You are on page 1of 14

ISSN : 0852-3681 Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1): 28 - 39

E-ISSN : 2443-0765 Available online at http://jiip.ub.ac.id/

Penggunaan Konsentrat hijau untuk Meningkatkan Produksi Ternak


Kelinci New Zealand White
Eko Marhaeniyanto dan Sri Susanti
Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang
Jl. Telaga warna Blok C, Tlogomas, Malang, Jawa Timur

Correspondence author: marhaeniyanto@unitri.ac.id

ABSTRACT: The in-vivo experimental study on rabbit animals mixed of Moringa


oleifera, Lamk (MOL), Gliricidia sepium, Paraserianthes falcataria and Ceiba pentan-
dra leaf meal (1: 1: 1: 1 ratio) of 10%, 20% and 30% in concentrate feed (= green con-
centrate). The research was conducted at "Mandiri" Breeders Association, Kagrengan
Ngijo Karangploso. The research aimed to evaluate the use of green concentrate with
forage of cabbage leaves on feed intake, digestibility, digestible intake and average dai-
ly gain (ADG) of rabbit. The method used was the experimental method, arranged in
Randomized Block Design (RBD) with 4 treatments and 4 groups. The treatments ap-
plied were P0 (basal diet+concentrate 18% crude protein/CP, without leaf meal), P1 (ba-
sal diet+green concentrate 18%CP with 10% mixed leaf meal), P2 (basal diet+green
concentrate 18%CP with 20% mixed leaf meal), P3 (basal diet+green concentrate
18%CP with 30% mixed leaf meal). The measured variables were feed intake, digesti-
bility, digestible intake and average daily gain of rabbit.The results showed that the use
of 10 to 30% mixed leaf meal in green concentrate of rabbits provide to produce ADG
higher than concentrate without leaf meal. During the study, rabbit’s body weight in-
creased to 1.8-2.3 kg head-1. Supplementation of mixed leaf meal up to 30% on green
concentrate can produce feed intake of 4-5% dry matter (DM) from body weight, and
ADG up to 19.83 ± 7.21 g head-1day-1.

Keywords: green concentrate, mixed leaf meal, rabbit

PENDAHULUAN Pakan yang berkualitas baik akan dapat


Usaha ternak kelinci sederhana, menghasilkan kelinci dengan produksi
mudah dilaksanakan dan diharapkan yang baik dan daging yang berkualitas.
dapat memenuhi sebagian kebutuhan Pakan dalam jumlah cukup yang
protein hewani masyarakat. Ternak ke- mengandung karbohidrat, protein, le-
linci adalah salah satu komoditas peter- mak, mineral, vitamin dan air sangat
nakan yang dapat menghasilkan daging diperlukan kelinci pada masa pertum-
berkualitas tinggi, dimana kandungan buhan, yaitu membutuhkan Digestible
protein daging kelinci 18,7%, kadar le- Energy (DE) 2500kkal/kg, TDN 65%,
mak lebih rendah (6,2%), jika serat kasar 10-12%, protein kasar 16%
dibandingkan dengan lemak daging sapi dan lemak 2% (NRC, 1977).
yang dapat mencapai 18,3% sedang le-
mak domba 17,5 % (Rukmana, 2005).

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 28
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

Kelinci merupakan komoditas budidaya kelinci sangat relevan dan


peternakan yang potensial sebagai cocok sebagai alternatif usaha bagi
penyedia daging, karena pertumbuhan petani dengan lahan terbatas dan tidak
dan reproduksi cepat. Satu siklus mampu memelihara ternak besar
reproduksi seekor kelinci dapat (Lestari, 2004). Kelangsungan hidup
memberikan 8–10 ekor anak pada umur kelinci sangat ditentukan oleh perhatian
8 minggu, bobot badannya dapat dan perawatan. Jenis, jumlah dan mutu
mencapai 2 kg atau lebih. Secara pakan yang diberikan sangat
teoritis, seekor induk kelinci dengan menentukan pertumbuhan, kesehatan
berat 3-4 kg dapat menghasilkan 80 kg dan perkembangbiakan kelinci.
karkas pertahun (Farel dan Raharjo, Kemampuan kelinci menggunakan
1984). Kelinci-kelinci yang popular un- berbagai jenis pakan, memudahkan
tuk dikembangkan di Indonesia adalah kelinci untuk dipelihara di berbagai
jenis New Zealand dan California (Pu- tempat dengan memanfaatkan potensi
tra dan Budiasana, 2006). Kelinci New sumber daya pakan lokal. Diharapkan
Zealand White berasal dari New Zea- dengan budidaya kelinci, petani
land memiliki ciri-ciri bulu putih mulus, peternak mampu meningkatkan
padat, tebal dan agak kasar kalau diraba, pendapatan selain itu juga akan
serta bermata merah. Keunggulan ke- meningkatkan asupan gizi keluarga atau
linci ini adalah memiliki pertumbuhan masyarakat.
yang cepat, karena itu cocok untuk
Kelinci mengkonsumsi hijauan
diternakkan sebagai penghasil daging
dan pakan konsentrat (Lestari, 2004).
komersial dan kelinci percobaan di la-
Kelinci mengkonsumsi limbah sayuran
boratorium. Bobot anak umur 58 hari
seperti kangkung, sawi, daun wortel,
sekitar 1,8 kg, bobot umur 4 bulan men-
kubis/kol. Hijauan untuk pakan kelinci
capai 2-3 kg, dewasa rata-rata 3,6 kg.
diberikan dalam bentuk segar. Kemam-
Setelah lebih tua bobot maksimal men-
puan kelinci mencerna serat kasar dan
capai 4,5-5 kg. Jumlah anak yang
lemak makin bertambah setelah kelinci
dilahirkan rata-rata 50 ekor pertahun.
berumur 5-12 minggu. Untuk
Persentase karkas 50-60% dari bobot
menunjang produktivitasnya, kelinci
hidup, dan menghasilkan daging ± 1-1,5
perlu mendapatkan konsentrat.
kg per ekor (Lestari, 2004; Sarwono.
Penggunaan daun tanaman terdiri dari
2005). Daging kelinci memiliki kadar
daun kelor (Moringa oleifera, Lamk),
protein tinggi, yakni 20,10%, dengan
gamal (Gliricidia sepium), sengon
kadar lemak, kolesterol dan energi yang
(Paraserianthes falcataria) dan randu
rendah (Dwiyanto, Sunarlin dan Sitorus,
(Ceiba pentandra) dalam bentuk tepung
1985), sedangkan menurut Sartika
daun dengan perbandingan (1:1:1:1)
(1995) kandungan protein tinggi 25%,
sebanyak 10%, 20%, 30% dalam pakan
rendah lemak 4%, kadar kolesterol dag-
konsentrat (selanjutnya disebut konsen-
ing juga rendah yaitu 1,39 g/kg.
trat hijau) diharapkan dapat sebagai
Kombinasi antara modal kecil, sumber suplemen alternatif pakan ter-
jenis pakan yang mudah dan nak kelinci pada khususnya dan ternak
perkembangbiakan cepat sehingga cepat di Indonesia pada umumnya.
pula menghasilkan produk, menjadikan

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 29
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

Permasalahan dalam penelitian ini dang bertingkat sistem bateray terbuat


adalah bagaimana pengaruh dari besi. Ukuran petak kandang adalah
penggunaan daun tanaman terdiri dari panjang 60 cm, lebar 50 cm dan tinggi
daun kelor, gamal, sengon dan randu 50 cm. Kandang tersebut ditempatkan
dalam bentuk tepung daun dengan per- dengan ketinggian 30 cm dari atas
bandingan (1:1:1:1) sebanyak 10%, permukaan tanah. Di bawah petak kan-
dang dipasang papan triplek
20%, 30% dalam pakan konsentrat
/alumunium untuk menampung sisa
(konsentrat hijau) terhadap konsumsi,
pakan yang tercecer. Pakan yang
kecernaan pakan dan pertambahan bo- diberikan terdiri dari daun kubis
bot badan pada kelinci New Zealand sebagai pakan hijauan, dan pakan kon-
White jantan. sentrat perlakuan. Pakan konsentrat
perlakuan menggunakan campuran
Tujuan penelitian untuk
daun tanaman terdiri dari daun kelor,
mempelajari penggunaan konsentrat
gamal, sengon dan randu dalam bentuk
hijau terhadap konsumsi pakan,
tepung daun dengan perbandingan
kecernaan, konsumsi tercerna dan
(1:1:1:1) sebanyak 10%, 20%, 30%
pertambahan bobot badan kelinci New
dalam dalam pakan konsentrat (konsen-
Zealand White jantan.
trat hijau). Komposisi bahan dan kan-
dungan nutrien konsentrat perlakuan
MATERI DAN METODE
disajikan pada Tabel 1. Pemberian
Penelitian dilaksanakan di kan-
daun kubis segar dari masing-masing
dang milik Assosiasi Peternak Kelinci
perlakuan dan air minum diberikan
Mandiri di dusun Kagrengan, Ngijo, secara ad-libitum. Pakan konsentrat
Karangploso, Malang. Materi penelitian diberikan sebanyak 2% bahan kering
menggunakan 16 ekor kelinci New Zea- (BK) dari bobot badan pada pukul
land White umur ± 3 bulan dengan berat 07.00 dan daun kubis pada pukul
badan awal 1553,43±216,17g/ekor 10.00-15.00 WIB. Alat-alat yang
yang sehat secara klinis. Kelinci ini digunakan dalam penelitian ini adalah:
dibeli di peternakan “Mandiri” dusun tempat pakan, tempat minum, gelas
Kagrengan, Ngijo, Karangploso milik ukur, skop, sapu lidi, timbangan
Bapak Winarto. (Ohaus dengan kapasitas 2610±0,01 g),
ember, plastik, karung, parang/sabit.
Kandang yang digunakan adalah kan-

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 30
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

Tabel 1. Komposisi bahan dan kandungan nutrien konsentrat perlakuan P0, P1,
P2 dan P3 selama penelitian
Bahan penyusun Komposisi konsentrat perlakuan
Konsentrat hijau P0 P1 P2 P3
Daun kelor 0,0 2,5 5,0 7,5
Daun gamal 0,0 2,5 5,0 7,5
Daun sengon 0,0 2,5 5,0 7,5
Daun randu 0,0 2,5 5,0 7,5
Pollard 20,0 17,0 15,0 9,0
Dedak padi 28,0 21,0 16,0 10,0
Bungkil kelapa 20,0 20,0 15,0 15,0
Bungkil kedelai 16,0 14,0 18,0 22,0
Kulit kopi 10,0 12,0 10,0 8,0
Tetes 5,0 5,0 5,0 5,0
Mineral+ garam 1,0 1,0 1,0 1,0

Kandungan nutrien* P0 P1 P2 P3
Bahan kering (%) 83,91 86,24 86,19 86,20
Bahan organik (%) 88,33 88,69 89,19 89,13
Protein kasar (%) 18,27 18,16 18,20 18,35
Serat kasar (%) 15,22 21,87 30,30 21,98
Lemak kasar (%) 4,03 4,78 4,18 4,07
Keterangan :* Hasil analisis Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 31
ISSN : 0852-3681 Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 27 (1): 28 - 39
E-ISSN : 2443-0765 Available online at http://jiip.ub.ac.id/

Metode yang digunakan dalam lakukan pengamatan jumlah kon-


penelitian ini adalah metode percobaan, sumsi pakan, dan tahap adaptasi
dirancang dalam rancangan acak ke- diakhiri apabila konsumsinya sudah
lompok (RAK) dengan empat perlakuan konstan.
dan diulang sebanyak 4 kali, sebagai
▪ Tahap koleksi data, yaitu tahapan
berikut:
kelinci diberi pakan sesuai perlakuan
P0: Pakan hijauan+konsentrat, PK 18%, masing-masing. Selama tahap
tanpa daun tanaman koleksi data, dilakukan pencatatan
terhadap jumlah pakan pemberian,
P1: Pakan hijauan+ konsentrat hijau, PK
sisa pakan, berat feses, dan pen-
18%, menggunakan campuran daun
imbangan berat badan kelinci. Pem-
tanaman 10%
berian pakan konsentrat dilakukan
P2: Pakan hijauan + konsentrat hijau, dua kali sehari yaitu pada pagi hari
PK 18%, menggunakan campuran pukul 07.00 WIB dan sore hari pada
daun tanaman 20% pukul 15.30 WIB, sedangkan pakan
daun kubis diberikan pada
P3: Pakan hijauan + konsentrat hijau, pukul15.00 WIB, air minum diberi-
PK 18%, menggunakan campuran kan secara ad libitum. Pencatatan
daun tanaman 30% konsumsi pakan dan sisa pakan dil-
Variabel yang diukur dalam akukan setiap hari. Koleksi feses
penelitian adalah (1) Konsumsi bahan dilakukan dengan mengumpulkan
kering (KBK), konsumsi bahan organik feses yang dihasilkan dalam 24 jam
(KBO), konsumsi protein kasar (KPK), dari setiap perlakuan selama 9 hari.
konsumsi serat kasar (KSK) dan kon- Feses basah yang dikumpulkan
sumsi lemak kasar (KLK);(2) ditimbang lalu dijemur di bawah
Kecernaan bahan kering (KcBK) dan sinar matahari hingga kering
kecernaan bahan organik (KcBO); (3) kemudian ditimbang. Feses kering
Konsumsi BK Tercerna (KBKT) dan diambil sampel sebanyak 10% dan
konsumsi BO tercerna (KBOT) serta (4) dianalisis kandungan bahan kering
Pertambahan bobot badan pada kelinci dan bahan organiknya. Penimbangan
New Zealand White jantan. berat badan dilakukan 1 minggu
sekali, dilakukan sebelum kelinci
diberi pakan. Data dari penelitian di-
Penelitian dilaksanakan dengan analisis ragam dalam rancangan acak
tahapan sebagai berikut: kelompok (RAK). Apabila hasilnya
menunjukkan pengaruh yang nyata
▪ Tahap adaptasi, dilakukan selama 1 (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01)
minggu, bertujuan agar kelinci mam- maka dilanjutkan dengan uji beda
pu beradaptasi terhadap pakan nyata jujur /BNJ (Sastrosupadi,
percobaan. Pada periode ini kelinci 2000).
dibiasakan berada di dalam kandang
individu, dan mulai diberikan pakan
percobaan. Pada tahap adaptasi, di-

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 32
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2. Konsumsi bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar dan lemak
kasar dari ternak kelinci New Zealand White jantan yang diberi pakan
perlakuan selama penelitian
Perlakuan KBK KBO KPK KSK KLK
---------------------------------(g/ekor/hr)-------------------------------------------
P0 98,01a+3,29 90,75a+4,75 16,56a+2,13 15,60a+2,59 2,06a+0,18

P1 118,04b+2,18 109,28b+5,29 22,02b+4,12 17,47a+3,47 2,81a+0,13

P2 113,36b+5,56 103,79b+5,87 22,46b+2,23 17,53a+4,61 3,05a+0,23

P3 106,14ab+3,42 96,55ab+4,68 22,51b+3,45 16,34a+3,61 3,19a+0,15

Keterangan : konsumsi bahan kering (KBK), konsumsi bahan organik (KBO), kon-
sumsi protein kasar (KPK), konsumsi serat kasar (KSK) dan konsumsi le-
mak kasar (KLK). a)superskrip yang sama pada baris yang sama menunjuk-
kan perbedaan tidak nyata (P>0,05), a-b)superskrip yang berbeda pada baris
yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Penelitian ini menguji pemberian pakan mencukupi kebutuhan pertumbuhan ke-


konsentrat hijau dengan memanfaatkan linci. Hal ini seperti yang dinyatakan
daun kelor, gamal, sengon dan randu Sarwono (2004) bahan pakan yang
sebagai sumber protein alternatif, dan dapat diberikan kepada ternak adalah
pakan hijauan daun kubis. Pemanfaatan mengandung zat-zat gizi (nutrien), ber-
pakan konsentrat hijau dengan men- manfaat dan tidak menggangu ternak,
goptimalkan potensi lokal yaitu serta memenuhi nutrien seperti air, kar-
penggunaan daun kelor, gamal, sengon bohidrat, protein, lemak, vitamin dan
dan randu akan menghasilkan pakan mineral.
dengan harga lebih murah dibandingkan
pakan konsentrat komersial di poultry
Konsumsi
shop. Pemberian pakan konsentrat Kebutuhan akan kuantitas/zat
berkualitas sangat dibutuhkan untuk gizi pakan berbeda menurut bangsa,
menunjang produktivitas kelinci. umur, ukuran tubuh dan status fisiologis
Sementara itu, daun kubis cocok untuk ternak. Pakan merupakan salah satu
pakan ternak kelinci karena memiliki faktor penting dalam pemeliharaan ter-
kadar serat cukup bagus untuk dicerna nak kelinci, selain faktor pemilihan bibit
(Putra dan Budiasana, 2006). dan tata laksana pemeliharaan yang
Tepung daun memiliki komposisi baik. Pemberian pakan dalam usaha pe-
nutrien yang sangat penting untuk ternakan perlu memperhatikan pemili-
menunjang kesehatan dan untuk han bahan pakan sebagai penyusunan

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 33
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

ransum yang sesuai dengan kondisi dan BK, BO dan PK pada P1, P2, dan P3 di-
kemampuan fisiologis pencernaan dari harapkan berdampak pada peningkatan
ternak kelinci. Ternak kelinci sebagai bobot badan kelinci.
ternak pseudoruminansia mempunyai
Berdasarkan hasil analisis ragam
keunikan dalam hal kapasitas, sifat dan
menunjukkan bahwa perlakuan
faal dari saluran pencernaanya. Keu-
memberikan pengaruh yang tidak
nikan ini adalah kemampuan kelinci
berbeda nyata (P>0,05) terhadap KBK
untuk melakukan coprophagy.
dan KBO. Hal ini menunjukkan bahwa
Kandungan zat makanan yang keempat pakan perlakuan mempunyai
dikonsumsi kelinci akan dipergunakan tingkat palatabilitas yang relatif sama.
untuk hidup pokok, produksi dan seba- Menurut Prawirodigdo, Yuwono dan
gian lagi sebagai cadangan energi Andayani, (1995), palatabilitas pakan
(NRC, 1977). Pakan yang baik untuk mempengaruhi jumlah konsumsi pakan,
ternak kelinci adalah cukup bagus un- yang akan berdampak pada KBK dan
tuk dicerna (Putra dan Budiasana, KBO. Ditambahkan Parakkasi (1999)
2006). Wahyu (2004) berpendapat bah- bahwa, tinggi rendahnya konsumsi
wa hal yang perlu diperhatikan dalam pakan dipengaruhi oleh palatabilitas
pemberian pakan adalah mengetahui seperti bau, rasa dan tekstur pakan
jumlah konsumsi per ekor per hari, perlakuan. Penggunaan daun kelor,
kebutuhan protein, kandungan energi gamal, sengon dan randu dalam bentuk
pakan, serat kasar dalam pakan dan le- tepung daun dengan perbandingan
mak kasar dalam pakan. (1:1:1:1) sebanyak 10%, 20%, 30% da-
lam dalam pakan konsentrat (konsentrat
Konsumsi pakan adalah jumlah
hijau) yang ditambahkan dalam pakan
pakan yang masuk dalam saluran pen-
perlakuan memiliki ciri berwarna hijau,
cernaan kelinci atau pengurangan pakan
bau harum, tekstur kecil dan rasanya
pemberian terhadap pakan sisa. Pakan
hambar. Kondisi pakan tersebut
pemberian haruslah disesuaikan dengan
memungkinkan ternak kelinci
kebutuhan ternak kelinci. Rataan kon-
mengkonsumsi pakan dalam jumlah
sumsi bahan kering, bahan organik, pro-
yang hampir sama, sehingga
tein kasar, serat kasar dan lemak kasar
mengakibatkan tidak adanya perbedaan
dari ternak kelinci New Zealand White
yang nyata pada KBK dan KBO pada
jantan yang diberi pakan perlakuan
setiap perlakuan.
selama penelitian disajikan pada Tabel
2. Memperhatikan hasil penelitian Pakan pemberian haruslah dis-
pada Tabel 2. pemberian pakan perla- esuaikan dengan kebutuhan ternak ke-
kuan dengan penambahan tepung daun linci, terutama kebutuhan bahan kering.
pada P1, P2, dan P3 memberikan hasil Menurut NRC (1977) untuk pertum-
secara nyata (P<0,05) lebih meningkat- buhan normal yaitu 5-8% dari bobot
kan konsumsi BK, BO dan PK. Kon- badan, sedangkan menurut Wahyu
sumsi BK, BO dan PK pada P1, P2, dan (2004) kebutuhan bahan kering untuk
P3 meningkat secara nyata (P<0,05) ter- kelinci yang sedang tumbuh yaitu seki-
hadap P0, namun untuk konsumsi SK tar 3-5% dari bobot hidup.
dan LK tidak berbeda nyata (P>0,05)
antar perlakuan. Peningkatan konsumsi

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 34
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

Hasil penelitian menunjukkan makin tinggi kandungan serat kasar pa-


capaian konsumsi BK pada kisaran 4- kan maka daya cernanya semakin ren-
5% bobot badan. Pakan yang diberikan dah (Ensminger, 1990). Pakan perla-
sudah sesuai standar kebutuhan. Sar- kuan yang diberikan memiliki kan-
wono (2004), Hendayana dan Togatorp dungan SK berkisar dari 12,38-15,77%.
(2003) menyatakan bahwa pakan kelinci Konsumsi SK secara statistik juga
berupa hijauan sebaiknya diimbangi menunjukkan perbedaan yang tidak
dengan konsentrat. Pemberian hijauan nyata antar perlakuan, dan hal ini juga
650-700 gram hijauan/ekor/hari. Jumlah berkontribusi terhadap nilai KBK dan
pakan tiap harinya bervariasi berdasar- KBO yang relatif sama pula.
kan ukuran atau besar kecil serta taha-
Tepung daun kelor, gamal, sen-
pan atau tingkatan produksinya. Kelinci
gon dan randu dalam bentuk tepung
muda umur 2-5 bulan dengan bobot
daun dengan perbandingan (1:1:1:1)
badan 2-4 kg/ekor membutuhkan 120-
sebanyak 10%, 20%, 30% dalam dalam
180 gram konsentrat/hari.
pakan konsentrat (konsentrat hijau) ini
Pakan perlakuan yang diuji dapat dimanfaatkan semaksimal mung-
diformulasikan dengan kadar PK 18%. kin karena tersedia sepanjang masa di
Kebutuhan PK kelinci pertumbuhan negara Indonesia, sebab mampu hidup
menurut NRC (1977) adalah 16%. Pa- di tanah yang relatif kering dan per-
kan yang diberikan pada kelinci harus bukitan. Potensi alam yang dimiliki ini
memenuhi kebutuhan biologis dalam perlu dimanfaakan semaksimal mung-
tubuh ternak, sehingga formulasi pakan kin untuk memenuhi kebutuhan pakan
konsentrat dengan kandungan PK 18% ternak sehingga produktivitas ternak
diharapkan memberikan KcBK dan bisa ditingkatkan.
KcBO yang baik. Daun kelor, gamal,
sengon dan randu sebagai bagian bahan
penyusun konsentrat hijau merupakan Kecernaan
sumber pakan lokal yang potensial,
memiliki kandungan PK yang tinggi Nilai kecernaan suatu bahan
dapat digunakan untuk pemenuhan pakan merupakan salah satu indikator
kebutuhan PK ternak kelinci, meskipun kualitas pakan yang bersangkutan.
mengandung senyawa anti nutrisi (Mar- Namun nilai konsumsi pakan tercerna
haeniyanto dkk., 2015). merupakan gambaran yang
sesungguhnya untuk mengukur banyak-
Kebutuhan SK kelinci menurut nya zat makanan yang mampu dikon-
NRC (1977) adalah 10-12%. Serat sumsi dan dicerna oleh ternak kelinci.
kasar dalam pakan banyak memberikan Nilai Kecernaan bahan kering (KcBK),
pengaruh terhadap performan ternak kecernan bahan organik (KcBO),
kelinci. Subroto, (2000) menyatakan konsumsi bahan kering tercerna
bahwa pakan sumber serat secara signif- (KBKT) dan konsumsi bahan organik
ikan dapat mempengaruhi konsumsi tercerna (KBOT) dari hasil penelitian
pakan, pertambahan bobot badan, dan disajikan pada Tabel 3.
konversi pakan. Serat kasar juga
merupakan salah satu faktor yang Berdasarkan hasil analisis ragam
mempengaruhi daya cerna pakan. Se- menunjukkan bahwa perlakuan

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 35
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

memberikan pengaruh yang tidak sengon dan randu dalam bentuk tepung
berbeda nyata (P>0,05) terhadap KcBK daun dengan perbandingan (1:1:1:1)
dan KcBO. Penggunaan tepung daun mampu memberikan komposisi SK
kelor, gamal, sengon dan randu dalam yang sama dengan P0, pakan tanpa
bentuk tepung daun dengan per- penggunaan tepung daun.
bandingan (1:1:1:1) sebanyak 10%,
Penambahan tepung daun kelor, gamal,
20%, 30% dalam dalam pakan konsen-
sengon dan randu dalam bentuk tepung
trat (konsentrat hijau) dalam pakan daun dengan perbandingan (1:1:1:1)
perlakuan memberikan mempengaruhi sebesar 10, 20 dan 30% pada pakan
yang tidak berbeda terhadap nilai KBK kelinci New Zealand White jantan
dan KBO pakan sehingga nilai KcBK dalam penelitian ini memberikan
dan KcBO juga menunjukkan respon pengaruh yang cukup baik terhadap
yang relatif sama. Tingkat konsumsi KcBK dan KcBO (Tabel 3.). Nilai
pakan akan berpengaruh terhadap rataan yang diperoleh tergolong nilai
kecernaan bahan kering dan kecernaan kecernaan yang baik (>55%) seperti
bahan organik karena salah satu faktor pada hasil penelitian Muchlas dkk.,
yang mempengaruhi kecernaan adalah (2013) bahwa rataan nilai KcBK dan
jumlah pakan yang dikonsumsi ternak KcBO tepung daun kelor secara in-vitro
adalah masing-masing 56,96±1,24%
(Soeparno, 1999; Tillman dkk., 1998).
dan 55,34±3,09%. Begitu pula hasil
Ditambahkan oleh Tillman dkk., penelitian Marhaeniyanto dkk., (2015)
(1998) bahwa kecernaan berhubungan bahwa penambahan tepung daun kelor
dengan komposisi kimia pakan dan SK dalam pakan dengan proporsi 10% dari
mempunyai pengaruh yang terbesar ter- formulasi yaitu rataan masing-masing
KcBK dan KcBO adalah 77,73±5,72%
hadap nilai cerna. Kandungan SK yang
dan 77,84±5,59%.
terdapat pada pakan perlakuan yang
ditambahkan tepung daun kelor, gamal,

Tabel 3. Rataan nilai KcBK, KcBO, KBKT dan KBOT pakan


Perlakuan
Uraian
P0 P1 P2 P3
Kecernaan (%):
81,56±5,2 75,49 85,31 75,04
Kecernaan Bahan Kering (KcBK)
0 ±8,98 ±4,42 ±7,68
83,03 77,01 86,46 76,05
Kecernaan Bahan Organik (KcBO)
±4,78 ±8,43 ±4,06 ±7,37
Konsumsi Tercerna (g):
Konsumsi Bahan Kering Tercerna 79,94 89,11 96,71 79,65
(KBKT) ±15,32 ±9,39 ±18,00 ±8,80
Konsumsi Bahan Organik Tercerna 75,35±13, 84,16 89,74 73,43

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 36
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

(KBOT) 71 ±8,31 ±16,72 ±8,07

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa harganya cukup tinggi yaitu berkisar an-
penambahan tepung daun kelor, gamal, tara Rp. 4000-6000/kg atau lebih.
sengon dan randu dalam bentuk tepung
Konsumsi pakan tercerna adalah
daun dengan perbandingan (1:1:1:1)
jumlah pakan yang dikonsumsi dan dic-
memiliki dampak positif terhadap erna oleh kelinci untuk proses metabo-
kecernaan kelinci. Proses pengolahan lisme dalam tubuh. Nilai konsumsi pakan
menjadi tepung daun kelor, gamal, sen- tercerna sebagai gambaran sesungguhnya
gon dan randu dalam bentuk tepung daun banyaknya zat makanan yang mampu
dengan perbandingan (1:1:1:1) mampu dikonsumsi dan dicerna oleh kelinci juga
mengurangi kandungan anti nutrisi yang menujukkan hasil yang bagus.
terkandung di dalam daun tersebut. Sar- Berdasarkan data pada Tabel 3. secara
wono (2002) mengatakan bahwa pe- statistik bahwa perlakuan memberikan
layuan atau memberikan perlakuan pengaruh yang berbeda tidak nyata
terhadap bahan pakan dapat (P>0,05) terhadap KBKT dan KBOT.
menghilangkan getah atau racun yang Hal tersebut terjadi karena KBK, KBO,
KcBK dan KcBO berpengaruh berbeda
dapat menimbulkan kejang–kejang dan
tidak nyata, sehingga memberikan
mencret.
pengaruh berbeda tidak nyata pula ter-
Penyediaan biaya dalam memeli- hadap KBKT dan KBOT. Besaran nilai
hara ternak kelinci yang menjadi suatu konsumsi tercerna dari penelitian menun-
usaha merupakan salah satu faktor untuk jukkan gambaran konsumsi pakan tercer-
kelancaran dan keberhasilan suatu usaha. na dari penggunaan pakan konsentrat hi-
jau yang diberikan kepada kelinci.
Biasanya biaya diperuntukkan pengadaan
Penambahan tepung tepung daun kelor,
kandang dan perlengkapannya, penga- gamal, sengon dan randu dalam bentuk
daan kelinci, pakan dan sebagainya. Da- tepung daun dengan perbandingan
lam pemeliharaan kelinci, pakan mem- (1:1:1:1) dalam pakan kelinci mem-
iliki peran yang penting baik untuk kebu- berikan dampak yang positif terhadap
tuhan hidup pokok maupun untuk kecernaan. Pakan ini disukai dan dapat
produksi pada kelinci. Mengacu pada hal dimanfaatkan ternak dengan baik. Kamal
tersebut, biasanya biaya pakan mencapai (1994) menyatakan bahwa bahan pakan
± 80% dari biaya usaha. Dari hal tersebut, yang baik adalah setiap bahan yang dapat
penggunaan tepung daun kelor, gamal, dimakan, disukai, dapat dicerna sebagian
sengon dan randu dalam bentuk tepung atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan
daun dengan perbandingan (1:1:1:1) se- bermanfaat bagi ternak. Dampak positif
ini menyadarkan peternak kelinci akan
bagai pakan kelinci alternatip dilihat dari
potensi alam yang berlimpah di beberapa
kandungan nutrisi, dan juga bisa menekan
daerah yaitu tersedianya tanaman kelor,
biaya pakan. Harga pakan konsentrat un- gamal, sengon dan randu yang dapat
tuk kelinci yang ditambahkan tepung tumbuh subur pada berbagai jenis tanah
daun kelor, gamal, sengon dan randu dan mudah dikembangkan. Ketersediaan
dengan perbandingan (1:1:1:1) berkisar tanaman kelor, gamal, sengon dan randu
Rp. 3109- 3347/kg. Hal ini dapat ini merupakan potensi yang besar sebagai
mengurangi ketergantungan peternak ter- bank protein yang murah untuk pakan
hadap pakan konsentrat komersial yang ternak.

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 37
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

dangan energi. Kebutuhan ransum kelinci


Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik,
Setelah dikonsumsi oleh ternak, status fisiologis, umur, lingkungan, jenis
setiap unsur nutrisi berperan terhadap kelamin, dan tingkat produksi yang mas-
tubuh ternak untuk mempertahankan ing-masing atau secara kombinasi dapat
hidup dan berproduksi secara normal mempengaruhi bentuk dan komposisi
(NRC, 1977). Zat makanan yang dikon- tubuh atau pertambahan bobot badan
sumsi dipergunakan untuk hidup pokok, (Hendayana, dan Togatorp, 2003).
produksi dan sebagian lagi sebagai ca-

Tabel 4. Rataan pertambahan bobot badan (PBB) selama penelitian dan rataan per-
tambahan bobot badan harian (PBBH) dari ternak kelinci New Zealand White jantan
yang diberi pakan perlakuan selama penelitian
Perlakuan PBB (g/ekor) PBBH (g/ekor/hari)
P0 339,23a± 62,03 9,69a±1,77

P1 471,73b±106,79 13,48ab±3,05

P2 663,63c±206,84 18,96b±5,91

P3 694,03c±252,23 19,83b±7,21

Keterangan:
a-c
) superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata
(P<0,05)

Rataan pertambahan bobot ba- peningkatan bobot badan dan mencapai


dan (PBB) dan rataan pertambahan bo- bobot badan 1,8 sampai dengan 2,3 kg.
bot badan harian (PBBH) dari ternak Kelinci bisa mencapai bobot badan 2-3
kelinci New Zealand White jantan yang kg kg per ekor pada umur 4 bulan
diberi pakan perlakuan selama (Lestari, 2004; Sarwono. 2004). Ini
penelitian disajikan pada Tabel 4. menunjukkan pemanfaatan daun kelor,
Berdasarkan hasil penelitian, gamal, sengon dan randu terutama
penggunaan tepung daun 20% (P2) dan pemanfaatannya sebagai bagian dari
30% (P3) dalam pakan terbukti bahan pakan ternak kelinci yang dipeli-
menghasilkan PBB dan PBBH secara hara secara intensif dapat berperan se-
nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding- bagai pakan yang kualitas maupun
kan P0 dan penggunaan tepung daun kuantitasnya mencukupi kebutuhan un-
10% (P1). Kelinci sebagai materi tuk berproduksi (Supriadi dan Musofie,
percobaan umur kurang lebih 3 bulan 2009). Produksi yang baik diwujudkan
dengan berat badan awal dengan bobot badan akhir yang
1553,43±216,17 g/ekor mengalami dihasilkan oleh ternak kelinci.

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 38
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

Pemberian pakan konsentrat hijau Penelitian dan Pengembangan Pe-


dengan penggunaan daun kelor, gamal, ternakan, Bogor.
sengon dan randu dalam bentuk tepung
Hendayana, R dan M.H. Togatorp.
daun dengan perbandingan (1:1:1:1)
2003. Struktur Waktu Kerja dan
sampai dengan 30% pada pakan kon-
Pendapatan Peternak, JITV Vol-
sentrat kelinci New Zealand White dapat
ume III Tahun 2003: 318-323
meningkatkan konsumsi pakan 4-5%
BK dari bobot badan dan pertambahan
bobot badan harian hingga 19,83±7,21
g/ekor/hari. Kamal, M., 1994.Nutrisi Ternak I
Rangkuman. Gadjah Mada Uni-
versity Press. Yogyakarta.
KESIMPULAN
Hasil penelitian pada kelinci
menunjukkan penggunaan tepung daun Lestari, C.M.S., 2004. Penampilan
sebanyak 10 sampai 30% dalam pakan
produksi kelinci lokal
konsentrat hijau terbukti menghasilkan
PBB dan PBBH lebih tinggi dibanding- menggunakan pakan pellet dengan
kan pakan konsentrat tanpa penggunaan berbagai aras kulit biji kedelai.
tepung daun. Selama penelitian bobot Pros. Seminar Nasional Teknologi
badan kelinci meningkat hingga dan Peternakan. Pusat Penelitian
mencapai bobot badan 1,8 sampai dan Pengembangan Peternakan,
dengan 2,3 kg/ekor. Suplementasi daun Badan Penelitian dan Pengem-
sampai dengan 30% pada pakan kon- bangan Pertanian.
sentrat kelinci New Zealand White
jantan dapat menghasilkan konsumsi
pakan 4-5% BK dari bobot badan, dan Marhaeniyanto, E., Rusmiwari, S. dan
pertambahan bobot badan harian Susanti, S., 2015. Pemanfaatan
hingga 19,83±7,21 g/ekor/hari
Daun Kelor Untuk Meningkat-
DAFTAR PUSTAKA kan Produksi Ternak Kelinci New
Dwiyanto, K., R. Sunarlin, dan P. Sito- Zealand white.Buana Sains Vol
rus. 1985. Pengaruh persilangan 15 No 2: 119-126.
terhadap karkas dan preferensi
daging kelinci. Jurnal Ilmu dan
Peternakan 1 (10): 427-430. Muchlas, M., Kusmartono dan Marjuki.
2013. Pengaruh penambahan daun
pohon terhadap kadar VFA dan
Ensiminger, 1990. Feeds and Nutrition. kecernaan secara in-vitro ransum
2nd Ed. The Ensminger Publish- berbasis ketela pohon. Jurnal
ing Co., Clovis. Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2): 8 -
19.

Farrel, D.J. dan Y.C.Raharjo. 1984. Po-


tensi ternak Kelinci sebagai N.R.C. 1977. Nutrient Requirement of
Penghasil Daging. Pusat Rabbit. National Academic of
Science, Washington.

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 39
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

dan Hias. Agromedia Pustaka. Ja-


karta.
Parakkasi, A., 1999. Ilmu Gizi dan Ma-
kanan Ternak Monogastrik.
Angkasa. Bandung
Sarwono, B. 2004. Kelinci Potong dan
Hias. Cetakan ke-4. Penerbit Agro
Media Pustaka, Jakarta.
Prawirodigdo, S., D. M. Yuwono dan D.
Andayani, 1995. Substitusi Bung-
kil Kedelai dengan Bungkil Biji
Sarwono. B. 2005. Beternak Kelinci
Kapok (Ceiba pentandra) dalam
Unggul. Penebar Swadaya. Jakar-
Ransum Kelinci Sedang Tumbuh.
ta.
Jurnal Ilmiah Ternak Klepu.
Balitbang Pertanian.Deptan 1(3):
26-31.
Soeparno, 1999. Ilmu dan Teknologi
Daging. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Putra, I. G. M., dan Budiasana, N. S.,
2006. Kelinci Hias. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Subroto S., 2000. Ayo Beternak Kelinci
Idaman. Penerbit Bhrata Karya
Aksara. Jakarta.
Rukhmana. H. R., 2005. Prospek Beter-
nak Kelinci.
www.SuaraKaryaOnline.com/new
s.Diakses tanggal 27 Februari Supriadi dan A. Musofie, 2009. Hijauan
2016. Pakan dan Kegunaan Lainnya di
Lahan Kering, Journal Lokakarya
Tanaman Pakan Ternak Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian
Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan
Yogyakarta.
Percobaan Praktis Bidang Per-
tanian. Cetakan 10. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.

Sartika, T., 1995. Komoditi kelinci


peluang agribisnis peternakan.
Seminar Nasional Agribisnis Pe-
ternakan dan Perikanan pada Pe-
lita VI. Media. Edisi Khusus: 397-
398.

Sarwono, B.,2002. Kiat Mengatasi Per-


masalahan Praktis Kelinci Potong

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 40
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 27(1):28 – 39

Tillman, A. D., Hartadi, H., Reksohadi-


prodjo, S., Prawirokusumo, S. dan
Lebdosoekojo, S., 1998. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Gadjah
Mada University
Press.Yogyakarta.

Wahyu, J. 2004. Rabbit Production.


Sixth Edition. The Interstate
Printers and Publisher,
Inc.Danville, Illinois.

DOI : 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.04 41

You might also like