You are on page 1of 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/309938982

Implementation of Standard Operating Procedures in the Energy Efficiency


and Conservation Campus for Suppressing Effect Greenhouse Gas Emissions
Implementasi Standar Operasional Pr...

Article · December 2014

CITATIONS READS

0 440

1 author:

Said Sunardiyo
Universitas Negeri Semarang
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Said Sunardiyo on 12 November 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

Implementation of Standard Operating Procedures in the Energy Efficiency and Conservation Campus for
Suppressing Effect Greenhouse Gas Emissions
1.2
Said Sunardiyo
1) Division of Clean Energy Conservation Development Unit Semarang State University
2) Department of Electrical Engineering of the State University of Semarang Facuty

email: saidelektro@mail.unnes.ac.id

Abstract

The problem of global warming due to greenhouse gas emissions is a shared responsibility of government and the
whole society. Universitas Negeri Semarang (Unnes) as the University of Conservation International level have a role in
reducing the impact. On the other hand the demand for saving energy sources derived from fossil fuels and toward
renewable energy becomes urgent. Scenarios that can be taken that action efficiency and energy conservation on
campus.
Standard Operating Procedure (SOP) Energy Efficiency and Conservation in Unnes compiled based on scientific
assessments by Unnes Conservation Development Agency. SOP after passing through the stage of evaluation and
improvement can be applied to all units working in Unnes. Implementation method used is the socialization of the field in
the working units, Focus Group Disscusion (FGD), workshops and training. The hope implementation of SOP can be done
to all units of work are scattered throughout the campus Unnes (Sekaran, Bendan Ngisor, Kelud Raya, Karanganyar,
Pegandan, Atmodirono, Sewakul Ungaran and Tegal).
Reducing the impact of greenhouse gas emissions through operational means energy savings and energy
conservation efforts in each work unit arranged in SOP are expected to contribute significantly to the reduction of
greenhouse effect gas emissions.

Keywords: SOP, efficiency, energy conservation, greenhouse gas

Implementasi Standar Operasional Prosedur Efisiensi dan Konservasi Energi di Kampus


untuk Menekan Efek Emisi Gas Rumah Kaca
1,2
Said Sunardiyo
1) Divisi Clean Energy UPT Pengembangan Konservasi Universitas Negeri Semarang
2) Electrical Department of Engineering Facuty of Universitas Negeri Semarang

email : saidelektro@mail.unnes.ac.id

Abstrak
Permasalahan pemanasan global akibat efek emisi gas rumah kaca menjadi tanggung jawab bersama pemerintah
dan seluruh masyarakat. Universitas Negeri Semarang (Unnes) sebagai Universitas Konservasi bertaraf Internasional
memiliki peran dalam mengurangi dampak tersebut. Di sisi lain tuntutan untuk penghematan sumber energi yang berasal
dari fosil dan menuju ke energi baru terbarukan menjadi hal yang mendesak dilakukan. Sekenario yang dapat ditempuh
yaitu melakukan aksi efisiensi dan konservasi energi di kampus.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Efisiensi dan Konservasi Energi di Unnes disusun berdasarkan pengkajian ilmiah
oleh Badan Pengembangan Konservasi Unnes. SOP tersebut setelah melalui tahap evaluasi dan perbaikan dapat
diterapkan ke seluruh unit-unit kerja di Unnes. Metode implementasi yang digunakan yaitu sosialisasi lapangan di unit-
unit kerja, Focus Group Disscusion, workshop dan pelatihan. Harapannya implementasi SOP dapat dilakukan ke seluruh
Unit-unit kerja yang tersebar di seluruh kampus Unnes (Sekaran, Bendan Ngisor, Kelud Raya, Karanganyar, Pegandan,
Sewakul Ungaran dan Tegal).
Penurunan dampak emisi gas rumah kaca melalui cara operasional penghematan energi dan upaya-upaya
konservasi energi di setiap unit kerja yang diatur dalam SOP diharapkan akan memberi kontribusi yang signifikan
terhadap pengurangan efek emisi gas rumah kaca.

Kata kunci : SOP, efisiensi, konservasi energi, gas rumah kaca


National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

Pendahuluan

Perkembangan kampus Universitas Negeri Semarang yang semakin pesat terkait dengan
bertambahnya jumlah bangunan gedung serta jumlah sarana prasarana akan memperbesar jumlah energi
listrik yang dikonsumsi. Sekarang ini sumber energi yang dipakai oleh Unnes semuanya bertumpu pada dua
sumber yaitu PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan dari Listrik Tenaga Disel (berbahan solar) yang dipakai jika
listrik dari PLN terjadi gangguan atau tidak mencukupi dayanya. Kedua sumber energi listrik tersebut
membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Menurut data di Bagian Keuangan bahwa biaya langganan daya listrik
Unnes ke PLN mencapai sebesar 250 juta setiap bulan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka di Universitas Negeri Semarang perlu adanya evaluasi secara
berkala terkait dengan jumlah beban dan daya listrik yang dikonsumsi di setiap unit kerja, agar dapat
diketahui seberapa besar energi listrik yang dipakai. Di sisi lain dapat segera diketahui beban di unit kerja
yang dianggap sebagai pemborosan serta memperoleh potensi peluang penghematan yang bisa dilakukan.
Hasil survai 2013 memperlihatkan distribusi pembebanan listrik di seluruh fakultas atau unit kerja
tidak seimbang atau belum merata pada setiap fasa. Fenomena pembebanan tidak seimbang (simetris)
secara fisis dapat diketahui dari penunjukan alat ukur arus listrik masing-masing fasa. Meter arus dan
tegangan biasanya dikoneksi pada setiap Trafo Distribusi yang dipasang di seluruh fakultas atau unit kerja.
Ketidakseimbangan pembagian beban listrik tersebut menyebakan munculnya arus yang melalui saluran titik
netral. Arus yang melewati titik netral ini tentu tidak dapat dimanfaatkan / belum efisien dalam
menggunakan energi listrik. Sehingga berdasarkan fakta di lapangan perlu adanya pengaturan dalam bentuk
tata kelola pemakaian energi listrik yang efisien dan mendukung konservasi energi.

Prosedur Mutu Tata Kelola Efisiensi dan Konservasi Energi


Prosedur mutu atau Standar Operasional Prosedur (SOP) Tata Kelola Efisiensi dan Konservasi Energi
disusun oleh Divisi Clean Energy Badan Pengembangan Konservasi Universitas Negeri Semarang kemudian
draf yang dihasilkan disempurakan melalui Focus Group Discussion (FGD). Perbaikan dan updating data terus
menerus dilakukan. Selanjutnya SOP tersebut dinilai kelayakannya oleh Badan Penjamin Mutu, sebelum
dilakukan sosialisasi ke seluruh warga Unnes.
Adapun SOP Tata Kelola Efisiensi dan Konservasi Energi yang direkomendasi untuk dilaksanakan oleh
seluruh warga kampus Unnes dijabarkan sebagai berikut :
1. TUJUAN
Untuk menetapkan metode Tata Kelola Energi dan Konservasi Energi di Universitas Negeri Semarang
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan prosedur tata kelola energi dan konservasi energi di
lingkungan kampus Universitas Negeri Semarang yang mencakup aspek penggunaan energi :
National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

2.1. Sistem Tata Udara


2.2. Sistem Penerangan
2.3. Komputer, Printer dan LCD
2.4. Lift
2.5. Modifikasi Selubung Bangunan
2.6. Sistem Kelistrikan
2.7. Multi media (Audio Video)
2.8. Peralatan Listrik Lainnya
2.9. Pengembangan Energi Baru Terbarukan

3. REFERENSI
3.1. UU No. 30/2007 tentang Energi, pasal 25 Konservasi Energi
3.2. PP No. 70/2009 tentang Koservasi Energi, pasal 9-14 Pelaksanaan Konservasi Energi
3.3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/87/M.PAN/8/2005 tentang
Pedoman Peningkatan Pelaksanaan Efisiensi, Penghematan dan Disiplin Kerja
3.4. Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 162/O/2004 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan di Universitas Negeri Semarang
3.5. Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Universitas Negeri
Semarang Sebagai Universitas Konservasi
3.6. Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Tata Kelola Kampus
Berbasis Konservasi
3.7. Buku Panduan Konservasi Universitas Negeri Semarang

4. DEFINISI
4.1. Unnes adalah Universitas Negeri Semarang
4.2. Sistem Tata Udara adalah semua yang terkait dengan pengaturan udara ruang yaitu penggunaan
AC dan Kipas angin.
4.3. Sistem pencahayaan adalah semua komponen yang terkait dengan penerangan baik di dalam
maupun di luar ruang yang membutuhkan energi listrik.
4.4. Komputer, Printer dan LCD adalah perangkat kerja di masing-masing unit kerja yang dipergunakan
untuk sarana administrasi kantor, presentasi dan kuliah.
4.5. Lift adalah sarana/ruang untuk perpindahan dari satu lantai ke lantai lain dalam satu gedung
bertingkat.
4.6. Modifikasi Selubung Bangunan terkait dengan tata udara, pencahayaan, suara pada sebuah
bangunan.
National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

4.7. Sistem kelistrikan adalah sistem distribus tenaga listrik di Unnes


4.8. Multi Media (Audio Video) adalah perangkat media yang terkait dengan suara dan gambar .
4.9. Peralatan Listrik Lainnya meliputi :
(a) Kulkas adalah alat pendingin dan penyimpanan barang dalam kondisi temperatur tertentu.
(b) Dispenser adalah perangkat pemanas dan pendingin air minum.
(c) Mesin Foto Copy adalah alat pengganda dokumen
(d) Pompa Listrik adalah perangkat yang dipergunakan untuk memompa air
4.10. Energi Baru Terbarukan merupakan energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak yang
terus menurun dan menyusut. Energi Terbarukan meliputi : Energi Surya, Energi Angin, Biomasa,
Energi Air, Energi Geothermal, Hydrogen, Energi Laut, Bio Disel, Bio Etanol, Gasifikasi batubara.

5. KETENTUAN UMUM
5.1. Tata kelola Sistem Tata Udara
5.1.1 Mengurangi jam operasi AC [menghidupkan AC 1 jam sesudah jam kerja dimulai dan
mematikan AC 1 jam sebelum jam kerja berakhir]
0
5.1.2 Menaikkan Temperatur Set point AC minimal 22 C
5.1.3 Memasang Chiller Efisiensi Tinggi
5.1.4 Memasang Variable Speed Pumps
5.1.5 Membersihkan Filter AHU dan Cooling Coils
5.1.6 Menggunakan AC berefisiensi tinggi (COP di atas 3) menggantikan AC yang kebanyakan saat
ini masih mempunyai COP sekitar 2
5.1.7 Memasang AC kapasitas kecil untuk ruang terpisah
5.1.8 Penggunaan Hydrocarbon Refrigerant menggantikan Refrigerant jenis CFC
5.1.9 Menggunakan sistem otomatisasi untuk mengatur penggunaan AC
5.1.10 Untuk gedung baru menggunakan AC inverter, Refrigerant R.407 atau R.410 dan Control
Otomatic Low Energy Consumption
5.1.11 Menerapkan sistem Plumbing yaitu mengganti pipa lama (steel pipe) dengan jenis PP-R
pipa, Sanitary dengan sensor, Bio Filtration, Reuse & Recycle Water
5.1.12 Menutup pintu dan jendela ketika AC sedang aktif
5.1.13 Membersihkan AC secara berkala
5.1.14 Mengatur putaran kipas angin sesuai kebutuhan
5.1.15 Mematikan kipas ketika meninggakan ruang kantor dan ruang kuliah

5.2. Tata Kelola Energi Sistem pencahayaan


5.2.1. Mengurangi jam nyala lampu dan menggunakan sesuai kebutuhan
National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

5.2.2. Mengganti lampu yang hemat energi


5.2.3. Menggunakan balast elektronik pada lampu TL sebagai ganti balast elektromagnet
5.2.4. Lampu teras dan lampu jalan dilengkapi dengan control otomatic
5.2.5 Menggunakan lampu di lift dengan sistem hidup mati secara otomatis atau lampu hanya
hidup saat lift digunakan.

5.3. Tata Kelola Energi Komputer, Printer dan LCD projector


5.3.1 Mengatur tingkat terang-gelapnya layar monitor (brightness) secukupnya. [makin terang
layar makin besar energi yang dibutukan]. Memilih monitor komputer hemat energi
[mengganti monitor CRT dengan LCD]
5.3.2. Menghindari penggunaan screensaver dan standby power [meskipun kecil tetap ada energi
listrik yang digunakan]
5.3.3. Menghindari penggunaan komputer secara berlebihan, misalnya untuk main games atau
menyetel MP3 sepanjang jam kerja [pemborosan energi listrik]
5.3.4. Memastikan komputer masuk pada mode standby atau sleep jika tidak digunakan lebih dari
15 menit. [ setting sleep atau standby, komputer menggunakan 1-6 watt]
5.3.5. Mematikan Komputer (shutdown) atau Hibernate saat ditinggalkan lebih dari 30 menit
[Setting hibernate berarti komputer sudah mati]
5.3.6. Lebih dominan menggunakan laptop daripada desktop [Laptop dapat menghemat energi
hingga 90% jika dibandingkan dengan Desktop. Laptop pada umumnya butuh energi 20-40
watt, desktop butuh 80-300 watt]
5.3.7. Mematikan printer kalau sudah tidak dipakai. Selain hemat listrik, hal ini akan mencegah
menutupnya lubang-lubang aliran tinta dalam kepala printer,
5.3.8. Menggunakan printer sesering mungkin minimal 3 hari sekali. Supaya tinta yang terdapat
pada nozzle head tidak mengering sehingga menyumbat pengeluaran tinta,
5.3.9. Membiasakan menggunakan tombol on/off saat mematikan printer, agar head printer akan
kembali kedudukannya semula sehingga tinta tidak mudah mengering.
5.3.10. Untuk menghidupkan LCD proyektor, sebelum kabel power LCD dihubungkan ke sumber
listrik, dipastikan kabel power sudah tersambung terlebih dulu ke LCD, dan juga kabel
VGA/RGB ke LCD telah disambung.
5.3.11. Ketika LCD beroperasi/menyala, usahakan jangan dipindah, diangkat atau digeser, sebab
bola lampu LCD sangat sensitif oleh getaran dan bisa berakibat lampu LCD putus.
5.3.12. Apabila tiba-tiba arus listrik terputus, mungkin karena listrik padam atau penyebab lainnya,
maka kabel power LCD harus dicabut dari sumber listrik/stop kontak. Masukkan kembali
apabila arus listrik sudah stabil. Langkah ini sangat penting sekali, sebab arus listrik yang
National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

tidak stabil rentan merusak motherboard LCD. Harga motherboard hampir sama dengan
harga baru LCD.
5.3.13. Tidak diperkenankan mematikan LCD dengan mencabut kabel power langsung dari sumber
listrik/stop kontak. Gunakan selalu remote-control untuk mematikan perangkat ini
5.3.14. Apabila kita sudah mematikan LCD, tunggu sampai lampu indikator menjadi warna hijau.
Artinya kipas pendingin dalam LCD sudah mati. Barulah mencabut kabel power dari sumber
listrik/stop kontak.
5.3.15. Walaupun kipas pendingin sudah mati atau lampu indikator sudah warna hijau, LCD
tersebut jangan langsung diangkat atau dipindahkan. Biarkan LCD betul-betul dingin
barulah diangkat atau disimpan.
5.3.16. Diusahakan LCD menggunakan UPS atau perangkat penyimpan arus listrik. Sehingga kalau
terjadi pemadaman arus secara tiba-tiba, LCD masih menyala dan bisa bertahan sekitar 30
s/d 45 menit sesuai dengan daya yang disimpan UPS.

5.4. Tata Kelola Penggunaan Lift


5.4.1 Mengurangi jumlah pengoperasian lift, dan atau membatasi penggunaan lift untuk
naik/turun 2 (dua) lantai atau lebih. Untuk naik/turun 1 (satu) lantai disarankan
menggunakan tangga
5.4.2. Gedung kantor diatas 4 (empat) lantai dilengkapi lift, dengan pengoperasian dibatasi
jumlahnya.
5.4.3. Gedung kantor dengan 5 (lima) lantai ke bawah yang telah dilengkapi lift, dibatasi
penggunaannya, hanya untuk lantai 3 (tiga) ke atas.
5.4.4. Gedung kantor dengan lantai 2 (dua) yang telah dilengkapi lift, pengoperasiannya dibatasi
dan pengaturannya ditetapkan oleh pimpinan Instansi yang bersangkutan.
5.4.5. Lift hanya dioperasikan selama jam kerja kantor

5.5. Tata Kelola Modifikasi Selubung Bangunan


5.5.1 Tata udara dan pencahayaan dengan bukaan dan jendela yang cukup
5.5.2 Memasang kaca film sun glade mengurangi panas dalam ruang
5.5.3 Gedung-gedung pertemuan perlu didesain secara seksama, untuk menghindari kesilauan
pencahayaan dan dengung yang menyebabkan pemborosan energi.
5.5.4. Perencanaan gedung baru perlu ada penerapan sistem grounding & sistem perlindungan
petir yang prima.

5.6. Tata Kelola Sistem Kelistrikan


National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

5.6.1. Mengupayakan daya tersambung :


(a) menggunakan peralatan hemat energi dan hanya menggunakan peralatan bila
diperlukan.
(b) membatasi secara optimal penggunaan listrik saat beban puncak (jam 17.00 s.d 22.00)
(c) menggeser penggunaan peralatan listrik ber kWh besar dari beban puncak ke beban
rendah.
5.6.2. Memasang “Capacitor Bank” untuk memperbaiki faktor kerja pada peralatan listrik.
5.6.3. Menurunkan kelebihan kapasitas Trafo
5.6.4. Trafo yang semula menggunakan Oil type (pemeliharaan periodik) menjadi trafo yang
menggunakan Dry Type (free maintenance)
5.6.5. Di setiap Unit kerja dipasangi dengan KWh-meter untuk control konsumsi listrik setiap
bulannya
5.6.6. Lighting Kontrol semula menggunakan manual switches mulai dikembangkan memakai
automatic program/software : (motion sensor dan photocell) [reduce lebih dari 40 %
energy]
5.6.7. Sistem Cubicle pada papan hubung bagi (PHB) yang semula tanpa cover komponen (low
safety) menjadi Form 2+ atau lebih (high safety)
5.6.8. Sambungan kabel JTM dan JTR dipelihara dari oksidasi secara rutin
5.6.9. Feeder dari memakai kabel biasa dirubah menggunakan Branch Cabel dan Busduct (more
safety & tidy)
5.6.10. Sumber energi listrik (PLN & Genset) dikembangkan menjadi (PLN, Generator Set dan
2
Photovoltaic 1 m = 100 Wp) dan sumber-sumber energi alternatif lainnya.
5.6.11.Melaksanakan audit energi :
a) Maksud kegiatan ini untuk mengidentifikasi dimana dan berapa energi digunakan
serta berapa potensi penghematan yang mungkin diperoleh dalam suatu fasilitas
pengguna energi.
b) Tujuan audit untuk menentukan cara yang terbaik guna mengurangi penggunaan energi
per satuan output dan mengurangi biaya operasi atau biaya produksi.
c) Fasilitas sasaran audit :
(1) sistem distribusi listrik;
(2) sistem tata udara (AC dan instalasi yang terkait);
(3) selubung bangunan;
(4) sistem penerangan;
(5) sistem transportasi gedung (lift/escalator);
National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

(6) Peralatan lain (pompa air mesin copy, komputer, printer, kulkas,dispenser,
kompor, exhaust fan dan lain-lain).
(7) Pelaksanaan audit dapat bekerja sama dengan PLN.

5.7. Tata Kelola Audio Video


5.7.1. Mengatur volume audio sesuai kebutuhan
5.7.2. Menggunakan timer sebaik - baiknya untuk mengatur penggunaan
5.7.3. Menghindari penggunaan modus standby / soft-off (mematikan dari
remote control)
5.7.4. Mematikan peralatan audio (tape recorder, CD player) dan TV jika meninggalkan ruangan
5.7.5. Memilih ukuran TV sesuai kebutuhan dan ruang dan hemat energi.

5.8. Tata kelola Peralatan Listik Lainnya


5.8.1. Kulkas
5.8.1.1. Mengatur suhu kulkas sesuai kebutuhan
5.8.1.2. Pintu kulkas harus ditutup rapat, membuka pada saat diperlukan dan segera
ditutup kembali
5.8.1.3. Tidak memasukkan makanan dan minuman yang masih panas
5.8.1.4. Menempatkan kulkas jauh dari sumber panas
5.8.2. Dispenser
5.8.2.1. Mengurangi penggunaan fasilitas air dingin pada dispenser jika sudah mempunyai
kulkas
5.8.2.2. Jika perlu, tampung air panas dari dispenser ke termos lalu matikan fungsi air
panasnya
5.8.3. Mesin Foto Copy
5.8.3.1. Menggunakan fungsi energy saver pada mesin fotocopy jika mesin tidak digunakan
5.8.3.2. Mematikan mesin (tombol power off atau cabut stop kontak) jika tidak digunakan
dalam waktu yang sangat lama, misalkan pada jam istirahat atau jam pulang
kantor.
5.8.4. Pompa Air
5.8.4.1. Menggunakan pompa air untuk mengisi penampungan (tandon / torn), bukan untuk
mengalirkan air ke dalam rumah (bak mandi, mesin cuci, dsb)
5.8.4.2 Menggunakan pelampung air otomatis sehingga aliran listrik akan terputus dan
pompa berhenti bekerja apabila penampung sudah terisi penuh
National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

5.8.4.3 Mematikan pompa air bila tidak digunakan terutama di luar jam kerja atau hari
libur
5.8.4.4. Membatasi penggunaan pompa air untuk utilitas seperti air mancur
5.8.4.5. Memeriksa instalasi saluran air, terutama untuk menghindari kebocoran air
5.9. Energi Baru Terbarukan
5.9.1. Unit Kerja berinisiatif mengembangkan energi baru terbarukan (sel surya, biofuel, biomassa
dsb)
5.9.2. Unit Kerja menggunakan energi baru terbarukan untuk mensuplay kebutuhan listriknya.

Upaya Reduksi CO2


Karbon dioksida (CO2), gas menurut para ahli lingkungan berperan besar dalam terjadinya
pemanasan global, telah menjadi isu dunia. Berbagai upaya untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfir terus
dicari. Memahami faktor-faktor penentu dibalik emisi CO2 menjadi penting sebelum menetapkan kebijakan
sebagai upaya pengurangan emisi.
Mengaitkan emisi CO2 dengan konsumsi energi listrik rumah tangga mengandung tiga kerancuan besar.
Pertama, energi listrik dibangkitkan dari sejumlah sumber pembangkit utama yang berbeda-beda, dimana
suatu pembangkit merupakan sumber utama emisi CO 2 (misal pembangkit berbahan bakar batu bara)
sementara pembangkit lainnya hampir mendekati nol emisi (hydropower). Kedua, kombinasi sumber
pembangkit yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik berbeda-beda sesuai dengan waktu
dan keadaan musim. Ketiga, energi listrik didistribusikan melintasi jarak yang jauh dengan menggunakan
sistem transmisi dan distribusi yang kompleks, sehingga emisi CO 2 yang dikaitkan dengan penggunaan energi
listrik sebenarnya terjadi di lokasi yang jauh dari daerah dimana energi tersebut dikonsumsi.
Inventarisasi emisi CO2 untuk pembangkitan energi listrik dihitung berdasarkan emisi CO 2 dari
pembakaran energi final dengan menggunakan pendekatan GHG Inventory, IPCC 1996.
Emisi = Penggunaanenergi x Kandungan Karbonenergi x Rasio Oksidasi x(44/12)

Kandungan karbon dari masing-masing jenis energi menggunakan spesifik emisi default dari IPCC. Kandungan
karbon dari setiap bahan bakar (ton Karbon per Terajoule) diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan karbon bahan bakar


Jenis Bahan Bakar Ton C per TJ
Batubara 26.2
LPG 17.2
Gas 15.3
Automotive Diesel Oil (ADO) 20.2
Fuel Oil (FO) 21.1
Industrial Diesel Oil (IDO) 20.2
Kerosene 19.6
National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

Premium 18.9
Kayubakar 29.9
Avgas/Avtur 19.5
Sumber: ESDM

Ruang Lingkup
Emisi yang diperhitungkan adalah emisi CO2 antropogenik, yaitu emisi gas rumah kaca terkait dengan
aktifitas manusia. Konsumsi energi dibatasi pada penggunaan bahan bakar dan energi yang digunakan untuk
keperluan kantor Selanjutnya, dari data-data penggunaan energi yang diperoleh, dikonversi menjadi jumlah
emisi CO2 yang dihasilkan dari aktifitas penggunaan energi tersebut, baik emisi langsung maupun tidak
langsung.
Emisi CO2 dapat dikategorikan menjadi:
(a) emisi langsung, adalah emisi yang keluar langsung dari aktifitas atau sumber dalam ruang batas yang
ditetapkan. Contoh: emisi CO2 dari kendaraan bermotor.
(b) emisi tidak langsung, merupakan hasil dari aktifitas di dalam ruang batas yang ditetapkan. Contoh:
konsumsi energi listrik di rumah tangga/di kantor.
Secara geografis, emisi dibedakan menjadi
 emisi on-site, emisi yang terjadi di lokasi aktifitas/projek
 emisi off-site, emisi yang dihasilkan dari aktifitas di tempat lain

Langsung / on-site

Tak langsung/ off-site

Langsung / off-site

Sumber: ABCs of Carbon Emissions Accounting

Gambar 1. Kategori Emisi


National Conference on Conservation for Better Life (NCCBL), UNNES, Semarang 22 November 2014

Jumlah emisi CO2 yang dihasilkan dari suatu aktifitas dapat dituliskan sebagai persamaan:
ECO2 = A x FE
ECO2 = emisi CO2
A = data aktifitas (kWh listrik, liter minyak tanah, dsb)
FE = faktor emisi (kg CO2/kWh, kg CO2/liter minyak tanah, dsb)
Alternatif upaya pengurangan emisi dapat dilakukan dengan memperkecil nilai A, yaitu dengan cara
menurunkan frekuensi atau besarnya aktifitas sumber emisi; atau dengan memperkecil FE melalui penerapan
teknologi yang lebih efisien, lebih ramah lingkungan; atau dengan kombinasi keduanya.
Penutup
Secara umum, intensitas karbon dipengaruhi oleh tiga komponen: 1) intensitas pengguna akhir energi,
2) jenis bahan bakar, dan 3) emisi per satuan energi listrik yang diproduksi. Adapun faktor pendorong
dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi, ukuran rumah, kepemilikan kendaraan pribadi, jarak perjalanan,
dsb. Dalam penentuan kebijakan pengurangan emisi harus memperhatikan faktor pendorong dan faktor
teknologi yang ada. Kebijakan pengurangan emisi dapat diarahkan pada:
1) penggunaan energi yang lebih efisien
2) penggunaan jenis bahan bakar dengan kandungan karbon rendah
3) peningkatan penggunaan energi terbarukan atau teknologi konversi energi rendah emisi
4) pengurangan aktifitas, misalnya mengurangi jumlah perjalanan dengan kendaraan pribadi.

Pustaka
Department of Energy, “Carbon Dioxide Emissions from the Generation of Electric Power in the United
States”, Washington DC, Juli 2000

Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 162/O/2004 tentang Penyelenggaraan Pendidikan di
Universitas Negeri Semarang

PP No. 70/2009 tentang Koservasi Energi, pasal 9-14 Pelaksanaan Konservasi Energi

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/87/M.PAN/8/2005 tentang Pedoman


Peningkatan Pelaksanaan Efisiensi, Penghematan dan Disiplin Kerj

UU No. 30/2007 tentang Energi, pasal 25 Konservasi Energi

View publication stats

You might also like