You are on page 1of 8

ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

Vol.1 No.1 April 2018


p-ISSN: 2615-4196 e-ISSN: 2615-4072
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/anargya

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN


MEDIA BONGKAR PASANG UNTUK PENINGKATAN BERPIKIR
KREATIF MATEMATIKA

Irma Yuliani1, Mohammad Kanzunnudin2, dan Ratri Rahayu3

Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muria Kudus


Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muria Kudus
Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Muria Kudus

Info Artikel Abstract


Sejarah Artikel: This research aims are to know the improvement of the Mathematics creative thinking ability of the
Diterima 25 Feb 2018 fourth grade students at SD 1 Wergu Kulon by using Creative Problem Solving model assisted by
Direvisi 20 Mar 2018 puzzle media. The research was conducted to the fourth grade at SD 1 Wergu Kulon year
Disetujui 20 Apr 2018 2016/2017 with 23 students as respondents. The method of the research was a classroom action
research that was done in 2 cycles; cycle I and cycle II. Every cycle consists of action, observation,
and reflection. The independent variable of this research was Creative Problem Solving model,
Keywords: Creative while the dependent variable was the Mathematics creative thinking ability. Technique of collecting
Problem Solving, data of the research was interview, observation, test and documentation. The data analysis of the
Creative Thinking research was quantitative and qualitative analysis.The finding of the research showed the average
Ability, Cube Nets and score of the teacher’s teaching ability in cycle I was 3,14 (good), then cycle II had an improvement
Cuboids. became 3,40 (very good). The average score of the students’ activity showed that there was an
improvement of the students’ activity from cycle I 2,315 (enough) became 2,82 (good) in cycle II. It
also showed that there was an improvement of the Mathematics creative thinking of cube nets and
Paper type: cuboids material from cycle I was 56,52% (medium), then cycle II was 78,26% (high).
Research paper

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematika
dengan diterapkannya model Creative Problem Solving berbantuan media bongkar pasang.
Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD 1 Wergu Kulon tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah
siswa 23. Metode yang digunakan yakni metode penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama
2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Variabel bebas pada penelitian ini yakni model Creative Problem Solving,
sedangkan variabel terikatnya yakni kemampuan berpikir kreatif matematika. Teknik pengumpulan
data yang digunakan yaitu teknik wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Analisis data yang
digunakan yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa skor rata-rata keterampilan mengajar guru pada siklus I mencapai 3,14 (baik), pada siklus II
mengalami peningkatan menjadi 3,40 (sangat baik). Skor rata-rata aktivitas belajar siswa juga
mengalami peningkatan dari siklus I memperoleh 2,31 (cukup), dan pada siklus II memperoleh 2,82
(baik). Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan berpikir kreatif matematika pada
materi jaring-jaring kubus dan balok dari siklus I mencapai ketuntasan 56,52% (sedang) ke siklus II
mencapai ketuntasan 78,26% (tinggi).

© 2018 Universitas Muria Kudus


Alamat korespondensi:
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53 Kudus
Tlp (0291) 438229 ex.147 Fax. (0291) 437198
E-mail: yuliani.irma07@gmail.com
Irma Yuliani, Mohammad Kanzunnudin, dan Ratri Rahayu
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

PENDAHULUAN yang ada pada TIMMS bersifat kontekstual yang


Masih banyak siswa yang menganggap di dalamnya menuntut siswa untuk berpikir
bahwa pelajaran matematika merupakan kreatif. Indonesia dalam ajang TIMMS tahun
pelajaran yang sulit dan membingungkan. Hal 2015 menduduki peringkat ke-44 dari 56 negara
tersebut merupakan salah satu masalah yang dengan perolehan skor 397 (IEA, 2015). Hal
sering ditemukan dalam sekolah khususnya pada tersebut menunjukkan bahwa kemampuan
sekolah dasar. Selain itu, kemampuan berpikir berpikir kreatif matematika yang dimiliki oleh
kreatif siswa yang rendah juga menyebabkan siswa negara Indonesia masih di bawah rata-rata
rendahnya hasil belajar dan kemampuan siswa dari beberapa negara di dunia.
dalam pelajaran matematika. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif
Matematika merupakan salah satu siswa pada mata pelajaran matematika juga
bidang studi yang ada pada semua jenjang dialami oleh salah satu sekolah dasar yang
pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar terletak di Kabupaten Kudus yakni di SD 1
hingga perguruan tinggi (Susanto, 2016:183) Wergu Kulon khususnya pada kelas IV tahun
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pelajaran 2016/2017. Hal tersebut terbukti dari
di sekolah dasar yang sangat penting dan harus hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematika
dikuasai oleh siswa. Khususnya pada tingkat siswa pada prasiklus yang sudah dilakukan. Nilai
sekolah dasar, pembelajaran matematika rata-rata kelas yang diperoleh yaitu 53,91 dan
mempunyai tujuan, salah satu tujuannya nilai terendah yang diperoleh siswa yaitu 27.
ditunjukkan oleh Suherman, dkk (dalam Sudewa, Siswa yang nilai tes berpikir kreatif
dkk, 2014) bahwa tujuan pembelajaran matematikanya melebihi batas kriteria ketuntasan
matematika di sekolah dasar adalah untuk minimal yakni ada 7 siswa (39,43%), sedangkan
mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi 16 siswa lainnya masih berada di bawah kriteria
perubahan keadaan di dunia yang selalu ketuntasan minimal (60,57%).
berkembang dan mempersiapkan siswa agar Rendahnya kemampuan berpikir kreatif
dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika siswa disebabkan oleh beberapa
matematika dalam kehidupan sehari-hari. faktor, diantaranya kurangnya keaktifan dan
Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk partisipasi siswa pada proses kegiatan
membekali mereka dengan kemampuan berpikir pembelajaran. Banyak siswa yang kurang
logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta memperhatikan penjelasan guru saat
kemampuan bekerjasama (Syafri, 2016:10). menerangkan pelajaran, siswa berbicara sendiri
Berpikir kreatif sangatlah penting dalam dengan teman-temannya. Hal tersebut tentunya
pembelajaran di sekolah, terutama pada berakibat pada rendahnya kemampuan berpikir
matematika di sekolah dasar, karena sekolah kreatif matematika siswa dan peran aktif siswa
dasar merupakan pondasi awal pembangunan dalam kegiatan pembelajaran.
konsep matematika yang akan membekas di Selain itu, berdasarkan hasil wawancara
pikiran seorang siswa sekolah dasar hingga ia yang telah dilakukan pada siswa kelas IV SD 1
dewasa nanti. Purwanti (2015:65-66) Wergu Kulon, menunjukkan informasi bahwa
menjelaskan bahwa seseorang dikatakan mata pelajaran matematika merupakan mata
mempunyai kreativitas jika mencapai 4 indikator pelajaran yang masih dianggap sulit,
kreativitas yakni kelancaran, keluwesan, membingungkan, dan rata-rata siswa tidak suka
keaslian, keterperincian. mata pelajaran matematika. Diperoleh pula
Bishop (dalam Suriyani, 2015:227) informasi bahwa kegiatan pembelajaran masih
mengemukakan bahwa berpikir kreatif dalam bersifat konvensional dan siswa kurang aktif
pembelajaran matematika memang sangat maupun berpartisipasi dalam kegiatan
penting, karena seseorang memerlukan dua pembelajaran.
keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir Pembelajaran yang bersifat
kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi konvensional dan kurang melibatkan siswa
dan kemampuan berpikir analitik yang dalam pembelajaran dapat menghambat aktivitas
diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. dan pola berpikir kreatif pada siswa. Sehingga
Rosdiana, dkk (2016) menyatakan mempengaruhi kemampuan berpikir yang kreatif
bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika dan hasil belajar siswa khususnya dalam mata
siswa pada jenjang sekolah dasar bisa dikatakan pelajaran matematika. Amalia, dkk (2015)
masih rendah. Rendahnya kemampuan tersebut menyatakan selayaknya guru harus
ditunjukkan oleh hasil TIMMS (Trends in mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
International Mathematics and Science Study). tinggi siswa yaitu kemampuan berpikir kreatif
TIMMS merupakan studi yang mengukur dalam pembelajaran matematika di kelas.
kemampuan berpikir tingkat tinggi, karena soal

30
Irma Yuliani, Mohammad Kanzunnudin, dan Ratri Rahayu
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

Penggunaan model dalam kegiatan kemudian dapat digabung-gabungkan menjadi


pembelajaran akan menciptakan suasana yang bangun kubus maupun balok. Media bongkar
menyenangkan, membuat siswa merasa senang, pasang dimodifikasi dengan memberikan angka
hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal, pada setiap sisinya guna mempermudah siswa
serta dapat menumbuhkembangkan berpikir untuk menentukan alas dan tutup bangun ruang
kreatif siswa. Ada berbagai macam model kubus dan bangun ruang balok.
pembelajaran, salah satunya yakni model
pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
Model Creative Problem Solving (CPS) adalah
model pembelajaran yang sistematis dalam
menyelesaikan masalah dengan cara atau strategi
yang kreatif. Lestari dan Yudhanegara (2015:65),
bahwa model Creative Problem Solving
merupakan variasi dari pembelajaran
penyelesaian masalah dengan teknik yang
sistematis dalam mengorganisasikan gagasan
kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Gambar 1 Media Bongkar Pasang
Creative Problem Solving merupakan salah satu Media bongkar pasang ini dapat
model pembelajaran yang digunakan dalam melibatkan siswa secara langsung dalam
upaya menciptakan solusi permasalahan dengan pembelajaran sehingga dengan cara yang kreatif
cara yang kreatif dan imajinatif sehingga dapat menemukan sendiri berbagai macam
mendorong siswa untuk lebih terampil dan jaring-jaring kubus dan balok. Menerapkan
kreatif. Tahapan model pembelajaran Creative model Creative Problem Solving dengan
Problem Solving menurut Lestari dan berbantuan media bongkar pasang diharapkan
Yudhanegara (2015:65-66) sebagai berikut. menarik perhatian siswa dan dapat memfokuskan
1. Siswa dibentuk menjadi beberapa tujuan pembelajaran sehingga dapat
kelompok yang heterogen. menumbuhkembangkan kemampuan berpikir
2. Pembelajaran dimulai dengan pemberian kreatif matematika siswa khususnya pada materi
masalah sesuai dengan materi pelajaran jaring-jaring kubus dan balok.
melalui tanya jawab lisan. Berdasarkan uraian tersebut, maka
3. Siswa dalam kelompok menentukan peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan
permasalahan yang tersedia dalam lembar model Creative Problem Solving berbantuan
kerja kelompok. media bongkar pasang pada mata pelajaran
4. Siswa dalam kelompok menentukan matematika materi jaring-jaring kubus dan balok
gagasan/ide sehingga dapat dijadikan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
solusi. matematika siswa kelas IV di SD 1 Wergu
5. Siswa melakukan presentasi yang diwakili Kulon.
seorang siswa dari satu kelompok.
6. Diskusi kelompok untuk menyimpulkan METODE PENELITIAN
materi yang telah disampaikan. Penelitian ini merupakan penelitian
Menciptakan pembelajaran yang tindakan kelas yang mengacu pada model yang
menyenangkan tidak hanya menerapkan model dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart.
pembelajaran dalam proses belajar mengajar, Penelitian dilakukan dalam dua siklus yakni
melainkan juga didukung dengan adanya media siklus I dan siklus II. pada setiap siklus meliputi
pembelajaran. Media yang diterapkan dalam 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
penelitian ini yakni media bongkar pasang untuk pengamatan, dan refleksi. Sebagaimana
mempermudah siswa dalam menemukan jaring- dijelaskan Arikunto (2014:16) bahwa secara
jaring kubus maupun balok. Media bongkar garis besar terdapat empat tahapan pada
pasang merupakan alat permainan edukatif yang penelitian tindakan kelas yakni (1) perencanaan,
dapat merangsang berbagai kemampuan anak, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
media bongkar pasang dimainkan dengan cara Adapun variabel bebas pada penelitian ini yakni
membongkar kepingan bongkar pasang lalu model Creative Problem Solving. Sedangkan
memasangnya kembali ataupun sebaliknya, baik variabel terikat pada penelitian ini yakni
bongkar pasang dua dimensi atau tiga dimensi kemampuan berpikir kreatif matematika siswa.
(Hasnawati, 2016). Media bongkar pasang yang Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini yakni media yang digunakan dalam penelitian yakni metode
terdiri atas potongan-potongan berbentuk bangun wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi.
datar persegi maupun persegi panjang yang Adapun instrumen yang digunakan yaitu lembar

31
Irma Yuliani, Mohammad Kanzunnudin, dan Ratri Rahayu
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

wawancara, lembar observasi, lembar tes, dan Tabel 3. Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif
dokumentasi. Untuk menganalisis data yang Matematika
diperoleh, maka digunakan teknik analisis data Persentase Kemampuan
Kriteria
kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis Berpikir Kreatif Matematika
data kuantitatif digunakan untuk mengetahui 80% - 100% Sangat tinggi
peningkatan kemampuan berpikir kreatif 60% - 79% Tinggi
matematika siswa kelas IV SD 1 Wergu Kulon 40% - 59% Sedang
20% - 39% Rendah
pada materi jaring-jaring kubus dan balok
0% - 19% Sangat rendah
dengan diterapkannya model Creative Problem
Sumber: Aqib (2014:41)
Solving berbantuan media bongkar pasang.
Sedangkan analisis data kualitatif
Menghitung nilai tiap indikator kemampuan
diperoleh melalui lembar observasi yakni
berpikir kreatif matematika dengan rumus
observasi keterampilan mengajar guru dan
sebagai berikut.
aktivitas belajar siswa pada pembelajaran
matematika dengan menerapkan model Creative
x 100 Problem Solving berbantuan media bongkar
pasang. Data yang sudah diperoleh dari hasil
observasi keterampilan mengajar guru dan
Sumber: Sugiyono (2015:418)
aktivitas belajar siswa kemudian dilakukan
Adapun kriteria kemampuan berpikir penilaian dengan cara menghitung skor rata-rata
kreatif tiap indikator disajikan pada Tabel 1. yang diperoleh, yaitu menggunakan rumus
Tabel 1. Kriteria Kemampuan Berpikir Kreatif sebagai berikut.
Tiap Indikator
Nilai Kemampuan Berpikir
Kriteria
Kreatif Tiap Indikator Skor rata-rata =
0 ≤ nilai ≤ 20 Sangat kurang
20 < nilai ≤ 40 Kurang
40 < nilai ≤ 60 Cukup Kriteria yang digunakan untuk
60 < nilai ≤ 80 Baik mengkategorikan aktivitas belajar siswa dan
80 < nilai ≤ 100 Sangat baik keterampilan mengajar guru berdasarkan skor
Menghitung nilai kemampuan berpikir rata-rata yang diperoleh, yakni ada pada Tabel 4.
kreatif matematika siswa secara individu Tabel 4. Kriteria Keterampilan Mengajar Guru
(ketuntasan belajar individu), dengan rumus dan Aktivitas Belajar Siswa
sebagai berikut. Persentase Kriteria
3,25 < skor rata-rata ≤ 4 Sangat baik
2,5 < skor rata-rata ≤ 3,25 Baik
= 1,75 < skor rata-rata ≤ 2,5 Cukup
1 < skor rata-rata ≤ 1,75 Kurang
Sumber: Arifin (2013:128) Sumber: Kosasih (2014:135)
Adapun kriteria ketuntasan belajar disajikan pada Indikator keberhasilan pada penelitian ini
Tabel 2. sebagai berikut.
Tabel 2. Kriteria Ketuntasan Belajar 1. Keterampilan mengajar guru pada
Nilai Kriteria pelaksanaan pembelajaran matematika
≥ 65 Tuntas dengan model Creative Problem Solving
< 65 Tidak Tuntas berbantun media bongkar pasang pada
KKM 65 materi jaring-jaring kubus dan balok
Menghitung persentase kemampuan minimal mencapai skor rata-rata ≥ 2,5
berpikir kreatif matematika siswa secara klasikal, dengan kriteria baik.
dengan rumus. 2. Skor rata-rata aktivitas belajar yang
diperoleh siswa kelas IV SD 1 Wergu
% Kulon minimal mencapai skor rata-rata ≥
2,5 dengan kriteria baik.
3. Ketercapaian kemampuan berpikir kreatif
Sumber: Aqib (2014:41) matematika secara klasikal yang diperoleh
Perhitungan persentase kemampuan siswa kelas IV SD 1 Wergu Kulon
berpikir kreatif siswa yang sudah diperoleh dapat mencapai persentase ≥60% pada kriteria
dikategorikan ke dalam kriteria kemampuan tinggi.
berpikir kreatif matematika. Adapun kriteria
tersebut disajikan pada Tabel 3.

32
Irma Yuliani, Mohammad Kanzunnudin, dan Ratri Rahayu
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN memperbaiki hasil tes evaluasi pada siklus II,
Penelitian tindakan kelas berlangsung peneliti perlu memberikan himbauan kepada
selama 2 siklus yakni siklus I dan siklus II. Pada siswa untuk lebih memperhatikan saat mengikuti
setiap siklusnya terdiri atas 2 pertemuan. Pada pelajaran dan lebih berkonsentrasi serta
siklus I pertemuan I dilaksanakan pada 22 Mei bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tes
2017 dan pada siklus I pertemuan II evaluasi agar tidak lagi mengalami kesulitan dan
dilaksanakan pada 23 Mei 2017. Sedangkan pada mendapatkan nilai yang maksimal.
siklus II pertemuan I dilaksanakan pada 29 Mei Berdasarkan tes soal kemampuan
2017 dan pada siklus II pertemuan II berpikir kreatif matematika pada siklus II pada
dilaksanakan pada 30 Mei 2017. siswa kelas IV SD 1 Wergu Kulon tahun
Pada setiap akhir siklus dilaksanakan pelajaran 2016/2017, diperoleh hasil nilai rata-
evaluasi untuk mengetahui peningkatan rata kelas yaitu 76,96 dengan nilai terendah yang
kemampuan berpikir kreatif matematika yang didapat siswa yaitu 55,83. Hasil tes evaluasi
dimiliki siswa kelas IV SD 1 Wergu Kulon. siklus II, secara klasikal menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada akhir dari jumlah siswa keseluruhan yakni 23 siswa
siklus I, diperoleh bahwa hasil nilai rata-rata terdapat 18 siswa yang memperoleh ketuntasan
kelas yaitu 74,35 dengan nilai terendah yang melebihi nilai KKM dan terdapat 5 siswa yang
didapat siswa yaitu 30,83. tidak tuntas melebihi nilai KKM. Jika disajikan
Hasil tes evaluasi siklus I siswa kelas IV dalam persentase, maka siswa yang memperoleh
SD 1 Wergu Kulon tahun pelajaran 2016/2017 ketuntasan yakni 78,26%, sedangkan siswa yang
secara klasikal menunjukkan bahwa dari jumlah tidak tuntas yakni 21,74%. Jika dianalisis pada
siswa keseluruhan yakni 23 siswa terdapat 13 kriteria ketuntasan secara klasikal, maka
yang memperoleh ketuntasan melebihi nilai kemampuan berpikir kreatif matematika siswa
KKM dan terdapat 10 siswa yang tidak tuntas kelas IV SD 1 Wergu Kulon pada evaluasi siklus
melebihi nilai KKM. Jika disajikan dalam II termasuk kedalam kriteria tinggi. Hasil
persentase, maka siswa yang memperoleh tersebut menunjukkan adanya peningkatkan
ketuntasan yakni 56,52%, sedangkan siswa yang kemampuan berpikir kreatif matematika yang
tidak tuntas yakni 43,48%. Jika dianalisis pada dimiliki oleh siswa dari hasi tes evaluasi yang
kriteria ketuntasan secara klasikal, maka dilakukan pada siklus I yakni dengan
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa memperoleh ketuntasan 56,52%. Persentase hasil
kelas IV SD 1 Wergu Kulon pada evaluasi siklus ketuntasan siswa secara klasikal dapat disajikan
I termasuk kedalam kriteria sedang. Hal tersebut dalam bentuk diagram pada gambar 3.
perlu adanya tindakan kembali untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif 22%
matematika yang dimiliki oleh siswa. Persentase Tuntas
hasil ketuntasan siswa secara klasikal dapat
disajikan dalam bentuk diagram pada gambar 2.
78%
Tidak
tuntas
43%
Tuntas
57% Gambar 3 Hasil Tes Evaluasi Siklus II
Tidak tuntas Adapun perbandingan hasil tes evaluasi
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas IV SD 1
pada tindakan prasiklus, siklus I, dan siklus II
dapat digambarkan pada diagram sebagai
berikut.
Gambar 2 Hasil Tes Evaluasi Siklus I
Penelitian tindakan kelas dengan
menerapkan model Creative Problem Solving
berbantuan media bongkar pasang pada siswa
kelas IV SD 1 Wergu Kulon tahun pelajaran
2016/2017 pada siklus I, belum dapat dikatakan
berhasil karena kemampuan berpikir kreatif
matematika yang dimiliki siswa belum mencapai
indikator keberhasilan yang diinginkan oleh
peneliti yakni mencapai persentase ≥ 60%
dengan kriteria tinggi. Oleh karena itu, untuk

33
Irma Yuliani, Mohammad Kanzunnudin, dan Ratri Rahayu
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

pasang pada siswa kelas IV SD 1 Wergu Kulon


Perbandingan Ketuntasan menunjukkan adanya peningkata. Peningkatan
Hasil Tes Evaluasi hasil observasi keterampilan mengajar guru
Kemampuan Berpikir Kreatif dapat dilihat pada perbandingan hasil observasi
pada siklus I dan siklus II. Hasil observasi
keterampilan mengajar guru siklus I pertemuan I
80,00% diperoleh total 76 dan skor rata-rata 3,04 dengan
Persentase

60,00%
40,00%
kriteria baik. Sedangkan pada siklus I pertemuan
20,00% II diperoleh total skor 81 dan skor rata-rata 3,24
0,00% dengan kriteria baik. Hasil observasi
keterampilan mengajar guru pada siklus II
pertemuan I diperoleh total skor 84 dan skor rata-
rata 3,36 dengan kriteria sangat baik. Pada siklus
II pertemuan II diperoleh total skor 86 dan skor
rata-rata 3,44 dengan kriteria sangat baik. Hasil
Ketuntasan hasil tes evaluasi rata-rata observasi pada siklus I sebesar 3,14
kemampuan berpikir kreatif kelas IV SD 1 dengan kriteria baik dan pada siklus II diperoleh
Wergu Kulon mengalami peningkatan dari setiap rata-rata sebesar 3,40 dengan kriteria sangat baik.
tindakan. Ketuntasan hasil tes prasiklus sebesar Hasil observasi aktivitas belajar siswa
30,43% (rendah), ketuntasan hasil tes siklus I juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada
sebesar 56,52% (sedang), dan ketuntasan hasil siklus I pertemuan I memperoleh total skor 931
tes siklus II sebesar 78,26% (tinggi). Demikian dan skor rata-rata 2,25 dengan kriteria cukup,
penelitian tindakan kelas dengan menerapkan serta pada pertemuan II memperoleh total skor
model Creative Problem Solving berbantuan 984 dan skor rata-rata 2,38 dengan kriteria
media bongkar pasang pada siswa kelas IV SD 1 cukup. Sedangkan pada siklus II pertemuan I
Wergu Kulon tahun pelajaran 2016/2017 memperoleh total skor 1126 dan skor rata-rata
sudahdapat dikatakan berhasil karena 2,72 dengan kriteria baik. Pada siklus II
kemampuan berpikir kreatif matematika yang pertemuan II memperoleh total skor 1207 dan
dimiliki siswa sudah mencapai indikator skor rata-rata 2,92 dengan kriteria baik.
keberhasilan yang diinginkan oleh peneliti yakni Berdasarkan hasil pada siklus I dan siklus I,
mencapai persentase ≥ 60% dengan kriteria maka diperoleh hasil rata-rata pada siklus I
tinggi. sebesar 2,315 dengan kriteria cukup dan rata-rata
Meningkatnya kemampuan berpikir pada siklus II sebesar 2,82 dengan kriteria baik.
kreatif matematika siswa disebabkan oleh adanya Penelitian tindakan kelas ini dapat
penerapan model Creative Problem Solving dikatakan berhasil dengan tercapainya semua
berbantuan media bongkar pasang pada indikator keberhasilan yang diinginkan oleh
pembelajaran. Model Creative Problem Solving peneliti. Keterampilan mengajar guru
merupakan model pembelajaran yang memperoleh rata-rata sebesar 3,40 dengan
mengupayakan memecahkan suatu permasalahan kriteria sangat baik. Aktivitas belajar siswa
dengan cara yang kreatif sehingga dapat memperoleh rata-rata sebesar 2,82 dengan
menghasilkan suatu kreativitas. Sesuai dengan kriteria baik. Selanjutnya ketercapaian
pendapat Sumartono dan Yustari (2014:191) kemampuan berpikir kreatif matematika secara
bahwa model pembelajaran Creative Problem klasikal mencapai 78,26% pada kriteria tinggi.
Solving menuntut siswa untuk mengerahkan Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa
semua cara dalam berpikir yang bertujuan untuk pembelajaran matematika pada materi jairng-
menyelesaikan suatu permasalahan secara kreatif jaring kubus dan jaring-jaring balok dengan
sehingga pada pembelajaran siswa diberikan menggunakan model Creative Problem Solving
kebebasan untuk mengembangkan berbantuan media bongkar pasang dapat
kemampuannya dalam berpikir secara kreatif dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
mengasah kreativitas untuk menyelesaikan matematika pada siswa sekolah dasar khususnya
permasalahan. Proses yang seperti inilah harus siswa kelas IV SD 1 Wergu Kulon tahun
dilakukan oleh siswa secara berulang dapat pelajaran 2016/2017.
mengakibatkan kemampuan berpikir kreatif
siswa dapat berkembang secara optimal. SIMPULAN
Hasil observasi keterampilan mengajar Berdasarkan pada hasil penelitian
guru dari siklus I ke siklus II pada pembelajaran tindakan kelas yang sudah dilakukan pada siswa
matematika dengan menerapkan model Creative kelas IV di SD 1 Wergu Kulon serta berdasarkan
Problem Solving berbantuan media bongkar pembahasan yang telah dibahas pada bab

34
Irma Yuliani, Mohammad Kanzunnudin, dan Ratri Rahayu
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa dalam Hasnawati, dkk. 2016. Implementasi Permainan
pembelajaran matematika dengan menerapkan Bongkar Pasang Dalam Melejitkan
model Creative Problem Solving berbantuan Berbagai Aspek Perkembangan Anak
media bongkar pasang dapat meningkatkan Usia Dini Pada Paud It Ar-Rahman Banda
kemampuan berpikir kreatif matematika siswa Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
sekolah dasar. Adapun simpulan hasil penelitian Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1): 19-28.
tindakan kelas sebagai berikut: (1) Skor rata-rata IEA. 2015. TIMSS 2015 International Results in
keterampilan mengajar guru dalam pengelolaan Mathematics, [online], (http://timss2015.
pembelajaran dengan menggunakan model org/download-center, diakses tanggal 28
Creative Problem Solving berbantuan media Maret 2018).
bongkar pasang pada siklus I memperoleh skor Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan
rata-rata 3,14 dengan kriteria baik. Pada siklus II Pembelajaran Implementasi Kurikulum
skor rata-rata mengalami peningkatan yakni 2013. Bandung: Yrama Widya.
memperoleh skor rata-rata sebesar 3,40 dengan Lestari, Karunia Eka dan Mokhammad Ridwan
kriteria sangat baik; (2) Skor rata-rata aktivitas Yudhanegara. 2015. Penelitian
belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran pada Pendidikan Matematika. Bandung: Refika
siklus I memperoleh skor rata-rata 2,31 dengan Aditama.
kriteria cukup dan pada siklus II mengalami Purwanti, Duwi. 2015. Peningkatan Kreativitas
peningkatan yakni memperoleh skor rata-rata dan Prestasi Belajar Matematika Siswa
2,82 dengan kriteria baik; (3) Hasil kemampuan Kelas III SDN Gejayan Dengan
berpikir kreatif matematika dengan menerapkan Menggunakan Pendekatan PMRI. Jurnal
model Creative Problem Solving berbantuan INDI-Inovasi Didaktik, 1(1): 65-78.
media bongkar pasang memperoleh hasil yang Rosdiana, Daniar dkk. 2016. Pendekatan
baik dengan meningkatnya hasil pada siklus I ke Eksploratif Untuk Meningkatkan
siklus II. Pada siklus I diperoleh ketuntasan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
klasikal sebesar 56,52% dengan kriteria sedang. Disposisi Matematika. Jurnal Pena
Pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal Ilmiah, 1(1): 231-240.
sebesar 78,26% dengan kriteria tinggi. Perolehan Sudewa, Dewa Gede Oka, dkk. 2014.
rata-rata kelas pun juga meningkat yakni pada Implementasi Model Pembelajaran
siklus I sebesar 60,11 dan pada siklus II sebesar Creative Problem Solving Dengan Media
68,19. Flash CD Untuk Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa
UCAPAN TERIMA KASIH Kelas V Semester I SD Negeri 6
Ucapan terima kasih kepada (1) Dr. Sukowati. E-Jurnal Mimbar PGSD
Slamet Utomo, M.Pd. selaku dekan FKIP UMK; Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1).
(2) Ika Oktavianti, M.Pd., ketua Prodi PGSD Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan:
UMK.; (3) Kepala SD 1 Wergu Kulon; (4) guru Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
kelas IV SD 1 Wergu Kulon; (5) seluruh siswa R&D. Bandung: Alfabeta.
kelas IV SD 1 Wergu Kulon; (6) seluruh pihak Sumartono dan Erik Yustari. 2014. Penerapan
yang telah membantu dalam penelitian ini. Model Creative Problem Solving (CPS)
Dalam Pembelajaran Matematika di Kelas
DAFTAR PUSTAKA VIII SMP. EDU-MAT Jurnal Pendidikan
Matematika, 2(3): 187-193.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah
Suriyani, dkk. 2015. Peningkatan Kemampuan
membantu dalam keberlangsungan penelitian ini. Berpikir Kreatif dan Kemandirian Belajar
Amalia, Yuli, dkk. 2015. Penerapan Model Siswa Mts Negeri 2 Medan Melalui
Eliciting Activities untuk Meningkatkan Pembelajaran Matematika Dengan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Pendekatan Open-Ended. Jurnal
dan Self Confidence Siswa SMA. Journal Tabularasa PPS UNIMED, 12(3): 224-
Didaktik Matematika, 2(2): Hlm. 38-48. 234.
Aqib, Zainal, dkk. 2014. Penelitian Tindakan Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar &
Kelas (PTK) untuk guru SD, SLB, TK. Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Bandung: Yrama Widya. Prenadamedia Group.
Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran: Syafri, Fatrima Santri. 2016. Pembelajaran
Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT Matematika Pendidikan Guru SD/MI.
Remaja Rosdakarya. Yogyakarta: Matematika.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

35
Irma Yuliani, Mohammad Kanzunnudin, dan Ratri Rahayu
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No.1, April 2018

Laugsch, R.C. 2000. Scientific Literacy: A


Conceptual Overview. Science Education,
84 (10): 71-94.

36

You might also like