You are on page 1of 10

JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.

1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433


DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

KARAKTERISASI PROSES GASIFIKASI SAMPAH ORGANIK DENGAN VARIASI


JENIS BAHAN

(1)
Ucik Ika Fenti Styana, (2)Rosiana Indrawati, (3)Muhammad Sigit Cahyono
(1,2)
Prodi Teknik Energi Institut Teknologi Yogyakarta
(3)
Prodi Teknik Perminyakan Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
(1)
Email: ucik_energi@ity.ac.id
Jl. Janti Yogyakarta

ABSTRACT
One of the abundant energy source in Indonesia is organic waste in the form of leafs and
branches which is widely avalilable in homeyard. It can be utilized as alternative energy source by
gasification process. The objective of the study was to know the influence of raw material and AFR to
the characteristic of organic waste gasification process. The raw material used were leafs and
branches of melinjo (gnetum gnemon) which obtained from homeyard of inhabitant in Sidomoyo
village, Godean sub-district, Sleman Regency, Indonesia. Before being gasified, it was prepared for
proximate analysis in laboratorium. The gasification begins by feeding the raw material to the reactor
with variation of 100% leaf, 100% branch, and 50%-50% leaf and branch. The gasification process
was occured in reactor for one hour, and syn gas which produced has been analized to know the
composition of it. Result shows that raw material have influenced the characteristic of gasification
process. The highest heating rate was occured for gasification process of 100% leaf and AFR 0.5,
which it gas has burned after 25 minuted process in oxidation temperature of 650 0C, reduction
temperature of 3500C, and pyrolysis temperature of 2400C.
Keywords: air-fuel ratio, organic waste, syn gas, updraft gasifier.

I. PENDAHULUAN ini karena peningkatan pertumbuhan


Energi memiliki peran penting dalam ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan
pembangunan nasional. Energi dapat pertambahan penduduk akan berhubungan
mewujudkan keseimbangan tujuan dengan pesatnya konsumsi energi
pembangunan berkelanjutan yang (Anonim, 2018). Namun, pesatnya
mencakup aspek-aspek sosial, ekonomi, konsumsi energi juga akan melahirkan
dan lingkungan. Selain itu, energi juga tantangan baru terutama dalam upaya
berperan sebagai pendorong utama efisiensi terhadap konsumsi energi.
berkembangnya sektor-sektor lain, Saat ini, Indonesia mengalami defisit
khususnya sektor industri (Anonim, 2019). energi dimana tingginya permintaan energi
Tingkat konsumsi energi juga dapat dan ketergantungan terhadap bahan baakr
menjadi salah satu indikator untuk fosil terus meningkat. Sepanjang belum
menunjukkan kemajuan pembangunan ditemukan cadangan energi (fosil) yang
suatu negara (Jacob & Klaus, 2010). Hal baru dan teknologi nonkonvensional dalam

29
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

eksplorasi dan eksploitasi. Situasi ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


ketimpangan yang tinggi antara suplay dan Piyungan tanpa penanganan awal sama
demand energi secara nasional akan terus sekali. Oleh karena itu, diperlukan upaya
terjadi (Anonim, 2017). Oleh karena itu, pemanfaatan sampah organik menjadi
diperlukan suatu pemikiran kreatif dengan bahan yang lebih bernilai.
menciptakan energi alternatif yang Salah satu teknologi potensial untuk
renewable, ramah lingkungan dan pemanfaatan sampah organik adalah
memiliki ketersediaan melimpah (Sandra, teknologi gasifikasi (Hidayat, 2013).
2013). Gasifikasi bertujuan untuk mengkonversi
Salah satu potensi energi alternatif yang bahan bakar cair maupun padat menjadi
sangat besar adalah sampah organik dari flammable gas menggunakan suatu reaktor
pemukiman. Data dari Kementerian yang disebut gasifier. Dari semua jenis
Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa gasifier yang ada, reaktor tipe Updraft
produksi sampah permukiman di Indonesia merupakan reaktor yang paling sederhana
mencapai 167 ribu ton per hari (Radar dan mudah diaplikasikan di masyarakat
Sulteng, 2009). Di Kabupaten Sleman sebagai pengganti gas LPG untuk
sendiri, jumlah sampah yang ditangani kebutuhan memasak sehari-hari.
oleh Dinas Kimpraswilhub mencapai Unit gasifikasi biomassa tipe Updraft
6.776,91 m3/bulan, dimana sebagian besar diharapkan dapat membantu masyarakat
merupakan sampah organik. Dari total dalam pemenuhan kebutuhan energi
sampah organik yang ada, kebanyakan alternatif. Akan tetapi, setiap unit
berasal dari pasar, sapuan jalan dan taman gasifikasi memiliki karakteristik tertentu
terutama tanaman perindang. (Dinas bergantung pada umpan biomassa yang
Kimpraswilhub Sleman, 2008). berpengaruh terhadap kinerja unit tersebut
Selama ini, penanganan sampah sehingga diperlukan pengujian alat agar
organik di Kabupaten Sleman masih belum dapat diketahui kondisi operasi terbaiknya.
optimal. Hanya sebagian kecil saja yang Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
bisa diolah menjadi pupuk organik mengetahui pengaruh jenis bahan terhadap
(kompos), terutama dari daun-daunan. Hal karakteristik proses gasifikasi daun dan
ini disebabkan terbatasnya lahan untuk ranting tanaman yang banyak tersedia di
pengolahan sampah organik menjadi sekitar tempat tinggal warga masyarakat di
kompos tersebut. Sementara sebagian Kabupaten Sleman.
besar sampah organik yang lain, selain
dibakar langsung oleh warga, juga dibuang I I . L A N D AS A N T E O R I

30
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Gasifikasi adalah proses konversi bahan mengandung sekitar 2,5 m3 bahan bakar
bakar padat menjadi gas mampu bakar gas. Dalam terminologi energi, efisiensi
(CO, CH4, H2) melalui proses pembakaran konversi pada proses gasifikasi biomassa
dengan suplai udara terbatas yaitu antara berkisar antara 60 ± 70% (McKendry,
20% hingga 40% udara stoikiometri. 2002b).
Selama proses gasifikasi, terbentuk daerah Reaktor tempat terjadinya proses
proses yang dinamakan menurut distribusi gasifikasi disebut gasifier. Beberapa jenis
suhu dalam reaktor gasifikasi. Daerah- gasifier yang berkembang antara lain
daerah tersebut adalah drying, pyrolisis, gasifier unggun tetap (fixed bed) dengan
reduktion dan combustion. Masing-masing sistem aliran ke atas (updraft) dan aliran
daerah terjadi pada rentang suhu antara ke bawah (downdraft), gasifier dengan
1000C hingga 3000C, 3000C hingga 9000C, pelumasan (fluidized bed) dengan sistem
4000C hingga 9000C, dan 9000C keatas. gelembung (bubbling) dan sirkulasi
(Bambang, dkk, 2009) (sirculating), dan gasifier aliran berjalan
McKendry (2002a) menyimpulkan (entrained flow). Fluidized bed dan
bahwa gasifikasi biomassa merupakan entrained flow gasifier lebih sesuai dan
proses pengkonversian biomassa menjadi dipakai untuk pembangkit energi atau
bahan bakar berbentuk gas karena adanya industri skala besar, sehingga dalam
proses oksidasi parsial (sedikit oksigen) penelitian ini hanya dikaji jenis fixed bed
dari biomassa tersebut pada suhu tinggi gasifier atau gasifier dengan unggun tetap.
antara 800- 900qC. Gas yang dihasilkan Gasifier dengan unggun tetap
antara lain terdiri dari unsur-unsur merupakan jenis gasifier yang banyak
hidrogen, karbon monoksida, metana, digunakan karena konstruksi yang lebih
karbon dioksida, uap air, senyawa sederhana. Pada gasifier unggun tetap jenis
hidrokarbon lain dalam jumlah yang kecil, aliran ke atas (updraft gasifier), bahan
serta bahan-bahan non-organik (Lim dan masuk melalui hopper yang dapat dikunci
Sims, 2003). Gas yang dihasilkan ini dan mengalir ke bawah berlawanan dengan
mempunyai nilai kalori yang rendah (1000 aliran pembakaran dan gas yang
- 1200 kCal/Nm3) tetapi dapat dibakar dihasilkan. Karena sistem aliran yang
dengan efisiensi yang tinggi dengan berlawanan tersebut tipe gasifier ini dapat
kontrol yang mudah dan tidak beroperasi untuk bahan yang mempunyai
menghasilkan emisi. Setiap kilogram kadar lengas yang tinggi. Namun demikian
biomassa kering-udara (kadar air ± 10%) gas yang dihasilkan tidak bersih sehingga

31
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

kurang sesuai untuk pemakaian pada gasifikasi. Selain itu, digunakan blower
pemanasan bahan olahan atau makanan. dan anemometer untuk mengukur
Beberapa penelitian telah dilakukan kecepatan udara yang masuk ke dalam
untuk mengembangkan gasifier aliran ke gasifier.
atas. Studi tentang kesetimbangan massa
pada updraft gasifier untuk serbuk gergaji
telah dilakukan oleh Payne dan Chandra
(1985). Dunlap dan Payne (1988)
melakukan studi penerapan kontrol dengan
mikro-komputer pada gasifier. Studi
terhadap gasifikasi biomassa juga Gambar 1. Peralatan Updraft Gasifier
dilakukan oleh Hoki dkk, dimana mereka
meneliti aspek kestimbangan panas dan 3.2.Bahan Penelitian
efisiensi gasifikasi (Hoki dkk, 1994), serta Bahan yang digunakan dalam penelitian
stabilitas laju produksi gas (Hoki dkk, ini adalah sampah organik berupa daun
1995). Studi tentang kontrol suhu pada dan ranting tanaman melinjo yang
gasifier juga telah dilakukan dengan didapatkan dari lahan pekarangan rumah
perlakuan kontrol aliran bahan baku (Hoki warga di Desa Sidomoyo, Kabupaten
dkk, 2002). Sleman.

III. METODE PENELITIAN 3.3.Prosedur Penelitian


a. Penyiapan alat
3.1.Alat Penelitian - Rangkaian peralatan yang telah tersedia
Peralatan yang digunakan adalah diujicoba terlebih dahulu tanpa
sebuah updraft gasifier berbentuk silinder menggunakan beban untuk mengetahui
yang terbuat dari bahan stailess steel apakah peralatan berfungsi dengan baik
dengan diameter 22 cm, tinggi 55 cm dan atau tidak.
ketebalan 4 mm, yang berfungsi sebagai - Apabila ada bagian peralatan yang tidak
tempat terjadinya proses gasifikasi. Pada berfungsi dengan baik, akan diperbaiki.
bagian sisi gasifier dibuat 3 buah saluran Apabila semua bagian berfungsi
thermokopel type K (cromnel-Alumnel) normal, maka penelitian dilanjutkan.
berbaris vertikal dengan jarak 5 cm (T1), b. Penyiapan bahan
20 cm (T20, dan 35 cm (T3) dari grate
yang berfungsi untuk menentukan daerah

32
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

- Bahan baku berupa sampah organik di dalam MuffleFurnace Ash dengan


sebelum digunakan, dikeringkan suhu 5000C selama 30 menit. Kemudian
terlebih dahulu dengan cara dijemur di suhu dinaikan hingga 8150C dan
terik matahari selama satu hari. dipanaskan selama 1 jam. Selanjutnya
- Setelah kering, sebagian bahan diambil sampel ditimbang untuk mengetahui
untuk dianalisa kandungan proximate, perbedaan berat sebelum dan setelah
sedangkan sisanya diproses gasifikasi. pemanasan.
- Analisa proximate dilakukan dengan - Persentase karbón tetap (fixed carbón)
mengacu pada British Standar 1016 di dihitung dengan rumusan sebagai
Laboratorium Chem-mix Pratama, beikut : 100% - (% kandungan air +
Kabupaten Bantul. %Abu + % zat terbang).
- Pengujian tersebut meliputi pengujian c. Percobaan utama (Pengambilan data)
kandungan air (moisture) dimana - Tahapan pengambilan data dimulai
sampel 80 gram sampah organik dengan membuka penutup reaktor dan
ditempatkan pada Krus dan dipanaskan memasukkan 3 kg bahan sampah
pada minimum Free Space Oven hampa organik berupa daun seluruhnya
udara dengan mengalirkan nitrogen (100%), sementara di bagian bawah
pada suhu 1050C selama 2 jam. dimasukkan sedikit ranting dan daun
Selanjutnya ditimbang untuk yang mudah terbakar sebagai pemantik
mengetahui berat sebelum dan setelah api awal.
pemanasan. - Pemantik awal dinyalakan kemudian
- Pengujian zat mudah terbang (volatile blower dihidupkan untuk memasukkan
mater) dilakukan pada sampel 1 gram udara dengan kapasitas maksimal 100
sampah organik dengan ukuran 50 liter per menit (lpm). Setiap variabel,
mesh. Sampel ditempatkan di dalam dilakukan gasifikasi selama 1 jam.
Krus, dan dipanaskan pada Volatile - Api yang berasal dari di bagian bawah
Matter Furnace hampa udara dengan reaktor akan memanaskan bahan yang
suhu 9000C selama 7 menit. ada di dalam reaktor sehingga terjadi
Selanjutnya sampel ditimbang untuk proses oksidasi, reduksi, pirolisis, dan
mengetahui berat sebelum dan setelah pengeringan. Sementara suhu reaktor
pemanasan. mulai dicatat sejak blower dinyalakan
- Pengujian kadar abu (ash) dengan setiap 5 menit sampai satu jam.
sampel seperti pada pengujian zat - Proses gasifikasi dilakukan sampai
mudah terbang, kemudian dipanaskan muncul gas yang keluar melalui pipa

33
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

keluaran gas, lalu dipantik hingga daripada kadar abu dan kadar karbon
menyalakan api yang stabil, kemudian ranting. Di sisi lain, kadar bahan mudah
sampel gas diambil menggunakan menguap (volatile matter) daun sebesar
syringe untuk dianalisa di laboratorium. 53,52% lebih kecil dibandingkan kadar
- Setelah percobaan selesai, char dan ash bahan mudah menguap ranting. Nilai ini
dikeluarkan lalu ditimbang. Blower hampir sebanding dengan referensi 2,
dimatikan dan semua peralatan dimana daun akan memiliki kadar abu dan
percobaan dirapikan kembali. kadar karbon yang lebih besar daripada
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ranting serta kadar bahan mudah menguap
yang lebih kecil dibandingkan ranting.
4.1.Karakteristik Bahan Baku Akan tetapi, kadar abu daun dan ranting
Berdasarkan pengujian proximate bahan melinjo jauh lebih tinggi daripada kayu
baku sampah organik yang dilakukan di karet dan limbah padat industri, sedangkan
Laboratorium Chem-mix Pratama, bahan mudah menguapnya tidak
didapatkan karakteristik bahan baku menunjukkan perbedaan yang signifikan.
ranting dan daun melinjo dibandingkan Tingginya kadar karbon dan bahan mudah
dengan beberapa referensi seperti menguap akan membuat proses gasifikasi
ditunjukkan dalam tabel 1. berikut. menjadi lebih bagus, karena semakin
Tabel 1. Karakteristik bahan banyak bahan yang akan tereduksi menjadi
producer gas yang mudah terbakar. Akan
tetapi tingginya kadar abu akan
menyulitkan proses gasifikasi daun dan
ranting melinjo karena akan banyak
menyerap energi yang seharusnya untuk
proses reduksi dan pirolisis.
Data Primer : Hasil pengujian di 4.2.Karakteristik Proses Gasifikasi
Laboratorium Chem-mix Pratama, Bantul Pada percobaan gasifikasi dengan berbagai
Referensi 1 : Rinovianto, 2012
macam bahan baku ini, didapatkan hasil
Referensi 2 : Diputra, 2010
Referensi 3 : Styana, 2016 bahwa waktu pengeringan masing-masing
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa bahan berbeda, dimana bahan bakar daun
kadar air daun sebesar 10,01 %, lebih lebih cepat menghasilkan gas yang mudah
tinggi daripada ranting. Begitu juga kadar terbakar, hanya dalam waktu 10 menit.
abu daun sebesar 13,11 % dan juga kadar Sedangkan untuk bahan bakar campuran
karbon daun sebesar 48,41 %, lebih besar daun dan ranting 50%, maupun 100%

34
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

ranting, waktu pengeringan yang


dibutuhkan sekitar 15 menit, yang
ditunjukkan dengan terbakarnya gas hasil
gasifikasi.
Distribusi suhu hasil pengujian gasifikasi
untuk masing-masing jenis bahan bakar
ditunjukkan pada gambar 2-4 Berikut.

Gambar 4. Distribusi Suhu Selama Proses


Gasifikasi 100% ranting
Grafik distribusi suhu di atas memberikan
gambaran proses yang terjadi di dalam
reaktor gasifikasi. Berdasarkan Gambar 2-
4 dapat terlihat bahwa distribusi suhu
selama percobaan gasifikasi dengan

Gambar 2. Distribusi Suhu Selama Proses berbagai macam bahan bakar

Gasifikasi 100% daun menunjukkan tren yang hampir sama. Pada


titik 1 pengukuran suhu (T1),
menunjukkan bahwa laju kenikan suhu
sangatlah cepat dibandingkan pada titik 2
(T2) maupun titik 3 (T3). Suhu T1
menunjukkan nilai tertinggi dan stabil
sebesar 8400C, yang menunjukkan bahwa
di tempat ini terjadi proses pembakaran
(oksidasi). Sedangkan suhu di T2
menunjukkan nilai tertinggi dan stabil
Gambar 3. Distribusi Suhu Selama Proses
dalam kisaran angka tertinggi 6300C, yang
Gasifikasi 50% daun 50% ranting
menunjukkan terjadinya proses reduksi.
Sedangkan suhu di T3 menunjukkan angak
tertinggi dan stabli pada nilai 4900C
sebagai tanda terjadinya proses pirolisis.
Hal ini sesuai dengan referensi
(Rinovianto, 2012) yang menyatakan
bahwa pembakaran terjadi pada suhu

35
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

antara 8000C sampai 14000C, daerha mengalami penurunan yang sangat


reduksi pada 6000C ± 9000C, dan daerah signifikan dibanding yang lain. Hal ini
pirolisis antara 1500C-8000C. kemungkinan disebabkan karena bahan
bakar daun sangat mudah terbakar
4.3. Pengaruh Jenis Bahan terhadap sehingga laju kenaikan suhu akan sangat
Suhu Proses Gasifikasi cepat yang tentunya berakibat pada cepat
Untuk mengetahui pengaruh jenis bahan habisnya bahan bakar. Setelah habisnya
bakar terhadap suhu proses gasifikasi, bahan yang mudah terbakar tersebut, suhu
dilakukan pengambilan data selama proses di titik T1 akan menurun drastis,
pengujian, dengan mengambil sampel pada dibandingkan percobaan dengna bahan
titik T1 sebagai tempat terjadinya proses bakar yang lain.
pembakaran, seperti ditunjukkan dalam
Gambar 5 berikut. V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1) Sampah organik berupa daun melinjo
memiliki karakteristik kadar air 10,01
%, kadar abu 13,11%, kadar karbon
48,41%, dan kadar bahan mudah
menguap 53,52%. Sedangkan ranting
melinjo memiliki karakteristik kadar
air 9,95 %, kadar abu 8,41%, kadar
Gambar 5. Pengaruh Jenis Bahan Bakar
karbon 38,86%, dan kadar bahan
Terhadap Suhu Proses Gasifikasi
mudah menguap 67,28%.
Berdasarkan grafik di atas, dapat terlihat
2) Jenis bahan mempengaruhi proses
bahwa proses gasifikasi dengan bahan
gasifikasi sampah organik. Gasifikasi
bakar 100% daun, memiliki laju kenaikan
dengan bahan bakar 100% daun dan
suhu yang lebih cepat dibandingkan
AFR 0,5 akan menghasilkan laju
dengan proses gasifikasi dengan bahan
kenaikan suhu yang lebih cepat
50% daun maupun 100% ranting. Akan
dibandingkan dengan proses gasifikasi
tetapi, kondisi ini bertahan hanya sampai
dengan bahan 50% daun maupun
menit ke-55, dimana suhu yang dicapai
100% ranting.
oleh proses gasifikasi 100% daun

36
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

3) Gas mulai terbakar setelah proses Stage Combustor. Transaction of


gasifikasi berjalan 25 menit pada suhu the ASAE 31(3):974-980.
Hidayat, A., (2013). Karakterisasi Proses
oksidasi 6500C, suhu reduksi 3500C,
Gasifikasi Biomassa pada Reaktor
dan suhu pirolisis 2400C. Downdraft Sistem Batch dengan
Variasi Air-Fuel Ratio (AFR) dan
Ukuran Biomasa. Proposal
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Laboratorium Minyak
Bumi, Gas Dan Batubara, Jurusan
Anonim, 2009, ³Laporan Rekapitulasi
Pengangkutan Sampah di Kabupaten Teknik Kimia Fakultas Teknik
Sleman´, Dinas Kimpraswilhub Universitas Gadjah Mada,
Kabupaten Sleman, Sleman, Yogyakarta.
Yogyakarta. Hoki, M., Sato, K., Yamada Y., Umezawa,
Y. (1994).The Development Study
$QRQLP ³Naskah Akademik
of Biomass Gasification System.
Rancangan Undang-undang tentang
Proceeding of the International
(QHUJL %DUX 7HUEDUXNDQ´ Sekretariat
Agricultural Engineering
Komisi VII DPR RI, Jakarta.
Conference .
$QRQLP ³OECD Green Growth Hoki, M., Sato, K., Sakai, K., Tanibuchi,
6WXGLHV (QHUJ\´, OECD Publishing, Y. (1995).Biomass Gasifier for
Hal.1 Small Scale Energy Development.
$QRQLP ³Roadmap Pengembangan Proceeding of International
Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Symposium on Automation and
Nuklir pada Pembangkit Listrik Robotics in Bioproduction and
,QGRQHVLD´ .HPHQWHULDQ (6'0 Processing, Kobe, Japan:317-324.
Jakarta. Hoki, M., Sato, K., Miao, Y., Nishidate, J.
Bambang. S., Daniar. B. M., Dita. F. W., (2002).The Study of Biomass
³Karakterisasi Gasifikasi Gasification System±Temperature
Biomassa Sekam Padi Control of Rice Husk Gasifier.
Menggunakan Reaktor Downdraft Proceeding of the International
dengan Dua Tingkat Laluan Agric. Engineering Conference,
Udara´ 6HPLQDU 1DVLRQDO Wuxi, China, November 28-30,
Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) 2002:578-582.
ke-8, Agustus. Jacobs, G., GDQ 6ODXV , ³,QGLFDWRU
Diputra, Irvandi Permana. 2010. Studi of Economics Progress: The Power
Karakteristik Pembakaran of Measurement and Human
Cangkang Kelapa Sawit Welfare´ &DGPXV -RXUQDO Vol.1,
Menggunakan Fluidized Bed No.1, Hal. 53.
Combuster. Skripsi Fakultas Lim, K., Sims, R. (2003). Liquid and
Teknik Universitas Indonesia, Gaseous Biomass Fuels, Bioenergy
Jakarta. Option for a Cleaner Environment,
Dunlap, J.L., Payne, F.A. (1988). Elsevier, The United Kingdom.
Microcomputer Control of Two McKendry, P. (2002a). Energy Production
from Biomass (Part 2): Conversion

37
JURNAL ENGINE VOLUME 3 NO.1, MEI 2019 E-ISSN: 2579-7433
DITERBITKAN OLEH PRODI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Technologies. Bioresource
Technology. Vol. 83:47-54.
McKendry, P. (2002b). Energy Production
from Biomass (Part 3):
Gasification Technologies.
Bioresource Technology. Vol.
83:55-63.
Payne, F.A., Chandra, P.K. (1985). Mass
Balance for Biomass Gasifier
Combustor. Transaction of the
ASAE 28(6):2037-2041
Radar Sulteng Online, 2009, ³Sampah
Indonesia 167 Ribu Ton Per Hari´.
Diakses melalui
http://www.radarsulteng.com/berita
/index.asp?Berita=Utama&id=489
59, 23 Februari 2009.
Rinovianto, 2012. Karakteristik Gasifikasi
pada Updraft Double Gas Outlet
Gasifier Menggunakan Bahan
Bakar Kayu Karet. Skripsi Fakultas
Teknik Universitas Indonesia,
Jakarta.
Sandra, dkk., 2013, Konversi Cangkang
Sawit menjadi Bio-oil
menggunakan Katalis
Ni.Mo/Lempung Cengar, Tugas
Akhir Program Studi Teknik Kimia
S1, Fakultas Teknik, Universitas
Riau.
Styana, Ucik Ika. 2016. Pengaruh
Kecepatan Udara terhadap Suhu
Reaktor dan Efisiensi Proses
Gasifikasi Limbah Padat Aren.
Jurnal Rekayasa Lingkungan,
November 2016.

38

You might also like