Professional Documents
Culture Documents
Pajak Dan Literasi Pajak Sebagai Variabel Moderasi Pada Masa Covid - 19
TESIS
121900637
PROGRAM PASCASARJANA
2022
2
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH INSENTIF PAJAK, BIAYA KEPATUHAN PAJAK DAN SANKSI PAJAK
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM DENGAN KUALITAS PELAYANAN
PAJAK DAN LITERASI PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA MASA
PANDEMI COVID-19
Abstract
This study aims to determine the effect of tax incentives, tax compliance costs, and tax sanctions on taxpayer
compliance, and how the effect of tax service quality in moderating tax compliance costs and tax literacy in
moderating tax sanctions on taxpayer compliance during the Covid-19 pandemic. This pandemic has affected the
stability of the national economy and the productivity of the general public. This is what underlies the government
in providing tax incentives to provide relaxation to business actors, especially MSMEs. This study also wants to
see how important taxes are for the community and the current level of taxpayer compliance. This research is a
research with the latest issues, and is aimed at MSME business actors who have been running their business for
at least 2 years running. This study used a purposive sampling technique, data was taken using a questionnaire,
and which could be analyzed were 81 questionnaires. The data analysis technique in this study used quantitative
analysis and moderated regression analysis (MRA). The results showed that tax incentives had no significant
effect on taxpayer compliance, and tax literacy was not able to moderate the effect of tax sanctions on MSME
taxpayer compliance. Other results show that tax compliance costs and tax sanctions affect compliance behavior,
and the quality of tax services is able to moderate the effect of tax compliance costs on MSME taxpayer
compliance.
Keywords: tax incentives, tax sanctions, tax compliance costs, tax literacy, tax service quality
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari insentif pajak, biaya kepatuhan pajak, dan sanksi pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak, serta bagaimana pengaruhnya kualitas pelayanan pajak dalam memoderasi biaya
kepatuhan pajak dan literasi pajak dalam memoderasi sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak selama
pandemi Covid-19. Pandemi ini telah memengaruhi stabilitas ekonomi nasional dan produktivitas masyarakat
umum. Hal ini yang mendasari pemerintah dalam memberikan insentif pajak untuk memberikan relaksasi kepada
pelaku usaha khususnya UMKM. Penelitian ini juga ingin melihat seberapa penting pajak bagi masyarakat dan
tingkat kepatuhan wajib pajak yang terjadi saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian dengan isu yang terbaru,
dan ditujukan kepada pelaku usaha UMKM yang telah menjalankan usahanya minimal 2 tahun berjalan. Penelitian
ini menggunakan teknik purposive sampling, data diambil menggunakan kuisioner, dan yang bisa dianalisis
berjumlah 81 kuisioner. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan moderated
regression analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa insentif pajak tidak berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak, dan literasi pajak tidak mampu memoderasi pengaruh sanksi pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak UMKM. Hasil yang lain menunjukkan bahwa biaya kepatuhan pajak dan sanksi pajak
berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan, serta kualitas pelayanan pajak mampu memoderasi pengaruh biaya
kepatuhan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.
Kata kunci : insentif pajak, sanksi pajak, biaya kepatuhan pajak, literasi pajak, kualitas
pelayanan pajak
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang mengutamakan penerimaan melalui sektor pajak, yang dalam hal ini, sektor
pajak memiliki peran yang cukup besar dan penting dalam pertumbuhan ekonomi negara. “Keberhasilan suatu
negara dalam mengumpulkan pajak dari warga negaranya dipastikan akan bermanfaat bagi stabilitas ekonomi
Negara” (Farouq, 2018, hal. 1). Pajak sendiri merupakan pungutan wajib yang dibebankan kepada rakyat
kemudian digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum seperti Pembangunan Infrastuktur,
Kesehatan, dan Pendidikan, yang berarti rakyat tidak akan merasakan dampaknya langsung, karena digunakan
demi kepentingan bersama. Permasalahan yang muncul saat ini adalah Pandemi Covid-19 yang terjadi secara
langsung memberikan dampak masif terhadap perekonomian secara global termasuk Indonesia dalam sektor pajak
khususnya bisnis UMKM. UMKM merupakan penopang produksi nasional dan penggerak perekonomian
nasional yang bahkan menjadi penyerap tenaga kerja terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Data yang dihimpun
dari BPS menunjukkan bahwa UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 118 juta pekerja, atau sekitar 97,2
persen dari daya serap tenaga kerja pada 2018 sebelum pandemi covid-19 terjadi pada tahun 2019 sampai
sekarang. Semakin lama pandemi ini berlangsung mungkin juga menyebabkan untuk penerimaan sektor pajak
UMKM kemudian semakin berkurang dan mengakibatkan melemahnya pertumbuhan ekonomi Nasional. Banyak
UMKM yang kemudian terpaksa harus gulung tikar saat pandemi seperti yang disebutkan oleh CNBC Indonesia,
ini karena UMKM mengalami penurunan penjualan akibat dari peraturan pemerintah yang menerapkan
pembatasan sosial dan pembatasan jam operasional usaha agar tidak terjadi kerumunan massa. Bisnis yang
langsung terkena dampak ini meliputi pasar tradisional dan modern, mall, restaurant, sektor kaki lima yang jelas
berdampak sangat serius pada kemampuan pengusaha kecil untuk berusaha bertahan ditengah penjualan yang ikut
merosot. Namun, di sisi lain, tidak sedikit pula bisnis UMKM yang justru meraup untung dari pandemi ini kata
Sutrisno Iwantono (Ketua Kebijakan Publikasi Asosiasi Pengusaha Indonesia), UMKM yang meraup untung
tersebut seperti usaha penjualan pulsa, usaha kecantikan, usaha kesehatan, usaha logistik dan usaha laundry yang
menciptakan omzet berkali lipat di masa pandemi. Kondisi ini sangat perlu disikapi dengan bijak oleh pelaku
UMKM yang terkena dampak penurunan maupun kenaikan omzet sehingga UMKM harus mampu mengahadapi
ketidakpastian akibat perubahan kebiasaan yang terjadi saat dan setelah pandemi covid-19 ini.
Kesulitan nyata yang timbul bagi wajib pajak khususnya UMKM yang terdampak negatif dengan
penurunan omzet ini adalah di saat mereka tetap harus membayar cicilan pokok dan bunga kepada kreditur, juga
beban pajak yang harus tetap dibayarkan sementara penjualan mereka menurun dan bahkan saat mereka rugi,
sampai harus merumahkan beberapa karyawannya. Survei yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) pada tanggal 1 – 20 Mei 2020 dengan total 679 responden valid menjelaskan bahwa 94,69%
usaha telah mengalami penurunan penjualan pada masa pandemi ini. Data Kementerian yang diakses melalui
djkn.kemenkeu.go.id menyatakan bahwa UMKM juga berkontribusi sebesar 61,1% terhadap Pendapatan Produk
Domestik Bruto, hal ini mencerminkan bahwa keberadaan UMKM mempunyai peran yang penting untuk
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia dan juga sumber pendapatan negara dari sektor pajak
yang paling penting digunakan dalam penanggulangan Covid-19 di Indonesia sendiri.
Hal ini mendorong pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan terbaru untuk membantu menggerakan
roda perekonomian usaha yang terdampak negatif seperti pemberian insentif pajak. Pajak yang awalnya digunakan
sebagai penerimaan Negara kemudian dirubah menjadi insentif yang digunakan untuk membantu memulihkan
ekonomi masyarakat melalui PMK 23/2020, kemudian diperbaharui ke PMK 44/2020 untuk wajib pajak yang
terkena dampak pandemi yang kemudian dirubah dengan PMK 86/2020 dan diperbaharui dengan PMK 110 tahun
2020 yang kemudian diperpanjang sampai Desember 2021 setelah berakhir di Juni 2021 dengan PMK No.9 tahun
2021 diantaranya adalah Pph 21 dan Pph final UMKM yang ditanggung oleh pemerintah, pembebasan Pph 22
atas impor, keringanan cicilan Pph 25, dan beberapa lainnya yang tertera dalam PMK tersebut.
Dengan adanya pemberian insentif pajak ini, tentu akan menciptakan sebuah skema atau sistem baru
yang dibentuk oleh Pemerintah supaya wajib pajeak dapat memanfaatkan kesemppatan ini dalam memenuhi
kewajiban sukarela perpajakannya. Dalam proses pengenalan sistem baru ini kemudian muncul biaya yang
menjadi biaya kepatuhan pajak. Biaya kepatuhan pajak menjadi faktor yang memengaruhi perilaku patuh pajak.
Biaya kepatuhan dalam pajak adalah biaya yang harus diberikan wajib pajak untuk melengkapi kewajiban
perpajakan yang dibebankan kepada individu oleh peraturan setempat (Sanford et. al. 1989). Semakin besar biaya
tersebut, menyebabkan individu menjadi tidak patuh. Dalam penelitian Putu Rara, et al (2016) menjelaskan biaya
kepatuhan ini terbagi menjadi 3 yaitu : 1) direct money cost, 2) time cost, dan 3) psychological cost. Semakin
besar biaya kepatuhan yang dibutuhkan, membuat individu tidak patuh dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya (M. Ardhy Erwanda et al, 2019). Wajib pajak yang patuh dalam memenuhi kewajiban
perapajakannya akan dirugikan apabila mendapati biaya kepatuhan yang dikeluarkan juga besar.
Selanjutnya untuk dapat menjadi wajib pajak yang patuh dan terhindar dari sanksi pajak tentunya mereka
juga harus mengetahui dengan baik bagaimana sistem dan kebijakan pajak yang berlaku. Hal ini yang membuat
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sosialisasi perpajakan menjadi hal yang penting untuk dilakukan oleh pemerintah karena akan menambah
pengetahuan dan kesadaran dari wajib pajak dalam memenuhi kewajiban sukarela pajaknya. Sosialisasi dalam
pajak berarti upaya yang dilakukan untuk meberikan sebuah informasi tentang perpajakan agar individu atau
kelompok mampu memahami unsur–unsur pajak, sehingga meningkatkan kesadaran dan perilaku kepatuhan.
Sosialisasi yang baik juga berasal dari Kualitas Pelayanan Pajak yang diberikan. Menurut Boediono ( 2003:60).
Kualitas pelayanan pajak merupakan pemahaman yang diberikan kepada waejib pajak dan diperlukan
kepekaan serta hubungan interpersonal agar terciptanya rasa puas. Jika kualitas pelayanan tidak diberikan secara
optimal, individu akan mengalami kesulitan dalam memahami dan memenuhi kewajiban perpajakannya, karena
terbatasnya ruang gerak yang dialami di masa pandemi ini dan meningkatnya biaya kepatuhan pajak yang harus
dikeluarkan. Dalam hal ini pengetahuan tentang pajak yang kurang juga dapat menjadi penyebab mengapa wajib
pajak tidak patuh dalam memenuhi kewajiban pajaknya secara benar dan tepat waktu. Pengetahuan pajak dapat
memberikan gambaran tentang hak dan kewajiban yang dimiliki oleh wajib pajak sehingga mereka dapat
menghindari sanski pajak. Ketika kualitas pelayanan pajak yang diberikan cukup efektif dan membuat wajib pajak
memiliki literasi yang baik tentang pajak, maka individu pajak akan cenderung untuk patuh terhadap kewajiban
pajaknya supaya menghindari sanksi yang mungkin akan timbul.
Perilaku patuh tersebut juga dapat dilihat dari masa pelaporan SPT Tahunan, untuk periode tahun 2020
telah berakhir pada 31 Maret 2021 kemarin yang artinya semua WP yang belum melaksanakan kewajiban
pajaknya akan dikenakan sanksi administrasi seusai dengan peraturan yang berlaku karena Pemerintah tidak
memperpanjang batas pelaporan pada tahun 2021 ini seperti pada tahun 2020 kemarin.
Gambar 1.1 Rasio Kepatuhan Wajib Pajak
Jika dilihat dari sumber grafik yang ditunjuukan diatas, Jumlah SPT yang dilaporkan pada 2020 mengalami
pertumbuhan sebesar 78% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 73%. Hal ini menunjukkan wajib pajak benar
– benar memanfaatkan insentif pajak yang diberikan pemerintah dan menghindari sanksi pajak yang dibebankan.
Sanksi yang diberikan dapat berupa denda uang tunai yang akan ditagihkan melalui Surat Tagihan Pajak (STP).
Penyitaan Aset dimana WP yang tidak menghiraukan STP yang diberikan setelah melakukan beberapa tahapan
yang dilakukan, maka DJP dapat saja melakukan penyitaan aset kepada Wajib Pajak. Sanksi Pidana, diberikan
bila WP dengan sengaja tidak melaporkan SPT nya atau dengan sengaja merubah isi dari SPT tersebut supaya
meringankan beban pajak yang ditanggung.
Penelitian Supriyati et al, (2018) menyatakan, motif yang berasal dari wajib pajak sangat kuat
memengaruhi perilaku patuh dan tidak, kesadaran dalam diri wajib pajak juga memengaruhi kepatuhan mereka.
Pandangan individu terhadap sistem yang berlaku dalam perpajakan, memengaruhi perilaku Wajib Pajak itu
sendiri. “Adanya sanksi pajak dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam bidang pajak, dan Wajib Pajak
dapat mematuhi kewajibannya, karena apabila tidak mematuhi akan mengakibatkan biaya pajak yang dikeluarkan
lebih banyak daripada yang seharusnya” Dewi, et al. (2020). Jika dihadapkan pada masa pandemi ini, apakah
cukup relevan jika sanksi pajak diterapkan ditengah menurunnya perekonomian bisnis di sektor pajak UMKM,
hal itu yang mendasari penelitian ini untuk melihat apakah sanksi pajak yang diterapkan oleh Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) No. 13/KMK.10/2021 menekankan bahwa sanksi pajak yang awal mulanya flat sebesar 2%
menjadi fluktuatif sebesar 0,52% sampai 1,77% per bulan dapat memengaruhi kepatuhan Wajib Pajak untuk
melaporkan kewajiban pajaknya sesuai dengan kenyataannya. Kepatuhan Wajib Pajak ini menjadi penting
mengingat sistem self assesment yang memberikan kuasa mutlak kepada individu untuk memenuhi kewajiban
pajaknya secara mandiri. Menjadi pertanyaan yang menarik saat dikaitkan dengan Kepatuhan Wajib Pajak yang
akan terpengaruh oleh Sanksi Pajak yang sudah diterapkan oleh Pemerintah. Masih adanya hasil penelitian yang
berbeda terkait pengaruh sanksi pajak terhadap perilaku patuh individu, sehingga mungkin ada variabel lain yang
memengaruhi hubungan kedua variabel tersebut, yaitu literasi pajak. Penelitian ini menguji apakah keringanan
sanksi pajak yang diberikan dapat memoderasi pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya dan menggunakan variabel pemoderasi yaitu kualitas
pelayanan pajak dan literasi perpajakan untuk melihat pengaruh moderasinya terhadap perilaku kepatuhan
individu memenuhi kewajiban pajaknya.
Penelitian ini menggunakan variabel kualitas pelayanan pajak yang memoderasi biaya kepatuhan pajak
dan belum pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan variabel tersebut sebagai pemoderasi. Penelitian ini
juga menggunakan Literasi Pajak sebagai pemoderasi yang belum pernah digunakan oleh peneelitian sebelumnya.
Peneliti juga berharap riset penelitian ini dapat menjadi evaluasi yang baik untuk pemerintah dalam membuat
kebijakan yang dapat menstimulus kepatuhan wajib pajak dan menajadi tambahan literatur atas faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku patuh individu.
Compliance Theory
Compliance Theory Menurut Milgram (1963, 371:378) kepatuhan terkait dengan ketaatan pada otoritas aturan-
aturan. Kepatuhan terhadap aturan pertama kali dipublikasikan Milgram pada tahun 1963, salah satu dari beberapa
eksperimen psikologi terkenal pada abad 20 yang dapat dikaitkan dengan perilaku patuh wajib pajak, dimana
pentingnya sebuah proses sosialisasi ketika memengaruhi kepatuhan individu pajak supaya mengetahui tentang
peraturan dan sanksi yang diberlakukan. Diberlakukannya sanksi administrasi ataupun pidana bagi individu yang
lalai, supaya wajib pajak dapat patuh untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.
Kepatuhan juga merupakan perilaku yang didasari oleh kesadaran wajiib pajak terhadap kewajiban
pajaknya, mengacu pada aturan yang telah ditetapkan. Kategori wajib pajak patuh sesuai dengan PMK No. 192
tahun 2007 dan No.74 tahun 2012 sebagai berikut: a. tidak terlambat melaporkan SPT; b. Tidak adanya pajak
terutang yang belum diselesaiakn, kecuali sudah mendapat rekomendasi dari petugas pajak; c. Laporan diaudit
dengan pendapat WTP selama 3 tahun; dan tidak pernah dipidana di bidang pajak berdasarkan putusan pengadilan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.
Atribution Theory
Atribution Theory pertama kali diperkenalkan oleh Heider (1958). Menurut Heider, setiap individu adalah
seseorang ilmuwan semu yang berusaha untuk mengumpulkan potongan informasi sehingga merujuk pada sebuah
kesimpulan. Perilaku tersebut dalam persepsi sosial dikenal dengan istilah dispositional attributions dan
situational attributions. Dispositional attributions adalah penyebab internal seperti kepribadian, persepsi diri,
kemampuan dan motivasi, sedangkan situasional attribution adalah penyebab eksternal seperti nilai dan kondisi
sosial, kemudian pandangan masyarakat, sehingga setiap keputusan yang diambil oleh individu akan dipengaruhi
oleh kedua factor tersebut. Teori ini menjelaskan bagaimana perilaku patuh akan dipengaruhi oleh beberapa faktor
intern diri dan ekstern diri individu tersebut, seperti literasi pajak ataupun kebijakan pajak pemerintah.
Definisi Pajak
Berdasarkan KUP 28/2007, pajak merupakan kontribusi yang wajib dan sifatnya paksaan berdasarkan
peraturan, kemudian individu dan badan tidak mendapatkan feedback langsung yang digunakan untuk keperluan
negara bagi kemaakmuran masyarakat umum. Aturan-aturan ini akan berhasil penerapannya jika wajib pajak
sendiri memiliki literasi pajak yang baik juga memiliki disiplin pajak yang tinggi..
Insentif Pajak
Insentif pajak adalah fasilitas dari pemerintah untuk memengaruhi perilaku individu melalui manfaat pajak.
Insentif pajak ini juga merupakan hal yang diharapkan para pengusaha ditengah pandemi Covid-19. Dalam
penelitian Dewi, et al. (2020) insentif ini dengan tujuan memberikan keringanan bagi individu. Penggunaan pajak
juga tidak bermaksud hanya untuk menjadi pemasukan pemerintah, melainkan ke arah yang baik seperti
perkembangan ekonomi. Spitz menyatakan trdapat 4 macam bentuk insentif pajak yaitu : (1) Pengecualian dari
pengenaan pajaak, hal ini adalah bentuk insentif yang paling sering diberikan. (2) dikurangkannya dasar
pengenaan pajak. (3) Pengurangan tarif pajak, insentiif ini adalah pengurangan tarif menjadi khusus. (4)
Penangguhan pajak, insentif ini diberikan, sehingga mereka dapat menunda kewajiban dalam masa yang
ditentukan.
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saat pandemi Covid-19 ini pemerintah sudah memberikan berbagai macam insentif sejak April 2020
hingga diperpanjang sampai Juni 2021 dengan beberapa ketentuan dan tambahan seperti PPH pasal 21 yang
ditanggung pemerintah, Pengurangan tarif PPH Final kepada pelaku UMKM dari omzet perbulan, Pembebasan
PPH pasal 22 impor di 730 usaha tertentu perusahaan KITE ( Kemudahan Impor Tujuan Ekspor ) dan perusahaan
di kawasan berikat, Pengurangan tarif PPH 25 sebesar 50 persen dari angsuran yang seharusnya terutang, insentif
PPN unuk 716 bidang usaha dan perusahaan KITE dengan insentif restitusi didahulukan hingga jumlah lebih
bayar paling banyak 5 milyar. Pemberian insentif ini dan tujuannya diperpanjang sampai juni 2021 kemudian
dilanjutkan kembali sampai Desember 2021 untuk mengindari perilaku tidak patuh, terkhusus dalam penelitian
ini dari sektor UMKM. Insentif mampu menjadi faktor penentu bagi perusahaan dalam beroperasi.
Direct Money Cost muncul untuk memenuhi kewajiban perpajakan, kemudian diukur menggunakan nominal yang
dikeluarkan dalam proses pelaksanaan kewajiban dan hak perpajakannya (Sanford et al., 1989). Biaya yang
dikeluarkan sendiri adalah ditujukan untuk misalnya pembayaran tarif pajak yang dikenakan, tarif sanksi pajak
yang harus dibayar jika terlambat, tarif jasa konsultan pajak yang harus dibayarkan, biaya tranportasi dalam
pengurusan perpajakan, biaya percetakan dokumen perpajakan.
2. Time Cost
Time Cost berkaitan dengan waktu yang telah dipakai dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Menurut
(Sanford et al, 1989) Time Cost adalah waktu yang terpakai oleh individu dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Waktu ini jelas dibutuhkan untuk membaca dan mengisi dokumen perpajakan, kemudian
berkonsultasi, dan waktu untuk memahami peraturan yang ada.
3. Psychological Cost
Psychological Cost berkaitan dngan psikis individu seperti kepuasan dan ketidakpuasan, rasa frustasi dan stres,
ketidakpastian dan kegelisahan wajib pajak dalam proses pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya (Afsari,
2018 ). Psychological Cost dapat digambarkan sebagai rasa stres dan berbagai ketakutan serta cemas karena takut
dianggap melakukan tax evasion jika tidak mampu memenuhi aturan yang ditetapkan.
Sanksi Pajak
Siti Kurnia Rahayu (2071:170) Sanksi pajak adalah pengelolaan dari pemerintah untuk memastikan dipatuhinya
peraturan oleh warga negara agar tertib dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Dewi et. al. (2020) juga
mengungkapkan kepatuhan individu digambarkan dalam persepsinya tentang pajak, sehingga hasil yang dipahami
akan berbeda, seperti persepsi tentang sanksi pajak. Sanksi pajak dibagi menjadi administratif dan pidana berupa
kurungan. (Dewi, et. al., 2020) menyatakan terdapat pengaruh yang positif atas sanksi pajak terhadap perilaku
kepatuhan, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi sanksi yang ditetapkn, individu akan semakin patuh dan
meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban wajib pajak.
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pajak. Bukti Fisik (tangibles) prasarana yang dimiliki untuk menunjang kebutuhan penyampaian informasi
perpajakan kepada wajib pajak.
Literasi Pajak
Ibda (2019) Literasi pajak adalah kemampuan wajib pajak untuk memahami dan menggunakan sebuah informasi
perpajakan yang pada akhirnya dapat mencerminkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Literasi pajak dapat diukur menggunakan tiga dimensi yaitu Tax awareness yang mengacu pada
pemahaman peran wajib pajak dalam kontrak social dengan pemerintah sebagai dasar mewujudkan literasi pajak.
Contextual knowledge dimana pengetahuan pajak dapat mendorong wajib pajak untuk mampu menentukan secara
mandiri jenis perhitungan, pembayaran, dan pelaporan perpajakannya sendiri. Meaning Making merupakan
elemen yang berhubungan dengan dampak dari hasil individu yang mempunyai kesadaran pajak dan diikuti
dengan penerapan pengetahuan pajak sehingga individu mampu mengambil sebuah keputusan perpajakan yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
UMKM
Menurut UU No. 20 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM) ada kriteria yang menjelaskan tentang
UMKM ini. Kriteria kelompok mikro adalah usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan sebesar 300.000.000
dan memiliki kekayaan bersih sebesar 50.000.000. Kriteria kelompol kecil meliputi usaha yang berdiri sendiri
yang bukan merupaakan anak perusahaan ataupun cabang dan memiliki hasil pejualan antara 300.000.000 sampai
2.500.000.000 juga kekayaan bersih antara 50.000.000 - Rp 500.000.000. Kriteria menengah merupakan usaha
yang berdiri sendiri, didirikan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang dengan penjualan antara 2.500.000.000 - 5.000.000.000 dan memiliki kekayaan bersih lebih dari
500.000.000.
Pengembangan Hipotesis
Insentif Pajak dengan Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Penelitian sebelumnya oleh Syanti Dewi, D. et. al (2020) menyatakan bahwa insentif pajak sendiri tidak
berpengaruh terhadap perilaku kepatuhan dalam bidang pajak. Berdasarkan penelitian diatas, insentif pajak
harusnya dapat memberikan stimulus yang baik bagi proses bisnis Wajib Pajak khususnya UMKM, karena
ditengah pandemi Covid-19 ini, terjadi penurunan daya beli dan perekonomian juga semakin menurun yang
mengakibatkan permintaan juga menurun. Pemutusan Hubungan Kerja juga marak terjadi saat pandemi sekarang
ini, belum lagi pembatasan sosial yang diberlakukan pemerintah semakin membuat UMKM susah bergerak dan
bertahan dengan menurunnya daya beli masyarakat. Dengan diberikannya insentif kepada pelaku UMKM,
diharapkan mampu membuat UMKM sadar untuk memenuhi kewajiban perpajakannya karena telah diberikan
keringanan oleh pemerintah. Dengan demikian, semakin intens insentif pajak yang diberikan, akan semakin tinggi
kesadaran individu untuk semakin mematuhi aturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Dengan
demikian, hipotesis yang diajukan adalah:
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
H1 : Insentif Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
H2 : Biaya Kepatuhan Pajak berpengaruh negatif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Kualitas Pelayanan Pajak Memoderasi Biaya Kepatuhan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak UMKM
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ni Luh Gede Mahayu Dicriyani (2016) menyatakan bahwa
kualitas pelayanan pajak tidak memiliki pengaruh pada perilaku kepatuhan wajib pajak. Digitalisasi yang
diterapkan oleh Dirjen pajak membuat wajib pajak harus beradaptasi secara online dalam pemenuhan informasi
perpajakan yang dibutuhkan, hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pajak bukan menjadi kekuaatan
ekstrnal yang dapat memengaruhi perilaku kepatuhan. Tidak sejalan dengan itu, Arabella et al, (2013) menyatakan
bahwa kualitas pelayanan pajak secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kepatuhan wajib
pajak. Tidak lain dikarenakan masih adanya wajib pajak yang tetap hadir ke kantor pelayanan pajak untuk
memperoleh informasi secara langsung ataupun karena keharusan untuk datang ke kantor pelayanan pajak. Ketika
wajib pajak mendapatkan kualitas pelayanan yang baik, maka hal tersebut akan memperkecil biaya pajak yang
terjadi karena wajib pajak telah mendapatkan informasi yang memadai, sehingga akan membuatnya menjadi lebih
patuh terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan dibandingkan wajib pajak yang tidak mendapatkan
pelayanan pajak yang baik, dengan demikian kualitas pelayanan akan memperkuat pengaruh biaya kepatuhan
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Dari uraian diatas, peneliti ingin membuktikan apakah kualitas
pelayanan pajak mampu memoderasi biaya kepatuhan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
Literasi Pajak Memoderasi Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Penelitian oleh Yuliati dan Fauzi (2020) menyatakan bahwa Literasi pajak memiliki pengaruh yang
positif terhadap perilaku kepatuhan itu sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yosy dan
Gideon (2021) dimana Kepatuhan Wajib Pajak dapat ditingkatkan dengan pengetahuan pajak yang baik oleh wajib
pajak. Literasi pajak pada dasarnya dipenaruhi oleh kemampuan wajib pajak dalam memahami informasi dan
menindaklanjuti melalui sebuah keputusan pajak yang diambil. Berdasarkan hal tersebut peneliti melihat bahwa
pengetahuan yang dimiliki oleh wajib pajak tidak menjamin akan meningkatkan perilaku patuh selama
pengetahuan tersebut tidak diaplikasikan dengan semestinya. Ketika wajib pajak memiliki literasi yang luas
tentang pajak, kemungkinan yang dapat terjadi adalah merucut pada sanksi pajak. Sanksi pajak dapat menjadi
alasan mengapa wajib pajak patuh dan tidak, dengan pengetahuan pajak yang luas, wajib pajak mampu
menemukan celah didalam peraturan perpajakan yang terus berubah untuk menghindari sanksi yang diberlakukan.
Semakin tinggi individu memiliki literasi pajak, maka ia akan semakin mengetahun hal-hal yang terkait sanksi
pajak dengan detail, sehingga akan semakin menambah kepatuhan pajaknya dibandingkan yang tidak mempunyai
literasi perpajakan yang baik. Mengacu pada uraian diatas, rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah :
H5 : Literasi Pajak memoderasi Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang diukur,
berupa penjelasan yang dinyatakan dengan bentuk angka. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer,
dimana data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari responden dalam hal ini wajib pajak
UMKM. Data berupa lisan dan diambil menggunakan kusioner didalam google form. Kusioner kemudian disebar
melalui email, pesan digital, dan sosial media.
Teknis Analisis
Teknik analisis menggunakan software SmartPls 3, dikarenakan penelitian ini terdapat indikator yang dibentuk
oleh konstruk reflektif dan membentuk efek moderasi. Teknik analiisis data dalam penelitiaan ini menggunakan
pendekaatan Uji Interaksi atau Moderated Regression Analysis (MRA). Persamaan regresii yang diajukaan adalah
:
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KPP : Kualitas Pelayanan Pajak
LP : Literasi Pajak
a : intercept
b1, b2, b3, b4, b5 : Koefesien Regresi
Kriteria dari validitas konvergen harus memiliki outer loading > 0,7 dan average variance extracted >
0,5, untuk validitas diskriminan cross loading harus > 0,7 dan composite reliability > 0,6 serta cronbach's alpha >
0,6. Sedangkan pada model struktural, konstruk dependen pada model struktural ini dievaluasi dengan
menggunakan R2 dan nilai koefisien path atau t-value tiap path untuk menguji signifikansi antar konstruk.
Kemudian dilakukan pengujian hipotesis statistik pada model pengukuran dan model struktural.
Tabel 4.1 menunjukkan jumlah prosentase dari jenis kelamin responden yang digunakan dalam penelitian ini.
Terdapat hasil bahwa responden dengan total nilai 41% diwakilkan oleh responden berjenis kelamin pria dan 59%
diwakilkan responden berjenis kelamin wanita.
Tabel 4.2 menjelaskan varian usia dan jumlah prosentase dari respoden yang digunaka dalam penelitiian ini.
Terdapat hasil bahwa respoden dengan rentang umur 20 sampai 30 tahun sekitar 30%, rentang umur 31 sampai
40 sekitar 38%, dan rentang umur 41 sampai 50 tahun berkisar 32% dari total 81 responden.
Tabel 4.3 menggambarkan seberapa banyak responden yang sudah menggunakan efilling dan juga mendapatkan
sosialisasi perpajakan dalam 2 tahun kebelakang sehingga informasi yang didapat langsung dari petugas pajak.
Responden yang sudah mengisi kuisioner dalam penelitian ini, semua telah mmenggunakan efilling dalam
pengurusan perpajakannya, dan sebanyak 94% responden yang mengisi kuisioner sudah mendapatkan sosialisasi
langsung dari petugas pajak dalam 2 tahun terakhir.
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai jawaban responden atas setiap pernyataan
yang diberikan.
Hasil gambaran statistik yang diperoleh adalah sebagai berikut : variabel insentif pajak dengan 7 item pertanyaan
menghasilkan nilai rat-rata 2,451. Variabel biaya kepatuhan pajak dengan 4 item pertanyaan menghasilkan nilai
rata-rata 3,951. Variabel sanksi pajak dengan 5 item pertanyaan menghasilkan nilai rata-rata 3,958. Variabel
kualitas pelayanan pajak dengan 6 item pertanyaan menghasilkan nilai rata-rata 3,918. Variabel literasi pajak
dengan 3 item pertanyaan menghasilkan nilai rata-rata 3,531. Variabel kepatuhan wajib pajak dengan 7 item
pertanyaan menghasilkan nilai rata-rata 4,272.
Hasil analisis awal menunjukkan delapan indicator variable dengan nilai loading dibawah 0,70. Indikator
Indikator dengan nilai dibawah 0,70 adalah Biaya Kepatuhan Pajak (BKP3 : 0,671 dan BKP5 : 0,570), Sanksi
Pajak (SP4 : 0,603 dan SP5 : 0,609), dan Literasi Pajak (LP4 : 0,607, LP5 : 0,587, LP6 : 0,699, LP6 : 0,568).
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Indikator yang berada dibawah nilai 0,70 harus dikeluarkan dari konstruk yang telah disusun karena nilai harus
lebih dari 0,70
Hasil eliminasi indicator variabel yang belum memenuhi persyaratan kemudian menunjukkan semua indicator
dari konstruk variable laten sudah memenuhi kriteria yaitu > 0,70 dan dinyatakan valid
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil uji didalam tabel 4.7 menghasilkan nilai masing-masing diatas 0,50 dan didalam model telah dinyatakan
valid. Insentif pajak dengan nilai 0,685, biaya kepatuhan pajak dengan nilai 0,975, sanksi pajak dengan nilai 0,691,
kualitas pelayanan pajak sebesar 0,700, literasi pajak sebesar 0,840, Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 0,695.
Hasil uji menytakan nilai insentif pajak 0,923, biaya kwpatuhan pajak sebesar 0,925, sanksi pajak sebesar 0,889,
kualitas pelayanan pajak sebesar 0,913, literasi pajak demhan nilai 0,902, dan kepatuhan wajib pajak dengan nilai
0,887 yang dapat diartikan seluruh variabel sudah reliabel.
Hasil uji ini menunjukan nilai insentif pajak dengan nilai 0,938, biaya kepatuhan pajak sebesar 0,994, sanksi
pajak sebesar 0,918, kuwalitas pelayanan pajak dengan nilai 0,933, literasi pajak sebesar 0,940, dan kepatuhan
wajib pajak dengan nilai 0,911 yang dapat diartikan seluruh variabel sudah reliabel.
Dalam Uji ini semua variabel dikatakan untuk menggambarkan korelasi setiap konstruk dengan indikatornya
begitu juga dengan indicator dari konstuk blok lainnya. Model dikatakan memiliiki validitas diskriminan yang
baik jika korelsi antar konstruk dengan indiikatornya lebih besar daripada indikator dari konstruk blok yang lain.
Nilai cross loading untuk tiap variabel dalam penelitian ini dinyatakan dalam tabel berikut :
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil uji cross loading pada tabel 4.10 menunjukan semua konstruk sudah
memiliki validitas diskriminan yang baik karena korelasi dengan indikatornya lebih besar daripada kontruk yang
lain. Evaluasi selanjutnya membandingkan nilaiakar AVE dengan korlasi tiap konstruk, dan nilai yang diharapkan
dari nilai AVE harus lebh tinggi daari korelasiiantarkontruk. Model dikatakan memiliki validitas diskrimiinan
yang baik jika nillai akarAVE lebihdari korlasi antar kontruk di dalam model. Berikut hasil outputnya :
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan tabel tersbut, seluruh konstruk menunjukan nilai AVE lebh dari 0,50 dannilai terkecil adlah 0,685
untuk insentif pajak dan terbesaar 0,975 pada biaya kepatuhan pajak. Nilai trsebut memenuhi prsyaratan minimum
AVE yang ditentukan. Dari tabel diatas juga menunjukkan nilai akar kuadrat AVE untu tiap konstruk lebih besar
dari nilai korrelasinya sehingadalam model penelitian ini dapt dinyatakan memiliki validitas diskriminan yang
baik.
Uji R-Square
Pada penelitian ini untuk melihat Goodness fit of model dievaluasi menggunakan pengukuran R’square. Nilai
R’square digunakanuntuk melihat seberapabesar kontruk dependen dapat diijelaskan oleh variaabel independen.
Nilai R-square yang menunjukkan memiliki predictive relevance adalah mendekati 1, semakin nilai menunjukkan
mendekati 1 maka semakin kuat variabel independent dapat menjelaskan variabeldependen. Hasil uji pengukuran
inner model dapat dilihat dalam tabel berikut.
Dari tabel diatas menunjukkan nilai R’square adalah 0,489. Hasil ini dapat menunjukkan bahwa variabel insentif
pajak (IP), biaya kepatuhan pajak (BKP), sanksi pajak (SP), kualitas pelayanan pajak (KPP), literasi pajak (LP)
memberikan nilai sebesar 0,489, dengan kata lain kepatuhan wajiib pajak dapat dijelaskan oleh variabel
independen tersebut sebesar 48,9% dan 51,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Dalam hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa nilai 48,9% dikatakan sebagai skala moderat dari apa yang dapat dijelaskan oleh
variabel independent terhadap variabel dependen.
Nilai Adjusted R’square dapat memberikangambaran yang lebih kuat dibandingkan nilai R’square dalam
menilaikemampuan sebuah variabel independent terhadap variabel dependen. Nilai Adjusted R’square
menunjukkan angka 0,441, sehingga kemampuan variabel insentif pajak (IP), biaya kepatuhan pajak (BKP),
sanksi pajak (SP), kualitas pelayanan pajak (KPP), literasi pajak (LP) dalam menjelaskan variiabel kepatuhan
wajibpajak adalah sebesar 44,1% dansisanya 55,9% dijelaskan oleh variabel yang lain diluar penelitian ini.
Pengujian Hipotesis
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.1 Hasil Model Penelitian
Hipotesis 1 ingin menguji apakah insentif pajak secara positif berpengaruh terhadap kepatuhanwajiib
pajak UMKM. Pengujian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang cukup signiifikan ditunjukkan oleh variabel
insentif pajak dengan nilai koefiisien beta -0,331 yang lebih menekankan arah negative, kemudian nilai t-tatistic
0,290 yang lebih kecil dari nilai syarat harus lebih dari 1’96 dan kemudian p-values variabel sebesar 0,290 yang
belum memenuhi syarat signifikansi < 0,05 sehingga hipotesis 1 tidak terdukung.
Hipotesis 2 ingin mengujiapakah biaya kepatuhan pajak berpengaruh secara negative terhadap kepatuha
wajiib pajak UMKM. Pengujian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan ditunjukkan oleh variabel
biaya kepatuhan pajak yang memiliki nilai koefisien beta sebesar -0,231 yang menunjukkan arah negative,
kemudian nilai t-statistic 2,68 yang lebih dari nilai syarat yaitu,>1,96 dannilai p-values variabel sebesar 0,008
yang sudah memenuhi syarat signifikansi < 0,05 sehingga hipotesis 2 terdukung.
Hipotesis 3 inginmenguji apakah sanksipajak berpengaruh secara positif terhadap kepatuuhan wajiib
Pajak UMKM. Pengujian menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan ditunjukkan oleh sanksi pajak
yang memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,404 yang menunjukkan arah positif, kemudian nilait-statistic 2,987
dan nilai p-values variabel sebesar0,046 yang sudah memenuhi syarat signifikansi < 0,05 sehingga hipotesis 3
terdukung.
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kualitas Pelayanan Pajak memoderasi Biaya Kepatuhan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak
Hipotesis 4 ingin menguji apakah kualitas pelayanan pajak mampu memoderasi biaya kepatuhan pajk
terhadap kepatuuhan wajiib pajak UMKM. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pajak
mampu memoderasi dengan ditunjukkan oleh nilai variabel koefisien beta sebesar 0,138 yang menunjukkan arah
memperkuat, kemudian nilait-statistic 1,988 dan nilai p-values variabel sebesar0,009 yang sudah memenuhi
syarat signifikansi < 0,05 sehingga hipotesis 4 terdukung.
Hipotesis yang kelima ingin mengujii apakah literasi pajak mampu memoderasi sanksi pajak terhadap
kepatuuhan wajiib pajak UMKM. Pengujian menyatakan bahwa literasi pajak tidak mampu memoderasi
pengaruh sanksi pajak, ditunjukkan dengan nilai variabel koefisien beta sebesar 0,027, kemudian nilait-statistic
0,235 dan nilai p-values variabel sebesar 0,653 yang belum memenuhi syarat signifikansi < 0,05 sehingga
hipotesis 5 Tidak terdukung.
Hipotesis 1 Tidak terdukung, sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Dewi, et. al., (2020)
menyatakan bahwa insentif pajakyang diberikan pemerintah selama pandemi tidak berpengaruh secara signifikan.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran lebih tentang insentif pajak yang tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM, karena menurut pengamatan penulis ada variabel lain seperti biaya yang
harus dikeluarkan dalam mengoptimalkan insentif pajak tersebut dan juga aturan yang terus berubah sehingga
membuat responden bingung dan belum memiliki minat sepenuhnya dengan pemanfaatan insentif pajak yang
diberikan oleh pemerintah, sehingga responden menjadi belum menunjukkan perilaku patuh seperti yang
seharusnya dilakukan oleh wajib pajak.
Hipotesis 2 Terdukung, sejalaan dengan peneliitian oleh Arabela Oentari et al., (2013) dan Putu Rara
(2020). Kepatuhan wajib pajak akan sangat berat untuk diwujudkan jika jalan untuk mewujudkannya
membutuhkan pengorbanan yang sangat besar seperti waktu, uang, dan tenaga. Biaya kepatuhan pajak merupakan
fakstor eksternal yang mampu memengaruhi perilakukepatuhan wajiib pajak. Wajib pajak akan
mengkesampingkan pengurusan pajak karena sistem yang terlalu berbelit dan keharusan mengikuti peraturan
pajak yang selalu diperbaharui setiap terjadi sebuah masalah baru di bidang perpajakan. Hal ini membuat wajib
pajak menjadi enggan untuk patuh karena mereka tidak dapat fokus melakukan aktivitas utama disebabkan harus
fokus mengamati dan mempelajari perpajakan dan segala kebijakannya yang cukup rumit ketika dikerjakan dalam
jangka waktu yang singkat. Ketika biaya kepatuhan pajak menjadi besar , maka akan mengurangi perilaku
kepatuhan wajib pajak UMKM dalam menyelesaikan perpajakannya dengan baik.
Hipotesis 3 Terdukung, sejalan denganpenelitian Elfin (2017), dan Dewi, et al (2020). Ketika sanksi
yang ditetapkan semakin tinggi, maka wajib pajak akan semakin patuh terhadap kewajiban perpajakannya
dikarenakan sanksi yang diberikan mungkin dapat mengakibatkan kerugian yang lebih besar dibandingkan biaya
pajak yang seharusnya dikeluarkan jika wajibpajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Wajib pajak hanya
akan memenuhi kewajiban pajaknya jika dirasa sanksi yang ditetapkan oleh pemerintah akan merugikannya jika
sanksi tersebut tidak cukup merugikannya, maka wajib pajak tersebut tidak menyelesaikan kewajiban
perpajakannya dengan baik dan tepat waktu.
Hipotesis 4 Terdukung, Belum terdapat penelitian sebelumnya yang menggunakan kualitas pelayanan
pajak untuk memoderasi biayakepatuhan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Dengan kualitas
pelayanan yang dialihkan kearah digital, membuat individu harus mengeluarkan biaya-biaya yang digunakan
dalam memenuhi kebutuhan informasi dan pemahaman perpajakan secara mandiri. Media digital membuat wajib
pajak tidak dapat terhubung secara langsung, dengan petugas pajak yang kemudian menimbulkan delay informasi
pemecahan masalah. Kualitas pelayanan yang baik akan mengurangi biaya kepatuhan yang harus dikeluarkan oleh
wajib pajak karena mereka langsung mendapatkan informasi secara efisien. Semakin baik kualitas pelayanan yang
diberikan, semakin rendah biaeya kepatuhan yang dikeluarkan oleh wajib pajak.
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hipotesis 5 Tidak terdukung, Dari hasil penelitian ini, membuktikan bahwa sanksi pajak tidak dapat
dimoderasi oleh literasi pajak. Faktor lain yang mampu memoderasi sanksi pajak adalah niat pelaku usaha yang
disini adalah wajib pajak UMKM. Penulis berasumsi bahwa literasi pajak pada dasarnya berkaitan dengan
kemampuan wajib pajak dalam memproses dan memahami informasi perpajakn kemudian mengambil langkah
mandiri untuk menentukan keputusan akhir dalammemenuhi kewajiban pepajakannya. Ketika pengetahuan pajak
yang tidak diimbangi niat untuk patuh, maka perilaku patuh yang diinginkan dari wajib pajak tidak akan terjadi.
Seperti hasil dalam hipotesis 3, menytakan bahwa wajib pajak hanya akan patuh jika dirasa sanksi pajak yang
akan diterima semakin memberatkan dan lebih besar daripada biaya pajak yang seharusnya dikeluarkan.
Penelitiansebelumnya yang dilakukan oleh Yuliati et al (2020) dan Yosi et al (2021) tentang literasi pajak
memberikan hasil sama yaitu literasi pajak berpengaruh positiif terhadap kepatuuhan wajb pajak, namun didalam
penelitian ini literasi pajak belum mampu memoderasi sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak.
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tetap dapat terjaga dan menggunakan uji bias responden, agar setiap responden yang menjawab terhindar dari bias
dan Kualitas jawaban responden sesuai dengan apa yang seharusnya diharapkan.
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
A. A. Sagung Shinta Devi dan I Ketut Budiarta. (2020). Pengaruh Tax Amnesty, Sanksi Pajak, dan Kualitas
Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. E-Jurnal Akuntansi, 30(10), 2444-
2455.
Anita Damajanti, Se.Akt Msi. (2016). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Perorangan di
Kota Semarang. ISSN 1410-9859.
Arabela Oentari et al (2013). Pengaruh Kualitas Pelayanan Petugas Pajak, Sanksi Perpajakan dan Biaya
Kepatuhan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.
Budi Ispriyarso. (2019). Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia.
Administrative Law & Governance Journal, Volume 2 issue 1, March 2019. ISSN 2621-2781 Online.
Elfin Siamena, Harijanto Sabijono, Jessy D.I. Warongan. (2017). Pengaruh Sanksi Pajak, dan Kesadaran Wajib
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Manado. Jurnal Riset Akuntansi Going
Concern Vol 12(2), 2017, 917-927.
Efrie Surya Perdana dan A. A. N. B. Dwirandra. (2020). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak,
dan Sanksi Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. E-Jurnal Akuntansi Vol. 30 No. 6, Hal. 1458-
1469. E-ISSN 2302-8556
Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2015. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro: Semarang
Lili Marlinah. (2020). Memanfaatkan Insentif Pajak UMKM Dalam Upaya Mendorong Pemulihan Ekonomi
Nasional. Jurnal IKRA-ITH Ekonomika Vol 4 No. 2 Juli 2020.
Listiyowati, Iin Indarti, Fitri Wijayanti, Freddy Aldi Setiawan. (2021). Kepatuhan Wajib Pajak UMKM di Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol 10 No. 1 Januari 2021, Hlm. 41-59.
Maria, R. U. D. Tambunan. (2020). Kebijakan Pajak Di Indonesia Untuk Kemudahan Ekonomi Saat Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Administrasi dan Kebijakan Publik. ISSN 2657-0092.
Nanik Ermawati dan Zaenal Afifi. (2018). Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Dengan Religiusitas Sebagai Variabel Pemoderasi. Prosiding SENDI_U 2018. ISBN:978-
979-3649-99-3.
Ni Nyoman Yuliati et al (2020). Literasi Pajak, Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan dan Kepatuhan Wajib
Pajak UMKM. E-ISSN 2685-3965
Putu Rara Susmita et al (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan, Biaya Kepatuhan Pajak, dan
Penerapan E-filling Pada Kepatuhan Wajib Pajak. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayanan, 14.2
Februari. Hlm. 1239-1269
Richard Andrew dan Dian Purnama Sari. (2021). Insentif PMK 86/2020 Di Tengah Pandemi Covid-19: Apakah
Memengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak UMKM Di Surabaya?. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 21 (2), 2021,
hlm. 349-366.
Ropinov Saputra dan Farah Meivira. (2020). Pengaruh Tingkat Pendidikan Pemilik, Praktik Akuntansi dan
Persepsi Atas Insentif Pajak Terhadap Kepatuhan pajak UMKM. ISSN 2303-1174.
Semy Pesireron. (2016). Pengaruh Keterampilan, Job Stress, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Auditor
Inspektorat. Jurnal Maneksi Vol. 5, No. 1, Juni 2016. ISSN:2302-9560
Supriyati et al. (2018). Kepatuhan Wajib Pajak ditengah Pandemi Covid-19.
https://www.iaijawatimur.or.id/course/interest/detail/5. Diakses 11 Mei 2021
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Sugiyono (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Syanti Dewi Dewi, Widyasari, dan Nataherwin. (2020). Pengaruh Insentif Pajak, Tarif Pajak, dan Pelayanan
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ekonomika dan
Manajemen Vol. 9 No. 2 Oktober 2020 hlm. 108-124.
Ulfah Kartini. (2018). Pengaruh Tax Amnesty dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kabupaten Purworejo Pada Tahun 2016. Skripsi. Program Studi
Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta.
Yohana Masiikah Putri Azmasary, Nuramalia Hasanah, Indah Muliasari. (2020). Pengaruh Kecerdasan
Spiritual, Penerapan Akuntansi, Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan WPOP UMKM. Jurnal
Akuntansi, Pajak, dan Auditing. Vol. 1, No. 1, Juni 2020. Hlm. 133-146.
repository.stieykpn.ac.id
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yosi Fryli Mianti et al (2021). Pengaruh Pengetahuan dan Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi dimediasi Kesadaran Wajib pajak. Jurnal ilmiah Akuntansi dan Humanika, Vol 11 No 2,
Mei – Agustus 2021 ISSN, 2599-2651
Zuli Alfina dan Nur Diana. (2021). Penharuh Insentif Pajak Akibat Covid-19, Pemahaman Pajak, Kesadaran
Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
(Studi Pada Wajib Pajak Yang Terdaftar di KPP Pratama Malang Utara). E-JRA Vol. 10 No. 04 Febuari
2021.
PMK No.23/PMK.03/2020
PMK No.44/PMK.03/2020
PMK No.74/PMK.03/2012
PMK No.86/PMK.03/2020
PMK No.110/PMK.03/220
PMK No.09/PMK.03/2021
PMK No.192/PMK.03/2007
KMK No.13/KMK.10/2021
KMK No.52/KMK.10/2020
UU No.11 Tahun 2016 Pengampunan Pajak
UU KUP No. 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1
UU KUP Pasal 12 Ayat 1
http://lipi.go.id/
https://www.ortax.org/ortax/
https://www.pajak.go.id/
https://www.pajak.com/
https://scholar.google.co.id/
https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/www-pajak-go-id-situs-resmi-pajak/
https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/06/120500865/insentif-pajak-diperpanjang-apa-saja-ketentuan-dan-
cara-mendapatkannya-?page=all
https://www.cnbcindonesia.com/tag/pajak
https://pajak.ddtc.co.id/peraturan-pajak/read/peraturan-menteri-keuangan-110pmk-032020
repository.stieykpn.ac.id