You are on page 1of 11

Marine Fisheries ISSN 2087-4235

Vol. 8, No. 2, November 2017


Hal: 211-221

PENENTUAN PRIORITAS WILAYAH KERJA UNTUK PENINGKATAN


PENGAWASAN PERIKANAN DI WPP NRI 711

Priority Determination of Working Area for Surveillance Improvement


in Indonesia Fisheries Management Area 711 (WPP NRI 711)

Oleh:
Yaser Krisnafi1*, Budhi Hascaryo Iskandar2, Sugeng Hari Wisudo2, John Haluan2

1 Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan, Sekolah Tinggi Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan
2 Program Studi Pemanfaatan Sumber daya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor

* Korespondensi: yaser_bunda@yahoo.co.id

Diterima: 27 Januari 2017; Disetujui: 17 Oktober 2017

The Fisheries Management Area of Republic Indonesia or often abbreviated as WPP-NRI is


a fisheries management area for fishing, conservation, research and fisheries development
covering inland waters, archipelagic waters, territorial sea, additional zones and the Exclusive
Economic Zone of Indonesia (ZEEI). Priority of selection work unit surveillance as the base pier
becomes something very important because the pier of the surveillance vessel becomes a major
requirement. The base pier is not just a place to moor the vessel but the base pier becomes a
function of ongoing surveillance operations. In this case the facilities and facilities of the base pier
should be able to provide facilities as well as ease in supporting surveillance operations
activities.Problem in selection of prioritization unit of work is a complex problem, it needs a method
to overcome them.TOPSIS is one of decision making method capable for solving the problem of
multi-criteria, TOPSIS working principle is the chosen alternative should have the closest distance
from the positive ideal solution and the farthest from the most negative solution.The result of testing
on 11 alternatives in 6 criteria showed that development priority area for fisheries surveillance work
units in WPP NRI 711 were: Batam (score 0.672) work unit Pontianak (score 0.671), and Natuna
(score 0.647).The results of the ranking are to be used as a reference for determining the
improvement surveillance strategy and to minimize losses due to illegal fishing of the natural
resources in the region of WPP NRI711 in Indonesia.

Keywords: TOPSIS, Work Unit, WPP NRI 711

ABSTRAK
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia atau sering disingkat dengan
WPP NRI merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan, konservasi,
penelitian, dan pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan,
laut teritorial, zona tambahan, dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Prioritas pemilihan
UPT Pengawasan SDKP (Sumber Daya Kelautan dan Perikanan) sebagai dermaga pangkalan
menjadi sesuatu yang sangat penting dikarenakan dermaga kapal pengawas menjadi suatu
kebutuhan yang paling utama. Dermaga pangkalan bukan hanya sebatas tempat untuk tambat
kapal saja melainkan dermaga pangkalan menjadi sebuah fungsi berlangsungnya kegiatan operasi
pengawasan. Dalam hal ini adalah sarana dan fasilitas dermaga pangkalan harus mampu
212 Marine Fisheries 8(2): 211-221, November 2017

memberikan fasilitas serta kemudahan dalam mendukung kegiatan operasi pengawasan.


Permasalahan penentuan prioritas pemilihan satker merupakan masalah yang komplek maka
diperlukan suatu metode untuk membantu mengatasinya. TOPSIS adalah metode pengambilan
keputusan yang mampu menyelesaikan masalah multi-criteria. Prinsip kerja TOPSIS adalah
alternatif yang dipilih harus memiliki jarak terdekat dari solusi ideal positif dan terjauh dari solusi
ideal negatif. Dari pengujian 11 alternatif dari 6 kriteria didapatkan prioritas pengembangan satuan
kerja wilayah pengawasan perikanan di WPP 711 adalah: Satker Batam = 0,672; Satker Pontianak
= 0,671 dan Satker Natuna = 0,647. Hasil perangkingan tersebut akan dijadikan acuan sebagai
dasar penentuan strategi peningkatan pengawasanwilayah perikanan di WPP 711 sehingga
mampu meminimalisasi kerugian negara akibat pencurian SDA di wilayah WPP 711 Indonesia.
Kata kunci: TOPSIS, Unit Kerja, , WPP NRI 711

PENDAHULUAN ikanan. Pengawasan dan Perangkat Hukum di


bidang perikanan merupakan salah satu tugas
Sektor kelautan dan perikanan memiliki pokok dan fungsi Direk-torat Kapal Pengawas
peran yang cukup strategis dalam mendukung yang diimplementasikan melalui kapal peng-
pembangunan perekonomian nasional. Berda- awas dalam melakukan operasi pengawasan
sarkan Keputusan Menteri Nomor 47/KEPMEN- sumber daya kelautan dan perikanan.
KP/2016, Indonesia memiliki potensi sumber
Pangkalan kapal patroli yang berada di
daya perikanan yang besar yaitu: ± 9,9 juta ton
wilayah kerja suatu negara mempunyai peran-
pertahun. Kondisi ini menjadi alasan Indonesia
an yang sangat penting sebagai tempat peng-
menjadi target pencurian SDA ikan oleh nela-
embangan kekuatan laut ke daerah operasi
yan dari beberapa negara tetangga. Hasil ope-
atau “Deployment forces position” dan juga se-
rasi pengawasan yang dilakukan oleh kapal
bagai “Home Base” yang memiliki kriteria fungsi
pengawas perikanan KKP dari tahun 2005 s/d
5 (lima) R yaitu Rest, Refrest, Refuel, Repair
2015 menunjukkan angka 1494 kapal pencuri
and Replenishment. Dalam gelar operasi keha-
ikan, dimana sebanyak 657 kapal adalah Kapal
diran di laut sehari-hari pangkalan juga memiliki
Ikan Indonesia (KII) dan sebanyak 837 kapal
peranan penting berkenaan dengan penerapan
adalah Kapal Ikan Asing (KIA) (Junaidi et al.
efisiensi dan efektifitas operasi menggunakan
2013).
pangkalan sebagai titik markas pengamanan
Kegiatan illegal fishing yang terjadi di wilayah (Suharyo et al. 2015).
WPP NRI salah satunya disebabkan oleh sis-
Prioritas pemilihan UPT Pengawasan
tem penegakan hukum dilaut yang masih lemah
SDKP sebagai dermaga pangkalan menjadi
dan tidak sebanding antara kekuatan armada
sesuatu yang sangat penting dikarenakan der-
pengawasan dengan luas laut yang menjadi ob-
maga kapal pengawas menjadi suatu kebutu-
jek pengawasan. Berdasarkan data KKP tahun
han yang paling utama. Dermaga pangkalan
2013-2016 berdasarkan lokasi tangkapan pela-
bukan hanya sebatas tempat untuk tambat ka-
ku illegal fishing yang terjadi di WPP NRI dido-
pal saja melainkan dermaga pangkalan menjadi
minasi oleh WPP NRI 711 sebanyak 163 kapal
sebuah fungsi berlangsungnya kegiatan operasi
meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna,
pengawasan. Dalam hal ini adalah sarana dan
dan Laut China Selatan. WPP NRI 716 seba-
fasilitas dermaga pangkalan harus mampu
nyak 51 kapal meliputi Laut Sulawesi dan sebe-
memberikan fasilitas serta kemudahan dalam
lah utara Pulau Halmahera dan WPP NRI 571
mendukung kegiatan operasi pengawasan.
sebanyak 48 kapal meliputi perairan Selat Ma-
Pada WPP NRI 711 terdapat 11 UPT Peng-
laka dan Laut Andaman. WPP NRI 711 menjadi
awasan SDKP dimana yang menjadi tempat
target para pelaku illegal fishing, bahkan bisa
tambat kapal pengawas saat ini adalah UPT
disebut sebagai pintu gerbang masuknya para
Pengawasan SDKP Pontianak dan Batam. Ber-
pelaku illegal fishing dikarenakan berbatasan
dasarkan data sebaran kapal pengawas per-
langsung dengan negara tetangga dan peng-
ikanan bahwa di Pontianak terdapat 2 kapal
awasan perikanan di wilayah tersebut belum
pengawas dan di Batam terdapat 3 kapal peng-
maksimal.
awas. Sementara luas area pengamanan sam-
Undang-Undang RI No. 31 Tahun 2004 pai kepada Laut Natuna Utara. Hal ini dari segi
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang ekonomis kurang tepat dikarenakan akan ber-
RI No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan dan pengaruh terhadap biaya operasional yang ting-
Undang-Undang RI No. 27 Tahun 2007 meng- gi. Dipilihnya Pontianak dan Batam dikarenakan
amanahkan tentang pengelolaan wilayah pesi- kedua UPT Pengawasan SDKP tersebut dinilai
sir dan pulau-pulau kecil merupakan legitimasi mampu memberikan pelayanan terhadap kebu-
dari kegiatan pengawasan sumber daya per- tuhan kapal pengawas dalam melaksanakan
Krisnafi et al. – Penentuan Prioritas Wilayah Kerja untuk Peningkatan Pengawasan Perikanan 213

kegiatan operasi pengawasan perikanan walau- nentukan lokasi industri yang layak/ memung-
pun untuk menjalankan fungsi kegiatan peng- kinkan untuk didirikan pabrik (Murti dan Setya-
awasan belum maksimal. ningsih 2016) (CristÓbal JRS 2011), serta pada
bidang kesehatan TOPSIS digunakan untuk
Penelitian ini bertujuan untuk memilih
menentukan lingkungan yang rentan terjangkit
UPT Pengawasan SDKP sebagai dermaga
penyakit (Gumus AT 2009) (Zunaidi et al.
pangkalan untuk peningkatan pengawasan per-
2017).
ikanan tangkap. Penentuan prioritas wilayah
UPT Pengawasan SDKP yang strategis meru- Metode TOPSIS dalam prosesnya me-
pakan permasalahan yang discret, tujuannya merlukan kriteria yang akan dijadikan bahan
adalah untuk menetapkan alternatif terbaik dari perhitungan pada proses perengkingan. Kriteria
sejumlah alternatif berdasarkan beberapa krite- yang menjadi bahan pertimbangan dalam pe-
ria tertentu sehingga permasalahan tersebut ngambilan keputusan tentunya harus memiliki
dapat diselesaikan dengan metode Multi Crite- bobot yang akan dijadikan acuan berdasarkan
ria Decision Making (MCDM) (Sukwadi dan tingkat kepentingannya. Dalam proses penentu-
Yang 2014), (Singh et al. 2014), (Fitriana et al. an kriteria maka dilakukan pengambilan data
2015). dengan menggunakan metode wawancara dan
pengamatan (observasi) langsung dan dilaku-
kan kepada orang-orang yang memiliki kewe-
METODE nangan atau yang memiliki informasi akurat
tentang illegal fishing dan operasional kapal
Penelitian dilakukan di WPP NRI 711 dari pengawas perikanan, yang terdiri dari:
bulan Maret-November 2016. Dalam rangka pe-
ngumpulan data dan informasi pada penelitian 1) Direktur Operasional Kapal Pengawas,
ini, pengambilan data dilakukan di 2 (dua) tem- 2) Kepala Bagian Logistik dan Operasional,
pat, yaitu : 3) Kepala Bagian Perawatan Kapal
Pengawas,
1. Kementerian Kelautan Perikanan (Direktorat 4) Kepala Bagian Pengawakan Kapal
Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelaut- Pengawas,
an dan Perikanan). 5) Kepala UPT Pengawasan SDKP,
2. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengawasan 6) Kepala Pos Pengawasan SDKP,
Sumber Daya Kelautan Perikanan (PSDKP) 7) Nakhoda Kapal Pengawas,
Pontianak. 8) ABK Kapal Pengawas,
Analisis data yang digunakan untuk me- 9) Penyidik Perikanan,
nentukan UPT Pengawasan SDKP sebagai 10) Saksi Ahli Perikanan dan
dermaga pangkalan wilayah adalah dengan 11) Pelaku illegal fishing.
menggunakan Technique for Order of Prefer- Hasil data wawancara (tingkat kerawan-an,
ence by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). jumlah kapal, jumlah dermaga, potensi sumber
Cara kerja metode tersebut adalah mengguna- daya alam, jumlah pelanggaran dan regulasi)
kan prinsip bahwa alternatif yang terpilih harus diatas berupa gambaran/informasi tentang
memiliki jarak terdekat dari solusi ideal positif kriteria dalam pengambilan keputusan
dan terjauh dari solusi ideal negatif dengan penentuan prioritas dermaga pangkalan deng-
menggunakan jarak euclidean untuk menentu- an memperhatikan aspek politik (posisi strate-
kan kedekatan relatif dari suatu alternatif deng- gis, ancaman dari negara luar dan kerawanan
an solusi optimal (Torlak et al. 2011), (Gaoa et daerah), aspek teknis (keadaan geografis,
al. 2013), (Zyoud et al. 2016). TOPSIS mem- oseanografi dan fasilitas UPT Pengawasan
pertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi SDKP) dan aspek ekonomis (biaya operasional
ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal ne- dan biaya pengembangan). Adapun hasil krite-
gatif dengan mengambil kedekatan relatif terha- ria yang ditetapkan seperti pada Tabel 1. Krite-
dap solusi ideal positif. Berdasarkan perban- ria yang telah ditetapkan dituangkan kedalam
dingan terhadap jarak relatifnya, susunan priori- kuisioner dan selanjutnya dilakukan pengambil-
tas alternatif bisa dicapai. an data dengan metode sensus.
Secara umum penggunaan metode Pada permasalahan ini yang menjadi
TOPSIS sebagai sistem pendukung pengambil- responden adalah 11 Kepala UPT Pengawasan
an keputusan sudah banyak dilakukan dalam SDKP yang berada di WPP NRI 711 yang dide-
berbagai bidang. Diantaranya dalam bidang pe- finisikan sebagai alternatif seperti pada Tabel 2.
merintahan, metode TOPSIS digunakan untuk Dipilihnya Kepala UPT sebagai responden dika-
menentukan lokasi pengembangan kawasan renakan Kepala UPT Pengawasan SDKP me-
pedesaan (Hermawan 2015). Pada bidang in- miliki kewenangan, memahami, mengerti dan
dustri metode TOPSIS digunakan untuk me- memiliki informasi tentang persoalan illegal fish-
214 Marine Fisheries 8(2): 211-221, November 2017

Gambar 1 Lokasi penelitian di WPP NRI 711

Tabel 1 Kriteria prioritas pemilihan UPT Pengawasan SDKP


Kode Nama Kriteria
K1 Daerah Perbatasan
K2 Potensi Sumber Daya Ikan
K3 Alur Laut Kepulauan Indonesia
K4 Fasilitas Sarana dan Prasarana
K5 Jumlah Armada
K6 Perangkat Hukum

Tabel 2 Alternatif prioritas pemilihan wilayah kerja


Kode Nama Alternatif
A1 Pontianak
A2 Pemangkat
A3 Teluk Batang
A4 Sungai Liat
A5 Tanjung Balai Karimun
A6 Moro
A7 Batam
A8 Tarempa
A9 Natuna
A10 Pulau Kijang
A11 Tanjung Pinang
Krisnafi et al. – Penentuan Prioritas Wilayah Kerja untuk Peningkatan Pengawasan Perikanan 215

Setelah mendefinisikan alternatif dan kri- Dimana:


teria, maka dibentuk sebuah matrik keputusan 𝐴+ = (𝑦1 + , 𝑦2 + , … 𝑦𝑚 + )......................... (4)
R yang menunjukan rating kecocokan dari seti- 𝐴− = (𝑦1 − , 𝑦2 − , … 𝑦𝑛 − )......................... (5)
ap alternatif pada setiap kriteria seperti persa- dengan:
maan (1). yij = Hasil pembobotan matrik
𝑋11 .. 𝑋1𝑛 ternormalisasi baris ke-i dan kolom
ke-j
𝐷= [ … .. … ] .......................... (1)
𝑋𝑚1 .. 𝑋𝑚𝑛 [4] . Menghitung Separation Measure
dengan: Separation measure ini merupakan peng-
D = Matriks ukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi ideal
M = Alternatif positif dan solusi ideal negatif. Perhitungan
N = Kriteria matematisnya adalah sebagai berikut:
Xij = Alternatif ke-i dan Kriteria ke-j
▪ Separation measure untuk solusi ideal
Selanjutnya adalah menyelesaikan deng- positif
an metode TOPSIS, ada beberapa tahapan 2
yang harus diselesaikan, yaitu: 𝐷𝑖+ = √∑𝑛𝑗=1(𝑦𝑖𝑗 − 𝑦𝑗+ ) .............. (6)

▪ Membuat matriks keputusan yang ternor- ▪ Separation measure untuk solusi ideal
malisasi. negatif
▪ Membuat matrik keputusan yang ternormal- 𝐷𝑖− = √∑𝑛𝑗=1(𝑦𝑖𝑗 − 𝑦𝑗− )
2
................ (7)
isasi terbobot.
▪ Menentukan matriks solusi ideal positif dan Dengan i=1,2,3,…,n
ideal negatif. [5] . Mengurutkan pilihan
▪ Menentukan jarak antara nilai setiap alter-
natif dengan matriks solusi ideal positif dan Alternatif dapat dirangking berdasarkan
matriks solusi ideal negatif. urutan Ci, maka dari itu, alternative terbaik
▪ Menentukan nilai preferensi untuk setiap al- adalah salah satu yang berjarak terpendek
ternatif. terhadap solusi ideal dan berjarak terjauh deng-
▪ Perangkingan. an solusi ideal negatif.

Berikut beberapa tahapan penyelesaian


permasalahan dengan metode TOPSIS: HASIL
[1] . Normalisasi Matrik Keputusan Penelitian ini diawali dari penyebaran
Setiap elemen pada matriks D dinormal- kuesioner ke 11 responden (expert) yang pa-
isasikan untuk mendapatkan matriks normal- ham dan mengerti kondisi WPP NRI 711. Tuju-
isasi r. Setiap normalisasi dari nilai r dapat dila- an dari kuesioner ini sebagai input data untuk
kukan dengan perhitungan sebagai berikut: menguji konsistensi terhadap penilaian masing-
𝑋𝑖𝑗
masing alternatif. Setiap responden memberi-
𝑟𝑖𝑗 = ..................................... (2) kan penilaian kepada daerahnya dan juga
√∑𝑚
𝑖=𝑗 𝑋𝑖𝑗
2
memberikan penilaian terhadap daerah lainnya.
Responden dalam memberikan penilaian ber-
Untuk i = 1,2,3,…..,m;
dasarkan kemampuan dan kapasitasnya dalam
j = 1,2,3,…..,n.
memahami permasalahan illegal fishing di WPP
[2] . Pembobotan Matrik yang telah NRI 711 sehingga hasil penilaian yang diberi-
dinormalisasi kan oleh masing-masing responden beragam
atau tidak sama. Hasil penilaian dari masing-
Diberikan bobot W = (w1,w2,…,wn), se-
masing responden selanjutnya ditabulasi dan
hingga Weighted normalized matrix𝑌𝑖𝑗 dapat di-
dirata-ratakan. Nilai rata-rata penilaian kuisio-
hasilkan sebagai berikut: ner berdasarkan skala penilaian yang telah di-
𝑌𝑖𝑗 = 𝑊𝑖𝑗 . 𝑟𝑖𝑗 ............................................. (3) tetapkan dapat dilihat pada Tabel 3.

Dengan : i = 1,2,3,..,m dan j = 1,2,3,...,n Sebagai contoh pada alternatif [A5] yaitu
alternatif Tanjung Balai Karimun memiliki nilai
[3] . Menentukan Solusi Ideal Positif dan rata-rata kriteria [543121], yang berarti bahwa :
Solusi Ideal Negatif
▪ Daerah Perbatasan [K1] pada alternatif [A5]
Solusi ideal positif dinotasikan dengan bernilai 5 [Sangat Baik]. Maksudnya adalah
A+ dan solusi ideal negatif dinotasikan dengan Tanjung balai karimun berdasarkan kriteria
A-. Menentukan solusi ideal (+) dan (-). daerah perbatasan, berbatasan langsung
dengan negara tetangga.
216 Marine Fisheries 8(2): 211-221, November 2017

Tabel 3 Hasil rekapitulasi kuisioner


K1 K2 K3 K4 K5 K6
A1 4 3 4 4 4 4
A2 4 2 4 3 3 1
A3 3 1 4 1 2 1
A4 3 2 3 4 2 1
A5
5 4 3 1 2 1
A6 5 1 3 3 2 1
A7 5 4 4 4 4 2
A8 4 3 4 2 2 1
A9 4 5 5 3 2 2
A10 5 3 3 2 2 1
A11 5 2 3 3 2 3
Sumber: Hasil survey

NILAI PRIORITAS

A11 0,450
A10 0,376
UPT PSDKP WPP NRI 711

A9 0,647
A8 0,368
A7 0,672
A6 0,316
A5 0,418
A4 0,366
A3 0,140
A2 0,366
A1 0,671

0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0,700 0,800

Nilai bobot prioritas untuk UPT PSDKP di WPP NRI 711

Gambar 2 Nilai prioritas untuk setiap UPT PSDKP di WPP NRI 711

▪ Potensi Sumber daya ikan [K2] pada alter- sarana pada Tanjung Balai Karimun kurang
natif [A5] bernilai 4 [Baik]. Maksudnya ada- memadai untuk menjalankan fungsi peng-
lah ketersediaan potensi perikanan pada awasan perikanan, dikarenakan hanya ada
Tanjung Balai Karimun melimpah. bangunan kantor pengawasan.
▪ Alur Laut Kepulauan Indonesia [K3] pada al- ▪ Jumlah Armada [K5] pada alternatif [A5] ber-
ternatif [A5] bernilai 3 [Cukup]. Maksudnya nilai 2 [Buruk]. Maksudnya adalah keter-se-
adalah jarak Tanjung Balai Karimun tidak diaan kapal pengawas perikanan pada Tan-
terlalu jauh dengan ALKI yang melintas di jung Balai Karimun tidak ada, yang ada ha-
perairan Tanjung Balai Karimun. nyalah 1 buah speed boat pengawasan.
▪ Fasilitas Sarana dan Prasarana [K4] pada ▪ Perangkat Hukum [K6] pada alternatif [A5]
alternatif [A5] bernilai 1 [Sangat Buruk]. bernilai 1 [Sangat Buruk]. Maksudnya ada-
Maksudnya adalah fasilitas sarana dan pra- lah ketersediaan perangkat hukum perikan-
Krisnafi et al. – Penentuan Prioritas Wilayah Kerja untuk Peningkatan Pengawasan Perikanan 217

an pada Tanjung Balai Karimun sangat ku- Jarak lokasi stasiun/satker terhadap
rang memenuhi untuk menjalankan fungsi wilayah daerah perbatasan dengan negara
pengawasan perikanan. lain, semakin dekat dengan wilayah
Setelah didapatkan nilai preferensi setiap perbatasan artinya semakin baik dalam
kriteria pada masing-masing alternatif, selanjut- melakukan pengawasan.
nya adalah dilakukan proses perhitungan matrik Sebagai gambaran dari ketiga wilayah
normalisasi pada masing-masing alternatif dan tersebut berdasarkan kriteria daerah perbatas-
langkah berikutnya adalah menentukan matrik an dapat dijelaskan bahwa diantara ketiga wi-
normalisasi terbobot. layah tersebut berbatasan langsung dengan
Sebelum menghitung matrik keputusan Laut Tiongkok Selatan, Selat Singpura serta di-
normalisasi terbobot, tentukan terlebih dahulu kelilingi Selat Karimata dan Selat Malaka. Ber-
bobot dari masing-masing kriteria. Penentuan dasarkan hukum internasional dewasa ini, Indo-
bobot pada masing-masing kriteria berdasarkan nesia mempunyai beberapa macam perbatasan
nilai rata-rata preferensi dari masing-masing kri- nasional: udara, darat, laut, dan perbatasan
teria yang terboboti. dasar laut. Di samping itu, khusus di Indonesia,
Indonesia juga mempunyai persoalan batas
Setelah menentukan bobot dari masing- antar provinsi, antar kabupaten, antar kabupa-
masing kriteria, selanjutnya menghitung matrik ten dan kota, dan lain-lain, serta batas-batas
normalisasi terbobot. Langkah selanjutnya yaitu dari Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dan
menentukan matrik solusi ideal positif dan ma- batas dari hak-hak tradisional, khususnya di
trik solusi ideal negatif dan menentukan jarak bidang perikanan rakyat, antara Indonesia
antara nilai setiap alternatif dengan matriks so- dengan negara-negara tetangga yang harus
lusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif. disepakati melalui persetujuan bilateral. Dalam
Selanjutnya langkah terakhir dalam perhitungan hubungan ini, maka masalah batas antara pro-
TOPSIS adalah mencari nilai preferensi untuk vinsi dan kabupaten mungkin juga banyak bisa
setiap alternatif. menimbulkan persoalan.
Hasil perangkingan nilai preferensi bisa Indonesia berkepentingan atas kawasan
dilihat pada Gambar 2. Hasil rangking nilai di luar ZEE-nya karena kepentingan pelayar-
preferensi pada masing-masing UPT annya untuk melindungi kapal-kapalnya yang
Pengawasan SDKP diambil yang memiliki nilai berlayar di samudra luas dan terhadap perikan-
tertinggi, adapun 3 (tiga) UPT Pengawasan an di laut bebas tersebut yang erat kaitannya
SDKP di WPP NRI 711 yang memiliki bobot dengan perikanan di ZEE nya, terutama untuk
nilai tertinggi diprioritaskan sebagai dermaga jenis sumber daya ikan yang bermigrasi jauh
pangkalan, sehingga peningkatan pengamanan (highly migratory) dan yang bermigrasi antar
wilayah WPP NRI 711 akan lebih optimal. ZEE Indonesia dengan ZEE negara-negara
Gambar 2 menunjukan bahwa 3 (tiga) wi- tetangga, ataupun antara ZEE Indonesia deng-
layah yang memiliki bobot nilai tertinggi adalah an laut bebas di dekatnya (straddling fish
Batam 0,672, Pontianak 0,671 dan Natuna stocks). Demikian pula halnya dengan pengelo-
0,647. Ketiga wilayah tersebut dapat direko- laan dan pemanfaatan kekayaan alam di dasar
mendasikan untuk dikembangkan sebagai der- laut bebas di luar batas landas kontinen (dae-
maga pangkalan atau pusat wilayah pemantau- rah dasar laut Internasional). Indonesia berke-
an di WPP NRI 711 ditinjau dari 6 kriteria dan pentingan atas pemanfaatan kekayaan alam
diharapkan mampu mewakili beberapa wilayah tersebut serta pengelolaannya karena akan erat
lainnya di WPP NRI 711. kaitannya dengan pemanfaatan, pengusahaan,
dan pengelolaan kekayaan alam yang sejenis
di perairan dan di wilayah darat Indonesia sen-
diri, seperti tembaga, nikel, dan lain-lain. Mem-
PEMBAHASAN
perhatikan hal-hal tersebut maka memang
Tiga wilayah tersebut sangat cocok untuk terdapat kerawanan-kerawanan di wilayah per-
dikembangkan sebagai pusat wilayah peman- batasan Indonesia, misalnya: Pertama, tidak je-
tauan di WPP NRI 711 ditinjau dari 6 kriteria lasnya perbatasan dilapangan termasuk di da-
dan sudah mampu mewakili beberapa wilayah rat, walaupun telah ada perjanjian perbatasan
di WPP NRI 711. Adapun gambaran 3 wilayah mengenai hal itu. Kedua, di laut masalah transit
kerja yang menjadi prioritas di WPPNRI 711 di- dan hak lewat kapal-kapal asing melalui lautan
sampaikan pada Gambar 2. Berdasarkan hasil Indonesia yang begitu luas, baik yang lewat
penelitian dengan menggunakan metode berdasarkan prinsip innocent passage, maupun
TOPSIS memberikan gambaran bahwa ketiga Archipelagic Sea-lanes Passage (ASLP) mela-
satker yang menjadi prioritas sesuai dengan lui ALKI, adalah sangat rawan karena kurang-
kriteria sebagai berikut; nya kemampuan monitoring dan pengawasan
218 Marine Fisheries 8(2): 211-221, November 2017

terhadap kapal-kapal perang, termasuk kapal bahwa diwilayah tersebut memiliki potensi sum-
selam, maupun kapal terbang militer asing ber daya ikan yang berlimpah.
melalui ALKI Indonesia, baik monitoring melalui
radar maupun satelit, serta kemampuan peng-
amanan dan pertahanan di ALKI tersebut yang Jarak lokasi stasiun/satker terhadap alur
dapat membawa kerawanan-kerawanan terten- laut kepulauan Indonesia, semakin dekat
tu bagi Indonesia. Ketiga, kekayaan alam Indo- dengan alur laut kepulauan Indonesia
nesia di laut terutama perikanan banyak yang artinya semakin baik dalam melakukan
dijarah, dan dirusak, baik melalui pencurian- pengawasan.
pencurian ikan ataupun praktek-praktek pe- Ditinjau dari kriteria ALKI ketiga wilayah
nangkapan ikan yang bertentangan dengan hu- tersebut masuk kedalam bagian wilayah yang
kum seperti penggunaan bom ataupun sianida. dilintasi oleh ALKI I yaitu Selat Sunda, Selat
Keempat, perlu benar kiranya disadari bahwa Karimata, Laut Natuna dan Laut Tiongkok Se-
perbatasan Indonesia, baik darat, laut, maupun latan. Semakin dekat wilayah kerja dengan da-
udara termasuk yang sangat rawan dan sensitif erah perbatasan dan ALKI maka semakin baik
di dunia, yang memerlukan perhatian yang le- dalam melakukan kegiatan pengawasan per-
bih besar dari pemerintah baik pusat dan dae- ikanan tangkap.
rah, DPR dan DPRD, maupun dari segenap
lapisan masyarakat. Oleh karena itu, maka da- Membaca dinamika dan tantangan pada
lam membangun sistem keamanan perbatasan, jalur ALKI dan perairan sekitarnya, pemerintah
baik di darat, di laut, maupun di udara, haruslah perlu menyeimbangkan pengembangan gagas-
ada (Djalal H 2013): an poros maritime dengan peningkatan kualitas
keamanan wilayah laut. Termasuk pada selat‐
▪ Garis Komunikasi dan koordinasi yang man-
selat yang digunakan untuk lintas damai seperti
tap antara pos-pos perbatasan dengan Pe-
selat Malaka. Indonesia berpotensi untuk
merintah Pusat dan Daerah dan antara peja-
mengalami kerugian besar jika laut sebagai
bat-pejabat terkait dengan masalah perba-
aset strategis tidak mendapatkan perlindungan
tasan baik darat, laut, dasar laut, maupun
secara maksimal. Perlu diperhatikan aspek
udara
pengawasan dan pengamanan utamanya ter-
▪ Adanya pengaturan yang rapi antara pe-
hadap kemungkinan infiltrasi dan subversi, ter-
jabat-pejabat perbatasan (Polri dan Pemda)
masuk didalamnya jaminan keamanan terha-
antara kedua negara yang berbatasan, ter-
dap pengelolaan sumber daya laut di sepan-
utama di bidang pertukaran intelligence dan
jang dan di sekitar ALKI. Implmentasi dari kon-
informasi, saling memahami persyaratan
sep ketahanan nasional perlu diperhitungkan
dan prosedur lintas batas masing-masing,
untuk menciptakan kondisi dinamis, terutama
dan kalau perlu kerja sama penegakan hu-
kesiapan dalam menghadapi segala bentuk an-
kum di perbatasan.
caman dan gangguan pada seluruh wilayah
▪ Meningkatkan penegakan hukum di masing-
perairan Indonesia (Rustam I 2016)
masing Negara terutama di perbatasan.

Kondisi dan ketersediaan fasilitas dan


Besarnya nilai produktivitas sumber daya
sarana yang terdapat pada stasiun/satker
ikan yang terdapat pada wilayah cakupan
yang mendukung kegiatan pengawasan
pengawasan stasiun/satker.
perikanan.
Dalam melakukan kegiatan pengawasan
Sarana prasarana dan fasilitas meme-
perikanan tangkap perlu memperhatikan nilai
gang peranan penting dalam kegiatan peng-
produktivitas sumber daya ikan disuatu wilayah,
awasan perikanan tangkap di wilayah kerja
semakin tinggi nilai produktivitas sumber daya
pengawasan, semakin baik sarana prasarana
ikan akan menjadi lahan subur bagi para pen-
dan fasilitas diharapkan dapat mendukung ki-
curi ikan. Selain daripada itu dapat juga dilihat
nerja dalam melakukan kegiatan pengawasan.
dari banyaknya jumlah kapal penangkap ikan di
Adapun jenis dan standar sarana prasarana da-
wilayah tersebut yang menjadi objek penga-
wasan. Dari data yang ada, jumlah kapal pe- pat dilihat pada Tabel 4 (DJPSDKP 2013).
nangkap ikan yang menjadi objek pengawasan
di wilayah Stasiun PSDKP Pontianak sebanyak Jumlah armada kapal pengawas perikan-
8.727 unit kapal penangkap ikan, Satker Batam an yang tersedia di stasiun/ satker.
sebanyak 137 unit kapal penangkap ikan dan
Satker Natuna sebanyak 115 unit kapal pe- Kapal patrol merupakan komponen uta-
nangkap ikan. Semakin banyak jumlah unit ka- ma dalam menjaga keamanan laut. Tanpa ka-
pal penangkap ikan dapat dijadikan indikator pal patrol dan hanya mengandalkan pengawas-
Krisnafi et al. – Penentuan Prioritas Wilayah Kerja untuk Peningkatan Pengawasan Perikanan 219

Tabel 4 Jenis dan standar prasarana pengawasan perikanan (DJPSDKP 2013).


STANDAR PRASARANA PONTIANAK BATAM NATUNA
Kantor Pelayanan Administrasi √ √ √
Rumah Dinas Pengawas dan Petugas √ √
Mess ABK dan Operator √ √
Ruang Pemeriksaan √ √
Pos Pengawas √ √ √
Gudang Penyimpanan Barang Bukti √ √
Gudang Senjata √ √
Bunker BBM
Dermaga, Jetty, Causeway √ √
Fasilitas Docking Kapal
Fasilitas Pendukung; rumah genset, SAB, jalan penghubung dan √ √
lingkungan fasilitas sosial, dll

Tabel 5 Spesifikasi Kapal Pengawas Perikanan


Tipe Panjang Kecepatan Endurance Radar Penempatan Kapal
Kapal Kapal (m) (knot) (hari) (NM) Wilayah
Wilayah Barat
Timur
A 60 25 8 64 2 2
B 42 18 4 96 1 1
C 36 24 3 48 4 3
D 23 28 3 48 8 9
E 18 15 3 48 3 2

an dari udara dalam memantau perairan wila- gas pokok dan fungsi kapal pegawas, wilayah
yah operasi, dampaknya kurang efektif. Keha- operasi kapal pengawas dibagi menjadi 2 (dua),
diran kapal patroli merupakan suatu yang uta- yaitu: [1]. Wilayah Barat (Selat Malaka,Laut Ci-
ma karena akan menunjukkan kedaulatan hu- na Selatan, Samudera Hindia, Mentawai dari
kum Negara dan kemampuan kontrol diwilayah barat Sumatera hingga Selatan Jawa), [2] Wila-
tersebut (Munaf DR 2013). Berdasarkan Per- yah Timur (Samudera Hindia, sebelah timur
aturan Dirjen PSDKP Nomor 8/PER- Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, Laut Ma-
DJPSDKP/2014 tentang petunjuk teknis opera- luku, Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan Samu-
sional kapal pengawas perikanan, Bab VI Pasal dera Pasifik).
14 Butir 3 menyebutkan bahwa dalam rangka
pelaksanaan kegiatan operasional kapal peng-
awas perikanan yang terdiri dari tipe A, B, C, D, Ketersediaan perangkat yang dapat
dan E, harus memperhatikan kondisi laut/sea digunakan dalam proses penindakan
state yang direkomendasikan dari sea state hukum yang tersedia pada stasiun/ satker
skala 2 sd skala 5. Tipe kapal pengawas dan Ditinjau dari aspek hukum, praktek illegal
kondisi laut/sea state harus menjadi pertim- fishing merupakan tindak pidana dibidang per-
bangan dalam menempatkan kapal sesuai ikanan yang dikategorikan sebagai kejahatan
dengan kondisi dilapangan dikarenakan akan diatur dalam Pasal 84, Pasal 85, Pasal 92, Pa-
berdampak buruk apabila dalam penempatan sal 93, dan Pasal 94 Undang-Undang Nomor
kapal pengawas tidak sesuai dengan perun- 31 Tahun 2004. Akibat yang ditimbulkan deng-
tukan dan kepentiangannya. Selain daripada itu an adanya tindak pidana ini, maka negara dan
faktor endurance dan kecepatan jelajah juga Pemerintah Republik Indonesia mengalami
menjadi faktor yang paling utama. Ketersediaan kerugian serta berakibat terhadap terhambat-
Kapal Pengawas Perikanan yang dimiliki sam- nya pembangunan nasional. Oleh karena itu,
pai dengan saat ini sebanyak 35 kapal yang ter- secara kriminologik, tipe kejahatan illegal fish-
sebar di wilayah barat dan timur Indonesia, ing dapat digolongkan kedalam kejahatan eko-
adapun spesifikasi kapal pengawas perikanan nomi (economiccrime). Rumusan tindak pidana
dapat dilihat pada Tabel 5. Sesuai dengan tu- dibidang perikanan memiliki faktor kriminogen
220 Marine Fisheries 8(2): 211-221, November 2017

yang serupa dengan tindak pidana ekonomi DAFTAR PUSTAKA


dan akibat yang ditimbulkan berdampak pada
kepentingan bangsa dan negara dalam menca- [DJPSDKP] Direktorat Jenderal Pengawasan
pai kemakmuran rakyat (Lewerissa 2010). Se- Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan.
lanjutnya ketersediaan perangkat penegakan 2013. Data Dan Informasi Pengawasan
hukum dalam hal ini ketersediaan penyidik dan Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan.
hakim perikanan berdasarkan data menun- Jakarta (ID): PSDKP Press
jukan jumlah PPNS Perikanan sampai dengan CristÓbal JRS, 2011. Multicriteria Decision-
tahun 2013 sebanyak 424 orang dimana seba- Making in the Selection of a Renewable
nyak 17 orang bertugas di Stasiun PSDKP Energy Project in Spain: The Vikor
Pontianak. Sedangkan untuk Hakim Ad Hock Method. Elsavier, Renewable Energy. 36:
Pengadilan Perikanan sampai dengan tahun 498-502
2013 sebanyak 57 orang, yang bertugas di
Pontianak sebanyak 8 orang dan Natuna 4 Djalal Hasyim. 2013. Pengelolaan Batas Mari-
orang serta sisanya bertugas di satker lainnya tim dan Kawasan Perbatasan : Menentu-
yang tersebar di seluruh Indonesia (DJPSDKP Kan Batas Negara Guna Meningkatkan
2013). Pengawasan, Penegakan Hukum dan
Kedaulatan NKRI. Jurnal Pertahanan.
Dari enam kriteria yang ditetapkan tentu- 3(13).
nya masih bisa ditambahkan kriteria lainnya se-
suai dengan kebutuhan dilapangan, sehingga Fitriana AN, Harliana, Handaru. 2015. Sistem
dapat dihasilkan perhitungan yang lebih akurat Pendukung Keputusan untuk
guna dijadikan rekomendasi dalam penentuan Menentukan Prestasi Akademik Siswa
wilayah kerja strategis pengawasan perikanan. dengan Metode Topsis. Citec Journal.
2(2): 153–164.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Gaoa L, Hailub A. 2013 Identifying Preferred
33/PERMEN-KP/2016 tentang Organisasi Dan Management Options: An Integrated
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Agent Based Recreational Fishing
Sumber Daya Kelautan Dan Perikanan, menun- Simulation Model with an AHP-TOPSIS
jukan bahwa adanya peningkatan wilayah kerja Evaluation Method. Elsavier Ecological
pengawasan perikanan, terdapat penambahan Modell-ing. 249: 75-83
unit pelaksana teknis pengawasan, yang semu- Gumus AT, 2009. Evaluation of Hazardous
la ada dua Pangkalan PSDKP sekarang menja- Waste Transportation Firms by Using a
di enam Pangkalan PSDKP. Diantara keenam Two Stepfuzzy-AHP and TOPSIS
pangkalan tersebut, salah satunya adalah Sat- Methodology. Elsavier Expert Systems
ker Batam yang berubah statusnya menjadi with Appli-cations. 36: 4067-4074.
Pangkalan PSDKP. Hal tersebut menunjukan
bahwa hasil penelitian dengan menggunakan Hermawan V. 2015. Penentuan Lokasi Program
metode TOPSIS yang menghasilkan tiga wila- Pengembangan Kawasan Perdesaan
yah prioritas (Batam, Pontianak dan Natuna) Berkelanjutan Kabupaten Bulungan
dapat dijadikan acuan dalam pengambilan ke- Provinsi Kalimantan Utara. Makalah.
putusan penentuan wilayah kerja strategis guna Dalam: Seminar Nasional V Teknik Sipil
meningkatkan pengawasan perikanan. di UMS, 19 Mei.
Lewerissa YA. 2010. Praktek Illegal Fishing di
Perairan Maluku sebagai Bentuk Kejahat-
KESIMPULAN an Ekonomi. Jurnal Sasi. 16(3): 61-68
Tiga wilayah kerja strategis terpilih dari Junaidi J, Supriadi A, Riswandi E, Herman.
11 alternatif dan 6 kriteria untuk peningkatan 2013. Sewindu Operasional Kapal Peng-
pengamanan perikanan tangkap di WPP NRI awas. Ohairat F, editor. Jakarta (ID):
711, yaitu; Batam, Pontianak dan Natuna. PSDKP Press.
Munaf DR. 2013. Studi Analisis Tipikal Infra-
struktur Keamanan Laut di Pusat dan
SARAN Daerah. Jurnal Sosioteknologi. 28: 320-
Hasil perhitungan TOPSIS tersebut dapat 339
dijadikan pertimbangan dalam menentukan Murti AC, Setyaningsih NYD. 2016. Kombinasi
strategi atau kebijakan dalam penempatan ka- Sistem Pendukung Keputusan dan
pal pengawas perikanan di dermaga pangkalan Sistem Informasi Geografis dalam
yang strategis di WPP NRI 711. Penentuan Lokasi Industri di Kudus.
Jurnal SIMETRI. 7(1): 263-272.
Krisnafi et al. – Penentuan Prioritas Wilayah Kerja untuk Peningkatan Pengawasan Perikanan 221

Rustam I. 2016. Tantangan ALKI dalam Mewu- Teknik Industri. 16(1): 25–32. doi:
judkan Cita-Cita Indonesia sebagai Poros 10.9744/ jti.16.1.25-32.
Maritim Dunia. Indonesian Perpective.
Torlak G, Sevkli M, Sanal M, ZaimS. 2011.
1(1): 1-21
Analyzing Business Competition by using
Singh R, Kumar H, Singla RK. 2014. TOPSIS Fuzzy TOPSIS Method : An Example of
Based Multi Criteria Decision Making of Turkish Domestic Airline Industry.
Feature Selection Technique for Network Elsevier. 38: 3396–3406.
Traffic Dataset. International Journal of doi:10.1016/j.eswa.20 10. 08.125.
Engineering ang Technology (IJET). 5(6):
Zunaidi M, Ishak, Sidik MZ. 2017. Sistem Pen-
4598-4604.
dukung Keputusan dalam Menentukan
Suharyo Okol Sri, Manfaat Djauhar, Armono Lingkungan yang Rentan Terjangkit Pe-
Haryo. 2015. Aplikasi Fuzzymulti Criteria nyakit DBD. Jurnal Ilmiah Saintikom.
Decision Making (FMCDM) dalam Pemo- 16(1): 99-112.
delan Penentuan Lokasi Pengembangan
Zyoud SH, Kaufmann LG, Shaheen H, Samhan
Pangkalan Angkatan Laut. Seminar
S and Fuchs-hanusch D. 2016. A Frame-
Nasional Sains dan Teknologi Terapan III
Work for Water Loss Management in
2015.
Developing Countries Under Fuzzy
SukwadiR, Yang C. 2014. Integrasi Fuzzy AHP- Environment : Integration of Fuzzy AHP
TOPSIS dalam Evaluasi Kualitas with Fuzzy TOPSIS. Elsevier. 61: 86–
Layanan Elektronik Rumah Sakit. Jurnal 105. doi: 10.1016/j. eswa.2016.05.016

You might also like