You are on page 1of 11

Jurnal Akuntansi Universitas Jember

Vol. XX No. X (20XX)

Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital

Ananda Febrina Choirunnisak


anandafebrina2502@gmail.com
Universitas Jember

Dewi Ainun Fauziah


dewiainunf99@gmail.com
Universitas Jember

Rifqo Al Ubaidillah Maendra


rifqoalam070@gmail.com
Universitas Jember

Radhiatul Nurul Jannah


Radhiatulnj26@gmail.com
Universitas Jember

ABSTRACT
Environmental issues caused by the development of the industrial world such as
air pollution, water, land, and social disparities cause significant economic and
social losses. From this issue, it is hoped that Green Accounting can become a
middle way to deal with all financing and recording of environmental and social
events for the company. In addition, this article was created to fulfill the UTS
task in Information Systems Technology and Technology. This research uses
qualitative research with literature study and literature study methods. So data
collection is done through other articles, reference books, papers, and websites.
This research focuses on "Green Accounting". Green Accounting is accounting
in which it identifies, measures, presents, and reveals the costs incurred by the
company to care for or protect the environment around the company. In facing
changes in environmental conditions such as global warming, climate change,
environmental damage and disasters, energy crises and social crises, accounting
is designated as one of the causes of changes in these environmental conditions.
The reason is that the accounting reports generated from the accounting process
are deemed not to provide accurate environmental and social accounting
information. Therefore, accounting transformation is needed in providing
environmental and social cost accounting information that is expected to solve
these problems. Green accounting must be applied so that companies are not
just taking on environmental pollution and are more responsible for the impact
of the technology used. The essence of the digitalization era emphasizes the high
technology-based green revolution towards the environment. The goal is to
support the go green movement to overcome environmental and social problems
and save the earth from global warming and others.
Keywords: Green Accounting, Transformation, Digital Era

1. PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dunia industri menimbulkan beberapa
efek terhadap lingkungan seperti timbulnya polusi udara, air, tanah, dan adanya

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 1


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

kesenjangan sosial pada lingkungan yang seringkali justru diabaikan oleh perusahaan.
Akibat dari polusi dan pengelolaan limbah di Indonesia sendiri menimbulkan kerugian
yang cukup besar, tingginya tingkat polusi udara juga menimbulkan beberapa penyakit
untuk masyarakat. Dilansir dari laman KOMPAS.com, buruknya kualitas udara di
ibukota menimbulkan peningkatan penyakit yang berkorelasi atau berhubungan dengan
pencemaran udara. Direktur KPBB (Komite Penghapusan Bensin Bertimbal)
mengatakan, biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati penyakit-penyakit yang
timbul akibat pencemaran udara mencapai setidaknya Rp 51,2 trilliun. Isu lingkungan
ini bukanlah hal yang baru, namun penulis tertarik untuk mengkaji dan membahasnya
seiring dengan adanya perkembangan teknologi dan ekonomi global dunia. Pentingnya
arti lingkungan membuat kesadaran masyarakat Indonesia mulai tumbuh secara
perlahan-lahan. Kesadaran ini tentunya menjadi modal dasar sebagai sistem pengendali
bagi perusahaan-perusahaan sehingga efek samping industrialisasi perusahaan dapat
diminimalkan era digital.
Selain itu kesadaran masyarakat akan pentingnya untuk menjaga dan melestarikan
lingkungan disebabkan karena akan terancamnya keberlangsungan hidup dimasa
mendatang yang disebabkan oleh banyaknya kerusakan alam, serta semakin sedikitnya
sumber daya alam yang ada, sehingga individu dituntut untuk senantiasa menjaga
lingkungan, terutama kelompok paling besar yaitu industri yang dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan (Zulhaimi,H 2015).
Dalam akuntansi, ilmu yang mempelajari tentang biaya yang dikeluarkan untuk
pelestarian lingkungan sebagaimana yang telah di paparkan diatas disebut dengan green
accounting. Biaya yang dikeluarkan ini akan memberikan keuntungan tersendiri bagi
perusahaan dalam jangka panjang, daripada biaya yang nantinya harus dikeluarkan
akibat dari adanya kerusakan lingkungan yang mampu mengancam keberlangsungan
perusahaan di masa mendatang. Maka dari itu tujuan pembuatan artikel ini ialah
membahas tentang pentingnya peran green accounting dalam perusahaan terutama
dalam era digital seperti saat ini.

1. TINJAUAN LITERATUR
1.1 Pengertian Green Accounting
Menurut Prof. Dr. Andreas Lako dalam bukunya Akuntansi Hijau (2018:99) bahwa
akuntansi hijau (green accounting) adalah suatu proses pengakuan, pengukuran nilai,
pencatatan, peringkasan, pelaporan, dan pengungkapan secara terintegrasi terhadap
objek, transaksi, atau peristiwa keuangan, sosial, dan lingkungan dalam proses
akuntansi agar menghasilkan informasi keuangan , sosial, dan lingkungan, yang utuh,
terpadu, dan relevan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan
dan pengelolaan ekonomi dan non-ekonomi.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa akuntansi tidak hanya fokus
terhadap laporan keuangan, tetapi juga fokus terhadap akuntansi sosial dan akuntansi
lingkungan yang dinamakan dengan green accounting. Inti tujuan dari green
accounting ini adalah untuk mengrangi dampak dan mengurangi biaya dari adanya
kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan operasional perusahaan dengan
harapan agar terciptanya kualitas lingkungan yang baik dan dapat menambah
keuntungan bagi perusahaan.
Dengan adanya transformasi bisnis ke era digital, dampak yang disebabkan oleh
perusahaan dengan menggunakan teknologi dalam kegiatan operasionalnya
menimbulkan berbagai macam dampak, terutama dampak bagi lingkungan sehingga

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 2


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

muncul gerakan peduli lingkungan (green movement) yang melanda dunia. Dalam
menunjukkan konsekuensinya dari dampak tersebut, akuntansi berbenah diri untuk ikut
memberi rasa kepedulian terhadap lingkungan dengan menciptakan keluaran terbaru
yaitu green accounting dalam mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.
Laporan tentang lingkungan hidup ini merupakan laporan non-keuangan yang
dibutuhkan bagi masyarakat untuk menilai perusahaan dalam tata kelola, tata nilai, dan
komitmen perusahaan terhadap isu lingkungan dan sosial. Pengelolaan isu lingkungan
yang baik akan memberikan penilaian positif dan sangat disukai oleh investor, sehingga
pelaporan akuntansi lingkungan dalam laporan keuangan sangat dibutuhkan.
1.2 Tujuan Green Accounting
Menurut Arfan Ikhsan (2008), tujuan dari green accounting adalah untuk
meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan
lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek
(economic benefit).
Lebih lengkapnya, penerapan dan pengembangan green accounting memiliki
beberapa maksud dan tujuan terhadap lingkungan, yaitu :
1. Mendorong entitas atau perusahaan lebih bertanggung jawab dan meningkatkan
transparansi lingkungan.
2. Membantu entitas atau perusahaan untuk menentukan strategi dalam
menanggapi isu lingkungan hidup dalam konteks hubungannya dengan
masyarakat.
3. Memudahkan entitas atau perusahaan dalam mendapatkan dana atau investasi
dari investor karena dengan adanya green accounting dapat memberikan citra
yang lebih positif terhadap entitas atau perusahaan.
4. Entitas atau perusahaan memiliki keunggulan dari perusahaan lain dalam bidang
pemasaran dengan menciptakan produk hijau dan dapat menarik minat
konsumen untuk membeli produk hijau tersebut.
5. Menunjukkan komitmen perusahaan terhadap dampak dari kegiatan operasional
perusahaan untuk ikut menjaga lingkungan hidup.
6. Mencegah adanya opini negatif publik terhadap kegiatan operasional perusahaan
yang berisiko tidak ramah lingkungan yang memungkinkan timbulnya tantangan
dari masyarakat sekitar.
1.3 Karakteristik Green Accounting
Menurut Prof. Dr. Andreas Lako (2018:102), terdapat tiga karakteristik kualitatif
khusus dari informasi green accounting yang sangat bermanfaat dalam evaluasi
penilaian pengmbilan keputusan bagi para pemakai, yaitu sebagai berikut:
1. Akuntabilitas, yaitu informasi akuntansi yang disajikan memperhitungkan
semua aspek informasi entitas, terutama informasi yang berkaitan dengan
tanggung jawab ekonomi, sosial, dan lingkungan entitas, serta biaya-manfaat
dari dampak yang ditimbulkan.
2. Terintegrasi dan komprehensif, yaitu informasi akuntansi yang disajikan
merupakan hasil integrasi antara informasi akuntansi keuangan dengan informasi
akuntansi sosial dan lingkungan yang disajikan secara komprehensif dalam satu
paket pelaporan akuntansi.
3. Transparan, yaitu informasi akuntansi terintegrasi harus disajikan secara jujur,
akuntabel, dan transparan agar tidak menyesatkan para pihak dalam evaluasi,
penilaian, dan pengambilan keputusan ekonomi dan non-ekonomi.

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 3


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

2. METODE PENELITIAN
Dalam pembuatan artikel ini, jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
dengan gabungan, analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2011). Jenis
penelitiannya termasuk penelitian eksploratif, yaitu penelitian awal yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran mengenai suatu topik penelitian yang akan diteiliti lebih
jauh (Morissan, 2017). Tujuan penelitian eksploratif untuk memberikan penjelasan
konsep dalam penelitian karena penelitian ini belum memiliki gambaran terhadap
penjelasan konsep penelitian, jadi peneliti harus melakukan penelitian terlebih dahulu
untuk menggali informasi lebih dalam. Metode yang digunakan adalah studi literatur
atau studi kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan hanya berdasarkan atas karya
tertulis, termasuk hasil penelitian baik yang telah maupun yang belum dipublikasikan
(Embun, 2012:2).
Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pusat dari masalah penelitian
(Arikunto, 2010:29). Objek penelitian ini akan menjadi sesuatu yang akan dikupas dan
dianalisis. Untuk objek penelitian dari artikel ini adalah masalah Green Accounting
yang dibahas menggunakan studi literatur atau studi kepustakaan.Menurut Arfan Ikhsan
dalam bukunya Akuntansi Lingkungan dan penerapannya (2008:13) mendefinisikan
bahwa: green accounting atau environmental accounting merupakan istilah yang
berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam
praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah
dampak yang timbul dari sisi keuangan maupun non-keuangan yang harus dipikul
sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan. Green
accounting dijadikan sebagai objek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh adanya green accounting sebagai salah satu transformasi akuntansi di era
digital ini.
Penelitian kualitatif ini menggunakan sumber data sekunder, yaitu data yang
mengacu atau menggunakan informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada,
berupa dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media,
internet, situs web, dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011. Data sumber yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari referensi studi literatur atau studi kepustakaan berupa
artikel, jurnal, makalah, buku-buku referensi, situs web dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan studi literatur atau studi kepustakaan selain
menggunakan sumber data sekunder dalam mendukung penelitian yang berfungsi untuk
melihat ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai
ke mana terdapat lokasi dan generalisasi yang pernah dibuat sehingga situasi yang
digunakan (Nazir, 2005:93).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode studi literatur
atau studi kepustakaan, jadi untuk pengumpulan data dalam artikel ini selain
menggunakan artikel lain sebagai referensi untuk mendukung pembuatan artikel ini,
juga diperlukan sumber data lain, yaitu:
1. Buku referensi, yaitu buku yang isi pembahasannya sesuai dengan konteks
pembahasan yang akan dibahas di dalam artikel ini.

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 4


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

2. Jurnal ilmiah, yaitu majalah yang memuat KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang secara
nyata mengandung data informasi dan ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah
penulisan ilmiah (Hakim, 2012).
3. Makalah, hasil karya tulis yang membahas permasalahan tertentu yang diuat
biasanya untuk memenuhi tugas akademik.
4. Situs web, yaitu sekumpulan halaman web yang terdapat di internet dan dibuat
oleh perorangan, sekumpulan orang, atau organisasi.
Analisis data dilakukan dengan studi literatur atau studi kepustakaan dengan
membaca sumber-sumber referensi yang digunakan, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan sumber-sumber data yang relevan dan dibutuhkan sebagai
penunjang pembuatan artikel (Arikunto, 2013:66).
2. Mengutip bacaan pada sumber-sumber data, baik secara langsung maupun
menggunakan kata-kata sendiri lalu disimpulkan dalam bentuk tulisan
(Arikunto, 2013:66).
3. Mencatat hal-hal yang penting yang terdapat dalam sumber-sumber data.
4. Menyimpulkan dari hasil yang diperoleh dari sumber-sumber data yang
digunakan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Green Accounting
Akuntansi adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan kejadian di lingkungan. Semua
kejadian lingkungan dalam sebuah perusahaan harus dicatat dalam pembukuan
akuntansi. Metode pembukuan akuntansi terus bertransformasi mengikuti
perkembangan bisnis yang semakin tinggi, dari yang berawal serba manual, menjadi
serba menggunakan teknologi, terutama di era digital ini. Begitupun saat kepedulian
terhadap lingkungan mulai tinggi, akuntansi juga ikut berbenah diri.
Dalam artikel Lange (2003) yang berjudul Policy Application of Enviromental
Accounting, dijelaskan bahwa hubungan antara lingkungan dan akuntansi sudah
dikembangkan sejak tahun 1970-an melalui kerangka (framework) oleh praktisi, dan
untuk menanggapi secara positif masalah antara lingkungan dan akuntansi, praktisi
menganggap bahwa diperlukan sebuah enviro management dalam suatu perusahaan.
Maksutnya adalah bahwa perusahaan menilai lingkungan sebagai aset perusahaan bukan
sebagai biaya perusahaan. Semua pelaporan dalam akuntansi tidak hanya atas kejadian
ekonomi suatu perusahaan, tetapi juga menyangkut kejadian lingkungan dan sosial
dalam perusahaan, oleh sebab itu dibutuhkan pencatatan tentang kejadian lingkungan
dan sosial bagi perushaan yang disebut sebagai green accounting.
AICPA (2004) dalam Volosin (2008:3) mendefinisikan akuntansi lingkungan
sebagai: “The identification, measurement, and allocation of environmental cost, the
integration of these enviromental costs into businessdecision, and the subsequent
communication of the information to a company’s stakeholders”. Artinya adalah
akuntansi lingkungan merupakan akuntansi yang di dalamnya terdapat identifikasi,
pengukuran, dan alokasi biaya lingkungan, di mana biaya-biaya lingkungan ini
diintegrasikan dalam pengambilan keputusan bisnis, dan selanjutnya dikomunikasikan
kepada stakeholders.
Berdasarkan pengertian green accounting di atas, dapat disimpulkan bahwa green
accounting merupakan akuntansi yang di dalamnya mengidentifikasi, mengukur,

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 5


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

menyajikan, dan mengungkap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk


merawat atau menjaga lingkungan di sekitar perusahaan. Dengan adanya penerapan
green accounting ini, diharapkan perusahaan secara sukarela dapat merawat dan
menjaga lingkungan sekitar dari hal-hal yang menyebabkan kerusakan lingkungan,
seperti pencemaran lingkungan, penebangan lahan hijau, dan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh De Beer dan Friend (2005) membuktikan bahwa
pengungkapan semua biaya lingkungan, baik internal maupun eksternal, dan
mengalokasikan biaya ini berdasarkan tipe biaya dan pemicu biaya dalam sebuah
akuntansi lingkungan yang terstruktur akan memberikan kontribusi baik pada kinerja
lingkungan (Aniela, 2010). Manfaat yang didapat oleh perusahaan adalah ketika
perusahaan menganggap bahwa biaya lingkungan merupakan aset perusahaan, maka
perusahaan akan bertanggung jawab terhadap pengeluaran biaya lingkungan dan tidak
akan menghindarinya karena biaya yang dikeluarkan akan memberikan mafaat dari sisi
sosial dan ekonomi bagi perusahaan yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Dari sisi sosial, perusahaan akan dinilai oleh masyarakat dan oleh pemerintah
sebagai perusahaan yang ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan reputasi nilai
perusahaan di mata mereka. Selain itu juga, perusahaan dinilai oleh pemerintah sebagai
perusahaan yang taat terhadap peraturan yang terkait dengan green accounting untuk
menjaga lingkungan. Sedangkan dari sisi ekonomi, apabila perusahaan mencatat dan
mengungkapkan terkait biaya lingkungan, diharapkan investor dapat mempertimbangan
informasi tersebut. Sehingga dalam pengambilan keputusan investasi, investor tidak
hanya mempertimbangkan tentang laba perusahaan saja tetapi juga mempertimbangkan
terkait biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga lingkungan dan
mengurangi terjadinya asimetri informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan. Dengan semakin kecilnya asimetri informasi tersebut,
diharapkan berdampak pada kepercayaan pemangku kepentingan terhadap perusahaan
semakin tinggi, seperti semakin bertambahnya investasi, penerimaan dengan baik
produk dari perusahaan, dan kesetiaan pelanggan, sehingga dapat meningkatkan laba
perusahaan.
Transformasi
Menurut Webster Dictionary (1970), transformasi berarti perubahan menjadi
sesuatu, transformasi dapat dianggap sebagai sebuah proses pengalihan total dari suatu
bentuk menjadi sebuah sosok baru yang dapat diartikan sebagai tahap akhir dari sebuah
proses perubahan, sebagai sebuah proses yang dijalani secara bertahap baik faktor ruang
dan waktu yang menjadi hal yang sangat mempengaruhi dalam perubahan tersebut.
Belkoui dan Ronald (1991) dalam Idris (2012) menjelaskan bahwa budaya
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan struktur bisnis dan
lingkungan sosial, yang pada akhirnya akan mempengaruhi akuntansi. Dalam
menghadapi perubahan kondisi lingkungan seperti pemanasan global, perubahan iklim,
kerusakan dan bencana lingkungan, krisis energi dan krisis sosial, akuntansi ditunjuk
sebagai salah satu penyebab perubahan kondisi lingkungan ini. Alasannya adalah karena
laporan akuntansi yang dihasilkan dari proses akuntansi dianggap tidak menyajikan
tentang informasi akuntansi lingkungan dan sosial yang akurat. Sehingga selain
berakibat terhadap pihak yang salah dalam menilai untuk pengambilan keputusan, tidak
adanya informasi akuntansi biaya lingkungan dan sosial tersebut juga menyebabkan
para stakeholder bersikap serakah untuk meningkatkan laba dan ekuitas mereka. Mereka
mengeksploitasi sumber daya alam tanpa melihat dampaknya terhadap kerusakan
lingkungan dan mereka juga mengeksploitasi sumber daya ekonomi masyarakat dengan

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 6


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

tamak untuk memenuhi hasrat ekonomi mereka. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan
transformasi akuntansi dalam penyediaan infromasi akuntansi biaya lingkungan dan
sosial yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Selain hal tersebut, informasi akuntansi biaya lingkungan atau sering disebut
sebagai green accounting diperlukan karena adanya penekanan isu lingkungan. Menurut
Ali (2007) terdapat empat hal terhadap isu lingkungan yang semakin signifikan, yaitu:
1. Ukuran perusahaan yang semakin besar. Semakin besar perusahaan, diperlukan
akuntabilitas yang lebih tinggi dalam pembuatan keputusan berkitan dengan
operasi, produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
2. Aktivis dan LSM semakin tumbuh. LSM bidang lingkungan hidup telah tumbuh
dengan pesat, sehingga kegiatan yang dilakukan oleh aktivis lingkungan hidup
semakin kompleks dan berkualitas. Mareka akan mengungkap sisi negatif
perusahaan yang bekaitan dengan lingkungan dan akan berjuang menuntut
tanggung jawab atas kerusakan lingkungan atau dampak sosial yang disebabkan
oleh operasi perusahaan.
3. Reputasi dan citra perusahaan. Perusahaan mulai menyadari bahwa reputasi,
citra perusahaan, dan merk merupakan sesuatu yang bernilai tinggi, sehingga
harus dilindungi.
4. Kemajuan teknologi komunikasi yang berkembang sangat cepat. Isu lingkungan
dan sosial yang berdampak negatif oleh perusahaan akan menyebar dan dapat
diakses dengan mudah dan cepat menggunakan teknologi, sehingga kan
berdampak buruk terhadap nilai perusahaan.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan tanggung jawab sosial oleh perusahaan dengan
melakukan transformasi pencatatan akuntansi tentang informasi biaya lingkungan dan
sosial atau yang biasa disebut sebagai green accounting untuk menyelamatkan nilai
perusahaan dan untuk menyelamatkan lingkungan sekitar dan juga dari sisi sosialnya
agar semuanya mendapatkan keuntungan dan bisa hidup dengan sejahtera.
Era Digital
Era digital adalah sebuah masa atau zaman di mana semua bidang dalam tatanan
kehidupan telah dibantu atau diganti dengan teknologi digital, termasuk juga dalam
dunia bisnis atau perusahaan. Seluruh operasional bisnis yang awalnya dilakukan secara
manual, dengan masuknya era digital sudah mulai diganti dengan peralatan-peralatan
yang menggunakan teknologi yang bertujuan agar kinerja perusahaan terlaksana dengan
efisien dan efektif. Era digitalisasi menekankan pada teknologi yang memberikan
dampak seefisien mungkin terhadap kinerja perusahaan, sehingga perusahaan
mengabaikan aspek lingkungan.
Semakin besar suatu perusahaan, maka teknologi yang digunakan juga semakin
banyak dan dampak terhadap lingkungannya juga semakin tinggi. Teknologi terhadap
lingkungan dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah
dengan adanya teknologi, maka limbah dari sebuah perusahaan bisa diolah lagi agar
tidak berdampak pada pencemaran lingkungan. Namun dampak negatifnya adalah,
semakin besar perusahaan dan semakin canggih teknologi yag digunakan sebuah
perusahaan, tak jarang membuat perusahaan lupa akan limbah atau polusi yang dapat
merusak lingkungan sekitarnya. Misalnya pada isu kertas di Riau yang mendapat protes
dari masyarakat setempat sehubungan dengan permasalahan limbah industri dan
pencemaran lingkungan. Pengelolaan limbah dan polusi yang buruk akan berdampak
negatif terhadap perekonomian. Menurut Indonesia Expanding Horizon (2003), akibat
pengelolaan limbah yang buruk dapat mengakibatkan total kerugian ekonomi dari

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 7


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi, selain itu juga berdampak pada biaya
yang timbul akibat polusi udara yang dikeluarkan juga banyak. Oleh sebab itu,
pencatatan biaya akuntansi lingkungan atau green accounting harus diterapkan agar
perusahaan tidak bersikap biasa saja terhadap pencemaran lingkungan yang diakibatkan
oleh perusahaannya dan perusahaan lebih bertanggung jawab lagi akan dampak dari
teknologi yang digunakan.
Esensi dari era digitalisasi lebih menekankan terhadap revolusi hijau berbasis
teknologi yang tinggi terhadap lingkungan. Sasarannya untuk mendukung gerakan go
green untuk mengatasi masalah lingkungan dan sosial serta juga penyelamatan bumi
dari pemanasan global dan lainnya. Green accounting ini selain bisa mengatasi masalah
limbah dan polusi juga dapat diterapkan dalam desain produk karena desain produk
sangat berpengaruh terhadap munculnya biaya lingkungan. Perusahaan yang
mempertimbangkan desain produk akan menerapkan desain produk yang ramah
lingkungan yang dapat dengan mudah didaur ulang dan tidak menimbulkan sampah dan
pencemaran lingkungan.
Green Accounting atau akuntansi lingkungan adalah pencatatan biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan dalam upaya untuk memelihara atau menjaga kelestarian
lingkungan dari pencemaran dan kerusakan. Sebagian perusahaan menganggap bahwa
dengan adanya green accounting maka akan berdampak perusahaan akan mengalami
kerugian karena telah mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan lingkungan. Namun di
sisi lain apabila perusahaan menganggap biaya lingkungan tersebut sebagai aset maka
biaya lingkungan itu akan memberikan manfaat di masa depan bagi perusahaan.
Manfaat yang bisa didapat dengan adanya green accounting bisa berupa semakin
baiknya kinerja perusahaan dan juga membantu keuangan perusahaan semakin tinggi.
Dengan adanya green accounting, nilai sebuah perusahaan di mata masyarakat dan
pemerintah akan semakin baik dan menumbuhkan kepercayaan yang lebih terhadap
produk yang dipasarkan oleh perusahaan karena lebih ramah lingkungan, yang akhirnya
berakibat pada peningkatan laba perusahaan. Masyarakat juga tidak akan mengkritik
terhadap masalah polusi dan limbah perusahaan karena itu semua sudah ditangani oleh
perusahaan dengan mengeluarkan biaya lingkungan. Para investor juga akan lebih
percaya kepada perusahaan untuk menanamkan modalnya karena laporan yang
disajikan perusahaan lebih lengkap dengan adanya informasi tentang biaya lingkungan.
Tanpa adanya green accounting, perusahaan bisa saja bertidak serakah sesuai
keinginan mereka untuk mencapai laba maksimal dan menggali sumber daya alam dan
sosial untuk memenuhi hasrat ekonomi mereka, sehingga di mata mereka kepedulian
terhadap lingkungan dan sosial tidak bernilai harganya. Oleh sebab itu, sangat
dibutuhkan transformasi akuntansi dari yang awalnya tidak ada pencatatan akan biaya
lingkungan dan sosial lalu diadakan dengan perwujudan green accounting bagi seluruh
perusahaan untuk menahan perusahaan bertindak serakah dan lebih bertanggung jawab
lagi terhadap kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari hasil operasional
perusahaannya.
Apalagi di era digitalisasi yang semua operasional perusahaan telah diganti dengan
teknologi yang dampaknya akan semakin besar terhadap pencemaran lingkungan,
misalnya pencemaran limbah dan pencemaran polusi. Dengan adanya teknologi,
perusahaan akan berkembang semakin besar dan dampak terhadap lingkungannya juga
semakin tinggi sehingga biaya untuk menangani masalah lingkungan harus benar-benar
diterapkan agar tidak memberikan dampak buruk terhadap perusahaan itu sendiri,
masyarakat, lingkungan, bahkan negara. Tanpa adanya akuntansi lingkungan atau green

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 8


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

accounting yang terkena dampaknya bukan hanya perusahaan yang akan kehilangan
citra di masyarakat karena mendapatkan kritik dari masyarakat, namun masyarakat juga
akan mendapatkan dampak berupa pencemaran lingkungan bahkan akan susah
mendapatkan air bersih, lingkungan akan rusak dan mudah terkena bencana alam, dan
negara juga akan menanggung kerugian berupa akses terhadap air bersih yang kurang
dan biaya yang timbul akibat polusi udara karena sikap dari pihak perusahaan yang
tidak bertanggung jawab akan dampak lingkungan dari operasional perusahaannya.
Maka, green accounting di dalam perusahaan harus benar-benar diterapkan,
peraturan pemerintah terkait green accounting juga harus ditegakkan, dan PSAK yang
mengatur akuntansi lingkungan harus dijalankan di seluruh perusahaan yang ada.

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 9


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

5. KESIMPULAN
Di era digitalisasi ini, yang di mana segala sesuatu sudah dilakukan menggunakan
bantuan teknologi tentu memudahkan perusahaan di dunia bisnis maupun perorangan di
lingkungan masyarakat itu sendiri. Tentunya di balik segala kemudahan yang
ditawarkan teknologi ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan seperti
pencemaran lingkungan. Penggunaan teknologi oleh perusahaan yang berkembang
semakin besar tentunya dampak terhadap lingkungannya juga semakin tinggi sehingga
biaya untuk menangani masalah lingkungan harus benar-benar diterapkan agar tidak
memberikan dampak buruk tehadap citra perusahaan itu sendiri, masyarakat,
lingkungan, dan negara.
Di sini green accounting menawarkan solusi bagi perusahaan untuk menangani
dampak penggunaan teknologi seperti kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari hasil
operasional perusahaannya. Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan diatas,
green accounting atau akuntansi lingkungan adalah pencatatan biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan dalam upaya untuk memelihara atau menjaga kelestarian lingkungan
dari pencemaran dan kerusakan. Dengan adanya green accounting ini memaksa
perusahaan untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial. Perusahaan
bisa memperbaiki citranya dan mendapat lebih banyak kepercayaan dari masyarakat dan
pemerintah yang nantinya bisa berimbas pada nilai perusahaan itu sendiri.

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 10


Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Vol. XX No. X (20XX)

DAFTAR PUSTAKA

Laudon Kenneth, C. dan J. P. Laudon. 2017. Sistem Informasi Manajemen Mengelola


Perusahaan Digital. Jakarta: Salemba Empat.

Zulhaimi, Hanifa. 2015. PENGARUH PENERAPAN GREEN ACCOUNTING TERHADAP

KINERJA PERUSAHAAN. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3. No. 1. Hal. 5.

Muslim Muhamad, I. dan Perdhana Mirwan, S. 2017. GLASS CEILING: SEBUAH


STUDI LITERATUR. Jurnal Bisnis STRATEGI. Vol. 26. No. 1. Hal. 29.

Syukwansyah, Deden. 2016. PENGEMBANGAN BISNIS JOERAGAN DENGAN

MENGGUNAKAN PENDEKATAN PRINSIP EFEKTUAL. Jurnal Manajemen dan Start-


Up Bisnis. Vol. 1. No. 2. Hal. 154-155.

Aji, Rustam. 2016. DIGITALISASI, ERA TANTANGAN MEDIA (Analisis Kritis Kesiapan

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Menyongsong Era Digital). Islam Communication


Journal. Vol. 1. No. 1. Hal. 44.

Lako, Andreas. 2019. Menuju Akuntansi Hijau 4.0, diakses dari


https://www.researchgate.net/publication/332544784_Menuju_Akuntansi_Hijau_40.
[Diakses pada 31 Oktober 2020].

Lako, Andreas. 2018. TRANSFORMASI MENUJU AKUNTANSI HIJAU, diakses dari


https://www.researchgate.net/publication/329800215_TRANSFORMASI_MENUJU_AK
UNTANSI_HIJAU.[Diakses pada 31 Oktober 2020].

Kusumaningtias, Rohmawati. 2013. GREEN ACCOUNTING< MENGAPA DAN


BAGAIMANA ?, diakses dari
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3830/13.%20Rohmawati
%20Kusumaningtias.pdf?sequence=1&isAllowed=y.[Diakses pada 31 Oktober 2020].

Kompas.com. 2019. KPBB: Dampak Polusi Udara, Warga DKI Rugi Rp 51,2 Triliun diakses
dari https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/09/05322231/kpbb-dampak-polusi-
udara-warga-dki-rugi-rp-512-triliun?page=all [Diakses pada 1 November 2020]

Hidayat, Anwar. 2012. Penelitian Kualitatif: Penjelasan Lengkap, diakses dari https://www-
statistikian-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.statistikian.com/2012/10/penelitian-
kualitatif.html?amp_js_v=a6&amp_gsa=1&amp&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16040473303270&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F
%2Fwww.statistikian.com%2F2012%2F10%2Fpenelitian-kualitatif.html.[Diakses pada 31
Oktober 2020].

Choirunnisak et al., Green Accounting : Transformasi Akuntansi di Era Digital ................................ 11

You might also like