Professional Documents
Culture Documents
net/publication/309938982
CITATIONS READS
0 440
1 author:
Said Sunardiyo
Universitas Negeri Semarang
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Said Sunardiyo on 12 November 2016.
Implementation of Standard Operating Procedures in the Energy Efficiency and Conservation Campus for
Suppressing Effect Greenhouse Gas Emissions
1.2
Said Sunardiyo
1) Division of Clean Energy Conservation Development Unit Semarang State University
2) Department of Electrical Engineering of the State University of Semarang Facuty
email: saidelektro@mail.unnes.ac.id
Abstract
The problem of global warming due to greenhouse gas emissions is a shared responsibility of government and the
whole society. Universitas Negeri Semarang (Unnes) as the University of Conservation International level have a role in
reducing the impact. On the other hand the demand for saving energy sources derived from fossil fuels and toward
renewable energy becomes urgent. Scenarios that can be taken that action efficiency and energy conservation on
campus.
Standard Operating Procedure (SOP) Energy Efficiency and Conservation in Unnes compiled based on scientific
assessments by Unnes Conservation Development Agency. SOP after passing through the stage of evaluation and
improvement can be applied to all units working in Unnes. Implementation method used is the socialization of the field in
the working units, Focus Group Disscusion (FGD), workshops and training. The hope implementation of SOP can be done
to all units of work are scattered throughout the campus Unnes (Sekaran, Bendan Ngisor, Kelud Raya, Karanganyar,
Pegandan, Atmodirono, Sewakul Ungaran and Tegal).
Reducing the impact of greenhouse gas emissions through operational means energy savings and energy
conservation efforts in each work unit arranged in SOP are expected to contribute significantly to the reduction of
greenhouse effect gas emissions.
email : saidelektro@mail.unnes.ac.id
Abstrak
Permasalahan pemanasan global akibat efek emisi gas rumah kaca menjadi tanggung jawab bersama pemerintah
dan seluruh masyarakat. Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai Universitas Konservasi bertaraf Internasional
memiliki peran dalam mengurangi dampak tersebut. Di sisi lain tuntutan untuk penghematan sumber energi yang berasal
dari fosil dan menuju ke energi baru terbarukan menjadi hal yang mendesak dilakukan. Sekenario yang dapat ditempuh
yaitu melakukan aksi efisiensi dan konservasi energi di kampus.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Efisiensi dan Konservasi Energi di Unnes disusun berdasarkan pengkajian ilmiah
oleh Badan Pengembangan Konservasi Unnes. SOP tersebut setelah melalui tahap evaluasi dan perbaikan dapat
diterapkan ke seluruh unit-unit kerja di Unnes. Metode implementasi yang digunakan yaitu sosialisasi lapangan di unit-
unit kerja, Focus Group Disscusion, workshop dan pelatihan. Harapannya implementasi SOP dapat dilakukan ke seluruh
Unit-unit kerja yang tersebar di seluruh kampus Unnes (Sekaran, Bendan Ngisor, Kelud Raya, Karanganyar, Pegandan,
Sewakul Ungaran dan Tegal).
Penurunan dampak emisi gas rumah kaca melalui cara operasional penghematan energi dan upaya-upaya
konservasi energi di setiap unit kerja yang diatur dalam SOP diharapkan akan memberi kontribusi yang signifikan
terhadap pengurangan efek emisi gas rumah kaca.
Pendahuluan
Perkembangan kampus Universitas Negeri Semarang yang semakin pesat terkait dengan
bertambahnya jumlah bangunan gedung serta jumlah sarana prasarana akan memperbesar jumlah energi
listrik yang dikonsumsi. Sekarang ini sumber energi yang dipakai oleh Unnes semuanya bertumpu pada dua
sumber yaitu PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan dari Listrik Tenaga Disel (berbahan solar) yang dipakai jika
listrik dari PLN terjadi gangguan atau tidak mencukupi dayanya. Kedua sumber energi listrik tersebut
membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Menurut data di Bagian Keuangan bahwa biaya langganan daya listrik
Unnes ke PLN mencapai sebesar 250 juta setiap bulan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka di Universitas Negeri Semarang perlu adanya evaluasi secara
berkala terkait dengan jumlah beban dan daya listrik yang dikonsumsi di setiap unit kerja, agar dapat
diketahui seberapa besar energi listrik yang dipakai. Di sisi lain dapat segera diketahui beban di unit kerja
yang dianggap sebagai pemborosan serta memperoleh potensi peluang penghematan yang bisa dilakukan.
Hasil survai 2013 memperlihatkan distribusi pembebanan listrik di seluruh fakultas atau unit kerja
tidak seimbang atau belum merata pada setiap fasa. Fenomena pembebanan tidak seimbang (simetris)
secara fisis dapat diketahui dari penunjukan alat ukur arus listrik masing-masing fasa. Meter arus dan
tegangan biasanya dikoneksi pada setiap Trafo Distribusi yang dipasang di seluruh fakultas atau unit kerja.
Ketidakseimbangan pembagian beban listrik tersebut menyebakan munculnya arus yang melalui saluran titik
netral. Arus yang melewati titik netral ini tentu tidak dapat dimanfaatkan / belum efisien dalam
menggunakan energi listrik. Sehingga berdasarkan fakta di lapangan perlu adanya pengaturan dalam bentuk
tata kelola pemakaian energi listrik yang efisien dan mendukung konservasi energi.
3. REFERENSI
3.1. UU No. 30/2007 tentang Energi, pasal 25 Konservasi Energi
3.2. PP No. 70/2009 tentang Koservasi Energi, pasal 9-14 Pelaksanaan Konservasi Energi
3.3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/87/M.PAN/8/2005 tentang
Pedoman Peningkatan Pelaksanaan Efisiensi, Penghematan dan Disiplin Kerja
3.4. Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 162/O/2004 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan di Universitas Negeri Semarang
3.5. Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Universitas Negeri
Semarang Sebagai Universitas Konservasi
3.6. Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Tata Kelola Kampus
Berbasis Konservasi
3.7. Buku Panduan Konservasi Universitas Negeri Semarang
4. DEFINISI
4.1. Unnes adalah Universitas Negeri Semarang
4.2. Sistem Tata Udara adalah semua yang terkait dengan pengaturan udara ruang yaitu penggunaan
AC dan Kipas angin.
4.3. Sistem pencahayaan adalah semua komponen yang terkait dengan penerangan baik di dalam
maupun di luar ruang yang membutuhkan energi listrik.
4.4. Komputer, Printer dan LCD adalah perangkat kerja di masing-masing unit kerja yang dipergunakan
untuk sarana administrasi kantor, presentasi dan kuliah.
4.5. Lift adalah sarana/ruang untuk perpindahan dari satu lantai ke lantai lain dalam satu gedung
bertingkat.
4.6. Modifikasi Selubung Bangunan terkait dengan tata udara, pencahayaan, suara pada sebuah
bangunan.
National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014
5. KETENTUAN UMUM
5.1. Tata kelola Sistem Tata Udara
5.1.1 Mengurangi jam operasi AC [menghidupkan AC 1 jam sesudah jam kerja dimulai dan
mematikan AC 1 jam sebelum jam kerja berakhir]
0
5.1.2 Menaikkan Temperatur Set point AC minimal 22 C
5.1.3 Memasang Chiller Efisiensi Tinggi
5.1.4 Memasang Variable Speed Pumps
5.1.5 Membersihkan Filter AHU dan Cooling Coils
5.1.6 Menggunakan AC berefisiensi tinggi (COP di atas 3) menggantikan AC yang kebanyakan saat
ini masih mempunyai COP sekitar 2
5.1.7 Memasang AC kapasitas kecil untuk ruang terpisah
5.1.8 Penggunaan Hydrocarbon Refrigerant menggantikan Refrigerant jenis CFC
5.1.9 Menggunakan sistem otomatisasi untuk mengatur penggunaan AC
5.1.10 Untuk gedung baru menggunakan AC inverter, Refrigerant R.407 atau R.410 dan Control
Otomatic Low Energy Consumption
5.1.11 Menerapkan sistem Plumbing yaitu mengganti pipa lama (steel pipe) dengan jenis PP-R
pipa, Sanitary dengan sensor, Bio Filtration, Reuse & Recycle Water
5.1.12 Menutup pintu dan jendela ketika AC sedang aktif
5.1.13 Membersihkan AC secara berkala
5.1.14 Mengatur putaran kipas angin sesuai kebutuhan
5.1.15 Mematikan kipas ketika meninggakan ruang kantor dan ruang kuliah
tidak stabil rentan merusak motherboard LCD. Harga motherboard hampir sama dengan
harga baru LCD.
5.3.13. Tidak diperkenankan mematikan LCD dengan mencabut kabel power langsung dari sumber
listrik/stop kontak. Gunakan selalu remote-control untuk mematikan perangkat ini
5.3.14. Apabila kita sudah mematikan LCD, tunggu sampai lampu indikator menjadi warna hijau.
Artinya kipas pendingin dalam LCD sudah mati. Barulah mencabut kabel power dari sumber
listrik/stop kontak.
5.3.15. Walaupun kipas pendingin sudah mati atau lampu indikator sudah warna hijau, LCD
tersebut jangan langsung diangkat atau dipindahkan. Biarkan LCD betul-betul dingin
barulah diangkat atau disimpan.
5.3.16. Diusahakan LCD menggunakan UPS atau perangkat penyimpan arus listrik. Sehingga kalau
terjadi pemadaman arus secara tiba-tiba, LCD masih menyala dan bisa bertahan sekitar 30
s/d 45 menit sesuai dengan daya yang disimpan UPS.
(6) Peralatan lain (pompa air mesin copy, komputer, printer, kulkas,dispenser,
kompor, exhaust fan dan lain-lain).
(7) Pelaksanaan audit dapat bekerja sama dengan PLN.
5.8.4.3 Mematikan pompa air bila tidak digunakan terutama di luar jam kerja atau hari
libur
5.8.4.4. Membatasi penggunaan pompa air untuk utilitas seperti air mancur
5.8.4.5. Memeriksa instalasi saluran air, terutama untuk menghindari kebocoran air
5.9. Energi Baru Terbarukan
5.9.1. Unit Kerja berinisiatif mengembangkan energi baru terbarukan (sel surya, biofuel, biomassa
dsb)
5.9.2. Unit Kerja menggunakan energi baru terbarukan untuk mensuplay kebutuhan listriknya.
Kandungan karbon dari masing-masing jenis energi menggunakan spesifik emisi default dari IPCC. Kandungan
karbon dari setiap bahan bakar (ton Karbon per Terajoule) diperlihatkan pada Tabel 1.
Premium 18.9
Kayubakar 29.9
Avgas/Avtur 19.5
Sumber: ESDM
Ruang Lingkup
Emisi yang diperhitungkan adalah emisi CO2 antropogenik, yaitu emisi gas rumah kaca terkait dengan
aktifitas manusia. Konsumsi energi dibatasi pada penggunaan bahan bakar dan energi yang digunakan untuk
keperluan kantor Selanjutnya, dari data-data penggunaan energi yang diperoleh, dikonversi menjadi jumlah
emisi CO2 yang dihasilkan dari aktifitas penggunaan energi tersebut, baik emisi langsung maupun tidak
langsung.
Emisi CO2 dapat dikategorikan menjadi:
(a) emisi langsung, adalah emisi yang keluar langsung dari aktifitas atau sumber dalam ruang batas yang
ditetapkan. Contoh: emisi CO2 dari kendaraan bermotor.
(b) emisi tidak langsung, merupakan hasil dari aktifitas di dalam ruang batas yang ditetapkan. Contoh:
konsumsi energi listrik di rumah tangga/di kantor.
Secara geografis, emisi dibedakan menjadi
emisi on-site, emisi yang terjadi di lokasi aktifitas/projek
emisi off-site, emisi yang dihasilkan dari aktifitas di tempat lain
Langsung / on-site
Langsung / off-site
Jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dari suatu aktifitas dapat dituliskan sebagai persamaan:
ECO2 = A x FE
ECO2 = emisi CO2
A = data aktifitas (kWh listrik, liter minyak tanah, dsb)
FE = faktor emisi (kg CO2/kWh, kg CO2/liter minyak tanah, dsb)
Alternatif upaya pengurangan emisi dapat dilakukan dengan memperkecil nilai A, yaitu dengan cara
menurunkan frekuensi atau besarnya aktifitas sumber emisi; atau dengan memperkecil FE melalui penerapan
teknologi yang lebih efisien, lebih ramah lingkungan; atau dengan kombinasi keduanya.
Penutup
Secara umum, intensitas karbon dipengaruhi oleh tiga komponen: 1) intensitas pengguna akhir energi,
2) jenis bahan bakar, dan 3) emisi per satuan energi listrik yang diproduksi. Adapun faktor pendorong
dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi, ukuran rumah, kepemilikan kendaraan pribadi, jarak perjalanan,
dsb. Dalam penentuan kebijakan pengurangan emisi harus memperhatikan faktor pendorong dan faktor
teknologi yang ada. Kebijakan pengurangan emisi dapat diarahkan pada:
1) penggunaan energi yang lebih efisien
2) penggunaan jenis bahan bakar dengan kandungan karbon rendah
3) peningkatan penggunaan energi terbarukan atau teknologi konversi energi rendah emisi
4) pengurangan aktifitas, misalnya mengurangi jumlah perjalanan dengan kendaraan pribadi.
Pustaka
Department of Energy, “Carbon Dioxide Emissions from the Generation of Electric Power in the United
States”, Washington DC, Juli 2000
Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 162/O/2004 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di
Universitas Negeri Semarang
PP No. 70/2009 tentang Koservasi Energi, pasal 9-14 Pelaksanaan Konservasi Energi