ENTOMOLOGI

(BIP 2110 & BIP 2104)

Pertumbuhan
&
Perkembangan

Kuliah ke-7, 13 Oktober 2020

 Sistem Reproduksi
Pertumbuhan & Perkembangan
ORGAN REPRODUKSI SERANGGA

2
 External factors Internal factors Behavioural
temperature Nutritional condition Copulation
humidity State of maturation of
photoperiod the oocytes Oviposition
availability of food Fertilization
availability of egg- Sexual receptivity
laying sites Egg activation

Embryogenesis

Sensory receptors

Neuronal transmission

Integration of messages in the brain

NSC (Neurosecretory cells)

Peptide hormones
Ovarian ecdysteroidogenic hormone (OEH)
Egg development neurohormone (EDNH)
Oostatic hormone
Oviposition peptides
Pheromone production  sexual behaviour

Pengendalian Endocrine glands:

Fisiologis Prothoracic glands, corpora allata,
Reproduksi ovaries
Serangga (After
Gullan and
Cranston, 2000) Target tissue 3
 Peran Hormon Juvenile dan Ecdysteroids

Juvenile hormones dan / atau ecdysteroids sangat penting

dalam tahap-tahap reproduksi:

JH  memicu fungsi organ ovaries

JH ovaries accessory glands
fat body
acces
fat body
Ecdysteroids  mempengaruhi morphogenesis
Gonad function
Pengendalian
hormonal
reproduksi
serangga (After
Raabe, 1986 in
Gullan and
Cranston, 2000)
Vitellogenesis dan Pengaturannya

In the ovary:
slow
Oocytes
pass nutrient
slow
Nurse cells pass nutrient Oocytes
(trophocytes) rapid
pass nutrient
Growing oocytes
vitellogenesis

(yolk deposition)
growing oocytes

Vitellogenesis meliputi:
1. vitellogenins production by the fat body, influenced by the JH or ecdysone,
depending on insect taxa
2. vitellogenins are released into the haemolymph
3. vitellogenins are then taken up by the oocytes, influenced by
ecdysone or JH, depending on insect taxa
4. once in the oocyte, vitellogenins are converted into vitellins
7
Life-history – pattern and phases
Ontogeny = Perkembangan dari telur hingga dewasa

Pola perkembangan:
ametaboly
Menetas dari telur  miniatur dewasa kurang
genitalia (e.g. ordo tak bersayap (apterygotes),
Thysanura, Archaeognata).
Sebaliknya, semua pterygota mengalami metamorphosis:
hemimetaboly (metamorphosis tidak lengkap)
egg  1st  2nd  3rd  …. instar larva  nymph 
dewasa.
exopterygota: perkembangan sayap terlihat pada
permukaan dorsal nympha atau larvae
holometaboly (metamorphosis lengkap)
egg  1st  2nd  3rd  ……. instar larva  pupa 
adult.
endopterygota: wings disc internal.
 Tahap-tahap dalam ontogeni serangga
• embryonic: eggs (activated by fertilization, sexuality, O2
and physical distortion in parthenogenetic species) 
mitotic division  start of embryogenesis.
• Larval/nymphal:
• holometabola: | hatch |  1st instar larva | moult I |
 2nd instar larva 
• hemimetabola: | hatch |  1st instar nymph
• Metamorphosis:
• holometabola: slight morphological changes e.g.
cockroaches.
• hemimetabola: body is largely reconstructed. Only this
group has a metamorphosis involving pupal stadium,
during which adult structures are elaborated from larval
structures, i.e. wing pad, legs, genitalia, gonads increase
in size and complexity.
• Cue : body size  signal  brain  hormonal changes.
• Imaginal: eclosion from pupae  maturation 
reproductively competent.
Siklus hidup Chironomus (Diptera: Chironomidae) menunjukkan
berbagai peristiwa dan tahap-tahap perkembangan serangga
(After Gullan and Cranston, 2000)
Siklus hidup serangga
hemimetabolous, kutu sayur,
Nezara viridula (Hemiptera:
Pentatomidae), menunjukkan
telur, nympha dari lima instar,
dan dewasa pada pohon
tomat. Kutu kosmopolitan dan
polyphagous (After Hely et al.,
1982 dalam Gullan and
Cranston, 2000)
Siklus hidup serangga
holometabolous kupu-kupu
Danaus plexippus
(Lepidoptera: Nymphalidae),
menunukkan telur, larva (ada
lima instar), pupa dan dewasa.
(After Mercer, 1900 dalam
Gullan and Cranston, 2000)
Tahap-tahap
perkembangan
sayap pada kupu-
kupu kobis, Pieris
rapae (Lepidoptera:
Pieridae). Imaginal
disk sayap pada (a)
larva instar 1, (b)
instar 2 (c) instar 3,
dan (d) instar 4; (e)
wing bud, (f)
penampang lintang
dari wing bud pada
instar 5. (After
Mercer, 1900 dalam
Gullan and Cranston,
2000)
Perkembangan embrio
pada Panorpodes
paradoxa (Mecoptera:
Panorpodidae) (a-c)
menunjukkan posisi
embrio, (d-j)
perkembangan embrio
pada berbagai usia
sejak oviposisi: (a) 32
jam; (b) 2 hari; (c) 7
hari; (d) 12 hari; (e) 16
hari; (f) 19 hari; (g) 23
hari; (h) 25 hari; (i) 26
hari; (j) perkembangan
penuh 32 hari. (After
Suzuki, 1985 dalam
Gullan and Cranston,
1985)
Tipe-tipe larva. Polypoda: (a) Lepidoptera: Sphingidae; (b) Lepidoptera:
Geometridae; (c) Hymenoptera:Diprionidae: Oligopoda: (d) Neuroptera:
Osmylidae; (e) Coleoptera: Carabidae; (f) Coleoptera: Scarabaeidae. Apoda: (g)
Coleoptera: Scolitidae; (h) Diptera: Calliphoridae; (i) Hymenoptera: Vespidae;
(a, e, g, afetr Chu, 1994; b,c after Borror et al., 1989; (h) after Ferrar, 1987; (i)
after CSIRO, 1970 dalam Gullan and Cranston, 2000)
Molting dari pupa ke dewasa pada capung Aesna cyanea
(Odonata: Aesnidae). Instar terakhir merayap keluar dari air
sebelum melepaskan kutikula. Kutikula lama pecah pada mid-
dorsal, capung dewasa melepaskan diri, menelan udara dan
menunggu sampai sayap mengembang dan kering. (After Blaney,
1976 dalam Gullan and Cranston, 2000)
Pengendalian proses-
proses yang terjadi pada
epidermis ketika terjadi
moulting dan
metamorphosis pada
serangga
endopterygota. Diagram
ini sangat
disederhanakan dan
tidak menunjukkan
adanya pengaruh
neuropeptida seperti
eclosion hormone. JH
(juvenile hormone);
PTTH
(prothoracicotropic
hormone) (After
Richard, 1981 in Gullan
& Cranston, 2000)
Perubahan aktivitas epidermis selama perkembangan instar empat, lima dan prepupa
pada ulat tembakau, Manduca sexta (Lepidopter: Sphingidae) dalam kaitannya dengan
kondisi hormonal. ETH (ecdysis triggering hormone); EH (eclosion hormone); JH
(juvenile hormone); EPI, EXO, ENDO (deposition of epicuticle, exocuticle dan
endocuticle). Angka-angka pada sumbu x menunjukkan hari. (After Riddiford, 1991
dalam Gullan and Cranston, 2000)
Tipe-tipe telur A. Telur Spodoptera
sp
B. Telur leaf –folder
Desnia sp.
C. Telur hama
jagung, Diabotrica
sp
D. Telur lalat kuda,
Gasterophilus sp
E. Telur jangkrik,
Occanthus sp
F. Telur nyamuk
Anopheles sp
G. Telur lalat,
Hylemya sp
H. Telur nyamuk
Culex sp
I. Telur undur-
undur,Chrysopa
sp
J. Telur Alsophila sp

19
Tipe-tipe larva

A. maggot/belatung ( tipe vermiform)

B. Larva kumbang (tipe grub/scarabaeiform)
C-D Larva kumbang (tipe elateriform)
E. Larva kumbang (tipe campodeiform)
F. Larva kumbang (tipe vermiform)
G. Larva hymenoptera (tipe eruciform)
Berdasarkan ada/tidaknya tungkai : a. Larva apoda
(maggot/larva lalat, lebah), b. larva oligopoda (kumbang), c.
larva polipoda (lepidoptera) 20
 Tipe-tipe pupa

Tipe pupa :
A. Chrysalis (kupu-kupu)
B. Pupa ngengat Spodoptera sp
C. Pupa lebah
D. Pupa Coleoptera
E. Pupa lebah
F. Pupa lalat/pupa maggot

A-B Pupa obtect (kaki tidak terlihat)

C-E pupa exarate (kaki terlihat)
F. Pupa Coarctata 21
Terimakasih