You are on page 1of 9

Reformasi Sistem Perpajakan Indonesia

di Era New Normal


Ayu Putri, Fauzan Danur, Lara Difa, Nadiyya Maulida, Selvi Julianti
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia Bandung

ABSTRACT
The COVID-19 pandemic that began at the end of 2019 has changed many aspects of life around
the world, including Indonesia. Covid-19 has had an impact on the sustainability of economic
actors. Economic actors have difficulty surviving and continuing to do business because of social
restrictions that cause a decrease in demand. The Government of Indonesia issued Government
Regulation No. 34/PMK.04/2020 on providing customs and excise facilities and taxation on
imported goods handling the Covid-19 Pandemic. Omnibus Law is the brainchild of Indonesian
President Joko Widodo to overcome regulations in Indonesia to focus on restoring state budget
receipts and in new normal circumstances the government takes decisions in tax policy, namely
implementing the utilization of digital technology. In this study, we looked at how the tax system in
Indonesia during covid-19 was bad for the Indonesian economy. In this writing using qualitative
research methods on the Indonesian Taxation System applied when covid-19 hit or also called the
New Normal era and the data collection in this writing comes from secondary data obtained from
research journals. In this case, the World Bank predicts Indonesia's GDP in 2020 will decrease.
The Director General of Taxes has made new breakthroughs, one of which is to conduct an online
system so that during the covid-19 pandemic, Indonesia's tax administration can continue to run
properly.

Keywords : Tax Law,Tax Policy,Tax Administration

ABSTRAK
Pandemi COVID-19 yang dimulai pada akhir tahun 2019 telah mengubah banyak aspek kehidupan
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Covid-19 telah berdampak pada keberlangsungan pelaku
ekonomi. Para pelaku ekonomi mengalami kesulitan untuk bertahan dan terus berbisnis karena
adanya pembatasan sosial yang menyebabkan penurunan permintaan. Pemerintah Indonesia
menerbitkan Peraturan Pemerintah No 34/PMK.04/2020 tentang memberikan fasilitas kepabeanan
dan cukai serta perpajakan atas barang impor penanganan Pandemi Covid-19. Omnibus Law
merupakan gagasan presiden RI Joko Widodo untuk mengatasi regulasi di Indonesia untuk
berfokus pemulihan penerimaan anggaran negara Dan dalam keadaan New Normal pemerintah
mengambil keputusan dalam kebijakan perpajakan yaitu memberlakukan pemanfaatkan teknologi
digital. Dalam penelitian ini melihat bagaimana system perpajakan di Indonesia disaat covid-19
berdampak buruk bagi ekonomi Indonesia. Dalam penulisan ini menggunakan metode penelitian
kualitatif mengenai Sistem Perpajakan Indonesia yang diterapkan saat covid-19 melanda atau
disebut juga era New Normal dan pengumpulan data dalam penulisan ini berasal dari data
sekunder yang diperoleh dari jurnal-jurnal penelitian. Dalam kasus ini World Bank memprediksi
GDP Indonesia pada tahun 2020 akan mengalami penurunan. Direktur Jendral Pajak telah
melakukan terobosan-terobsan baru salah satunya melakukan system daring agar selama pandemic
covid-19 adminstrasi perpajakan Indonesia dapat terus berjalan dengan semestinya.
Kata Kunci : Kebijakan Perpajakan,Hukum Perpajakan,Administrasi Perpajakan
PENDAHULUAN

Kemunculan Covid-19 menyebabkan perubahan atas segala aspek


kehidupan yang telah biasa kita jalani terpaksa untuk melakukan perubahan.
Perubahan ini dinamai atau disebut juga New Normal, dalam perubahan ini
mengalami pembatasan aktivitas salah satu dampak kegiatan ini adalah kegiatan
perekonomian Indonesia yang mengalami penghambatan. Maka pemerintah
memutuskan untuk menyelamatkan negara dengan memberlakukan cara hidup
baru, atau menyebutnya dengan "Era Normal"[1], seperti menjalani gaya hidup
bersih dan sehat dan memakai masker hingga ditemukan vaksin. Kenormalan baru
bagi sektor ekonomi bertujuan untuk memulihkan aktivitas masyarakat, termasuk
meningkatkan pendapatan yang hilang sementara akibat pembatasan. Selama
pandemi Covid-19, negara akan membutuhkan banyak anggaran untuk memenuhi
segala kebutuhannya. Perwujudan kesejahteraan bersama dapat dicapai melalui
kontribusi aktif warga negara kepada negara dalam bentuk pajak. Pemerintah
Indonesia telah memberikan berbagai insentif perpajakan dengan
mengembangkan berbagai paket kebijakan yang ditujukan untuk kemudahan
ekonomi bagi masyarakat, selain perubahan anggaran yang fokus pada
pengelolaan Kesehatan[2].

PERPPU nomor 1 Tahun 2020 mengatur antara lain bentuk insentif dan
relaksasi di bidang perpajakan. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk
memfasilitasi pengobatan dan penanggulangan Covid-19 serta mendorong
momentum ekonomi. Kebijakan perpajakan memberikan insentif perpajakan dan
penurunan tarif pajak badan dari 25% menjadi 22% (dua puluh dua persen) yang
akan diterapkan pada tahun pajak 2020 dan tahun pajak 2021 kemudian
diturunkan kembali menjadi 20% pada tahun anggaran. 2022. Wajib Pajak Dalam
Negeri berbentuk perusahaan saham gabungan dengan jumlah saham yang disetor
yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia paling sedikit 40% memenuhi
persyaratan tertentu, tarif pajak yang lebih rendah 3%[3].

Dalam konotasi aturan yang memuat kewenangan atau hak pemerintah


sebagai pemungut pajak dan masyarakat sebagai pembayar pajak, melainkan
dalam aturan perpajakan khusus yang seharusnya digunakan untuk memitigasi
dampak pandemi Covid19 terhadap perekonomian masyarakat luas[4]. Entah
bagaimana, melalui penerapan undang-undang perpajakan, pemerintah harus
menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan produktivitas
sektor-sektor tertentu yang terdampak pandemi COVID-19 agar tidak menekan
masyarakat dengan pemungutan pajak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai paradigma penelitian.


Pendekatan kualitatif adalah pendekatan di mana penelitian diarahkan pada studi
yang berkaitan dengan fenomena di masyarakat. Pendekatan kualitatif digunakan
untuk menjelaskan sistem perpajakan yang ada di Indonesia untuk membantu
mengatasi tekanan ekonomi akibat pandemi Covid19. Selanjutnya, pendekatan ini
juga digunakan untuk mengurangi tekanan ekonomi di dalam negeri.

PEMBAHASAN

Sistem perpajakan adalah sistem yang terdiri dari unsur yang meliputi
hukum Pajak (Tax Law), Kebijakan Perpajakan (Tax Policy), dan Sistem
Administrasi Perpajakan (Tax Administration) yg terintegrasi buat mencapai
tujuan yaitu penerimaan pajak yg optimal. Ketiga unsur tadi saling menunjang
sehingga masing-masing unsur harus sama-sama kuat serta stabil [5]. Hukum
pajak (tax law) artinya keseluruhan asal peraturan perundang-undangan yang
mengatur hukum antara pemerintah menjadi pemungut pajak dengan warga
sebagai wajib Pajak [6]. Kebijakan Perpajakan artinya bagian krusial dalam sistem
perpajakan, berupa perencanaan, program-program, juga keputusan yang
dirumuskan buat mencapai tujuan optimalitas penerimaan pajak[7]. Reformasi
Perpajakan merupakan perubahan sistem perpajakan yang lebih efektif, lebih
efisien dan lebih produktif. Perubahan sistem perpajakan ini mengarah kepada
peningkatan kinerja perpajakan, yaitu optimalisasi penerimaan pajak. Reformasi
perpajakan merupakan perubahan sistem perpajakan yang melingkupi pula
perumusan kebijakan perpajakan maupun hukum pajak yang mendasari perubahan
Sistem Administrasi Perpajakan yang akan diterapkan[8]. Administrasi
Perpajakan merupakan proses dinamis secara terus menerus dalam kegiatan
pemungutan pajak dengan melibatkan Sumber Daya Manusia, baik fiskus maupun
Wajib Pajak, untuk mencapai optimalisasi realisasi Penerimaan Pajak

Pandemi adalah sebuah epidemi yang telah menyebar ke beberapa negara


atau benua, dan umumnya menjangkiti banyak orang. Sementara, epidemi
merupakan istilah yang digunakan untuk peningkatan jumlah kasus penyakit
secara tiba-tiba pada suatu populasi di area tertentu.Istilah pandemi tidak
digunakan untuk menunjukkan tingkat keparahan suatu penyakit, melainkan
hanya tingkat penyebarannya saja[9]. Dalam kasus saat ini, covid-19 menjadi
pandemi pertama yang disebabkan oleh virus corona. Covid-19 telah
menghasilkan hasil yang dramatis penurunan pengeluaran konsumsi pribadi untuk
perawatan kesehatan, restoran, dan penginapan[10].

Negara maupun badan-badan swasta dipaksa merencanakan ulang


berbagai prioritas ekonomi dan finansial, mengalokasikan kembali berbagai
sumber daya untuk menghadapi dampak wabah pandemi Covid- 19[11]. Terkait
dengan pengaruh perpajakan terhadap perekonomian, Pemerintah sebagai fungsi
regulator dan stabilisator memiliki peran melalui kebijakan fiskal yang ditempuh.
Telah digambarkan bagaimana pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Pendapatan Domestik Bruto Indonesia juga besarnya porsi penerimaan perpajakan
pada struktur APBN Indonesia saat ini. Akibat Covid-19, pemerintah telah
melakukan banyak upaya untuk menjaga kondisi ekonomi. Pemerintah dalam hal
ini terus membenahi segala kebijakan agar berdampak positif pada berbagai sektor
yang terdampak Covid-19. Dalam keadaan normal, salah satu sumber utama untuk
pendanaan berbagai kebutuhan bantuan dan subsidi untuk masyarakat dan entitas
bisnis yang terdampak pandemi Covid-19 diperoleh dari sumber kekayaan negara
dan anggaran yang dikumpulkan dari pemungutan pajak oleh wajib pajak.

Mengingat hal ini, serta berbagai persoalan perpajakan yang dialami


selama masa pandemi Covid-19, penegakan hukum perpajakan harus ada untuk
membangun ketahanan ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Salah satu tujuan
hukum perpajakan di masa pandemi COVID-19 adalah memperluas basis pajak.
Dalam hal ini, peraturan perpajakan harus mampu meningkatkan kepatuhan
sukarela wajib pajak yang tinggi. emerintah mengupayakan memprioritaskan
kualitas kesehatan serta stabilitas perekonomian nasional, melalui perhatian penuh
pada belanja sektor kesehatan, jaring pengaman sosial, serta pula pemulihan
perekonomian secara menyeluruh [12].

Kebijakan perpajakan yang mencakup kriteria seperti hak atas pembebasan


pajak, seperti pedoman pajak untuk dana pengembangan usaha dan hibah.
Kebijakan fiskal Indonesia di masa pandemi Covid-19 dilaksanakan untuk
menjaga perolehan penerimaan pajak. Salah satu kebijakan perpajakan adalah
penentuan tarif pajak, maka perlu adanya kebijakan pemerintah untuk menentukan
tarif pajak yang wajar atau efektif yang berpengaruh positif terhadap nilai
investasi. Tentu dalam menjalankan kebijakan tersebut perlu adanya kerjasama
dari masyarakat dan pemerintah untuk bersama-sama menghadapi pandemi covid-
19 yang bukan saja bekerjasama dalam hal sektor moneter saja, namun dalam segi
kebijakan fiskal pun perlu juga diperhatikan. Dalam hal kebijakan fiskal tentu
perlu adanya strategi terhadap barang yang dihasilkan sekaligus bagaimana
kaitannya dengan inflasi pada perekonomian di Negara kita dalam menghadapi
dampak virus covid-19. Dampak covid-19 di Indonesia sudah terlihat hampir di
semua sektor, mulai dari ketenaga kerjaan hingga kinerja industri di setiap sektor
tanah air. Karena hal ini yang akan menyebabkan penurunan kinerja industri
dalam hal pengolahan dan tenaga kerja, mulai dari produksi barang, hingga
permintaan produk baru, serta terkait ketenagakerjaan, banyak pekerja yang di-
PHK. Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi adanya penurunan pendapatan
negara sebesar 10 persen pada tahun 2020. Penurunan pendapatan ini merupakan
akibat dari penyebaran wabah Covid-19. Penurunan ini terdampak pada
penerimaan perpajakan yang diterima Negara[13].

Namun seiring dinamika ekonomi akibat dampak pandemi yang semakin


meluas, pemerintah tidak hanya memberikan kemudahan administrasi, tetapi juga
meyakini perlu memberikan keterjangkauan dan relaksasi dalam skala yang lebih
besar, termasuk kemudahan bagi pelaku usaha. Perusahaan yang bergerak di
bidang tertentu mendapatkan keringanan pajak terkait dengan kegiatan impor,
hingga penurunan tarif pajak penghasilan badan. Anggaran pemerintah dapat
menyelaraskan/merevisi anggaran yang ada dalam APBN untuk mengoptimalkan
penggunaannya di masa pandemi Covid-19. Selain itu, kebijakan new normal
baru-baru ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut..

banyak pihak mengklaim bahwa reformasi sistem perpajakan pada


Indonesia sudah cukup sukses karena dari sisi penerimaan pajak aktual telah
melebihi penerimaan pajak yg ditargetkan serta semakin banyaknya wajib pajak
yg terdaftar. Selama satu dekade terakhir, reformasi perpajakan semakin didukung
dengan adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan seiring dengan
berkembangnya gosip, komunikasi, dan teknologi. berbagai perangkat lunak
teknologi terkait perpajakan gencar diciptakan dan disosialisasikan pada para
masyarakat dengan maksud mempermudah prosedur pembayaran pajak.

KESIMPULAN

Penelitian ini mencoba mendeskripsikan penerapan sistem pajak di Indonesia pada


masa pandemi COVID-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pandemi
COVID-19 telah mempengaruhi perekonomian masyarakat Indonesia oderasi
kebijakan insentif pajak akan melemahkan dampak pandemi Covid19 terhadap
reformasi perpajakan. Namun, melihat dinamika ekonomi dampak dari pandemi
semakin meluas, pemerintah tidak hanya memberikan kemudahan administrasi,
namun pemerintah juga memandang perlu untuk diberikan kemudahan dan
relaksasi ekonomi dengan skala yang lebih luas, termasuk kemudahan bagi
korporasi melalui pengurangan beban pajak sesuai dengan kapasitas fiskal
Indonesia. Moderasi kebijakan insentif pajak mengintensifkan dampak krisis
keuangan global terhadap reformasi pajak. Dari sisi penawaran, insentif pajak
yang diciptakan ditujukan untuk menjaga likuiditas para pelaku ekonomi. Dari sisi
permintaan, insentif pajak yang diciptakan ditujukan untuk menjaga daya beli
masyarakat. Perilaku wajib pajak didorong untuk menggunakan sumber daya
online saat menggunakan layanan pajak. Selanjutnya, hasil lain dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pelayanan administrasi perpajakan terkait data dasar wajib
pajak semakin menurun. Penurunan ini dapat diartikan bahwa pandemi COVID19
memberikan tekanan pada kegiatan ekonomi masyarakat. Pemutakhiran kebijakan
dan upaya pemerintah diharapkan dapat berjalan dengan baik dan terarah sehingga
sistem perekonomian negara dapat pulih kembali.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Clemens, J., & Veuger, S. (2020). Implications of the COVID-19 pandemic for state
government tax revenues. National Tax Journal, 73(3), 619-644.
[2] Waid, A. (2020). Penegakan Hukum Pajak untuk Meneguhkan Ketahanan Ekonomi
Indonesia di Tengah Pendemi Covid-19. JURNAL LABATILA, 3(02), 73-96.
[3] Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1/202 Tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona
VirusDisease 2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman
Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan Stabilitas Sistem Keuangan.
[4] Padyanoor, A. Kebijakan Pajak Indonesia Menanggapi Krisis COVID-19: Manfaat bagi
Wajib Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 30(9), 2216-2230.
[5] Siti Kurnia Rahayu. (2013). Perpajakan Indonesia: Konsep & Aspek Formal Cetakan
Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu
[6] Atmosudirdjo, Prajudi. (1994). Hukum Administrasi Negara. Jakarta : Ghalia Indonesia
[7] Tambunan, M. R. (2020). Kebijakan Perpajakan di Indonesia untuk Kemudahan Ekonomi
saat Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Administrasi Dan Kebijakan Publik, 5(2),
173-192.
[8] Agatha, Ryan. (2021). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Aktivitas Perpajakan
(Penggunaan Layanan Daring, Intensitas Layanan Administrasi Pajak, dan
Perilaku Kepatuhan Pajak. E-Jurnal Perpajakan. Vol 2, No 2, ISSN 2686-5718
[9] Kumala, R., Junaidi, A., Bisnis, S., Kebijakan, D. P., Di…, P., Di, P., … Junaidi, D. A.
(2020). E commerce Dorong Perekonomian Indonesia, Selama Pandemi Covid
19
sebagai Entrepreneur Modern dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Offline.
Prosiding Seminar STIAMI, 7(2), 98–103
[10] Clemens, J., & Veuger, S. (2020). Implications of the Covid-19 Pandemic for State
Government Tax Revenues. National Tax Journal, vol 73(3), pages 619-644
[11] Adiyanta, F. S. (2020). Fleksibilitas Pajak sebagai Instrumen Kebijaksanaan Fiskal
untuk
Mengantisipasi Krisis Ekonomi sebagai Akibat Dampak Pandemi Covid-19.
Administrative Law and Governance Journal, 3(1), 162–181.
[12] Cheisviyanny, C. (2020). Memulihkan Penerimaan Pajak Pasca Pandemi Covid-19.
Jurnal
Pajak Indonesia. Vol.4, No.1, Hal 21-28
[13] https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/pandemi-covid-19-mempengaruhi-kinerja-
apbn-2020/

You might also like