda,
5) Senang memasangkan benda.
C. Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Usia Dini
1. Pengertian Sikap
Secara historis istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh
Herbert Spencer tahun 1862, yang diartikan sebagai status mental
seseorang. Sejumlah ahli psikologi seperti Lois Thurstone, Rensis Likert,
Charles Osgood (dalam Lickona, 1992: 81) menyatakan bahwa
Attitude is a form of evaluation or feeling reactions which can be
impartial and not take sides on a particular object.
Penjelasan: sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan
yang dapat imparsial dan tidak memihak pada objek tertentu.
Sedangkan kelompok ahli psikologi sosial seperti Chave, Bogardus,
LaPierre, Mead, dan Gordon Allport menganggap
Attitude of readiness (potential trend) to react to an object in certain
ways.
Penjelasan: sikap kesiapan (tren potensial) untuk bereaksi terhadap
suatu objek dengan cara tertentu.
5

Selanjutnya LaPierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola


perilaku, tendensi atau suatu kesiapan, antisipatif dan predisposisi untuk
menyesuaikan dengan situasi sosial atau secara sederhana sikap adalah
respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan (Supriadi, 2011:
11).
Beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa sikap
adalah perilaku yang mewakili perasaan terhadap suatu objek tertentu
untuk memihak ataupun tidak memihak.
D. Pengertian Sikap Cinta Lingkungan
Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau
manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan
benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai
tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan
tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang
berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam
sistem tersebut. Feez, (2010: 44) mengemukakan bahwa:
As we know that early childhood have a curiosity and a strong
enthusiasm to everything and adventurous attitude and possess a strong
interest in observing the environment. He has a strong adventurous
attitude. Introduction on the surrounding environment is a positive
experience for mengmbangkan early childhood interest in science.
Penjelasan: Seperti kita ketahui bahwa anak usia dini memiliki rasa
ingin tahu dan semangat yang kuat untuk segala sesuatu dan sikap petualang
dan memiliki minat yang kuat dalam mengamati lingkungan. Dia memiliki
sikap petualang yang kuat. Pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya adalah
pengalaman yang positif bagi kepentingan anak mengmbangkan awal ilmu
pengetahuan.
Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat
terhadap segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang serta minat yang kuat
untuk mengobservasi lingkungan. Anak memiliki sikap petualang yang kuat.
Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang
positif untuk mengmbangkan minat keilmuan anak usia dini, jadi sikap cinta
lingkungan yang ditimbulkan oleh anak berarti rasa memiliki terhadap alam
yang ada disekitar, dengan melakukan kegiatan menjaga dan melindungi agar
tetap terjaga kelestariannya.
E. Perencanaan Pembelajaran
Guru merupakan salah satu pihak dalam dunia pendidikan yang
memegang peran penting untuk mengarahkan anak agar berhasil dalam
kegiatan proses belajarnya. Salah satu upaya yang dilakukan guru dalam
melaksanakan pembelajaran adalah membuat perencanaan pembelajaran,
Majid, (2011: 8) menerangkan bahwa perencanaan pembelajaran dibangun dari
dua kata, yaitu: Perencanaan, berarti menentukan apa yang akan dilakukan.
Pembelajaran, berarti proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar
pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan.
6

Jadi, perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajar pelajaran


tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu
pertemuan atau lebih.
Djamarah dkk, (2010: 22) menerangkan komponen perencanaan
pembelajaran terdiri dari:
1. Tujuan (Objective)
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu
kegiatan. Tujuan dalam pembelajaran merupakan komponen yang dapat
mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran,
kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat
evaluasi.
2. Bahan Pelajaran (Material)
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar mengajar. Karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan
menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya pada anak didik.
3. Metode (Method)
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
4. Alat (Media)
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran.
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-
dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas anak guna mengetahui
sebab akibat dan hasil belajar anak yang dapat mendorong dan
mengembangkan kemampuan belajar.
F. Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Bagian Dari Pendekatan Karakter
1. Manfaat Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Usia Dini
Pembiasaan sikap cinta lingkngan membantu anak-anak membentuk
karakter. Cinta lingkungan merupakan sebuah perilaku untuk menjaga,
merawat, dan melestarikan flora dan fauna. Juga, untuk mengelola seluruh
kekayaan alam (tanah, air, dan udara) demi kelangsungan dan kesejahteraan
hidup manusia, menurut Edi dalam artikel http://www.kaskus.com (23 Mei
2012) manfaat pembiasaan sikap cinta lingkungan pada anak usia dini antra
lain:
a. Menumbuhkan rasa cinta terhadap kehidupan seperti menanam pohon,
memelihara binatang, serta menjaga keindahan lingkungan dapat
menumbuhkan kesadaran dan rasa cinta akan kehidupan.
b. Melatih kesabaran dan ketekunan seperti menanam pohon membutuhkan
kesabaran dan kesungguhan.
c. Mengajarkan pada anak arti tanggung jawab. Cinta lingkungan bukan
hanya tanggung jawab orang dewasa, tapi juga tanggung jawab bagi
anak-anak.
d. Menumbuhkan budaya hidup sehat. Lingkungan yang sehat, nyaman, dan
asri, akan membuat hidup anak-anak Indonesia sehat. Menanam pohon
akan mengurangi polusi udara.
7

e. Menumbuhkan rasa harmoni dan selaras dengan alam. Wabah ulat yang
melanda beberapa kota beberapa waktu lalu terjadi karena salah satu
mata rantai makanan bagi keselarasan ekosistem makhluk hidup hilang.
f. Menghargai proses pertumbuhan. Dengan menanam tumbuh-tumbuhan
dan memelihara hewan, anak Indonesia dapat belajar menghargai proses
pertumbuhan.
g. Belajar memikirkan kepentingan orang lain. Alam juga mengajarkan
untuk tidak egois. Pohon-pohon besar di hutan, telah ditanam beratus-
ratus tahun sebelumnya.
h. Rasa syukur dan kagum atas kebaikan Sang Pencipta, melihat bagaimana
pohon dan binatang bertumbuh dan berkembang, anak pasti kagum
dengan Sang Pencipta.
i. Merasakan adanya kaitan erat antara manusia dengan ciptaan lain. Ada
keterkaitan antara manusia dengan makhluk hidup lain. Alam itu ada
demi kebaikan dan kelangsungan hidup manusia.
j. Menumbuhkan sikap kreatif dalam memanfaatkan kebaikan alam, karena
alam juga mengajak manusia menjadi kreatif dalam memanfaatkan
kebaikannya.
G. Karakteristik Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Usia Dini
Sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhannya, pembiasaan
sikap cinta lingkungan pada anak usia dini perlu memperhatikan karakteristik
perkembangan dan lingkungan mereka. Brewer, (2007: 45) mengemukakan
bahwa
Possible revision would be more appealing to children because the
environment provides a very wide range of learning resources and
many options. Penchant to learn from an early age is the capital of
which is badly needed for the preparation of a learning society
(learning societes) and human resources in the future.
Penjelasan: Kemungkinan revisi akan lebih menarik bagi anak-anak
karena lingkungan menyediakan berbagai sangat luas sumber belajar
dan banyak pilihan. Kegemaran untuk belajar sejak usia dini merupakan
modal yang sangat dibutuhkan untuk persiapan masyarakat belajar dan
sumber daya manusia di masa mendatang.
Guru dapat membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak usia dini
melalui pola pembiasaan karena melalui pembiasaan, akan terbentuk perilaku
yang bersifat menetap pada diri anak (Sujiono, 2009: 7). Lickona (1992: 3)
mengemukakan bahwa:
The core problem facing our school is a moral one, all the other
problem derive from it. Even academi reform dependend on
putting character first.

Pembahasan: Masalah utama yang dihadapi sekolah adalah salah satu


moral, semua masalah lain berasal darinya. Bahkan akademis reformasi pada
menempatkan karakter pertama.
Perilaku cinta lingkungan merupakan perwujudan dari pembentukan karakter,
di kalangan anak usia dini dapat dicontohkan oleh guru melalui hal yang
8

sederhana seperti: menjaga kebersihan badan dan pakaian, tidak membuang


sampah sembarangan, hemat dalam menggunakan air, serta cinta pada tanaman
dan binatang. Pembiasaan dan penjelasan tentang pentingnya lingkungan
melalui kegiatan yang menarik akan mendorong anak didik untuk melakukan
hal yang serupa.
H. Cara Membiasakan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak Usia Dini
Modeling atau teladan dalam pendidikan sangat efektif dalam
membiasakan berbagai perilaku yang diharapkan. Nasihat dan ajakan persuasif
dari guru akan tidak bermakna tanpa adanya teladan dari pribadinya. Perilaku
menjaga kebersihan, hemat dalam menggunakan air, cinta pada tanaman dan
binatang akan mendorong anak didik untuk melakukan hal yang serupa.
Santrock (1992: 23) mengemukakan bahwa: The modeling education thing
bothers me because I feel as if I’am doing.it alone. Many parents seem to enjoy
their right having having a child but no longer seem to seem to want the
responsibilities, I get the feeling, who’s helping me here
Modeling merupakan akan perilaku cinta lingkungan dari pendidik dan
tenaga kependidikan akan merupakan sosial learning yang memberikan iklim
kondusif timbulnya sikap dan perilaku yang diharapkan dari anak didik.
Belajar dari situasi sosial dengan memperhatikan perilaku orang lain akan lebih
terekam dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah
menanamkan cinta lingkungan dimulai dari kesadaran dan kreatifitas tenaga
pendidik di sekolah.
Membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak usia dini dapat bertolak
dari hal-hal yang bersifat sederhana dan dipadukan dengan contoh sehari-hari
yang dekat dengan siswa (Irawati, 2008: 1). Tahap selanjutnya diarahkan pada
perubahan perilaku siswa yang lebih bersahabat dengan lingkungan. Penting
untuk dicatat bahwa upaya pelestarian lingkungan dapat dilakukan dari hal
yang paling sederhana.
Penyampaian contoh akibat kerusakan lingkungan secara sederhana
dapat disampaikan guru kepada anak (Adiyansyah, 2000: 15). Misalnya hal-hal
kecil akan membawa dampak yang besar di kemudian hari seperti mengurangi
penggunaan kantong plastik dapat dilakukan dari sekolah dan juga dari rumah
langsung oleh anak. Pada titik ini pendidikan lingkungan diharapkan dapat
membiasakan anak untuk hidup dengan pola yang ramah lingkungan.
Mengambil contoh pengurangan sampah plastik misalnya, anak didik diajak
untuk terbiasa menggunakan tas kain ketika berbelanja atau membawa kantong
plastik bekas sendiri dari rumah.
Diharapkan pesan cinta lingkungan yang disampaikan melalui
pendidikan karakter dapat dipahami anak dan diterapkan dalam kehidupannya.
Guru hendaknya memberikan refleksi ketika melaksanakan pendidikan
karakter disampaikan. Fungsi refleksi ini adalah agar anak menjadi lebih jelas
mengetahui perbuatan cinta lingkungan yang harus mereka lakukan maupun
perbuatan merusak lingkungan yang tidak boleh mereka lakukan. Berikut
disampaikan salah satu cerita yang bertemakan lingkungan yang akan
digunakan sebagai cerita untuk membiasakan sikap cinta lingkungan kepada
anak Taman Kanak-kanak.
9

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu
“metode yang bermaksud untuk menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/
objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dll)”(Nawawi,1989: 63).
Pendapat diatas memberikan arahan kepada peneliti bahwa data-data yang
akan diambil dari penelitian ini bersumber dari hasil pembicaraan/hasil
pengamatan perilaku orang-orang yang menjadi objek penelitian, sehingga dengan
demikian akan lebih memudahkan bagi peneliti sendiri.
Sunendar (2001: 54) “subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh
informasi, yang dapat diperoleh dari seseorang maupun sesuatu, yang
mengenainya ingin diperoleh keterangan”. Adapun yang menjadi subjek
penelitian adalah anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina PAUD
Terpadu Ketapang yang berjumlah 20 (dua puluh) orang anak.
Proses penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Menurut Satyasa, (2007: 25) Prosedur penelitian mencakup
tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Perencanaan (planning); 2) Penerapan
tindakan (action); 3) Mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan
(observation and evaluation); dan 4) Melakukan refleksi (reflecting) dan
seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria
keberhasilan). Berikut ini adalah prosedur penelitian tindakan kelas Arikunto
(dalam Satyasa, 2007: 25). Proses yang diterapkan pada penelitian ini meliputi
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan (planning) langkah persiapan untuk a. Berkolaborasi dengan guru
menyusun rencana tindakan, b. Memilih fokus pengalaman yang akan
dijadikan pembelajaran dalam membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak,
c. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) dapat dilihat pada lampiran, d.
Mempersiapkan format observasi dan wawancara yang akan digunakan selama
pembelajaan setiap akhir siklus dapat dilihat pada lampiran.
2. Melakukan tindakan (Acting) kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana
yang telah disusun dan disepakati sebelumnya, yaitu : Langkah pertama,
memilih fokus pengalaman yang akan dijadikan pembelajaran dalam
membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak. Langkah kedua, setelah anak
mengalami fokus pengalaman yang telah ditentukan kemudian kegiatan
pembelajaran diatur secara klasikal. Langkah ketiga, yaitu guru melakukan
pencatatan terhadap cerita yang disampaikan oleh anak. Dalam hal ini,
khususnya untuk mengubah perilaku anak kearah yang lebih baik. Langkah
keempat, dalam meningkatkan imajinasi anak yaitu mengembangkan sistem
pengelolaan untuk memberikan keterampilan sesuai dengan kebutuhan anak.
Pada langkah ini, guru mengadakan tanya jawab kepada anak tentang kegiatan
bermain telah disajikan.
3. Mengamati (Observing) yaitu kegiatan pengamatan langsung maupun tidak
langsung untuk merekam semua peristiwa yang terjadi pada saat proses
tindakan, pengaruh tindakan, kendala tindakan, langkah-langkah tindakan,
serta permasalahan lain yang mungkin timbul selama pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi ( Reflecting) yaitu kegiatan mengkaji hasil observasi dengan
menggunakan analisis kualitatif dan merenungkan kembali proses tindakan
10

dengan berbagai permasalahan. Kegiatan refleksi ini dilakukan secara


kolaborasi antara peneliti dan guru untuk menentukan dan merekonstruksi
subtansi pembelajaran serta untuk mendapatkan masukan bagi perbaikan
(revisi) rencana siklus selanjutnya.
Untuk keperluan pengumpulan data tentang proses dan hasil yang dicapai,
dipergunakan teknik pengamatan (observasi), wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk memperkuat data, terutama kendala yang
dialami guru dalam upaya pembiasaan sikap cinta lingkungan. Observasi ini
digunakan untuk mengamati secara langsung tentang perilaku anak terutama
tentang pembiasaan sikap cinta lingkungan.
b. Wawancara
Wawancara adalah “cara mengumpulkan data yang mengharuskan peneliti
mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka (face to face)
dengan sumber data, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut” (Nawawi, 2003: 58).
Komunikasi digunakan untuk mendapatkan informasi dalam bentuk
wawancara dari pihak-pihak terkait atau subjek penelitian yakni guru dalam
rangka memperoleh penjelasan atau informasi tentang hal-hal yang belum
tercantum dalam observasi dan dokumentasi. Penelitian ini komunikasi
langsung ditujukan kepada guru kelompok A untuk memperoleh data tentang
pembiasaan sikap cinta lingkungan pada anak.
c. Dokumentasi
Secara sempit dokumen berarti teks tertulis, catatan surat pribadi, biografi dan
sebagiannya, sedangkan secara luas artinya monument, foto, tape recorder, dan
sebagainya (Rasyid, 2000: 58). Dengan demikian teknik dokumentasi dalam
penelitian ini adalah suatu teknik pengumpulan data melalui catatan, arsip dan
sumber dokumen lainnya yang berkaitan dengan upaya guru dalam
membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak. Dokumentasi ditujukan pada
kegiatan-kegiatan yang berkaitan upaya yang dilakukan guru dalam
pengelolaan kegiatan pembelajaran dan lain sebagainya.
Analisis data terhadap PTK dapat dilakukan dengan tahap-tahap:
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data atau penarikan
kesimpulan (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat abstraksi
atas kesimpulan makna hasil analisis. Model analisis data yang terkenal adalah
model Miles & Hubberman (1992: 20) yang meliputi : reduksi data (memilah data
penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak berguna), sajian deskriptif
(narasi, visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sistematis dan logis,
penyimpulan dari hasil yang disajikan (dampak PTK dan efektivitasnya).
Adapun bentuk penyajian data peneliti lakukan secara persentase yang
dianggap relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan adalah dengan :
% = × 100 ( Slavin, 1997:269-270)
Keterangan:
P : Persentase
n : Jumlah skor yang diperoleh dari data
N : Jumlah skor maksimal
11

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian
a. Siklus 1 Pertemuan 1
Hasil Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan 1

Siklus ke 1
No. Aspek yang diteliti Pertemuan ke 1
B C K
Menentukan bahan pelajaran dan merumuskan
1. √
tujuan
Mengembangkan dan mengorganisasikan materi
2. media (alat bantu pembelajaran), dan sumber √
belajar
3. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran √
4. Merencanakan pengelolaan kelas √
Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat
5. √
penilaian
6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran √
7. Melakukan Pembelajaran. √
8. Mengelola Interaksi Kelas. √
Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
9. √
mempraktekkan sikap cinta lingkungan
10. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar √
11. Kesan umum proses dan hasil pembelajaran √

Keterangan :
B (Baik) : Guru dapat melakukan kegiatan dengan baik dan
benar.
C (Cukup) : Guru dapat melakukan kegiatan tapi masih perlu
perbaikan.
K (Kurang) : Guru belum dapat melaksanakan kegiatan dengan
baik dan benar.

Tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa sebagian kecil


kegiatan yang daat dilakukan guru dengan kategori “baik” antara lain
guru merencanakan skenario kegiatan pembelajaran, guru
menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan.
Selain observasi terhadap guru, peneliti juga mengadakan
observasi kepada anak yang berkaitan dengan sikap cinta
lingkungan, adapun hasil observasi anak dapat dilihat pada tabel
berikut.
12

Persentase Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak


Siklus 1 Pertemuan 1
Anak menyampaikan
Anak ide atau pendapat
Anak menyebutkan
mempraktekkan terhadap dampak
Kriteria cara-cara mencintai
cara mencintai negatif jika tidak
No. Pertemuan Kemampuan lingkungan
lingkungan mencintai
Anak
lingkungan
Jumlah Jumlah Jumlah
% % %
anak anak anak
B 7 35% 8 40% 8 40%
1 I CB 9 45% 7 35% 7 35%
KB 4 20% 5 25% 5 25%
Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%

b. Siklus ke 1 Pertemuan ke 2
Observasi dilakukan untuk mengamati selama kegiatan pembelajaran,
mengamati interaksi selama proses penyelidikan berlangsung, mengamati
respon anak terhadap proses pembelajaran. Adapun hasil observasi yang
telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut.
Hasil Kegiatan Guru Siklus 1 Pertemuan 2

Siklus ke 1
No. Aspek yang diteliti Pertemuan ke 2
B C K
Menentukan bahan pelajaran dan merumuskan
1. √
tujuan
Mengembangkan dan mengorganisasikan materi
2. media (alat bantu pembelajaran), dan sumber √
belajar
3. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran √
4. Merencanakan pengelolaan kelas √
Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat
5. √
penilaian
6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran √
7. Melakukan Pembelajaran. √
8. Mengelola Interaksi Kelas. √
Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
9. √
mempraktekkan sikap cinta lingkungan
10. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar √
11. Kesan umum proses dan hasil pembelajaran √

Keterangan :
B (Baik) : Guru dapat melakukan kegiatan dengan baik dan
benar.
C (Cukup) : Guru dapat melakukan kegiatan tapi masih perlu
perbaikan.
K (Kurang) : Guru belum dapat melaksanakan kegiatan dengan
baik dan benar
Tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa sebagian kecil
kegiatan yang daat dilakukan guru dengan kategori “baik” antara lain
guru menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan, guru
13

mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu


pembelajaran), dan sumber belajar, guru merencanakan skenario
kegiatan pembelajaran, guru merancang prosedur, jenis, dan
menyiapkan Alat penilaian.
Observasi kepada anak yang berkaitan dengan sikap cinta
lingkungan, adapun hasil observasi anak dapat dilihat pada tabel
berikut.
Persentase Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak
Siklus 1 Pertemuan 2
Anak menyampaikan
Anak ide atau pendapat
Anak menyebutkan
mempraktekkan terhadap dampak
Kriteria cara-cara mencintai
cara mencintai negatif jika tidak
No. Pertemuan Kemampuan lingkungan
lingkungan mencintai
Anak
lingkungan
Jumlah Jumlah Jumlah
% % %
anak anak anak
B 10 50% 9 45% 9 45%
1 I CB 8 45% 9 45% 9 45%
KB 2 10% 2 10% 2 10%
Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%

c. Siklus ke 2 Pertemuan ke 1
Observasi tindakan di kelas berfungsi untuk mendapatkan
informasi pengaruh terhadap tindakan yang dilakukan guru adapun
hasil observasi sebagai berikut.
Hasil Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan 1

Siklus ke 2
No. Aspek yang diteliti Pertemuan ke 1
B C K
Menentukan bahan pelajaran dan merumuskan
1. √
tujuan
Mengembangkan dan mengorganisasikan materi
2. media (alat bantu pembelajaran), dan sumber √
belajar
3. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran √
4. Merencanakan pengelolaan kelas √
Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat
5. √
penilaian
6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran √
7. Melakukan Pembelajaran. √
8. Mengelola Interaksi Kelas. √
Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
9. √
mempraktekkan sikap cinta lingkungan
10. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar √
11. Kesan umum proses dan hasil pembelajaran √

Keterangan :
B (Baik) : Guru dapat melakukan kegiatan dengan baik dan
benar.
14

C (Cukup) : Guru dapat melakukan kegiatan tapi masih perlu


perbaikan.
K (Kurang) : Guru belum dapat melaksanakan kegiatan dengan
baik dan benar.

Tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa sebagian kecil


kegiatan yang dapat dilakukan guru dengan kategori “baik” antara
lain mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam mempraktekkan
sikap cinta lingkungan, merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan
alat penilaian, merencanakan skenario kegiatan pembelajaran,
mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu
pembelajaran), dan sumber belajar, menentukan bahan pelajaran dan
merumuskan tujuan.
Selain observasi terhadap guru, peneliti juga mengadakan
observasi kepada anak yang berkaitan dengan sikap cinta
lingkungan, adapun hasil observasi anak dapat dilihat pada tabel
berikut.

Persentase Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak


Siklus 2 Pertemuan 1
Anak menyampaikan
Anak ide atau pendapat
Anak menyebutkan
mempraktekkan terhadap dampak
Kriteria cara-cara mencintai
cara mencintai negatif jika tidak
No. Pertemuan Kemampuan lingkungan
lingkungan mencintai
Anak
lingkungan
Jumlah Jumlah Jumlah
% % %
anak anak anak
B 13 65% 12 60% 12 60%
1 I CB 7 35% 8 40% 8 40%
KB - - - - - -
Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%

d. Siklus ke 2 Pertemuan ke 2
Observasi tindakan di kelas berfungsi untuk mendapatkan
informasi pengaruh terhadap tindakan yang dilakan guru adapun hasil
observasi sebagai berikut.
Hasil Kegiatan Guru Siklus 2 Pertemuan 2

Siklus ke 2
No. Aspek yang diteliti Pertemuan ke 2
B C K
Menentukan bahan pelajaran dan merumuskan
1. √
tujuan
Mengembangkan dan mengorganisasikan materi
2. media (alat bantu pembelajaran), dan sumber √
belajar
3. Merencanakan skenario kegiatan pembelajaran √
4. Merencanakan pengelolaan kelas √
Merancang prosedur, jenis, dan menyiapkan Alat
5. √
penilaian
15

6. Tampilan dokumen rencana pembelajaran √


7. Melakukan Pembelajaran. √
8. Mengelola Interaksi Kelas. √
Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam
9. √
mempraktekkan sikap cinta lingkungan
10. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar √
11. Kesan umum proses dan hasil pembelajaran √

Keterangan :
B (Baik) : Guru dapat melakukan kegiatan dengan baik dan
benar.
C (Cukup) : Guru dapat melakukan kegiatan tapi masih perlu
perbaikan.
K (Kurang) : Guru belum dapat melaksanakan kegiatan dengan
baik dan benar.

Tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa sebagian kecil


kegiatan yang daat dilakukan guru dengan kategori “baik” antara lain
guru menentukan bahan pelajaran dan merumuskan tujuan, guru
mengembangkan dan mengorganisasikan materi media (alat bantu
pembelajaran), dan sumber belajar, guru merencanakan skenario
kegiatan pembelajaran, guru merancang prosedur, jenis, dan
menyiapkan alat penilaian, tampilan dokumen rencana pembelajaran,
melakukan Pembelajaran, mengelola interaksi kelas,
mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam mempraktekkan
sikap cinta lingkungan, melaksanakan penilaian proses dan hasil
belajar.
Selain observasi terhadap guru, peneliti juga mengadakan
observasi kepada anak yang berkaitan dengan sikap cinta
lingkungan, adapun hasil observasi anak dapat dilihat pada tabel
berikut.
Persentase Pembiasaan Sikap Cinta Lingkungan Pada Anak
Siklus 2 Pertemuan 2
Anak menyampaikan
Anak ide atau pendapat
Anak menyebutkan
mempraktekkan terhadap dampak
Kriteria cara-cara mencintai
cara mencintai negatif jika tidak
No. Pertemuan Kemampuan lingkungan
lingkungan mencintai
Anak
lingkungan
Jumlah Jumlah Jumlah
% % %
anak anak anak
B 15 75% 16 80% 15 75%
2 2 CB 5 25% 4 20% 5 25%
KB - - - - - -
Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%

2. Pembahasan
Perencanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui membuang
sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat
tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu
16

Ketapang antara lain: menentukan tema dan sub tema, menetukan kompetensi
dan hasil belajar, membuat Rencana Kegiatan Harian, adapun materi kegiatan
tentang menjaga kebersihan lingkungan, menyiapkan pedoman observasi anak,
menyiapkan media pembelajaran antara lain: gambar.
Perencanaan yang dilakukan guru dapat dikategorikan “baik” karena
sebagian besar kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan teori, selain itu
melalui perencanaan guru dapat mempertimbangkan faktor-fakto penghambat
dalam pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui membuang
sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas, pembiasaan merawat
tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu
Ketapang meliputi penjelasan tentang sikap cinta lingkungan, mencontohkan
cara mencintai lingkungan, mengadakan perlombaan untuk membersihkan
lingkungan.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dapat dikategorikan
“baik” karena melalui kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran dapat
menumbuhkan rasa cinta terhadap kehidupan, dapat melatih kesabaran dan
ketekunan pada anak, dapat mengajarkan pada anak arti tanggung jawab,
mengajak anak belajar memikirkan kepentingan orang lain, menumbuhkan rasa
syukur dan kagum atas kebaikan Sang Pencipta, menumbuhkan sikap kreatif
dalam memanfaatkan kebaikan alam.
Respon anak terhadap pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui
pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, pembiasaan menjaga
kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di
TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang antara lain anak sangat antusias
untuk berlomba mempraktekkan seperti menyapu, membersihkan debu,
menyiram tanaman, mencabut rumput dan memungut sampah, kegiatan yang
telah dilakukan dapat dikategorikan “baik” karena anak dapat melakukan
kegiatan tanpa bimbingan guru, selain itu anak sudah mulai membiasakan diri
untuk mencintai lingkungan dengan hal-hal yang sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan dapat ditarik
kesimpulan bahwa untuk membiasakan sikap cinta lingkungan pada anak usia 4-5
tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang dengan cara mengadakan
praktek langsung untuk menjaga kebersihan kelas, menjaga kebersihan sekolah.
merawat tanaman dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar, secara khusus hasil
penelitian ini antara lain:
1. Perencanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui membuang sampah
pada tempatnya, menjaga kebersihan kelas, merawat tanaman pada anak usia
4-5 tahun di TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang antara lain:
menentukan tema dan sub tema, menetukan kompetensi dan hasil belajar,
membuat Rencana Kegiatan Harian, merancang materi pembelajaran yakni
tentang menjaga kebersihan lingkungan, menyiapkan pedoman observasi anak,
menyiapkan media pembelajaran antara lain: gambar.
17

2. Pelaksanaan pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui pembiasaan


membuang sampah pada tempatnya, pembiasaan menjaga kebersihan kelas,
pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di TK Negeri Pembina
PAUD Terpadu Ketapang meliputi penjelasan tentang sikap cinta lingkungan,
mencontohkan cara mencintai lingkungan, mengadakan perlombaan untuk
membersihkan lingkungan.
3. Respon anak terhadap pembelajaran sikap cinta lingkungan melalui
pembiasaan membuang sampah pada tempatnya, pembiasaan menjaga
kebersihan kelas, pembiasaan merawat tanaman pada anak usia 4-5 tahun di
TK Negeri Pembina PAUD Terpadu Ketapang antara lain anak sangat antusias
untuk berlomba mempraktekkan seperti menyapu, membersihkan debu,
menyiram tanaman, mencabut rumput dan memungut sampah, kegiatan yang
telah dilakukan dapat dikategorikan “baik” karena anak dapat melakukan
kegiatan tanpa bimbingan guru, selain itu anak sudah mulai membiasakan diri
untuk mencintai lingkungan dengan hal-hal yang sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.
Saran
Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam membiasakan anak
untuk mencintai lingkungan, hendaknya:
1. Guru menggunakan metode karyawisata dalam pembelajaran, agar anak
melihat alam sekitar secara langsung.
2. Guru dapat mengupayakan tindakan bantuan pada anak yang masih belum
dapat membiasakan diri mencintai lingkungan dengan melakukan hal-hal yang
sederhana.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur, (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Laksana

Brewer, Jo Ann. (2007). Introdction to Early Chilhood Education. New York:


University of Massachusetts Lowell

Feez, Susan. (2010). Montessori and Early Childhood A Guide for Students. Los
Angles: Sage

Lickona, Thomas. (1992) Educating For Character. New York: Bantam Books

Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (1992). Child Development, 5 th Ed. Dubuque, IA,
Wm,C.Brown.

Slavin. (1997). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Intan Pariwara.

UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

http://www.kaskus.com 12 Februari 2010


18

You might also like