You are on page 1of 18

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ALTERASI HIDROTERMAL

DAN MINERALISASI ENDAPAN EMAS EPITERMAL DAERAH


PROSPEK RAMADA, KECAMATAN CIMANGGU, KABUPATEN
PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

Oleh:
Gregorius Agung Chrishartantyo*, Yoga Aribowo*, Dian Agus Widiarso*,
Andi Kurniawan**
(Corresponding email: chrishartantyo@gmail.com)

* Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang


** PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. – Unit Geomin

ABSTRACT

Cibaliung Gold Project area is one of the largest primary gold deposits
mineralization prospect areas in the western part of Java island which is
controlled by PT. Antam (Persero) Tbk.. The research area is part of the
Cibaliung Gold Project area called Ramada Prospect. Administratively,
Ramada Prospect located in Cimanggu Subdistrict, Pandeglang District,
Banten Province. Research conducted aimed to determine the geological
condition, characteristics of hydrothermal alteration and gold deposition
mineralization, as well as predicting the environmental conditions of
hydrothermal constituent.
Research conducted with descriptive and qualitative analysis approach.
The research method used consists of literature study, field observation, and
laboratory test. In the literature study methods conducted assessment of the
theoretical basis and previous research. Field survey methods consists of
geological mapping, mapping of alteration and mineralization, as well as
description and identification of rock core drilling results. In the laboratory test
method conducted descriptions and identifications of petrographic,
mineragraphy, and X-Ray Diffraction (XRD) to some rock samples and veins,
as well as analysis of geological structure stereographic method. The research
was also supported by secondary data such as AAS (Atomic Absorption
Spectrometry) test results.
Lithology of research area consists of tuff rock units, pyroclastic breccia
rock units, and andesite lava flow rock units. Pyroclastic breccias rock units
and andesite lava flow rock units are interpreted as pre-mineralization rocks,
whereas tuff rock units are interpreted as post-mineralization rocks. Based on
the analysis of geological structure there is interpreted strike-slip fault has
affected geological conditions of the research area. Hydrothermal alteration in
the research area can be divided into alteration facies of kaolinite-smectite-
chlorite±quartz±carbonate- pyrite replacement-infill strong intensity and
alteration facies of chlorite±epidote±sericite±quartz±carbonate-pyrite
replacement-infill moderate- strong intensity. Gold deposition mineralization
(Au) in the research area predominantly formed on quartz±carbonate veins. The
presence of gold associated with silver (Ag) and pyrite (FeS 2). The main
prospect gold deposits
1
mineralization in the research area contained in "Ramada" veins.
Hydrothermal environment in research area interpreted as a low sulfidation
epithermal deposition system that developed in the ancient depths of 120 m -
340 m with temperatures around 175 °C - 225 °C.

Keywords: Ramada, hydrothermal alteration, gold deposits mineralization,


epithermal.

I. LATAR BELAKANG II. TUJUAN PENELITIAN


Kebutuhan terhadap Penelitian dilakukan dengan
sumberdaya mineral untuk tujuan sebagai berikut:
mendukung kehidupan manusia 1. Mengetahui kondisi tatanan
semakin meningkat. Oleh karena geologi daerah penelitian.
itu, eksplorasi sumberdaya mineral, 2. Mengetahui karakteristik alterasi
khususnya endapan emas, terus hidrotermal daerah penelitian.
dilakukan dan dikembangkan 3. Mengetahui karakteristik
dengan berpedoman pada disiplin mineralisasi endapan emas
ilmu geologi serta didukung dengan daerah penelitian.
beberapa bidang disiplin ilmu 4. Memprediksi kondisi
lainnya, seperti geofisika maupun lingkungan hidrotermal daerah
geokimia. Daerah Prospek Ramada penelitian.
merupakan salah satu wilayah
prospek pada Area Proyek Emas III. LOKASI PENELITIAN
Cibaliung PT. Aneka Tambang Secara administratif, daerah
(Persero) Tbk. penelitian terletak di Kecamatan
Pembentukan mineralisasi Cimanggu, Kabupaten Pandeglang,
endapan emas di suatu daerah Provinsi Banten (Carlile dkk., 2005;
berhubungan dengan keberadaan Angeles dkk., 2001; 2002;
sistem hidrotermal. Sistem Bakosurtanal, 1999), dapat dilihat
hidrotermal dikontrol oleh tatanan pada Gambar 1.1.
geologi yang kompleks mencakup
aspek tektonik, vulkanisme, struktur
geologi, stratigrafi, serta litologi.
Selain menghasilkan mineralisasi
endapan emas, sistem hidrotermal
juga menghasilkan alterasi
hidrotermal yang memiliki
karateristik berbeda-beda di setiap Gambar 1.1.
daerah. Oleh karena itu, dalam (dimodifikasi dari Bakosurtanal,
pelaksanaan kegiatan eksplorasi 1999)
endapan emas perlu dilakukan
penelitian secara rinci dan IV. GEOLOGI REGIONAL DAN
terintegrasi mengenai sistem LOKAL
hidrotermal yang berkembang Daerah penelitian termasuk
maupun kondisi tatanan geologi dalam fisiografi Zona Pegunungan
disekitarnya. Bayah yang merupakan bagian dari
Zona Kubah dan Pusat Depresi
Punggungan Perbukitan (domes and Menurut Angeles (2001;
ridges in the central depression 2002), stratigrafi lokal daerah
zone) Pulau Jawa (Gambar 4.1.). penelitian terdiri dari sekuen aliran
vulkanik andesit basaltik dan breksi
vulkanik, retas dan sumbat
andesitik, dan heterolithic milled
matrix breccias (HMMB), serta tuf
dasitik atau tuf cibaliung, unit
batuan sedimen muda, dan aliran
basal (Gambar 4.4.).
Gambar 4.1.
(diadaptasi dan dimodifikasi dari
van Bemmelen, 1949)

Berdasarkan Peta Geologi


Lembar Cikarang, Jawa (Sudana
dan Santosa, 1992), stratigrafi
regional daerah penelitian terdiri
dari Formasi Cimapag (Tmc),
Formasi Gambar 4.4.
Bojongmanik (Tmb), Formasi (modifikasi Marjoribanks,
Honje (Tmh), Andesit-Basal (Tpa), 2000;
Formasi Cipacar (Tpc), Formasi dalam Angeles dkk., 2001;
Bojong (Qpb), Batuan Gunungapi 2002)
Kuarter (Qv), Batugamping
Terumbu (Ql), Endapan Undak Zona mineralisasi bijih pada
Pantai (Qc), dan Aluvium (Qa) wilayah lokal daerah penelitian
(Gambar 4.2.; Gambar 4.3.). dipengaruhi oleh 3 sistem sesar
yang berarah Barat Laut, Utara –
Barat Laut, dan Utara – Timur Laut
(Angeles dkk., 2002).
Endapan mineral bijih di
wilayah lokal daerah penelitian
terbentuk pada tubuh urat kuarsa
Gambar 4.2.
(Angeles dkk., 2001; 2002). Proses
(diadaptasi dan dimodifikasi dari
pelarutan hidrotermal yang
Sudana dan Santosa, 1992;
berkembang menyebabkan
Bakosurtanal, 1975)
terbentuknya mineralisasi emas-
perak (Au-Ag) yang berasosiasi
dengan alterasi batuan dinding.
Mineral alterasi yang
dominan terbentuk pada wilayah
lokal daerah penelitian antara lain
alterasi kuarsa (silika), alterasi
Gambar 4.3.
klorit, dan alterasi mineral lempung
(diadaptasi dan dimodifikasi dari
yang disertai dengan mineralisasi
Sudana dan Santosa, 1992)
sulfida berupa pirit (Angeles dkk.,
2001; 2002).
V. METODOLOGI VI.1.2. Struktur Geologi
Penelitian tugas akhir Berdasarkan hasil analisis
dilakukan dengan menggunakan struktur geologi diketahui arah
metode studi literatur, metode tegasan maksimum (σ1) relatif
observasi lapangan, dan metode uji Utara-Barat Laut (N-NW) dan
laboratorium. Metode studi literatur Selatan-Tenggara (S-SE) yang
terdiri dari pengkajian data ditunjukan dengan arah (trend) N
sekunder, meliputi penelitian 171°E dengan sudut penunjaman
terdahulu maupun teori dasar. (plunge) 4° (Gambar 6.2.). Tegasan
Metode observasi lapangan terdiri menengah (σ2) menunjukan arah
dari kegiatan pemetaan geologi, (trend) N 275°E dengan sudut
pemetaan alterasi dan mineralisasi, penunjaman (plunge) 73°,
serta identifikasi batuan bawah sedangkan tegasan minimum (σ3)
permukaan hasil pengeboran inti menunjukan arah (trend) N 81°E
batuan. Metode uji laboratorium dengan sudut penunjaman
terdiri dari pengamatan petrografi, (plunge) 17°.
mineragrafi, dan difraksi sinar-X Diinterpretasi kondisi geologi
(X-ray diffraction), serta analisis daerah penelitian dipengaruhi oleh
struktur geologi dengan sistem sesar mendatar (strike-slip
menggunakan metode stereografis. fault), dapat dilihat pada Gambar
6.3.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1. Geologi Daerah Penelitian
VI.1.1. Stratigrafi
Stratigrafi daerah penelitian
tersusun dari satuan batuan aliran
lava andesit, satuan batuan breksi
piroklastik, dan satuan batuan tufan
(Lampiran Penampang Bor Inti
Batuan; Lampiran Peta Geologi; Gambar 6.2.
Lampiran Profil Geologi, Lampiran
Kolom Stratigrafi dan
Kesebandingan). Diinterpretasi
daerah penelitian termasuk dalam
lingkungan vulkanik fasies
proximal hingga medial (Gambar Gambar 6.3.
6.1.). (Mengacu pada Anderson,
1951;
dalam McClay, 1987)

VI.1.3. Geomorfologi
Geomorfologi daerah
penelitian terdiri dari satu satuan
bentuklahan, yaitu satuan
Gambar 6.1. bentuklahan perbukitan
(Mengacu dari Bogie dan bergelombang miring vulkanik –
Mackenzie, 1998; dalam Bronto, struktural (Lampiran Peta
2006). Geomorfologi). Berdasarkan hasil
perhitungan sayatan kontur dan
rentang beda tinggi elevasi di megaskopis, mineral lempung
permukaan, didapatkan nilai dideterminasi sebagai smektit. Dari
persentase kelerengan sebesar pengamatan megaskopis, pengaruh
8,436%, serta rentang beda tinggi
alterasi hidrotermal menunjukan
elevasi permukaan sebesar 64 meter.
tekstur alterasi penggantian
(replacement) secara pervasive
VI.2. Alterasi Hidrotermal (dapat dilihat pada Foto 6.4.; Foto
Secara umum, mineral
6.5.) serta pengisian (infill), dapat
alterasi yang terbentuk di daerah
dilihat pada Foto 6.7.
penelitian terdiri dari klorit, kaolinit,
smektit, epidot, serisit, kuarsa, dan
karbonat. Alterasi hidrotermal di
daerah penelitian dibedakan menjadi
2 fasies alterasi, yaitu Fasies alterasi
kaolinit - smektit - klorit ± kuarsa ±
karbonat - pirit penggantian-
pengisian berintensitas kuat yang
dapat disebandingkan dengan tipe
alterasi argilik, serta fasies alterasi Foto 6.4.
klorit ± epidot ± serisit ± kuarsa ±
karbonat - pirit penggantian-
pengisian berintensitas sedang-kuat
yang dapat disebandingkan dengan
tipe alterasi propilitik. (Lampiran
Peta Alterasi dan Mineralisasi).

VI.2.1. Fasies Alterasi Kaolinit -


Smektit - Klorit ± Kuarsa ±
Karbonat - Pirit Penggantian-
Pengisian Berintensitas Kuat Foto 6.5.
Sifat fisik primer dari satuan
batuan breksi piroklastik yang Hasil pengamatan petrografi
terubahkan oleh fasies alterasi ini menunjukan kehadiran mineral
tidak dapat diidentifikasi secara lempung berupa kaolinit dan
spesifik. Sebagian besar tubuh smektit. Mineral alterasi yang
batuan yang teralterasi tidak terbentuk umumnya bertekstur
mencirikan karateristik tekstur penggantian (replacement) dengan
batuan klastika-vulkanik. Alterasi pola distribusi tersebar luas secara
hidrotermal menyebabkan warna acak (disseminated) pada matriks.
tubuh batuan menjadi abu-abu Beberapa mineral alterasi
kehijauan (Foto 6.4.; 6.5.). menunjukan tekstur dengan pola
Berdasarkan pengamatan zonasi pada fragmen kristal (zonal
megaskopis teridentifikasi adanya replacement texture), dapat dilihat
mineral alterasi lempung, klorit, pada Foto 6.6. Secara kualitatif,
kuarsa, dan karbonat berintensitas alterasi yang terjadi diidentifikasi
kuat pada faseis alterasi ini. Secara berintensitas kuat dan mengubahkan
secara pervasive. Berdasarkan batuan secara selective dengan
analisis difraksi sinar-X, kehadiran distribusi tersebar luas secara acak
mineral kaolinit teridentifikasi lebih (disseminated), dapat dilihat pada
spesifik sebagai halloysite dan Foto 6.7. dan Foto 6.8.
chrysotile (Lampiran XRD).

Foto 6.7.

Foto 6.6.

Himpunan mineral utama Foto 6.8.


dalam fasies alterasi ini antara lain
kaolinit, smektit, dan klorit dengan Dari pengamatan
tekstur alterasi penggantian megaskopis dan mineragrafi
(replacement). Berdasarkan teridentifikasi adanya kehadiran
pengamatan petrografi, tekstur mineral pirit yang tersebar luas
tersebut membentuk pola distribusi secara acak (disseminated), dapat
tersebar luas secara acak dilihat pada Foto 6.9. Pada
(disseminated) pada matriks, serta pengamatan petrografi, kehadiran
membentuk zonasi pada fragmen mineral pirit hanya teridentifikasi
kristal (zonal replacement texture), sebagai mineral opak karena bersifat
dapat dilihat pada Foto 6.6. Dari tidak tembus cahaya (Foto 6.6.).
pengamatan tersebut diidentifikasi
alterasi yang terjadi berintensitas
kuat dan mengubah mineral primer
secara pervasive.
Kehadiran mineral kuarsa
dan Foto 6.9.
karbonat dideterminasi sebagai
himpunan mineral alterasi penyerta VI.2.2. Fasies Alterasi Klorit ±
dengan tekstur pengisian (infill) Epidot ± Serisit ± Kuarsa ±
maupun penggantian (replacement). Karbonat - Pirit Penggantian-
Tekstur pengisian (infill) Pengisian Berintensitas Sedang-
diidentifikasi berdasarkan kehadiran Kuat
mineral kuarsa maupun karbonat Fasies alterasi ini
sebagai urat (vein/veinlets), mempengaruhi perubahan kondisi
sedangkan tekstur penggantian fisika-kimia pada satuan batuan
(replacement) diinterpretasi breksi piroklastik dan satuan batuan
mengubah komponen penyusun
aliran lava andesit. Batuan yang Berdasarkan pengamatan
terubahkan oleh fasies alterasi ini petrografi teridentifikasi adanya
masih menunjukan sifat fisik mineral alterasi berupa klorit,
primernya. Secara megaskopis, epidot, serisit, kuarsa, dan karbonat,
satuan batuan aliran lava andesit dapat dilihat pada Foto 6.12. dan
yang teralterasi teridentifikasi Foto 6.13, dengan tekstur alterasi
bertekstur porfiritik, subhedral, serta penggantian (replacement) serta
inequigranular (Foto 6.10.). Pada pengisian (infill). Tekstur alterasi
satuan batuan breksi piroklastik penggantian (replacement)
yang teralterasi masih dapat terdistribusi dengan pola tersebar
diidentifikasi adanya tekstur klastik luas secara acak (disseminated) dan
dengan sortasi buruk (poorly sorted) membentuk zonasi pada kristal
yang didominasi fragmen (fragmen maupun inti kristal (zonal and core
supported), dapat dilihat pada Foto replacement texture). Alterasi yang
6.11. Batuan yang teralterasi oleh
tebentuk menunjukan intensitas
fasies ini cenderung berwarna
sedang hingga kuat dan
kehijauan.
mengubahkan secara selective
Berdasarkan pengamatan
maupun pervasive.
megaskopis teridentifikasi adanya
mineral alterasi klorit, kuarsa, dan
karbonat dalam fasies alterasi ini.
Mineral alterasi tersebut terbentuk
dengan intensitas sedang hingga
kuat dengan pola tekstur alterasi
penggantian (replacement) secara
pervasive (Foto 6.10.; Foto 6.11.;
Foto 6.14.), serta pengisian (infill),
dapat dilihat pada Foto 5.15.

Foto 6.12.
Foto 6.10.

Foto 6.11. Foto 6.13.


Himpunan mineral utama Dari pengamatan
dalam fasies alterasi ini hanya terdiri megaskopis dan mineragrafi
dari klorit. Secara petrografi, teridentifikasi adanya kehadiran
mineral klorit yang terbentuk mineral pirit yang tersebar luas
menunjukan tekstur alterasi secara acak (disseminated), dapat
penggantian (replacement) dengan dilihat pada Foto 6.16. Pada
intensitas sedang hingga kuat dan pengamatan petrografi, kehadiran
mengubahkan mineral primer secara mineral pirit hanya teridentifikasi
selective maupun pervasive. Tekstur sebagai mineral opak karena bersifat
tersebut teridentifikasi membentuk tidak tembus cahaya (Foto 6.12.;
pola menyebar luas secara acak Foto 6.13.).
(disseminated) dan membentuk
zonasi pada kristal maupun inti
kristal (zonal and core replacement
texture), dapat dilihat pada
Lampiran D, Foto 6.12., dan Foto
6.13. Foto 6.16.

VI.2.3. Karateristik Urat


Berdasarkan pengamatan
megaskopis batuan permukaan
maupun batuan bawah permukaan,
Foto 6.14. diketahui komposisi penyusun urat
(vein/veinlets) terdiri dari kuarsa dan
karbonat (Foto 6.17.; 6.18.).
Diinterpretasi terbentuknya mineral
karbonat dipengaruhi adanya
dominasi komposisi fluida meteorik
di dalam fluida hidrotermal. Dengan
teridentifikasinya tekstur alterasi
Foto 6.15. pengisian (infill), maka
diinterpretasi bahwa kehadiran urat
Kehadiran mineral epidot, (vein/veinlets) merupakan hasil
serisit, kuarsa, dan karbonat aktivitas fluida hidrotermal yang
dideterminasi sebagai himpunan melarutkan (leaching) berbagai
mineral penyerta bertekstur unsur kimia yang kemudian mengisi
penggantian (replacement) dengan (infill) suatu media ruang pada
distribusi tersebar luas secara acak tubuh batuan hingga terbentuk
(disseminated), dapat dilihat pada kristalisasi urat.
Foto 6.12., Foto 6.13., dan Foto
6.14. Pada beberapa batuan
teridentifikasi adanya tekstur
pengisian (infill) dari mineral kuarsa
dan karbonat sebagai urat
(vein/veinlets) dengan karateristik
masif maupun membentuk pola
stockworks (Foto 6.15.). Foto 6.17.
pirit pada tubuh urat (vein), dapat
dilihat pada foto 6.19. Terbentuknya
pirit mengindikasikan telah terjadi
proses mineralisasi pada tubuh urat
(vein/veinlets) dan dapat menjadi
indikasi keterdapatan potensi
endapan bijih di sekitarnya.

Foto 6.18.

Diinterpretasi terdapat Foto 6.19.


kondisi yang relatif sebanding
antara arah kemenerusan urat (vein) Secara megaskopis,
“Ramada” dengan pola bidang teridentifikasi beberapa jenis tekstur
struktur geologi (maxima-1 dan urat. dari kelompok tekstur
maxima-2) sebagai bagian dari pertumbuhan primer (primary
sistem sesar mendatar (strike-slip growth textures), diantaranya tekstur
fault). Diinterpretasi bahwa bidang masif, colloform-crustiform,
struktur geologi (maxima-1 dan cockade, dan zoned crystal (Foto
maxima-2) tersebut sesuai dengan 6.20.). Keterdapatan tekstur tersebut
karatersitik sistem rekahan mengindikasikan bahwa urat
dilational (dilational fracture terbentuk sebagai bagian dari sistem
system) yang terisi oleh urat (vein). hidrotermal lingkungan epitermal
Kemenerusan tubuh urat (vein) sulfidasi rendah dengan mekanisme
“Ramada” hasil korelasi pada level kristalisasi pengisian (infill) pada
kedalaman 150 m diinterpretasi bidang-bidang struktur geologi.
bertipe flexure atau pull-apart basin Pada pengamatan petrografi
(Gambar 6.4.). teridentifikasi adanya tekstur urat
sacchroidal dari tubuh urat
(veinlets) pada satuan batuan breksi
piroklastik (Foto 6.21.).
Teridentifikasi komposisi penyusun
urat didominasi oleh kuarsa yang
disertai mineral karbonat dengan
Gambar 6.4. kelimpahan yang relatif sedikit.
(Mengacu pada Morrison dkk., Terbentuknya tekstur urat
1990; Corbett dan Leach, 2007) saccharoidal merupakan penciri
dari tekstur urat masif. Tekstur
Berdasarkan pengamatan saccharoidal terbentuk secara
mineragrafi, teridentifikasi adanya langsung dari kristalisasi fluida
komposisi mineral sulfida berupa hidrotermal yang menghasilkan
mikrokristalin kuarsa ± karbonat
dengan mekanisme pengisian
(infill).

Gambar 6.5.
(Mengacu pada modifikasi
Buchanan, 1981; dalam Morrison
dkk., 1990; dalam Pirajno, 2009)

VI.2.4. Mineralisasi Endapan


Emas Dari data hasil uji Atomic
Absorption Spectrometry (AAS),
teridentifikasi kelimpahan mineral
bijih lebih mendominasi pada tubuh
urat (vein) dibandingkan pada tubuh
batuan dinding (wallrock) yang
teralterasi di sekitar urat. Kondisi
Foto 6.20. tersebut mencirikan bahwa
karatersitik mineralisasi di daerah
penelitian merupakan bagian dari
sistem endapan epitermal sulfidasi
rendah.
Berdasarkan data hasil uji
Foto 6.21. Atomic Absorption Spectrometry
(AAS) conto inti batuan
Dari berbagai jenis tekstur teridentifikasi adanya kandungan
urat yang teridentifikasi dapat mineral bijih berupa emas (Au) yang
diinterpretasi aktivitas hidrotermal berasosiasi dengan perak (Ag). Pada
yang berkembang di daerah tubuh urat hasil pengeboran inti
penelitian terjadi pada kondisi batuan teridentifikasi nilai kadar
lingkungan hidrotermal bersuhu emas (Au) mencapai 4,60 ppm.
sekitar 175°C – 225°C pada Berbeda dengan emas (Au),
kedalaman purba sekitar 120 m – kehadiran perak (Ag) secara umum
340 m, dapat dilihat pada Gambar berkadar relatif rendah (≤ 22 ppm).
6.5. Dari interpretasi tersebut juga Selain itu, mineralisasi perak (Ag)
menunjukan adanya kesebandingan tidak selalu terbentuk di setiap
karateristik himpunan mineral tubuh urat.
alterasi di daerah penelitian, seperti Urat (vein) yang dikorelasi
klorit, serisit, kuarsa, dan pirit. memiliki kadar emas (Au) mulai
Selain itu, dapat diinterpretasikan dari 0,04 ppm hingga 4,60 ppm dan
pula terdapat potensi mineralisasi kadar perak (Ag) mulai dari <1 ppm
endapan bijih di sekitar daerah hingga 22 ppm. Korelasi urat (vein)
penelitian. tersebut diinterpretasi sebagai jalur
mineralisasi endapan emas yang
paling prospektif di daerah kurun waktu akhir Kala Miosen
penelitian yang dinamakan urat Tengah hingga akhir Kala
“Ramada” (Gambar 6.6.). Pleistosen. Batuan tersebut
terdiri dari satuan batuan aliran
lava andesit dan satuan batuan
breksi piroklastik, serta satuan
batuan tufan. Tatanan geologi
daerah penelitian dipengaruhi
oleh sistem sesar mendatar
(strike-slip fault) yang terbentuk
akibat gaya tektonik dengan pola
tegasan maksimum (σ1) berarah
Utara- Barat Laut (N-NW) dan
Selatan- Tenggara (S-SE),
tegasan menengah (σ2) dan
tegasan minimum (σ3).
2. Alterasi hidrotermal di daerah
penelitian mencirikan
Gambar 6.6.
karatersistik sistem endapan
epitermal sulfidasi rendah yang
Terbentuknya mineralisasi
dibedakan menjadi 2 fasies
sulfida pirit pada satuan litologi alterasi, yaitu fasies alterasi
yang teralterasi maupun di dalam kaolinit - smektit - klorit ±
tubuh urat (vein/veinlets) kuarsa
diinterpretasi sebagai mineral ± karbonat- pirit penggantian -
penyerta mineralisasi pengisian berintensitas kuat
endapan emas-perak (Au-Ag). yang dapat disebandingkan
Distribusi pirit di dalam urat (vein) dengan tipe alterasi argilik dan
tersebar luas secara acak fasies alterasi klorit ± epidot ±
(disseminated), dapat dilihat pada serisit ± kuarsa ± karbonat - pirit
foto 4.41. penggantian - pengisian
berintensitas sedang - kuat yang
dapat disebandingkan dengan
tipe alterasi propilitik. Pada
masing-masing fasies alterasi
terdapat beragam tipe urat
Foto 6.22.
dengan komposisi kuarsa ±
karbonat, yaitu vein (urat > 10
VII. KESIMPULAN
cm), veinlets (urat < 10 cm), dan
Berdasarkan hasil deskripsi,
stockworks.
analisis, serta interpretasi yang
3. Mineralisasi endapan emas (Au)
dilakukan, didapat beberapa
di daerah penelitian terbentuk
kesimpulan dari penelitian tugas
dominan pada tubuh urat (vein).
akhir ini, antara lain:
Mineralisasi endapan emas (Au)
1. Stratigrafi daerah penelitian
yang terbentuk berasosiasi
tersusun atas sekuen batuan
dengan perak (Ag) dan disertai
gunungapi yang terbentuk pada
dengan kelimpahan mineral pirit.
Prospek mineralisasi endapan DAFTAR PUSTAKA
emas di daerah penelitian berada Angeles, Ciceron A., Sukmandaru
pada tubuh urat “Ramada”. Urat Prihatmoko, & James S.
“Ramada” membentuk 2 pola Walker. 2001. A Low-
kemenerusan berarah relatif Sulphidation Epithermal
Barat Laut-Tenggara (N Quartz-Adularia Gold-Silver
156,5°E) yang disebut dengan Vein System at the Cibaliung
urat “Ramada A” dan berarah Gold Project, Banten,
relatif Timur Laut-Barat Daya Indonesia. Yogyakarta:
(N 199°E) yang disebut dengan Proceedings of The 30th
urat “Ramada B”. Urat IAGI Annual Conference
“Ramada” diinterpretasi and Exhibition.
terbentuk pada bidang-bidang Angeles, Ciceron A., Sukmandaru
struktur geologi yang dikontrol Prihatmoko, & James S.
oleh sistem sesar mendatar Walker. 2002. Geology and
(strike-slip fault). Terbentuknya Alteration-Mineralization
urat “Ramada” pada bidang Characteristics of
struktur geologi tersebut the Cibaliung
diidentifikasi sebagai bagian Epithermal Gold Deposit,
dari sub-sistem di dalam sistem Banten, Indonesia. Resource
sesar mendatar, yaitu dilational Geology, Vol. 52, No. 4.
fracture system. Berdasarkan Bakosurtanal. 1999. Peta Rupabumi
pada dilational fracture Digital Indonesia Lembar
system, pola 1109-214 Cinyurup.
kemenerusan urat “Ramada” Cibinong, Bogor:
diinterpretasi sebagai tubuh urat Bakosurtanal.
tipe flexure atau pull-apart Bronto, Sutikno. 2006. Fasies
basin. Gunung Api dan
4. Alterasi hidrotermal dan Aplikasinya. Jurnal Geologi
mineralisasi endapan emas di Indonesia, Vol. 1, No. 2, hal.
daerah penelitian terbentuk pada 59-71.
lingkungan hidrotermal bersuhu Chen, Pei-Yuan. 1977. Table of Key
sekitar 175°C – 225°C pada Lines in X-ray Powder
kedalam purba sekitar 120 m – Diffraction Patterns of
340 m. Aktivitas hidrotermal di Minerals in Clays and
sekitar lingkungan tersebut Associated Rocks.
dikontrol oleh adanya bidang Bloomington, Indiana,
struktur geologi di bawah United States: Department of
permukaan yang menjadi jalur natural Resources, Geological
sirkulasi fluida hidrotermal. Survey.
Aktivitas hidrotermal yang Corbett, Greg J. & Terry M. Leach.
berkembang juga dipengaruhi 1997. Southwest Pacific Rim
oleh adanya komposisi fluida Gold-Copper
meteorik di dalam fluida
hidrotermal yang teridentifikasi Systems: Structure,
dengan terbentuknya urat Alteration, and
berkomposisi karbonat. Mineralization. Special
Publication: Short Course
Manual.
Corbett, Greg. 2002. Epithermal Newfoundland, Canada:
Gold for Explorationists. Mineral Deposits Division,
Australia: Australian
Institute of Geoscientists.
Dong, Guoyi, Gregg Morrison, &
Subhash Jairet. 1995. Quartz
Textures in Epithermal
Veins, Queensland:
Classification, Origin, &
Implication. Economic
Geology, Vol. 90, pp. 1841-
1856.
Evans, Anthony M.. 1993. Ore
Geology and Industrial
Minerals: An Introduction.
Oxford, United Kingdom:
Blackwell Publishing.
Gillespie, M. R. & M. T. Styles.
1999. BGS
Rock
Classification Scheme
Volume 1: Classification of
Igneous Rocks. Nottingham,
United Kingdom: British
Geological Survey Research
Report RR 99-06.
Gifkins, Cathryn, Walter Hermann,
& Ross Large. 2005. Altered
Volcanic Rocks: a Guide to
Description

and Interpretation.
Tasmania, Australia:
CODES.
Macdonald, Eoin H.. 2007.
Handbook of Gold
Exploration and Evaluation.
Cambridge, United
Kingdom: Woodhead
Publishing.
Marjoribanks, R.. 2010. Geological
Methods in Mineral
Exploration and Mining.
Berlin, Heidelberg,
Germany: Springer.
Marshall, Daniel D., Carolyn D.
Anglin, & A. Hamid Mumin.
2004. Ore Mineral Atlas.
Geological Association of Mineral Exploration, pp.
Canada. 209-220.
McPhie, J., M. Doyle, & R. Allen.
1993. Volcanis Textures: A
Guide to the Interpretation
in Volcanis Rocks.
Tasmania, Australia:
CODES.
Moon, Charles J., Michael K.G.
Whateley, & Anthony M.
Evans. 2006. Introduction
to Mineral Exploration.
Oxford, United Kingdom:
Blackwell Publishing.
Morrison, Gregg, Dong Guoyi, &
Subhash Jaireth. 1990.
Textural Zoning in
Ephitermal Quartz Veins.
Townsville, Queensland,
Australia:

Klondike Exploration
Services.
Pirajno, Franco. 2009.
Hydrothermal Processes
and Mineral Systems. Perth,
Australia: Springer.
Pracejus, Bernhard. 2008. The Ore
Minerals Under The
Microscope: An Optical
Guide. Oxford, United
Kingdom: Elsevier.
Purbo-Hadiwidjoyo, M. M.. 1994.
Kamus Kebumian Indoesia-
Inggris dan Inggris-
Indonesia. Jakarta:
Grasindo.
Robb, Laurence. 2005.
Introduction to Ore-
Forming Processes.
Oxford, United Kingdom:
Blackwell Publishing.
Robert, F., K. H. Poulsen, & Dubé,
B.. 1997. Gold Deposits
and Their
Geological
Classification. Proceedings
of Exploration 97: Fourth
Decennial

International Conference on
Robert, F., R. Brommecker, B. T. Van Bemmelen, R.W.. 1949. The
Bourne, P. J. Dobak, C. J. Geology of Indonesia Vol.
Mcewan, R. R. Rowe, & X. IA: General Geology of
Zhou. 2007. Models and Indonesia and Adjacent
Exploration Methods for Archipelagoes. Den Haag,
Major Gold Deposit Types. Netherlands: Government
Proceedings of Exploration Printing Office.
07: Fifth Decennial Van Bemmelen, R.W.. 1949. The
International Conference on Geology of Indonesia Vol.
Mineral Exploration, pp. II: Economic Geology. Den
691- 711. Haag, Netherlands:
Sigurdsson, Haraldur. 2000. Government Printing Office.
Encyclopedia of Volcanoes. Van Zuidam, Robert A.. 1985.
United States: Academic Aerial Photo-Interpretation
Press.
Simandjuntak, T. O. 2004 in
Tektonika. Bandung: Pusat Terrain Analysis and
Penelitian dan Geomorphologic Mapping.
Pengembangan Geologi. Netherlands: Smits
Simmons, Stuart F., Noel C. White, Publishers, The Hague.
& David A. John. 2005. Wohletz, Kenneth & Grant Heiken.
Geological Characteristics 1992. Volcanology and
of Epithermal Precious and Geothermal Energy.
Base Metal Deposits. California, United States:
Society of Economic University of California
Geologists: Economic Press.
Geology 100th Anniversary
Volume, pp. 485–522.
Sudana, D. & S. Santosa. 1992.
Peta Geologi Lembar
Cikarang, Jawa. Bandung:
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi.
Sukandarrumidi. 2007. Geologi
Mineral Logam. Yogyakarta:
Gadjah Mada University
Press.
Thompson, A. J. B. & J. F. H.
Thompson. 1996. Atlas of
Alteration: A Field and
Petrographic Guide to
Hydrotermal Alteration
Minerals. Newfoundland,
Canada: Mineral Deposits
Division, Geological
Association of Canada.
LAMPIRAN

Peta Geomorfologi Peta Geologi

Profil Geologi

Peta Alterasi dan Mineralisasi

Kolom Stratigrafi\
dan Kesebandingan

You might also like