You are on page 1of 18

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jap
Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (2), 2021, 349-366

Insentif PMK 86/2020 Di Tengah Pandemi Covid 19: Apakah Mempengaruhi


Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Surabaya?

Richard Andrew1), Dian Purnama Sari2)


1,2
Pascasarjana Akuntansi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
*Email korespondensi: andrew_richard1@yahoo.com

Abstract
This study describes researchTaxpayer Compliance in the Covid-19 pandemic. The purpose was to analyze and
determine effects of socialization PMK 86/2020 incentives, tax rates, tax services, PP 23/2018 deadline, and tax
punishmentforMSME taxpayer compliance in Surabaya. The method in the research is quantitative by testing
hypothesis. Data obtained through any questions and distributed via google form to all taxpayers (MSMEs) in the
Surabaya.The results showed that variable of PMK 86/2020 incentive socialization, tax rates, tax services,
deadline of PP 23/2018 has effects, while tax punishment hasn’t effect for MSME taxpayer compliance. The
Conclusions are socialization of PMK 86/2020 incentives has been carried out by the government massively
andthey raises knowledge to immediately take advantage of incentives. They will to take advantage of lower tax
rates during pandemic. The change in services from face-to-face to 100% online makes them easier to know
information, procedures for compliance and keep health protocols in the pandemic. Deadline for PP 23/2018
supports them to understand how to bookkeeping until limit is given and utilization of determined rates. Tax
punishment hasn’t effect because it’s not too strict during the pandemic and tend to be loose and various
relaxation provided by the government.

Keywords: Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) Taxpayers Compliance in Surabaya, PMK 86/2020
Incentive Socialization, Tax Rates and Fiscal Services, PP 23/2018 Deadline, Tax Punishment.

Saran sitasi: Andrew, R., & Sari, D. P. (2021). Insentif PMK 86/2020 Di Tengah Pandemi Covid 19: Apakah
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Surabaya?. Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (2), 349-366.
doi:http://dx.doi.org/10.29040/jap.v21i2.1597

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jap.v21i2.1597

1. PENDAHULUAN Peraturan Menteri Keuangan nomor86/2020.Didalam


Pada tahun 2020 seluruh negara mengalami krisis PMK86/2020 ini,berisi mengenai pemberian insentif
ekonomi dikarenakan suatu wabah yang dikenal pajak bagi wajib pajak yang terdampak pandemi
dengan Corona Virus Disease (Covid-19), semua Corona Virus Disease (Covid-19). PMK ini juga
negara mengalami penurunan ekonomi secara drastis merupakan perubahan dari PMK 44/2020 yang telah
dan tentunya berdampak di negara kita Indonesia baik diterbitkan sebelumnya. Insentif pajak yang diberikan
secara makro ekonomi maupun mikro ekonomi. pemerintah dalam PMK 86/2020 meliputi PPh pasal
Secara mikro ekonomi, wabah Covid-19 berdampak 21,22,23, dan 25. Pemerintah memprediksi dengan
terhadap semua Usaha Mikro Kecil Menengah adanya insentif pajak yang diberikan dapat digunakan
(UMKM) yang menjadi penopang perkembangan sebagai penyelamatan ekonomi bagi UMKM yang
ekonomi Indonesia, banyak usaha UMKM di terdampak pandemi, sehingga diharapkan UMKM
Indonesia mengalami penurunan omset penghasilan tersebut mampu bertahan di tahun 2020.
bahkan sampai menutup usahanya dikarenakan Pemerintah memprioritaskan sektor UMKM
kebangkrutan. Direktorat Jenderal Pajak telah untuk mampu bertahan ditengah pandemi Covid 19
membuat kebijakan-kebijakan perpajakan untuk ini, mengingat banyaknya tenaga kerja di dalam
mengantisipasi dampak dari Covid-19 untuk stabilitas UMKM yang nantinya akan di PHK secara masal
ekonomi dan mempertahankan kepatuhan wajib pajak akibat kesulitan ekonomi, dan pemerintah tidak
UMKM ditengah pandemi,dengan menerbitkan mengharapkan hal itu terjadi. Insentif pajak PMK

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 350
86/2020 bagi UMKM yang diberikan pemerintah tarif yang semula 1% menjadi 0,5% atas omset
berupa PPh Final Usaha Mikro Kecil Menengah penghasilannya. Dengan adanya Covid-19 ini,
(UMKM) akan ditanggung oleh pemerintah selama menyebabkan pemerintah melalui PMK 86/2020
enam bulan, dengan begitu wajib pajak UMKM tidak menurunkan tarif dari semula 0,5% menjadi 0%
perlu membayar pajak 0,5% dari omset namun tarif sampai bulan Desember 2020 bagi mereka yang
menjadi 0%. Syarat wajib pajak UMKM yang dapat memanfaatkan insentif pajak, dengan maksud agar
menerimannya adalah wajib pajak UMKM harus wajib pajak pelaku usaha UMKM dapat menjalankan
melakukan penyampaian laporan realisasi untuk kewajiban perpajakan semestinya.Namun yang
memanfaatkan pajak penghasilan final yang menjadi masalah, apakah dengan kebijakan penurunan
ditanggung oleh pemerintah paling lambat tanggal tarif tersebut menjadi 0% tetap dapat terus
20setelah akhir masa pajak dan berakhir sampai berpengaruh dalam pertahanan tingkat kepatuhan
Desember 2020.Menurut Ayu (2020) menjelaskan wajib pajak UMKM. Berdasarkan penelitian terdahulu
bahwa insentif pajak adalah kebijakan perpajakan yang dilakukan Lazuardini,dkk(2018),menjelaskan
yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib pajak bahwa tariff pajak memiliki pengaruh positif dan
tertentu baik individu atauorganisasi yang mendukung signifikan terhadap ketaatan wajib pajak orang pribadi
pemerintah, yang digunakan dalam memberikan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Selatan.
dorongan dan kemudahan bagi wajib pajak agar tetap Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
patuh dalam menjalankan kewajiban perpajakannya Nomor 234/PMK.01/2015menjelaskan fungsi dari
baik sekarang maupun di masa mendatang. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) dintaranya
Pemerintah selama ini telah melakukan sosialisasi merumuskan, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan
mengenai insentif pajak baik melalui media cetak perpajakan, menyusun norma, standar, criteria dan
maupun online mengenai kebijakan-kebijakan insentif prosedur-prosedur di bidang perpajakan, memberikan
pajak diantaranya PP 46/2013,PP 23/2018, tax bimbingan secara teknis kepada wajib pajak serta
holiday,tax allowance,revaluasi asset untuk tujuan memberikan evaluasi perpajakan dan memberikan
perpajakan ditahun 2015 dan 2016dan masih banyak pelayanan secara administrasi kepada wajib
lagi insentif yang telah diberikan kepada wajib pajak pajak.Pemerintah selama ini telah menjalankan
selama ini. Menurut Direktorat Jenderal Pajak (2020) layanan perpajakan baik secara tatap muka maupun
menjelaskan bahwa pemerintah sampai sekarang daring/online misalnya saja pelayanan e-filling pajak
tengah menggalakkan sosialisasi perpajakan dengan adanya layanan ini pelaporan bagi wajib pajak
mengenai PMK 86/2020 kepada wajib pajak UMKM baik SPT1770,1770SS,1770S,dan1771sehingga
dikarenakan realisasinya tidak mencapai 10% di bulan memudahkan bagi wajib pajak dalam menjalankan
Juli 2020. Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah kewajiban perpajakannya selama ini. Dengan adanya
dilakukan oleh Putri dan Iqbal (2019), menjelaskan Covid-19 ini, tentu berdampak pada pelayanan
bahwa ada perbedaan signifikan pada kepatuhan wajib perpajakan yang semula bisa dilakukan secara tatap
pajak UMKM dari sebelum dan sesudah pemberian muka sekarang menerapkan social distancing, ada
insentif pajak pemerintah PP nomor 23 tahun 2018 pergantian kebijakan menjadi pelayanan perpajakan
dari pendaftaran diri, pembayaran pajak hingga untuk memenuhi protokol kesehatan yaitu 100%
pelaporan SPT. Menurut Hardianti dan Setyowati secara daring/online melalui akses online
(2018) menjelaskan bahwa kebijakan insentif tax https://www.pajak.go.id/covid19. Hal itu berarti
allowance di sektor perikanan kurang efektif, peran dalam pendaftaran NPWP, pelaporan SPT,
KKP dalam melakukan sosialisasi sangat diperlukan permintaan surat keterangan fiskal dan pembayaran
agar implementasinya bagi wajib pajak dapat berjalan pajak semua menggunakan media online. Penelitian
efektif. yang telah dilakukan oleh Tambunan (2016),
Menurut Direktorat Jenderal Pajak (2019) menjelaskan pelayanan dari KPP memiliki pengaruh
menjelaskan bahwa tarif pajak adalah nilai yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pelaku
menjadi dasar pengenaan pajak dan menjadi penentu usaha UKM sebesar 21,8%. Dengan peralihandari
pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak mengenai pelayanan tatap muka menjadi media online atau
objek pajak dan dinyatakan dalam persentase tertentu. daring 100%, apakah memudahkan wajib pajak Usaha
Kebijakan PP 23/2018 ini pertama kali berlaku pada 1 Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam memenuhi
Juli 2018 menggantikan PP 46/2013 dengan tingkat kewajiban perpajakannya dalam pelaporan dan

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 351
pembayaran pajak atas penghasilannya. Mengingat perpajakannya) berdasarkan sistem self assessment
adanya ketidaktahuan cara pengoperasian dan beban system. Ada dua jenis kepatuhan wajib pajak
biaya/cost atas internet yang harus dikeluarkan tiap diantaranya kepatuhan wajib pajak UMKM secara
usaha UMKM dalam pelayanan pajak secara daring formal dan kepatuhan secara material,kepatuhan wajib
maupun e-filling. pajak UMKM secara formal terjadi saat wajib pajak
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 UMKM telah memenuhi kewajiban perpajakannya
tahun 2018 mengenai pajak penghasilan atas secara formal sesuai dengan ketentuan perpajakan
perolehan penghasilan dari peredaran bruto atas seperti melaporkan omset penghasilannya melalui
usahanya, menjelaskan batas waktu pengenaan tarif surat pemberitahuan (SPT). Sedangkan kepatuhan
untuk wajib pajak orang pribadi yaitu sampai tujuh wajib pajak UMKM secara material terjadi saat wajib
tahun, badan berbentuk CV sampai empat tahun, pajak UMKM telah memenuhi kewajiban
sedangkan wajib pajak berbentuk PT sampai tiga perpajakannya secara material dan formal sekaligus,
tahun. Setelah batas waktu yang telah ditentukan, sesuai dengan ketentuan perpajakan seperti mengisi
wajib pajak akan dikenakan tarif pajak penghasilan 17 SPT dengan nominal yang benar dan tepat sesuai
(progresif) atas pajak penghasilannya. Namun yang dengan seharusnya.
diharapkan pemerintah dengan adanya batas waktu Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pajak
pengenaan tarif yang dilakukan pemerintah tersebut (2018), menjelaskan tingkat pertumbuhan penerimaan
untuk wajib pajak usaha Mikro dan kecil menengah pajak dari kepatuhan wajib pajak secara material di
(UMKM) dapat mandiri dan segera menjalankan tahun 2012- 2018 mengalami penurunan di tahun
pembukuan atas laporan keuangannya atas pajak 2012-2017 dari 12,54% menjadi 4,07%, dan
penghasilannya. Menurut Tjahjono (2005) dalam kemudian mengalami kenaikan secara signifikan di
Hestanto (2018) menjelaskan bahwa sanksi tahun 2018 sebesar 14,10%. Hal itu menjelaskan
perpajakan adalah alat bagi pemerintah dalam bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak secara material
mencegah dan mengatasi wajib pajak yang telah untuk UMKM tergolong rendah sebelumnya, dan
melanggar kewajiban perpajakannya, dan menjadi masih banyak UMKM yang belum menjalankan
jaminan atas kepatuhan dariwajib pajak tersebut. kewajiban perpajakannya. Sedangkan kepatuhan
Setelah adanya perpanjangan masa pelaporan yang wajib pajak secara formal, menunjukkan data bahwa
telah diberikan oleh pemerintah, dan wajib pajak jumlah wajib pajak yang telah melaporkan omsetnya
UMKM tetap tidak mau menjalankan kewajiban dengan e-SPT di tahun 2016 sebanyak 592.282, di
perpajakannya maka wajib pajak tetap diberikan tahun 2017 sebanyak 670.623 dan tahun
sanksi perpajakan Menurut Direktorat Jenderal Pajak 2018sebanyak723.290.Dariduadatatersebutbaiksecara
(2019) menjelaskan bahwa sanksi perpajakan ada dua materialdanformal,menjelaskanbahwawajib pajak
yaitu sanksi administrasi denda,bunga atau kenaikan mengalami kenaikan dalam tingkat kepatuhan
yaitu wajib menyetor PPh Final sebesar 0,5% dari tarif pajaknya. Dengan adanya Covid-19, apakah wajib
PP No 23/2018 dan sanksi administrasi berupa bunga pajak pelaku usaha UMKM di Surabaya tetap
2% perbulan (maksimal 24 bulan), dari biaya yang menjalankan kepatuhan pajak secara material dan
terlambat atas pembayaran PPh Final UMKM dan formal seperti yang terjadi di tahun-tahun
denda Rp. 100.000,00 atas keterlambatan tersebut sebelumnya, ataukah justru tingkat kepatuhan
sampai sanksi pidana penjara atau kurungan atas pajaknya akan semakin menurun dikarenakan
ketidakpatuhan dari wajib pajak tersebut. Penelitian pandemi.Teori Planned behavior merupakan sebuah
yang dilakukan Imaniati (2016) menjelaskan bahwa teori yang pertama kali dikemukakan oleh
sanksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan Ajzen(1991),teori ini akan memberikan pengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak Usaha Mikro Kecil terhadap wajib pajak UMKM baik orang pribadi
Menengah (UMKM) di kotaYogyakarta.Menurut maupun badan dalam menjalankan kewajiban
Asmarani (2020) menjelaskan bahwa kepatuhan wajib perpajakannya baik pada saat membayar maupun
pajak adalah suatu faktor terpenting dalam melaporkan pajak di tengah pandemi Covid-19
penerimaan pajak negara yang didukung dengan mereka dari sisi psikologis. Teori ini juga merupakan
kesadaran dari tiap wajib pajak sendiri dari perluasan dari Teori Reasoned Action (TRA). Teori
menghitung, melaporkan dan menyetorkan pajaknya atribusi (attribution theory) dikemukakan pertama
secara mandiri (menjalankan kewajiban kali oleh Heider (1958) dan telah dikembangkan oleh

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 352
Kelley (1972). Teori atribusi adalah teori yang Teori Planned Behavior (Theory of
memberikan gambaran bahwa setiap orang akan PlannedBehavior)
memberikan tafsiran pada kejadian-kejadian tertentu Teori Planed behavior (Theory of Planned
serta akan memiliki kaitan erat dengan pikiran dan Behavior) merupakan sebuah teori yang pertama kali
perilaku dari setiap orang.Teori ini juga akan dikemukakan oleh Ajzen (1991). Menurut Ajzen
menentukan wajib pajak untuk melakukan apa yang (1991) dalam Nugraheni dan Purwanto (2015)
wajib pajak lakukan, serta juga dapat memberikan menjelaskan mengenai bagaimana manusia
gambaran mengenai bagaimana Direktorat Jenderal berperilaku dan bertindak. Berhubungan dengan pajak
Pajak dapat memberi kesan kepada wajib pajak itu sendiri,teori ini akan memberikan pengaruh
UMKM dari faktor-faktor personal maupun terhadap wajib pajak UMKM baik orang pribadi
situasional ditengah pandemi Covid-19. Teori ini maupun badan dalam menjalankan kewajiban
mampu menjelaskan mengenai faktor-faktor internal perpajakannya baik pada saat membayar maupun
apa dan eksternal apa saja yang perlu dilakukan melaporkan pajak di tengah pandemi Covid-19
Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan mereka dari sisi psikologis. Teori ini juga merupakan
kepatuhan wajib pajak UMKM di tengah pandemic perluasan dari Teori Reasoned Action (TRA) yang
Covid-19. sama-sama dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 (1975), dimana menjelaskan mengenai perubahan
dalam Hidayat, KaruniaSaputra (2020) menjelaskan perilaku dari wajib pajak menjadi patuh yang berasal
mengenai usaha Mikro, Kecil dan dari niat, perilaku dan norma-norma sosial.
Menengah(UMKM). Usaha mikro, kecil dan
menengah memiliki tiga komponen yaitu usaha mikro,
usaha kecil dan usaha menengah, secara sekilas sama
namun masing-masing komponen memiliki kriteria
dan ciri-ciri masing-masing yang membedakannya
dari berapa jumlah orang yang menjadi pelaku
usahanya, berapa jumlah aset yang dimiliki hingga
berapa omset yang dihasilkan dari ketiga usaha
tersebut. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23
tahun 2018 menjelaskan bahwa kriteria wajib pajak
Gambar 1 Teori Planned Behavior
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang
Sumber: Ajzen (1991) dalam Nugraheni dan Purwanto
dikenakan pajak penghasilan final hanyalah wajib
(2015)
pajak orang pribadi atau badan yang berbentuk baik
CV maupun PT yang menjalankan usahanya dan
Dilihat dari gambar 1 mengenai Teori Planned
memiliki omset penghasilan dibawah 4,8
Behavior, menjelaskan bahwa tiga bagian penting dari
Miliarrupiah.Dari semua fenomena, grand theory dan
kepatuhan yaitu pertama sikap (attitude), dimana
penelitian terdahulu yang telah dipaparkan diatas,
menjelaskan mengenai sikap wajib pajak yang taat
maka menjadi dasar untuk melakukan penelitian ini,
pajak atau tidak yang akan menentukan perilakunya
dikarenakan adanyafenomena Covid-19 di tahun 2020
dalam menjalankan kepatuhan perpajakan. Kedua
telah mengguncang berbagai segi kehidupan terutama
norma subjektif (subjective norm) menjelaskan
Usaha Mikro Kecil Menengah di Surabaya sebagai
mengenai norma yang akan menghasilkan kesadaran
penopang perkembangan perekonomian Indonesia
bagi wajib pajak untuk patuh dalam menjalankan
selamaini. Pemerintah telah membuat berbagai
kewajibannya. Ketiga persepsi untuk mengkontrol
kebijakan ditengah pandemic ini dari insentif
perilaku (Perceived Behavioral Control), dimana
PMK86/2020,penurunan tariff hingg a0%,pelayanan
menjelaskan kontrol perilaku dari wajib pajak itu
fiskus yang sepenuhnya melalui daring/online, batas
sendiri baik didapat dari dalam diri mereka sendiri
waktu PP 23/2018 bagi UMKM hingga sanksi
(internal) ataupun pihak luar (eksternal) dari wajib
perpajakan menjadi penentu keberhasilan kepatuhan
pajak tersebut Dari tiga bagian penting tersebut akan
pajak bagi UMKM Surabaya menjadi penelitian yang
menimbulkanniat (intention) yang akan memberikan
menarik dibandingkan penelitian sebelumnya.
pengaruh pada wajib pajak untuk patuh (behavior)

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 353
dalam menjalankan kewajibannya sesuai dengan meningkatkan kepatuhan bagi wajib pajak di tengah
ketentuan aturan perpajakan yang berlaku. pandemi Covid-19, agar wajib pajak dapat memahami
Teori Atribusi (Attribution Theory) dan memanfaatkan insentif PMK 86/2020 yang
Teori atribusi (attribution theory) dikemukakan diberikan olehpemerintah.Berdasarkan dari hasil
pertama kali oleh Heider (1958) dan telah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh dilakukan
dikembangkan oleh Kelley (1972). Menurut Heider oleh Putri dan Iqbal (2018), Putri dan Nurhassanah
(1958) dalam Nugraheni dan Purwanto (2015) (2019) dan Adi (2018) mendapatkan hasil penelitian
menjelaskan bahwa teori atribusi adalah teori yang yang sama-sama menunjukkan bahwa sosialisasi
memberikan gambaran bahwa setiap orang akan pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan
memberikan tafsiran pada kejadian-kejadian tertentu, terhadap kepatuhan wajib pajak dari pelaku Usaha
serta akan memiliki kaitan erat dengan pikiran dan Kecil Menengah (UKM). Teori planned behavior
perilaku dari setiap orang.Teori atribusi juga akan berkaitan erat dengan kepatuhan bagi wajib pajak
menentukan wajib pajak untuk melakukan apa yang dalam menjalankan kewajiban perpajakan
wajib pajak lakukan, serta juga dapat memberikan (behavioral) melalui niat dan norma subjektif, namun
gambaran mengenai bagaimana Direktorat Jenderal dua komponen tersebut tidak serta merta akan
Pajak dapat member kesan kepada wajib pajak memunculkan pemenuhan kewajiban perpajakan
UMKM dari faktor-faktor personal maupun namun harus didukung juga dari tindakan-tindakan
situasional ditengah pandemi Covid-19. Ada tiga eksternal (perceived behavior control) dari Direktorat
tahapan didalamnya, yaitu pertama perilaku wajib Jenderal Pajak dalam memberikan hak bagi wajib
pajak UMKM di tengah Pandemi Covid-19 apakah pajak itu sendiri ditengah pandemi Covid-19 dalam
menjadi lebih patuh atau tidak, kedua menentukan hal mensosialisasikan kebijakan perpajakan baru yaitu
apakah wajib pajak melakukan ketidak patuhan karena insentif PMK 86/2020 yang akan membantu wajib
kesengajaan atau tidak, namun dikarenakan terpaksa pajak dalam meningkatkan kepatuhan pajak sesuai
tidak dapat membayar karena penurunan ekonomi dengan teori plannedbehaviorkontrol akan
atau kebangkrutan pada saat pandemi Covid-19, dan memperkuat hipotesis pertama dalam penelitian ini.
terakhir mengelompokkan motivasi yang perlu Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis
dilakukan untuk menentukan perilaku wajib pajak pertama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
yang patuh baik secara internal (dibawah kesadaran H1: Sosialisasi Insentif PMK 86/2020 berpengaruh
wajib pajak) maupun eksternal (lingkungan terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
sekitar).Teori atribusi ini cocok dalam penelitian ini
dikarenakan teori ini mampu menjelaskan mengenai Pengaruh Tarif Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
faktor-faktor internal apa dan eksternal apa saja yang Pajak UMKM
perlu dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam Menurut Direktorat Jenderal Pajak dalam Boby
meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM di (2019) menjelaskan bahwa tarif pajak adalah nilai
tengah pandemi Covid-19. Persepsi dalam diri wajib yang menjadi dasar pengenaan pajak dan menjadi
pajak (internal) sendiri dan kesan dari lingkungan penentu pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak dan
(direktorat jenderal pajak) akan mempengaruhi dinyatakan dalam persentase tertentu. Tarif pajak
penilaian wajib pajak mengenai pentingnya yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak
menjalankan kewajiban perpajakan, kemudian selama ini yang dikenakan untuk Usaha Mikro Kecil
menciptakan kepatuhan bagi wajib pajak UMKM itu Menengah berubah-rubah sesuai dengan kondisi saat
sendiri. ini. Perubahan tarif dari PP 46/2013 sebesar 1%
Pengaruh Sosialisasi Insentif PMK 86/2020 menjadi tarif PP 23/2018 sebesar 0,5%, dan tarif
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM khusus di tengah pandemi Covid-19 sebesar 0%.
Menurut Sudrajat (2015:194), sosialisasi Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani dan
perpajakan adalah upaya yang harus dilakukan oleh Adellina (2016), Rusdiyanto (2017) dan
pemerintah dalam memberikan informasi kepada Rachmawati,dkk (2018) mendapatkan hasil penelitian
wajib pajak, mengenai peraturan perpajakan tertentu yang sama-sama menunjukkan bahwa tariff pajak
agar wajib pajak baik dapat memahami mengenai memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
perpajakan. Sosialisasi perpajakan mengenai insentif kepatuhanwajibpajak.Teori atribusi memiliki andil
PMK 86/2020 memiki peran penting dalam dalam penentuan tarif pajak yang harus dibayar oleh

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 354
wajib pajak itu sendiri,berarti bahwa semakin wajib Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan
pajak memiliki hak kewajiban bagi suatu negara maka kepatuhan wajib pajak UMKM ditengah
semakin besar pula pajak yang harus dibayarkan pandemi.Persepsi dalam diri wajib pajak (internal)
kepada pemerintah. Pemerintah harus menetapkan sendiri dan kesan dari lingkungan (direktorat jenderal
beban pajak yang harus dibayar UMKM sesuai pajak) akan mempengaruhi penilaian wajib pajak
dengan kepentingan wajib pajak, selain itu pemerintah mengenai pentingnya menjalankan kewajiban
juga harus melihat besarnya penghasilan yang perpajakan, melalui pelayanan fiskus yang terus
dihasilkan oleh wajib pajak (objektif) dan besarnya dilakukan Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib
kebutuhan material yang harus dipenuhi oleh wajib pajak UMKM selama ini kemudian menciptakan
pajak UMKM (subjektif) di tengah pandemi Covid- kepatuhan bagi wajib pajak UMKM itu sendiri,
19. Hal itu dilakukan agar tidak memberatkan bagi sehingga teori atribusi ini akan memperkuat hipotesis
wajib pajak UMKM,oleh karena itu pemerintah terus ketiga dalam penelitian ini. Berdasarkan penjelasan
menerus menurunkan tariff pajak UMKM dari PP diatas,maka hipotesis ketiga yang digunakan dalam
46/2013 sebesar 1% menjadi PP 23/2018 sebesar penelitian ini yaitu:
0,5%, hingga terbaru PMK 44/2020 atau PMK H3: Pelayanan Fiskus berpengaruh terhadap
86/2020 sebesar 0% ditengah pandemic Covid-19 kepatuhan wajib pajak UMKM.
sesuai dengan teori atribusi ini akan memperkuat
hipotesis kedua dalam penelitian ini. Berdasarkan Pengaruh Batas Waktu PP 23/2018 terhadap
penjelasan diatas, maka hipotesis kedua yang Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
digunakan dalam penelitian ini yaitu: Menurut Direktorat Jenderal Pajak (2018), batas
H2: Tarif Pajak berpengaruh terhadap kepatuhan waktu dalam pengenaan tarif adalah batas waktu bagi
wajib pajak UMKM. wajib pajak dalam jangka waktu tertentu untuk
memperoleh fasilitas pajak penghasilan final terhadap
Pengaruh Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan omset penghasilannya. Berdasarkan Peraturan
Wajib Pajak UMKM Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 menjelaskan
Pemerintah selama ini telah menjalankan layanan bahwa batas waktu mengenai tarif untuk wajib pajak
perpajakan baik secara tatap muka maupun UMKM sebesar 0,5% memiliki batas waktu tertentu.
daring/online melalui pelayanan e-filling pajak Batas waktu tertentu tersebut diatur pemerintah
dengan adanya layanan ini pelaporan bagi wajib pajak dimana wajib pajak UMKM orang pribadi memiliki
baik SPT Tahunan (1770, 1770 SS, 1770 S) untuk batas waktu sampai dengan tujuh tahun, badan
wajib pajak orang pribadi, dan SPT 1771 untuk badan berbentuk CV atau Firma atau koperasi batas
dapat dilakukan secara online melalui website dari waktunya sampai dengan empat tahun, dan untuk
Dirjen pajak, sehingga memudahkan bagi wajib pajak badan berbentuk PT sampai dengan tigatahun.Dari
dalam menjalankan kewajiban perpajakannya selama batas waktu tersebut pemerintah telah memberikan
ini. Ditengah pandemi Covid-19 ini, pelayanan fiskus kemudahan dalam menjalankan kewajiban
berubah sepenuhnya menjadi pelayanan berbasis perpajakannya bagi wajib pajak untuk segera
100% daring/online. Upaya dari DJP tetap diperlukan menyelenggarakan pembukuan. Berdasarkan
dalam mempertahankan bahkan meningkatkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh
kualitas pelayanan pajak bagi UMKM, secara 100% Wahjudi dan Arief Himawan (2014) yang membahas
daring ditengah pandemi yang berguna untuk mendapatkan hasil penelitian yang
memberikan kesadaran pada wajib pajak untuk tetap menunjukkanbahwa Usaha Mikro Kecil dan
menjalankan kewajiban perpajakannya walaupun di Menengah (UMKM) di Semarang telah menjalankan
tengahpandemi. Berdasarkan Penelitian terdahulu kewajiban perpajakan menyelenggarakan pembukuan
yang telah dilakukan oleh Tambunan (2016), Asfa dan dalam pembayaran pajak secara tepat
Meiranto (2017), Rusdiyanto (2017) mendapatkan waktu.Teoriatribusimampu menjelaskan mengenai
hasil penelitian yang sama-sama menunjukkan bahwa faktor-faktor internal apa dan eksternal apa saja yang
pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif dan perlu dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dalam
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Teori meningkatkan kepatuhan wajib pajak UMKM di
atribusi mampu menjelaskan mengenai faktor-faktor tengah pandemi Covid-19. Persepsi dalam diri wajib
internal dan eksternal apa saja yang perlu dilakukan pajak (internal) sendiri dan kesan dari lingkungan

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 355
(direktorat jenderal pajak), akan mempengaruhi Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis kelima
penilaian wajib pajak mengenai pentingnya yang digunakan dalam penelitian iniyaitu:
menjalankan kewajiban perpajakan yaitu menjalankan H5: Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap
kewajiban pembukuan melalui batas waktu yang telah kepatuhan wajib pajak UMKM.
diberikan kepada wajib pajak UMKMselama ini,
kemudian akan menciptakan kepatuhan bagi wajib Rerangka Konseptual
pajak UMKM itu sendiri. Sehingga teori atribusi ini Gambar 2 menjelaskan mengenai Rerangka
akan memperkuat hipotesis keempat dalam penelitian penelitian menunjukkan bahwa dalam penelitian ini
ini. Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis menganalisis pengaruh dari Sosialisasi Insentif PMK
keempat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 86 tahun 2020 (SIP), Tarif Pajak (TP), Pelayanan
H4: Batas Waktu PP 23/2018 berpengaruh Fiskus (PF), Batas Waktu PP 23/2018 (BWP), dan
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Sanksi Perpajakan (SP) akan berpengaruh terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (KWP).
Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Sosialisasi Insentif
Wajib PajakUMKM PMK 86/2020 (SIP) H1+
Menurut Tjahjono (2005) dalam Hestanto (2018)
menjelaskan bahwa sanksi perpajakan adalah alat bagi Tarif Pajak (TP) H2+
pemerintah dalam mencegah dan mengatasi wajib Kepatuhan Wajib
Pelayanan Fiskus (PF)
H3+
Pajak UMKM
pajak yang telah melanggar kewajibanperpajakannya, (KWP)
H4+
dan menjadi jaminan atas kepatuhan dari wajib pajak Batas Waktu PP
tersebut. Setelah adanya perpanjangan masa pelaporan 23/2018 (BWP) H5+
yang telah diberikan oleh pemerintah, dan wajib pajak
Sanksi Perpajakan (SP)
UMKM tetap tidak mau menjalankan kewajibannya,
maka wajib pajak tetap diberikan sanksi perpajakan. Gambar 2 Rerangka Penelitian.
Sanksi perpajakan sebagai kunci keberhasilan dari
kepatuhan wajib pajak UMKM di tengah pandemi 2. METODE PENELITIAN
Covid-19 agar wajib pajak UMKM tetap menjalankan Desain yang digunakan dalam penelitian ini
kewajiban perpajakan. Sanksi juga sebagai menggunakan desain penelitian kuantitatif.
konsekuensi atas pelanggaran kewajiban perpajakan Pengukuran dari tiap-tiap variabel independen
yang telah dilakukan oleh wajib pajak UMKM di terhadap variabel dependen dilakukan peneliti dengan
tengah pandemi Covid-19. Dengan adanya sanksi menggunakan skala likert. Penelitian ini dengan
perpajakan yang tegas mau tidak mau wajib pajak kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai
UMKM tetap menjalankan kewajiban perpajakan baik variabel-variabel independen dan dependen yang
menyelenggarakan pembukuan, melakukan pelaporan terkait dalam penelitian. Sumber data dalam penelitian
serta pembayaran pajak. Berdasarkan penelitian ini adalah data primer.Data primer merupakan sumber
terdahulu yang telah dilakukan olehSasmita (2015), data yang diperoleh secara langsung dari responden
Muliari dan Setiawan (2015),Oktaviani dan Adellina yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.
(2016),Fuadi dan Mangoting (2017) sama-sama Sumber data primer dapat diperoleh dalam penelitian
mendapatkan hasil penelitian yang ini melalui media kuisioner yang secara langsung akan
menunjukkanbahwa sanksi perpajakan memiliki dibagikan kepada responden melalui google form
pengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan karena dalam masa pandemic Covid- 19 saat ini.
wajib pajak UMKM. Teori atribusi dapat berhasil Responden yang dituju dalam penelitian ini yaitu
apabila prosedur-prosedur yang telah dilakukan oleh wajib pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Direktorat Jenderal Pajak harus jelas dan tidak (UMKM) di kota Surabaya.Metode pengumpulan data
memihak pada siapapun terutama dalam hal yang dipilih dalam penelitian ini adalah menggunakan
pengenaan sanksi perpajakan kepada tiap wajib pajak metode survei dengan media pendukung yaitu
UMKM yang melanggar ketentuan Undang-Undang kuisioner. Metode survei dengan kuisioner ini akan
Perpajakan. Oleh karena itu teori atribusi akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada partisipan
memperkuat hipotesis kelima dalam penelitian ini. yang menjadi sumber informasi. Partisipan yang
terlibat akan diminta untuk mengisi pertanyaan-

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 356
pertanyaan yang telah disediakan dan dapat 86/2020, Tarif Pajak, Pelayanan Fiskus, Batas Waktu
dikembalikan kepada peneliti jika secara tatap muka. PP 23/2018 dan Sanksi Perpajakan terhadap
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Beberapa teknik
membantu peneliti dalam menganalisis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
mendeskripsikan adanya pengaruh Sosialisasi Insentif ini,diantaranya:uji validitas, reliabilitas, statistik
PMK 86/2020, Tarif Pajak, Pelayanan Fiskus, Batas deskriptif, uji asumsi klasik, uji kelayakan model dan
Waktu PP 23/2018 dan Sanksi Perpajakan terhadap uji hipotesis.
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.Kuisioner dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pertama yaitu berisikan mengenai pertanyaan- 3.1. Hasil Penelitian
pertanyaan umum seputar identitas dari responden Uji Validitas
yang akan diteliti beserta petunjuk-petunjuk mengenai Uji validitas digunakan dalam menguji valid atau
pengisian data, sedangkan bagian kedua berisikan tidaknya suatu instrumen penelitian dalam suatu
mengenai instrumen-instrumen penelitian didalamnya kuisioner sebelum kuisioner tersebut disebar kepada
berupa pertanyaan- pertanyaan mengenai objek responden sebagai partisipan utama. Jika instrumen
penelitian yang akan diteliti. Pembagian kuisioner ini suatu penelitian diuji dan telah valid, dapat dikatakan
dilakukan dengan cara menyebarkannya melalui bahwa alat ukur penelitian tersebut dapat membantu
kuisioner berbentuk elektronik (e- kuisioner) dengan peneliti dalam mendapatkan informasi yang
perantara google form yang dapat langsung diisi dibutuhkan.Dari hasil pengujian validitas didapat
dengan petunjuk yang ada, dan akan dilakukan hasil:
pengujian lebih lanjut menggunakan teknik analisis Tabel 1
yang tepat untuk menguji hipotesis yang telah dibuat. Uji Validitas
Populasi, Sampel dan Teknik Penyampelan Nilai Valid/
Indikator Pearson
Populasi penelitian ini adalah Wajib pajak usaha Sig.level Tidak
Variabel Correlation
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Surabaya, 2(tailed) Valid
alasan peneliti menggunakan populasi ini karena KWP 1 0.000 0.923 Valid
keterbatasan waktu dan jangkauan wilayah serta KWP 2 0.000 0.898 Valid
domisili peneliti yang berada di Surabaya sehingga KWP 3 0.000 0.915 Valid
akan mempermudah peneliti dalam menyebarkan KWP 4 0.000 0.858 Valid
kuisioner secara elektronik atau e-kuisioner. Data SIP 1 0.000 0.588 Valid
populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian SIP 2 0.000 0.676 Valid
ini adalah semua wajib pajak Usaha Mikro Kecil SIP 3 0.000 0.769 Valid
Menengah (UMKM) di kota Surabaya. Penentuan SIP 4 0.000 0.756 Valid
sampel dalam penelitian ini dengan mengggunakan SIP 5 0.000 0.695 Valid
teknik perhitungan sampel dengan teknik Roscoe SIP 6 0.000 0.580 Valid
(1975). Teknik Roscoe (1975) dalam Sugiyono SIP 7 0.000 0.699 Valid
(2015:164) menjadi acuan dalam penelitian ini karena TP 1 0.000 0.831 Valid
penggunaan teknik Roscoe dilakukan apabila jumlah TP 2 0.000 0.862 Valid
populasi yang diteliti dalam penelitian tersebut tidak
TP 3 0.000 0.739 Valid
jelas berapa jumlah yang harus diteliti, dan
PF 1 0.000 0.793 Valid
keberadaannya sehingga populasi tersebut tidak dapat
PF 2 0.000 0.829 Valid
diketahui secara pasti. Teknik pengambilan sampel
PF 3 0.000 0.839 Valid
yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-
PF4 0.000 0.839 Valid
probability sampling dengan teknik convenience
BWP 1 0.000 0.848 Valid
sampling. Sampel dalam penelitian ini didapat
BWP 2 0.000 0.793 Valid
sebanyak 103 responden. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis dengan BWP 3 0.000 0.733 Valid
pengujian regresi linier berganda dengan SPSS Versi BWP 4 0.000 0.742 Valid
22. Pengujian ini digunakan agar peneliti dapat SP 1 0.000 0.907 Valid
mengetahui pengaruh dari Sosialisasi Insentif PMK SP 2 0.000 0.897 Valid

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 357
Nilai Valid/ alpha sebesar 0,920 dengan jumlah item sebanyak 4.
Indikator Pearson
Sig.level Tidak Sedangkan variabel independen yaitu 1. Sosialisasi
Variabel Correlation
2(tailed) Valid Insentif PMK 86/2020 (SIP) memiliki nilai
SP 3 0.000 0.864 Valid cronbach’salpha sebesar 0.806 dengan jumlah item
SP 4 0.000 0.909 Valid sebanyak 7,variabel independen 2. Tarif Pajak (TP)
SP 5 0.000 0.904 Valid memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0.742 dengan
Sumber: Data diolah (2020). jumlah item sebanyak3,variabel independen
3.Pelayanan Fiskus (PF) memiliki nilai
Berdasarkan tabel 1 mengenai uji validitas dapat cronbach’salpha sebesar 0.842 dengan jumlah item 4,
disimpulkan bahwa darisemua variabel penelitian variabel independen 4 Batas waktu PP 23/2018
yaitu kepatuhan wajib pajak UMKM (KWP), memiliki nilai cronbach ‘s alpha sebesar 0.786
Sosialisasi Insentif PMK 86/2020 (SIP), Tarif Pajak dengan jumlah item sebanyak 4 dan variabel
(TP), Pelayanan Fiskus (PF), Batas Waktu PP 23/2018 independen 5. Sanksi Perpajakan (SP) memiliki nilai
(BWP), dan Sanksi Perpajakan (SP) di atas terlihat cronbach’s alpha sebesar 0.938 dengan jumlah item
bahwa seluruh nilai sig. pada tiap-tiap indikator sebanyak 5. Berdasarkan semua data dan nilai
terhadap total tiap indicator dari semua variabel adalah cronbach’salpha dari masing-masing variabel bernilai
kurang dari 0,005 (r hitung > r tabel) yaitu 0.000, lebih dari (>) 0,70, maka dapat disimpulkan bahwa
sehingga dapat dikatakan bahwa semua data yang seluruh data kuisioner dari tiap variabel
didapat merupakan data yangvalid adalahreliabel.
Uji Reliabilitas Uji Statistik Deskriptif
Uji reliabilitas merupakan metode pengujian Uji statistik deksriptif pada penelitian ini
yang digunakan untuk menguji jawaban dari digunakan untuk menjelaskan mengenai nilai
partisipan terhadap kuisioner yang merupakan minimum, maximum, mean dan standard deviation
indicator instrument penelitian dari variabel yang dari 5 variabel independen dan 1 variabel dependen.
diteliti. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika Nilai-nilai hasil pengujian statistik deskriptif ini
menghasilkan jawaban yang sama ketika dilakukan disajikan dalam tabel dibawah ini.
penelitian hanya sekali dan hasil tersebut akan Tabel 3
dibandingkan dengan pernyataan. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel 2 N Min Max Mean Std. Deviation
Uji Reliabilitas KWP 103 1.50 5.00 4.4709 0.67908
Indikator Variabel Cronbach’s Reliabel/Tidak SIP 103 1.29 5.00 4.3444 0.66474
Alpha Reliabel TP 103 1.00 5.00 4.3109 0.72557
Kepatuhan Wajib 0.920 Reliabel PF 103 1.25 5.00 4.1578 0.71828
Pajak (KWP) BWP 103 1.00 5.00 4.1796 0.69963
Sosialisasi Insentif Pajak 0.806 Reliabel SP 103 1.00 5.00 4.3340 0.78834
PMK 86/2020 (SIP) Valid N 103
Tarif Pajak 0.742 Reliabel (listwise)
(TP) Sumber: Data diolah (2020)
Pelayanan 0.842 Reliabel
Fiskus Uji Asumsi Klasik
Batas Waktu PP 23/2018 0.786 Reliabel Uji Asumsi Klasik digunakan dalam penelitian
(BWP) ini dengan tujuan agar peneliti dapat mengetahui
Sanksi Perpajakan 0.938 Reliabel apakah data-data dalam penelitian yang dilakukannya
(SP) sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik dalam
Sumber: Data diolah (2020) penelitian atau tidak.Syarat dari pengujian ini dapat
terpenuhi apabila data tersebut telah terdistribusikan
Dari hasil uji reliabilitas didapat nilai cronbach’s secara normal, bebas multikolinearitas serta
alpha tiap variabel baik variabel dependen maupun heterokedastisitas.
independen. Variabel dependen yaitu kepatuhan wajib
pajak UMKM (KWP) memiliki nilai cronbach’s
Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055
Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 358
Uji Normalitas Uji Multikolinearitas
Uji normalitas adalah suatu uji yang dilakukan Uji multikolinearitas dilakukan oleh peneliti
dalam penelitian untuk menguji dan menganalisis data memiliki tujuan untuk menilai apakah model regresi
dalam penelitian yang digunakan dalam variabel yang digunakan dalam penelitian dapat ditemukan
penelitian baik variabel dependen atau independen adanya korelasi antara satu variabel independen
telah terdistribusi secara normal atau tidak. dengan variabel independen lainnya.
Tabel 4 Tabel 6
UjiNormalitas. Uji Multikolinearitas
N Normal Parameters Asymp Terdistr Variabel Sig VIF Multikolinearitas/Tidak
Sig (2- ibusi SIP 0.015 3.037 Tidak Terjadi Multikolinearitas
tailed) Normal/ TP 0.007 2.710 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Tidak PF 0.023 3.152 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Mean Std. Test BWP 0.016 3.691 Tidak Terjadi Multikolinearitas
Deviation Statistic SP 0.976 3.609 Tidak Terjadi Multikolinearitas
103 0.0000000 0.36110529 0.064 0.200 Terdistri
Sumber: Data diolah (2020)
busi
Normal
Sumber: Data diolah (2020) Berdasarkan data tabel 6 uji multikolinearitas
diatas terlihat bahwa seluruh nilai tolerance adalah di
Dalam penelitian ini menggunakan pengujian atas 0,1 dan semua VIF di bawah 10, dengan hasil SIP
normalitas dengan jenis kolmogorov-smirnov, one memiliki hasil VIF sebesar 3.037, TP memiliki hasil
sample test, berdasarkan data tabel 4 uji normalitas di VIF sebesar 2.710, PF memiliki hasil VIF sebesar
atas dapat dijelaskan bahwa nilai Asymp. Sig. (2- 3.152, BWP memiliki hasil VIF sebesar 3.691, dan SP
tailed) bernilai 0,200, nilai itu menunjukkan hasil memiliki hasil VIF sebesar 3.609 sehingga dikatakan
Assymp. Sig (2-tailed) lebih dari 0,05. Hal tersebut bahwa data tidak terjadi kolerasi dan terbebas atau
berarti dapat disimpulkan bahwa H0 penelitian tidak terjadi gejala multikolinearitas.
diterima dan data residual telah terdistribusi normal. Uji Kelayakan Model
Uji Heterokedastisitas Uji kelayakan model digunakan sebagai
Uji heterokedastisitas dilakukan oleh peneliti pengukuran ketepatan atas analisis regresi saat nilai
dengan tujuan untuk menguji apakah varian dalam aktual diperkirakan, uji kelayakan model dalam
variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki penelitian ada dua, diantaranya: uji koefisien
kesamaan atau tidak. Determinasi (R2) dan uji Statistik F. Data yang
Tabel 5 dihasilkan dari pengolahan data:
Uji Heterokedastisitas Uji Koefisien Determinasi(R2)
Variab Unstandardized Terjadi/ Terbebas dari gejala Uji Koefisien Determinasi (R2) dilakukan dalam
el Residual Heterokedastisitas penelitian dengan tujuan agar peneliti dapat mengukur
SIP 0.729 Tidak Terjadi Heterokedastisitas serta mengetahui sejauh apa kemampuan suatu model
TP 0.832 Tidak Terjadi Heterokedastisitas penelitian dapat menjelaskan variasi dari variabel
PF 0.929 Tidak Terjadi Heterokedastisitas penelitian yaitu dari variabel dependen.
BWP 0.884 Tidak Terjadi Heterokedastisitas Tabel 7
SP 0.740 Tidak Terjadi Heterokedastisitas Uji Koefisien Determinasi (R2).
Sumber: Data diolah (2020) Mode R R Adjusted Std. Error Durbin-
l Square R of The Watson
Tabel 5 menjelaskan mengenai Uji Square Estimate
heterokedastisitas pada penelitian ini yang 1 0.847a 0.717 0.703 0.37030 1.852
menggunakan uji Spearman menunjukkan data sig SIP Sumber: Data diolah (2020)
sebesar 0.729, TP sebesar 0.832, PF sebesar 0.929,
BWP sebesar 0.884, SP sebesar 0.740. Berdasarkan Berdasarkan data di atas terlihat bahwa nilai
data di atas terlihat bahwa nilai sig dari tiap variabel adjusted R square adalah 0,717 atau sebesar 70,3%
adalah di atas 0,05 yang berarti data terbebas dari dan tergolong tinggi dengan standard error sebesar
gejala heterokedastisitas. 0.37030. Hal tersebut berarti bahwa variabel

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 359
independen mempengaruhi variable dependen sebesar Uji t
70,3%. Sedangkan sisanya 29.7 % berasal dari Tabel 9
variabel lain yang berada di luar penelitian ini. Hasil Uji t
R square juga tergolong tinggi dan mendekati 1, maka Model Unstandardized Standardized
dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel Coefficients Coefficients
independen dapat menjelaskan variasi dar ivariabel B Std. Error Beta t Sig
dependen secara luas dan mengandung banyak 1 0.561 0.255 2.201 0.030
informasi bagi penelitian tersebut serta semakin kuat (Constant)
SIP 0.237 0.096 0.232 2.464 0.015
hubungan antara variabel independen dengan variabel
TP 0.229 0.083 0.244 2.747 0.007
dependen karena nilainya mencapai 0.847.
PF 0.210 0.091 0.222 2.314 0.023
BWP 0.248 0.101 0.255 2.459 0.016
Uji StatistikF
SP -0.003 0.088 -0.003 -0.030 0.976
Uji Statistik F atau uji kelayakan model
Sumber: Data diolah (2020)
dilakukan oleh peneliti dalam penelitian agar peneliti
Maka persamaan linier berganda ini adalah:
dapat menguji serta mengetahui tepat atau tidaknya
KWP = 0.561 + 0,237 SIP + 0,229 TP + 0,210 PF +
fungsi dari suatu regresi dalam melakukan
0,248 BWP -0.003 SP + e
pengukuran suatu nilai secara aktual maupun secara
Berdasarkan data tabel 9 d i atas terlihat bahwa:
statistik.
a. Nilai Sig pada SIP (0.015), TP (0.007), PF (0.023)
Tabel 8
dan BWP (0.016) kurang dari 0,05 (Sig < 0,05)
Uji Statistik F
yang berarti bahwa variabel Sosialisasi Insentif
ANOVA
PMK86/2020 (SIP), Tarif Pajak (TP), Pelayanan
Model Sum of Df Mean F Sig
Fiskus (PF), Batas Waktu PP 23/2018 (BWP)
Square Square tersebut berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib
Regresi 33.737 5 6.747 49.209 0.000b Pajak UMKM (KWP).
Total 47.038 102 b. Nilai Sig pada SP (0.976) lebih dari 0,05 (Sig >
Sumber: Data diolah (2020) 0,05) yang berarti bahwa variabel Sanksi
Perpajakan (SP) tersebut tidak berpengaruh
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa nilai terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (KWP).
signifikansi adalah 0,000 itu berarti nilai sig.F yang
didapat dari penelitian kurang dari 0,05. Hal tersebut 3.2. Pembahasan
berarti bahwa model penelitian diterima serta layak Berdasarkan dari hipotesis yang telah ditentukan
digunakan dan variabel independen bersama diawal, kemudian diuji dan dibandingkan dengan hasil
mempengaruhi variable dependen. Sesuai dengan yang diharapkan dengan hasil pengujian aktual. Tabel
hasil perhitungan uji F yang dilakukan dengan 3.10 dibawah ini menunjukkan dan menyajikan
bantuan program SPSS di atas, diperoleh nilai mengenai informasi ringkasan dari hasil hipotesis
signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0,00, jadi penelitian dan berikut pembahasannya:
nilai signifikansi ini lebih kecil daripada nilai sign Tabel 10
yaitu 0,05. Ringkasan Hasil Hipotesis Penelitian
Hipotesis Hasil Uji
Uji Hipotesis Hipotesis
Persamaan Analisis Linier Berganda H1=Sosialisasi Insentif PMK 86/2020 Diterima
Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak UMKM.
dalam penelitian, maka didapat hasil sesuai tabel 9
H2= Tarif Pajak berpengaruh terhadap Diterima
mengenai uji statistik t seperti dibawah ini:
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
H3=Pelayanan Fiskus berpengaruh Diterima
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
H4=Batas Waktu PP 23/2018 Diterima
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak UMKM.

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 360
Hipotesis Hasil Uji memanfaatkannya agar membantu UMKM mengatasi
Hipotesis masalah ekonomi di tengah pandemi Covid 19.
H5=Sanksi Perpajakan berpengaruh Ditolak Teori ini juga membentuk motivasi bagi wajib
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. pajak itu sendiri untuk patuh dalam menjalankan
kewajibannya, selain teori tersebut teori lain yang
Sumber: Data diolah (2020)
mendukung penelitian ini yaitu teori atribusi
mendukung penelitian ini dengan menjelaskan faktor
Pengaruh Sosialisasi Insentif PMK 86/2020
internal dalam diri wajib pajak itu sendiri mengenai
terhadap Kepatuhan Wajib PajakUMKM
pengetahuan perpajakan yang didapat dalam
Hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima
sosialisasi insentif tersebut yang menjelaskan juga hak
yaitu sosialisasi insentif PMK 86/2020 berpengaruh
dan kewajiban bagi wajib pajak itu sendiri dalam
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Berdasarkan
menjalankan kewajibannya. Hasil penelitian terdahulu
pada pengujian yang telah dilakukan, sosialisasi
dari Putri dan Iqbal (2018), Putri dan Nurhassanah
insentif PMK 86/2020 selama ini yang dilakukan oleh
(2019), Adi (2018), dan Setiawan (2018)
pemerintah ditengah pandemi memberikan pengaruh
menunjukkan pengaruh positif terjadi ketika terjadi
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Pemerintah
sosialisasi terus menerus atau secara masif terhadap
selama ini telah mengantisipasi dan mensosialisasikan
wajib pajak terhadap peraturan baru tersebut. Oleh
insentif PMK 86/2020 setelah PMK44/2020, karena
karena itu sosialisasi insentif pajak secara elektronik
saat PMK 44/2020 menunjukkan data masih banyak
yang dilakukan pemerintah sudah sangat masif
UMKM yang belum mengetahui apa saja yang
sehingga banyak UMKM yang mengetahui dan
diperlukan dalam pengajuan sampai memanfaatkan
mencari tahu informasi mengenai insentif pajak
insentif pajak PMK86/2020.
PMK86/2020 ini serta memanfaatkannya sampai saat
Data Direktorat Jenderal Pajak (2020)
ini ditengah pandemi.
menunjukkan sebesar 6,8% wajib pajak yang
Dengan bekal pengetahuan melalui sosialisasi
memanfaatkan insentif di bulan Mei 2020, dan
ini, wajib pajak UMKM menyadari kemudahan yang
pemerintah tidak mau hal itu terjadi terus menerus
diberikan oleh pemerintah dalam menjalankan
oleh karena itu pemerintah terus mensosialisasikan
kewajibanperpajakan.Kemudahan tersebut berupa
insentif PMK 86/2020 kepada wajib pajak UMKM
pembayaran pajak di tengah pandemi yang
sampai saat ini melalui media cetak maupun
sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah dengan
elektronik. Pemerintah juga berulangkali merubah
memanfaatkan insentif PMK 86/2020 atau wajib pajak
peraturan mengenai insentif pajak dari PP 23/2018
UMKM tidak perlu membayar pajak sama sekali.
menjadi PMK 44/2020 dan terakhir PMK 86/2020,
Wajib pajak UMKM akhirnya merasa bahwa
serta memperpanjang waktu pemanfaatan insentif dari
pemerintah menyadari kesulitan ekonomi yang
September menjadi Desember2020. Hasil pengujian
dirasakan mereka di tengah pandemi ini. Kemudahan
ini sesuai dengan teori planned behavior (TPB) yang
dan wujud kepedulian dari pemerintah tersebut akan
berkaitan erat dengan kepatuhan bagi wajib pajak
cenderung otomatis membuat wajib pajak UMKM
dalam menjalankan kewajiban perpajakan
sadar akan kewajibannya yaitu tetap menjalankan
(behavioral) melalui niat dan norma subjektif, karena
kewajiban perpajakannya dalam melaporkan pajak
dua komponen yaitu niat dan norma tersebut tidak
penghasilannya walaupun ditengah pandemi
serta akan memunculkan pemenuhan kewajiban
sekalipun, sehingga sosialisasi insentif PMK 86/2020
perpajakan, namun harus didukung juga dari tindakan-
ini berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
tindakan eksternal (perceived behavior control) dari
UMKM.
Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan hak bagi
Pengaruh Tarif Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
wajib pajak itu sendiri ditengah pandemi Covid-19
PajakUMKM
dalam hal mensosialisasikan kebijakan perpajakan
Hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima
baru yaitu insentif PMK 86/2020 di tengah covid-19
yaitu tarif pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
ini, program ini juga terbilang baru dan hanya muncul
wajib pajak UMKM. Berdasarkan pada pengujian
di tengah pandemi (2020) dibandingkan program-
yang telah dilakukan, karena ditengah pandemi ini
program insentif pajak lain seperti tax holiday atau tax
pemerintah telah menurunkan tarif pajak dari PP
allowance sehingga pemerintah mensosialisasikan
23/2018 sebesar 0,5% menjadi PMK 86/2020 sebesar
kepada UMKM yang belum mengerti cara
Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055
Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 361
0%, dan banyak yang mulai memanfaatkan insentif menjelaskan bahwa tarif pajak berpengaruh terhadap
pajak ditengah pandemic Covid-19 ini seperti yang kepatuhan wajib pajakUMKM.
sudah dijelaskan di sosialisasi insentif PMK 86/2020. Pengaruh Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan
Data menjelaskan bahwa terdapat 84 wajib pajak Wajib PajakUMKM
UMKM yang memanfaatkan insentif pajak PMK Hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima
86/2020 dari 103 wajib pajak, itu berarti terdapat yaitu pelayanan fiskus berpengaruh terhadap
81,6% wajib pajak UMKM yang memanfaatkan, kepatuhan wajib pajak UMKM. Pelayanan fiskus
sedangkan sisanya 18,4% wajib pajak UMKM tidak yang dilakukan pemerintah mendukung wajib pajak
memanfaatkan insentif ini. Program ini tergolong dalam melaporkan maupun membayar pajak mereka
program tarif yang ditanggung pemerintah hanya secara100% daring/online ditengah pandemi
terjadi di tengah Covid-19 dan UMKM cenderung memberikan pengaruh terhadap kepatuhan wajib
lebih memanfaatkan tariff yang lebih murah yaitu 0% pajak UMKM yang sebelumnya secara tatap muka.
atau ditanggung pemerintah, dibandingkan tarif Wajib pajak UMKM akan mengetahui prosedur, tata
lainnya sebesar 0,5%, karena tarif pajak dianggap cara, dan informasi dalam menjalankan kewajiban
akan memberatkan bagi UMKM yang lesu akibat perpajakan dengan tetap menjalankan protokol
terdampakCovid-19.Mereka akan secara otomatis kesehatan. Hasil pengujian ini sesuai dengan teori
memanfaatkan program tarif yang ditanggung atribusi yang mampu menjelaskan mengenai faktor-
pemerintah, sehingga berpengaruh terhadap faktor eksternal apa saja yang perlu dilakukan
kepatuhan pajak di tengah pandemi dengan UMKM Direktorat Jenderal Pajak berupa peningkatan
melaporkan pajak untuk persyaratan pemanfaatan pelayanan fiskus dalam meningkatkan kepatuhan
insentif tersebut. Hasil pengujian penelitian ini juga wajib pajak UMKM di tengah pandemi Covid-19.
sesuai dengan teori atribusi memiliki andil dalam Persepsi dalam diri wajib pajak (internal) sendiri
penentuan tariff pajak yang harus dibayar oleh wajib dan kesan dari lingkungan (Direktorat Jenderal Pajak)
pajak itu sendiri itu,berarti bahwa semakin wajib pajak akan mempengaruhi penilaian wajib pajak mengenai
memiliki hak kewajiban bagi suatu negara, maka pentingnya menjalankan kewajiban perpajakan,
semakin besar pula pajak yang harus dibayarkan melalui pelayanan fiskus yang terus dilakukan secara
kepada pemerintah. Didalam teori atribusi juga 100% online ditengah pandemi. Hasil penelitian ini
mempengaruhi faktor eksternal dari kepatuhan wajib sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
pajak UMKM berupa pemanfaatan tarif pajak yang Asfa dan Meiranto (2017), Tambunan (2016),
lebih murah membuat wajib pajak lebih patuh. Rusdiyanto (2017),dan Setiawan (2015) menjelaskan
Teori planned behavior juga mendukung pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib
penelitian ini melalui niat yang dirasa wajib pajak pajak UMKM. Dengan peralihan pelayanan fiskus ini
UMKM dengan tariff yang ditanggung pemerintah dari tatap muka menjadi 100% online mendukung
(tarif 0%) sehingga menimbulkan kepatuhan wajib wajib pajak UMKM dalam bertanya dan berkonsultasi
pajak, namun pemerintah belum sepenuhnya dalam prosedur pelaporan serta pembayaran pajak
memberikan kebijakan untuk mempermudah mereka dengan tetap menjalankan protokol kesehatan
pemanfaatan tariff tersebut. Pemerintah telah atau social distancing sesuai apa yang dianjurkan
menetapkan beban pajak yang harus dibayar UMKM pemerintah di tengah pandemi, sehingga wajib pajak
sesuai dengan kepentingan wajib pajak dalam UMKM tidak perlu harus ke kantor pajak untuk
melindungi diri wajib pajak, selain itu pemerintah mendapatkan informasi pajak maupun menjalankan
juga harus melihat besarnya penghasilan yang kewajiban perpajakan mereka dengan melaporkan
dihasilkan oleh wajib pajak (objektif) dan besarnya maupun membayar pajak mereka, dan pemerintah
kebutuhan material yang harus dipenuhi oleh wajib perlu meningkatkan serta mempertahankan kinerja
pajak UMKM (subjektif) di tengah pandemic Covid- pelayanan fiskus yang sangat baik walaupun di tengah
19, karena usaha UMKM membutuhkan bantuan di pandemi sekalipun.
tengah pandemi dan tidak mempunyai penghasilan Pengaruh Batas Waktu PP 23/2018 terhadap
untuk membayar pajak. Penelitian terdahulu juga Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
mendukung penelitian ini diantaranya yang yang Hipotesis keempat dalam penelitian ini diterima
dilakukan oleh Oktaviani dan Adellina (2016), yaitu batas Waktu PP 23/2018 berpengaruh terhadap
Rachmawati, dkk (2018), Rusdiyanto (2017), kepatuhan wajib pajak UMKM. Batas waktu PP

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 362
23/2018 yang telah diberikan oleh pemerintah dalam 23/2018 memberikan pengaruh bagi kepatuhan wajib
pemanfaatan tarif mempermudah wajib pajak UMKM pajak UMKM.Berdasarkan penelitian terdahulu yang
dalam menjalankan kewajiban perpajakan. telah dilakukan oleh Wahjudi dan Arief Himawan
Pemerintah telah memberikan batas waktu PP 23/2018 (2014) mendukung hasil penelitian ini yang
yaitu 7 tahun untuk PT, 4 tahun untuk CV dan 3 tahun menunjukkan bahwa Usaha Mikro Kecil dan
untuk orang pribadi untuk mendukung UMKM dalam Menengah (UMKM) di Semarang telah menjalankan
memberi waktu mereka dalam memahami cara kewajiban perpajakan menyelenggarakan pembukuan
menjalankan kewajiban pembukuan sampai batas dalam pembayaran pajak secara tepat waktu, dan
waktu yang diberikan. Selama batas waktu yang wajib pajak telah mengetahui besarnya tariff pajak
diberikan juga membuat wajib pajak dapat melakukan yang berlaku.Hasil penelitian ini menunjukkan batas
perencanaan kedepan dan terlatih untuk menjalankan waktu yang ditetapkan dalam pemanfaatan tariff dan
kewajiban pembukuan dibandingkan sebelumnya, dorongan pemerintah bagi wajib pajak UMKM untuk
wajib pajak yang dulunya tidak patuh karena faktor- segera menjalankan kewajiban pembukuan terutama
faktor tertentu misalnya ketidaktauan dalam pelaporan bagi UMKM yang belum paham mengenai cara
maupun pembayaran pajak sekarang lebih patuh dan pembukuan, akan benar-benar membuat wajib pajak
memahami cara pelaporan melalui SPT maupun UMKM memanfaatkan waktu yang telah diberikan
pembayaran pajak. pemerintah dalam PP 23/2018 untuk segera
Batas waktu ini juga akan mendorong melaksanakan kewajiban perpajakan mereka dengan
pelaksanaan pembukuan bagi wajib pajak agar laporan patuh dan taat di tengah pandemi, sehingga batas
keuangan mereka lebih rapi dibandingkan sebelumnya waktu PP 23/2018 ini memiliki pengaruh terhadap
sehingga memudahkan mereka juga dalam pinjaman kepatuhan wajib pajakUMKM.
kredit investasi di bank, untuk mengembangkan usaha Pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan
mereka kedepan maupun pelaporan laporan keuangan Wajib PajakUMKM
bagi UMKM sendiri untuk pelaporan pajak yang harus Hipotesis kelima dalam penelitian ini ditolak
dilakukan UMKM .Mereka dapat belajar lebih banyak yaitu sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap
sampai batas waktu yang ditetapkan serta mereka kepatuhan wajib pajak UMKM di tengah pandemic
dapat memanfaatkan tarif pajak yang diberikan ini.UMKM tidak mampu memenuhi kewajibannya
pemerintah. Selain itu di tengah pandemi Covid 19 karena kelesuan ekonomi, oleh karena itu pemerintah
pemerintah cenderung memberikan relaksasi batas cenderung melonggar-longgarkan sanksi atau relaksi
waktu dalam penjalanan kewajiban pajak bagi sanksi bahkan melakukan penghapusan sanksi di
UMKM itu sendiri misalnya saja realisasi pengalihan tengah pandemi. Menurut artikel dalam DDTC News
dan investasi harta tambahan, relaksasi batas waktu (2020) menjelaskan bahwa pemerintah telah
pengajuan permohonan dan upaya hukum.Dengan memberikan berbagai relaksasi administrasi pajak
batas waktu yang diberikan pemerintah tersebut secara untuk membantu UMKM dalam pandemi Covid 19,
otomatis mendorong wajib pajak UMKM lebih patuh serta sanksi administrasi pajak menjadi lebih fleksibel
lagi dalam menjalankan kewajibannya selama dan itu baik untuk kepatuhan wajib pajak UMKM.
ini.Pengujian ini sesuai dengan teori atribusi yang Kebijakan ini juga sesuai dengan keputusan Direktorat
mampu menjelaskan mengenai faktor-faktor eksternal Jenderal Pajak (DJP) mengenai kebijakan perpajakan
berupa batas waktu dilakukan Direktorat Jenderal sehubungan dengan penyebaran wabah virus corona
Pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak 2019, misalnya saja penghapusan sanksi atas
UMKM di tengah pandemi Covid-19. Dengan adanya penyampaian/pelunasan SPT tahunan PPh orang
batas waktu itu membentuk persepsi dalam diri wajib pribadi ditahun 2019, penghapusan sanksi atas
pajak (internal) sendiri dan kesan dari lingkungan penyampaian SPT masa PPh pemotongan/
(Direktorat Jenderal Pajak), akan mempengaruhi pemungutan untuk masa pajak Februari 2020 serta
penilaian wajib pajak mengenai pentingnya penghapusan sanksi bagi UMKM itu sendiri di tengah
menjalankankewajibanperpajakan yaitu menjalankan pandemi yang cenderung membuat mereka cenderung
kewajiban pembukuan melalui batas waktu yang telah tidak takut akan sanksi- sanksi perpajakan di tengah
diberikan kepada wajib pajak UMKM selama ini, pandemi. Mereka tahu akan sanksi tersebut, tetapi
kemudian akan menciptakan kepatuhan bagi wajib masih banyak wajib pajak UMKM tidak mau
pajak UMKM itu sendiri sehingga batas waktu PP memenuhi kewajiban dengan alasan karena pandemi

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 363
Covid 19 kita tidak mampu menjalankan kewajiban kepatuhan bagi wajib pajak UMKM itu sendiri di
perpajakan. Pemerintah juga melakukan pemeriksaan tengahpandemi.
pajak tidak seketat sebelum pandemi ini tidak terjadi
dengan maksud pemerintah tidak mungkin menambah 4. KESIMPULAN
beban bagi wajib pajak untuk harus membayar sanksi Berdasarkan hasil pengujian yang telah
pajak di tengah pandemi. Walaupun Sanksi dilakukan dalam penelitian ini, maka simpulan yang
perpajakan sebagai konsekuensi terhadap pelanggaran dapat diperoleh yaitu:
kepatuhan wajib pajak yang tidak patuh dalam a. Sosialisasi insentif PMK 86/2020 berpengaruh
menjalankan kewajiban perpajakannya namun tetap terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM, karena
dibutuhkan penerapan sanksi tersebut, sehingga wajib sosialisasi insentif ini telah dilakukan pemerintah
pajak tetap patuh dalam pelaporan maupun secara masif secara elektronik sampai sekarang di
pembayaran pajak walaupun ditengah pandemi Covid tengah pandemi Covid 19 sehingga memunculkan
19. pengetahuan dan kesadaran bagi wajib pajak
Pengujian ini sesuai dengan teori atribusi dimana UMKM untuk segera memanfaatkan insentif
kepatuhan wajib pajak dapat berhasil apabila tersebut. Serta
prosedur-prosedur yang telah dilakukan oleh kesadaranakankemudahandankepedulianyangdib
Direktorat Jenderal Pajak harus jelas dan tidak erikanpemerintahmengenaikesulitan ekonomi
memihak pada siapapun, terutama dalam hal mereka di tengah pandemi ini, dan membuat wajib
pengenaan sanksi perpajakan kepada tiap wajib pajak pajak UMKM untuk tetap menjalankan kewajiban
UMKM yang melanggar ketentuan Undang-Undang perpajakannya walaupun di tengah
Perpajakan.Sanksi tersebut tidak boleh dilonggar- pandemisekalipun.
longgar kan dan pemeriksaan pajak tetap harus b. Tarif pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
dilakukan sehingga menimbulkan niat dan norma serta pajak UMKM, karena program insentif PMK
perspektif dari wajib pajak seperti yang juga 86/2020 dengan tarif pajak yang ditanggung
dijelaskan dalam teori Planned behavior (TPB) dan pemerintah (tarif 0%) membuat wajib pajak
kepatuhan pajak itu terjadi. Penelitian terdahulu yang UMKM segera memanfaatkan tariff yang lebih
dilakukan oleh Oktaviani dan Adellina (2016), murah dibandingkan tarifsebelumnya sebesar
Sasmita (2015), Muliari dan Setiawan (2015) 0,5%. Tarif pajak sebelumnya yang tetap harus
menunjukkan hasil sanksi perpajakan memiliki dibayar dianggap akan memberatkan bagi UMKM
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM yang lesu akibat terdampak Covid-19. Namun
namun dalam penelitian kali ini tidak terjadi. pemerintah belum sepenuhnya memberikan
Penelitian yang sesuai dengan hasil penelitian ini kebijakan untuk mempermudah pemanfaatan
adalah penelitian yang dilakukan oleh Bahri dan tariff tersebut. Pemerintah tetap harus menetapkan
Diantimala (2018), dan Penelitian yang dilakukan beban pajak yang harus dibayar UMKM sesuai
Ermawati dan Alifi (2018) yang sama-sama dengan kepentingan wajib pajak dalam
menjelaskan sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap melindungi diri wajib pajak, selain itu pemerintah
kepatuhan wajib pajak dikarenakan kelonggaran juga harus melihat besarnya penghasilan yang
dalam penerapan sanksi perpajakan tersebut. Sanksi dihasilkan oleh wajib pajak (objektif) dan
perpajakan yang tidak terlalu ketat di masa pandemic besarnya kebutuhan material yang harus dipenuhi
serta berbagai relaksasi yang diberikan pemerintah, oleh wajib pajak UMKM (subjektif) di tengah
menyebabkan hasil penelitian yang dilaksanakan di pandemic Covid-19 karena usaha UMKM
masa pandemi ini menunjukkan hasil bahwa sanksi membutuhkan bantuan ditengah pandemi dan
perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan tidak mempunyai penghasilan untuk
wajib pajak UMKM. Oleh karena itu pemerintah tetap membayarpajak.
harus menerapkan sanksi perpajakan dan melakukan c. Pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan
pemeriksaan pajak sebagaimana mestinya dan tidak wajib pajak UMKM, karena perubahan layanan
sepenuh-penuhnya melonggarkan atau merelaksasi dari tatap muka menjadi 100% daring/online
sanksi tersebut bagi wajib pajak UMKM, walaupun di memudahkan wajib pajak UMKM untuk
tengah pandemi Covid 19 sekalipun agar tercipta mengetahui prosedur, informasi, tata cara dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya dengan

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 364
tetap menjalankan protokol kesehatan di tengah setelah PMK 86/2020 terhadap kepatuhan wajib
pandemi Covid19. Pelayanan ini juga mendukung pajak UMKM.
wajib pajak UMKM dalam bertanya dan b. Saran praktis
berkonsultasi dalam prosedur pelaporan serta 1) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebaiknya
pembayaran pajak mereka dengan tetap tetap lebih massif dalam mensosialisasikan
menjalankan protocol kesehatan atau social mengenai insentif pajak PMK 86/2020, tetap
distancing esuai apa yang dianjurkan pemerintah, mempertahankan dan lebih meningkatkan
sehingga wajib pajak UMKM tidak perlu harus ke pelayanannya, serta memberikan pelatihan
kantor pajak untuk mendapatkan informasi pajak mengenai pelaksanaan pembukuan bagi
maupun menjalankan kewajiban UMKM baik selama pandemi maupun setelah
perpajakanmereka. pandemic ini berakhir.Dikarenakan masih ada
d. Batas Waktu PP 23/2018 berpengaruh terhadap UMKM yang belum mengetahui cara
kepatuhan wajib pajak UMKM, karena batas memanfaatkan insentif tersebutsampai saat ini
waktu PP23/2018 mendukung UMKM untuk dan mereka masih belum mengetahui cara
memahami cara menjalankan kewajiban pembukuan yang benar, serta belum
pembukuan sampai batas waktu yang diberikan memanfaatkan tarif dan kemudahan yang
dan mendorong pelaksanaan pembukuan serta pemerintah di tengah pandemi ini.
pemanfaatan tarif yang ditentukan. Selama batas 2) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebaiknya
waktu yang diberikan membuat wajib pajak dapat tetap harus menerapkan sanksi perpajakan
melakukan perencanaan kedepan dan terlatih secara tegas dan tidak cenderung longgar serta
untuk menjalankan kewajiban pembukuan tetap melakukan pemeriksaan pajak
dibandingkan sebelumnya, wajib pajak yang sebagaimana mestinya walaupun ditengah
dulunya tidak patuh karena faktor-faktor tertentu pandemi sekalipun, agar wajib pajak
misalnya ketidaktauan dalam pelaporan maupun menjadikan kepatuhan pajak menjadi prioritas
pembayaran pajak sekarang lebih patuh dan utama yang harus dipenuhi sebelum menuntut
memahami cara pelaporan melalui SPT, maupun hak mereka.
pembayaran pajak. Dengan batas waktu yang
diberikan pemerintah tersebut secara otomatis 5. REFERENSI
mendorong wajib pajak UMKM lebih patuh lagi Ananti,Ridha.(2020).SanksiAdministrasipajaklebihfle
dalam menjalankan kewajibannya selamaini. ksibel,DDTC:Baikuntukkepatuhan WP. Didapat
e. Sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap darihttp://www.klinikpajak.co.id/berita+detail/?i
kepatuhan wajib pajak UMKM, karena sanksi d=berita+pajak+-+sanksi+administrasi+pajak+
perpajakan yang tidak terlalu ketat di masa jadi+lebih+fleksibel%2C+ddtc%3A+baik+untuk
pandemi dan cenderung longgar serta berbagai +kepatuhan+wp,20November 2020, Pukul12.55.
relaksasi yang diberikan pemerintah Asfa, E.R., dan Meiranto, W. (2017). Pengaruh Sanksi
menyebabkan hasil penelitian yang dilaksanakan Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Pengetahuan dan
di masa pandemi ini menunjukkan hasil bahwa Pemahaman Perpajakan, Kesadaran Perpajakan
sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Diponegoro
kepatuhan wajib pajak, oleh karena itu pemerintah Journal of Accounting, 6(3), 1-13.
tetap harus menerapkan sanksi perpajakan dan Asmarani,N.G.C(2020).ApaituKepatuhanPajak?.Did
melakukan pemeriksaan pajak sebagaimana apatdarihttps://news.ddtc.co.id/apa-itu-
mestinya dan tidak sepenuh-penuhnya kepatuhan-pajak-19757, 02 Agustus 2020, Pukul
melonggarkan atau merelaksasi sanksi. 19.03WIB.
Ayu, Ida. (2020). Pemanfaatan Insentif Minim, Apa
Terdapat beberapa saran yang diberikan, Komentar Anda? Rebut Hadiah Rp1,5 Juta.
diantaranya: Didapat dari
a. Saran akademis https://news.ddtc.co.id/pemanfaatan-insentif-
Penelitian berikutnya diharapkan dapat mengukur minim-apa-komentar-anda-rebut-hadiah-rp15-
dan melakukan uji beda mengenai insentif pajak juta-21953, 17 Juli 2020, Pukul 15.45 WIB.

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 365
Badan Pusat Statistik Surabaya. (2016). Hasil Ernawati, N dan Alifi, Z. (2018). Pengaruh
Pendaftaran (Listing) Usaha/ Perusahaan Pengetahuan Perpajakan dan Sanksi Perpajakan
SensusEkonomi 2016. Didapat dari Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan
https://surabayakota.bps.go.id/pressrelease/2018 Religusitas sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal
/01/08/47/hasil-pendaftaran--listing--usaha- Ekonomi dan Bisnis, 655-662.
perusahaaan-sensus-ekonomi-2016.html, 02 Fuadi, A.O dan Mangonting, Y. (2013). Pengaruh
Agustus 2020, Pukul 18.21WIB. Kualitas Pelayanan, Petugas Pajak, Sanksi
Bahri,SdanDiantimala,Y.(2018).PengaruhKualitasPel PerpajakanDanBiayaKepatuhanPajakTerhadapK
ayananPajak,PemahamanPeraturan epatuhanWajibPajakUMKM.Tax & Accounting
PerpajakanSertaKepatuhanWajibPajak(PadaKan Review, 1(1),18-27.
torPajakKPPPratamaKotaBanda Aceh. Jurnal Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate
Economy and Business, 4 (2),318-334. dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi ke-8).
Boby.(2019).IniJenis- Semarang: Universitas Diponegoro.
JenisTarifPajakyangPerluDiketahuiWajibPajak, Hardianti,W.M.,danSetyowati,M.S.(2018).Implement
TarifPPhMasuk Mana?. Didapat dari asiKebijakanTaxAllowanceDalam Upaya
https://lifepal.co.id/media/tarif-pajak-dan-jenis- Peningkatan Iklim Investasi pada Sektor
jenisnya-yang-berlaku/, 17 Juli 2020, Pukul Kelautan dan Perikanan. Jurnal Manajemen
17.30WIB. Pelayanan Publik, 2 (2), 144-158.
Dewan Perwakilan Rakyat. (2007). Undang-Undang Hestanto. (2018). Teori Perpajakan Indonesia: Sanksi
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun Pajak. Didapat dari
2007TentangKetentuanUmumdanTataCaraPerp https://www.hestanto.web.id/sanksi-pajak/, 23
ajakan.Jakarta:DewanPerwakilan Rakyat Juni 2020 Pukul 7.37 WIB.
RepublikIndonesia. Hidayat, K.S. (2020). Ketahui Pajak dan Tarif PPh
. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia buat Kamu Pelaku UMKM!.Didapat dari
Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, https://www.jurnal.id/id/blog/ketahui-pajak-dan-
Kecil dan Menengah. Jakarta: Dewan Perwakilan tarif-pph-buat-pelaku-umkm/, 6 Januari 2020,
Rakyat RepublikIndonesia. Pukul 08.16 WIB.
.(2013).Undang-Undang KUP dan Peraturan Imaniati. Z.Z. (2016). Pengaruh Persepsi Wajib Pajak
Pelaksanaannya. Tentang Penerapan PP No. 46 Tahun 2013,
Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat Republik Pemahaman Perpajakan, Dan Sanksi Perpajakan
Indonesia. Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro,
Direktorat Jenderal Pajak. (2018). Laporan Tahunan Kecil dan Menengah di Kota Yogyakarta. Jurnal
DJP 2018 Sinergi Menuju Kemandirian Ekonomi Ilmiah Mahasiswa Yogyakarta, 5(2), 1-13.
Nasional Peningkatan Kesadaran dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2016),
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Jakarta: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.
Direktorat Jenderal Pajak. Didapat dari https://kbbi.web.id/patuh, 15
.(2019).Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Agustus 2020, Pukul 05.21 WIB.
Pajak 2019. Jakarta: Direktorat JenderalPajak.. Ketua Asosiasi UMKM Indonesia. (2018). Torehan
(2020). Kebijakan Pajak Ditanggung Pemerintah Prestasi Pajak UMKM Sebelum Minta Tarif PPh
Sektor UMKM DiperpanjangHingga Desember 0%. Didapat dari
2020. Didapat dari https://www.pajakku.com/read/5d104ee7bbac51
https://www.indopremier.com/ipotnews/ 76532c196b/Torehan-Prestasi-Pajak-UMKM-
newsDetail.pjp?jdl=Kebijakan_Pajak_Ditanggu Sebelum-Minta-Tarif-PPh-0%, 05 Juli 2020,
ng_Pemerintah_Sektor_UMKM_Diperpanjang_ Pukul 09.16WIB.
Hingga_Desember_2020&news_id=121755&gr Khairiyah, Y.R., dan Akhmadi, M.H. (2019). Studi
oup_news=IPOTNEWS&news_date=&taging_s Kualitatif: Dampak Kebijakan Insentif Pajak
ubtype=ECONOMICS&name=&search=y_gene Usaha Kecil dan Menengah Terhadap Kepatuhan
ral&q=pajak%20UMKM&halaman=1,15 Pajak dan PenerimaanNegara. Jurnal Manajemen
Agustus 2020, Pukul 21.05 WIB. Keuangan Publik,36-45.

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055


Jurnal Akuntansi dan Pajak, 21 (02), 2021, 366
Kurniasi, D., dan Halimatusyadiah (2017). Pengaruh Presiden Indonesia. (2018). Peraturan Pemerintah
Sosialisasi Perpajakan, Pemahaman, Kemudahan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018
dan Manfaat Yang Dirasakan Wajib Pajak Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
UMKM Terhadap Kepatuhan Memiliki NPWP dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
(Study pada Wajib Pajak UMKM di Kota Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Bengkulu). Jurnal Akuntansi Universitas Jakarta: Presiden RepublikIndonesia.
Bengkulu, 8(2), 101-110. Putri, N.J.P. dan Iqbal, S.(2019). Analisis Kepatuhan
Lazuardini, dkk. (2018). Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak UMKM Terkait Pemberian Insentif
Peraturan Perpajakan, Tarif Pajak Dan Sanksi Pajak dalam PP Nomor 23 Tahun 2018.Jurnal
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Ilmiah Akuntansi Universitas Brawijaya, 1-13.
(Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Redaksi DDTC News. (2020). Hadapi Covid-19, DJP
Terdaftar di KPP Pratama Malang Beri Berbagai Relaksasi Administrasi Pajak.
Selatan).Jurnal Riset Manajemen Fakultas Didapat dari https://news.ddtc.co.id/hadapi-
Ekonomi Unisma, 1-10. covid-19-djp-beri-berbagai- relaksasi-
Mardiasmo.(2015). Perpajakan Edisi Terbaru 2015. administrasi-pajak-20388, 20 November 2020,
Yogyakarta: Andi. Pukul11.55.
Menteri Keuangan. (2000). Keputusan Menteri Rusdiyanto, I. (2017). Analisis Pengaruh Sosialisasi,
Keuangan No.544/KMK/04/2000 Tentang Tarif Pajak, Pelayanan, Dan Keadilan Terhadap
Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Atas
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
Pembayaran Pajak. Jakarta: Kementerian 2013.Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Keuangan Republik Indonesia.
Setiawan,A.M.(2018).PengaruhSosialisasiPajak,Kesa
.(2015).Peraturan Menteri Keuangan Nomor
daranWajibPajakdanperspesiWajib Pajak
234/PMK.01/2015 Tentang Organisasi dan Tata
Mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 46
Kerja Kementerian Keuangan. Jakarta:
Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Final
Kementerian Keuangan RepublikIndonesia.
UMKM Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi
. (2020). Peraturan Menteri Keuangan
Kasus Pada Wajib Pajak UMKM Di Kabupaten
Nomor 44/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak
Bantul.Yogyakarta. Jurnal Riset Universitas
Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona
Muhammadiyah Yogyakarta,1-21.
VirusDisease 2019. Jakarta: Kementerian
Setiawan, E.Y. (2015). Pengaruh Kesadaran Wajib
Keuangan RepublikIndonesia.
Pajak, Pelayanan Fiskus Dan Sanksi Perpajakan
_______. (2020). Peraturan Menteri Keuangan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Nomor 86/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak
Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan (Studi
Untuk Wajib Pajak Terdampak Pandemi Corona
VirusDisease 2019. Jakarta: Kementerian Kasus pada Wajib Pajak UMKM yang Terdaftar
Keuangan RepublikIndonesia. di KPP Pratama Blitar. Blitar: Universitas Islam
Nugraheni, A.D., Dan Purwanto, A. (2015). Faktor- Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Sudrahat, A.D. (2015). Pemanfaatan Teknologi
Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Pada Wajib Informasi, Sosialisasi Pajak, Pengetahuan
Pajak Di Kota Magelang. Diponegoro Journal of Perpajakan,danKepatuhanPajak.JurnalRisetAku
Accounting, 4(3), 568-581. ntansidanPerpajakan,2(2),1-194.
Oktaviani, R.M., dan Adellina, S. (2016). Kepatuhan Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif,
Wajib Pajak UKM. Jurnal Mahasiswa Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, 5(2), 136- . (2017). Metode Penelitian Kuantitatif,
145. Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Presiden Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013
Tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Jurnal Akuntansi dan Pajak, ISSN 1412-629X l E-ISSN 2579-3055

You might also like