You are on page 1of 20

DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.

115-134

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Disampaikan : 19 Juni 2020


Direview : 22 Juni 2020
Volume 9 No 2 - Juli 2020 (Edisi Khusus COVID-19)
Diterima : 7 Juli 2020
http://journal.unpar.ac.id/index.php/jrsi/index
ISSN 2339-1499 (online) – ISSN 0216-1036 (print)

Analisis Risiko Produk Alat Pelindung Diri (APD)


Pencegah Penularan COVID-19 untuk Pekerja Informal di Indonesia

Yansen Theopilus, Thedy Yogasara, Clara Theresia, Johanna Renny Octavia


Pusat Studi Ergonomi, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan
Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141
Email: yansen_theopilus@unpar.ac.id, thedy@unpar.ac.id, claratheresia@unpar.ac.id, johanna@unpar.ac.id

Abstract

The Coronavirus Disease of 2019 (COVID-19) that is transmitted through the human respiratory system has a
very high infection rate worldwide, including Indonesia. To cut off this outbreak, Indonesia has implemented
some social distancing strategies that have an impact on the significant decrease of economic growth rate and
the increase of poverty rate. To meet basic needs, people should continue their work in the middle of COVID-
19 fear. Informal workers are among the most vulnerable groups to COVID-19 transmission because they
frequently interact with the outsiders and find it difficult to comply with the health protocols. One way to prevent
the COVID-19 transmission is the use of Personal Protective Equipment (PPE) such as masks, face shields,
and gloves. Although these products to some degree are effective in preventing transmission, several risks that
may endanger its users, such as incorrect or excessive use, incorrect maintenance, bad PPE design, and others.
Therefore, this research aims to analyze the risks of the COVID-19 PPE and review the prevention
recommendations for these risks. Risk analysis was carried out using the Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) to analyze the use of masks, face shields, and gloves for the context of general informal workers in
Indonesia. There are 5 aspects analyzed: product design, preparation for use, use, storage, and disposal. Based
on the analysis, there are 10 mask risks, 15 face shield risks, and 12 gloves risks that need to be considered by
informal workers and PPE designers and manufacturers as well.

Keywords: COVID-19, Face Shield, FMEA, Gloves, Mask, Personal Protective Equipment.

Abstrak

Penyakit virus corona 2019 (COVID-19) yang menular melalui sistem pernafasan manusia memiliki laju infeksi
yang sangat tinggi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Untuk memutus persebaran, Indonesia telah
menjalankan sejumlah strategi pembatasan sosial yang berdampak pada penurunan laju pertumbuhan ekonomi
secara signifikan dan peningkatan kemiskinan. Demi memenuhi kebutuhan hidup, masyarakat harus tetap
bekerja di tengah kekhawatiran terhadap COVID-19. Pekerja informal merupakan sektor pekerja yang paling
rentan terhadap penularan karena mereka banyak berinteraksi dengan orang luar dan sulit mematuhi protokol
kesehatan. Salah satu pencegahan COVID-19 yang efektif adalah pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) seperti
masker, face shield, dan sarung tangan. Meskipun efektif, terdapat beberapa potensi risiko APD tersebut yang
dapat membahayakan, seperti pemakaian yang salah atau berlebihan, pembersihan yang keliru, pemilihan jenis
APD yang salah, dan lain-lain. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko rancangan
serta penggunaan APD pencegah penularan COVID-19 dan mengkaji rekomendasi pencegahan risiko. Analisis
risiko menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) pada produk masker, face shield, dan
sarung tangan terhadap konteks pekerja informal secara umum. Terdapat 5 aspek yang dianalisis, yaitu
rancangan produk, proses persiapan pemakaian, proses pemakaian, proses penyimpanan, dan proses
pembuangan. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan total sebanyak 10 risiko masker, 15 risiko face shield, dan
11 risiko sarung tangan yang perlu diperhatikan oleh pekerja informal maupun perancang dan produsen APD.

Kata kunci: Alat Pelindung Diri, COVID-19, Face Shield, FMEA, Masker, Sarung Tangan

115
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Pendahuluan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)


Sejak Desember 2019, dunia digemparkan (Pemerintah RI, 2020). PSBB merupakan
dengan munculnya COVID-19 yang merupakan peraturan khusus bagi daerah yang memiliki
penyakit pernafasan akut disebabkan oleh virus kasus COVID-19 signifikan untuk membatasi
corona yang bernama severe acute respiratory berbagai aktivitas sosial yang minimal meliputi
syndrome coronavirus 2 atau disingkat SARS- peliburan sekolah dan tempat kerja,
CoV-2 (Gorbalenya et al., 2020). Hingga 17 pembatasan kegiatan agama, dan pembatasan
Juni 2020, World Health Organization (WHO) kegiatan di fasilitas umum (Pemerintah RI,
mencatat bahwa terdapat 8.061.550 orang 2020). Meskipun PSBB dianggap efektif
terinfeksi COVID-19 dan 440.290 orang menekan persebaran COVID-19, strategi ini
meninggal dunia (WHO, 2020a). Meskipun memberikan dampak negatif terhadap
Case Fatality Rate (CFR) COVID-19 hanya perekonomian, seperti lumpuhnya aktivitas
sekitar 5,46%, penyakit ini sangat berbahaya ekonomi, banyak pekerja dirumahkan maupun
karena persebaran yang sangat cepat hingga dipecat, aktivitas logistik yang terhambat, dan
menginfeksi 216 negara (Worldometer, 2020). lain-lain. Upaya pencegahan COVID-19 yang
Selain itu, gejala penyakit ini cukup masif berdampak pada buruknya pertumbuhan
mengganggu seperti demam, batuk kering, ekonomi Indonesia pada triwulan 1 yang hanya
sesak nafas, sakit dada, sakit kepala, diare, dan sebesar 2,97% dari target sekitar 5% (Badan
gejala minor lainnya (Harapan et al., 2020). Pusat Statistik, 2020).
Untuk mencegah persebaran yang tidak Berdasarkan fenomena tersebut,
terkendali, maka WHO menetapkan COVID-19 Pemerintah Indonesia berupaya memberi izin
sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 (WHO, aktivitas perekonomian agar dapat kembali
2020b) untuk meningkatkan kewaspadaan normal (Kemenkes, 2020a, 2020b). Meskipun
akan penyakit ini. Status pandemi ini menjadi khawatir, masyarakat harus tetap menjalankan
perhatian bagi dunia untuk melakukan berbagai pekerjaannya untuk dapat bertahan hidup.
upaya pencegahan persebaran COVID-19. Maka dari itu, diperlukan perlindungan ekstra
Kemampuan virus ini untuk melakukan bagi para pekerja yang harus tetap bekerja.
transmisi antar manusia membuat Salah satu cara melindungi diri dari
penyebarannya sulit dikendalikan (Shereen et penularan COVID-19 adalah dengan
al., 2020). Secara umum, COVID-19 dapat menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
menular melalui perpindahan cairan tubuh Beberapa jenis APD yang diwajibkan atau
seperti saat batuk atau bersin ketika manusia disarankan untuk mencegah penularan COVID-
melakukan kontak jarak dekat. Maka, terdapat 19 adalah masker (mask), pelindung wajah
beberapa strategi yang umum dilakukan untuk (face shield), dan sarung tangan (gloves). APD
mencegah kontak jarak dekat tersebut, seperti tersebut bertujuan untuk mencegah paparan
strategi social distancing, lockdown wilayah, virus ke dalam tubuh ataupun menularkan virus
rapid diagnostic testing, dan lain-lain. ke orang lain.
Sejak 2 Maret 2020, Indonesia termasuk Meskipun seluruh APD tersebut bermanfaat
dalam daftar negara yang telah memiliki kasus dalam mencegah penularan, APD dapat
terinfeksi COVID-19. Hingga 17 Juni 2020, memiliki risiko yang mengancam keselamatan
tercatat 41.431 orang terinfeksi dan 2.276 pekerja selama penggunaan. Berdasarkan
orang meninggal dunia akibat COVID-19 di penelitian pendahuluan, terdapat beberapa
Indonesia (Gugus Tugas COVID-19, 2020a). fenomena terkait risiko APD, seperti desain
Dengan CFR sebesar 5,5% dan pertambahan tidak ergonomis, pemakaian berlebihan
kasus yang tinggi, Pemerintah Indonesia menimbulkan sakit di beberapa bagian tubuh,
mengupayakan berbagai strategi untuk penyimpanan dan pembuangan yang
memutus persebaran COVID-19. Beberapa membahayakan, dan lainnya. Minimnya kajian
strategi pencegahan yang telah dilakukan oleh dan pemahaman mengenai APD yang baik
Pemerintah antara lain pembentukan Gugus menimbulkan potensi pekerja tidak sadar akan
Tugas penanganan COVID-19 (Keppres, risiko yang muncul dalam pemakaian APD.
2020), percepatan pengujian COVID-19, Hingga saat ini, beberapa penelitian terkait
penyusunan protokol kesehatan (Gugus Tugas risiko pemakaian APD sudah dilakukan, namun
COVID-19, 2020b), dan pelaksanaan belum ada analisis yang spesifik membahas
risiko APD terkait pencegah penularan COVID-

116
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

19 dalam rangka mempersiapkan diri untuk


menghadapi kebiasaan baru dimana manusia Metodologi
harus tetap beraktivitas di tengah pandemi ini.
Analisis risiko dilakukan menggunakan
APD pencegah penularan COVID-19 juga
metode Failure Mode and Effect Analysis
bukan merupakan produk yang umum
digunakan untuk bekerja sebelumnya, maka (FMEA) yang merupakan metode terpadu untuk
diperlukan analisis dampak risiko terhadap menganalisis dan mengevaluasi risiko potensial
pemakaian APD tersebut jika digunakan pada dan aktual dari suatu produk atau proses dan
aksi potensial untuk mencegah risiko tersebut
saat bekerja beserta rekomendasi aksinya agar
(Yang & El-Haik, 2009). Kelebihan FMEA
pekerja tetap terlindungi dari paparan virus.
adalah analisis risiko yang lebih mendalam
Oleh karena itu, Penelitian ini bertujuan
berdasarkan dimensi keparahan, deteksi, dan
untuk menganalisis risiko berkaitan dengan
kejadian yang menghasilkan prioritas risiko,
desain, persiapan, pemakaian, penyimpanan,
tahapan analisis yang cepat dan mudah, serta
dan pembuangan APD pencegah penularan
adanya rekomendasi aksi untuk
COVID-19. Penelitian ini berfokus pada pekerja
menanggulangi tiap potensi risiko yang muncul.
informal karena mayoritas pekerja pada sektor
ini merupakan pekerja di lapangan yang harus Kelemahan dari FMEA adalah penentuan nilai
risiko yang membutuhkan justifikasi kualitatif
berinteraksi dengan orang banyak, lebih
sehingga berpotensi menimbulkan bias.
banyak menggunakan aktivitas fisik, dan tidak
Penelitian ini menggunakan FMEA agar dapat
memiliki perlindungan kesehatan serta
menganalisis risiko APD pencegah penularan
lingkungan kerja yang baik. Menurut
COVID-19 secara detail dan cepat serta dapat
International Labour Organization (ILO),
menghasilkan rekomendasi aksi yang aplikatif
pekerja informal yang diperkirakan sebanyak
dan terstruktur untuk para pekerja informal
61% dari total pekerja dunia merupakan pekerja
untuk meminimalkan risiko yang muncul. FMEA
yang paling rentan terhadap risiko keselamatan
juga memudahkan pekerja informal dalam
kerja dan proteksi terhadap COVID-19 (ILO,
2020). Beberapa karakteristik umum pekerja memahami peminimalan risiko mana yang
harus lebih diprioritaskan.
informal di antaranya pekerjaan dominan fisik di
lapangan, berpendidikan rendah, ekonomi FMEA terdiri dari 4 proses utama, yaitu
pendefinisian scope produk atau proses yang
menengah ke bawah, dan tidak berada di
diamati, identifikasi semua risiko potensial dan
bawah aturan (BPPN, 2009). Contoh pekerja
aktual yang mungkin terjadi pada sistem,
informal yaitu pedagang kaki lima, buruh,
penentuan prioritas risiko, dan perancangan
tukang reparasi, peternak, dan lain-lain. Contoh
tindakan korektif untuk pencegahan risiko.
pekerja informal terdapat pada Gambar 1.
Pada proses ketiga, terdapat penentuan Risk
Priority Number (RPN) untuk menunjukkan
risiko yang lebih berbahaya dan
pencegahannya lebih urgen untuk dilakukan.
Penentuan nilai RPN dapat dilihat pada Tabel
1-3 dengan mengalikan nilai yang didapat dari
3 kriteria berikut (Manuele, 2008):
1. Tingkat keparahan (severity): seberapa
parah efek yang ditimbulkan suatu risiko.
2. Tingkat kejadian (occurrence): seberapa
Gambar 1. Penggunaan APD pada Pekerja
Informal – Pedagang Pasar besar kemungkinan suatu risiko terjadi.
(Sumber: Merdeka.com) 3. Tingkat deteksi (detection): seberapa mudah
mendeteksi terjadinya suatu risiko.
Pada penelitian ini, analisis risiko dilakukan Pada penelitian ini, penentuan nilai RPN tiap
sesuai dengan karakteristik dan konteks risiko dilakukan berdasarkan observasi
pekerjaan dari para pekerja informal secara langsung dan tidak langsung, studi literatur,
umum di Indonesia. Dengan demikian, serta konsensus tim peneliti di bidang keahlian
penelitian ini dapat berkontribusi dalam Ergonomi serta Kesehatan dan Keselamatan
memaparkan risiko-risiko berkaitan dengan Kerja (K3) terhadap pengalaman masa lalu dan
APD dan bagaimana mengatasi risiko tersebut.

117
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

situasi pekerjaan umum pekerja informal di produk, persiapan pemakaian, pemakaian,


Indonesia saat pandemi berlangsung. penyimpanan, dan pembuangan produk.
Analisis kelima hal tersebut dilakukan agar
Tabel 1. Kriteria Evaluasi Tingkat Keparahan Risiko dapat mencakup keseluruhan proses interaksi
Efek Nilai pengguna dengan produk APD sejak awal mula
Berbahaya: Tanpa Peringatan 10 memilih APD hingga membuang APD tersebut
Berbahaya: Dengan Peringatan 9 setelah tidak digunakan.
Sangat Tinggi (Kehilangan fungsi primer) 8
Hasil dan Diskusi
Tinggi (Kehilangan fungsi sekunder) 7
Sedang (Efektivitas beberapa fungsi turun) 6
Masker (Mask)
Rendah (Efektivitas sedikit fungsi turun) 5 Masker merupakan salah satu alat yang
Sangat Rendah (Gangguan ringan) 4 berfungsi melindungi pengguna dari partikel
berbahaya serta kontaminan yang dapat masuk
Minor (Berefek tapi tidak mengganggu) 3
melalui mulut dan hidung. Fakta bahwa COVID-
Sangat Minor (Efek dapat diabaikan) 2
19 menyebar lewat droplets membuat masker
Tidak Ada Efek Sama Sekali 1
menjadi salah satu alat pelindung diri (APD)
(Sumber: Manuele, 2008; Yang & El-Haik, 2009) yang dapat diandalkan karena masker bisa
digunakan untuk menahan percikan tersebut
Tabel 2. Kriteria Evaluasi Tingkat Kejadian Risiko
menyebar. Dalam bidang kesehatan, masker
Probabilitas Kejadian Nilai
memiliki fungsi secara umum untuk mencegah
Sangat Tinggi (Sangat sering terjadi) 9-10 kontaminasi virus ataupun penyakit. Pada
Tinggi (Sering terjadi) 7-8 pemakaian sehari-hari, masker digunakan
Sedang (Terjadi sesekali) 4-6 untuk mengurangi paparan debu dan polusi
Rendah (Jarang terjadi) 2-3 udara saat berada di luar ruangan.
Sangat Rendah (Hampir tidak pernah) 1 APD standar yang diwajibkan oleh WHO
(Sumber: Manuele, 2008; Yang & El-Haik, 2009) bagi para pekerja medis yaitu masker medis,
sarung tangan, eye protection (goggles atau
Tabel 3. Kriteria Evaluasi Tingkat Deteksi Risiko face shield) dan gown atau baju pelindung
Tingkat Deteksi Nilai tubuh (WHO, 2020d). Bagi pekerja non medis,
Sama Sekali Tidak Dapat Terdeteksi 10 masker juga menjadi APD yang wajib
Hampir Tidak Dapat Terdeteksi 9 digunakan untuk melindungi diri selama
Kemungkinan Kecil Dapat Terdeteksi 8 beraktivitas di luar rumah, khususnya ketika
Sangat Rendah (Sangat sulit terdeteksi) 7 bekerja untuk menyambung kehidupan.
Rendah (Sulit terdeteksi) 6 Secara umum masker dapat dibedakan
Sedang (Peluang terdeteksi/tidak - setara) 5 menjadi masker medis atau surgical mask dan
Cukup Tinggi (Cukup mudah dideteksi) 4
masker non medis atau banyak yang
Tinggi (Mudah dideteksi) 3
menyebutkan sebagai cloth mask atau masker
kain dan N95 respirator. Masker medis dan N95
Sangat Tinggi (Hampir selalu terdeteksi) 2
lebih disarankan digunakan oleh petugas
Pasti Selalu Terdeteksi dengan Jelas 1
(Sumber: Manuele, 2008; Yang & El-Haik, 2009)
kesehatan. Menurut asosiasi Food and Drug
Administration (FDA) di Amerika, masker medis
Pada penelitian ini, terdapat 3 produk atau surgical mask merupakan alat pelindung
beserta prosesnya yang akan dianalisis yang longgar, mudah digunakan, dan untuk
berdasarkan konteks penggunaan pekerja penggunaan sekali pakai (FDA, 2020). Masker
informal secara umum di Indonesia, yaitu medis ini memiliki lapisan filter yang berfungsi
masker, pelindung wajah, dan sarung tangan. untuk melindungi pengguna dari partikel,
Ketiga produk ini dipilih karena merupakan percikan, semprotan yang mungkin saja
produk perlindungan utama dari penularan mengandung bakteri, virus yang dapat
COVID-19 yang mudah diperoleh, relatif ditularkan melalui batuk, bersin, ataupun
terjangkau, dan dianjurkan di Indonesia. prosedur medis lainnya. Masker medis lainnya,
Dalam proses FMEA yang dilakukan, scope yaitu N95 merupakan masker yang berfungsi
sistem yang diamati untuk masing-masing untuk melindungi pengguna dari partikel
produk terkait dengan 5 hal, yaitu rancangan berbahaya seperti partikel aerosol, droplets,

118
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

dan juga 95% filtrasi dari partikel airborne yang WHO mengeluarkan panduan singkat
ada (CDC, 2020a). Pada Gambar 2 terdapat mengenai cara penggunaan masker kain yang
jenis masker yang umum digunakan. efektif sebagai berikut (WHO, 2020c):
1. Mencuci tangan sebelum menyentuh
masker.
2. Inspeksi jika masker rusak ataupun kotor.
3. Menggunakan masker tanpa ada celah.
4. Memastikan masker menutup mulut,
hidung, dan dagu.
5. Menghindari menyentuh masker dan jika
tidak sengaja tersentuh, pengguna
mencuci tangan terlebih dahulu.
6. Mencuci tangan sebelum melepaskan
masker.
7. Melepaskan masker dari tali pengait yang
ada di belakang telinga.
8. Menarik masker dari tali pengait untuk
mengeluarkan masker.
Gambar 2. Jenis Masker
9. Menyimpan masker pada plastik dan
(a) Masker Medis 3 Lapis; (b) Masker Medis N95;
(c) Masker Kain Katun; (d) Masker Kain Scuba
wadah yang bersih jika masker masih
(Sumber: www.fda.gov; www.amazon.in; bersih dan layak digunakan kembali.
www.halodoc.com; www.lazada.co.id) 10.Mencuci masker dengan sabun atau
detergen, sebaiknya dengan air panas
Saat terjadi kelangkaan masker medis untuk minimal sekali sehari.
tenaga medis, masker non medis atau masker 11.Mencuci tangan setelah melepaskan
kain menjadi alternatif yang mudah didapatkan, masker.
ekonomis, dan sustainable karena bisa dipakai Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan
beberapa kali dengan pembersihan yang tepat protokol di tempat kerja perkantoran dan
(Esposito et al., 2020). Kementerian Kesehatan industri dalam mendukung keberlangsungan
mengeluarkan surat edaran baru yang usaha pada situasi pandemi, dengan beberapa
mendukung penggunaan masker non medis petunjuk praktis sebagai berikut (Kemenkes,
berbahan dasar kain. WHO pun turut 2020b):
menyarankan penggunaan masker non medis 1. Memastikan tubuh dalam kondisi sehat
berbahan dasar kain tiga lapis, yaitu bagian luar sebelum berangkat kerja.
yang kedap air (water resistant), bagian tengah 2. Menjaga kebersihan tangan dengan
yang berfungsi sebagai filter, dan lapisan dalam sering mencuci tangan dengan sabun dan
yang bersifat menyerap air (WHO, 2020c). air mengalir atau hand sanitizer.
Masker kain diharapkan bisa mengurangi 3. Menghindari menyentuh area wajah
potensi perpindahan droplets dari pengguna seperti mata, hidung, dan mulut.
masker. Center for Disease Control and 4. Tetap menjaga jarak atau physical
Prevention (CDC) mengeluarkan petunjuk distancing minimal 1 meter saat
praktis dalam melindungi diri dan orang lain dari berhadapan dengan rekan kerja saat
COVID-19, yaitu menutup mulut dan hidung bertugas.
saat berinteraksi dengan orang lain dan 5. Menggunakan pakaian khusus kerja dan
mewajibkan penggunaan masker kain jika mengganti pakaian setelah bekerja.
hendak bepergian. Masker kain tidak 6. Menggunakan masker saat berangkat dan
disarankan untuk anak berusia di bawah 2 pulang dari tempat kerja serta selama
tahun dan pengguna yang memiliki gangguan berada di tempat kerja.
pernafasan. Selain untuk melindungi diri, 7. Segera mandi dan berganti pakaian
penggunaan masker kain merupakan cara sebelum kontak dengan anggota keluarga
untuk melindungi orang lain jika seseorang di rumah.
terinfeksi virus (CDC, 2020a). Meskipun masker terbukti sangat efektif
sebagai APD pencegah penularan COVID-19,
terdapat beberapa risiko yang perlu

119
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

diperhatikan oleh pekerja informal maupun risiko masker beserta usulan aksi untuk
produsen yang membuatnya agar penggunaan mengatasinya terdapat pada Tabel 4 dan 5.
masker tidak menimbulkan masalah. Analisis

Tabel 4. Failure Mode and Effect Analysis APD Masker (Rancangan, Persiapan Pemakaian, dan Pemakaian)

120
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Tabel 5. Failure Mode and Effect Analysis APD Masker (Penyimpanan, Pembuangan)

Pada FMEA produk masker, terdapat 10 digunakan ini cukup tinggi. Potensi risiko
potensi risiko yang muncul dalam dapat diminimalkan jika adanya deteksi dini
penggunaan masker sebagai APD. Nilai terhadap risiko yang muncul, tetapi pada
prioritas risiko tertinggi yang dianalisis terletak proses tersebut nilai skor detection berada di
pada proses pemakaian masker (RPN= 576). angka 8 yang menunjukkan deteksi aktivitas
Potensi risiko yang paling tinggi terjadi saat tersebut sangat rendah (Manuele, 2008).
pekerja memakai masker yakni pada proses Nilai prioritas risiko yang cukup tinggi juga
melepaskan masker di tempat umum. Risiko terdapat pada proses membersihkan masker
ini memperbesar potensi penularan virus dan yang layak pakai untuk digunakan kembali
kontaminan berbahaya. Dampak risiko yang (RPN= 512). Pada proses membersihkan
muncul adalah pengguna bisa terkena masker, potensi risiko yang sering terjadi
penularan COVID-19 lewat droplets, adalah kelalaian dengan menggunakan
sentuhan, dan media lainnya. Hingga saat ini, masker kembali tanpa dibersihkan terlebih
WHO telah mengeluarkan protokol kesehatan dahulu (occurrence= 8 dengan kategori
yang menganjurkan pengguna masker kain sangat sering terjadi). Proses pembersihan
agar tidak melepaskan masker saat berada di masker pun tidak bisa diabaikan mengingat
tempat umum dan tetap menjaga jarak atau potensi risiko masih adanya kontaminan yang
physical distancing minimal 1 meter saat menempel pada masker yang belum
berinteraksi dengan orang lain (WHO, 2020c). dibersihkan dengan baik (severity score= 8
Meskipun adanya edaran dan himbauan dengan kategori bahaya sangat tinggi).
tersebut, tingkat kesadaran dan kedisiplinan Proses pencegahan atau deteksi yang bisa
pengguna masih sangat rendah sehingga dilakukan pengguna memiliki skor 8 yang
risiko yang muncul saat melepaskan masker artinya tingkat deteksi atau kelalaian tersebut
di tempat umum masih tergolong sangat tinggi sangat rendah sekali karena kedisiplinan
atau sangat sering terjadi dengan nilai pengguna masker pemakaian berulang masih
occurrence di angka 9. Nilai skor severity atau cukup rendah untuk menjaga kebersihan
dampak risiko berada pada skor 8 yang masker sebelum digunakan kembali. WHO
menyatakan bahwa dampak risiko yang telah mengeluarkan protokol untuk
terjadi akibat kelalaian membuka masker saat membersihkan masker pemakaian berulang

121
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

bahwa sebaiknya masker dicuci utama, tetapi digunakan bersamaan dengan


menggunakan detergen dan air panas serta APD lainnya, seperti masker dan safety
mengeringkan masker yang telah dicuci goggles (Lindsley et al., 2014; Roberge,
dengan baik (WHO, 2020c). 2016), karena cairan mikro yang mungkin
Pada proses pembuangan masker yang masuk ke wajah melalui sisi face shield.
sudah tidak layak pakai juga memiliki skor Cukup banyak jenis face shield yang
RPN yang cukup tinggi, yaitu 448. Proses tersedia, mulai dari tipe profesional untuk
pembuangan masker yang sudah tidak layak pekerja medis hingga tipe buatan sendiri (do-
pakai cenderung sering diabaikan. Pengguna it-yourself). Pada penelitian ini, analisis face
merasa masker yang dipakai masih cukup shield difokuskan pada jenis yang dapat
layak meskipun sudah longgar atau robek. digunakan oleh pekerja umum, khususnya
Potensi risiko pada proses pembuangan pekerja informal (blue-collar worker), dan
masker, yaitu masker tidak dibuang secara memiliki harga yang relatif murah. Secara
terpisah dengan sampah lainnya garis besar, face shield tersebut dapat
(occurrence= 7 dengan kategori sering diklasifikasikan menjadi dua kategori
terjadi). Dampak yang muncul dari proses (Karyaone, 2020):
pembuangan masker yang tidak tepat adalah
menyebarnya kontaminan berbahaya dari 1. Standard face shield
masker yang telah dipakai (severity= 8 Face shield tipe ini memiliki struktur
dengan kategori bahaya sangat tinggi). sederhana, yaitu bagian rangka (frame),
Deteksi dini yang bisa dilakukan adalah tameng transparan (visor), dan pengikat
dengan melakukan pengecekan kembali (Roberge, 2016). Bagian rangka biasanya
sebelum membuang masker agar terpisah terbuat dari plastik ringan dan berfungsi
dari bagian lain dan tidak bercampur dengan sebagai tempat dipasangnya visor dan
sampah lainnya saat dibuang di tong sampah dudukan ke kepala pengguna. Bagian frame
(skor detection= 8, deteksi sangat rendah yang bersentuhan dengan kepala pengguna
sekali). biasanya dilapisi bantalan busa (foam
cushion) agar lebih nyaman digunakan.
Pelindung Wajah (Face Shield) Frame ini disambung dengan pengikat berupa
Face shield adalah tameng transparan material elastis atau tali velcro sebagai
pengencang ke kepala. Pada tipe tertentu,
yang menutupi wajah dan mencegah droplet
bagian frame ini dapat diganti dengan bentuk
yang mengandung virus memasuki mata,
kacamata. Bagian visor secara umum terbuat
hidung, dan mulut (Ravenscroft, 2020). Face
shield merupakan APD yang banyak dari plastik transparan seperti polycarbonate,
propionate, acetate, PVC, dan PETG dengan
digunakan oleh pekerja medis. Namun
berbagai variasi ketebalan. Bagian visor
dengan merebaknya wabah COVID-19, saat
ini face shield banyak pula digunakan oleh dipasang pada rangka menggunakan baut
masyarakat umum. Hal ini disebabkan atau kancing pin, dan pada beberapa model,
bagian visor ini dapat dinaikkan dan
fungsinya yang cukup efektif melindungi dari
risiko terinfeksi COVID-19. APD ini juga diturunkan tanpa perlu melepas frame dari
kepala. Contoh standard face shield terdapat
banyak tersedia di pasaran dan harganya
terjangkau, bahkan dapat dibuat sendiri pada Gambar 3.
dengan peralatan sederhana.
Suatu studi menggunakan simulator batuk
yang menyemburkan aerosol yang
mengandung virus influenza (Lindsley et al.,
2014), menunjukkan bahwa penggunaan face
shield dapat menahan paparan virus sebesar
68%-96% pada jarak 46 cm dari sumber batuk
dan sesaat setelah batuk, bergantung pada
diameter droplet (3,4 – 8,5 µm). Walaupun Gambar 3. Contoh Standard Face Shield
demikian, face shield sangat dianjurkan untuk (Sumber: www.coccare.com; www.ufuncase.com)
tidak digunakan sebagai satu-satunya APD

122
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

11. Pemakaian face shield dapat


2. Face shield with cap/hat memperpanjang usia pemakaian masker
Face shield with cap/hat pada dasarnya saat dipakai bersamaan.
mirip dengan standard face shield, hanya saja Beberapa kelemahan face shield adalah
digunakan topi sebagai frame. Dengan (Roberge, 2016):
demikian, bagian atas kepala pengguna dapat 1. Dapat menimbulkan kesilauan (glare).
lebih terlindungi, sekaligus mencegah droplet 2. Dapat timbul kabut pada visor akibat uap
masuk melalui bagian atas wajah. Face shield nafas, sehingga mengganggu
tipe ini juga dianggap lebih nyaman dikenakan pandangan.
karena ukuran topi telah disesuaikan dengan 3. Dapat menimbulkan distorsi penglihatan.
ukuran kepala pengguna. Beberapa contoh 4. Berukuran cukup besar.
face shield with cap/hat ditunjukkan pada 5. Dibanding masker, terdapat risiko droplet
Gambar 4. masuk melalui sisi face shield yang
terbuka, jika lebar visor kurang. Hal ini
terkait face shield yang memiliki
peripheral fit (kerapatan bagian sisi) lebih
buruk dibanding masker.
Proses penggunaan face shield adalah
sebagai berikut:
1. Face shield yang hendak dipakai harus
dipastikan bersih.
2. Pengguna mencuci tangannya dan
Gambar 4. Contoh Face Shield with Cap/Hat memegang face shield hanya pada bagian
(Sumber: www.mollyssarasota.com; frame atau tali pengikat untuk mencegah
www.wish.com)
bagian visor terkontaminasi.
Face shield memiliki beberapa kelebihan 3. Face shield dipasangkan dengan posisi
sebagai berikut: (Perencevich et al., 2020; yang tepat dan bagian bantalan busa
Roberge, 2016; Ravenscroft, 2020): harus menempel rapat pada bagian dahi.
1. Melindungi seluruh bagian wajah (mata, Bagian pengikat harus memiliki ukuran dan
hidung, dan mulut) dari paparan infectious daya ikat yang tepat sehingga tidak
droplet. longgar atau tidak terlalu kencang. Jika
2. Cenderung lebih nyaman digunakan berbentuk topi, ukuran topi harus tepat
karena tidak melekat rapat seperti masker serta nyaman.
dan tidak terasa terlalu panas pada 4. Saat digunakan, jarak visor harus diatur
wajah. sehingga tidak terlalu jauh dari wajah
3. Memiliki durability yang cukup tinggi dan sehingga membuka celah pada bagian
dapat dibersihkan (disinfected) dengan bawah dan sisi wajah, namun juga tidak
mudah untuk dipakai ulang. terlalu dekat sehingga menyebabkan
4. Mudah dipasang dan dilepaskan. kesulitan bernafas atau timbul uap
5. Tidak mengganggu pernafasan. embusan nafas pada visor.
6. Memiliki harga yang relatif terjangkau dan 5. Selama penggunaan, sentuhan tangan
ketersediaan cukup banyak di pasaran. pada bagian visor harus diminimalkan
7. Tidak mengganggu pengguna dalam untuk mengurangi risiko terkontaminasi
berbicara. virus dari tangan pengguna.
8. Dapat digunakan bersamaan dengan 6. Untuk melepaskan visor, pengguna perlu
APD lain seperti kacamata dan masker. mencuci tangan terlebih dahulu lalu
9. Mencegah pengguna untuk menyentuh melepaskan face shield dengan
wajahnya. memegang bagian topi atau pengikat
10. Tidak menghalangi komunikasi non- dengan tangan.
verbal melalui ekspresi wajah, serta tidak 7. Sebelum disimpan, seluruh bagian face
menghambat komunikasi melalui shield harus dicuci bersih dengan sabun
pembacaan gerak bibir bagi tuna rungu. atau detergen. Setelah dikeringkan, face
shield disimpan di tempat yang bersih

123
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

untuk dapat dipergunakan kembali Bagian face shield yang berperan vital
kemudian. dalam menahan droplets adalah visor. Visor
8. Untuk pembuangan, sebaiknya face shield yang baik perlu memiliki ketebalan minimal
dicuci terlebih dahulu dan bagian visor 0,5 mm serta menutupi secara vertikal (bagian
dapat dipotong-potong untuk mencegah dahi hingga dagu) dan horizontal (telinga
face shield digunakan kembali oleh pihak hingga telinga) dengan sempurna tanpa
lain dan menjadi media potensial celah. Pemakaian face shield akan menjadi
penularan virus. percuma jika bagian visor dibuat dengan tidak
Sebelum adanya pandemi COVID-19, face benar dan area wajah tidak terlindungi dengan
shield bukanlah produk yang umum untuk baik. Maka dari itu, para pekerja harus lebih
digunakan oleh pekerja atau masyarakat. memperhatikan model visor pada face shield
Maka dari itu, ketika saat ini face shield yang akan dibeli, dan sebisa mungkin dapat
menjadi salah satu APD pencegah penularan mencobanya dahulu agar memastikan ukuran
virus yang efektif, diperlukan analisis terhadap visor dapat menutupi wajahnya dengan
risiko-risiko yang mungkin muncul dalam sempurna.
rancangan atau pemakaian face shield. Ketika digunakan untuk bekerja sehari-
Analisis risiko face shield serta usulan aksi hari, face shield sebaiknya tidak disentuh oleh
untuk mengatasinya terdapat pada Tabel 6 tangan sendiri maupun orang lain karena
dan 7. droplets pada permukaan visor dapat
Berdasarkan analisis FMEA terhadap mengontaminasi tangan seseorang. Hal ini
produk face shield, terdapat 15 potensi risiko sangat penting mengingat manusia memiliki
yang perlu diperhatikan agar pengguna probabilitas menyentuh wajahnya sendiri
terhindar dari bahaya dalam penggunaannya. hingga 16x dalam sejam (Citroner, 2020). Jika
Tiga risiko face shield yang paling prioritas tangan menyentuh wajah setelah menyentuh
untuk diperhatikan adalah face shield tidak visor bagian luar, maka akan sangat
dibersihkan atau dibersihkan dengan cara berbahaya bagi pengguna. Ketika memakai
yang salah setelah digunakan (RPN= 560), atau melepaskan face shield, pengguna juga
bagian visor pada face shield memiliki dimensi perlu berhati-hati untuk menghindari
yang tidak sesuai (RPN= 480), dan face shield pemegangan pada bagian luar visor
mengontaminasi pengguna saat digunakan semaksimal mungkin.
(RPN= 392). Pemilihan produk face shield juga sangat
Face shield terbukti efektif untuk menahan penting untuk dilakukan, khususnya karena
droplets dari orang lain ke area wajah face shield yang beredar di pasaran saat ini
pengguna. Namun, perlu diingat pula bahwa memiliki variasi yang cukup tinggi dalam hal
droplets yang tertahan tersebut tertinggal kualitas dan juga harga. Hendaknya
pada permukaan visor pada face shield, pengguna dapat memilih face shield dengan
sehingga perlu pembersihan yang baik visor yang menutupi wajah dengan sempurna
setelah digunakan. Jika tidak dibersihkan dan ketebalan yang sesuai. Face shield yang
dengan baik, maka sisa kotoran atau bahkan murah sering kali memiliki visor yang terlalu
paparan virus pada visor tersebut dapat tipis sehingga membuat perlindungan tidak
mengontaminasi area sekitar bahkan tubuh maksimal dan face shield menjadi cepat
pengguna. Sering kali, pekerja tidak rusak. Dengan demikian, tujuan seseorang
membersihkan peralatan kerjanya dengan membeli face shield yang murah agar lebih irit
baik, misalnya: pengemudi tidak tidak akan tercapai karena pada
membersihkan helmnya setiap hari, pekerja kenyataannya harus berkali-kali membeli.
konstruksi tidak mencuci sarung tangannya Mekanisme pemasangan face shield pada
setiap hari, atau pedagang kaki lima tidak wajah juga perlu disesuaikan dengan jenis
mencuci gerobaknya setiap hari. Maka dari pekerjaan. Untuk pekerjaan yang memiliki
itu, diperlukan kesadaran dan pemahaman mobilitas tinggi seperti pekerja konstruksi atau
yang tinggi akan pentingnya pembersihan pedagang kaki lima, sebaiknya menggunakan
face shield sebagai alat perlindungan diri, face shield dengan mekanisme
agar usaha melawan penularan COVID-19 pengencangan yang maksimal agar tidak
tidak sia-sia. mudah terlepas saat bekerja.

124
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Tabel 6. Failure Mode and Effect Analysis APD Face Shield (Rancangan dan Persiapan Pemakaian)

125
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Tabel 7. Failure Mode and Effect Analysis APD Face Shield (Pemakaian, Penyimpanan, Pembuangan)

126
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Sarung Tangan (Hand Gloves) Selain itu, sarung tangan lateks mengandung
Sarung tangan merupakan sebuah produk bedak pada bagian dalam, sehingga dapat
yang dapat dipakai (wearable product) yang menimbulkan alergi terhadap penderita
berfungsi untuk menyelubungi permukaan dermatitis (Health and Safety Executive,
tangan manusia. Sarung tangan memiliki fungsi 2020a). Maka, penelitian ini mengkaji sarung
utama untuk melindungi tangan manusia dari tangan plastik sebagai sarung tangan yang
paparan sesuatu dari lingkungan, seperti angin, efektif dan terjangkau bagi pekerja informal.
panas, debu, kuman, virus, dan lain-lain. Gambar ketiga jenis sarung tangan sekali pakai
Dalam kaitannya dengan perlindungan terdapat pada Gambar 5.
terhadap COVID-19, pemakaian sarung tangan
berfungsi sebagai APD untuk menghindari
paparan droplet / virus yang terdapat pada
benda-benda yang disentuh oleh tangan dan
juga menghindari transmisi virus dari tangan ke
benda-benda yang disentuh yang dapat
menginfeksi orang lain. Paparan virus pada
tangan cukup berbahaya karena manusia
sering kali menyentuh bagian wajah dengan Gambar 5. Sarung Tangan Sekali Pakai
(a) Plastik; (b) Nitril; (c) Lateks
tangan secara sengaja maupun tidak, sehingga (Sumber: www.amazon.in; www.graha
berpotensi terpapar virus. multisarana.com; www.omnisurge.co.za )
Tidak semua sarung tangan yang ada di
pasaran dapat digunakan sebagai APD Sarung tangan pemakaian berulang yang
perlindungan terhadap COVID-19. Kriteria umum di pasar Indonesia dan memenuhi dua
sarung tangan untuk perlindungan terhadap kriteria perlindungan COVID-19 adalah sarung
COVID-19 yang efektif adalah: tangan kain, sarung tangan karet (PVC/Silikon),
1. Menggunakan material yang tidak dan sarung tangan kulit. Material sarung tangan
menyerap air dan memiliki pori-pori yang kain terbatas pada jenis yang kedap air atau
cukup kecil untuk tidak meloloskan cairan berpori kecil seperti kain nilon, katun, neoprene,
ke bagian dalam sarung tangan. dan lain-lain. Dari ketiga jenis sarung tangan
2. Menyelubungi permukaan tangan secara tersebut, material kulit (asli maupun sintetis)
menyeluruh agar melindungi seluruh relatif lebih mahal untuk digunakan dalam
permukaan tangan. pekerjaan sehari-hari dan lebih sulit
Berdasarkan kriteria yang efektif sebagai APD dibersihkan. Maka, penelitian ini mengkaji
COVID-19, sarung tangan dapat dibagi sarung tangan kain dan karet yang efektif dan
berdasarkan kemampuan pakainya menjadi terjangkau bagi pekerja informal. Ketiga jenis
sarung tangan sekali pakai (disposable) dan sarung tangan pemakaian berulang dapat
sarung tangan pemakaian berulang (reusable). dilihat pada Gambar 6.
Terdapat 3 jenis material sarung tangan
sekali pakai yang umum di Indonesia, yaitu
sarung tangan plastik, sarung tangan nitril, dan
sarung tangan lateks. Sarung tangan plastik
memiliki harga yang sangat terjangkau dan
cukup efektif dalam menahan partikulat dari
luar. Namun, sarung tangan plastik cenderung
mudah sobek. Sarung tangan nitril dan lateks
merupakan jenis yang paling ampuh untuk Gambar 6. Sarung Tangan Pemakaian Berulang
menahan berbagai senyawa kimia dan (a) Kain; (b) Karet; (c) Kulit
(Sumber: www.dhgate.com; www.bandmanco.com;
partikulat lainnya (Argonne National www.mafepe.com)
Laboratory, 2014). Biasanya kedua jenis sarung
tangan ini diperuntukkan bagi pekerja di bidang Sama seperti APD lain, sarung tangan juga
kesehatan atau yang berhubungan dengan memiliki risiko. Analisis risiko sarung tangan
bahan kimia, namun kedua jenis sarung tangan serta usulan aksi untuk mengatasinya terdapat
ini jauh lebih mahal dari sarung tangan plastik. pada Tabel 8 dan 9.

127
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Tabel 8. Failure Mode and Effect Analysis APD Sarung Tangan (Rancangan dan Persiapan Pemakaian)

128
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Tabel 9. Failure Mode and Effect Analysis APD Sarung Tangan (Pemakaian, Penyimpanan, Pembuangan)

129
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Berdasarkan analisis FMEA sarung tangan, Kesimpulan


terdapat 12 potensi risiko yang perlu Berdasarkan hasil penelitian, masker
diperhatikan pada rancangan dan proses memiliki 2 risiko rancangan, 2 risiko persiapan,
penggunaannya. Dari 11 risiko tersebut, tiga 3 risiko pemakaian, 2 risiko penyimpanan, dan
risiko dengan RPN terbesar adalah risiko 1 risiko pembuangan. Risiko prioritas yang
sarung tangan menyentuh bagian wajah saat perlu diperhatikan pada masker adalah
bekerja (RPN= 500), sarung tangan pelepasan masker di tempat umum, masker
terkontaminasi ketika hendak digunakan tidak dibersihkan dengan baik setelah
pertama kali (RPN= 450), dan kontaminasi digunakan, dan pembuangan masker yang
sarung tangan ketika dilepaskan untuk keliru. Produk face shield memiliki 5 risiko
dibersihkan / dibuang (RP N= 315). Risiko rancangan, 3 risiko persiapan, 3 risiko
tangan menyentuh wajah sering sekali terjadi pemakaian, 3 risiko penyimpanan, dan 1 risiko
ketika beraktivitas, dan berbahaya apabila pembuangan. Risiko prioritas produk face
sarung tangan yang terpapar virus menyentuh shield adalah face shield tidak dibersihkan
wajah sendiri. Maka, diperlukan pencegahan dengan baik setelah digunakan, dimensi visor
dengan cara selalu mawas diri atau memakai tidak sempurna menutup wajah, dan face shield
APD seperti face shield untuk mencegah mengontaminasi pengguna saat digunakan.
tangan menyentuh area wajah. Risiko sarung Pada produk sarung tangan, terdapat 3 risiko
tangan terkontaminasi saat penggunaan rancangan, 4 risiko persiapan, 2 risiko
pertama kali sering kali terjadi karena sebagian pemakaian, 2 risiko penyimpanan, dan 1 risiko
orang Indonesia tidak suka mencuci sarung pembuangan. Risiko prioritas sarung tangan
tangan setelah dibeli. Karena kita tidak bisa yang perlu diperhatikan adalah sarung tangan
memastikan penjual memastikan kebersihan menyentuh bagian wajah saat bekerja, sarung
sarung tangan, maka sebaiknya kita selalu tangan terkontaminasi ketika digunakan
mencuci sarung tangan sebelum dipakai pertama kali, dan sarung tangan
pertama kalinya. Risiko kontaminasi sarung mengontaminasi tangan ketika dilepaskan.
tangan saat melepas sarung tangan juga sering Seluruh risiko prioritas yang disebutkan tidak
kali terjadi dan punya potensi bahaya yang hanya memiliki severity yang tinggi, namun juga
tinggi karena sarung tangan yang sudah dipakai sering dilakukan pekerja informal ketika bekerja
dapat terpapar virus atau partikulat lainnya. dan sulit dihindari dalam kegiatan sehari-hari.
Maka dari itu, cara melepas sarung tangan Analisis FMEA terhadap APD pencegah
yang benar (panduan melepas sarung tangan penularan COVID-19 menghasilkan cukup
yang tepat dapat dilihat pada Tabel 9) dan banyak risiko yang berpotensi membahayakan
pembersihan tangan setelahnya sangat penting para pekerja informal dalam menghadapi
untuk diperhatikan. kehidupan normal yang baru, dimana setiap
Seluruh risiko pada APD sarung tangan orang perlu meningkatkan awareness terhadap
memiliki tingkat severity di atas 7 yang potensi paparan virus. Pemakaian APD
menunjukkan bahwa risiko yang terjadi akan masker, face shield, dan sarung tangan
memberikan dampak yang berbahaya bagi memang sudah biasa dilakukan oleh pekerja
pengguna. Beberapa risiko yang mudah pada sektor tertentu, seperti tenaga medis atau
dideteksi dapat dicegah dengan mudah, seperti pekerja di lab kimia, namun hal ini sangat baru
mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun bagi para pekerja di sektor informal. Ketika
sebelum dan sesudah menggunakan sarung berhadapan dengan sesuatu yang baru, maka
tangan, memilih jenis sarung tangan yang tepat sangat penting bagi seseorang untuk
(panduan pemilihan pada Tabel 9), tidak memahami potensi risiko yang ada agar
menggunakan sarung tangan sekali pakai terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
berkali-kali, serta memakai dan melepas sarung Berdasarkan pembahasan penelitian, kita
tangan dengan cara yang benar. Pemilihan mengetahui bahwa penggunaan masker, face
jenis sarung tangan yang tepat juga berperan shield, dan sarung tangan sangat penting
besar mengatasi berbagai risiko sarung tangan dalam mencegah penularan COVID-19, maka
(panduan pemilihan sarung tangan yang tepat seluruh pekerja informal disarankan untuk
dapat dilihat pada Tabel 9), dimana pemilihan menggunakan. Namun, terdapat pengecualian
dilakukan berdasarkan jenis pekerjaan. apabila terdapat kondisi tertentu dimana

130
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

pekerja sulit menggunakan ketiga APD Daftar Pustaka


tersebut. Sebagai contoh, sulit bagi driver ojek
Argonne National Laboratory, FACT Sheet -
untuk menggunakan face shield bersamaan
Glove Selection, [Online], Diakses dari:
dengan helm, sulit bagi penerjemah tunarungu
https://www.aps.anl.gov/files/APS-Uploads/
untuk menggunakan masker kain, dan lain-lain.
Safety-and-Training/Safety/Reference-Ma-
Kajian pada penelitian ini memaparkan
terial/glove-selection.pdf [2020, 13 Juni].
manfaat, risiko, dan rekomendasi solusi
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
pencegahan untuk risiko teridentifikasi agar
(2009). Peran Sektor Informal Sebagai
pembaca dan pekerja informal memahami
Katup Pengaman Masalah Ketenaga-
bahwa ketiga jenis APD ini benar dapat
kerjaan. Jakarta: BPPN.
melindungi mereka, namun punya potensi
Badan Pusat Statistik. (2020). Pertumbuhan
risiko. Oleh karena itu, kajian ini berkontribusi
Ekonomi Indonesia Triwulan I-2020.
memberikan pengetahuan mengenai
Jakarta: BPS.
keuntungan pemakaian APD dan bagaimana
Berkeley, Glove Selection Guide, [Online],
mencegah potensi risikonya agar para pekerja
Diakses dari: https://ehs.berkeley.edu/ work-
informal bukan hanya efektif terhindar dari
place-safety/glove-selection-guide [2020, 13
paparan COVID-19, tapi juga memastikan
Juni].
kesehatan dan keselamatannya dalam bekerja.
Centers for Disease Control and Prevention
Ketika orang sudah memahami manfaat dan
(2013). Workplace Safety & Health Topics.
risiko terhadap sesuatu, maka mereka akan
Eye Protection for Infection Control, [Online],
percaya diri dan tidak merasa takut. Dalam
Diakses dari: http://www.cdc.gov/niosh/
rangka pencegahan dan penanggulangan
topics/eye/eye-infectious.html [2020, 10
pandemi COVID-19, kajian manfaat dan risiko
Juni].
seperti pada penelitian ini dapat dilakukan juga
Centers for Disease Control and Prevention,
terhadap produk atau proses lainnya, seperti
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
produk pembersih (sanitizer atau disinfectant),
How to Protect Yourself & Others, [Online],
produk bilik sterilisasi, proses pembatasan
Diakses dari: https://www.cdc.gov/
sosial, proses Work From Home (WFH), dan
coronavirus/2019-ncov/prevent-getting-
lain-lain. Tujuannya adalah untuk memastikan
sick/prevention-H.pdf [2020a, 10 Juni].
bahwa produk dan proses perlawanan COVID-
Centers for Disease Control and Prevention,
19 tersebut memang memiliki manfaat yang
How to Remove Gloves, [Online], Diakses
nyata dan risiko yang dapat dikendalikan.
dari: https://www.cdc.gov/vhf/ebola/pdf/pos
Dengan demikian, manusia semakin siap dalam
ter-how-to-remove-gloves.pdf?fbclid=IwAR
menggunakan produk dan proses perlindungan
0i5PeHnaG7yjcO99Guf6jL2vgbUtsGJz2cna
yang tidak biasa mereka gunakan.
-3gR2NKLsYLzdUFOWnYcY [2020b, 13
Pada penelitian ini, analisis risiko APD
Juni].
pencegah penularan COVID-19 menggunakan
Citroner, G., You Probably Touch Your Face 16
konteks dan situasi pekerja informal secara
Times an Hour: Here’s How to Stop,
umum di Indonesia. Hasil penelitian ini dapat
[Online], Diakses dari: https://www.health
didukung dengan tambahan data empiris
line.com/health-news/how-to-not-touch-
seperti wawancara atau observasi langsung ke
your-face [2020, 13 Juni].
beberapa daerah untuk mendapatkan input
Esposito, S., Principi, N., Leung, C.C., &
tambahan dari pemilik masalah mengenai
Migliori, G.zB. (2020). Universal Use of Face
situasi pekerja informal yang dapat dikaitkan
Masks for Success Against COVID-19:
dengan risiko pemakaian APD. Analisis risiko
Evidence and Implications for Prevention
pada penelitian ini juga menggunakan metode
Policies. European Respiratory Journal, 1,
FMEA dimana penentuan tingkat severity,
3-6.
occurrence, dan detection yang dihasilkan
Food and Drug Administration (2020). N95
dilakukan secara subjektif. Hasil penelitian ini
Respirator, Surgical Masks and Face
dapat dilengkapi dengan metode lainnya yang
Masks, [Online], Diakses dari: https://www.
lebih objektif atau melibatkan berbagai pihak
fda.gov/medical-devices/personal-protect-
dari sudut pandang yang beragam dalam
ive-equipment-infection-control/n95-respi-
menganalisis nilai prioritas risiko (RPN) dari
masing-masing potensi risiko yang muncul.

131
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

rators-surgical-masks-and-face-masks#s2 HK.01.07/MENKES/328/2020 Tentang


[2020, 15 Juni]. Panduan Pencegahan dan Pengendalian
Gorbalenya, A. E., Baker, S.C., Baric, R. S., de COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan
Groot, R. J., Drosten, C., Gulyaeva, A. A., Industri dalam Mendukung Keberlang-
Haagmans, B. L., Leontovich, A. M., sungan Usaha pada Situasi Pandemi.
Neuman, B. W., Penzar, D., Perlman, S., Jakarta: Republik Indonesia.
Poon, L. L. M., Samborskiy, D., Sidorov, I. Keppres (2020). Keputusan Presiden Republik
A., Sola, A., & Ziebuhr, J. (2020). Severe Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 tentang
Acute Respiratory Syndrome-related Gugus Tugas Penanganan COVID-19.
Coronavirus: The Species and Its Viruses – Jakarta: Republik Indonesia.
A Statement of The Coronavirus Study Lindsley, W. G., Noti, J. D., Blachere, F. M.,
Group. Nature Microbiology, 5, 536-544. Szalajda, J. V., & Beezhold, D. H. (2014).
Gugus Tugas COVID-19, Data Sebaran Efficacy of Face Shields Against Cough
COVID-19, [Online], Diakses dari: Aerosol Droplets from a Cough Simulator.
https://covid19.go.id/ [2020a, 18 Juni]. Journal of Occupational and Environmental
Gugus Tugas COVID-19. Data Sebaran Hygiene, 11(8), 509–518.
COVID-19, [Online], Diakses dari: Manuele, F. A. (2008). Advanced Safety
https://covid19.go.id/p/protokol [2020b, 8 Management. New Jersey: John Wiley &
Juni]. Sons Inc.
Harapan, H., Itoh, N., Yufika, A., Winardi, W., National Safety Council, Safety at Hand: Use
Keam, S., Te, H., Megawati, D., Hayati, Z., The Right Glove for Proper Protection,
Wagner, A. L., & Mudatsir, M. (2020). [Online], Diakses dari: https://www.safety
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): A andhealthmagazine.com/articles/safety-at-
Literature Review. Journal of Infection and hand-use-the-right-glove-for-proper-protect-
Public Health, 13(5), 667-673. ion-4 [2020, 13 Juni].
Health and Care, Which Gloves Material Should Pemerintah Republik Indonesia (2020).
I Choose?, [Online], Diakses dari: https:// Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
www.workwear.co.uk/blog/which-glove-ma- 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
terial-should-i-choose.html [2020, 13 Juni]. Besar Dalam Rangka Percepatan
Health and Safety Executive, Gloves: Choosing Penanganan Coronavirus Disease 2019
The Right Gloves to Protect Skin, [Online], (COVID-19). Jakarta: Republik Indonesia.
Diakses dari: https://www.hse.gov.uk/mvr/ Perencevich, E. N., Diekema, D. J., & Edmond,
topics/gloves.htm [2020a, 13 Juni]. M. B. (2020). Moving Personal Protective
Health and Safety Executive, Glove Sizes - Equipment into The Community: Face
Measuring Your Hand, [Online], Diakses Shields and Containment of COVID-19.
dari: https://www.hse.gov.uk/skin/employ/ JAMA. 323(22), 2252-2253.
glove-sizes.htm [2020b, 13 Juni]. Ravenscroft, T. (2020), Eight Face Shields
International Labour Organization (2020). In Designed to Protect Corona Virus
The Face of A Pandemic: Ensuring Safety Healthcare Workers. Dezeen. [Online],
and Health at Work. Geneva: ILO. Diakses dari: https://www.dezeen.com/2020
Karyaone (2020), Beberapa Tipe Face Shield /04/13/face-shields-coronavirus-apple-
untuk Melindungi Diri dari Virus Corona, foster/ [2020, 9 Juni].
[Online], Diakses dari: https://www.karyaone Roberge, R. J. (2016). Face Shields for
.co.id/blog/tipe-face-shield/ [2020, 7 Juni]. Infection Control: A Review. Journal of
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Occupational and Environmental Hygiene,
(2020a). Surat Edaran Nomor 13(4), 235–242.
HK.02.01/MENKES/335/2020 Tentang Shakya, K. M., Noyes, A., Kallin, R., & Peltier,
Protokol Pencegahan Penularan COVID-19 R. E. (2016). Evaluating The Efficacy of
di Tempat Kerja Sektor Jasa dan Cloth Facemasks in Reducing Particulate
Perdagangan (Area Publik) dalam Matter Exposure. Journal of Exposure
Mendukung Keberlangsungan Usaha. Science & Environmental Epidemiology, 27
Jakarta: Republik Indonesia. (3), 352-357.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Shereen, M. A., Khan, S., Kasmi, A., Bashir, N.,
(2020b). Surat Edaran Nomor & Siddique, R. (2020). COVID-19 Infection:

132
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Origin, Transmission, and Characteristics of http://antropometriindonesia.org/[2020,15 Juni].


Human Coronaviruses. Journal of Advanced https://bandmanco.com/product/long-wrist-ny-
Research, 24, 91-98. lon-gloves/ [2020, 13 Juni].
World Health Organization, WHO Coronavirus https://www.coccare.com/product/medical-vi-
Disease (COVID-19) Dashboard, [Online], sors-face-shield-maskmedical-protective-
Diakses dari: https://covid19.who.int/?gclid= maskprotective-face-shield/ [2020, 10 Juni].
Cj0KCQjwoPL2BRDxARIsAEMm9y_Sgy- https://www.dhgate.com/product/household-
Yl34pvGeOELLPw4QQZM9nnugUYKmGO cleaning-gloves-for-fruit-dishwashing/4160-
CQgVCA1tmYAEzcpp3IaAnKREALw_wcB 14682.html#seo=WAP [2020, 13 Juni].
[2020a, 18 Juni]. https://www.fda.gov/medical-devices/personal-
World Health Organization, WHO Timeline - protective-equipment-infection-control/face-
COVID-19, [Online], Diakses dari: masks-and-surgical-masks-covid-19-manu-
https://www.who.int/news-room/detail/27- facturing-purchasing-importing-and-donat-
04-2020-who-timeline---covid-19 [2020b, 8 ing-masks-during [2020, 15 Juni].
Juni]. https://grahamultisarana.com/product/devall-hi-
World Health Organization, Coronavirus protection-blue-nitrile-glove/ [2020, 13 Juni].
Disease (COVID-19) Advice for The Public: https://www.halodoc.com/alasan-masker-kain-
When and How to Use Mask [Online], sebaiknya-tidak-dipakai-lebih-dari-4-jam
Diakses dari: https://www.who.int/ [2020, 15 Juni].
emergencies/disease/novel-coronavirus- https://www.lazada.co.id/products/eceran-mas-
2019/advice-for-public/when-and-how-to- ker-scuba-masker-korea-masker-scuba-ko-
use-masks [2020c, 10 Juni 2020]. rea-masker-kain-masker-sensi-masker-mu-
World Health Organization, Rational Use of rah-i1163516193.html [2020, 15 Juni].
Personal Protective Equipment for https://www.mafepe.com/en/uro-15negre-
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), leather-gloves [2020, 13 Juni].
[Online], Diakses dari: https://apps.who.int https://www.merdeka.com/foto/peristiwa/11825
/iris/handle/10665/331498 [2020d, 10 Juni]. 73/20200601144949-new-normal-peda-
World Health Organization, Glove Use gang-pasar-wajib-pakai-face-shield-hingga-
Information Leaflet, [Online]. Diakses dari: sarung-tangan-001-nfi.html [2020, 18 Juni].
https://www.who.int/gpsc/5may/Glove_Use https://mollyssarasota.com/products/ssh-blkhe-
_Information_Leaflet.pdf [2020e, 13 Juni]. art [2020, 10 Juni].
Worldometer, Covid-19 Coronavirus Pandemic https://obscape.com/site/faceshield-instruction
Data, [Online], Diakses dari: https://www. s/ [2020, 13 Juni].
worldometers.info/coronavirus/ [2020, 18 https://omnisurge.co.za/shop/surgical-sterile-
Juni]. powder-free-latex-gloves/ [2020, 13 Juni].
Yang, K. & El-Haik, B. S. (2009). Design for Six https://support.apple.com/en-us/HT211142
Sigma: A Roadmap for Product [2020, 13 Juni].
Development (2nd ed.). New York: McGraw- https://ufuncase.com/products/disposable-face
Hill. -shield-1 [2020, 10 Juni].
https://www.amazon.in/Plastic-Gloves-Dispos- https://www.wish.com/product/protection-hat-
able-100pcs-12/dp/B00L39P4OY [2020, 13 anti-saliva-anti-spitting-splash-fog-uv-hat-
Juni]. with-face-shield [2020, 10 Juni].
https://www.amazon.in/3M-Particulate-Respi-
rator-8210-N95-Mask/dp/B003B39QEO
[2020, 15 Juni].

133
DOI: https://doi.org/10.26593/jrsi.v9i2.4002.115-134

Halaman ini sengaja dikosongkan.


This page is intentionally left blank.

134

You might also like